Oleh :
KELOMPOK 1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
Vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Nutrisi Ternak Ruminansia. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab Halaman
Vi
KATA PENGANTAR......................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................vi
I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..........................................................................................2
II PEMBAHASAN
2.1 Pernanan Mikroba Rumen..........................................................3
2.1.1 Bakteri.................................................................................4
2.1.3 Protozoa dan Jamur .........................................................5
2.2 Populasi dan spesien dominan.....................................................6
2.3Interaksi Mikroba dalam Rumen...................................................8
2.3.1 Interaksi Antara Bakteri - Bakteri........................................8
2.3.2 Interaksi Protozoa dan Bakteri.............................................9
2.3.3 Interaksi Bakteri, Fungi dan Protozoa..................................10
2.4 Habitat dan Pengendalian Populasi Protozoa dalam Rumen.......11
2.4.1 Habitat Protozoa dalam Rumen............................................11
2.4.2Pengendalian Populasi Protozoa dalam Rumen....................11
2.5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Mikroba dalam Rumen......18
2.5.1 Suhu .....................................................................................18
2.5.2 Keasaman (Ph).....................................................................19
2.5.3 Komposisi Gas dalam Rumen .............................................19
2.5.4 Komposisi Pakan ...............................................................19
2.5.5 Frekuensi Pemberian Pakan ................................................19
2.5.6 Antibiotik .............................................................................19
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................22
Vi
I
PENDAHULUAN
(memakan) dua kali sehingga kelompok ternak tersebut dikenal juga sebagi hewan
makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak. Di dalam rumen
ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi mikroba
yang cukup banyak jumlahnya. Isi rumen merupakan limbah rumah potong hewan
ruminansia yang masih belum optimal dimanfaatkan. Isi rumen sangat potensial
sebagai pakan ternak karena mengandung bahan pakan yang belum tercerna, dan
proses fermentasi bahan organik Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang
cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama
pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa
pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan
lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen. Bakteri rumen dapat
(2) Berapa populasi dan apa saja spesies mikroba yang dominan di rumen
1.3 Tujuan
(2) Untuk mengetahui populasi dan spesies mikroba yang dominan di rumen
mikroba
1.
3
II
PEMBAHASAN
ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang
tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energy (Offer dan
tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya
bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng,
1987).
mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids =
VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam
isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan
dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sauvant dan Milgen (1995)
menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak
ruminansia berasal dari protein mikroba. Produk akhir fermentasi protein akan
mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasokan utama protein bagi ternak
ruminansia. Menurut Aurora (1995) sekitar 47% sampai 71% dari nitrogen yang
2.1.1 Bakteri
akhir fermentasi dapat berupa asam-asam lemak volatil, CO2 hidrogen dan metan
menjadi 8 kelompok didasarkan pada jenis bahan yang digunakan dan hasil akhir
1. Bakteri Selulolitik
mampu bertahan pada kondisi yang buruk pada saat makanan yang
2. Bakteri Proteolitik
Selenomonas ruminantium.
3. Bakteri Methanogenik
4. Bakteri Amilolitik
6. Bakteri Lipolitik
gliserol dan asam lemak. Hal ini dapat berlangsung karena adanya enzim
alcalescens.
8. Bakteri Hemiselulotitik
larut dalam air tetapi larut dalam asam dan alkali. Hemiselulosa ini
terdapat dalam tanaman yang menjadi pakan temak dalam jumlah besar.
mendegradasi komponen utama pakan. Salah satu protozoa bersilia yang memiliki
peran penting dalam rumen adalah Diploplastron affine. Protozoa tersebut umum
terdapat pada hewan ternak dan memiliki kemampuan mencerna selulosa serta
6
karbohidrat asal bijian (Wereszka and Michałowski, 2012). Lebih lanjut, holotrich
protozoa, meskipun dalam jumlah yang sedikit juga memiliki enzim yang
bertanggung jawab untuk degradasi selulosa dan hemiselulosa. Selain hal tersebut
dinding sel.
rumen yaitu sebagai pencerna pakan berserat karena fungi membentuk koloni
pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel
tanaman, sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen
(Kamra, 2005).
Ada tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, yaitu
bakteri, protozoa dan sejumlah kecil jamur. Volume dari keseluruhan mikroba
7
merupakan jumlah besar yang terbesar sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu
sekitar satu juta/ml cairan rumen . Jamur ditemukan pada ternak yang
a. Bakteri yang bebas dalam cairan rumen (30% dari total bakteri).
b. Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70% dari total bakteri) .
c. Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen dan bakteri yang
bentuk bakteri yaitu bulat, batang dan spiral dengan ukuran yang bervariasi antara
0,3-50 mikron. Kebanyakan bakteri rumen adalah anaerob, hidup dan tumbuh
yang dapat hidup dengan kehadiran sejumlah kecil oksigen, kelompok ini
dinamakan bakteri fakultatif yang biasanya hidup menempel pada dinding rumen
Secara normal jumlah protozoa bersilia adalah 105 per ml pada pakan
berserat kasar tinggi, namun jumlah ini meningkat menjadi 106 per ml pada
rumen yang telah beradaptasi dengan sumber pakan yang banyak mengandung
gula-gula terlarut. Protozoa bersifat anaerob dan apabila kadar oksigen maupun
nilai pH isi rumen tinggi maka protozoa tidak dapat membentuk cyste untuk
mempertahankan diri dari lingkungan yang tidak sesuai sehingga dengan cepat
akan mati.
8
dengan waktu setelah makan, diantara hari kehari pada terrnak yang sama, dan
variasi ini tampak pada ternak di negara yang berbeda walaupun dengan pakan
yang sama. Hasil akhir dari fermentasi adalah sama. Untuk alasan ini, hanya
fermentasi rumen yang akan dibahas oleh Preston dan Leng (1987) seperti
dalam rumen sangatlah kompleks dan tidak selalu menguntungkan ternak inang.
rasio asam amino-energy nutrisi yang terserap dari suatu proses pencernaan. Akan
biomassa bakteri dan fungi di dalam rumen bila ternak diberi pakan berserat tinggi
dan itu berarti menurunkan kecepatan cerna pakan berserat tinggi. Interaksi antara
pakan dengan keadaan ternak faunasi (masih dihuni protozoa) atau unfaunasi
(tanpa protozoa dalam rumen) belum diketahui dengan baik dan pakan berserat
Sebagian organisme tumbuh pada produk akhir dari metabolisme yang lain.
Proses fermentasi beruntun yang melibatkan organisme dari spesies berbeda yang
tampaknya sedikit yang bisa dikerjakan untuk memanipulasi asosiasi ini, selain
bebas mengambang didalam larutan cairan rumen (Coleman, 1975) dan akhirnya
kondisi pakan dengan kecernaan yang tinggi, kondisi ini barangkali tidak begitu
jelas, tetapi sebaliknya dengan pakan yang rendah kecernaannya, proses makan
bakteri ini akan meningkatkan fase yang dibutuhkan dalam proses degradasi
larutan gula dan tepung (pati), menyimpan karbohidrat ini didalam dinding selnya.
Pada kondisi ini, protozoa sangat mengurangi asidosis pada beberapa jenis pakan.
Pada pakan yang berbahan dasar gula (misal batang tebu) biomasa protozoa
yang tampak dari bahan kering meningkat 18% bila tidak ada protozoa (Soetanto,
memanipulasi pakan harus dilihat dari adanya interaksi antara protozoa, bakteri
dan fungi. Contoh pemberian pakan berkonsentrat pada ruminansia pada ternak
yang diberi pakan roughage sering menurunkan konsumsi roughage. Akibat yang
efektif pemberian konsentrat atau molasses blok pada ternak yang diberi pakan
kompleks dan hasil penelitian dalam manipulasi rumen yang tidak mengukur
pengaruhnya terhadap biomasa protozoa, bakteri dan fungi akan sangat sulit
dijelaskan.
ternak inang. Populasi protozoa dalam jumlah besar didalam rumen telah
melalui menurunnya rasio asam aminoenergi dari produk cerna yang diserap.
11
biomasa bakteri dan fungi dalam rumen dari ternak yang diberi makan pakan
berserat tinggi, dan hal tersebut mungkin mengurangi kecepatan pencernaan dari
pakan berserat. Interaksi pakan dengan keadaan / kondisi faunasi dan defaunasi
belum diketahui dengan baik, dan pakan berserat yang rendah by-pass proteinnya
adalah satu-satunya dimana ternak ruminansia akan lebih efisien dalam kondisi
defaunasi.
Menurut Preston dan Leng (1987) ada beberapa jalan dimana protozoa
sapi yang berpuasa selama satu hari. Sekresi kimia tertentu yang
lebih rendah dari yang diambil campuran isi rumen setelah pemotongan
Pada saat ruminasi bolus yang mengandung bakteri, protozoa dan partikel
bergerak ke mulut. Cairan dan partikel kecil yang terpisah dalam proses ini
partikel yang lebih besar tampaknya tertahan pada bolus, bila ditelan akan
masuk ke rumen.
Menghilangkan ciliata secara komplit / total dari rumen sangat sulit dicapai
(Bird, 1988). Menurut Bird (1988) ada 4 cara untuk membuat ruminansia bebas
dari protozoa-ciliata:
Ternak yang baru lahir tidak mempunyai protozoa dalam rumennya dan
tidak membutuhkan protozoa dalam minggu pertama setelah lahir. Oleh karena itu
ternak yang baru lahir ini dipisahkan dari induknya dan dipelihara di kandang
isolasi maka selanjutnya tetap bebas dari ciliata. Teknik ini telah banyak
dipergunakan sejak dulu (Pounden and Hibbs, 1950, Eadie and Gill, 1971). Yang
perlu diperhatikan oleh peneliti adalah pada saat ternak kontrol diinokulasi dengan
13
cairan rumen, ia akan menerima tidak hanya protozoa tapi juga menerima
dipertanyakan apakah ternak bebas ciliata yang dipisahkan dari induk 52 pada saat
lahir mempunyai populasi mikroba yang “normal” pada rumennya. Eadie and Gill
bahan kimia adalah metode yang paling sederhana dan potensial untuk
mendapatkan ternak yang bebas ciliata. Bahan kimia yang sudah dipergunakan
(manoxol) (Abou Akkada dkk., 1962), nonyl phenol ethoxylate (Bird and Leng,
1978) dan sodium lauryl diethoxy sulphate (Burggraaf and Leng, 1980). Akan
tetapi bahan kimia ini tidak spesifik meracun terhadap protozoa dalam rumen.
Meloloh ternak dengan bahan kimia sering diikuti dengan menurunnya konsumsi
pakan dan pertumbuhan ternak. Jadi peneliti dihadapkan pada dua pilihan yaitu
meloloh semua ternak dan selanjutnya diinokulasi ulang atau meloloh ternak yang
akan didefaunasi saja. Pilihan pertama dapat dikritisi bahwa tidak ada jaminan
bahwa ternak yang diinokulasi ulang (kembali) adalah mewakili ternak yang tidak
volume rumen dan barangkali fungsi rumen berubah pada ternak yang awalnya di
meningkatkan 30% volume cairan rumen dan menurunkan kecepatan aliran rumen
14
sebanyak 36%. Pilihan kedua dapat dikritik bahwa perbedaan diantara ternak yang
53 diloloh dengan bahan kimia dan ternak kontrol tidak bisa diartikan
penghilangan protozoa saja, karena bahan kimia ini juga mengubah komposisi
populasi mikroba yang tersisa. Disamping itu ternak yang diloloh dengan bahan
kimia akan menjalani kehilangan berat badan setelah diloloh dengan bahan kimia.
Pengimbangan bahan kimia yang secara spesifik membunuh protozoa akan dapat
berhasil dipergunakan untuk defaunasi sapi muda (Whitelaw et al. 1972) dan
(Purser dan Moir, 1959). Metode tersebut harus diberikan pada ternak paling tidak
4 minggu untuk mencapai defaunasi yang efektif. Berikut bahan alami yang
yang terdiri dari tannin pekat (condensed tannin) dan tannin yang dapat
Leucoanthocyanidens. Tannin pekat ini tersebar luas pada daun semak dan pohon
tapi juga terdapat pada daun dan batang namun hanya pada beberapa jenis pada
menjadi bahan defaunasi pada rumen ternak ruminansia. Subrata et al. (2005)
ampas teh dengan kandungan tannin 6 mg/g. Tarmidi (2009) menyatakan bahwa
protein bahan makanan yaitu ampas tahu dengan tannin (dari bahan gambir) akan
konsentrasi VFA, NH3, bakteri dan protozoa rumen. Penurunan jumlah protozoa
kurang lebih 20% bila dibanding dengan ampas tahu yang tidak diberi tannin
dalam laporan.
menggunakan minyak kelapa dan minyak ikan sebagai agensia defaunasi sapi
perah jantan berat 215 ±26 kg diberi pakan 70% konsentrat dan 30% hijauan
(rumput gajah) dan selanjutnya diberikan tambahan minyak kelapa dan minyak
ikan yang dicampurkan pada konsentrat. Dengan demikian level minyak kelapa
menjadi 2,1% dan minyak ikan 1,5% dalam bahan kering ransum. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pemakaian minyak kelapa dan minyak ikan dapat
bakteri masing-masing sebanyak 13,39% dan 16,51% untuk minyak kelapa dan
minyak ikan.
pada berbagai jenis tanaman. Beberapa jenis tanaman yang mengandung saponin,
terutama jenis leguminose telah banyak dipergunakan sebagai pakan ternak tetapi
sebagian ada yang beracun. Beberapa hasil penelitian in vitro dan in vivo
16
dari memakan bakteri, dengan defaunasi akan terjadi peningkatan jumlah bakteri
jelas pada ternak yang diberi pakan hijauan (roughage) tinggi dimana pemakaian
ruminansia, akan tetapi pengaruh langsung dari zat ini pada ternak inang masih
belum jelas. Sampai saat ini belum ada informasi pengaruh saponin terhadap
bagian /zat paling aktif dari saponin dan interaksinya dengan berbagai
mikroorganisme ternak inang dan ransum. Pengaruh langsung dari saponin atau
produk degradasi pada mikroba pada ternak inang harus diteliti untuk mendapat
pengertian yang penuh dan mendalam dari pada ternak telah di review secara luas
dan mendalam oleh Wina et al. (2005 ). Beberapa bahan tanaman yang
Dalam kondisi tidak tersedia bahan kimia anti protozoa yang cocok, teknik
ini barangkali merupakan cara terbaik untuk menghasilkan ternak yang bebas
ciliata. Masalah yang sama akan terjadi/muncul pada saat mendefaunasi induk tapi
bila induk dapat didefaunasi pada awal kebuntingan, ekosistem mikroba mungkin
kembali dan mendekati keadaan stabil sebelum melahirkan. Oleh karena itu,
keturunan yang dihasilkan dari induk yang terdefaunasi dan yang tidak,
dari induknya. Cara lain yaitu menginokulasi sebagian keturunan yang bebas
ciliata dengan protozoa yang di dapat dari media in vitro, untuk meyakinkan
bahwa inokulum hanya mengandung protozoa saja. Semua ini tergantung tujuan
protozoa sehingga terjadi keseimbangan dengan bakteri dan ternak inang dapat
pula pada ternak inang. Seperti apa yang direkomendasikan oleh OECD-UNE
metode yang praktis dan murah untuk mendefaunasi rumen (atau paling tidak
(sintetis atau alami), atau cara pemberian pakan yang dapat mengurangi jumlah
protozoa.
18
tidak memiliki jumlah yang statis melainkan mengalami kenaikan dan penurunan
2.5.1 Suhu
aktivitas bakteri rumen terutama pencerna serat kasar dengan suhu 38° - 41°C
(Fathul,2009) . Pada saat ternak setelah makan , suhu rumen meningkat sampai
dengan 410c terutama selama proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya
temperatur akan menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air
dingin yang akan mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama pada spesies
spesies tertentu yang sangat peka yang tidak dapat bertahan hidup pada suhu
diatas 400 C.
Mikroba rumen dapat dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu bakteri,
mikroba rumen maupun menghasilkan produk berupa VFA dan NH 3. Nilai rataan
19
pH rumen yang normal berada pad kisaran lingkungan antara 6-7, sedangkan
tidak menurun atau meningkat secara drastis maka perlu adanya hijauan didalam
ransum dalam proporsi yang memadai (± 40 persen dari total ransum atau dengan
kadar serat kasar sekitar 20 persen) dimana 70 persen dar iserat kasar ini harus
dan akan mati pada pH rumen dibawah 5,5. Jamur rumen perkembangbiakannya
Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63 - 63,35% CO 2;
26,76 - 27% CH4; 7% N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Oksigen yang masuk
kedalam rumen melalui proses menelan akan segera digunakan oleh bakteri-
bakteri fakultatif anaerobic seperti Sterptococcus bovis. Salah satu akibat dari
proses ini adalah redoks potensial didalam rumen akan selalu konstan dan rendah
Peranan hidrogen dalam proses produksi methana adalah sebagai sumber
kadar nitrogen didalam rumen sangat rendah, beberapa jenis bakteri memerlukan
Macam hijauan berpengaruh terhadap jumlah dan macam bakteri maupun
jumlahnya pada kondisi ini. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi jika proporsi
suplai makan) fluktuasi pH rumen akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan
106 telah dilaporkan jika frekuensi pemberian pakan ditingkatkan dari satu kali
2.5.6 Antibiotik
Apabila ternak ruminansia diberi obat-obatan seperti antibiotik atau sulfur,
populasi mikroba rumen akan menurun secara drastis. Meskipun penurunan itu
biasanya terbatas pada mikroba yang bersifat patogen, tetapi secara umum obat-
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
terbang yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta
(2) Secara umum terdapat empat jenis mikroorganisme rumen, yaitu bakteri
bolus.
(5) Pengendalian populasi protozoa di dalam rumen yaitu isolasi ternak yang
DAFTAR PUSTAKA
Abou Akkada, A.R. and Howard, B.H. 1962. The Biochemistry of rumen
protozoa: the nitrogen methabolism of entodinium. Biochem. J. 82:313-
320.
Barry, T.N. 1988. Condensed Tannins: Their Role in Ruminant Protein and
carbohidrate Digestion and Possible Effect upon the Rumen Ecosystem.
In The Role of Protozoa and Fungi in Ruminat Digestion. Editor: J.V.
Nolan; R.A. Leng, D.I Demeyer Penambul Book. Armidale, NSW 2351-
Australia.
Becker E.R. and Everett R.C. , 1930. American Journal of Higyene 11:362.
Bird S.H., and Leng, R.A. 1978. British Journal of Nutrition. 40: 163.
Bird, S.H. 1988. Production from ciliate-free ruminants. In The Role of Protozoa
and Fungi in Ruminat Digestion. Editor: J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I
Demeyer Penambul Book. Armidale, NSW 2351- Australia.
Bryant, M.P. 1967. Microbiology of the Rumen In Sweeson, M.J. 1970. Duke,s
Eadie M.J., and Gill J.C, 1971. Britis Journal of Nutritions. 26: 155.
Kayouli, C., Demeyer, D.I., Van Nevel, C.J and Dendooven, R. 1984. Animal
Food Science and Technology. 10: 165.
Kamra, D.N. 2005. Rumen Microbial Ecosystem. Journal Current Science. 89(1) :
124-135.
Minor, S., N.A. MacLeod, T.R. Preston and R.A. Leng. 1977. Studies on
digestion in different sections of the intestinal tract of bulls fed
sufarcane / urea with different supplement. Tropical Animal Production
2: 13-174.
Nagaraja, T. G. (2016). Microbiology of the rumen. in rumenology (pp. 39–61).
Offer, Y., and Robert. 1996. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia.
[Online]. Tersedia http://Jajo66.wordpress.com. (Diakses tanggal 5 April
2020).
.
Peres Miravete, A. 1973. Behavior of Microorganisms. Plenum Press. London.
Preston and Leng. 1987. Matching Ruminant Produktion Systems With Available
Resource in the Tropik and Sub Tropik Penambul Books Armidale. New
South Wales, Australia.
Prestone, TR dan R.A. Leng (1987). Matching Ruminant Production Systems with
available Resources in the Tropics and Sub Tropic. Penambul Books.
Armidalle POB 512.
24
Purser, D.B., and Moir, R.J. 1959. Australian Journal of Agricultural Research.
10:555.
Rahmadi, dkk., 2003. Ruminologi Dasar Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Soetanto, H. 1988. Studies on the Role of Rumen Anaerobic Fungi and Protozoa
in Fiber Digestion. M.Rur, Sc. Thesis. University of New England
Armidalle- Australia.
Subrata, A., L.M. Yusiati, dan A. Agus. 2005. Pemanfaatan Tanin Ampas Teh
terhadap Efek Defaunasi, Parameter Fermentasi Rumen dan Sintesis
Protein Mikroba secara In Vitro. Http://ojs.lib.unair.ac.id.
Tarmidi, A.R. 2009. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan
Ruminansia. Http:// pustaka.unpad.ac.id. Diakses 05 April 2020.
Wereszka, K., & Michałowski, T. (2012). The ability of the rumen ciliate
protozoan Diploplastron affine to digest and ferment starch. Folia
Microbiologica, 57(4), 375–377.
Whitelaw, F.G., Eadie, M.J., Mann, S.O., and Reid, R.S. 1972. British Journal of
Nutrition. 24: 425.