Anda di halaman 1dari 21

1

MAKALAH LANDASAN ILMU NUTRISI


“SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA”

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Ir. FAUZIA AGUSTIN MS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III
MUTIA SYAPUTRI (2010622009)
DWI MELAN PUSPITA( 2010621025)
HAFIDZ YUFI ALGHANI (2010621010)
ABDIL(2010621006)
ENDA BARISTI( 2010622006)
DILA MAILANI SAPUTRI( 2010621005)
MOAMAR ZIDANE( 2010622040)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS KAMPUS II PAYAKUMBUH
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah
LANDASAN ILMU NUTRISI ini degan judul “SISTEM PENCERNAAN PADA
RUMINANSIA” ini dengan tepat. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkah kepada Ruh
junjungan Alam , yakni Nabi Muhammad SAW
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah landasan ilmu nutrisi, harapan
penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunannya harapan
besar kritik dan saran yang membangun tentang makalah ini.

Di tempat,22 September 2021

Penulis
(Kelompok III)
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
I.I. LATAR BELAKANG............................................................................................2
RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2
TUJUAN MASALAH ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
2.1. PENGERTIAN SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA................................
2.2. PROSES PENCERNAAN PADA RUMINANSIA...............................................
2.3. SISTEM PENCERNAAN PADA RUMINANSIA..............................................
2.4. ANATOMI DAN FUNGSI SISTEM PENCERNAAN PADA RUMINANSIA...
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................
3.1. KESIMPULAN.....................................................................................................
3.2. SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
4

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sistem pencernaan pada mamalia memiliki anatomi dan fisiologi yang hampir sama
pada hewan mamalia yang satu dan yang lainnya. Namun terdapat hal yang berbeda dalam
sistem pencernaan pada salah satu mamalia yaitu ruminansia. Mamalia khususnya ruminansia
atau bisa disebut hewan pemamah biak yang sering kita temui memiliki kebiasaan mengambil
sepanjang hari titik Mama dia ini memiliki lambung yang berbeda dari mamalia lainnya
memiliki 4 lambung apa itu rumen, omasum, abomasum, dan retikulum titik sedangkan
mamalia lain memiliki lambung dengan satu ruang.
Ternak ruminansia memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan ternak
non- ruminansia, khususnya pada saluran pencernaan. Hal tersebut tentunya berdampak
terhadap nutrisi yang dibutuhkan. Pencernaan adalah serangkaikan proses yang terjadi di
dalam alat pencernaan(tractus digestivus ) ternak sampai memungkinkan terjadinya
penyerapan. Proses pencernaan tersebut merupakan suatu perubahan fisik dan kimia yang
dialami oleh bahan makanan dalam alat pencernaan. Pencernaan pada ternak ruminansia
merupakan proses yang sangat kompleks yang melibatkan interaksi dinamis antar pakan,
populasi mikroba dan ternak itu sendiri. Pakan yang sudah melewati fase pencernaan selanjut
akan memasuki siklus metabolisme. Metabolisme merupakan suatu proses kimiawi yang
terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Proses metabolisme adalah pertukaran zat atau organisme
dengan lingkungannya.
Ternak ruminansia merupakan salah satu penyumbang protein hewani yang paling
potensial melalui produknya berupa daging dan susu. Salah satu hambatan yang cukup serius
yang dihadapi pada masa yang akan datang adalah berkurangnya ketersediaan hijauan sebagai
pakan. Hal ini disebabkan areal penanaman rumput semakin sedikit karena semakin meluasnya
areal untuk pemukiman penduduk dan industri. Sementara itu lahan yang cukup subur
diprioritaskan untuk pertanian tanaman pangan sehingga pengembangan peternakan hanya
dapat dilaksanakan di lahan marginal. Oleh sebab itu integrasi usaha ternak ruminansia dengan
pertanian padi merupakan salah satu alternatif yang memberikan harapan. Dalam sistem ini
hasil limbah pertanian seperti jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan.
5

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sistem pencernaan pada ruminansia
TUJUANMASALAH

Untuk mengetahui sistem pencernaan yang terdapat pada ruminansia


6

BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA

Sistem pencernaan adalah proses penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan
dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh.
Yang berfungsi untuk memasukkan makanan, menggiling, mencerna, menyerap zat makanan
serta membuang sisa makanan. Serta mengubah zat makanan dalam bahan makanan dari
bentuk kompleks menjadi sederhana hingga mudah diserah dan digunakan oleh tubuh.

Ruminansia adalah hewan pemamah biak (Ordo Artiodactyla atau hewan , terutama
dari sub ordo Ruminansia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang
mencerna makanannya dalam dua langkah: pertama dengan menelan bahan mentah,
kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya dan
mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang
(monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik, harafiah: berperut banyak).
Ruminansia memiliki sistim pencernaan yang berbeda dengan ternak yang lain.
Sistim pencernaan ruminansia memiliki beberapa tahapan dalam mencerna makanan.
Mengetahui sistim pencernaan ternak yang dipelihara oleh peternak sangat bermanfaat untuk
7

mengetahui bagaimana cara kerja saluran pencernaan sehingga memudahkan dalam


penanganan jika terjadi kasus-kasus pada pencernaan. Pencernaan adalah tempat dimana
makanan diproses di dalam tubuh. Pencernaan ternak ruminansia berbeda dengan ternak yang
lain, ternak ruminansia memiliki lambung ganda. Proses pencernaan ternak ruminansia terjadi
secara mekanis (didalam mulut), secara fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan) (Sutardi,
1979). Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, rumen, retikulum,
omasum, abomasum, usus halus, sekum,kolon dan rektum. Rumen memiliki ukuran yang
paling besar yaitu 80 %, retikulum 5 %, omasum 7 % dan abomasum 8 % (Church, 1988).

PROSES PENCERNAAN PADA RUMINANSIA


Untuk setiap aktivitas fisiologi/faali dalam tubuh makhluk hidup, khususnya manusia dan
hewan piara, misalnya aktivitas organ-organ tubuh, proses pertumbuhan, pemeliharaan kondisi
tubuh, proses kerja, proses produksi dan reproduksi, memerlukan sejumlah energi dan zat
makanan pembangun atau zat pemelihara tubuh. Energi dan zat makanan tersebut hanya
diperoleh dari pangan/pakan atau bahan makanan yang dikonsumsi yang dirombak dan diserap
dalam saluran pencernaan, kemudian dimetabolisme dalam sel genap seperti sapi, kerbau,
domba, kambing, rusa, dan kijang yang merupakan subordo dari ordo Artiodactyla.
Nama ruminansia berasal dari bahasa Latin “ruminare” yang artinya mengunyah kembali
atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah
biak. Ruminansia merupakan ternak masa depan yang mampu meningkatkan kesejahteraan
manusia, karena hanya hewan ini yang mampu dengan baik memanfaatkan bahan yang tidak
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hijauan seperti rumput atau limbah pertanian yang tidak
dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan bernilai gizi tinggi yang dapat
dikonsumsi oleh manusia. Ternak non ruminansia selain kuda dan kelinci, pada suatu saat akan
merupakan saingan manusia, karena pakan ternak tersebut juga merupakan makanan manusia.
Proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pencernaan Mekanik yang terjadi di dalam mulut .
2. Pencernaan Hidrolitik yang disebabkan oleh enzim pencernaan ternak itu sendiri .
3. Pencernaan Fermentatif yang dilakukan oleh mikroorganisme rumen

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan
dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi
enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum,
yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa
menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang
sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber
protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan
asam amino
8

esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku
pembentukkan susu pada sapi. Nah, inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput,
sapi dapat menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.

Agar supaya memperoleh gambaran yang jelas bagaimana dan di mana proses Pencernaan
baik kimiawi maupun mekanis dan bagaimana ternak memanfaatkan bahan Makanan berserat
kasar tinggi, perlu diketahui dahulu sistem pencernaan serta fungsi bagian-bagian dari alat
pencernaan tersebut, khususnya rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Struktur khusus
sistem pencernaan hewan ruminansia:

• Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan
seperti rumput.
• Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk datar dan lebar.
• Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
• Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum dan
abomasum.

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas
mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan
kadang- kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas

M P C I I C P M Jenis gigi

3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

I = insisivus = gigi seri


C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak
mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak
dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat,
yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.Jika dibandingkan
dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek
dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan
panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.

Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar ¾ dari isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah
membali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan
Fermentasi. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, Omasum,
danabomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.
9

Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Hewan
seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti Pada sapi untuk
fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan Oleh bakteri
terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada Sekum tidak
seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, Dan marmut
lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum.
Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang
kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.

Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali.
Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci. Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar
dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora
bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume
makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat. Usus pada sapi sangat panjang,
usus halusnya bisa mencapai 40 meter.

Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Enzim selulase yang hihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna
selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang
dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang
ada di sekum akan Keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja)
hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas
bio).

SISTEM PENCERNAAN PADA RUMINANSIA

Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan
makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Proses pencernaan makanan pada ternak
ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut
beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati).

Dalam studi fisiologi ternak ruminansia, rumen dan retikulum sering dipandang sebagai
organ tunggal dengan sebutan retikulo-rumen. Omasum disebut sebagai perut buku karena
tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsi omasum belum terungkap dengan
jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan
elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak
terbang (Frances dan Siddon, 1993). Termasuk organ pencernaan bagian belakang lambung
adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakang tersebut juga terjadi
aktivitas fermentasi. Namun belum banyak informasi yang terungkap tentang peranan
fermentasi pada organ tersebut, yang terletak setelah organ penyerapan utama.

Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapat terjadi Secara mekanis di mulut,
fermentatif oleh mikroba rumen dan secara hidrolis oleh enzim-enzim pencernaan. Pada sistem
pencernaan ternak ruminansia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak (ruminasi).
Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat
hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses
10

regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan


kembali(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba
rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut
bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu
kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan
retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman et al. 1982).Di dalam rumen terdapat
populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga
grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungsi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam
rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni
pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman
sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.

Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan,


karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa
diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat berdasarkan penyebaran
silianya. Beberapa jenis bakteri yang diperoleh Hungate (1966) adalah : (a) bakteri pencerna
selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus,
Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio
fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna pati(Bakteroides
ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri pencerna gula
(Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clostridium
sporogenus, Bacillus licheniformis).

Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs yang


mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel,
sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat
yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989). Rumen merupakan bagian sistem pencernaan pada
ternak ruminansia. Pada rumen terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara
hidrolitik. Pencernaan fermentatif memerlukan bantuan mikroba dalam mencerna pakan
terutama pakan dengan kandungan selulosa dan hemiselulosa yang tinggi. Sedangkan
pencernaan hidrolitik memerlukan bantuan enzim dari sistem pencernaan hewan itu sendiri
dalam mencerna pakan.

Lambung pada ternak ruminansia dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu :

1. Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware stomach. Retikulum berbatasan
langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas
diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi
tercampur.

2. Rumen
Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi
dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri.
Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan
rumen terdapat papilla. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena
pada bagian tersebut terdapat mikroba dengan jumlah bermilyar-milyar.

3. Omasum
11

Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku.
Derajat Keasaman (pH) omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan
abomasum terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice. Fungsi omaso abomasal
orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum.

4. Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Derajat keasaman (pH) pada
abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Permukaan abomasums dilapisi oleh
mukosa yang berfungsi untuk melindungi dinding sel agar tidak tercerna oleh enzim yang
dihasilkan oleh abomasum (Priyono, 2009).

Rumen sapi

Perut ruminansia terdiri atas retikulum, rumen, omasum dan abomasum. Volume
rumen pada ternak sapi dapat mencapai 100 liter atau lebih dan untuk domba berkisar 10 liter.
Isi rumen yang merupakan limbah rumah potong hewan bila tidak ditangani dengan baik
dapat mencemari lingkungan, sebaliknya isi rumen berpotensi sebagai feed additive. Menurut
Gohl (1981) isi rumen dapat mencapai 8-10% dari berat sapi atau kerbau yang dipuasakan
sebelum dipotong. Jovanovic dan Cuperlovic (1977) menyatakan mikrobia rumen dapat
meningkatkan nilai gizi bahan makanan karena adanya enzim yang dihasilkan oleh mikroba
sehingga akan meningkatkan daya cerna.

Kualitas isi rumen dipengaruhi oleh jenis makanan, mikrobia rumen dan lamanya
makanan dalam rumen. (Barnet dan Nair, 1961). Menurut Jovanovic dan Cuperlvic (1977)
kualitas isi rumen tidak begitu bervariasi antara hewan yang dipotong dari berbagai tempat,
sebab hewan dipuasakan terlebih dahulu sehingga adanya variasi dari ransum akan
teratasi. Di dalam rumen, organisme akan memfermentasi karbohidrat yang spesifik dengan
menggunakan enzim untuk mendegradasi substrat sebagai sumber energi.

Church (1979) menyatakan bahwa cairan rumen mengandung enzim -amilase,


galaktosidase, hemisellulase, sellulase dan xilanase enzim yang aktif pada xilan dan
arabinosa. Enzim proteolitik dan selulolitik juga terdeteksi pada level yang tinggi. Enzim
protease terdistribusi berturut-turut sebesar 37,7 ; 22,1 dan 40,2% dan amilase 51,6; 18,2 dan
30,2% pada cairan rumen, partikel pakan dan keseluruhan rumen. Tingkat degradasi perlakuan
penambahan enzim cairan rumen Dengan aktivitas enzim selulase 2,43 IU/g pada substrat
onggok, gaplek, bungkil kelapa, jeram padi dan dedak berturut-turut sebesar 89,9; 85,89;
83,97 ; 72,79 dan 67,81% (Murni,2003).
12

ANATOMI DAN FUNGSI SISTEM PENCERNAAN PADA RUMINANSIA


13

Saluran Pencernaan pada ruminansia hampir sama dengan saluran pencernaan pada mamalia
lainnya. Namun terdapat perbedaan pada jumlah ruangan pada lambung, yakni
sebagai berikut :

A. Mulut
Pakan penghancuran di dalam mulut secara mekanik karena menggunakan gigi. Selain itu
pakan juga mengalami penghancuran dengan pencampuran saliva. Menurut Rianto (2011),
saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3 pasang glandula saliva, yaitu glandula parotid yang
terletak di mengalami depan telinga, glandula submandibularis (submaxillaris) yang terletk
pada rahang bawah, dan glandula sublingualis yang terletak di bawah lidah.
Saliva pada sapi tidak mengandung enzim amylase sehingga proses pencernaan hanya
berlangsung secara mekanik. Saliva memiliki kandungan bikarbinat sehingga memiliki sifat
buffer (penyangga), saliva yang masuk ke dalam rumen akan berguna dalam menjaga pH
rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam.

B. Esofagus
Esophagus atau yang disebut dengan kerongkongan merupakan saluran organ
penghubung antara rongga mulut dan lambung. Disaluran ini, makanan tidak mengalami
proses pencernaan. Mereka hanya sekedar lewat sebelum kemudian di gerus di dalam
lambung. Esofagus pada hewan ruminansia umumnya berukuran sangat pendek yakni sekitar
5 cm, namun lebarnya mampu membesar (berdilatasi) untuk menyesuaikan ukuran dan
tekstur makanannya.

Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada
ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring
terdapat klep,yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan
dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat
berjalan menuju lambung.

C. Lambung
Lambung kuda relatif lebih kecil dibandingkan ternak lain terutama ternak ternak
ruminansia. Kapasitas lambung kuda antara 8-15 liter atau hanya 9% dari total kapasitas
saluran pencernaan. Proses pencernaan yang terjadi di daerah lambung tidak semurna
dikarenakan aktivitas mikroorganisme sangat terbatas dimana populasi bakteri relati rendah,
waktu tinggal pakan di lambung hanya sebentar sekitar 30menit, dan hasil proses fermentatif
adalah asam laaktat bukan VFA.

• Rumen
Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx dan melalui oesophagus
menuju rumen. Menurut Rianto(2011), rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat
persediaan dan pencampuran bahan pakan untuk fermentasi oleh mikroorganime. Rumen
berupa suatu kantung muskular yang besar yang terentang dari diafragma menuju pelvis dan
hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal.

Fungsi utama rumen adalah tempat untuk serat kasar dan zat-zat pakan dengan bantuan
mikroba. Mikroba tersebut dalam suasana anaerob dan sebagian dapat hidup dalam suasana
fakultatif anaerob.Saluran pencernaan sapi tidak menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa
yang merupakan bagian terbesar dari pakan serat, yaitu sekitar 30-60% dari total bahan kering.
Karena enzim yang digunakan dalam pencernaan serat berasal dari mikroba. Hal ini sesuai
14

dengan pendapat Blakely (1994), rumen volumenya dapat mencapai 200 liter, rumen
mengandung mikroorganisme, bakteri, dan protozoa yang akan menghancurkan bahan-bahan
berserat, mencerna bahan-bahan itu untuk kepentingan mikroba itu sendiri, membentuk asam-
asam lemak mudah terbang, serta mensintesis vitamin B serta asam-asam amino.

Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan, karena sulit
mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa diklasifikasikan
berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa
jenis bakteri adalah:
(a) bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens,
Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens),
(b) bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides ruminocola,
Ruminococcus sp),
(c) bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas
amylolytica,
(d) bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus),
(e) bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).

• Retikulum
Retikulum disebut honey comb, hal ini dikarenakan wujudnya yang berbentuk seperti
rumah lebah. Menurut Blakely (1994), bentuk reticulum mencegah benda-benda asing seperti
misalnya kawat untuk tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. Retikulum
seringkali tertusuk oleh benda-benda tajam sehingga menyebabkan keadaan yang disebut
penyakit hardware. Keadaan ini bersifat fatar karena jantung letaknya berdekatan. Menurut
Rianto (2011), retikulum berfungsi mengatur aliran digest dari rumen ke omasum.

Menurut Rianto (2011), intestine terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jedunum, dan
ileum. Panjang intestine pada sapi adalah 22-30 kali panjang tubuhnya. Kelenjar duodenum
menghasilkan cairan alkalin yang berguna sebagai pelumas dan melindungi dinding duodenum
dari asam hidroklorat yang masuk dari abomasum. Pada ujung duodenum terdapat kelenjar
empedu dan pancreas, kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garama sodium dan
potassium dari asam empedu. Garam-garam ini berfungsi mengaktifkan enzim lipase yang
dihasilkan pancreas dan mengemulsikan lemak digesta sehingga mudah diserap lewat dinding
usus.

• Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph
o masum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang
yang disebut omaso abomasal orifice. Letak : sebelah kanan(retikulum) grs media (disebelah
rusuk 7-11) dengan Bentuk : ellips, Permukaan dalam berbentuk laminae → perut buku (pada
lamina terdapat papila untuk absorpsi) Fungsi: grinder, filtering, fermentasi, absorpsi)

• Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice
adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada
abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan
bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah
kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi
untuk melindungi dinding sel
15

tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen
dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada
saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik. Letaknya pada Dasar perut
(kanan bawah) dengan bentuk : memanjang, Bagian dalam terdapat tonjolan : fold → absorps
Terdiri 3 bagian:
Kardia : sekresi mucus
Fundika: pepsinogen, renin, HCl, mukus
Pilorika : sekresi mucus.
Fungsi: Tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) → Pencernaan protein
Mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum. (uchiha, 2013)

D. Usus Halus
Usus kecil merupakan tempat utama untuk mencerna karbohidrat, protein dan lemak serta
tempat absorbsi vitamin dan mineral. Kapasitas usus kecil adalah 30%.dari seluruh kapasitas
saluran pencernaan kuda. Usus kecil terdiri dari tiga bagian yaitu: duodenum, jejenum, dan
ileum. Proses pencernaan di usus kecil kecil adalah proses pencernaan enzimatik. Beberapa
enzitersebut adalah peptidase, dipeptidase, amylase, dan lipase.

E. Usus Besar
Rianto (2011), ada tiga pokok yang terdpat dalam kelompok usus besar, yaitu colon,
caecum, dan rectum. Pada saat digesta masuk ke dalam colon, sebagian besar digesta yang
mengalami hidrolisis sudah terserap sehingga materi yang masuk ke dalam colon adalah
materi yang tidak dicerna.

Hanya sedikit sekali digesta yang terserap lewat dinding usus besar. Materi yang tidak
terserap kemudian dikeluarkan lewat anus sebagai feses. Materi yang keluar dari feses meliputi
air, sisa- sisa pakan yang tidak tercerna, sekresi saluran pencernaan, sel-sel ephitelium saluran
pencernaan, garam-garam anorganik, bakteri, dan produk-produk dari proses dekomposisi oleh
mikrobia Usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang
terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir
direktum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama pada bagian kolon yang naik) dari satu
spesies ke spesies yang lain, jauh lebih menonjol dibandingkan dengan pada usus halus.

Kolon yang menurun, bergerak ke depan di antara dua lapis mesenteri yang menyangga
usus halus. Lop proksimal (ansa proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon spiral (ansa
spiralis). Ansa spiralis itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian yang pertama membentuk
spiral ke arah pusat lilitan (bersifat sentripetal) sedangkan bagian berikutnya membentuk spiral
yang menjauhi pusat lilitan (sentrifugal). Bagian terakhir dari kolon yang naik yaitu ansa
distalis, menghubungkan ansa spiralis dengan kolon transversal. Kolon transversal menyilang
dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal menuju ke rektum dan anus, bagian
terminal dari saluran pencernaan.

E. Anus (rectum)
16

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus,
feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot
spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum
ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.

Keuntungan ruminansia
Keuntungan ruminansia yang mempunyai organ fermentatif sebelum usus halus adalah:
(1) dapat mencerna bahan makanan berkadar serat kasar tinggi sehingga bahan makanannya
sebagian tidak bersaing dengan manusia,
(2) mampu mengubah sembarang N termasuk Non Protein Nitrogen (NPN) seperti urea menjadi
protein bermutu tinggi,
(3) keperluan asam amino untuk memenuhi nutrisi proteinnya tidak bergantung kepada kualitas
protein makanannya,
(4) produk fermentatif dalam rumen dapat disajikan ke dalam usus halus dalam bentuk yang
mudah dicerna, dan
(5) kapasitas rumen yang sangat besar, mampu menampung banyak sekali makanan sehingga
proses makannya dapat berjalan dengan cepat.

KANDUNGAN ZAT RUMEN SAPI


Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen sapi meliputi: air (8,8%), protein
kasar (9,63%), lemak (1,81%), serat kasar (24,60%), BETN (38,40%), Abu (16,76%),
kalsium
(1,22%) dan posfor (0,29%) dan pada domba meliputi: air (8,28%), protein kasar (14,41%),
lemak (3,59%), serat kasar (24,38%), Abu (16,37%), kalsium (0,68%) dan posfor (1,08%)
(Suhermiyati, 1984). Widodo (2002) menyatakan zat makanan yang terkandung dalam rumen
meliputi protein sebesar 8,86%, lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, fosfor 0,55%, abu 18,54% dan
air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat yang terkandung didalamnya maka isi rumen
17

dalam batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan bahan
pencampur ransum berbagai ternak.
Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi mikroba
yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi
bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat
5 - 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen (Tillman, 1991). Beberapa jenis bakteri/mikroba yang
terdapat dalam isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba lipolitik, (b) bakteri/mikroba pembentuk
asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d) bakteri/mikroba selulolitik,
(e) bakteri/mikroba proteolitik Sutrisno dkk, 1994)

Jumlah mikroba di dalam isi rumen sapi bervariasi meliputi: mikroba proteolitik 2,5 x 10 pangkat
9 sel/gram isi rumen, mikroba selulolitik 8,1 x 10 pangkat 4 sel/gram isi rumen, amilolitik 4,9 x
10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba pembentuk asam 5,6 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba
lipolitik 2,1 x 10 pangkat 10 sel/gram isi dan fungi lipolitik 1,7 x 10 pangkat 3 sel/gram isi
(Sutrisno dkk, 1994). Mikroorganisme tersebut mencerna pati, gula, lemak, protein dan nitrogen
bukan proein untuk membentuk mikrobial dan vitamin B.
Berdasarkan hasil penelitian Sanjaya (1995), penggunaan isi rumen sapi sampai 12% mampu
meningkatkan pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan ayam pedaging dan mampu
menekan konversi pakan ayam pedaging.
Proses Pencernaan di Retikulum
Setelah pakan sapi diolah di rumen, makan prosesnya akan diteruskan ke retikulum.
Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding
penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel
pakan akan tercampur.
Retikulum sendiri berasal dari kata reticular yang berarti anyaman benang atau jala, oleh
sebab itu reticulum disebut juga sebagai perut jala atau hardware stomach. Pada dinding
retikulum terdapat papillae yang membentuk alur/garis-garis yang saling berhubungan sehingga
berbentuk seperti sarang lebah. Secara fisik, tidak terdapat batas yang jelas antara retikulum
dengan rumen sehingga kedua kompartemen tersebut sering disebut satu bagian, yaitu retikulo
rumen atau rumino-retikulum.
Di bagian reticulum, makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih
kasar (disebut bolus). Bolus ini nantinya dapat ditarik lagi ke mulut untuk dimamah yang kedua
kalinya.
18

Proses Pencernaan di Omasum


Fungsi omasum pada proses pencernaan pakan memang belum terungkap dengan
jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan
elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak
terbang(Frances dan Siddon, 1993).

Omasum disebut sebagai perut buku karena permukaan dinding omasum berlipat-lipat
dan kasar, jumlah lipatan ini sekitar 100 lembar. Selain itu, pada Omasum juga terdapat 5
lamina (daun) yang mempunyai duri (spike). Semakin mendekati abomasum, ukuran duri
semakin kecil. Fungsi lamina adalah menyaring partikel digesta yang akan masuk ke
abomasum. Partikel digesta yang masih terlalu besar akan dikembalikan ke retikulum.
Selanjutnya, partikel digesta tersebut akan mengalami regurgitasi (dikeluarkan kembali ke
mulut) dan remastikasi (dikunyah lagi).
Pada omasum juga terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Bolus ini nantinya akan diteruskan ke abomasums
19

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa:


1) Saluran pencernaan ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut,
esophagus, lambung yang terbagi menjadi 4 yaitu:rumen, reticulum, omasum, abomasum,
usus halus, usus besar, anus.
2) Yang membedakannya dengan system pencernaan non-ruminansia adalah pada jumlah
lambungnya, non-ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan ruminansia
mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing mempunyai fungsi
spesifiik masing-masing.
3) Proses pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif, dan enzimatis.

SARAN

Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis masih dalam proses
pembelajaran. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, agar bisa
memperbaiki diri dimasa depan. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.
20

DAFTAR PUSTAKA

Priyono, 2009. Rumen Pada Ternak Ruminansia URL :


http://priyonoscience.blogspot.com/2009/05/rumen-pada-ternak-ruminansia.html)
(25/04/2010)

Gohl, BO. 1981. Tropical Feed. Food and Agriculture Organization of The United Nation,
Rome.

Jovanovic, M. Cuperlvic M. 1977. Nutritive Value Of Rumen Content For Oogastric.


Anim Feed Sci and Tech 2:351-360.

Murni, S. 2003. Aktivitas Enzim Cairan Rumen Pada Bebrapa Bahan Pakan Dan
Pengaruhna Terhadap Performans Broiler Yang Diberi Ransum Berbahan Baku
Singkong. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Barnet A.F.G, and Matoba T. Nair, B.M. 1961. Reaction in Rumen. Edward Arnold. Pub.
Ltd. London.

Tillman, Allen D. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. ISBN : 979-420-015-8

Uchiha, g. (2013, september 14). SISTEM PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA.


Retrievedfrommakalahpenelitianipa.blogspot.com:
https://makalahpenelitianipa.blogspot.com/2013/09/sistem-pencernaan-hewan-
ruminansia.html
21

https://www.gurupendidikan.co.id/ruminansia/

https://disnak.lebakkab.go.id/sistim-pencernaan-pada-ternak-ruminansia/

Anda mungkin juga menyukai