Disusun Oleh:
Kelas A
Kelompok 1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada matakuliah Nutrisi Ternak
sebesar-besarnya kepada Prof Dr. Ir. H. Ujang Hidayat T. M.Si selaku dosen
pengampu matakuliah Nutrisi Ternak Ruminansia dan kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Penulis
berharap makalah dapat bermanfaat bagi pembaca serta menjadi informasi ilmiah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................ 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistim Enzim pada Ternak Ruminansia ............................ 6
III PEMBAHASAN
3.1 Alat – alat Pencernaan dan Jenis Makanannya ................. 8
3.2 Perkembangan Alat Pencernaan ........................................ 18
3.3 Sistim Enzim Ternak dari Muda Hingga Dewasa ............. 21
IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................ 26
iii
1
PENDAHULUAN
Artiodactyla disebut juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa
Latin "ruminare" yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia
sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau
polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan
zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana
Perut sejati pada sistem pencernaan ruminansia diawali oleh tiga bagian
abomasum), usus halus, usus besar, anus, serta glandula aksesori, yang terdiri dari
ruminansia
1.3 Tujuan
ruminansia
II
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu mulut, lambung, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang. Lambung
ternak ruminansia terdiri atas 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum. Rumen dan retikulum dipandang sebagai organ tunggal yang disebut
bagian belakang (Erwanto, 1995). Rumen dan retikulum dihuni oleh mikroba dan
merupakan alat fermentatif dengan kondisi anaerob suhu 39oC (Sutardi, 1976).
tersebut adalah rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7% dan abomasum 8%. Arora
mikroba rumen. Melalui mikroba ini maka bahan-bahan makanan yang berasal dari
karbonhidrat, dan protein dirombak menjadi asam asetat, propionat, dan butirat.
Pada proses ini, makanan akan bercampur dengan saliva kemudian masuk ke dalam
proses pencernaan fermentatif. Pada masa ternak istirahat makanan dari rumen yang
oleh mikroba rumen. Digesta yang halus dapat masuk ke dalam usus dan mengalami
Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi, dan kelenjar saliva) memiliki
tingkat kepentingan yang berbeda pada tiap spesies (Blakely, 1994). Dentis
merupakan organ yang terdapat pada maksila dan mandibula, tertata melengkung
seperti tapal kuda dan melekat pada gingiva. Fungsi dentes dalam proses
proses fragmentasi pakan yang masuk kedalam cavum oris (Praseno, 2003).
Esophagus terdiri dari otot, sub mukosa, dan mukosa. pH normal pada esophagus
4 bagian, yaitu paling depan disebut rumen, kemudian reticulum, omasum, dan
(lambung) merupakan organ yang pada dasarnya merupakan tempat proses digesti
(Praseno, 2003).
Rumen merupakan suatu muscular yang besar dan terentang dari diafragma
menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal (Frandson,
5
1996). Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena disitu
makanan dan metabolise. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses
fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak
tidak jenuh (VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba itu sendiri. Asam
lemak (VFA) adalah asam propionate dan asam butirat yang merupakan sumber
yang tercermin dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya diselaputi oleh
bekerja pada bahan makanan yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan
Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun
dari alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak disebelah kanan rumen dan
reticulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan abomasum terdapat
Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi
kanan dari rumen (Frandson, 1996). Pakan dierna di abomasum melalui enzim
ternak ruminansia itu sendiri. Karena kerja ikroba itu, makanan dari seekor hewan
6
dengan rumput yang semula dimakan oleh hewan itu (Campbell, 2003).
Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.
Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas
dapat dipisahkan dengan duodenum, yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai
pembatas. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. pH normal yang terdapat
pada usus halus adalah 7 (Frandson, 1996). Proses digesti dan absorpsi hasil digesti
Usus besar terdiri dari sekum, kolon, dan rectum. Usus besar tidak
tiap pencernaan yang terjadi didalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-
enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yang
banyak terdapat pada usus besar. Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses
pembusukan sisa digesti (pembentukan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami
pada jenis ternak non ruminansia. Menurut Sutardi (1979), proses pencernaan
ternak ruminansia terjadi secara mekanis (di dalam mulut), secara fermentatif (oleh
enzim-enzim pencernaan).
7
senyawa tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dari molekul zat
yaitu. Ia memiliki perut tunggal seperti babi, unggas dan manusia. Ini dirancang
untuk mencerna susu. Dibutuhkan sekitar 2-3 minggu untuk mendapatkan rumen
betis agar berkembang sehingga bisa mencerna serat - itulah ruminansia dengan
adalah untuk mengurangi biaya pemeliharaan. Energi dalam makanan jauh lebih
murah daripada energi pengganti susu atau susu, agar rumen berkembang, pedet
perlu makan makanan berserat seperti jerami, silase dan konsentrat yang terbuat
dari biji-bijian dan produk sampingan lainnya. Hal ini akan mendorong
enzim pencernaan juga akan berkembang, dimana hal ini menyesuaikan dengan
kebutuhan dari sapi tersebut. Dimana awalnya terdapat enzim renin yang akan
membantu pencernaan dan penyerapan nutrien pada pedet yang akan digantikan
III
PEMBAHASAN
diperlukan untuk memproses perubahan fisik dan kimia dari pakan yang telah
dikonsumsi oleh ternak. Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri atas 4
bagian penting, yaitu mulut, lambung, usus halus, dan organ pencernaan bagian
belakang. Lambung ternak ruminansia terdiri atas 4 bagian yaitu rumen, retikulum,
omasum, dan abomasums (Erwanto, 1995). Saluran pencernaan dimulai dari mulut,
dalam memproses jenis makanan yang telah masuk. Alat pencernaan pada ternak
1. Rongga mulut
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh
menggiling makanan serta mencampurnya dengan saliva, tetapi dapat juga berperan
dalam mekanisme prehensi atau menggigit, dan juga sebagai senjata defensive
maupun ofensif (Frandson, 1993). Ruminansia yang diberi makanan berserat tinggi
dalam jumlah banyak mensekresikan saliva dalam jumlah besar untuk fungsi
pelumasan dan fungsi-fungsi lain (Balch, 1959; Bayley 1961 ; Wilson dan Tribe,
9
1963; Stacy dan Warner, 1966). Pada ruminansia yang diberi makan biji-bijian
berenergi tinggi aliran salivanya akan berkurang. Hal ini menyebabkan kerja buffer
jenis makanan berupa rumput oleh gigi. Pakan akan mengalami pencampuran
dengan saliva dengan tujuan agar mudah untuk ditelan lalu membentuk bolus. Peran
2. Esophagus
setelah dari farinks ke lambung. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang
kuat dan aktif. Gerakan mendorong dan meremas akan membuat bolus turun ke
lambung secara perlahan. Aktivitas menelan ini termasuk pada aktivitas yang
dipengaruhi kesadaran, karena bagian atas esofagus ini tersusun atas otot lurik
sehingga bolus akan lebih licin, selain itu adanya mukus akan membuat resiko
10
masih kasar dan tercampur dengan saliva akan masuk kedalam esophagus untuk
Esophagus pada sapi pendek dan lebar serta lebih mampu untuk berdilatasi
3. Lambung
Lambung, terdiri dari : “kardia, fundus, badan” (sekresi pepsin dan HCl)
dan “pylorus” (sekresi mucus : gastrin). Fungsi lambung adalah sebagai tempat
kimiawi, adanya gerakan lambung dan cairan lambung bersifat asam. Lambung
a. Rumen
berperan besar. Rumen berupa suatu kantung muskular yang besar yang terentang
dari diafragma menuju pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga
absorbsi. Rumen merupakan bagian terpenting karena kapasitasnya 85% dari total
lambung, lebih dari 80% BK dicerna didalam lambung, adanya aktifitas mikroba
yang dapat mencerna SK, memanfaatkan NPN, sintesis asam amino tubuh mikroba,
sebesar 6,7 – 7,0 dan bersifat anaerob. Di dalam rumen terdapat populasi mikroba
yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama
11
yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Kehadiran fungi di dalam rumen sangat
bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada
jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman
sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
lebih berat akan berkumpul dalam rumen, tetapi rumen tidak akan langsung penuh
karena makanan masuk secara bertahap dan diselingi dengan ruminasi. Sewaktu
makanan dicampur biasanya gas selalu bergerak keatas makanan padat. Gas ini
akan dikeluarkan melalui proses eruktasi. Sifat-sifat bolus yang ditelan sangat
bervariasi bergantung kepada jenis makanannya. Dari rumen fistula dapat dipelajari
bahwa hijauan yang masuk rumen akan menjadi padat, berbentuk bolus oval atau
berbentuk tidak teratur dan masih longgar seperti bolus yang berasal dari rumput
kering, bolus rumput kering biasanya terapung pada cairan rumen dan baru setelah
tercampur akan hilang dan yang ada hanya campuran bahan-bahan yang berat dan
Saat diberi konsentrat, sering terlihat bolus yang berasal dari konsentrat
terdapat didasar rumen yang sedang yang berasal dari hijauan terutama rumput
kering berada diatas (Frandson, 1993). Fungsi rumen adalah sebagai tempat
fermentasi oleh mikroba rumen, absorbsi VFA, Ammonia, lokasi mixing, dan
b. Retikulum
Retikulum, sering disebut sebagai perut jala atau hardware stomach karena
permukaan dalam tampak seperti jala / sarang laba, fungsi retikulum adalah sebagai
langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat
rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.
Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen, terdapat lipatan-lipatan esophagus yang
Didalam retikulum makanan yang dimakan oleh ternak mulai halus karena
bahwa saat cairan rumen pada bagian ventral lebih banyak sekitar digesta dan
masuk kedalam digesta tersebut lalu bercampur dengan digesta yang lebih padat.
Cairan yang berlebihan ini sebagian tumpah masuk retikulum dan membawa
sejumlah makanan yang sudah hancur. Oleh karena itu retikulum umumnya lebih
banyak mengandung cairan dan lebih sedikit bahan padat seperti pada rumen, dan
butir-butir makanan menjadi lebih halus. Setelah hewan makan rumput kering (hay)
dalam waktu lama, maka digesta akan berbentuk massa yang kompak dan
partikel makanan akan terdorong ke atas dan ketika sampai di batas rumen dengan
c. Omasum
sehingga menambah luas permukaan tersebut. Papilla kecil yang berada di atas
suatu organ yang terisi oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau
bagian atap. Membran mukosa yang menutupi lamina, ditebari dengan papilla yang
pendek dan tumpul yang akan menggiling hijauan atau serat - serat sebelum masuk
antara retikulum dan omasum atau orificium reticulo omasi dan tiang-tiang omasum
berkontraksi secara simultan, sehingga lubang reticulo omasal terbuka. Akan tetapi
lubang ini agak tertutup oleh bagian ventral yang meninggi dan membentuk klep,
Fungsi omasum diduga erat kaitanya degan absorpsi air. Kira-kira 48-55%
air yang masuk kedalam omasum diabsorpsi dalam bagian ini, sedang bahan-bahan
Bost, 1970) dan mengabsorpsi asam lemak terbang dari aliran ingesta yang melalui
omasum (Gray et al., 1954; Badawy et al., 1958; Johnston et al., 1961). 10 % dari
asam lemak terbang yang dibentuk didalam retikulo rumen dan omasum diabsorpsi
di dalam omasum (Leng, 1970). Ammonia yang diabsorpsi sangat sedikit dan hanya
Donald, 1948; Dobson, 1958; Hyden, 1961; Warner dan Stacy, 1972). Epithelium
(Harrsion, 1971). Omasum letaknya disebelah kanan rumen dan retikulum persis
14
pada posisi kaudal hati. Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papilla
yang meruncing yang tersusun sedemikian rupa sehingga makanan digerakkan dari
abdomosal. Setiap lamina mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis sentral
yang berhubungan dengan dinding otot dari omasum, serta suatu lapis mukosa
muskularis yang terletak pada tiap sisi dari otot sentral. Dasar omasum seperti juga
Pada pertautan antara omasum dan abomasum terdapat suatu susunan lipatan
d. Abomasum
adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum dan
yaitu berkisar antara 2 - 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika
kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah
kiri. Terletak di dasar perut, dengan kapasitas 7-8%. Abomasum merupakan tempat
pertama terjadinya pencernaan makanan secar kimiawi karena adanya sekresi getah
lambung. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi
untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum.
Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal yang menghasilkan HCl.
(asam amino, gula, asam lemak, dan sebagainya) dihasilkan disini melalui proses
kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa yang diserap melalui dinding
usus. Bahan-bahan yang tidak tercerna bergerak ke cecum dan usus besar kemudian
3. Usus Halus
Usus halus (Intestinum Tenue), dalam usus terjadi pencernaan akhir, artinya
semua zat yang masih bermolekul ganda atau masih berantai panjang akan
dirombak menjadi zat yang lebih sederhana yang umunya bermolekul tunggal. Zat
ini baru akan diabsorpsi oleh usus. Dalam proses ini duodenum, jejenum, ileum
mempunyai fungsi yang hampir sama. Sedikit perbedaan ialah pada jumlah kelenjar
yang terdapat didalam bagian-bagian usus halus tersebut. Usus halus mengatur
aliran ingesta ke dalam usus besar dengan gerakan peristaltic. Di dalam lumen,
getah pancreas, getah usus dan empedu mengubah zat makanan dari hasil akhir
fermentasi mikroba menjadi _onomer yang cocok yang diabsorpsi secar aktif atau
usus menghidrolisa protein; lipase usus menghidrolisa lipid, dan amylase serta
a. Duodenum
dicampur dengan bahan-bahan yang berasal dari kelenjar pankreas dan empedu.
pengaturan keseimbangan air dengan elektrolit antara lumen usus dengan dinding
sel usus sehingga absorbs Fe, Ca, glukosa, dan AA dapat terjadi dengan lancar
(Soeharsono, 2010)
16
b. Jejenum
merupakan bagian terpenting dalam pasasi chime sepanjang usus, karena lipatan
Kekring ini merupakan tonjolan halus (vili) yang dalam keadaan normal bergerak
menyapu kea rah belakang. Di dalam jejenum, zat makanan dibuat homogen dan
dicampur dengan enzim usus, sehingga zat makanan diserap lebih banyak.
c. Ileum
Ileum mempunyai sifat lain yakni daya peristaltik yang kuat seperti gerakan
vitamin B12, asam empedu, dan sisa-sisa asam amino dan lemak yang belum
terserap. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Persambungannya dengan
Usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan
kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang
turun akan berakhir di rektum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama pada
bagian kolon yang naik) dari satu spesies ke spesies yang lain, jauh lebih menonjol
dibandingkan dengan pada usus halus. Kolon yang menurun, bergerak ke depan di
antara dua lapis mesenteri yang menyangga usus halus. Lop proksimal (ansa
proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon spiral (ansa spiralis). Ansa spiralis
itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian yang pertama membentuk spiral ke arah
yang menjauhi pusat lilitan (sentrifugal). Bagian terakhir dari kolon yang naik yaitu
transversal menyilang dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal menuju
ke rektum dan anus, bagian terminal dari saluran pencernaan. Makanan didalam
usus besar ini sudah mengalami pembusukan dan sudah terjadi pembentukan feses.
melalui anus.
5. Rektum
Rektum adalah bagian akhir dari usus besar, dibagian ini feses akan
merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat
anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum. Apabila feses sudah siap
dibuang maka otot spinkter rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot
spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Fungsi
rektum adalah sebagai tempat pembuangan feses. Pada bagian rektum, makanan
Pada anak yang masih menyusu dua ruangan pertama yaitu rumen dan
reticulum relative masih belum berkembang. Oleh karena itu, susu ketika mencapai
lambung disalurkan melalui lipatan yang mirip tabung, yang dikenal dengan nama
esophagus atau reticular groove, langsung ke ruangan ke tiga atau ke empat yaitu
omasum dan abomasum. Setelah anak sapi atau domba mulai memakan makanan
padat dua ruangan pertama yaitu retikulum dan rumen (reticulorumen) menjadi
membesar, sampai pada hewan dewasa meliputi 85% kapasitas total lambung. Pada
hewan dewasa, esofageal tidak berfungsi pada keadaan pemberian pakan normal.
Oleh karena itu, baik air atau makanan akan lewat masuk ke retikulo-rumen. Akan
dirangsang bahkan pada hewan dewasa, khususnya jka hewan tersebut diberikan
minum lewat kran. Makanan akan diencerkan oleh sejumlah saliva encer, pertama-
tama selama makan dan sekali lagi selama pemamahan (ruminasi). Jumlah saliva
yang dihasilkan per hari adalah 150 liter pada sapi dan 10 liter pada domba. Isi
rumen rata-rata mengandung 850-930 g air/kg, akan tetapi sering kali berada dalam
19
dua fase yaitu fase cair di bagian bawah, dimana partikel makanan yang lebih halus
akan tersuspensi, dan lapisan lebih atas yang lebih kering terdiri atas bahan padatan
yang lebih kasar. Perombakan makanan sebagian dicapai melaui cara fisik dan
sebagian dengan cara kimia. Abomasum dan usus halus tempat makanan akan
dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh hewan inang, dan hasil pencernaan akan
mulut, bibir, lidah, gigi, platum, dan kelenjar ludah. Sistem cerna pascadiagfragma
mencakup esophagus, retikulum, rumen, omasum, abomasum, usus halus, dan usus
pakan. Mastikasi melibatkan sitem gigi, terutama molar. Aktivasi ini disertai
dengan proses hidrasi terhadap materi pakan dengan insalivasi. Insalivasi yang
terjadi di dalam rongga mulut terjadi melalui sekresi saliva dari kelenjar parotid,
terutama ion bikarbonat (HCO3-), fosafat (HPO4 2-), K+ dan Na+ serta mucus dan
bersifat basa dengan pH sekitar 8,2. Saliva pada ruminansia tidak mengandung
enzim, namun fungsi hidratif terhadap bahan pakan oleh saliva sangat penting
Proses mastikasi dan insalivasi sangat bereran antara lain dalam: (a)
Lubrikasi dan maserasi bahan pakan untuk memudahkan proses menelan dan
mempercepat proses kloniasi mikroba rumen; (c) Persiapan untuk hidrasi lanjutan
oleh cairan dan enzim pencernaan; dan (d) Melepaskan sebagian komponen pakan
yang mudah larut dari komponen pakan lain yang lebih sulit larut. Organ
pradifragma lain yaitu pharynx dan esophagus berperan dalam proses deglutinasi
mulut. Esofagus pada kambing berfungsi dalam memobilisasi pakan baik kea rah
(rumen, retikulum, omasum, dan abomasum) dan usus (usus kecil dan usus besar)
21
(Kawas et al, 2012). Rumen dipisahkan dari retikulum yang berkapasitas 1-2 liter
oleh esophageal groove. Kedua organ cerna ini (reticulo-rumen) merupakan oergan
populasi bakteri, fungi dan protozoa. Reticulo-rumen juga berfungsi sebagai organ
absorbs dan sekaligus organ ereksi bagi produk hasil fermentasi. Retikulum juga
berperan dalam menyalurkan pakan dari dalam rumen menuju omasum dengan
pakan yang telah melalui proses degradasi yang mengalir dari reticulo-rumen ke
Usus kecil yang terdiri dari segmen duodenum, jejenum dan ileum
setelah proses pencernaan fermentatif. Organ ini juga berperan penting dalam
penyerapan nutrisi (protein, lemak, vitamin dan mineral) cepat. Pada ruminansia
lain seperti sapi dan domba kapasitas usus besar yang terdiri dari sekum, kolon, dan
rektum merupakan tempat utama terjadinya proses dehidrasi terhadap digesta yang
pencernaannya memiliki empat perut yang sama seperti sapi dewasa tapi rumen
secara signifikan lebih kecil daripada saat dewasa. Pada pedet bagian terbesar dari
70% saluran pencernaannya. Pada titik ini sistem metabolisme pencernaan pedet
yang belum sempurna memiliki fungsi yang sama dengan hewan monogastrik dan
22
masih sangat bergantung pada asupan dari pengganti susu atau susu sebagai sumber
ruminansia muda, sistem digestinya mirip dengan sistem digesti monogastrik. Pada
fase prerumiansia ini, pakan cair akan masuk melalui esophageal groove, satu
lambung depan (rumen, retikulum, omasum). Abomasum ini secara fisik dan
biokimiawi mampu mencerna bahan pakan utama pedet yaitu susu. Pada masa
menjendalkan susu dan memisahkkannya menjadi kasein dan whey. Whey masuk
ke dalam duodenum dalam 5 menit setelah minum susu, sementara kasein akan
dinding rumen yang disebut alur retikuler atau esofagus. Saat pedet melakukan
kehidupan, rennin adalah enzim yang dominan dalam sistem pencernaan pedet.
susu. Seiring perrumbuhan sapi maka pertumbuhan enzim pepsin pada pedet mulai
dibentuk agar pedet mampu memanfaatkan sumber protein non-susu. Untuk alasan
ini, pengganti susu yang mengandung protein non-susu sebaiknya tidak diberikan
kepada pedet dalam tiga minggu pertama kehidupan. Selama tiga sampai empat
minggu pertama, enzim laktase juga mendominasi, yang berarti pedet dapat secara
23
susu. Pedet masih belum mampu memanfaatkan pati pada tahap ini (Huber, 2010).
pemecahan jendalan susu tersebut pada pedet yang berumur sangat muda sebelum
enzim tersebut digantikan oleh pepsin. Substrat kasein mengalami degradasi secara
bertahap oleh renin dan atau pepsin serta asam klorida dan secara partial
perncernaan protein ini akan berlangsung selama 24 jam. Setelah masuk ke dalam
intestinum maka enzim yang lain akan berperan untuk mencerna bahan pakan
tersebut.
karbopeptidase yang disekresikan oleh pankreas serta peptidase lain yang disekresi
intestinum kemudian bahan pakan telah menjadi asam amino akan dilanjutkan
dengan absorpsi di dalam usus halus. Pergantian renin oleh pepsin secara gradual
Walaupun sudah ada, aktifitas pepsin sangat rendah hingga pedet berumur 3
minggu. Setelah itu terjadi peningkatan pepsin karena pedet juga mulai
mengkonsumsi pakan selain susu. Sebelum pedet dapat mencerna nonmilk protein
(tanaman, hewani atau ikan), cairan abomasum harus mencapai pH 2 agar pepsin
fase ruminansia) terjadi antara usia empat dan delapan minggu, ketika rumen mulai
air dan starter, fermentasi bakteri dimulai di rumen. Ini menghasilkan sejumlah
besar Volatile Fatty Acids (VFAs) dalam bentuk asetat, butirat dan propionat.
24
Produksi VFA ini bertanggung jawab untuk pengembangan rumen yang cepat
(Arora, 2005). Pencernaan pakan dibantu oleh sekresi bahan kimia tertentu yang
disebut enzim ke berbagai bagian usus. Misalnya, pedet menghasilkan enzim rennin
diproduksi di dinding duodenum untuk pencernaan gula susu (laktosa). Enzim ini
beroperasi paling efektif pada kadar keasaman yang berbeda dalam kandungan
usus: asam dalam abomasum dan basa dalam duodenum. Untuk mencapai hal ini,
betis mengeluarkan elektrolit, atau garam mineral, dengan enzim, untuk mengubah
semua zat fermentasi lainnya menjadi asam lemak terbang (VFA), amonia, metana,
karbon dioksida dan protein mikroba. Fase ruminansia dimulai pada usia sekitar
enam sampai delapan minggu, dalam titik ini pakan kering adalah satu-satunya
sumber energi dan rumen menyumbang sekitar 70% dari seluruh kompartemen
perut. Pedet biasanya memiliki perkembangan rumen penuh pada usia 12 minggu
dan kemampuannya untuk makan dan mencerna makanan kering biasanya kurang
A. Laktase
Laktosa adalah sumber nutrisi utama pada bayi ruminansia. Laktosa harus
dipecah menjadi glukosa dan galaktosa agar dapat diabsorpsi dan dimanfaatkan
tubuh. Laktase adalah enzim yang disekresi sel-sel mukosa intestinal dan berperan
intestinal ruminansia yang baru lahir. Neonatal ruminansia umur 1 hari mempunyai
laktase dengan derajat aktifitas maksimal pada mukosa intestinal. Aktifitas laktase
ini akan semakin menurun dengan bertambahnya umur anak ruminansia, hingga
pada akhirnya tidak berperan sama sekali. Penurunan ini mungkin dipengaruhi oleh
B. Maltase
Neonatal ruminansia hampir tidak mempunyai enzim maltase. Baru pada umur 7
hari, mulai ditemukan aktifitas enzim ini, itupun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Berdasarkan kadar gula darah pasca mengkonsumsi pakan, digesti sumber gula
pada saluran pencernaan bagian belakang rumen pedet sangat rendah dibandingkan
digesti laktosa. Oleh karena rendahnya kadar atau aktifitas amilase dan maltase
pada pedet maka ini berarti hampir tidak ada aktifitas pencernan sumber gula.
C. Sukrase
Pedet hampir tidak mempunyai aktifitas enzim sukrase saat lahir dan
berkembang sedikit sekali dengan bertambahnya umur. Hal ini sangat berbeda
dengan babi, dimana terjadi perkembangan aktifitas sukrase 2-3 minggu setelah
lahir dan sangat efisien untuk mencerna sukrosa. Pada pedet preruminansia, sudah
mulai terdapat aktifitas sukrosa oleh mikroba intestinal, tapi penggunaan lebih
lanjut dari hasil digesti tersebut masih belum banyak diketahui (Tri Akoso, 2008).
26
IV
KESIMPULAN
1. Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri atas 4 bagian penting, yaitu
mulut, lambung, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang. Lambung
ternak ruminansia terdiri atas 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
reticulum, omasum, abomasums usus halus, usus besar, rectum, dan berakhir
2. Anak yang masih menyusu dua ruangan pertama yaitu rumen dan reticulum
relative masih belum berkembang. Setelah anak sapi atau domba mulai
memakan makanan padat dua ruangan pertama yaitu retikulum dan rumen
dengan pertambahan umur ternak. Pada pedet terdapat enzim renin yang
disekresikan dan setelah dewasa akan digantikan oleh enzim tripsin. Pada
DAFTAR PUSTAKA
Arora, SP., Hatfield, E.E. Garrigus, U.S., Lohman, T.G dan Doane, B.B. 1969.
Zinc-65 uptake by rumen tissue. J. Nutr. 97:25-28.
Badawy, A.M., Campbell, R.M., Cuthberton, D.P. dan Mackei, W. 1958. Further
studies on the changing composition of the digesta along the alimentary
tract of the sheep.2. Volatile fatty acid and energy relative to lignin. Br.
J.Nutr. 12:284-90,391-403
Bayley, C.B. 1961. Saliva secretion and its relation to feeding in cattle.3. The rate
of secretion of mixed saliva in the cow during eating, with an estimate of
the magnitude of the total daily secretion of mixed
saliva.Br.J.Nutr.15:443-45
Blakely, J. dan H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Gajah Mada.
Press. Yogyakarta.
Campbell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Alih Bahasa : L.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
28
Gray, Y.V., Pilgrim, A.F. dan Weller, R.A. 1953. Conversion of plant nitrogent to
microbial nitrogen in the rumen of the sheep. Nature, Lond.172:347.
Huber, J.T., Hartman, P.A., Jacorson, N.L., Allen, R.S. 2010. Digestive Enzyme
Activity in the Young Calf. J. Dairy Sci. 41:743.
Johnston, R.P., Kosler, E.M. dan Mc Carthy, R.D. 1961. Absorption of organic
acids from the omasum. J.Dairy Sci. 44:331-39.
Kawas. J. R., O. G. Mahgoub and C. D. Lu. 2012. Nutrition of the Meat Goat. In:
Mahgoub, O., I. T. Kadim and E. C. Webb. Editors. Goat Meat Production
and Quality. CABI. P. 161-195.
Kay, M., Fell, B.F. dan Boyne, R. 1969. The relationship between the acidity of the
rumen contents and ruminitis in calves fed on barley. Res. Vet. Sci.10 : 181-
87.
Lassiter, C.A., Fries, G.F., Huffman, C.F., Duncan, C.W. 2011. Effect of Pepsin on
the Growth Health of Young Dairy Calves Fed Various Milk-Replacer
Rations. J. Dairy Sci. 42:666.
Lu, C. D., J. R. Kawas and O. G. Mahgoub. 2005. Fibre Digestion and Utilization
in Goats. Small Rumin Res. 60:45-52.
McDonald, I.W. 1948. Absorption of ammonia from the rumen of the sheep.
Biochem.J.42:584-87.
Praseno, K., Isroli., dan B. Sudarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Semarang, Proyek
Semique.
Wilson, A.D. dan Tribe, D.E. 1963. The effect of diet on the secretion of parotid
saliva by sheep. Aust. J. agric. Res. 14:670-79.