Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK UNGGAS


SISTEM PENCERNAAN UNGGAS

Disusun oleh :
Mutiara Pramesti
17/413066/PT/07454
Kelompok 12

Asisten : I Gede Asnada Putra

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
PENDAHULUAN

Ternak unggas diklasifikasikan sebagai ternak monogastric atau


ternak berlambung tunggal. Pakan yang dikonsumsi bergerak melalui
saluran pencernaan, yaitu saluran yang membentang dari paruh hingga
kloaka. Saluran pencernaan ternak unggas terdiri atas saluran utama atau
organ alimentara dan saluran pendukung atau organa assesoria. Saluran
pencernaan utama secara berurutan adalah mulai dari paruh atau beak,
esophagus, tembolok atau crop, proventrikulus, ventrikulus atau gizzard,
usus halus, sekum, usus besar, kloaka. Organa assesoria atau saluran
pendukung terdiri atas pankreas, hati, dan empedu. Organ pendukung
tersebut merupakan kesatuan suatu sistem pencernaan. Sistem
pencernaan menstimulasi terjadinya kontraksi otot, dimana kontraksi
tersebut mengakibatkan timbulnya gerak peristaltik usus. Gerak peristaltik
ini akan menggerakkan digesta dari esophagus menuju ke saluran
berikutnya. Organa assesoria berperan dalam sekresi enzim yang
mmbantu dalam proses pencernaan. Adanya sekresi enzim di dalam sistem
pencernaan akan memungkinkan makro molekul dicerna atau didegradasi
menjadi senyawa yang lebih sederhana dan dapat diserap oleh tubuh
ternak, kemudian masuk ke peredaran darah dan dimanfaatkan ternak
unggas tersebut untuk berbagai kepentingan, misalnya produksi telur atau
pertambahan bobot badan ternak unggas (Widodo, 2018)
Proses pencernaan pada unggas dibagi menjadi beberapa tahap,
yaitu pencernaan mekanis, kimiawi, dan mikrobiologis. Pencernaan
mekanis merupakan pemecahan ukuran partikel pakan yang terjadi di
dalam gizzard. Pencernaan kimiawi merupakan proses penguraian atau
degradasi pakan dengan bantuan enzim yang terjadi di dalam usus halus.
Pencernaan mikrobiologis merupakan proses pencernaan dengan dibantu
oleh mikrobia di dalam sekum (Widodo, 2018)
Praktikum ilmu ternak unggas acara sistem penernaan unggas
memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan dari praktikum sistem pencernaan
ternak unggas adalah untuk mengetahui efek perbedaan panjang dan berat
organ sistem pencernaan terhadap fungsi dan performa ternak unggas.
Manfaat dari praktikum sistem pencernaan ternak unggas adalah dapat
mengetahui kekurangan dan kelebihan panjang dan berat organ sistem
pencernaan terhadap fungsi dan performa ternak unggas.
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum pencernaan ayam
adalah pita ukur, plastik 1x1 m, pisau scalpel, alat tulis, lembar kerja,
kamera dan timbangan.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum pencernaan ayam
adalah preparat organ pencernaan ayam betina layer afkir umur 85 minggu
dengan berat 1,5 kg.

Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum pencernaan ayam adalah
ayam yang masih utuh kemudian dibelah untuk mengeluarkan organ sistem
pencernaannya. Ayam layer yang telah dikeluarkan organ pencernaan dan
reproduksinya kemudian ditaruh di plastik ukuran 1m x 1m, kemudian organ
pencernaan ayam dilepaskan dari lemak-lemak yang menempel dan
selaput-selaput tipisnya agar organnya dapat terurai. Saluran pencernaan
ditata secara rapid an urut diatas plastik, kemudian diukur satu persatu
menggunakan pita ukur. Organ kemudian dipotong menurut bagian. Organ
yang telah dipotong lalu dikeluarkan isinya, kemudian ditimbang satu
persatu dan diambil gambarnya menggunakan kamera. Hasil pengukuran
ditulis di lembar kerja.
PEMBAHASAN

Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan ayam tersusun atas organ utama yaitu paruh,
esofagus, tembolok atau crop, proventikulus, ventrikulus atau gizzard, usus
halus, sekum, usus besar, dan kloaka. Organ aksesoris pada sistem
pencernaan ayam adalah hati, pankreas, dan limfa. Berdasarkan
pengukuran pada ayam layer afkir umur 85 minggu dengan berat 1,5 kg
yang telah dilakukan saat praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Data pengukuran panjang dan berat organ pencernaan
Nama organ Data praktikum Data literatur Literatur
Panjang Berat Panjang Berat
(cm) (gram) (cm) (gram)
Oesophagus Nasrin et al.,
22 6 13,75 7,45
2012
Crop Nasrin et al.,
6 6 7-10 7-12
2012
Proventriculus Wardhana,
8 32 6 7,5-10
2017
Gizzard 5 7 5,32 40,2 Nasrin et al.,
2012
Usus halus 154,55 14,83 Widianingsih,
2008
Duodenum 30 14 29,45 4,03 Widianingsih,
2008
Jejunum 62 18 63,95 6,3 Widianingsih,
2008
Ileum Widianingsih,
56 16 61,15 4,5
2008
Coecum Aqsa et al.,
19 9 15,45 6-8
2016
Usus besar 9 4 8-10 5,53 Wijaya, 2010
Nasrin et al.,
2012
Kloaka Nasrin et al.,
5 18 2,5 6
2012
Organ tambahan
Hati 12 33 7,9 31 Wijaya, 2010
Limfa 3 3 1,3 2 Wijaya, 2010
Sistem pencernaan pada ayam terdiri atas saluran pencernaan dan
organa asessoria. Saluran pencernan ayam meliputi oesophagus, crop,
proventrikulus, ventrikulus, usus halus yang terdiri atas duodenum,
jejunum, dan ileum, coecum, usus besar, dan kloaka. Organa asessoria
pada sistem pencernaan ayam adalah hati, pankreas, dan limfa. Masing-
masing organ memiliki ukuran dan bobot yang berbeda-beda. Fungsi dan
performan ayam juga dipengaruhi oleh ukuran dan bobot organ
pencernaannya.

Gambar 1. Organ pencernaan ayam


Berdasarkan hasil pengukuran, menunjukkan bahwa panjang dan
berat oesophagus saat praktikum berbeda dengan literatur. Sarwono et al.,
(2012) menjelaskan bahwa panjang organ pencernaan ayam berkembang
seiring dengan bertambahnya umur ayam dan dipengaruhi oleh kadar
nutrisi dalam ransum. Hal tersebut menyebabkan panjang dan berat organ
pencernaan pada ayam berbeda-beda tergantung tingkat umur ayam.
Kecernaan ransum akan mempengaruhi kerja saluran pencernaan
sehingga mempengaruhi penyerapan zat gizi di dalam ransum yang
dikonsumsi. Nasrin et al., (2012) berpendapat bahwa perbedaan dapat
disebabkan oleh perbedaan umur pada ayam dan kecernaan pakan pada
masing-masing individu.
Gambar 2. Oesophagus
Berdasarkan hasil praktikum, data hasil pengukuran panjang dan
berat crop berbeda dengan literatur. Zainuddin et al., (2015) menyatakan
bahwa perbedaan ukuran tembolok dapat dipengaruhi oleh jenis pakan
yang dikonsumsi ayam. Zainuddin et al., (2015) menyatakan bahwa
perbedaan ukuran crop dapat dipengaruhi oleh jenis pakan yang
dikonsumsi ayam. semakin besar partikel pakan yang di konsumsi maka
ukuran crop semakin lebar. Perbedaan ukuran tembolok berpengaruh
terhadap jumlah pakan yang dapat dikonsumsi ayam, sehingga
berpengaruh terhadap produktivitas ayam.

Gambar 3. Crop
Berdasarkan praktikum, data hasil pengukuran panjang dan berat
proventrikulus yang diperoleh berbeda dengan literatur. Sari dan Ginting
(2012) menjelaskan bahwa tingkat serat kasar dan fitat yang diberikan
kepada ayam akan mempengaruhi pembesaran dan penipisan organ
proventrikulus dan memperlambat kerjanya dan berpengaruh terhadap
performan kerja ayam. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ukuran pada
proventikulus adalah jenis pakan yang dikonsumsi (Sari dan Ginting, 2012).
Perbedaan ukuran proventrikulus memberikan efek terhadap kerjanya
sehingga berpengaruh terhadap performan kerja ayam (Sari dan Ginting,
2012)

Gambar 4. Proventrikulus
Berdasarkan hasil pengukuran panjang gizzard sesuai dengan
literatur dan berat gizzard tidak sesuai dengan literatur. Besar atau kecilnya
gizzard akan mempengaruhi kecepatan proses pelumatan pakan sehingga
mempengaruhi performan ayam. Arista (2012) mengatakan bahwa berat
pada gizzard dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi ransum.
Meningkatnya konsumsi ransum akan meningkatkan penebalan pada urat
daging gizzard, sehingga akan memperbesar ukuran gizzard. Umur juga
mempengaruhi ukuran gizzard, ukuran gizzard akan bertambah seiring
dengan bertambahnya umur. Besar atau kecilnya gizzard akan memberikan
efek terhadap kecepatan proses pelumatan pakan sehingga mempengaruhi
performan ayam.

Gambar 5. Gizzard
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data panjang dan berat
organ duodenum tidak sesuai dengan literatur. Perkembangan duodenum
yang tidak sempurna akan mengakibatkan fungsi duodenum tidak optimal,
absorpsi terganggu, serta dapat mempengaruhi produktivitas ayam.
Perbedaan ukuran duodenum dipengaruhi oleh umur ternak, ayam yang
masih muda akan memiliki ukuran usus halus yang berbeda dengan ayam
dewasa (Almahadi, 2017).

Gambar 6. Duodenum
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data panjang jejunum sesuai
dengan literatur dan berat organ jejunum tidak sesuai dengan literatur.
Sama halnya dengan duodenum, perkembangan jejunum yang tidak
sempurna akan mengganggu proses absorpsi nutrient dalam tubuh.
Perbedaan ukuran jejunum dipengaruhi oleh pakan ternak. Resnawati
(2010) cit Putri (2018) menyatakan bahwa unggas yang mendapatkan
pakan dengan kualitas yang baik maka perkembangan usus halus juga
akan optimum, usus yang baik memiliki luas permukaan lebih besar dengan
lebih banyak vili-vili pada dindingnya. Hal tersebut dapat digambarkan
melalui bobot pada usus halus. Semakin besar bobot usus halus maka
memiliki luas permukaan yang lebih banyak dan juga mengandung vili yang
banyak.

Gambar 7. Jejunum
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data panjang dan berat tidak
sesuai dengan literatur. Sama halnya dengan duodenum, perkembangan
ileum yang tidak sempurna akan mengganggu proses absorpsi nutrient
dalam tubuh. Perbedaan dapat disebabkan oleh kesehatan atau penyakit
pada ternak. Zalizar (2006) mengatakan faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan terhadap ukuran ileum adalah penyakit pada ayam. Ayam yang
mengalami peradangan pada usus halusnya akan menyebabkan ukuran
usus halus termasuk ileum tidak berkembang secara normal, hal ini
disebabkan oleh berkembangnya virus dalam usus.

Gambar 8. Ileum
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data panjang organ sekum
tidak sesuai dengan literatur dan berat organ sekum sesuai dengan literatur.
Perbedaan ukuran sekum dapat mempengaruhi proses degradasi serat
kasar atau hijauan dalam tubuh ayam. Surisdianto (2003) menyatakan
bahwa ukuran panjang dan berat coecum dipengaruhi oleh pakan serat
kasar yang dikonsumsi ayam. Peningkatan pada pemberian serat kasar
maksimal 4-6% dari ransum akan meningkatkan sifat umbai atau coecum .

Gambar 9. Sekum
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data panjang dan berat
organ usus besar sesuai dengan literatur. Amirullah (2017) menyatakan
bahwa ukuran panjang, tebal, dan bobot saluran pencernaan unggas
selama proses perkembangan dipengaruhi oleh jenis ransum. Ransum
yang mengandung serat banyak akan menyebabkan perubahan ukuran
saluran pencernaan sehingga menjadi lebih berat, lebih panjang, dan lebih
tebal. Widianingsih (2008) menjelaskan bahwa semakin besar ukuran dan
panjang usus besar maka daya absorbsi airnya semakin besar, apabila
ukurannya tidak normal akan mempengaruhi daya absorbsi organ.

Gambar 10. Usus besar


Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data panjang berat organ
kloaka tidak sesuai dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi ukuran
kloaka yaitu besar kecilnya telur yang dihasilkan oleh ayam. Resnawati
(2010) cit Putri (2018) menyatakan bahwa unggas yang memproduksi telur
yang berukuran besar maka kloakanya cenderung besar, sedangkan ayam
yang memproduksi telur yang berukuran kecil maka ukuran kloakanya pun
juga kecil. Nasrin et al., (2012) mengatakan bahwa perbedaan ukuran
kloaka akan mempengaruhi proses pengeluaran telur maupun eskreta.

Gambar 11. Kloaka

Sistem Imun
Unggas memiliki empat organ sebagai sisem imun utama dalam
tubuhnya. Organ tersebut antara lain adalah hati, bursa fabricius, limpa, dan
timus. Organ tersebut berperan dalam menjaga kekebalan tubuh unggas.
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan data ukuran panjang dan
berat hati tidak sesuai dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi ukuran
hati salah satunya adalah konsumsi nutrient pakan. Hati adalah organ yang
berfungsi dalam detoksifikasi racun dalam tubuh dan apabila terjadi
kerusakan akan ditandai dengan pembesaran atau pengecilan ukuran hati
(Widianingsih, 2008). Perbedaan ukuran hati berpengaruh terhadap proses
sekresi enzim pencernaan dan juga detoksifiikasi racun (Abdullah et al.,
2015).

Gambar 12. Hati


Bursa fabricius merupakan organ limfoid primer yang ada pada ayam
dan unggas lainnya yang terbentuk pada masa embrio dan menghilang
ketika ternak dewasa. Bursa fabricius terletak di dorsokaudal pada ayam.
Organ ini merupakan tempat diferensiasi sel pembentuk antibodi yang
disebut dengan limfosit B. Bursa fabricus juga berperan sebagai sel limfosit
sekunder yang bertugas dalam menangkap antigen dan membentuk
antibodi (Almahadi, 2017).
Timus merupakan kelenjar linfoid yang terletak di salah satu sisi
leher unggas. Ukuran timus kian mengecil seiring pertambahan umur dan
merupakan tanda kematangan sistem limfoid pada ternak. Timus berperan
dalam menghasilkan limfosit T yang bertindak sebagai cell mediated
immunity yaitu sistem imunitas yang tidak melibatkan antibodi namun
melibatkan aktivitas makrofag untuk mengancurkan bakteri intraseluler.
Timus juga berperan sebagai lokasi pematangan sel-sel limfosit, di dalam
timus terdapat sel plasma untuk merespon kekebalan tubuh secara
langsung (Almahadi, 2017).
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan data hasil pengukuran
panjang dan berat organ limpa tidak sesuai dengan literatur. Faktor yang
mempengaruhi ukuran limpa adalah nutrient dan kesehatan ternak.
Perbedaan ukuran limpa memberikan efek dalam menjaga kesehatan
ayam, sel limfosit yang berada pada limpa bertugas dalam melawan agen
infeksi yang masuk ke dalam tubuh, semakin tinggi usaha sel limfosit
tersebut, semakin kecil ukuran limpa. Penurunan jumlah sel-sel limfosit
pada limpa akan memberikan pengaruh kurang baik bagi ternak akibat
penurunan daya tahan tubuh (Almahadi, 2017).

Gambar 13. Limpa


Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil pengukuran yang


sesuai dengan literatur yaitu panjang gizzard, panjang jejunum, panjang
dan berat usus besar. Hasil pengukuran yang tidak sesuai dengan literatur
yaitu panjang dan berat oesophagus, panjang dan berat crop, panjang dan
berat proventrikulus, berat jejunum, panjang dan berat duodenum, ileum,
dan kloaka. Perbedaan ukuran pada organ pencernaan dapat
mempengaruhi proses pengubahan partikel pakan dan proses absorpsi
nutrien. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ukuran organ pencernaan
antara lain umur ternak, pakan yang dikonsumsi, dan keesehatan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B., E. Kusumanti dan U. Atmomarsono. 2015. Pengaruh


penambahan tepung temukunci (Boesenbergia panurata ROXB)
dalam ransum terhadap bobot hidup, kadar SGOT SGPT dan
kondisi hati ayam broiler. Animal Agriculture Journal 4(1):41-46
Almahadi, A. R. 2017. Pengaruh Penggunaan Air Kelapa dan Air Rebusan
Daun Sirih Terhadap Bobot dan Panjang Relatif Saluran
Pencernaan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan dan
Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang
Amirullah. 2017. Pengaruh pemberian probiotik terhadap organ dalam pada
broiler. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Alauddin, Makassar.
Arista, D. 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Merah Ditambah
Ragi Tape Terhadap Performa dan Organ Pencernaan Ayam
Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Cahyono, E. D., U. Atmomarsono dan E. Suprijatna. 2012. Pengaruh
penggunaan tepung jahe (Zingiber offinale) dalam ransum terhadap
saluran pencernaan dan hati pada ayam kampung umur 12 minggu.
Animal Agricultural Journal 1(1):65-74
Fadilah, R dan Polana, A. 2011. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Krismiyanto, L., N. Suthama dan H. I. Wahyuni. 2017. Keberadaan bakteri
dan perkembangan caecum akibat penambahan inulin dari umbi
dahlia (Dahlia varibilis) pada ayam kampung persilangan periode
starter. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):54-60
Nasrin, M., M. N. H. Siddiqi., M. A. Masum and M. A. Wares. 2012. Gross
and histological studies of digestive tract of broilers during postnatal
growth and development. Journal Bangladesh Agricultural
University 10(1):69-77
Putri, D.R. 2018. Pengaruh Penggunaan Onggok yang Difermentasi
dengan Fungi Acremonium charlicola dalam Ransum terhadap
Bobot Relatif Organ Limfosit dan Organ Pencernaan Ayam Broiler.
Skripsi. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sari, M. L dan F. G. N. Ginting. 2012. Pengaruh penambahan enzim fitrase
pada ransum terhadap berat relatif organ pencernaan ayam broiler.
Agripet 12(2):37-41
Sarwono, S. R., T. Yudiarti dan E. Suprijatna. 2012. Pengaruh pemberian
antibiotik terhadap trigliserida darah, lemak abdominal, bobot dan
panjang saluran pencernaan ayam kampung. Animal Agriculture
Journal 1(1):157-167
Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan ayam broiler (melalui
sistem pencernannya) yang diberi pakan nabati dan komersial
dengan penambahan dysapro. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Wardhana, A. W. 2017. Anatomi Unggas. UB Press. Malang
Widianingsih, M. N. 2008. Persentase Organ Dalam Broiler Yang Diberi
Ransum Crumble Berperekat Onggok, Bentonit, dan Tapioka.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Widodo, E. 2018. Ilmu Nutrisi Unggas. UB Press. Malang
Wijaya, G.H. 2010. Persentase Karkas, Lemak Abdominal, dan Organ
Dalam Ayam Broiler yang Diberi Ransum dengan Penambahan
Cassabio. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Zainuddin., D. Masyitha., Fitrianti., F. Muharrani., S. Wahyuni., Roslizawaty
dan M. Adam. 2015. Gambaran histologi kelenjar tembolok ayam
kampung, bebek, dan merpati. Jurnal Medika Veterinaria 9(1):68-
70.
Zalizar, L., F. Satrija., R. Tiuria dan D. A. Astuti. 2006. Dampak infeksi
Ascaridia galli terhadap gambaran histopatologi dan luas
permukaan vili usus halus serta penurunan bobot hidup starter.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Veteriner 11(3):222-228.

Anda mungkin juga menyukai