Disusun oleh :
Dewi Sartika
17/411348/PT/07391
Kelompok 4
Metode
Ayam layer afkir yang telah dipotong menggunakan pisau potong
kemudian dibedah menggunakan pisau scalpel. Seluruh organ pencernaan
dikeluarkan tanpa putus. Organ-organ pencernaan yang didapat diletakkan
di atas plastik berukuran 1mx1m dan diatur secara utuh. Masing-masing
bagian organ percernaan dipisahkan dan diukur panjangnya serta
ditimbang dan dicatat berat organnya satu per satu menggunakan
timbangan digital, serta didokumentasikan. Hasil dicatat di lembar kerja.
PEMBAHASAN
Sistem Pencernaan
Praktikum ilmu ternak unggas acara sistem pencernaan unggas
menggunakan ayam layer betina. Ayam yang digunakan berumur 85
minggu dengan berat 1800 gram. Berdasarkan pengukuran yang telah
dilakukan saat praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Data pengukuran panjang dan berat organ pencernaan
Data Praktikum Data Literatur Literatur
Nama organ
Panjang Berat Panjang Berat
Oesophagus 22 9 3-13 4-7 (Nasrin et al., 2012)
Crop 7 7 7-10 8-12 (Nasrin et al., 2012)
(Sari dan Gurki,
Proventriculus 5 6 6 7,5-10
2012)
Gizzard 7 22 5-8 25-30 (Sabuna et al, 2015)
Duodenum 26 8 24 4 (Soeharsono, 2010)
Jejunum 55 10 58-74 17,4 (Soeharsono, 2010)
Ileum 41 10 32 15 (Soeharsono, 2010)
Coecum 26 8 30-5- 6-8 (Soeharsono, 2010)
Usus besar 9 4 10 4-6 (Soeharsono, 2010)
Kloaka 4 20 4 6-8 (Soeharsono, 2010)
Hati 8 27 8 54 (Soeharsono, 2010)
1,26- (Soeharsono, 2010)
Limfa 2 1 2,3
2,34
Organ pencernaan pada ayam terdiri dari paruh atau mulut,
oesophagus, crop, proventriculus, gizzard, small intestinum yang terdiri dari
duodenum, jejunum dan ileum, coecum, usus besar dan kloaka. Beberapa
kelenjar yang ikut berperan dalam sistem pencernaan pada ayam seperti
kelenjar pankreas, empedu, limfa dan hati. Berikut gambar dari organ
pencernaan ayam :
Gambar 2. Oesophagus
Crop pada saat praktikum menunjukkan bahwa panjang crop berada
dalam kisaran normal, sedangkan berat crop berada di bawah kisaran
normal. Fadillah et al. (2007) menyatakan bahwa perbedaan berat dan
panjang crop dipengaruhi oleh umur, jenis pakan dan bangsa. Jenis pakan
yang berukuran besar akan membuat ukuran crop bertambah besar.
Ukuran crop berpengaruh pada jumlah pakan yang ditampung. Noferdiman
(2012) menyatakan bahwa crop yang semakin besar, dapat menampung
makanan yang lebih banyak.
Gambar 3. Crop
Proventriculus pada saat praktikum menunjukkan bahwa panjang
proventriculus berada di bawah kisaran normal dan berat proventriculus
berada dalam kisaran normal. Usman et al. (2010) menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi bobot proventriculus adalah umur, bangsa, dan
genetik ternak. Tarigan (2013) menyatakan bahwa kelebihan ukuran
panjang dan berat proventriculus mengakibatkan performa ayamnya pun
menjadi lebih besar atau gemuk. Nasrin et al. (2012) mengatakan bahwa
apabila ukuran proventriculus lebih pendek dibandingkan ukuran normal,
maka akibatnya pakan lewat terlalu cepat melalui proventriculus sehingga
tidak ada pencernaan material pakan disini, tetapi sekresi enzim yang
mengalir ke dalam gizzard sehingga penyerapan dapat terjadi. Kondisi
seperti ini dapat menganggu kerja dari proventriculus yaitu sekresi
pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak.
Gambar 4. Proventriculus
Gizzard pada saat praktikum menunjukkan bahwa panjang dan berat
gizzard berada dalam kisaran normal. Setiadi et al. (2013) menyatakan
ukuran gizzard dipengaruhi oleh aktivitasnya. Semakin banyak ayam
melakukan aktivitas, maka pakan yang dibutuhkan semakin banyak juga,
sehingga grit bekerja keras yang akan memperbesar ukuran gizzard.
Usman (2010) menjelaskan bahwa semakin berat gizzard maka aktivitas
dalam menggiling serat kasar menjadi lebih besar, hal ini disebabkan
karena beban gizzard lebih besar untuk memperkecil ukuran partikel
ransum secara fisik, akibatnya urat daging gizzard tersebut akan lebih tebal
sehingga memperbesar ukuran gizzard. Usman (2010) menjelaskan bahwa
ukuran gizzard lebih kecil dibandingkan ukuran normal maka pelumatan
pakan menjadi kurang maksimal.
Gambar 5. Gizzard
Small intestinum dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum. Duodenum pada saat praktikum menunjukkan bahwa
panjang dan berat duodenum berada di atas kisaran normal. Sari dan Gurki
(2012) menjelaskan bahwa peningkatan berat duodenum dikarenakan
meningkatnya kerja dalam mencerna sejumlah pakan dengan kandungan
serat yang tinggi, akibatnya terjadi penyerapan nutrien yang berlebih
sehingga perfoma ayam meningkat dan diiringi produksi yang meningkat,
akan tetapi ketika terlalu berlebihan maka bisa membuat perfoma ayam
menurun. Duodenum yang mengalami penurunan berat dapat
mengakibatkan performa ayam dan produksi ayam menurun. Fadillah et al.
(2007) menyatakan bahwa apabila panjangnya berada di bawah kisaran
normal maka proses hisdrolisis nutrien kurang maksimal.
Gambar 6. Duodenum
Jejunum pada saat praktikum menunjukkan bahwa panjang jejunum
berada dalam kisaran normal dan berat jejunum berada di bawah kisaran
normal. Sahiruddin et al. (2012) menjelaskan bahwa jika jumlah sel dan
ketinggian villi normal maka penyerapan nutrien bekerja dengan maksimal
atau sebaliknya, penyerapan nutrien yang kurang maksimal akan
mengakibatkan performa ayam menurun dan diiringi produksi yang tidak
sesuai dengan diinginkan. Fadillah et al. (2007) mengatakan bahwa
perbedaan ukuran tersebut disebabkan oleh aktivitas, banyaknya pakan
yang dikonsumsi, perbedaan umur ayam, dan ukuran tubuh. Nasrin et al.
(2012) menyatakan bahwa semakin panjang usus halus maka semakin luas
penyerapan nutrien di dalamnya.
Gambar 7. Jejunum
Ileum pada saat praktikum menunjukkan bahwa panjang ileum
berada di atas kisaran normal dan berat ileum berada di bawah kisaran
normal. Horhoruw (2012) menjelaskan bahwa semakin besar ukuran dari
ileum akan berakibat semakin baik performa ayam sebab pada ileum
terdapat proses penyerapan nutrien yang mana semakin besar ukuran
maka efeknya akan meningkatkan daya serap nutrien ayam tersebut.
Sahiruddin et al. (2012) mengatakan bahwa apabila ileum kurang dari
kisaran normal maka terjadi penurunan kerja dalam mencerna, sehingga
terjadi penurunan produksi pada ayam tersebut. Nasrin et al. (2012)
mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi ileum adalah aktivitas,
banyaknya pakan yang dikonsumsi, perbedaan umur ayam dan ukuran
tubuh. Apabila unggas telah memasuki periode lebih umur yang lebih tinggi
maka akan terjadi penurunan kerja dalam mencerna.
Gambar 8. Ileum
Coecum pada saat praktikum menunjukkan bahwa panjang coecum
berada di bawah kisaran normal dan berat coecum berada dalam kisaran
normal. Usman (2010) menjelaskan bahwa perbedaan ukuran tersebut
disebabkan karena perbedaan ukuran tubuh, umur, dan kemampuan
coecum dalam mencerna serat kasar. Ukuran coecum berpengaruh pada
kemampuan mikrobia dalam mencerna serat kasar. Tuli et al. (2014)
menyatakan bahwa apabila panjang dan berat coecum lebih dari kisaran
normal maka dimungkinkan terjadi lebih banyak penyerapan serat kasar.
Gambar 9. Coecum
Usus besar pada saat praktikum menunjukkan bahwa panjang dan
lebar usus besar berada dalam kisaran normal. Usman (2010)
menunjukkan bahwa panjang usus besar di atas kisaran normal
mengakibatkan produktivitas ayam masih kurang karena kondisi organ
yang kurang baik begitu juga sebaliknya. Yasin (2010) menyatakan bahwa
apabila panjang dan beratnya berada di bawah kisaran normal maka
dimungkinkan penyerapan air kurang maksimal.
Alvina, A. 2007. Deteksi antibodi bakteri gram negatif (Escherichia coli dan
Salmonella sp.) pada telur ayam kampung dengan Agar Gel
Pecipation Test (AGPT). Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Commented [DS1]: Done
Horhoruw, W.M. 2012. Ukuran saluran reproduksi ayam petelur fase pullet
yang diberi pakan dengan campuran rumput laut (Gracilaria edulis).
Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman. Vol 2(2): 39-80
Nasrin, M., M.N.H. Siddiqi, M.A. Masum and M. A. Wares. 2012. Gross and
histological studies of digestive tract of broilers during postnatal growth
and development. J. Bangladesh Agril. Vol 10(1): 69-77.
Sahiruddin, D.P. Rahardja, dan A. Natsir. 2012. Perfoma Ayam Terhadap
Pembatasan Waktu Aksesbilitas Pakan. Universitas Hasanudin.
Makassar.
Sari, M.L., dan F. Gurki. 2012. Pengaruh penambahan enzim fitase pada
ransum terhadap berat relatif organ pencernaan ayam broiler. Agripet.
Vol 12(2): 37-41. Commented [DS4]: Done
Setiadi, D., Nova, K., Tantalo, S. 2013. Perbandingan bobot hidup, karkas,
giblet, dan lemak abdominal ayam jantan tipe medium dengan strain
yang berbeda yang diberi ransum komersial broiler. Fakultas
Peternakan Unila. Lampung. Commented [DS5]: Done
Tuli, Noldy., F.J. Nangoy., E.S. Tangkere., and L.M.S. Tangkau. 2014. The
Addition Efectivenes of Curcuma Xanthorrhiza Roxb and Curcuma
Zedoria Rosc Flours in Ration on High Density Lipoprotein (HDL), Low
Density Lipoprotein (LDL) and The Viscera of Broiler. Jurnal Zootek
Vol 34(edisi khusus): 95-107 Commented [DS7]: Done
Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler (Melalui
Sistem Pencernannya) Yang Diberi Pakan Nabati Dan Komersial
Dengan Penambahan Dysapro. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Wihandoyo., J. H. P. Sidadolog., Heru Sasongko, Sri Sudaryati, Tri
Yuwanta. 2008. Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yang, H. M., W. Wang, Z. Y. Wang, J. Wang, Y. J. Cao, Y. H. Chen. 2013.
Comparative Study of Intestine Length, Weight and Digestibility on
Different Body Weight Chickens. African Journal of Biotechnology.
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Yasin, Ismail. 2010. Pencernaan Serat Kasar pada Ternak Unggas.
Fakultas Petenakan Undaris Ungaran. Semarang.