Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum I Ilmu Ternak Unggas

SISTEM PENCERNAAN UNGGAS

OLEH:

NAMA : YASRUDDIN YASIR


NIM : L1A121090
KELAS : B
KELOMPOK : III (TIGA)
NAMA ASISTEN : KADEK JULIASTINI

LABORATORIUM UNIT ILMU TERNAK UNGGAS


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk

daging dan telurnya. Umumnya merupakan bagian dari ordo Galliformes (seperti

ayam dan kalkun), dan Anseriformes (seperti bebek). Unggas secara umum dapat

diartikan sebagai ternak bersayap, yang dalam taksonomi zoologinya termasuk

golongan kelas Aves. Jenis unggas cukup banyak, diantaranya adalah ayam, itik,

kalkun, dan angsa. Secara taksonomi zoology bangsa burung bisa digolongkan

sebagai unggas, tetapi sampai saat ini yang tercantum dalam undang-undang pokok

kehewanan, bangsa burung masih belum digolongkan ternak unggas. Di dalam

undang-undang tersebut bahwa yang dimaksud sebagai unggas adalah ternak

bersayap yang sudah lazim dipelihara oleh masyarakat. Tidak menutup kemungkinan

bangsa burung masuk dalam jenis unggas karena burung secara taksonomi zoology

juga termasuk ke dalam kelas Aves, selain itu burung juga mempunyai ciri-ciri seperti

unggas (Edhy et al. 2019).

Ayam ras petelur merupakan salah satu komoditas peternakan yang

berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan produksi ayam ras petelur yang cukup

tinggi jika di tempatkan pada lingkungan kandang yang ideal, yaitu pada temperatur

20-25℃. Input Produksi perlu diperhatikan agar produksi tetap optimal. Input

produksi meliputi beberapa unsur yaitu makanan pada ayam yang memenuhi
kebutuhan pokoknya, selain itu perlu juga diperhatikan unsur kesehatan dan

pengendalian penyakit pada ayam (Dinana et al. 2019)

Sistem pencernaan pada unggas berbeda dengan sistim pencernaan pada

ruminansia yang memiliki gigi untuk mengunyah. Sistem pencernaan pada unggas

dimulai saat makanan masuk melalui paruh dan berakhir pada kloaka. Prinsipnya

pencernaan pada unggas terjadi secara mekanik dan pencernaan secara

kimia/enzimatis. Pencernaan secara mekanik pada unggas yaitu pencernaan dengan

kontraksi otot saluran pencernaan, sedangkan pencernaan secara kimiawi yaitu

pencernaan terjadi dengan adanya bantuan enzim yang dihasilkan dari saluran

pencernaan (Rasyaf 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum

Pengenalan Saluran Pencernaan Unggas, agar mahasiswa dapat mengetahui Saluran

Pencernaan Unggas beserta fungsinya

I.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum Sistem Pencernaan Unggas adalah untuk mengetahui

sistem pencernaan pada unggas, ukuran-ukuran organ pencernaannya serta

penyerapan nutriennya.

I.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum Sistem Pencernaan Unggas yaitu dapat mengetahui

sistem pencernaan pada ternak unggas, ukuran-ukuran organ pencernaannya serta

penyerapa nutriennya
II.TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Unggas

Unggas adalah kelas atau kelompok burung domestikasi yang dipelihara untuk

tujuan daging, telur, dan bulu. Umumnya unggas termasuk Ordo Galliformes (seperti

ayam dan kalkun), dan Anseriformes (unggas air seperti itik dan angsa). Ayam adalah

unggas yang paling populer dibudidayakan untuk tujuan produksi daging dan telur.

Oleh karena itu diklasifikasikan menjadi tipe petelur dan tipe pedaging. Istilah broiler

atau ayam pedaging digunakan oleh industri untuk mendeskripsikan ayam yang

dipelihara untuk produksi daging, sedangkan layer adalah istilah yang digunakan

untuk ayam yang dipelihara untuk tujuan produksi telur (Edhy et al. 2019).

Unggas mengarah ke jenis burung-burungan seperti ayam, kalkun, ayam

Tibet, angsa, burung unta, burung puyuh, dan spesies sejenis yang digunakan untuk

produk daging komersial unggas biasanya mengandung protein yang tinggi, lemak

yang relatif rendah, daya cerna tinggi, mengandung zat besi, beberapa jenis vitamin

B, dan kualitas organoleptik yang baik. Ternak unggas juga merupakan ternak yang

paling populer dan memiliki prospek untuk dapat dikembangkan karena banyak

menghasilkan manfaat. Ternak unggas memiliki andil dalam pemenuhan kebutuhan

akan konsumsi hewani (Mozdziak 2019).

Ternak unggas merupakan jenis ternak yang mempunyai kontribusi terbesar

dalam penyediaan daging nasional. Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian Republik


Indonesia 2020 mencatat bahwa populasi unggas di Indonesia mencapai angka

3.618.323 ekor dengan rincian ayam buras, ayam ras petelur, broiler, itik dan itik

manila masing-masing 308.477 ekor, 281.108 ekor, 2.970.494 ekor, 48.588 ekor dan

9.656 ekor (Tamzil et al. 2019).

II.2. Ayam Ras Petelur

Peternakan ayam petelur merupakan salah satu bidang usaha yang dapat

dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan telur. Keberhasilan

usaha pemeliharaan ayam petelur dipengaruhi 3 faktor; kualitas bibit, kualitas dan

kuantitas ransum, serta manajemen pemeliharaan. Apabila salah satu faktor tersebut

mengalami penyimpangan maka akan terjadi permasalahan atau kegagalan.

Konsekuensinya, peternak dituntut dapat mengkombinasikan faktor-faktor tersebut

untuk tercipta lingkungan kondusif yang mendukung (Utomo 2017).

Ayam ras petelur merupakan salah satu komoditas peternakan yang

berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan produksi ayam ras petelur yang cukup

tinggi jika di tempatkan pada lingkungan kandang yang ideal, yaitu pada temperatur

20-25℃. Input Produksi perlu diperhatikan agar produksi tetap optimal. Input

produksi meliputi beberapa unsur yaitu makanan pada ayam yang memenuhi

kebutuhan pokoknya, selain itu perlu juga diperhatikan unsur kesehatan dan

pengendalian penyakit pada ayam (Dinana et al. 2019).

Ayam ras petelur sangat sensitif terhadap perubahan dan kualitas ransum yang

diberikan. Ransum jenis layer yang diberikan akan berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas telur, baik kualitas maupun kuantitasnya. Proporsi ransum yang

diterapkan oleh peternak berbeda-beda, khususnya porsi pemberian ransum pagi dan

siang hari. Pemberian ransum ayam petelur dengan persentase pemberian pakan

antara lain 30:70%; 40:60%; 60:40%; dan 70:30% berpengaruh nyata terhadap

produksi awal 5% (Utomo 2017).

II.3. Sistem Pencernaan Unggas

Sistem pencernaan unggas berbeda dengan sistem pencernaan ternak mamalia

atau ternak ruminansia, karena pada unggas tidak memiliki gigi untuk melumat

makanan. Unggas menimbun makanan yang dimakan di dalam tembolok. Sistem

pencernaan unggas cukup sederhana, pendek, dan efisien yang terdiri atas paruh,

esofagus, tembolok (ingluvies), proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, usus

besar, dan kloaka (Dael et al. 2021).

Organ pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ-organ pelengkap

yang berperan dalam proses perombakan bahan makanan, baik secara fisik maupun

kimia. Organ pencernaan unggas terdiri atas paruh (cavum oris), faring (pharynx),

kerongkongan (oesophagus), tembolok (ingluvies), lambung kelenjar (proventriculus)

lambung otot (ventriculus), usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum), usus besar

(caecum, colon dan cloaca). Organ aksesoris yang terdapat pada unggas yaitu hati,

limpa, empedu, trakea, paru-paru dan jantung. Lambung terdiri atas dua bagian, yaitu

lambung kelenjar (proventrikulus) dan lambung otot (ventrikulus). Proventrikulus

menghasilkan asam klorida (HCl) dan beberapa enzim pencernaan seperti pepsin.
Proventrikulus merupakan perbesaran terakhir dari esofagus, juga merupakan kelenjar

tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis (Zainuddin et al. 2016).

Saluran pencernaan merupakan proses untuk memperkecil ukuran partikel

makanan dan zat-zat makanan organik secara mekanik, enzimatik dan Mikrobial.

Fungsi dari alat pencernaan adalah untuk mencerna bahan makanan agar zat-zat yang

terkandung didalamnya dapat diserap oleh dinding usus halus melalui villi-villi dan

masuk ke dalam sirkulasi darah. Proses untuk memperkecil ukuran partikel makanan

disebut pencernaan, sedangkan pemasukan bahan makanan dapat dicerna melalui

selaput lendir usus disebut dengan penyerapan (Rasyaf 2016).


III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

III.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan Saluran Pencernaan Unggas dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 14 juni 2023, pukul 13.00 WITA-selesai, bertempat di Laboratorium

Unit Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo Kendari.

III.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Sistem Pencernaan Unggas dapat di

lihat pada Tabel 3.1.

Table 3.1. Alat dan Kegunaan Sistem Pencernaan Unggas


No Alat Kegunaan
1 Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
2 Kamera Untuk dokumentasi
3 Gunting Untuk membersihkan organ pencernaan
4 Pita ukur Untuk mengukur organ pencernaan
5 Timbangan Untuk menimbang organ pencersnaan
6 Nampan Untuk menyimpan organ pencernaan
7 Plastik Untuk membungkus/menyimpan organ pencernaan
8 Handscoon Untuk melindung tangan dari kontak darah
9 Pisau bedah Untuk membedah organ pencernaan

Bahan yang digunakan dalam praktikum Sistem Pencernaan Unggas dapat

dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Bahan dan Kegunaan sistem Pencernaan Unggas


No Bahan Kegunaan
1 Ayam ras petelur Sebagai objek penelitian
2 Air Untuk membasahi bulu ayam
III.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum Sistem Pencernaan Unggas adalah sebagai

berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Membedah ayam ras petelur

3. Mengamati organ pencernaan pada unggas

4. Mengukur dan menimbang organ pencernaan unggas

5. Mencatat hasil pengamatan

6. Melakukan dokumentasi

7. Membuat laporan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum pengenalan saluran

pencernaan unggas dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pengenalan Saluran Pencernaan Unggas


No Nama Organ Hasil Pengamatan (√)
Ditemukan Tidak ditemukan
1 Paru 
2 Lidah 
3 Faring 
4 Esofagus 
5 Tembolok 
6 Proventrikulus 
7 Ventriculus/Gizar 
8 Deudenum 
9 Jejenum 
10 Ileum 
11 Sekum 
12 Rektum/kolon 
13 Hati 
14 Limpa 
15 Kantung empedu 
16 Pankreas 
17 Ginjal 
18 Sel telur 
19 Ovidak 
20 Telur 
21 Testis 
22 Trachea 
23 Paru-paru 
24 Jantung 
25 Perlemakan abdominal 
Tabel 4.2. Dimensi Organ Pencernaan
No Nama Organ Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Berat (gr)
1 Gizzard 6 8 2 27
2 Proventrikulus 3 2 1,5 6
3 Hati 8 - - 33
4 Tembolok 6 - - 12
5 Usus halus 138 - - 60
6 Usus besar 14 - - 8
7 Esophagus 7 - - 1
8 Kantung empedu - - - 1

Tabel 4.3. Kondisi Saluran Pencernaan


No Nama Organ Isi Kondisi Lumen Permukaan
1 Gizzard Jagung, dedak, krikil Tanpa kerusakan Kasar
2 Proventrikulus Cairan berwarna kuning Tanpa kerusakan Halus
3 Hati - - Sedikit kasar
4 Tembolok Jagung, kosentrat Tanpa kerusakan Kasar

IV.2. Pembahasan

Sistem pencernaan unggas adalah penyaringan organ dan proses yang

bertanggung jawab untuk mencerna makanan dalam tubuh unggas. Sistem

pencernaan ini dirancang khusus untuk memproses jenis makanan yang dikonsumsi

unggas. Hal ini sesuai dengan pendapat Diamond (2017) yang menyatakan bahwa

sistem pencernaan merupakan bagian tubuh yang penting, dimana. makanan diproses

dan diserap dalam organ ini. Apabila organ pencernaan bekerja dengan baik dalam

mencerna dan menyerap zat-zat makanan dan selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh,

maka pertumbuhan yang optimal akan tercapai. Organ-organ pencernaan tersebut

dapat berkembang tiga kali lebih cepat selama seminggu pertama setelah menetas

dibandingkan minggu-minggu berikutnya, sedangkan bobot badannya hanya dua kali

lebih cepat.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.1 sistem pencernaan unggas yang

ditemukan yaitu paruh, lidah, faring, esofagus, tembolok, proventrikulus,

ventriculus. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainuddin (2016) menyatakan

bahwa organ pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ-organ pelengkap

yang berperan dalam proses perombakan bahan makanan, baik secara fisik maupun

kimia. Organ pencernaan unggas terdiri atas paruh berfungsi untuk mengoyakkan

makanan, faring (pharynx), kerongkongan (oesophagus) berfungsi untuk

menyalurkan makanan, tembolok (ingluvies) berfungsi untuk menyimpan makanan

sementara, lambung kelenjar (proventriculus) berfungsi untuk mencerna makanan

secara enzimatis, lambung otot (ventriculus) berfungsi untuk menggiling makanan.

Hasil pengamatan sistem pencernaan unggas di atas pada tabel 4.1 yaitu

sistem penyerapan unggas di mulai dari duodenum, jejunum, ileum yang berfungsi

untuk penyerapan makanan. Hal ini sesuai dengan pendapatan Filphin et al. (2022)

menyatakan bahwa Saluran pencernaan merupakan salah satu pintu masuk agen

patogen ke dalam tubuh ternak bersamaan dengan pakan yang dikonsumsi ternak.

Salah satu bagian dari sistem pencernaan adalah usus halus yang terdiri dari

duodenum, jejunum dan ileum. Fungsi dari sistem ini adalah digesti makanan,

absorpsi nutrisi, dan sekresi endokrin. Secara histologi, struktur usus halus memiliki

sel-sel yang berfungsi untuk mensekresikan mukus yang melindungi ususdari agen

patogen dan kerusakan mekanis. Salah satu komponen mukus yaitu karbohidrat.
Hasil pengamatan sistem pencernaan unggas di atas pada tabel 4.1 didapatkan

usus besar mulai dari sekum dan kloaka. Hal ini sesuai pendapat Blaky dan bade

(2019) menyatakan bahwa usus besar adalah kelanjutan dari saluran pencernaan dari

persimpangan usus buntu dan kloaka. Usus besar tidak menghasilkan enzim karena

kelenjar-kelenjar yang ada adalah kelenjar mukosa. Karenanya, tiap pencernaan yang

terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan pencernaan oleh enzim dari usus halus.

Enzim yang dihasilkan oleh jasad renik di usus besar dan sekum terdapat banyak

kegiatan jasad renik. Jasad renik dalam usus besar mensintesa banyak vitamin-

vitamin B dan sebagian ada yang diabsorbsi ke dalam tubuh, namun kebanyakan

diekskresikan melalui feses, jadi sintesanya dalam usus besar tidak penting bagi

hewan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hasil pengamatan sistem pencernaan unggas di atas pada tabel 4.1 organ

aksesoris yang ditemukan yaitu hati, limfa, kantung empedu, pankreas, trakea, ginjal

paru-paru dan jantung. Hal imi pendapat Aryus dkk. (2020) menyatakan bahwa

Sistem pencernaan pada ungggas adalah organ saluran pencernaan dan organ

aksesoris. Organ aksesoris yang terdapat dalam unggas terdiri dari hati, limfa,

kantung empedu, pancreas, ginjal, trachea, paru-paru dan jantung, Produktivitas

ayam yang tinggi dapat diraih dengan kondisi organ dalam yang baik. Organ-organ

yang berfungsi dalam peningkatan produktivitas ayam antara lain hati, pankreas,

lambung, dan usus.

Hasil pengamatan sistem pencernaan unggas di atas pada tabel 4.1 yaitu

sistem reproduksi di mulai sel telur, oviduk dan telur. Hal ini sesuai pendapat Reza et
al. (2021) menyatakan bahwa organ reproduksi ayam betina terdiri atas ovarium dan

oviduk atau saluran reproduksi yang terdiri atas infundibulum, magnum, uterus,

ithmusdan vagina. Ovarium terletak pada rongga badan sebelah kiri. Saat

perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan pada perkembangan selanjutnya

hanya ovarium sebelah kiri yang berkembang, sedangkan bagian kanan rudimenter.

Ovarium betina biasanya terdiri dari 5 sampai 6 folikel yang sedang berkembang

berwarna kuning besar (yolk) dan terdapat banyak folikel kecil berwarna putih

(folikel belum dewasa).

Hasil pengamatan sistem pencernaan unggas di atas pada tabel 4.1 yang tidak

di dapat yaitu testi dan perlemakan abndominal karena dalam praktikum memakai

ayam ras petelur betina. Hal ini sesuai pendapat Chelsy et al. (2016) menyatakan

bahwa testis hanya berada pada unggas/ayam jantan dan tidak ada pada unggas/ayam

betina. organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis, duktus epididimis,

sepasang duktus deferens dan sebuah alat kopulasi yang disebut phallus, yang

seluruhnya terletak di dalam rongga peru

Hasil pengamatan pada 4.2 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian esofagus memiliki panjang 7 cm, lebar 8 cm, tebal 2 cm dan berat 1 gram. Hal

ini sesuai dengan pendapat Amalo (2019), yang menyatakan bahwa Panjang

Esofagus antara 7-15 cm, lebar 7-9 cm, tebal 1-2 cm dan berat antara 1-2 gram.

Faktor yang menjadi pengaruh terhadap perbedaan ukuran esofagus ayam adalah dari

jumlah pakan, jenis pakan, umur dan jenis kelamin.


Hasil pengamatan pada 4.2 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian tembolok memilik berat 12 gram. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat

Candrawati (2020) yang menyatakan bahwa tembolok adalah organ elastis setelah

kerongkongan (Oesophagus) yang berfungsi untuk menyimpan pakan sementara,

terutama pada saat unggas makan dalam jumlah banyak. Rataan berat tembolok yaitu

2-3 gram dan panjangnya yaitu 3-6 cm. Berat bobot dipengaruhi oleh pakan atau

ransum yang diberikan.

Hasil pengamatan pada 4.2 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian proventrikulus memilik panjang 3 cm, lebar 2 cm, tebal 1,5 cm dan berat 6

gram. hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mahmud dkk. (2016) yang menyatakan

bahwa ukuran panjang, diameter dan berat proventrikulus dengan rerata diameter 1-2

cm, lebar 1 cm, tebal 1 cm dan berat 3-5 gram. Variasi berat, ukuran, dan bentuk

proventrikulus berbeda antar spesies unggas bahkan dalam spesies yang sama, diduga

dipengaruhi oleh pola makan yang berbeda pada setiap individu.

Hasil pengamatan pada 4.2 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian sekum memiliki panjang 14 cm . Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Lestari

dkk (2020), yang menyatakan bahawa usus besar memiliki panjang 6-10 cm. Panjang

usus besar dipengaruhi oleh kandungan serat dalam ransum semakin tinggi kadar

serat maka laju pencernaan dan perombakan semakin lama.

Hasil pengamatan pada 4.2 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian kantung memilik berat 1 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Sondakh

(2019) yang menyatakan bahwa empedu berfungsi untuk mengemulsikan dan


mengabsorpsi lemak, sebagai persiapan untuk pencernaan. Empedu pada ayam

memiliki berat 1-4 gram, berat empedu ayam disebabkan oleh adanya hormon

estrogen dan estrogen. kenaikan berat badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan.

Hasil pengamatan pada 4.3 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian gizzard memilik isi jagung, dedak dan kerikil, kondisi lumen tanpa kerusakan

dan permukaan yang kasar. Hal ini sesuai pendapat Wilda et al. (2022) menyatakan

bahwa Gizzard adalah satu organ pencernaan yang menjadi penghubung antara

proventikulus dan usus halus. Gizzard dengan organ yang memiliki fungsi hampir

sama dengan gigi yaitu memperkecil ukuran partikel makanan secara mekanik.

Permukaan gizzard yang kasar terjadi karena adanya kecernaan secara di dalam

gizzard tersebut.

Hasil pengamatan pada 4.3 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian proventrikulus memilik isi cairan berwarna kuning, kondisi lumen tanpa

kerusakan dan permukaan yang halus. Menurut Suci et al. (2023) menyatakan bahwa

proses kerja dari proventrikulus tidak terlalu keras, ditambah pula dengan EM-4 yang

didalamnya terdapat bakteri yang menghasilkan enzim yang membantu dalam proses

pencernaan dengan memecah serat kasar, selain itu, proventrikulus merupakan tempat

persinggahan makanan yang masuk untuk sementara dan proses pencernaan makanan

terjadi secara enzimatis. Bobot proventrikulus yang didapatkan dari hasil penelitian

tidak berpengaruh hal ini dikarenakan ransum yang diberikan tidak memperlihatkan
peningkatan kinerja proventrikulus dalam mencerna ransum, sebab pada

proventrikulus proses pencernaan makanan berjalan dalam waktu yang singkat.

Hasil pengamatan pada 4.3 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian hati memilik permukaan yang sedikit kasar. Menurut Azma (2016)

menyatakan bahwa Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-

1500 gram. Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier

dan kandung empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui

arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat

makanan yang diabsorbsi usus.Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus

dengan struktur serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi

oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari sistem

retikuloendotelial

Hasil pengamatan pada 4.3 sistem pencernaan unggas diperoleh hasil pada

bagian tembolok memilik isi jagung dan kosentrt, kondisi lumen tanpa kerusakan dan

memiliki permukaan yang kasar. Menurut Masyitha (2015) fungsi utama tembolok

adalah untuk menerima dan menyimpan makanan sementara sebelum masuk ke

proventrikulus, terutama pada saat memakan makanan dalam jumlah yang banyak.
V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pengenalan organ pencernaan unggas terdiri dari

paruh dengan panjang 2,5 cm dan berat 31 gram, kerongkongan panjang 9,5 cm dan

berat 1 gram, tembolok panjang 4 cm dan berat 3 gram, proventikulus panjang 2,5 cm

dan berat 4 gram, gizzard panjang 14 cm da berat 5 gram, usus duodenum panjang

6,5 cm dan berat 16 gram, usus jejenum panjang 25 cm dan berat 6 gram, usus ileum

panjang 53 cm dan berat 13 cm, sekum, usus besar panjang 5,5 cm dan berat 1 gram,

kloaka berat 11 gram, hati berat 27 gram. empedu 3 gram, dan pancreas panjang 11

dan berat 3 gram.

V.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan pada praktikum pengenalan bahan makanan

ternak yaitu sebagai berikut.

1. Labolatorium

Saran dari saya untuk Praktikum Pengenalan Bahahan Makanan Ternak ialah

sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan dan dirawat lagi agar

saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.

2. Asisten

Saran untuk asisten yaitu harus lebih jelas lagi dalam membahas atau

memberikan informasi tentang praktikum


3. Praktikan

Saran untuk praktikan yaitu harus lebih serius lagi ketika praktikum sedang

berlangsung, sehingga praktikum yang dilakukan bisa berjalan dengan baik.

VI.
DAFTAR PUSTAKA

Arvina D. D Latipudin, D Darwis dan A Mushawir. 2019. Profil Enzim Transaminase


Ayam Ras Petelur Yang Diberi Kitosan Iradiasi. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis
dan Ilmu Pakan. 1(1): 6-15.
Didik MU. 2017. Performa Ayam Ras Petelur Coklat Dengan Frekuensi Pemberian
Ransum Yang Berbeda. Jurnal Aves. 11(2): 23-37.
Lestari R. A Darmawan dan I Wijayanti. 2020. Suplementasi Mineral Cu dan Zn
dalam Pakan terhadap Organ Dalam dan Lemak Abdomen Ayam Broiler.
Jurnal Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.18(3): 74-80.
Mahmud MA. P Shaba, SA Shehu, A Danmaigoro, J Gana dan W Abdussalam. 2016.
Gross Morphological and Morphometric Studies on Digestive Tracts of Three
Nigerian Indigenous Genotypes of Chicken with Special Reference to Sexual
Dimorphism. Journal of World's Poultry Research. 5(2): 32-41.
Masyitha. 2015. Gambaran Histologi Kelenjar Tembolok Ayam Kampung, Bebek,
Dan Merpati. Jurnal Medika Veterinaria. 9(1) : 68-75.
Pertiwi DDR. R Murwani dan T Yudiarti. 2017. Bobot Relatif Saluran Pencernaan
Ayam Broiler Yang diberi Tambahan Air Rebusan Kunyit Dalam Air Minum.
Jurnal Peternakan Indonesia. 19(2):60-64.
Rin A. P Anwar dan Jiyanto. 2020. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Titonia
(Tithonia Diversivolia) Dalam Ramsum Terhadap Bobot Berat Pencernaan
Ayam Broiler. Jurnal Of Animal Center. 2(1): 23-28
Zainuddin Z. D Masyitha, Y Mulyana dan F Fitriani. 2016. The Histological
Structure Of The Crop (Ingluvies) In Poultry. Jurnal Medika Veterinaria,
8(1): 5-10.

Anda mungkin juga menyukai