Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TERNAK
UNGGAS
PERFORMA PRODUKSI TERNAK AYAM BROILER

NAMA : GENE KEELEY A.K


NIM : (05041282227038)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN TEKNOLOGI DAN INDSUTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara ekonomi, Indonesia merupakan Negara berkembang. Seiring dengan
naiknya pendapatan perkapita penduduk, maka kebutuhan akan protein hewani bagi
masyarakat juga meningkat. Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditi
unggas yang memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal
hewani bagi masyarakat Indonesia.Kebutuhan daging ayam setiap tahunnya mengalami
peningkatan, karena harganya yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat..
Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat,
karena dapat dipanen pada umur 5 minggu.Keunggulan broiler didukung oleh sifat
genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan
pemeliharaan. Penampilan ayam pedaging yang bagus dapat dicapai dengan sistem
peternakan intensif modern yang bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan berkualitas,
serta perkandangan yang memperhatikan aspek kenyamanan dan kesehatan ternak
(Nuriyasa, 2003).Kandang dalam pemeliharaan ayam pedaging memegang peranan
yang penting.Tingkat keberhasilan dalam pemeliharaan bergantung pada kandang yang
digunakan, oleh karena itu kondisi kandang harus diperhatikan dengan baik terutama
mengenai temperatur lingkungan, kelembaban dan sirkulasi udara.Tipe kandang yang
sering digunakan oleh peternak di Indonesia dalam budidaya ayam pedaging adalah
kandang panggung dan kandang bertingkat.Dengan memperhatikan adanya perbedaan
sistem lantai kandang yang dipergunakan oleh peternak (kandang panggung dan
kandang bertingkat), maka informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dari
masingmasing sistem tersebut sangat diperlukan. Hal ini disebabkan karena adanya
sistem lantai yang berbeda dapat mempengaruhi kenyamanan ternak yang dipelihara.
Sistem lantai kandang yang berbeda akan menghadirkan perbedaan pula terhadap suhu,
kelambaban dan sirkulasi udara.
1.2 Tujuan
Bertujuan manajemen yang baik dalam memaksimalkan hasil produksi dan
kesejahteraan ayam pedaging.

Universitas Sriwijaya
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem reproduksi,
sistem urinari, dan sistem kekebalan tubuh pada ayam pedaging.

1.4. Waktu dan Tempat


Waktu dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Desember 2023, pukul 15:00 dan tempat
pelaksanaannya di kandang unggas, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

2 Universitas
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler


Ayam pedaging merupakan salah satu jenis ayam yang sangat efektif untuk
menghasilkan daging. Dalam pemeliharaan ayam pedaging, untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan, maka usaha tersebut harus mempunyai manajemen yang baik. Salah
satu aspek dari manajemen adalah tatalaksana perkandangan. Kandang yang biasa
digunakan dalam pemeliharaan ayam pedaging adalah kandang sistem litter.
Penggunaan alas kandang akan berpengaruh besar terhadap produktifitas unggas seperti
pertambahan bobot badan dan produksi, karena masing-masing alas kandang
mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Dalam pemeliharaan unggas
diperlukan ketelitihan dalam memilih dan menggunakan alas kandang, agar unggas
dapat berproduksi setinggi mungkin (Murtidjo, 1987). Menurut Achmanu dan
Muharlien (2011) Kandang yang lantainya diberi alas (litter) yang berfungsi untuk
menyerap air , agar lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam, karena itu bahan
yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah menyerap air, tidak berdebu
dan tidak basah. Hal ini didukung oleh Tobing (2005), yang menyatakan bahwa alas
kandang harus cepat meresapkan air karena litter mempunyai fungsi strategis sebagai
pengontrol kelembapan kandang, tidak berdebu dan bersifat empuk sehingga kaki ayam
tidak luka/memar. Bahan litter yang paling banyak digunakan pada peternakan ayam
pedaging di Indonesia yang menggunakan sistem litter adalah sekam (rice hull). Reed
dan McCartney (1970) menjelaskan bahwa sekam paling banyak digunakan untuk alas
kandang karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat menyerap air baik, bebas
debu, kering, mempunyai kepadatan (density) yang baik, dan mamberi kehatan
kandang. Sifat lain dari sekam selain dapat menyerap air dijelaskan oleh Luh (1991),
bahwa sekam padi bersifat tidak mudah lapuk, sumber kalium, cepat menggumpal dan
memadat. Dalam penggunaan bahan litter seabagi alas kandang, ada beberapa yang
menyarankan untuk mencampur dengan pasir dan kapur. Penambahan pasir dalam
campuran litter, disebabkan oleh sifat dari pasir yang dapat mendukung optimalisasi
fungsi litter, seperti tidak menggumpal dengan penggunaan dalam jangka waktu yang

Universitas
lama (Ritz, et al 2002). Sedangkan bahan kapur ditambahkan yaitu berfungsi untuk
meredam amonia dari kotoran ayam dan membunuh bibit penyakit (Murtidjo, 2002).
Sistematis peredaman amonia oleh kapur dijelaskan oleh Tobing (2005), bahwa mineral
kalsium yang terkandung dalam kapur dapat melepas dan mengikat molekul-molekul air
secara reversible (bolak-balik). Pencampuran ketiga bahan litter tersebut, diharapkan
dapat mengatasi masalah yang terjadi yang disebabkan oleh kelembapan karena kotoran
dari ayam dan faktor-faktor lain, yang dapat mengganggu kesehatan ayam pedaging.
Terganggunya kesehatan ayam secara otomatis dapat mengurangi jumlah pakan yang
dikonsumsi, sehingga dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan dan konversi
pakan ayam pedaging. Menurut (Tobing, 2005) penggunaan alas kandang yang tepat
bukan saja dapat mengurangi angka kematian, tetapi sekaligus meningkatkan bobot
akhir ayam pedaging dan menurunkan konversi pakan. Berdasarkan uraian diatas maka
perlu dicari proporsi bahan untuk litter yang tepat dalam upaya meningkatkan produksi
ayam pedaging.
2.2 Anatomi dan Identifikasi Ternak
2.3 Sistem Pencernaan
2.3.1. Paruh (Mulut)
Unggas mempunyai paruh yang terletak di bagian luar sebagai organ awalsistem
serta di dalamnya terdapat lidah, lidah di dalam paruh mendorong pakanmasuk ke
kerongkongan kemudian masuk ke tembolok. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Rahmanto (2012) yang menyatakan bahwa hewan ternak unggas mempunyai paruh
yang di dalamnya terdapat lidah membantu untuk mendorong pakan dalam paruh masuk
ke kerongkongan. Paruh pada unggas berfungsi untuk mengambil atau mematuk pakan.
Hidayati (2011) menjelaskan bahwa paruh pada unggas berguna untuk mematuk bahan
pakan kemudian pakan didorong oleh lidah sehingga oleh esofagus disalurkan menuju
ke tembolok. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil bahwa paruh
ayam dalam keadaan normal ditandai dengan tidak ditemukannya cacat fisik maupun
tanda-tanda penyakit seperti keluarnya lendir atau bercak darah.
2.3.2. Kerongkongan (Esophagus)
Esofagus merupakan organ yang terletak di antara paruh dan tembolok.Pada
ujung saluran esofagus terdapat faring. Pada daerah faring terdapat klep yang mencegah

4 Universitas
makanan agar tidak masuk ke trakea. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fadil (2015)
yang menyatakan bahwa dalam esofagus terdapat gerakan peristaltik dan di ujungnya
yang disebut faring terdapat klep yang mencegah pakan masuk ke trakea. Fungsi
esofagus yaitu menyalurkan pakan dari mulut menuju ke proventrikulus. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Zainuddin et al., (2014) yang menyatakan bahwa pakan dari
mulut disalurkan oleh esofagus menuju ke proventrikulus atau lambung. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil bahwa esophagus dalam keadaan normal
ditandai dengan teksturnya yang masih halus dan tidak ditemukannya bercak darah.
2.3.3. Tembolok (Crop)
Tembolok merupakan organ pencernaan berbentuk kantung yang terletak
diantara bawah esophagus. Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian
yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop
(tembolok). Fungsi utama tembolok adalah sebagai tempat penyimpanan makanan
sementara serta pelunakan pakan dengan saliva. Hal ini sesuai dengan Yuwanta, (2014)
bahwa dalam tembolok sedikit bahkan tidak terjadi proses pencernaan, kecuali
pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktifitasnya di tembolok
sebagai pelunakan pakan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil
bahwa tembolok dalam keadaan normal ditandai dengan teksturnya yang masih halus
dan tidak ditemukannya bercak darah.
2.3.4. Proventikulus
Proventrikulus merupakan bagian perut unggas yang terletak sebelum
ventrikulus, berbentuk kecil dan tidak dapat menyimpan lama serta di dalamnyaterdapat
enzim pepsin untuk memulai pencernaan protein, lipase untuk pemecahan lemak, dan
amilase untuk pemecahan karbohidrat sehingga membantu proses pencernaan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Rahmanto (2012) yang menyatakan bahwa bentuk
proventrikulus yang kecil tidak dapat menyimpan lama makanan yang masuk dan
proventrikulus menghasilkan enzim pepsin, lipase, danamilase sehingga membantu
dalam proses pencernaan. Fungsi proventrikulus yaitu memulai pencernaan protein
karena menghasilkan enzim pepsin dan menghasilkan enzim- enzim pencernaan
sederhana yaitu pencernaan lemak (lipase) dan pencernaan karbohidrat (amilase) serta
menampung pakan setelah dari tembolok, sebelum digiling di gizard (ampela). Hal

5 Universitas
tersebut sesuai dengan pendapat Enofri (2015) yang menyatakan bahwa setelah pakan
ditampung di tembolok selanjutnya masuk ke proventrikulus yang menghasilkan enzim
lipase dan amilase dan menghasilkan enzim. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
ditemukan hasil bahwa proventrikulus dalam keadaan normal ditandai dengan
teksturnya yang masih halus dan tidak ditemukannya bercak darah.
2.3.5. Empedal (Gizzard)
Empedal berbentuk bulat telur dan tersusun dari serabut, otot yang padat dan
kuat. Fungsi utama empedal adalah menggilling dan meremas pakan yang masih keras
sehingga berukuran kecil dan meningkatkan permukaan partikel pakan.
2.3.6. Usus Halus (Small Intestine)
Usus halus yaitu organ pencernaan yang terletak setelah ventrikulus berupa
saluran yang berkelok–kelok yang panjangnya antara 6-8 meter, lebar 25 mm dan
banyak terdapat lipatan vili-vili yang menyerap sari-sari makanan, di dalam vili terdapat
pembuluh darah, pembuluh limfa dan sel goblet. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Wresdiyati et al., (2013) yang menyatakan bahwa secarahistologis struktur usus halus
yaitu terdapat vili-vili pada permukaannya, didalamnya mengandung pembuluh darah
dan terdapat sel limfa serta terdapat selgoblet sehingga membantu dalam menyerap sari-
sari makanan. Fungsi usus halus berperan dalam pencernaan kimiawi yang
menghasilkan getah pencernaan serta dalam penyerapan sari- sari makanan karena usus
halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan menyerap sari-
sari makanan karena terdapat vili-vili, semakin banyak vili-vili semakin luas daerah
penyerapannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rahmanto (2012) yang
menyatakan bahwa usus halus berperan dalam absorbsi sari-sari makanan dan sebagai
organ utama dalam pencernaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan
hasil bahwa usus halus dalam keadaan normal ditandai dengan teksturnya yang masih
halus dan tidak ditemukannya bercak darah.
2.3.7. Usus Buntu/Sekum
Usus buntu/sekum atau ceca terdapat di bagian bawah dan rectum terdapat didua
bentukan yang bercabang diusus yang buntu sehingga disebut usus buntu. Didalam usus
buntu terdapat pencernaan katbohidrat, protein dan absorbsi air serta sintesis vitamin A.

6 Universitas
2.3.8. Usus Besar (Rectum)/Last Intestinum
Usus besar terdiri dari kolon dan rektum yang terletak setelah usus halus dan
seka. Bagian yang naik disebut kolon sedangkan bagian rektum dan anus menurun.. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Fadil (2015) yang menyatakan bahwa permukaan usus
besar yang naik disebut dengan kolon yang berbentuk spiral dan yang menurun disebut
rektum dan anus. Fungsi Usus Besar yaitu dalam menyerap bahan- bahan seperti
vitamin, air dan menyerap sedikit gula yang terdapat dalam bahan pakan. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Wresdiyati et al., (2013) yang menyatakan bahwa Di dalam
usus besar terjadi penyerapan air, vitamin dan zat gula dari bahan pakan yang dimakan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil bahwa usus besar dalam
keadaan normal ditandai dengan teksturnya yang masih halus dan tidak ditemukannya
bercak darah.
2.3.9. Kloaka
Kloaka adalah lubang pembuangan ekskreta dari tubuh yang sebelumnya
ditampung di bagian rektum, terletak dibagian paling ujung saluran pencernaan. Hal
terssebut sesuai dengan pendapat Fadil (2015) yang menyatakan bahwa Kloaka
merupakan tempat pembuangan ekskreta dari tubuh. Fungsi kloaka sebagai lubang
tempat pembuangan feses. Hal ini sesuai dengan pendapat Faza (2017) yang
menyatakan bahwa materi yang tidak terserap dari usus besar akandikeluarkan berupa
ekskreta melalui lubang kloaka. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan
hasil bahwa kloaka dalam keadaan normal ditandai dengan teksturnya yang masih utuh
dan tidak ditemukannya bercak darah.

2.4 Sistem Pernafasan


2.4.1. Lubang Hidung
Hidung merupakan organ paling awal dari sistem pernapasan yang terletak di
bagian kepala dan terdiri dari epitel toraka bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Hal ini
sesuai dengan pendapat Donisia, (2016) yang menyatakan bahwa struktur penyusun
rongga hidunh terdiri epitel toraka bertingkat, silia rambut penyaring, sel goblet dan
kelenjar mukosa. Hidung berfungsi sebagai rongga masuk keluarnya udara serta tempat
penyaringan udara yang masuk. Menurut Yuwanta (2014) ronnga hidung terdapat

7 Universitas
rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk
bersama udara dan juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Selain itu, rongga hidung juga berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar (sudorifera).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil bahwa hidung dalam keadaan
normal ditandai dengan teksturnya yang masih utuh dan tidak ditemukannya bercak
merah maupun tanda-tanda penyakit seperti keluarnya lendir kental berwarna putih
kekuningan.
2.4.2 Laring
Laring adalah saluran pernapasan yang terletak di pangkal tenggorokan yang
membawa udara menuju ke trakea. Hal ini sependapat dengan Yuwanta (2014) bahwa
laring merupakan pangkal tenggorokan, terdiri atas kepingan tulang rawan membentuk
jankun yang terdapat celah menuju batang tenggorokan (trakea). Fungsi utama laring
adalah untuk melindungi saluran pernapasan dari masuknya benda asing yang tidak
diinginkan. Hal ini sesuai dengan Rihiantoro (2014) bahwa laring berfungsi melindungi
saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi
mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran napas.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil bahwa laring dalam keadaan
normal ditandai dengan teksturnya yang masih utuh dan tidak ditemukannya bercak
darah maupun tanda-tanda kelainan.
2.4.3. Trakhea
Trachea merupakan organ pernapasan ayam berbentuk pipa yang terdiri dari
cincin-cincin tulang rawan. Pada ujung trakea terdapat syrinx sebelum bercabang
menjadi bronkus kiri dan bronkkus kanan Trakea terletak di bawah laring yang tersusun
dari cincin tulang rawan dan berbentuk pipa, bagian dalam trakea dilapisi selaput lendir
yang terdiri dari sei-sel bersilia. Hal ini sesuai dengan Rihiantoro (2014) bahwa trakea
adalah struktur fibroelastik yang kaku, berbentuk setengah cincin yang saling
menyambung mempertahankan bentuk lumen trakea. Trakea berfungsi sebagai saluran
keluar masuknya udara dan menahan kotoran-kotoran agar tidak masuk ke dalam paru-
paru. Hal ini sesuai dengan Yuwanta (2014) yang menyatakan bahwa trakea berfungsi
menahan debu atau kotoran dalam udara agar tidak masuk kedalam paru-paru.

8 Universitas
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil bahwatrakea dalam keadaan
normal ditandai dengan teksturnya yang masih utuh dan tidak ditemukannya bercak
darah maupun tanda-tanda kelainan.
2.4.4. Bronkus
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya yang melingkari lumen dengan sempurna. Bronkhus adalah cabang cabang
aliran udara yang menuju paru kanan dan kiri yang bekerja saling berkesinambungan,
terletak di ujung bawah trakea, jika salah satu mendapat gangguan maka yang satu lagi
akan berusaha bekerja ekstra. Bronkus merupakan bagian dari saluran pernapasan yang
tersusun atas sel goblet, sel serous dan sel bersilia yang berbentuk kolumnar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Dionisia (2016) yang menyatakan bahwa sel epitel yang
melapisi bronkus terdiri dari sel bersilia, sel goblet, sel serous dan sel clara. Fungsi dari
bronkus adalah melembabkan udara sebelum menuju alveolus dan menyalurkan ke
paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Rihiantoro (2014) yang menyatakan bahwa
bronkus memiliki fungsi utama yaitu melembabkan udara yang akan masuk ke dalam
paru-paru. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil bahwa bronkus
dalam keadaan normal ditandai dengan teksturnya yang masih utuh dan tidak
ditemukannya tanda-tanda kelainan.
2.4.5. Paru Paru
Paru-paru terletak didalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi
oleh otot dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri yang
terdiri atas 2 lobus.

2.5 Sistem Reproduksi


2.5.1. Sistem Reproduksi pada Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder dan
assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang belokasi di dalam skrotum yang
menggantung secara eksternal di daerah Inguinal. Organ kelamin sekunder terdiri dari
jaringan-jaringan Ductus sebagai transportasi spermatozoa dari testis ke bagian luar, dan

9 Universitas
termasuk didalamnya Ductus efferent, Epididimis, Ductus deferens, penis dan Urethra.
Sedangkan organ asesori terdiri dari kelenjar Prostata, kelenjar Vesikularis dan kelenjar
Bulbourethralis (Cowper's) (Yusuf, 2012).
Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada dorsal area
rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Testis tidak pernah turun kedalam
skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan berwarna kuning
terang, sering pula berwarna kemerahan karena banyaknya cabang-cabang dan
pembuluh darah pada permukaanya (Suprijatna, 2010). Organ reproduksi jantan adalah
Testis, Ductus deferens, dan organ kopulasi yang bersifat rudimenter yang terletak
dalam Kloaka. Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari
hewan betina dan hormon jantan androgen, yang bertanggung jawab terhadap
munculnya karakteristik kelamin sekunder. unggas jantan, seperti jengger yang
berwama merah cerah, bulu, dan respon (Hardjosworo, 2011).
berkokok Organ reproduksi jantan, yang primer ialah berbentuk bulat kacang
(Yaman, 2010). Alat reproduksi jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang
Testis, sepasang saluran Deferens, dan Kloaka (Yuwanta, 2014). Vas deferns adalah
saluran kecil yang menyalurkan sperma ke kloaka (Yuwanta, 2014). Fas deferens yaitu
sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan sperma ke luar dari tubuh (Suprijatna,
2010), Vas deferens tidak bermuara kedalam organ kopulasi seperti pada spesies
lainnya, tetapi kedalam papilla kecil (tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-
tonjolan ini terletak pada dinding Dorsal kloaka dan berperan sebagai organ yang
berfungsi untuk mengangkut semen (Fadilah dan Polana, 2012). Kloaka merupakan
suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan
reproduksi yang membuka keluar menuju ke dalam anus (Yaman, 2010).
2.5.2. Sistem Reproduksi pada Betina
Anatomi alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama. yakni
Ovarium dan Oviduk. Ovarium berfungsi sebagai tempat pembentukan kuning telur
(Suprijatna dkk, 2010).Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual,
Gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Oviduk adalah
tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang
telur. Ovarium adalah tempat sintesis hormon Steroid seksual Gametogenesis dan

1 Universitas
perkembangan serta pemasakan kuning telur. Fungsi utama Infundibulum adalah
menangkap ovum yang masak. Magnum merupakan temapat untuk mensintesis dan
mensekresi putih telur. Isthmus adalah tempat untuk mensekresikan membran atau
selaput telur. Uterus temapat terbentuknya cangkang. Pagina adalah tempat
penyimpanan sementara telur. Kloaka merupakan bagian ujung luar dari Oviduck
tempat dikeluarkannya telur (Yuwanta, 2014).
Infundibulum berperan dalam penangkapan kuning telur. Fungsi utama magnum
adalah mensekresikan Albumen. Isthmus berfungsi sebagai tempat untuk mensekresikan
membran cangkang. Uterus adalah mensekresikan cangkang.
Vagina dalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila
telah tercapai bentuk yang sempurna, fungsi utama Magnum adalah mensekresikan
Albumen. Fungsi Uterus adalah mensekresikan cangkang. Vagina dalah tempat dimana
telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai bentuk yang
sempurna. Kloaka merupakan tempat untuk mengeluarkan. telur (Hardjosworo, 2012).
2.6 Sistem Urinaria
Ekskresi air dan sisa metabolik sebagian besar terjadi melalui ginjal. Sistem
ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif sama
memanjang, berlokasi dibelakang paru-paru, dan menempel pada tulang punggung.
Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dan jelas. Ginjal terdiri dari
banyak Tubulus kecil atau Nephron yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal
(Suprijatna dkk, 2010). Sistem urinaria ayam maupun itik terdiri atas sepasang ginjal
yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk
serta melekat pada selaput rongga perut (Peritonium). Air kencing keluar dari tubuh
melalui Cloaca bersama- sama Feses dan kelihatan sebagai masa putih diatas Feses
tersebut (Yuwanta, 2014).
Ureter adalah saluran Muscular yang mengalirkan Urine dari dinding ginjal
menuju ke Blader (kantong kencing). Kloaka merupakan suatu tabung yang
berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi (Rasyaf,
2013).

1 Universitas
2.7 Sistem Kekebalan Tubuh
Pada ayam, 10 jenis TLR telah diidentifikasi (dibandingkan dengan 13 pada
mamalia. TLR memodulasi jalur sinyal dalam sistem pertahanan inang untuk
mengendalikan infeksi dan memperbaiki sel yang rusak. Setelah TLR yang sesuai
terikat pada ligan mikroba, makrofag, berbagai protein adaptor, faktor transkripsi
diaktifkan, dan gen sitokin distimulasi. Fungsi tertentu dari TLR ayam bergantung pada
polimorfisme genetik dan rentan terhadap pengaruh makanan. Mengetahui hubungan
antara TLR spesifik dan patogen memberikan alat untuk meningkatkan ayam dalam hal
afinitas penyakit. Dalam konteks afinitas penyakit, penelitian pada garis sel HD11 ayam
telah menunjukkan aktivasi kuat TLR2t2/16, TLR4, dan TLR21 oleh Campylobacter
spp. turunan lisat ( De Zoete et al., 2010 ).
Mekanisme lain untuk mempertahankan tuan rumah adalah faktor humoral
bawaan, termasuk sitokin dan peptida antimikroba ( AMP ). Terdapat beberapa fungsi
serupa dari sitokin individu pada ayam dan mamalia meskipun terdapat perbedaan
dalam struktur proteinnya. Panel sitokin proinflamasi yang dilepaskan akibat pengikatan
TLR ke ligan meliputi interleukin-1 ( IL-1 ), IL-6, IL-8, dan tumor necrosis factor-alpha
( TNF-α ).
Limfosit adalah alat utama kekebalan didapat. Pada ayam, kita membedakan
limfosit B dan T. Limfosit B umumnya bertanggung jawab untuk produksi antibodi,
sedangkan limfosit T sitotoksik secara aktif menghancurkan patogen. Subtipe limfosit T
memediasi pembunuhan sel. Sel T CD8+ dikaitkan dengan glikoprotein CD8 yang khas,
yang berikatan dengan bagian konstan molekul MHC kelas I. Efek sitotoksiknya
memungkinkan—artinya mampu membunuh sel yang terinfeksi patogen dan sel kanker
secara langsung. Sel T CD8+ menggunakan sitokin untuk melibatkan jenis sel lain,
menghasilkan respons imun. Sel T CD4+, juga disebut sel pembantu (Th), berhubungan
dengan kelas molekul MHC II. Mereka mengekspresikan glikoprotein CD4 di
permukaannya. Mereka mengaktifkan limfosit B (menginduksi memori imun) dan sel T
CD8+. Oleh karena itu, peran mereka sangat penting dalam mencegah/meminimalkan
dampak penyakit virus yang berbahaya bagi produksi unggas, baik sebagai akibat dari
vaksinasi pelindung maupun infeksi. Misalnya, menunjukkan bahwa sel T CD8+
memainkan peran penting dalam menghilangkan virus bronkitis menular ( IBV ).

1 Universitas
Sebagai perbandingan, percobaan lain membahas peran sel T CD4+ dalam konteks ini.
Antigen IBV mengaktifkannya setelah presentasi antigen. Setelah diaktifkan, sel T
CD4+ berinteraksi dengan sel T dan B lainnya untuk meningkatkan respons sitotoksik
dan humoral terhadap IBV pada ayam.
Pada ayam, kompleks histokompatibilitas utama ( MHC ) mengandung 46 gen.
Gen MHC I dan MHC II terletak pada kromosom 16 yang sama di wilayah MHC-B dan
MHC-Y. Distribusinya dalam genom kira-kira 209 kb ( da Silva dan Gallardo, 2020 ).
Ini membuktikan struktur yang lebih sederhana dan kompak dalam konteks sistem
MHC mamalia.

1 Universitas
14

BAB 3
MATERI DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Pisau
2. Gunting
3. Nampan
4. Penggaris
5. Kantong Plastik
6. Timbangan
3.1.2. Bahan
Ayam 2 ekor
3.2 Prosedur Kerja
Langkah yang dilakukan selama praktikum, pertama ayam disiapkan terlebih
dahulu yang akan diamati sistem pencernaan, lalu sembelihkan ayam tersebut, setelah
penyembelihan masukkan kedalam ember/baskom yang berisi air panas yang telah
disiapkan, lalu diangkat dan dibersihkan bulu-bulu ayam supaya mudah saat
pembedahan, setelah itu mulailah pembedahan ayam untuk mengamati organ
pencernaan tersebut, kemudian pisahkan alat pencernaan ayam tersebut dari tubuhnya
dan letakkan diatas mampan. Amatilah alat pencernaan ayam dengan satu persatu dan
diukur organ tersebut dengan teliti, kemudian timbanglah masing-masing organ
pencernaan ayam tersebut.

Universitas
15

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum sistem reproduksi pada unggas yang telah dilakukan,
dapat diperoleh hasilnya dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1.1. Sistem Pencernaan


No Organ Ukuran Ukuran Berat Berat
Ayam 1 Ayam 2 Ayam 1 Ayam 2
1. Mulut - - - -
2. Esofagus 14 cm 13 cm - -
3. Tembolok P 4 cm x L P 3 cm x L - -
12 cm 10 cm
4. Proventrikulus - - -
5. Ventrikulus 15 cm - 25 gr 23 gr
6. Usus halus 112 cm 110 cm - -
7. Usus buntu - - - -
8. Usus besar 12,5 cm 11,5 cm - -
9. Kloaka - - - -

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sistem Pencernaan
Pada praktikum ini melakukan pembedahan ayam untuk mengamati sistem
pencernaan pada ayam kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran pada organ
pencernaan ayam. Dari hasil praktikum pengetahuan yang didapat trakea berfungsi
untuk makan dan minum pada unggas, paruh menghasilkan air liur (saliva). Organ
esofagus memiliki panjang 14 cm dan 13 cm dari kedua ayam yang dimana berfungsi
untuk mendorong makanan masuk ke pencernaan berikutny yaitu tembolok, ukuran
tembolok ayam pertama memiliki panjang 4 cm dan lebar 12 cm, ayam kedua memiliki
panjang 3 cm dan lebar yang berfungsi untuk menerima dan menyimpan makanan

Universitas
sementara sebelum masuk ke proventrikulus, terutama pada saat memakan makanan
dalam jumlah yang banyak. Proventrikulus merupakan lambung kelenjar yang berfungsi
mencerna makanan secara enzimatis. Ventrikulus pada ayam merupakan tempat
terjadinya pencernaan pakan secara mekanik . Ventrikulus (gizzard) disebut juga dengan
otot perut yang terletak di antara proventrikulus dan batas atas dari intestine tersusun
dari jaringan otot tebal dan tidak menghasilkan enzim pencernaan. Fungsi utama
ventrikulus adalah menggiling, bagian depan ventrikulus berhubungan dengan perut
kelenjar dan bagian lainnya berhubungan dengan usus halus dan organ pencernaan
lainnya. Ukuran usus halus ayam pertama memiliki panjang 112 cm dan ayam kedua
memiliki panjang 110 cm berfungsi utuk menggerakkan makanan dan memperluas
permukaan untuk menyerap sari-sari makanan oleh vili-vili pada dinding usus. Usus
buntu terletak diantara usus halus dan usus besar dimana bentuk kedua ujungnya buntu,
maka disebut usus buntu. Fungsi utama usus buntu secara jelas belum diketahui tetapi di
dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air
Selanjutnya usus besar ayam pertama memiliki panjang 12,5 dan ayam kedua memiliki
panjang 11,5 berfungsi sebagai merombak sisa-sisa pakan yang tidak tercerna menjadi
feses.

1 Universitas
17

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum pada kali ini mengetahui
sistem pernafasan, sistem reproduksi, sistem pencernaan pada ayam terutama untuk
sistem organ pencernaan terdiri dari trakea, esofagus, tembolok, proventrikulus,
ventrikulus, usus halus, usus buntu, usus besar dan kloaka. Hasil pengukuran dan
penimbangan didapatkan bahwa panjang dan berat masing-masing organ pencernaan
secara keseluruhan. Perbedaan ukuran ada saluran pencernaan dapat disebabkan oleh
umur, pemberian pakan dan lingkungan.
5.2 Saran
Melakukan praktikum ini harus teliti dalam mengamati sistem organ-organ ayam
dan keamanan dalam mengunakan alat seperti pisau agar tidak mencelakai peserta
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Achmanu; Muharlien. 2011. IlmuTernak Unggas. UB Press.Malang.


Da Silva AP, Gallardo RA Ayam MHC: wawasan tentang resistensi genetik, kekebalan,
dan peradangan setelah infeksi virus bronkitis menular. Vaksin. 2020; 8 :1–16.
De Zoete MR, Keestra AM, Roszczenko P., van Putten JPM Aktivasi reseptor mirip tol
manusia dan ayam oleh Campylobacter spp. Menulari. kekebalan. 2010; 78
:1229.
Donisia, W.2016.Fisiologi dan Fungsi mukoflia Bronkus. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Enofri, R. 2015. Ukuran organ pencernaan ayam pedaging yang diberi tepung
buahkurma (phoenix dactilfyera ) dalam ransum komersial. Fakultas Pertanian
danPeternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau , Pekan
baru.( Skripsi ).
Fadil. 2015. Organ- organ pencernaan pada ternak ruminansia, zat- zat toksik pada
pakan nabati dan mekanisme keracunan pada ternak. Fakultas
Peternakan.Universitas Tadulako. (Skripsi)
Fadilah, Roni., Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agro
Media Pustaka, Jakarta.
Faza, A. F.2017. Pengaruh Suplementasi Baking Soda dalam Pakan terhadap Profl
LemakDarah Sapi Lemak Laktasi. Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi)
Hidayati, N. 2011. Pengaruh Pemberian Kombinasi Tepung Keong Mas ( Pomacea
Canaliculata) dan Tepung Paku Air ( Azolla pinnata) Terfermentasi Terhadap
Kadar Kolesterol Dan Warna Kuning Telur Pada Ayam Petelur Strain Isa Brown
PeriodeLayer. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
(Skripsi).
Luh, B. S. 1991. RiceUtilization.SecondEdition. Van Nostrad Reinhold. New York.
Murtidjo, B. A. 1987. Beternak AyamBroiler. Aksi Agraris Kanisius.Yogyakarta . 2002.
Beternak Ayam Broiler. Aksi Agraris Kanisius.Yogyakarta.
Muharlien,. E. Sudjarwo,. A. Harmiyati,. dan H.Setyo.2017.Ilmu Produksi Ternak
Unggas.Universitas Brawijaya Press, Malang. Rihiantoro.2014. Pengaruh

1 Universitas
Pemberian Bronkodilator Inhalasi Terhadap Fungsi Paru-Paru.J. Ilmu Biologi.
10(1) : 1907-0357.
Nuriyasa, I.M. 2003.Pengaruh Tingkat Kepadatan dan Kecepatan Angin Dalam
Kandang Terhadap Indeks Ketidaknyamanan dan Penampilan Ayam Pedaging.
Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Peternakan, Unud. Hal 99-103.
Rahmanto. 2012. Struktur histologik usus halus dan efsiensi pakan ayam kampung
danayam broiler. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. ( Skripsi ).
Rasyaf, M. 2013. Panduan beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Reed, M.J and M.G.McCartney. 1970.Alternative Litter MaterialsFor Poultry.
www.agtie.nsw.gov.au.
Ritz, C.W et all. 2002. Litter Quality And Broiler Performance. The University of
Georgia College of Agricultur and Environment Sciences.
Salanga, F., L, Wahyudia, E. D. Queljoea, dan Deidy Y. Katilia. Kapasitas ovarium
ayam petelur aktif. J. Mipa. 4 (1): 99-102.
Tobing, V.2005. Beternak Ayam Broiler Bebas Anti Biotika Murahdan Bebas Residu.
Penebar Swadaya. Jakarta .
Wresdiyati, T., S. R. Laila., Y. Septiorini., I. I. Arief dan M. Astawan. 2013. Prebiotik
indigenus meningkatkan profl kesehatan usus halus tikus yang diinfeksi
Enteropathogenic E. Coli. J. MKB. 45( 2 ) : 78- 85
Yaman, M. Aman, 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Yuwanta, T. 2014. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Yusuf, M. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Zainuddin, D. M., Y. Mulyana dan Fitriani. 2014. Struktur histologi tembolok
(Ingluvies) pada unggas. J. Medika Veterinaria. 4 (1) : 47- 50.

1 Universitas
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses penyembelihan Gambar 2. Proses Pembedahan

Gambar 3. Bagian Organ Pencernaan Gambar 4. Pengukuran


Ayam

2 Universitas
Gambar 5. Kelompok 4

2 Universitas

Anda mungkin juga menyukai