Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH BUDIDAYA AYAM PETELUR

Dosen:

1. Dr. Ir. Rukmiasih, MS


2. Gilang S.Pt
3. Fitriani Ekapuji Lestari S.Pt
4. Anita Rahman S.Pt

PEMELIHARAAN AYAM PETELUR KOMERSIAL

Oleh :

Mike Guruh Tamtomo

J3I113011

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak ayam merupakan salah satu ternak yang sangat menguntungkan bagi
manusia. Dalam kenyataannya, ternak ayam terutama ternak ayam petelur
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam dalam memenuhi kebutuhan hidup
pokok. Selain itu juga memberikan asupan nutrisi (protein) yang baik pula. Saat ini,
pengembangan ayam petelur sudah menjadi bagian dari kegiatan dalam peternakan.

Kebutuhan telur dalam masyarakat saat ini sangat tinggi. Denga adanya
pendapat demikian, maka para ahli telah melakuka penelitian dan pengembanganm
dalam meningkatkan produksi telur yang cukup tinggi. Ayam petelur komersial
adalah salah satu ayam petelur yang telah mengalami perkembangan secara genetik.
Dengan adanya perkembangan tersebut, maka kebutuhan telur dalam masyarakat
dapat terpenuhi.

Tujuan

Dalam praktukum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dalam proses


management ayam petelur, baik management pemberian pakan, dan kesehatan. Selain
itu juga untuk mengetahui dan dapat menghitung analisi usaha dalam mengetahui
keuntungan maupun kerugian yang didapat dalam usaha ayam petelur.
BAB II

MATERI METODE

Materi

Waktu dan tempat serta alat dan bahan yang digunakan

Praktikum ini dilakukan pada tanggal 4 September 2014- 11 Desember 2014


di kandang ayam petelur komersial, Kampus Gunung Gede, Institut Pertanian Bogor.
Dalam praktikum pemeliharaan ini, mahasiswa dibantu dengan menggunakan alat
seperti ember, serabut pembersih, Sokorek, sapu, karung, sekop, tempat pakan, seng,
kawat, gunting seng, egg tray, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
ternak ayam, air, pakan, sekam, vaksin, dan vitamin.

Metode

1. Persiapan Kandang

Pada tahapan ini, mahasiswa melakukan sanitasi. Kegiatan sanitasi yang


dilakukan adalah membersihkan kandang, tempat pakan, tempat minum dan apabila
ada tempat pakan dan minum ada yang rusak, harus diganti dengan yang baru.
Kegiatan yang lain adalah menaburkan sekram dibawah sarang ayam petelur setela
pembersihan kandang dilakukan. Selain itu, penggantian nomor ayam juga dilakukan
pada sarang yang no ayam tersebut sudah hilang.

2. Sistem Pemeliharaan

Ayam yang dipelihara dalam praktikum ini adalah ayam dengan jenis Strain
Isa Brown berumur 58 minggu yang berjumlah adalah 80 ekor, dengan beberapa
tahapan pemeliharaan seperti pemberian pakan, pemberian minum, pengambilan
telur, recording, manajemen kesehatan (sanitasi kandang ,pemberian vaksin dan
vitamin).
a. Pemberian pakan

Pakan yang diberikan merupakan pakan komersil. Poses pemberian


pakan dengan cara memberikan konsumsi perhari sejumlah 110 garm tiap
ekor dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali yaitu pada pagi, siang dan
sore hari. Jumlah pemberian pada pagi dan sore hari sebanyak 40 gram dan
pada siang hari sejumlah 30 gram. Jika pada tempat pakan masih ada tersisa
pakan, makan pakan tersebut ditimbang dan dicampurkan kembvali pada
dengan pakan yang baru. Jumlah pakan sisa dan pakan yang baru yang
dicampur harus sama dengan takaran tiap pemberian.

b. Pemberian air minum

Air minum yang diberikan harus adlibitum. Jika pada tempat minum
sudah terlihat habis, maka harus diberikan air.

c. Sanitasi kandang

Proses sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan sekam


atau mengganti sekam jika sekam tersebut terlihat belatung dan basah.
Penggantian sekam dapat dilakukan dengan cara menaburkan ke bawah
sarang ayam petelur. Proses sanitasi yang lain adalah pembersihan tempat
minum dengan sabut serta pembuangan air yang berada pada ember
penampungan air minum.

d. Pengambilan telur

Saat ayam telah bertelur, pengambilan telur dilakukan pada sore hari atau
akhir pemberian pakan, kemudian ditimbang dan dilatakkan pada eggtray.

e. Recording

Recording yang dilakukan adalah pengambilan bobot telur tiap


kelompok ternak yang bertelur pada saat itu dengan cara penimbangan tiap
satu telur. Pencatatan bobot telur harus sesuai no ternak yang bertelur dan
dilakukan setiap hari. Selain telur, pencatatan pakan yang dikonsumsi juga
dilakukan.

f. Pemberian vaksin dan vitamin

Pemberian vaksin dilakukan pada sore hari pukul 15.00 WIB dengan
menggunakan sokorek yang telah diberi vaksin AI (Avian Influenza) .
Aplikasi pemberian vaksi yang dilakukan dengan cara injeksi intramuscular
pada bagian dada ayam dengan frekuensi satu kali penyuntikan. Stelah
pemberian vaksin, maka perlu pemberian vitamin untuk mengurangi stress
ayam dengan cara mencampurkan vitamin dalam bentuk bubuk kedalam air
minum.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

Dewasa ini, ayam ras petelur dapat dibedakan dari strain-nya. Strain adalah
istilah untuk jenis ayam yang telah mengalami penyilangan dari berbagai bangsa,
sehingga tercipta ras unggulan dengan efisiensi produksi yang tinggi dan bersifat
turun temurun. Strainayam ras petelur yang ada di Indonesia antara lain Abor Acres,
Dekalb Waren, Hyline, Hubbard Golden Comet, Kimber Brown, Harco, Shaver,
Hisex, Hypeco, Rosella, ISA Brown, Ross Brown, Lohmanndan Enya. Masing-
masing strainmemiliki keunggulan tersendiri. Namun secara garis besar, keunggulan
tersebut meliputi produktivitas bertelur tinggi, bobot telur tinggi, nilai konversi pakan
yang rendah, pertumbuhan yang baik, tingkat kehidupan tinggi, serta masa bertelur
yang panjang.

1. Pengertian Ayam Ras Petelur ISA Brown


Menurut Bumi Merdeka (2010:4), ayam ras petelur strain ISA Brown ialah
jenis ayam hibrida unggulan hasil persilangan dari ayam jenis RhodeIsland Reddan
White Leghorns, yang diciptakan di Inggris pada tahun 1978 oleh perusahaan breeder
ISA. Ciri khasnya adalah bulu dan telurnya berwarna cokelat. Ayam ISA Brown
memiliki empat fase pertumbuhan, yaitu starter (umur 0-4 minggu), grower (umur 5-
10 minggu), developer (umur 11-16 minggu) dan layer (umur >16 minggu). Silsilah
genetik dan spesifikasi ayam ISA Brown dapat dilihat pada silsilah genetik dan
spesifikasi ayam ras petelur strain ISA Brown. Dari spesifikasi tersebut dapat
dideskripsikanbahwa periode produksi telur ayamISA Brown mulai dari minggu ke
18 sampai 90 dan memiliki daya hidup sebesar 94%.
Pada umur 144 hari tingkat produksi telur adalah 50%, pada puncak produksi
mencapai 96%. Setiap ekor ayam dalam sekali masa pemeliharaan dapat
memproduksi telur sebanyak 409 butir dengan berat rata-rata 62.9 gram. Jumlah
pakan yang dikonsumsi rata-rata 111 gram, dengan nilai perbandingan konversi
pakan atau Feed ConversionRatio(FCR) rata-rata sebesar 2.15.

2. Pakan dan Air Minum

Pakan adalah campura dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik
untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam
proses pertumbuhan (Anggorodi, 1985).

Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi ransum


untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi,
ayam akan terus makan. Jika ayam diberi makan dengan kandungan energi rendah
maka ayam akan makan lebih banyak. Dibanding dengan energinya tinggi, maka
semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Aya broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti
karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin dan air.

Air merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua per tiga bagian tubuh
hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi, 1999).
Menurut Scott et all, (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) zat dasar
dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi
zat-zat makanan, (2) penting dalam mengatur suhu tubuhkarena air mempunyai sifat
menguap dan spesific heat, (3)membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut
dalam reaksi dan perubahan fisologis yag mengontrol pH, tekanan osmotis,
konsentrasi elektrolit.

3. Kesehatan Dan Penyakit

Vaksinasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam, agar
ayam tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Vaksinasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti injeksi, air minum, tetes mata atau
hidung, semprot atau tusuk sayap. Beberapa penyakit yang sering menjangkit ayam
antara lain cacar unggas, ND, Infectious Bronchitis. Gumboro dan lain-lain. Jasad
renik yang menyebabkan hewan sakit dapat dikelompokam menjadi beberapa macam
kelompok yaitu virus, bakteri, cendawan, protozoa, dan parasit lainnya. Semua jasad
renik ini rentan terhadap obat dan antibiotika, kecuali virus, maka pengendalian
penyakit virus sepenuhnya tergantung dari program pencegahan melalui perbaikan
sanitasi, pengasingan hewan yang sakit, dan vaksinasi (Akoso,1993).

Penyakit ngorok atau CRD pada ayam merupakan suatu penyakit yang
menyerang saluran pernafasan yang bersifat kronis. Disebut kronis karena penyakit
ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dadn sulit untuk
disembuhkan. Penyebab utamanya adalah Mycoplasma gallisepticum, yang salah satu
gejala khasnya adalah ngorok, sehingga peternak lebih umum menyebutnya dengan
penyakit ngorok (Murtidjo, 1992).

Penyakit Snot disebabkan oleh bakteri Hemophilus paragallinarum dan


diglongkan penyakit akut yang mudah menyebar. Gejala awal ayam selalu
menggeleng-geleng kepalanya untuk menhilangkan lendir dari hidungnya, yang
kelamaan akan mengental dan berbau busuk. Bagian muka dan mata ayam terlihat
bengkak, dapat menimbulkan bunyi ngorok dan menyulitkan pernafasan , nafsu
makan kurang, sehingga berat badan menurun. Penyebarannya melalui air minum,
pakan, udara atau kontak langsung dengan ayam yang sakit. Ayam yang sakit harus
diisolasi dan diobati dengan injeksi antibiotik sterptomisin dengan dosis 150 mg/kg
berat badan ayam selama 2-3 hari (Murtidjo, 1992).

4. Sarana Dan Prasarana

Ayam sebaiknya dipelihara di dalam kandang yang memungkinkan


pengaturan program penerangan dan intensitas cahaya. Program penerangan yang
dipergunakan umumnya sama dengan yang dipergunakan untuk ayam dalam
kandang, namun dengan intensitas cahaya yang berbeda. Sangat penting untuk
memastikan ayam mendapatkan cahaya yang cukup sehingga memungkinkan ayam
dapat bergerak dengan leluasa dalam lingkungannya. Intensitas cahaya antara 20
sampai 30 lux (2 sampai 3 foot-candles) harus digunakan selama satu minggu
pertama pemeliharaan, lalu turunkan ke 15 lux (1,5 foot-candles) sampai minggu ke-4
dan dipertahankan sampai minggu ke-15. Pada minggu ke-15, tingkatkan intensitas
cahaya secara bertahap hingga 20–30 lux (2–3 foot-candles) sampai saat pullet
dipindahkan ke kandang petelur. Untuk ayam yang dipindahkan ke kandang terbuka
harus mendapatkan intensitas cahaya yang lebih tinggi, antara 30–40 lux (3–4 foot-
candles) pada saat dipindahkan.

 Perkandangan
Kandang merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan
keberhasilan bisnis peternakan ayam pedaging. Fungsi utama kandang adalah untuk
menjaga supaya ternak ayam tidak berkeliaran kemana-mana disamping
memudahkan pemantauan serta perawatan ternak ayam itu sendiri. Terdapat banyak
sekali jenis kandang ayam yang bisa dibuat. Semua itu tergantung pada tipe yang
diinginkan maupun bahan yang digunakan untuk membuat kandang tersebut.
Sedangkan dalam penggunaannya, kandang ayam haruslah disesuaikan dengan
kebutuhan. Secara tidak langsung kandang ayam juga akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas hasil peternakan. Kandang yang fungsional akan dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi para pemiliknya.
Ukuran kandang sangat tergantung pada jumlah ayam yang akan diisikan serta
umur (berat) ayam itu sendiri. Semakin banyak jumlah ayamnya maka kebutuhan
akan ukuran kandang juga akan semakin besar pula. Demikian sebaliknya. Jangan
sekali-kali memaksakan kandang diisi dengan ayam yang melebihi kapasitasnya.
Sebab akan berdampak buruk pada perkembangan berat tubuhnya, dapat
menimbulkan stres dan bahkan kematian.
Persyaratan Lokasi Kandang ayam yang baik haruslah terletak pada lokasi
yang ideal hendaklah:
1. Cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk. Ini penting agar
kenyamanan penduduk tidak terganggu oleh suara ternak ayam maupun
polusi bau yang ditimbulkan. Disamping itu juga agar ternak dapat hidup
dan berproduksi dengan tenang dan tidak stres oleh bisingnya suara-suara
yang hingar bingar.
2. Mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran maupun pasokan bahan-bahan
pakan
3. Bersifat menetap, artinya dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif
lama dan tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk
usaha peternakan.

Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:

a. Persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C


b. Kelembaban berkisar antara 60-70%
c. Penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada
d. Tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan
arah mata angin kencang, dan
e. Model kandang disesuaikan dengan umur ayam.
B. Berikut Pembahasan dari Pemeliharaan Ayam Petelur Komersil D3IPB
a. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengonsumsi sebuah


ransum yang digunakan dalam sebuah proses metabolisme tubuh (Anggordi, 1985).
Konsumsi pakan menurut Soregar et all (1982) adalah konsumsi pakan dipengaruhi
oleh faktor antara lain besar tubuh, bentuk pakan, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari,
temperatur lingkungan, serta kualitas dan kulaitas pakan yang diberikan. Sedangkan
menurut Tilman et all, (1991) konsumsi diperhitungkan dari jumla makana yang
dimakan oleh ternak dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk
mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut. Berikut
grafik konsumsi pakan tiap minggu.

Garfik1. Konsumsi Pakan Tiap Minggu Kelas AP2

Konsumsi Pakan Selama 13 Minggu


Konsumsi (gr)

61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600

52312.5

M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13

Dilihat dari garfik diatas dapat diketahui bahwa pakan yang dikonsumsi oleh
ternak yang dipelihara memiliki perbedaan di minggu ke-1 dimana konsumsi
kumulatif dari 80 ekor ternak yang dipelihara mencapai 52312,5 gr, sedangkan
konsumsi kumulatif dari minggu ke-2 hingga minggu ke-13 mencapai 61600 dengan
jumlah yang konstan.

b. Produksi Telur

Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Pada
umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan
terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu
sekitar 94-95% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 25 minggu). Produksi telur
diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut
persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan
pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit
jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam jangka waktu
cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur). Laju penurunan
produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu. Pada saat ayam
berumur 80 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dan pada
kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir (HyLine Brown Management
Guide, 2007). Berikut grafik produksi telur.
Grafik2. Produksi Telur Tiap Minggu Kelas AP2

Produksi Telur Selama 13 Minggu


23572.0
25000 22193.2
20000
16257.7
15605.0 18274.5
15000 14765.9
14330.0
10000

5000 7489.88350.4
428 408 2882.0 5097.45869.7
260 293
0 256 50 323
M1 M2 251 138 152
M3 M4 95 109
M5 M6
M7 M8
M9 M10
M11 M12
M13

Butir Bobot (gr)

Grafik diatas menjelaskan bahwa adanya fluktuasi produksi telur, yang mana
pada minggu ke-1 merupakan produksi tertinggi dengan jumlah butir 428 dan berat
betur keseluruhan 23572 gr sedangkan minggu ke-6 merupakan produksi terendah
dengan berat keseluruhan telur yaitu 2882 gr dengan jumlah butir yaitu 50 . Ada dua
penyebab utama penurunan produsi telur, kedua factor tersebut adalah factor
infeksius dan factor non infeksius. Factor infeksius disebabkan oleh penyakit yang
menyerang ayam tersebut sedangkan factor non infeksius disesabakan kualitas pullet,
nutrisi ransum dan air minum serta management pemeliharaan.

Dalam hal ini, penurunan Produksi Telur yang terjadi di Kandang Diploma
IPB hanya disebabkan oleh factor non infeksius karena tidak ditemukan gejala
penurunan produksi telur yang disebabkan oleh factor infeksius. Faktor non infeksius
yang terjadi saat pemeliharaan berlangsung dikarenakan oleh management
pemeliharaan itu sendiri baik dari pemberian pakan dan minum yng tidak teratur serta
tidak sesuai jadwal dan tidak sesuai dengan jumlah ayng direkomendasikan.
Management kurang baik dapat memperngaruhi hal tersebut.
c. FCR atau feed convertion ratio (FCR)

Konversi pakan atau feed convertion ratio (FCR) adalah perbandingan antara
jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (kg) sampai ayam itu dijual
(Siregar dkk., 1980). Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan
semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti
kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk
meningkatkan berat badannya (North, 1984). Berikut grafik FCR ayam petelur.

Grafik 3. FCR ayam petelur kelas AP2.

FCR Ayam Petelur Selama 13 Minggu


Fcr Bobot (kg) Fcr Butir
3778.1
3266.7

2415.8

1736.6
1321.5 1188.8 1387.7
1074.4
648.4 565.1
240.6 176.0
23.4 21.3 19.8 30.5 0.00.0 4.2 3.1 24.5 43.0 59.9 69.7 12.1 10.5
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13

d. IOFC (Income Over Feed Cost)

Income Over Feed Cost merupakan peubah penting yang secara ekonomis

dapat menggambarkan besarnya keuntungan yang diperoleh dari tiap-tiap perlakuan.

Income Over Feed Cost itu sendiri adalah perbedaan rata-rata pendapatan (dalam

rupiah) yang diperoleh dari hasil penjualan satu ekor ayam pada akhir penelitian

dengan rata-rata pengeluaran satu ekor ayam selama penelitian (Mide 2007). Income
Over Feed Cost dipengaruhi oleh konsumsi ransum, pertambahan berat badan, biaya

pakan dan harga jual per ekor (Rasyaf, 1995).

Efisiensi merupakan perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran

yang dihasilkan berupa segi masukan lebih kecil dengan keluaran lebih besar. Kedua,

segi masukan lebih kecil tetapi keluaran tetap atau efisiensi dari sudut produksi .

Kebalikannya segi masukan tetap, tetapi hasil yang diperoleh lebih banyak. Dalam

kaitannya dengan pemberian pakan dan ketiganya diterapkan (Rasyaf, 1995).

Berikut grafik IOFC ayam petelur kelas AP2

Grafik 4. IOFC ayam petelur kelas AP2.

IOCF Ayam Petelur AP2


IOCF Ayam Petelur AP2

Rp369,600.00
Rp369,600.00

Rp118,579.70
Rp93,219.10
Rp31,124.00
Rp7,684.40 Rp(37,778.36)
Rp(58,932.99)
Rp(125,990.00)
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13
Rp(59,963.00)
Rp(104,315.00)

Rp(227,643.20)
Rp(242,273.40)

Grafik diatas memberitahukan bagaimana keadaan yang terjadi, dimana

adanya perbedaan pendapatan yang diterima. Pendapatan yang dipeoleh lebih sedikit

sehingga keuntungan yang diperoleh juga sedikit. Hal tersebut juga dapat dipastikan
bahwa kerugian yang diperoleh juga cukup besar. Dengan jangka waktu pemeliharaan

selama 13 minggu, hanya diperoleh keuntung selama 6 minggu, sedangkan

kerudiannya terjadiselam 7 minggu pemeliharaan.

e. Break Even Point (BEP)

Break even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh
keuntungan dan tidak menderita kerugian (Mulyadi, 1979). Berikut grafik BEP kelas
AP2.

Grafik 5. BEP kelas AP2.

BEP Total Mingguan Kelas AP2


Rp800,000.00

Rp700,000.00

Rp600,000.00

Rp500,000.00
BEP Total Mingguan Kelas
Rp400,000.00 AP2

Rp300,000.00

Rp200,000.00

Rp100,000.00

Rp-
1 3 5 7 9 11 13
M M M M M M M

Pada minggu ke-13 merupakan total BEP yang paling tinggi sedangkan
minggu ke-1 merupakan total BEP paling rendah. Untuk mendapatkan modal kembali
tanpa keuntungan, berarti peternak harung menjual telur dengan harga tertinggi
kurang lebih Rp 700.000,- dan harga terendah kurang lebih Rp 100.000,- dalam satu
minggu.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari praktikum ini, saya menyimpulkan bahwa pemeliharaan yang dilakukan


tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut dilihat dari banyaknya kerugian yang
dipeoleh selama proses pemeliharaan, selain itu total BEP yang diperoleh juga sangat
tinggi dikarenakan produksi telur yang kurang baik.

BAB V

Daftar Pustaka

Cahyono, B. 1994. Beternak Ayam Ras Petelur. Penerbit CV.Aneka. Solo.


Candra, S. 2012. Analisis Usaha Ayam Ras Petelur CV. Santosa Farm diDesa Kerjen
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Faculty Of Animal Husbandry. Univesity
Of Brawijaya. Malang
Departemen Pertanian. 2010. Produksi Telur Indonesia. Departemen Pertanian,
Jakarta.
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai