Dosen:
Oleh :
J3I113011
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak ayam merupakan salah satu ternak yang sangat menguntungkan bagi
manusia. Dalam kenyataannya, ternak ayam terutama ternak ayam petelur
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam dalam memenuhi kebutuhan hidup
pokok. Selain itu juga memberikan asupan nutrisi (protein) yang baik pula. Saat ini,
pengembangan ayam petelur sudah menjadi bagian dari kegiatan dalam peternakan.
Kebutuhan telur dalam masyarakat saat ini sangat tinggi. Denga adanya
pendapat demikian, maka para ahli telah melakuka penelitian dan pengembanganm
dalam meningkatkan produksi telur yang cukup tinggi. Ayam petelur komersial
adalah salah satu ayam petelur yang telah mengalami perkembangan secara genetik.
Dengan adanya perkembangan tersebut, maka kebutuhan telur dalam masyarakat
dapat terpenuhi.
Tujuan
MATERI METODE
Materi
Metode
1. Persiapan Kandang
2. Sistem Pemeliharaan
Ayam yang dipelihara dalam praktikum ini adalah ayam dengan jenis Strain
Isa Brown berumur 58 minggu yang berjumlah adalah 80 ekor, dengan beberapa
tahapan pemeliharaan seperti pemberian pakan, pemberian minum, pengambilan
telur, recording, manajemen kesehatan (sanitasi kandang ,pemberian vaksin dan
vitamin).
a. Pemberian pakan
Air minum yang diberikan harus adlibitum. Jika pada tempat minum
sudah terlihat habis, maka harus diberikan air.
c. Sanitasi kandang
d. Pengambilan telur
Saat ayam telah bertelur, pengambilan telur dilakukan pada sore hari atau
akhir pemberian pakan, kemudian ditimbang dan dilatakkan pada eggtray.
e. Recording
Pemberian vaksin dilakukan pada sore hari pukul 15.00 WIB dengan
menggunakan sokorek yang telah diberi vaksin AI (Avian Influenza) .
Aplikasi pemberian vaksi yang dilakukan dengan cara injeksi intramuscular
pada bagian dada ayam dengan frekuensi satu kali penyuntikan. Stelah
pemberian vaksin, maka perlu pemberian vitamin untuk mengurangi stress
ayam dengan cara mencampurkan vitamin dalam bentuk bubuk kedalam air
minum.
BAB III
A. Tinjauan Pustaka
Dewasa ini, ayam ras petelur dapat dibedakan dari strain-nya. Strain adalah
istilah untuk jenis ayam yang telah mengalami penyilangan dari berbagai bangsa,
sehingga tercipta ras unggulan dengan efisiensi produksi yang tinggi dan bersifat
turun temurun. Strainayam ras petelur yang ada di Indonesia antara lain Abor Acres,
Dekalb Waren, Hyline, Hubbard Golden Comet, Kimber Brown, Harco, Shaver,
Hisex, Hypeco, Rosella, ISA Brown, Ross Brown, Lohmanndan Enya. Masing-
masing strainmemiliki keunggulan tersendiri. Namun secara garis besar, keunggulan
tersebut meliputi produktivitas bertelur tinggi, bobot telur tinggi, nilai konversi pakan
yang rendah, pertumbuhan yang baik, tingkat kehidupan tinggi, serta masa bertelur
yang panjang.
Pakan adalah campura dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik
untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam
proses pertumbuhan (Anggorodi, 1985).
Air merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua per tiga bagian tubuh
hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi, 1999).
Menurut Scott et all, (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) zat dasar
dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi
zat-zat makanan, (2) penting dalam mengatur suhu tubuhkarena air mempunyai sifat
menguap dan spesific heat, (3)membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut
dalam reaksi dan perubahan fisologis yag mengontrol pH, tekanan osmotis,
konsentrasi elektrolit.
Vaksinasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam, agar
ayam tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Vaksinasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti injeksi, air minum, tetes mata atau
hidung, semprot atau tusuk sayap. Beberapa penyakit yang sering menjangkit ayam
antara lain cacar unggas, ND, Infectious Bronchitis. Gumboro dan lain-lain. Jasad
renik yang menyebabkan hewan sakit dapat dikelompokam menjadi beberapa macam
kelompok yaitu virus, bakteri, cendawan, protozoa, dan parasit lainnya. Semua jasad
renik ini rentan terhadap obat dan antibiotika, kecuali virus, maka pengendalian
penyakit virus sepenuhnya tergantung dari program pencegahan melalui perbaikan
sanitasi, pengasingan hewan yang sakit, dan vaksinasi (Akoso,1993).
Penyakit ngorok atau CRD pada ayam merupakan suatu penyakit yang
menyerang saluran pernafasan yang bersifat kronis. Disebut kronis karena penyakit
ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dadn sulit untuk
disembuhkan. Penyebab utamanya adalah Mycoplasma gallisepticum, yang salah satu
gejala khasnya adalah ngorok, sehingga peternak lebih umum menyebutnya dengan
penyakit ngorok (Murtidjo, 1992).
Perkandangan
Kandang merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan
keberhasilan bisnis peternakan ayam pedaging. Fungsi utama kandang adalah untuk
menjaga supaya ternak ayam tidak berkeliaran kemana-mana disamping
memudahkan pemantauan serta perawatan ternak ayam itu sendiri. Terdapat banyak
sekali jenis kandang ayam yang bisa dibuat. Semua itu tergantung pada tipe yang
diinginkan maupun bahan yang digunakan untuk membuat kandang tersebut.
Sedangkan dalam penggunaannya, kandang ayam haruslah disesuaikan dengan
kebutuhan. Secara tidak langsung kandang ayam juga akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas hasil peternakan. Kandang yang fungsional akan dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi para pemiliknya.
Ukuran kandang sangat tergantung pada jumlah ayam yang akan diisikan serta
umur (berat) ayam itu sendiri. Semakin banyak jumlah ayamnya maka kebutuhan
akan ukuran kandang juga akan semakin besar pula. Demikian sebaliknya. Jangan
sekali-kali memaksakan kandang diisi dengan ayam yang melebihi kapasitasnya.
Sebab akan berdampak buruk pada perkembangan berat tubuhnya, dapat
menimbulkan stres dan bahkan kematian.
Persyaratan Lokasi Kandang ayam yang baik haruslah terletak pada lokasi
yang ideal hendaklah:
1. Cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk. Ini penting agar
kenyamanan penduduk tidak terganggu oleh suara ternak ayam maupun
polusi bau yang ditimbulkan. Disamping itu juga agar ternak dapat hidup
dan berproduksi dengan tenang dan tidak stres oleh bisingnya suara-suara
yang hingar bingar.
2. Mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran maupun pasokan bahan-bahan
pakan
3. Bersifat menetap, artinya dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif
lama dan tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk
usaha peternakan.
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:
61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600 61600
52312.5
Dilihat dari garfik diatas dapat diketahui bahwa pakan yang dikonsumsi oleh
ternak yang dipelihara memiliki perbedaan di minggu ke-1 dimana konsumsi
kumulatif dari 80 ekor ternak yang dipelihara mencapai 52312,5 gr, sedangkan
konsumsi kumulatif dari minggu ke-2 hingga minggu ke-13 mencapai 61600 dengan
jumlah yang konstan.
b. Produksi Telur
Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Pada
umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan
terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu
sekitar 94-95% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 25 minggu). Produksi telur
diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut
persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan
pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit
jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam jangka waktu
cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur). Laju penurunan
produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu. Pada saat ayam
berumur 80 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dan pada
kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir (HyLine Brown Management
Guide, 2007). Berikut grafik produksi telur.
Grafik2. Produksi Telur Tiap Minggu Kelas AP2
5000 7489.88350.4
428 408 2882.0 5097.45869.7
260 293
0 256 50 323
M1 M2 251 138 152
M3 M4 95 109
M5 M6
M7 M8
M9 M10
M11 M12
M13
Grafik diatas menjelaskan bahwa adanya fluktuasi produksi telur, yang mana
pada minggu ke-1 merupakan produksi tertinggi dengan jumlah butir 428 dan berat
betur keseluruhan 23572 gr sedangkan minggu ke-6 merupakan produksi terendah
dengan berat keseluruhan telur yaitu 2882 gr dengan jumlah butir yaitu 50 . Ada dua
penyebab utama penurunan produsi telur, kedua factor tersebut adalah factor
infeksius dan factor non infeksius. Factor infeksius disebabkan oleh penyakit yang
menyerang ayam tersebut sedangkan factor non infeksius disesabakan kualitas pullet,
nutrisi ransum dan air minum serta management pemeliharaan.
Dalam hal ini, penurunan Produksi Telur yang terjadi di Kandang Diploma
IPB hanya disebabkan oleh factor non infeksius karena tidak ditemukan gejala
penurunan produksi telur yang disebabkan oleh factor infeksius. Faktor non infeksius
yang terjadi saat pemeliharaan berlangsung dikarenakan oleh management
pemeliharaan itu sendiri baik dari pemberian pakan dan minum yng tidak teratur serta
tidak sesuai jadwal dan tidak sesuai dengan jumlah ayng direkomendasikan.
Management kurang baik dapat memperngaruhi hal tersebut.
c. FCR atau feed convertion ratio (FCR)
Konversi pakan atau feed convertion ratio (FCR) adalah perbandingan antara
jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (kg) sampai ayam itu dijual
(Siregar dkk., 1980). Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan
semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti
kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk
meningkatkan berat badannya (North, 1984). Berikut grafik FCR ayam petelur.
2415.8
1736.6
1321.5 1188.8 1387.7
1074.4
648.4 565.1
240.6 176.0
23.4 21.3 19.8 30.5 0.00.0 4.2 3.1 24.5 43.0 59.9 69.7 12.1 10.5
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13
Income Over Feed Cost merupakan peubah penting yang secara ekonomis
Income Over Feed Cost itu sendiri adalah perbedaan rata-rata pendapatan (dalam
rupiah) yang diperoleh dari hasil penjualan satu ekor ayam pada akhir penelitian
dengan rata-rata pengeluaran satu ekor ayam selama penelitian (Mide 2007). Income
Over Feed Cost dipengaruhi oleh konsumsi ransum, pertambahan berat badan, biaya
yang dihasilkan berupa segi masukan lebih kecil dengan keluaran lebih besar. Kedua,
segi masukan lebih kecil tetapi keluaran tetap atau efisiensi dari sudut produksi .
Kebalikannya segi masukan tetap, tetapi hasil yang diperoleh lebih banyak. Dalam
Rp369,600.00
Rp369,600.00
Rp118,579.70
Rp93,219.10
Rp31,124.00
Rp7,684.40 Rp(37,778.36)
Rp(58,932.99)
Rp(125,990.00)
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13
Rp(59,963.00)
Rp(104,315.00)
Rp(227,643.20)
Rp(242,273.40)
adanya perbedaan pendapatan yang diterima. Pendapatan yang dipeoleh lebih sedikit
sehingga keuntungan yang diperoleh juga sedikit. Hal tersebut juga dapat dipastikan
bahwa kerugian yang diperoleh juga cukup besar. Dengan jangka waktu pemeliharaan
Break even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh
keuntungan dan tidak menderita kerugian (Mulyadi, 1979). Berikut grafik BEP kelas
AP2.
Rp700,000.00
Rp600,000.00
Rp500,000.00
BEP Total Mingguan Kelas
Rp400,000.00 AP2
Rp300,000.00
Rp200,000.00
Rp100,000.00
Rp-
1 3 5 7 9 11 13
M M M M M M M
Pada minggu ke-13 merupakan total BEP yang paling tinggi sedangkan
minggu ke-1 merupakan total BEP paling rendah. Untuk mendapatkan modal kembali
tanpa keuntungan, berarti peternak harung menjual telur dengan harga tertinggi
kurang lebih Rp 700.000,- dan harga terendah kurang lebih Rp 100.000,- dalam satu
minggu.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
BAB V
Daftar Pustaka