Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Plasmodium sp
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Parasit ini senantiasa
mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra.
Setidaknya ada sepuluh spesies yang menjangkiti manusia. Beberapa spesies lain
menjangkiti hewan, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat

2.2 Klasifikasi dan morfologi plasmodium sp


A. klasifikasi
 Menurut Levine (1995) Plasmodium dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Sub Kingdom : Protozoa
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Sub Kelas : Coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Sub Ordo : Haempspororina
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Spesies : P. gallinaceum (Brumpt, 1931)
P. juxtanucleare (Versani dan Gomes, 1941)
P. lophurae (Coggeeshall, 1938)
B. Morfologi
Plasmodium sp. di dalam sel darah merah mempunyai berbagai macam
bentuk yaitu bentuk tropozoit dengan bentuk tidak beraturan dan lebih kecil dari
bentuk skizon yang juga tidak beraturan atau bulat dan berukuran 8x5 µm serta
dapat menghasilkan 8-30 buah merozoit. Stadium eksoeritrositik terjadi pada sel
endotel pada hepar (Soulsby, 1986). Sporozoit Plasmodium sp. berbentuk seperti
pisang dengan ukuran panjang 15 µm, pada bagian tengahnya terdapat sebuah inti.
Tropozoit berdiameter sangat kecil berukuran 1 µm. stadium ini selanjutnya akan
berkembang menjadi skizon. Skizon yang sudah masak berisi banyak merozoit yang
siap dilepaskan ke dalam darah (Soulsby, 1986).
Bentuk gametosit yang terdiri dari mikrogametosit dan makrogametosit
berbentuk bulat atau tidak beraturan mendesak inti sel darah merah inang,
mempunyai penampang kurang lebih 8 mikron. Mikrogametosit jika diwarnai
Giemsa akan tampak berwarna biru dan pigmen granula akan berkumpul menjadi
suatu kelompok besar sedangkan pigmen granula pada makrogamet tersebar merata
di seluruh protoplasma (Williams, 2005 )
Makrogamet (gametosit betina) intinya kecil, berwarna merah muda dan
berukuran 20-26 µm. sedangkan mikrogamet (gametosit jantan) intinya berwarna
biru, bersifat difus berukuran 20-25 µm. Ookista berbentuk oval dan mempunyai
diameter 50-60 µm (Soulsby, 1986). Bentuk gametosit yang terdiri dari
mikrogametosit dan makrogametosit berbentuk bulat atau tidak beraturan mendesak
inti sel darah merah inang, mempunyai penampang kurang lebih 8 mikron.
Mikrogametosit jika diwarnai Giemsa akan tampak berwarna biru dan pigmen
granula akan berkumpul menjadi suatu kelompok besar sedangkan pigmen granula
pada makrogamet tersebar merata di seluruh protoplasma (Williams, 2005 )
Diagnosis infeksi akibat spesies Plasmodium sp. dapat dilihat dari adanya
siklus hidup aseksual (skizon) dalam sel darah unggas

Gambar 1. Anak panah besar menunjukan gametosit, anak panah kecil


menunjukan skizon, dan kepala anak panah menunjukan tropozoit dari
Plasmodium sp., (Thrall et al., 2012).
Gambar 2.plasmodium stadium tropozoit

Gambar plasmodium pada darah unggas


Keterangan : S :Reproduksi aseksual tahap skizon

Gambar plasmodium tahap makrogametosit


Gambar plasmodium tahap mikragam
2.3 Siklus hidup
Plasmodium sp., berproduksi secara seksual (sporogoni) dan aseksual
(skizogoni) di dalam inang yang berbeda reproduksi seksual terjadi dalam tubuh
vektor sedangkan reproduksi aseksual terjadi dalam tubuh ayam. Reproduksi
seksual hasilnya disebut sporozoit sedangkan hasil reproduksi aseksual disebut
merozoit (Choidini, 2001). Fase Seksual dimulai dari masuknya gametosit
(mikrogametosit dan makrogametosit) ke dalam tubuh vektor saat vektor menghisap
darah ayam terinfeksi Plasmodium sp. Di dalam lambung vektor, makrogametosit
mengalami maturasi menjadi makrogamet (betina) sedangkan mikrogametosit
mengalami exflagelasi menjadi mikrogamet (jantan). Makrogamet dan mikrogamet
mengalami fertilisasi dan terbentuk zigot (Choidini, 2001). Zigot tersebut aktif dan
bergerak masuk ke dalam dinding usus tengah nyamuk. Parasit pada stadium ini
dinamakan ookinet. Di bawah epitel usus, ookinet membulat membentuk kista dan
disebut dengan ookista (Noble and Noble, 1989). Ookista berkembang di dalam
dinding usus tengah dan menghasilkan sporozoit (fase infektif) yang akan dilepas
dengan pecahnya ookista. Sporozoit bersifat motil dan akan bergerak ke seluruh
tubuh vektor, khususnya kelenjar saliva. Sporozoit ini akan menginfeksi inang saat
vektor menghisap inang (Choidini, 2001). Fase seksual terjadi di dalam tubuh
nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini merupakan vektor biologis dari Plasmodium
sp. Pada saat nyamuk menghisap darah penderita malaria, semua stadium yang ada
di dalam darah akan terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Tetapi hanya
stadium gametosit (makrogametosit dan mikrogametosit) yang dapat bertahan dan
melanjutkan siklusnya (Natadisastra dan Ridad, 2009). 2.4.3.2 Fase aseksual Fase
aseksual terjadi di dalam tubuh inang. Pada fase ini terjadi dua siklus, yaitu siklus
pre-eritrositik (terjadi di dalam sel-sel hati) dan siklus eritrositik (terjadi di dalam
eritosit). Sporozoit akan menuju sel-sel hati saat masuk tubuh inang. Di dalam sel
hati, sporozoit akan matang membentuk skizon kemudian pecah dan mengeluarkan
merozoit. Merozoit memulai siklus eritrositik, dalam eritrosit merozoit membentuk
vakuola, berbentuk cincin berinti tunggalyang disebut tropozoit. Parasit terus
tumbuh membesar dan bergerak secara amoeboeid. Setelah 12-24 jam gerakan
melambat, vakuola menghilang dan tampak pigmen hematin yang merupakan sisa
penguraian Hb dari eritrosit pada sitoplasma. Berikutnya terjadi pembelahan
nukleus beberapa kali dan terus berlangsung sampai parasit menjadi matur.
Sebagian tropozoit akan mengalami pematangan membentuk skizon yang kemudian
pecah dan mengeluarkan merozoit. Merozoit kemudian akan menginfeksi sel darah
merah yang lainnya dan sebagaian akan menuju sel endotel. Didalam sel endotel ini
merozoit juga akan mengalami proses skizogoni dan membentuk skizon eritrositik
(Choidini, 2001; Yawan, 2006). Parasit mendapat makanan dari sitoplasma eritrosit
yang masuk melalui sitosom, mencerna sitosom eritrosit tersebut didalam vukuola
makanan. Parasit memakan Hb yang kemudian didegradasi oleh enzim protease dan
hasil sisa digestifnya adalah pigmen hemozoin. Di dalam eritrosit parasit
mensintesis bermacam–macam asam nukleat, protein, lipid, mitokondria dan
ribososm untuk membentuk merozoit baru. Setelah pembentukan merozoit selesai,
eritrosit akan ruptur dan melepaskan merozoit kedalam plasma yang selanjutnya
akan menyerang eritrosit lain dan memulai proses baru. Sedangkan sebagian
tropozoit lainnya akan mengalami gametositik membentuk makrogametosit dan
mikrogametosit. Saat nyamuk Anopheles menghisap darah inang, gametosit ini
akan masuk ke dalam tubuh nyamuk dan mengalami fase seksual (Yawan, 2006).
Berikut siklus hidup dari P. gallinaceum

Gambar Siklus Hidup P. gallinaceum (Soulsby,1986)


Keterangan : (A). Sporozoit masuk melalui gigitan nyamuk, (B). Skizon pre-eritrositik pada makrofag
kulit, (C) Merozoit terbebas menginfeksi sel lain, (D). Terbentuk metakriptozoit, (E). Merozoit
masuk ke eritrosit, (F). Merozoit menginfeksi sel endotel membentuk skizon eksoeritrositik,
(G). Skizogoni di eritrosit, (H) Merozoit menginfeksi eritrosit baru, (I). Merozoit menginfeksi
sel endotel baru (J). Merozoit dari skizon eksoeritrositik menginfeksi eritrosit baru, (K).
Makrogamet, (L). Mikrogamet, M dan N terhisap nyamuk, makrogamet dan mikrogamet
mengalami perkembangan di usus nyamuk, (O). Pembuahan, (P). Zigot (ookinet) (Q). Ookinet
menembus dinding usus, (R). Sporogoni, (S). Ookista pecah, sporozoit migrasi ke kelenjar
ludah nyamuk (Soulsby, 1986).

2.4 Haemoproteus
Haemoproteus sp. adalah Protozoa hidup intraseluler sebagai parasit dalam
sel darah merah. Hameoproteus sp. termasuk dalam ordo Haemosporidia. Lebih dari
120 spesies yang dapat menyerang unggas (Swayne & Fadly, 2003). Haemoproteus
hidup sebagai parasit dalam darah merah dan akan bereproduksi secara aseksual.
Selain berada dalam sel darah merah Haemoproteus juga ditemukan dalam liver,
lambung dan usus (Weisman et al., 2007).

2.5 Klasifikasi dan morfologi haemoproteus


A. Klasifikasi
Filum : protozoa
Kelas : Sporozoa
Bangsa : haemosporia
Famili : Plasmodiidae
Genus : haemoproteus
Spesies : haemoproteus sp

B. Morfologi
Haemoproteus sp. memiliki bentuk gametosit, skizon, merozoit, oosit dan sporozoit.
Namun dari beberapa stadium perkembangan tersebut yang dapat teramati dalam sel
darah hanya bentuk gametosit. Sedangkan bentuk skizon, merozoit, oosit dan
sporozoit tidak terlihat sebab berada pada sel endotel. (Soulsby, 1986).
Menurut Soulsby (1986) gametosit berbentuk memanjang, menyerupai sosis atau
cincin tipis atau halter, sedangkan menurut Smith (1990) gametosit Haemoproteus sp.
dikenal dengan nama halteridium karena berbentuk seperti halter. Makrogametosit
mempunyai ukuran panjang 8-10 µm. Sitoplasmanya berwarna biru gelap dan berisi
sekitar 14 granul pigmen. Nukleusnya kecil, berwarna rose atau merah atau berwarna
ungu gelap kemerahan. Mikrogametosit mempunyai ukuran panjang 13-15 µm.
Sitoplasmanya berwarna biru pucat atau hampir tak berwarna, berisi sekitar 6-8
granul pigmen. Nukleusnya berwarna rose pucat, bersifat difus dan berisi chromatin
granul (Soulsby, 1986). Gametosit Haemoproteus sp. dianggap tidak membentuk
pigmen di dalam sel induk semang yang diinfeksinya. Tetapi dari penelitian
selanjutnya terlihat bahwa gametosit Haemoproteus sp. mempunyai pigmen coklat tua
atau hitam (Ashadi dan Wardiarto., 1990). Pemeriksaan mikroskopis ulasan darah
untuk melihat adanya parasit Haemoproteus sp

Keterangan : Stadium Gametosit Haemoproteus sp. berbentuk seperti


halter mengelilingi inti eritrosit. (panah). Bagian yang dilingkari
menunjukkan butiran pigmen (chromatin granule) berwarna hitam atau
coklat (Friend and Franson, 1999).

2.1 Siklus hidup

Haemoproteus columbae merupakan parasit intrasel, protozoa, parasit


hemotropic yang menginfeksi sel darah merah burung. Merpati merupakan hospes
definitive dari Haemoproteus columbae. Hospes perantaranya adalah lalat
Hippoboscid, Pseudolynchia dan nyamuk Cullicoides. Merpati terinfeksi oleh
gigitan hospes perantara. Sporozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke
dalam sel endothelial pada pembuluh darah. Di dalam sel endotel terjadi
reproduksi aseksual. Schizonts terbentuk di dalam sel endotel. Schizonts membelah
menjadi cytomere.Cytomere akan berkembang dan menyebabkan hipertrofi pada sel
hospes. Sel endotelakan rusak dan melepaskan cytomere yang kemudian akan
terakumulasi pada kapiler dan melepaskan merozoite. Merozoit masuk ke dalam
eritrosit dan dewasa menjadi gametosit (mikrogamont dan makrogamet)
setelah 25-30 hari. Hipobosca dan Culicoides menghisap darah yang
mengandung mikrogamont dan makrogamet. Di dalam lambung serangga,
mikrogamont mengalami exflageliate menjadi 4 atau lebih microgamet yang
kemudian akan membuahi makrogamet dan menghasilkan zygote.Zygote akan
bergerak ke dinding dan membentuk oosista. Oosista menjadi dewasa dan
berkembang menjadi sporozoit yang akan masuk ke dalam rongga tubuh dan akan
melewati glandula salivary masuk ke dalam hospes baru lewat gigitan serangga
.Didalam usus tengah lalat, mikrogamon menghasilkan 4 mikrogamet atau lebih,
kemudian mikrogamet akan mencari makrogamet. Hasil penggabungannya (Mikro
+Makro)-gamet menghasilkan zygote yang bisa bergerak, berbentuk
memanjang disebut Ookinet. Ookinet merayap menuju dinding usus tengah,
penetrasi ke dinding usus sampai lamina basal dan melindungi dirinya dengan
membentuk dinding disebut Ookista. Perkembangan Sporogony, didalam ookista
akan terbentuk sejumlah besar sporozoit, kemudian masuk ke dalam rongga
badan dan akhirnya menuju kelenjar air liur masuk ke dalam hospes baru lewat
gigitan serangga.
Gambar siklus hidup haemoproteus
Keterangan : Bagian atas di dalam vektor; bagian bawah dalam burung: (1). sporozoite dalam sel
endothelial; (2,3) exoerythrocytic meronts generasi pertama dengan merozoites menjulur;
(4) merozoite dalam sel endothelial; (5,6) megalomeronts dewasa bertumbuh dalam otot
skeletal; (7) merozoites dalam eritrosit; (8) gametocytes dewasa; (9) merozoite dalam sel
endothelialreticulo pada limpa; (10, 11) meronts dewasa dan sedang bertumbuh dalam
limpa; (12) merozoites dalam eritrosit; (13) gametocytes dewasa; (14) macrogamete; (15)
exflagellasi microgametes; (16) fertilisasi macrogamete; (17) ookinete menembus membran
peritrophic; (18) oocyst muda ; (19, 20) sporogony; (21) sporozoites dalam kelenjar luda
vektor (Valkuinas, 2005).

2.2 Leucocytozoon

Leucocytozoon merupakan parasit darah dan jaringan yang telah ditemukan pada
unggas sejak 200 tahun yang lalu oleh Danilewsky pada tahun 1884. Pertama kalinya,
Leucocytozoon ditemukan pada burung hantu dengan hanya gametosit yang terlihat pada
bagian perifer pembuluh darah. Khusus parasitLeucocytozoon terdapat perbedaan dengan
parasit darah lainnya dimana dapat ditemukan parasit pada sel darah putih (Fallis dan
Desser 1977
2.3 Klasifikasi dan morfologi
A. Klasifikasi
 Menurut Soulsby (1986) Leucocytozoon dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Sub Kingdom : Protozoa
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Ordo : Eucoccididae
Sub Ordo : Haemospororina
Famili : Plasmodidae
Genus : Leucocytozoon
Spesies : Leucocytozoon sp (Zieman et al., 1898).
B. Morfologi
Leucocytozoon sp. merupakan salah satu protozoa darah yang menyerang unggas. Stadium
gamet yang terdiri dari makrogamet dan mikrogamet berada dalam leukosit sedangkan
beberapa spesies lain berada dalam leukosit. Pada pemeriksaan ulas darah dengan pewarnaan
giemsa, gametosit bulat Leucocytozoon sp. mempunyai diameter 10-14 µm didalam
sitoplasma sel darah (Levine, 1985).
makrogamet Leucocytozoon sp. berukuran rata - rata 13,02 x 11,83 µm. sedangkan
mikrogamet berukuran rata - rata 12,12 x 11,62 µm, berbentuk bulat atau lingkaran kadang -
kadang oval atau tidak beraturan, ada yang mempunyai vakuol bulat satu sampai empat buah
yang berdiameter 1-3 µm. Ukuran gamet Leucocytozoon sp. lebih kecil dari yang pernah
dilaporkan oleh Levine.
Skizon generasi pertama Leucocytozoon sp. berukuran 15-65 µm berada di sel endotel
pembuluh jaringan seperti limpa, pulmo dan hepar. Skizon ini berisi sejumlah inti,
endoplasmik retikulum dan mitokondria (Soulsby, 1986). Skizon yang matang menghasilkan
merozoit dalam sirkulasi darah berukuran panjang 7,1µm, mempunyai inti yang besar,
mitokondria dan apical complex. Megaloskizon terdapat di jaringan limfoid atau sel makrofag
berukuran sekitar 500 µm berisi sejumlah crystomere yang didalamnya berkembang merozoit
(Morii and Fukuda., 1992). Spesies Leucocytozoon sp. menunjukkan perubahan struktur sel
darah unggas. Sel darah yang terinfeksi Leucocytozoon sp. akan membesar dan memanjang
sehingga membentuk gambaran seperti tanduk (Friend and Franson, 1999). Pemeriksaan
mikroskopis ulasan darah untuk melihat adanya parasit Leucocytozoon sp
Gambar leucocytozoon pada pemeriksaan ulas darah

Gambar leucocytozoon pada darah unggas


Keterangan:
N:inti sel terbagi dua di kedua sisi
P:membran sel tertarik dan membentuk tanduk
2.4 Siklus hidup
Siklus hidup Leucocytozoon sp. terdiri dari siklus aseksual dan siklus seksual. Siklus
aseksual terjadi pada inang seperti ayam, bebek, atau unggas lainnya, sedangkan siklus
seksual terjadi pada vektor famili Cullicidae dengan spesies Culicoides arakawai dan famili
Simulidae dengan spesies Simulium sp. (Oka, 2010). Simulium sp. adalah sejenis lalat kecil
(3mm-8mm), penghisap darah seperti nyamuk yang termasuk ke dalam Ordo Diptera,
Subordo Nematocera, Famili Simuliidae. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah lalat
punuk karena mempunyai daerah toraks yang menonjol, sedangkan Vektor Culicoides
arakawai berukuran sangat kecil (1.5-5.0 mm), toraks sedikit bongkok dan menonjol ke atas
kepala. Sayapnya sempit dengan sedikit venasi tanpa sisik-sisik
Siklus seksual di tubuh vektor dimulai sejak vektor menghisap darah inang, bersama
darah juga akan terhisap mikrogamet dan makrogamet, selanjutnya di pertengahan usus
vektor dengan cara eksflagelasi dari mikrogamon terbentuk 4-8 mikrogamet dalam beberapa
menit (Levine, 1985). Mikrogamet- mikrogamet ini akan secara aktif mencari dan membuahi
makrogamet- makrogamet untuk kawin. Hasil perkawinan akan membentuk zygot berbentuk
bulat kemudian berkembang lebih lanjut, bentuknya kemudian berubah menjadi memanjang
dan dapat bergerak (ookinet) (Oka, 2010).
Ookinet kemudian bergerak menuju dinding usus 2-6 jam setelah vektor menelan
darah hewan terinfeksi, dan selanjutnya akan berkembang menjadi ookista yang dapat
ditemukan 2-3 hari setelah infeksi serta menyelesaikan perkembangannya dalam waktu 2,5-4
hari setelah infeksi (Levine, 1985). Pembentukan ookista terjadi dengan mengalami proses
sporogoni (pembentukan sporozoit) dengan pembelahan berlipat ganda (skizogoni) yang
akan menghasilkan sporozoit, sporozoit akan bermigrasi menuju kelenjar air liur sehingga
vektor menjadi infektif. (Oka, 2010). Sporozoit-sporozoit hidup dapat ditemukan 18 hari
setelah infeksi.
Siklus aseksual terjadi dalam tubuh inang dimulai juga saat vektor Simulium sp. dan
Culicoides arakawai menghisap darah. Sporozoit yang berada didalam kelenjar ludah vektor
akan ikut tersebar kedalam peredaran darah, kemudian akan berkembang biak secara
skizogoni kemudian menghasilkan skizon yang akan berada pada sel endotel jaringan
terutama paru-paru, limpa dan hati, didalam ruangan berisi darah atau didalam jaringan
diantaranya jantung, pankreas, thymus, otot-otot, usus, trakhea, ovarium, kelenjar adrenal,
dan otak (Tabbu, 2002).
Sporozoit mengalami proses merogoni (pembentukan merozoit) dengan cara
pembelahan berlipat ganda (skizogoni) sehingga dibebaskan banyak merozoit, merozoit yang
berada dalam aliran darah akan masuk ke dalam eritrosit dan eritroblast (Oka, 2010).
Merogoni berlangsung beberapa kali, kemudian mengalami proses gametogoni
(pembentukan gamet) dan berkembang menjadi gametosit yaitu mikrogamet atau gamet
jantan dan makrogamet atau gamet betina. Proses ini membutuhkan waktu 48 jam untuk
pematangannya.
Gamet akan muncul didalam darah perifer 14 hari setelah infeksi baik didalam
eritrosit atau eritroblast, gamon dewasa kadang-kadang ditemukan bebas didalam plasma
darah. Gamet ini akan ikut terhisap saat vektor menghisap darah sehingga siklus akan
terulang kembali (Oka, 2010)

Gambar siklus hidup leucocytozoon

Keterangan : (1). Sporozoit menghasilkan skizon pada sel parenkim (hati). (2,3). Skizon berkembang
menjadi megaloskizon (4). Proses merogoni menghasilkan merozoit (5). Merozoit masuk
dalam eritrosit. (6-7). Gametogoni menghasilkan gametosit (8). Gametosit terhisap vektor
dan siklus terulang kembali.

Anda mungkin juga menyukai