Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1) : 7-17 (2013) ISSN : 2337-9294

PENGARUH PENAMBAHAN SARI BUAH TOMAT DALAM MEDIA PENGENCER


TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER
YANG DISIMPAN PADA SUHU 3–5 °C

Effect Suplementation Tomatoes Juice in Extender on Molitity and Viabilitas of


Spermatozoa Boer Goats Preserved at 3–5 °C

Rosmaidar1, Dasrul2 dan Triva Murtina Lubis3


1
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2
Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
3
Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Penelitian bertujuan menguji pengaruh penambahan sari buah tomat dalam pengencer terhadap motilitas dan
viabilitas spermatozoa kambing Boer yang disimpan pada suhu 3 – 5 oC. Semen ditampung dengan menggunakan
elektroejakulator satu kali dalam satu minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan terdiri dari larutan sitrat-kuning telur (P0); sitrat-kuning telur
ditambah sari buah tomat 20% (P1); sitrat-kuning telur ditambah sari buah tomat 40% (P2) dan sitrat-kuning telur
ditambah sari buah tomat 80% (P3). Parameter yang diamati adalah persentase motilitas spermatozoa dan persentase
spermatozoa hidup. Pengamatan dilakukan pada waktu 1, 24, 48 sampai 72 jam setelah pendinginan. Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan sari buah tomat berpengaruh sangat nyata terhadap
persentase motilitas dan spermatozoa hidup kambing Boer setelah pendinginan. Penambahan sari buah tomat 20 %
dalam pengencer sitrat kuning telur menghasilkan persentase motilitas dan persentase hidup spermatozoa kambing
Boer yang lebih baik.

Kata kunci: kambing boer, motilitas and viabilitas spermatozoa, jus buah tomat.

ABSTRACT
The purpose of this research was examine the effect of jus tomatoes on motility and viability of boer goats
spermatozoa preserved at 3–5oC. Semen was collected using electroejaculator once a week.This research used
Completely Randomized Design consisting of four treatments and five repetition. The treatments are sitrat with yolk
egg as control (P0), sitrat with yolk egg added 20 % tomato extract (P1); sitrat with yolk egg added 40 % tomato
extract (P2) and sitrat with yolk egg added 80 % tomato extract (P3). The parameters were time of formation of
percentage motility and life sperm percentage. Observations were made at 1, 24, 48, until 72 hour after
refrigeration. The results showed that addition tomato extract was significant higher on the motility and the
percentage of live spermatozoa of Boer goat after refrigeration. It was conclude that the addition of 20 % tomato
extract can reduced of decrease of motility and live spermatozoa percentage than those control.

Key Word : Boer Goat, sperm of motility, extender and extract tomato

PENDAHULUAN ini selain disebabkan oleh tingginya tingkat


pemotongan, juga disebabkan pengelolaan
Potensi pengembangan budidaya yang kurang baik yang berakibat rendahnya
peternakan di Provinsi Aceh sangat besar, tingkat produktivitas ternak kambing lokal
mengingat kapasitas produksi yang masih (Anonimus, 2007).
sangat kecil dibandingkan dengan Salah satu upaya untuk memperbaiki
kebutuhan. Peningkatan kapasitas produksi mutu genetik ternak kambing di Propinsi
ternak dapat dilakukan dengan perbaikan Aceh dilakukan melalui perkawinan silang
mutu genetik ternak tersebut. Kambing antara ternak lokal dengan ternak unggul
merupakan salah satu jenis ternak yang dan juga pemanfaatan teknologi inseminasi
sering dikembangkan oleh masyarakat di buatan (IB). Penerapan teknologi IB pada
Propinsi Aceh. Namun demikian populasi ternak kambing dapat menggunakan semen
dan mutu genetik ternak kambing cenderung beku maupun semen cair yang diperbanyak
menurun dari tahun ke tahun. Tingginya volumenya sehingga dapat dimanfaatkan
tingkat penurunan populasi ternak kambing untuk melayani beberapa betina dalam

7
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

kurun waktu yang lebih lama. Namun bahwa sari tomat (Lycopersicon esculentum
penggunaan semen cair untuk IB pada Mill) mengandung berbagai nutrisi seperti
ternak kambing masih banyak menimbulkan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin C
permasalahan, terutama menyangkut dan likopen yang berfungsi sebagai
penggunaan jenis pengencer yang tepat antioksidan. Kandungan karbohidrat dan
sehingga mampu mempertahankan motilitas antioksidan sari buah tomat dapat berfungsi
dan daya tahan hidup spermatozoa selama sebagai sumber energi dan berpotensi
pengenceran dan inseminasi pada betina menghambat radikal bebas yang dapat
(Hafez, 2000). merusak sel (Maulida et al., 2010).
Pengenceran semen dapat dilakukan Ketersediaan buah tomat yang tergolong
dengan penambahan bahan-bahan tertentu mudah diperoleh juga menjadi suatu
yang mampu memberikan makanan sebagai kelebihan sehingga dapat diprioritaskan
sumber energi bagi spermatozoa dan dapat untuk dilakukan penelitian. Berdasarkan hal
memperpanjang daya hidup spermatozoa di tersebut telah dilakukan penelitian untuk
luar tubuh (Salisbury dan Van Demark, mengetahui kemampuan sari buah tomat
1985; Solihati dan Kune. 2004). Syarat sebagai pengencer alternatif dan
utama bahan pengencer semen adalah harus pengaruhnya dalam mempertahankan
dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan motilitas dan viabilitas spermatozoa
spermatozoa selama penyimpanan seperti kambing peranakan Boer setelah
karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan pendinginan pada suhu 3 – 5 °C. Hasil
zat organik lainnya. Harus memungkinkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
spermatozoa dapat bergerak secara informasi lebih lanjut tentang
progresif, tidak bersifat racun bagi pengembangan pengenceran semen
spermatozoa, menjadi penyanggah (buffer) menggunakan sari buah tomat sebagai bahan
bagi spermatozoa dan dapat melindungi pengencer semen alternatif, yang dapat
spermatozoa dari kejutan dingin (cold mempertahankan daya tahan hidup dan
shock) selama pendinginan atau pembekuan motilitas dari spermatozoa kambing
(Toelihere, 1981; Salisbury dan Van peranakan Boer.
Demark, 1985).
Pengencer yang sering digunakan MATERI DAN METODE
untuk pengenceran semen adalah Tris-
kuning telur, sitrat-kuning telur, susu segar- Pembuatan sari buah tomat
kuning telur, susu skim-kuning telur, sebagai bahan pengencer semen
AndroMed, dan laktosa-kuning telur, namun Sebanyak 200  250 gram buah tomat
mengingat bahan tersebut sangat terbatas masak yang diperoleh dari lahan pertanian
dan sulit didapatkan dil daerah, maka perlu organik dipotong-potong, kemudian
dicari alternatif lain sebagai bahan dihaluskan dengan menggunakan blender.
pengencer, seperti diantaranya dengan Suspensi hasil blender tersebut saring
memanfaatkan sari buah-buahan. Dewasa ini dengan menggunakan kain kasa, selanjutnya
pengencer alternatif menggunakan sari buah dimasukan dalam tabung erlenmeyer 250 ml
sudah pernah dilakukan diantaranya dari dan biarkan mengendap. Ambil bagian
buah melon (Herdis et al., 2003). dan sari atasnya (supernatannya) masukkan dalam
wortel (Rizal dan Herdis, 2008). Semen tabung reaksi steril untuk menggunaan
domba yang di encerkan dengan sari buah sebagai bahan pengencer alternatif
melon dengan kuning telur mampu bertahan selanjutnya.
hidup selama 3 - 5 hari dalam suhu 3 - 5 °C
(Herdis et al., 2003). Buah-buahan lain yang Pembuatan bahan pengencer
dapat dicoba untuk digunakan sebagai bahan semen alternatif sari buah tomat
pengencer alternatif semen adalah sari buah Konsentrasi pengencer dalam
tomat (Lycopersicon esculentum Mill). penelitian ini dilakukan dengan cara
Sumardiono et al., (2009) menjelaskan menambahkan bahan pengencer dasar
8
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

larutan Na-sitrat kuning telur dengan dimasukan dalam tabung yang telah berisi
masing-masing sari tomat sesuai konsentrasi pengencer sesuai dengan kelompok
yang diinginkan. Kelompok Sari tomat perlakuan.
dibuat dengan perbandingan larutan Na- Volume masing-masing pengenceran
sitrat : Sari tomat : kuning telur yaitu (P0) yang pertama kali ditambahkan pada semen
4:0:1; (P1) 3:1:1; (P2) 2:2:1; dan (P3) 1:4:1; sesuai dengan volume semen yang
Jumlah bahan pengencer yang ditambahkan diperoleh. Selanjutnya ditambahkan sedikit
terlihat pada Tabel 1. demi sedikit sampai volume yang diinginkan
terpenuhi. Konsentrasi semen yang
Tabel 1. Komposisi bahan pengencer yang diinginkan adalah 10 juta spermatozoa/ml.
digunakan
Kelompok Perlakuan jus Tomat Pendinginan semen
TK0 TK1 TK2 TK3
(0%) (20%) (40%) (80%)
Semen yang sudah diencerkan sesuai
Na. Sitrat (ml) 80 60 20 0 pengencer masing-masing kelompok
Sari Tomat (ml) 0 20 40 80 perlakuan, dimasukan ke dalam eppendorf
Kuning Telur (ml) 20 20 20 20 (1,5 ml). Semen selanjutnya disimpan
Volume (ml) 100 100 100 100
didalam refrigerator (lemari pendingin)
dengan suhu 4-5 oC selama 4 hari.
Setiap kelompok pengenceran tersebut
ditambahkan penicillin 1000 IU/ml dan
Pemeriksaan persentase motilitas
streptomisin 1000 µg/ml. Total volume
spermatozoa
bahan pengencer yang dibuat 100 ml.
Perhitungan motilitas spermatozoa
dilakukan menggunakan gelas obyek yang
Penampungan semen dan
ditetesi 10-15 µl semen dan tutup dengan
evaluasi semen.
gelas penutup. Sediaan diperiksa dengan
Semen yang akan digunakan pada
pembesaran 400 kali menggunakan
penelitian ini diperoleh dari satu ekor
mikroskop cahaya biasa atau mikroskop fase
kambing boer jantan sehat berumur 18
kontras. Spermatozoa yang motil akan
sampai 24 bulan, dengan berat badan antara
nampak bergerak maju ke depan.
30 – 35 kg. Penampungan semen dilakukan
Selanjutnya spermatozoa yang motil
dengan menggunakan elektroejakulator pada
dihitung dan diberi nilai dari jumlah
pagi hari (jam 9.30 s/d 10.30 WIB) satu kali
keseluruhan dalam persen (%).
dalam seminggu. Prosedur penampungan
semen dilakukan berdasarkan metode yang
Persentase spermatozoa hidup
biasa dilakukan di BIB Singosari Malang.
Perhitungan persentase spermatozoa
Segera setelah semen ditampung dilakukan
hidup dilakukan melalui teknik pewarnaan
evaluasi kualitas semen secara makroskopis
dengan menggunakan semen dan larutan
(volume, warna, bau dan konsistensi) dan
pewarna eosin negrosin (2%). Sebanyak satu
mikroskopis (konsentrasi, motilitas,
tetes semen dicampurkan dengan satu tetes
persentase hidup/mati dan abnormalitas
larutan pewarna lalu dibuat preperat ulas
spermatozoa). Semen yang mempunyai
dan dikeringkan. Spermatozoa yang mati
konsentrasi > 600 juta/ml, motilitas
akan menyerap warna sedangkan
progresif > 70 % dan abnormalitas < 20
spermatozoa yang hidup tidak menyerap
% digunakan sebagai sampel.
warna. Selanjutnya spermatozoa yang hidup
dihitung dan dibagi jumlah seluruh
Pengenceran semen
spermatozoa (spermatozoa hidup +
Semen segar yang telah dievaluasi
spermatozoa mati) dengan jumlah
segera diencerkan dengan pengencer dasar
spermatozoa sebanyak 200 spermatozoa dan
larutan natrium sitrat 2,9 % dengan
dinyatakan dalam persen (%).
perbandingan 1 : 4. Kemudian suspensi
semen tersebut dibagi dalam 4 bagian dan

9
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

Analisa Data dilakukan oleh Isnaini (2006) menggunakan


Data daya tahan hidup dan persentase vagian buatan. Beberapa peneliti terdahulu
motilitas spermatozoa yang diperoleh melaporkan bahwa penampungan semen
dianalisa dengan menggunakan analisys of dengan elektroejakulator menghasilkan
variance (ANOVA) pola satu arah, dan bila volume yang lebih banyak dibandingkan
terdapat perbedaan perlakuan dengan dengan menggunakan vagian buatan
kontrol, maka data selanjutnya diuji dengan (Toelihere, 1985; Hafez, 2004 dan Gang Yi
uji berganda Duncant (Steel dan Torrie, et al. ,2001). Selain itu perbedaan ini juga
1990). diakibatkan oleh kondisi masing-masing
individu (variasi individu) seperti kualitas
HASIL DAN PEMBAHASAN reproduksi, umur dan kondisi ternak serta
metode koleksi yang digunakan. Menurut
Kualitas Semen Segar Kambing Boer Toelihere (1985), kualitas dan kuantitas
Dasar ketentuan untuk menentukan semen segar dipengaruhi oleh umur, kualitas
semen segar yang layak untuk dijadikan pakan, berat badan, kondisi dan bangsa
sampel dapat dilihat dari hasil evaluasi ternak.
semen segar. Persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain volume dan pH semen, Warna, Konsistensi dan Konsentrasi
gerakan massa, konsentrasi, motilitas Rata-rata warna semen yang diperoleh
progresif, dan abnormalitas sperma serta berwarna putih susu atau krem keputihan
sejumlah ukuran biokimia lainnya. Hasil dan konsistensinya berkisar antara sedang
pemeriksaan kualitas semen segar kambing sampai kental (rata-rata agak kental). Hasil
Boer setelah koleksi dapat dilihat pada ini juga serupa dengan yang dilaporkan
Tabel 2. Suyadi et al. (2004) dan Isnaini (2006)
Tabel 2. Rata-rata (X ±SD) kualitas semen segar bahwa warna semen segar kambing Boer
kambing Boer setelah koleksi adalah krem keputihan atau putih susu
Parameter Hasil Pengamatan dengan konsistensi rata-rata agak kental.
Rata-rata konsentrasi spermatozoa
Volume (ml) 1,05 ± 0,15
Warna Krem keputih-putihan yang di peroleh dari 5 ejakulat kambing
Konsistensi Agak Kental Boer adalah sebesar 2.17 ± 0,08 x109./ml.
Gerak massa ++/+++ Hasil ini sesuai dengan kisaran konsentrasi
pH 6,53 ± 0,15 spermatozoa untuk setiap ml semen yang
Motilitas (%) 76,67 ± 5,77 dilaporkan Suyadi et al. (2004) bahwa
Konsentrasi (109/ ml) 2.17 ± 0,08 semen kambing Boer yang memiliki
Persentase spermatozoa
hidup (%)
87,54 ± 2,18. konsentrasi rata-rata sebesar 2,67 x109./ml.
Abnormalitas (%) 6,38 ± 1,96 Akan tetapi hasil penelitian ini lebih rendah
dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh
Volume semen Isnaini (2006) yaitu sebesar 3,38 ± 0,36 x
Rata-rata volume kambing Boer dari 5 109 /ml pada kambing Boer yang dipelihara
ejakulat yang digunakan pada penelitian ini dipelihara di Indonesia (Malang). Adanya
adalah 1,05 ± 0,15 ml, dengan kisaran antara perbedaan ini diduga disebabkan oleh
0,9 – 1,2 ml. Nilai ini lebih tinggi variasi individu, umur dan pola
dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan pemeliharaan.
Isnaini (2006) yaitu 0,81 ± 0,33 ml dengan
menggunakan vagina buatan. Derajat Keasaman (pH)
Adanya perbedaan nilai rata-rata Rata-rata derajat keasaman semen
volume semen tersebut sangat dipengaruhi kambing Boer yang diperoleh pada
oleh metode penampungan semen. Pada penelitian ini adalah 6,53 ± 0,15. Hasil ini
penelitian ini penampungan semen hampir sama dengan yang diperoleh Suyadi
dilakukan dengan menggunakan (2003) bahwa pH semen kambing Boer di
elektroejakulator sedangkan penelitian yang Indonesia 6,2 sampai 6,9.
10
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

spermatozoa minimal 75 %, abnormalitas


Motilitas dan Spermatozoa Hidup tidak lebih dari 20 % dan semen memiliki
Persentase motilitas dan persentase gerakan massa ++/+++.
hidup spermatozoa dari semen segar
kambing Boer yang diperoleh adalah 76,67 Persentase Motilitas Spermatozoa
± 5,77 % dan 87,54 ± 2,18 %. Hasil ini Kambing Boer setelah pendinginan
sesuai dengan yang dilaporkan Isnaini dalam pengencer sitrat kuning telur
(2006) bahwa persentase motilitas dan dengan penambahan sari buah tomat
persentase hidup spermatozoa kambing Motilitas atau daya gerak progresif
Boer di Indonesia adalah sebesar 74,50 ± spermatozoa sesudah proses pendinginan
3,69 % dan 88,03 ± 3,07 %. selalu digunakan sebagai pegangan yang
Berdasarkan hasil penilaian semen termudah dalam penilaian semen untuk
segar pada Tabel 1 diatas, dapat disimpulkan inseminasi buatan dengan semen cair. Daya
bahwa semen segar kambing Boer yang gerak progresif ini mempunyai peranan yang
digunakan pada penelitian ini mempunyai penting untuk keberhasilan fertilisasi.
kategori baik dan memenuhi syarat untuk
Kecepatan gerakan spermatozoa untuk
digunakan sebagai sampel semen untuk masing-masing spesies berbeda dan
dibekukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bervariasi sesuai dengan kondisi medium
Toelihere (1985) dan Balai Inseminasi dan suhu lingkungan (Toelihere, 1985;
Buatan Dirjen Peternakan bahwa terdapat Hafez, 2004). Rata-rata persentase motilitas
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi spermatozoa kambing Boer setelah
dalam proses pendinginan atau pembekuan pendinginan pada keempat kelompok
semen kambing adalah perkiraan motilitas perlakuan penambahan sari buah tomat
minimal 70 %, konsentrasi lebih dari 2000 dapat dilihat pada Tabel 3.
juta per milliliter semen, persentase hidup

Tabel 3. Rata-rata (± Sd) persentase motilitas spermatozoa kambing Boer dalam pengencer
sari buah tomat berbagai tingkat konsentrasi
Waktu Pengamatan
Perlakuan
1 jam 24 jam 48 jam 72 jam
P0 77,20 a ± 15,99 68,60 a± 12,58 58,20 a ±10,28 43,20 a ± 10,66
P1 78,60a ± 13,83 69,00 a ± 18,19 58,80 a ± 13,04 48,20 b ± 14,68
P2 66,80a ± 17,02 b
56,40 ± 14,58 34,80 b± 14,39 30,40 c ± 9,89
P3 47,40b ± 18,06 c
21,40 ± 2.59 6,40c ± 7,11 00,00 d ± 0,00
Ket : - Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat spermatozoa dan semakin meningkatnya


bahwa rata-rata persentase motilitas tingkat keasamaan (pH) semen serta
spermatozoa kambing Boer selama proses semakin bertambahnya jumlah spermatozoa
pendinginan dalam pengencer natrium sitrat yang rusak dan mati akibat pendinginan.
kuning telur kontrol maupun dengan Rata-rata penurunan persentase motilitas
penambahan sari buah tomat mengalami spermatozoa pada tiap perlakuan tidak sama,
penurunan. Penurunan persentase motilitas pada pengencer sitrat kuning telur dengan
spermatozoa kambing Boer seiring dengan penambahan sari buah tomat 20 % (P1)
lama waktu pendinginan, makin lama waktu masih memperlihatkan persentase
pendinginan makin rendah persentase pergerakan progresif diatas 40 % (layak
motilitas spermatozoa yang diperoleh. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh semakin
berkurangnya ketersediaan energi dalam
bahan pengencer, semakin menuanya umur

11
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

untuk inseminasi) hingga jam ke 72 berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap


pendinginan, relatif sama dengan pada persentase motilitas spermatozoa kambing
kelompok kontrol (P0). Sedangkan pada Boer. Persentase motilitas spermatozoa pada
pengencer sitrat kuning telur dengan kelompok penambahan sari buah tomat 20
penambahan sari buah tomat 40 % (P2) % (P1) lebih tinggi secara tidak nyata
persentase pergerakan progresif (p>0,05) jika dibandingkan dengan kontrol
spermatozoa bertahan hingga sampai jam ke (P0) dan penambahan sari buah tomat 40 %
48 setelah pendinginan dan pada pengencer (P2), serta lebih tinggi secara nyata (p<0,05)
sitrat kuning telur dengan penambahan sari dibandingkan dengan penambahan sari buah
buah tomat 80 % (P3) persentase tomat 80 % (P3). Perlakuan lebih rendah
pergerakan progresif spermatozoa hanya secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan
mampu bertahan selama 24 jam setelah P0, namun P2 lebih tinggi secara nyata
pendinginan. Hasil penelitian ini sejalan (p<0,05) dibandingkan dengan P3.
dengan yang dilaporkan oleh Muhaji (2003) Sedangkan perlakuan P3 lebih rendah secara
bahwa semen kambing setelah pengenceran nyata (p<0,05) dibandingkan dengan P0.
yang disimpan pada suhu dingin (4 – 5 C) Pada pengamatan jam ke 24 dan 48
akan mengalami penurunan motilitass secara jam setelah pendinginan bahwa penambahan
bertahap seiring dengan lamanya waktu sari buah tomat dalam pengencer natrium
simpan. sitrat-kuning telur berpengaruh secara nyata
Terjadinya penurunan persentase (p<0,05) terhadap persentase motilitas
motilitas spermatozoa selama proses individu spermatozoa kambing Boer.
pendinginan disebabkan karena adanya Persentase motilitas spermatozoa pada
perubahan suhu dari 37oC pada saat kelompok P1 lebih tinggi secara tidak nyata
ejakulasi menjadi 4oC pada saat (p>0,05) dibandingkan dengan P0, dan lebih
penyimpanan. Perubahan suhu ini akan tinggi secara nyata (p<0,05) dibandingkan
menyebabkan sel mengalami destabilisasi dengan P2 dan P3. Perlakuan P2 lebih
secara fisik maupun kimiawi, yang akan rendah secara nyata (p<0,05) dibandingkan
meningkatkan permeabilitas membran sel dengan P0, namun lebih tinggi secara nyata
terhadap ion-ion ekstraselluler termasuk ion (p<0,05) dibandingkan dengan P3.
kalsium, sehingga akan berakibat Sedangkan perlakuan P3 lebih rendah secara
peningkatan ion kalsium intraselluler yang nyata (p<0,05) dibandingkan dengan P0.
diikuti dengan meningkatnya ion kalsium Sedangkan pada pengamatan jam ke
dalam mitokondria. Meningkatnya 72 setelah pendinginan, dimana penambahan
konsentrasi ion kalsium dalam mitokondria sari buah tomat dalam pengencer natrium
ini akan menurunkan sintesa ATP, sehingga sitrat-kuning telur berpengaruh secara nyata
cadangan energi yang dapat digunakan (p<0,05) terhadap persentase motilitas
untuk motilitas spermatozoa menjadi spermatozoa kambing Boer. Persentase
menurun (Mahmilia et al., 2006). Selain itu motilitas spermatozoa pada kelompok P1
adanya cekaman dingin juga akan berakibat lebih tinggi secara nyata (p<0,05)
terhadap lemahnya ikatan kovalen penyusun dibandingkan dengan P0, P2 dan P3.
protein membran plasma, membran Persentase motilitas spermatozoa pada P2
mitokondria maupun komponen penyusun lebih rendah secara nyata (p<0,05)
sitoskeleton sebagai sarana penggerak dari dibandingkan dengan P0, namun lebih tinggi
spermatozoa (Krinsky, 1992). secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan
Hasil analisis statistik menggunakan P3. Persentase motilitas spermatozoa pada
analisis of variance (ANOVA) pola satu P3 lebih rendah secara nyata (p<0,05)
arah dan dilanjutkan dengan uji BNT dibandingkan dengan P0.
terhadap persentase motilitas spermatozoa Hasil penelitian ini terlihat bahwa
menunjukkan bahwa pada pengamatan jam penambahan sari buah tomat dalam
ke 1, penambahan sari buah tomat dalam pengencer natrium sitrat kuning telur dapat
pengencer natrium sitrat-kuning telur mempengaruhi persentase motilitas
12
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

spermatozoa kambing Boer. Pengaruh menghambat glikolisis dan motilitas


penambahan sari buah tomat ini sudah spermatozoa. Penghambatan motilitas oleh
terlihat sejak 1 jam proses pendinginan. Hal HNE diduga berkaitan dengan
ini mengindikasikan bahwa sudah terjadi penghambatan glukolisis dan oksidasi gugus
interaksi antara komponen-komponen sulfidril (-SH) dari protein mikrotubulus
pengencer semen dengan spermatozoa. ekor spermatozoa.
Selain itu, komponen pengencer semen Hasil penelitian ini juga membuktikan
termasuk kandungan sari buah tomat sudah bahwa penambahan sari buah tomat 40%
mempengaruhi metabolisme dan kondisi dan 80 % dalam pengencer natrium sitrat
fisiologis spermatozoa. kuning telur, justru menurunkan persentase
Pada penelitian ini terbukti bahwa motilitas spermatozoa kambing Boer setelah
penambahan sari buah tomat 20 % dalam pendinginan. Persentase motilitas
pengencer natrium sitrat – kuning telur spermatozoa pada kelompok penambahan
dapat memperbaiki komposisi dan kondisi sari buah tomat 40 % dan 80 % lebih rendah
fisiologis pengencer, sebagaimana terlihat secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan
dari persentase motilitas spermatozoa yang kelompok kontrol (P0). Kondisi ini terjadi
lebih tinggi dari kontrol. Kondisi ini terjadi baik pada pengamatan 1 jam maupun 24, 48
baik pada waktu pengamatan 1 jam maupun dan 72 jam setelah pendinginan. Fakta ini
24, 48 dan 72 jam setelah pendinginan. mengindikasikan bahwa penambahan sari
Tingginya persentase motilitas spermatozoa buah tomat dalam pengencer hanya dapat
pada kelompok perlakuan penambahan sari dilakukan dengan konsentrasi kurang dari 40
buah tomat 20 % dibandingkan kontrol, %. Rendahnya persentase motilitas
kemungkinan disebabkan dalam sari buah membran spermatozoa pada kelompok
tomat banyak terkandung vitamin C, vitamin penambahan sari buah tomat 40 % dan 80 %
E dan likopen yang bersifat sebagai anti kemungkinan disebabkan karena terjadinya
oksidan. Sebagaimana yang dilaporkan oleh penurunan pH pengencer, sehingga tidak
Sumardiono et al. (2009) bahwa dalam 1 kg sesuai lagi dengan kondisi fisiologis
buah tomat appel mengandung kadar spermatozoa. Makin tingginya konsentrasi
vitamin C sebanyak 142,1 mg dan likopen sari buah tomat juga akan semakin tinggi
sebanyak 66,72 mg. Adanya kandungan kandungan vitamin C, vitamin E dan likopen
vitamin C, vitamin E dan likopen ini dapat dalam pengencer, sehingga akan lebih
mengoptimalisasi laju fruktolisis sehingga mempercepat terjadinya laju fruktolisis dan
kebutuhan energi untuk motilitas dan akumulasi asam laktat dalam pengencer.
kelangsungan hidup spermatozoa dapat Percepatan akumulasi asam laktat dalam
terpenuhi. Selain itu, kandungan vitamin C, pengencer, akan semakin dipercepat
vitamin E dan likopen merupakan penurunan pH semen yang selanjutnya akan
antioksidan yang dapat mengikat oksigen menyebabkan penurunan aktivitas enzim-
radikal yang terdapat di dalam sel sehingga enzim metabolisme, akibatnya kebutuhan
dapat mencegah terbentuknya peroksidasi energi untuk motilitas tidak dapat dipenuhi
lipid pada membran mitokondria yang dapat (Hammersttedt, 1993).
menghambat glikolisis dan motilitas. Chinoy
et al. (1991) melaporkan bahwa pemberian Persentase Spermatozoa hidup Kambing
vitamin C yang dikombinasikan dengan Boer setelah pendingain dalam pengencer
vitamin E ternyata dapat mempertinggi sitrat-kuning telur dengan penambahan
kadar Na+ dan K+ serta aktivitas ATPase dan sari buah tomat.
suksinat dehidrogenase, sehingga Prinsip pemeriksaan untuk
mengakibatkan terjadinya peningkatan menghitung persentase spermatozoa hidup
metabolisme energi spermatozoa kelinci. pada penelitian ini sama dengan yang
Werdhany (2004) menyatakan bahwa digunakan Toelihere (1985) yaitu
hidrosinonemal (HNE) merupakan salah berdasarkan pada perbedaan afinitas warna.
satu peroksidasi lipid yang dapat
13
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

Spermatozoa yang masih hidup akan tetap mudah berdifusi dan menunjukan warna
tidak berwarna saat diberi pewarna eosin, pada kepala spermatozoa saat diberi
karena eosin yang terikat pada natrium pewarnaan eosin. Rata-rata persentase
dengan mekanisme pompa natrium akan hidup spermatozoa Kambing Boer yang
terdorong keluar. Sedangkan pada diamati setelah dilakukan pewarnaan eosin-
spermatozoa yang telah mati tidak terdapat negrosin pada kelompok perlakuan
perbedaan potensial ion natrium dan kalium penambahan sari buah tomat dapat dilihat
antara di dalam dan luar sel, sehingga eosin pada Tabel 4.
yang berikatan dengan natrium akan dengan

Tabel 4. Rata-rata (± SD) Persentase Spermatozoa hidup Kambing Boer dalam pengencer sitrat
kuning telur dengan penambahan sari buah tomat.
Waktu Pengamatan
Perlakuan
1 jam 24 jam 48 jam 72 jam
a a a
P0 88,00 ± 10,29 80,20 ± 9,12 67,20 ± 5.17 59,00 a ± 5,39
P1 88,40 a ± 7,57 80,40 a ± 9,18 71,60 a ± 8,99 62,40 a ± 13,90
P2 76,40 a ± 14,64 65,60 b ± 12,22 49,00 b ± 13.62 30,40 b ± 18,18
P3 57,00 b ± 21,69 36,80 c ± 17,19 17,60 c ± 14,97 00,00 c ± 0,00
Ket : - Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata- menyebabkan kematian spermatozoa


rata persentase hidup spermatozoa kambing (Sugiarti et al., 2004).
Boer dalam pengencer natrium sitrat-kuning Hasil analisis statistik menggunakan
telur dengan penambahan sari buah tomat analisis of variance (ANOVA) pola satu
mengalami penurunan seiring dengan lama arah yang dilanjutkan dengan uji BNT
waktu pendinginan. Makin lama periode terhadap persentase motilitas spermatozoa
waktu pendinginan makin rendah persentase menunjukkan bahwa pada pengamatan jam
hidup spermatozoa yang diperoleh. Tingkat ke 1, penambahan sari buah tomat dalam
penurunan persentase spermatozoa hidup pengencer natrium sitrat-kuning telur
setelah pendinginan berbeda-beda antar berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap
kelompok perlakuan penambahan sari buah persentase spermatozoa hidup kambing
tomat. Tingkat penurunan persentase Boer. Persentase spermatozoa hidup pada
spermatozoa hidup diperoleh pada kelompok P1 lebih tinggi secara tidak nyata
kelompok perlakuan pengencer natrium (p>0,05) dibandingkan dengan P0 dan P2,
sitrat kuning telur dengan penambahan sari dan lebih tinggi secara nyata (p<0,05)
buah toma 80 %. dibandingkan dengan P3. Persentase
Menurunnya persentase spermatozoa spermatozoa hidup pada perlakuan P2 lebih
hidup pada semua kelompok perlakuan rendah secara nyata (p<0,05) dibandingkan
setelah pendinginan disebabkan semakin dengan P0 dan lebih tinggi secara nyata
berkurangnya ketersediaan energi dalam (p<0,05) dibandingkan dengan P3.
bahan pengencer dan semakin meningkatnya Sedangkan perlakuan P3 lebih rendah secara
konsentrasi asam laktat dalam media nyata (p<0,05) dibandingkan dengan P0.
pengencer (Hafez, 2004). Penyimpanan Pada pengamatan jam ke 24 setelah
dingin dalam jangka waktu lama pendinginan terlihat bahwa konsentrasi
menyebabkan peningkatan akumulasi asam penambahan sari buah tomat semakin
laktat sisa metabolisme sel, sehingag berpengaruh terhadap persentase hidup
menyebabkan kondisi medium menjadi spermatozoa kambing Boer. Persentase
semakin asam. Kondisi ini dapat bersifat hidup spermatozoa pada kelompok P1 lebih
racun bagi spermatozoa yang akhirnya tinggi secara tidak nyata (p>0,05)
dibandingkan dengan P0 dan lebih tinggi
14
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan vitamin C sebesar 200 mg/100 ml


P2 dan P3. Persentase motilitas spermatozoa pengencer dapat berperan sebagai pelindung
pada kelompok perlakuan P2 lebih rendah membran plasma spermatozoa kuda (Aurich
secara sangat nyata (p<0,01) dibandingkan et al.,1997) dan kambing peranakan Boer
dengan P0 dan lebih tinggi secara nyata (Akbar, 2009) dari kerusakan oleh
(p<0,05) dibandingkan dengan P3. peroksidasi lipid. Akan tetapi penambahan
Sedangkan perlakuan P3 lebih rendah secara sari buah tomat melebihi 20% dalam
nyata (p<0,05) bila dibandingkan dengan pengencer natrium sitrat kuning telur pada
P0. penelitian ini, justru menurunkan persentase
Hal yang sama juga terlihat pada spermatozoa hidup kambing Boer setelah
pengamatan jam ke 48 dan 72 setelah pendinginan. Persentase spermatozoa hidup
pendinginan, penambahan sari buah tomat pada kelompok penambahan sari buah tomat
berpengaruh terhadap persentase hidup 40 % dan 80 % lebih rendah secara sangat
spermatozoa kambing Boer. Persentase nyata (p<0,01) dibandingkan dengan dalam
spermatozoa hidup pada kelompok P1 lebih pengencer sitrat kuning telur tampa
tinggi secara tidak nyata (p>0,05) penambahan sari buah tomat (P0). Keadaan
dibandingkan dengan P0, dan lebih tinggi ini kemungkinan disebabkan karena dengan
secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan semakin tingginya konsentrasi sari buah
P2 dan P3. Persentase motilitas spermatozoa tomat juga akan meninggikan kandungan
pada P2 lebih rendah secara nyata (p<0,05) vitamin C nya dalam pengencer, sehingga
dibandingkan dengan P0 dan lebih tinggi akan mempercepat laju fruktolisis dan
secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan peningkatan konsentrasi asam laktat dalam
P3. Persentase motilitas spermatozoa pada pengencer. Tingginya konsentrasi asam
P3 lebih rendah secara sangat nyata laktat akan mempercepat penurunan pH
(p<0,01) dibandingkan dengan P0. semen yang selanjutnya akan menyebabkan
Hasil penelitian ini membuktikan penurunan aktivitas enzim-enzim
bahwa penambahan sari buah tomat pada metabolisme, akibatnya kebutuhan energi
tingkat konsentrasi 20% dalam pengencer untuk kelangsungan hidup tidak dapat
sitrat – kuning telur dapat mempertahankan dipenuhi (Lehninger, 1982). Selain itu
komposisi dan kondisi fisiologis pengencer, dengan menurunnya pH, terjadi peningkatan
sehingga persentase hidup spermatozoa konsentrasi H+ yang akan bereaksi dengan
dapat dipertahankan. Keadaan ini terjadi radikal membentuk hidrogen peroksida.
karena dalam sari buah tomat banyak Hidrogen peroksida akan menjadi katalis
terkandung vitamin C, vitamin E dan dalam pembentukan peroksidasi lipid yang
likopen yang bersifat sebagai anti oksidan. dapat merusak membran plasma dan
Adanya kandungan vitamin C, vitamin E selanjutnya menghambat glikolisis dan
dan likopen ini dapat mengoptimalisasi laju tingkat kematian spermatozoa semakin
fruktolisis sehingga kebutuhan energi untuk meningkat (Hammersttedt, 1993).
kelangsungan hidup dapat terpenuhi. Selain Jika dibandingkan dengan persentase
itu, kandungan vitamin C, vitamin E dan motilitas, terlihat bahwa persentase
likopen dapat mengikat oksigen radikal yang spermatozoa hidup yang diperoleh pada
terdapat di dalam pengencer maupun sel penelitian ini lebih tinggi pada semua
spermatozoa sehingga dapat mencegah kelompok perlakuan penambahan sari buah
terbentuknya peroksidasi lipid yang dapat tomat. Hal ini menunjukan bahwa banyak
merusak membran plasma sel spermatozoa. diantara spermatozoa yang masih hidup
Menurut Comb (1992) vitamin C yang namun tidak mampu bergerak (motil) atau
terkandung dalam sari buah tomat akan hanya bergerak secara abnormal (bergetar).
segera berubah menjadi askorbil radikal Persentase spermatozoa hidup biasanya
yang sangat reaktif terhadap oksigen radikal 10 % lebih tinggi daripada persentase motil
maupun hidroksil radikal. Penambahan (Toelihere, 1985).

15
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

KESIMPULAN Krinsky, N. 1992. Mechanisme of Action of


Biological Antioxidants, Proc Soc Exp Biol
Kesimpulan and Med. 200.
Penambahan sari buah tomat dalam Gangyi, X., Z. Hongping, Z. Chanju, X. Xinghi dan
Z. Ming, Z. Yi and Z. Li. 2001. Reserch on
pengencer sitrat kuning telur berpengaruh Quality, Preservation Dilutor, and Frozen
terhadap persentase motilitas dan persentase Tecnology of Boer Goat Semen. Conference
hidup spermatozoa kambing Boer setelah on Boer Goat in China.
penyimpanan dingin. Dengan penambahan Hafez, E. S. E. (2000). Semen Evaluation. In:
sari buah tomat sebanyak 20% dalam 100 ml Reproduction in Farm Animals. Hafez, E. S.
E. (Ed.) 7th ed. Lea & Febiger, Philadelphia.
pengencer sitrat kuning telur (P1) Hafez, E.S.E. 2004. X and Y-Chromosome-Bearing
menghasilkan persentase motilitas dan Spermatzoa dalam Reproduction in Farm
persentase hidup spermatozoa kambing Boer Animal. 8th ed. Lea & Febiger Philadelphia,
yang terbaik setelah penyimpanan selama 72 USA pp 440 – 44.
jam. Hammerstedt, H.R., 1993. Maintenance Of
Bioenergetic Balance In Sperm And
Prevention Of Lipid Peroxidation : A Review
Saran Of The Effect On Design Of Storage
Disarankan adanya penelitian lanjutan Preservation System. Reproduction fertil.
untuk mengetahui penggunaan konsentrasi Dev. 5: 675-690.
sari buah tomat yang tepat dalam pengencer Herdis, Yulnawati dan M. A Setiadi. 2003.
Pemanfaatan Sari Buah Melon sebagai Media
supaya dapat meningkatkan kualitas Pengencer Semen Cair Alternatif spermatozoa
spermatozoa setelah pembekuan. Domba Garut. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia. 5: 126-131.
DAFTAR PUSTAKA Isnaini, N. 2006. Peranan Trehalosa dalam
Pendinginan dan Pembekuan Semen Kambing
Anonimus. 2007. Laporan Tahunan Dinas Boer. Disertasi. Program Studi Ilmu-ilmu
Peternakan. Provinsi Aceh. Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Aurich, J. E., U. Schoneher. H. Hoppe And C. Lehminger, A. L. 1993, Dasar-dasar biokimia Jilid
Aurich. 1997. Effect of antioxsidands on I, Alih Bahasa : M. Thenawijaya, Erlangga,
motility and membrane integrity of chilled- Jakarta. Hal. 235-255
stored stallition semen. Theriogenology. Mahmilia, F., M. Doloksaribu dan F. A. Pamungkas.
48:185-192. 2006. Karateristik Semen Kambing Boer.
Andayani, R., Y. Lisawati dan Maimunah. 2008. Jurnal Seminar Nasional Teknologi
Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Peternakan dan Veteriner.
Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat Maulida,Dewi dan Naufal, Zulkarnain. (2010).
(Solanum lycopersicum. L). Jurnal Sains dan Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari Buah
Teknologi Farmasi. 13(1) : 1410-0177. Tomat Dengan Menggunakan Solven
Akbar, P. 2010. Efektivitas Penambahan Vitamin C Campuran, N – Heksanan, Aseton, Dan
(Asam Ascorbat) dalam Pengenceran Susu Etanol. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia
Skim Kuning Telur Terhadap Kualitas Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Spermatozoa Kambing Peranakan Boer Semarang
setelah penyimpanan dingin suhu 4-5 oC. Mujadi. (2003). Kualitas Semen Kambing Peranakan
Skripsi. Universitas Syiah kuala, Banda Aceh. Ettawah yang diencerkan dengan susu segar
Benconi, M. T., C. R. Francia , N.G Mora And M. A kambing dengan kuning telur pada
Affranchino. 1993. Effect of Natural penyimpanan suhu 40C. Laporan Penelitian.
Antioxidants on frozen bovine semen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
preservations. Theriogenology.40:841-851. Malang.
Chinoy,N. J., E Seqeurina and M. V. Narayana. Rizal, M. dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada
1991. Effects of Vitamin C and calciom on the Domba. Rineka Cipta, Jakarta.
reversibility of fluoridde-indecute alterations Salisbury, G. W. dan N. L. Van Denmark. 1985.
in spermatozoa of the rabbits (abstr). Floride. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
24:29-39. Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University
Combs, F.G. 1992. The Vitamins : Fundamental Press.Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh R.
Aspects in Nutrition and Health. Academic Djanuar).
Press Inc., New York. Solihati, N dan P. Kune. 2004. Pengaruh Jenis
Pengencer Terhadap Motilitas dan Daya
Tahan Hidup Spermatozoa Semen Cair Sapi
16
Rosmaidar et al. (2013) Pengaruh Penambahan Sari...

Simmental. Laporan Penelitian. Fakultas Suyadi, 2003. Pengenceran Semen Kambing Dengan
Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung. Beberapa Pengencer Sederhana dan
Steel, R.G.D and Torrie. 1990. Prinsip dan Aplikasinya Untuk Insiminasi Buatan.
Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Simetrika 22. Malang.
Biometrik. Alih Bahasa Bambang Sumantri. Suyadi, T. Susilawati dan N. Isnaini.2004. Uji
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pembekuan Semen Kambing Boer. Laporan
Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P. Situmorang, R. Penelitian. Kerjasama Dinas Pertenakan–
G. Sianturi, dan D. A. Kusumaningrum. 2004. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Penggunaan Katalase dalam Produksi Semen Malang.
Dingin Sapi. Prosiding Seminar Nasional Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada
Teknologi Peternakan dan Vateriner, Ternak. Angkasa. Bandung Halaman 92 –
Bogor. Hal: 215-220. 120
Sumardiono, Siswo, Basri, Mohamad, P. Sihombing Toelihere, M.R. 1981. Biological aspects of
dan Rony. 2009. Analisis Sifat-sifat PSIKO- reproduction and insemination of swamp
KIMIA Buah Tomat (Lycopersicon buffalo. ASPAC. FFTC. Book Series.
esculentum) Jenis Tomat Apel, Guna Taipei. 15 : 120 – 136.
Peningkatan Nilai Fungsi Buah Tomat sebagai Werdhany, W. I. 2004. Efektivitas Penambahan ά
Komoditi Pangan Lokal. Prosiding Seminar tocoferol di dalam pengencer Tris dan Susu
Tugas Akhir S1. Jurusan Teknik Kimia Skim terhadap kualitas semen beku kambing
Universitas Diponegoro 2009. peranakan etawah. Thesis. Sekolah
Pascasarjana IPB-Bogor.

17

Anda mungkin juga menyukai