Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI

“CYSTOTOMY PADA KUCING”

Oleh :
MUH. DANAWIR ALWI
C 024 181 021

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Gangguan terhadap vesica urinaria dapat terjadi karena adanya endapan
garam-garam fosfat, oksalat, cystin dan urat pada vesica urinaria. Pertumbuhan
jaringan yang abnormal pada dinding vesica urinaria juga akan merangsang
terbentuknya tumor atau neoplasma yang mengganggu fungsi vesica urinaria
sebagai penampung urin (Martin, 2007)
Cystotomy berarti penyayatan pada dinding vesica urinaria yang berfungsi
untuk mengetahui bagian dalam vesica urinaria. Operasi cystotomy dilakukan
dengan membuka abdomen bagian ventralis kemudian membuka vesica urinaria
(Koesharyono, 2008)
Indikasi melakukan cystotomy adalah mengambil kalkuli yang ada ada
kantong kemih dan uretra, tumor kantung kemih, trauma akibat kecelakaan atau
tertusuk oleh benda runcing, untuk tujuan biopsy, memperbaiki ureter ektopik dan
mengeksplorasi ruptur vesica urinaria yang merupakan abnormalitas yang paling
sering terjadi pada hewan kecil (Fossum, 2002)

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui prosedur operasi cystotomy
b. Untuk mengetahui cara melakukan perawatan pasca operasi pada pasien
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana prosedur untuk operasi cystotomy?
b. Bagaimana cara merawat pasien pasca operasi?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Cystotomy


     Cystotomy adalah operasi membuka kantong kencing (vesika urinari).
Vesica urinaria merupakan organ musculer berongga yang ukuran dan posisinya
tergantung pada jumlah urine didalamnya. Pada keadaan kosong vesica urinaria
mempunyai struktur berdinding tebal, berbentuk seperti buah pir yang terletak
diatas pelvis. Peritonium menutupi bagian cranial dari vesica urinaria, bagian
caudal ditutupi oleh fascia pelvis. Vesica urinaria disuplai oleh arteri-arteri yang
berasal dari arteri pudenda, cabang dari arteri obturatoria dan arteri umbilikalis
(Koeharyono,2008).
Vesica urinaria dibagi menjadi bagian leher atau cervic vesicae yang
dihubungkan dengan urethra, bagian cranial yang tumpul atau fundus vesicae dan
badan vesika urinaria atau corpus vesicae Urin pada vesica urinaria diperoleh dari
ginjal melewati ureter yang kemudian disimpan, setelah disimpan urin
dikeluarkan melewati urethra. Pengeluaran urin dari vesica urinaria disebut
mixturisi. Mixturisi merupakan aktivitas yang dirangsang oleh terjadinya distensi
vesica urinaria karena masuknya urin melalui ureter. Vesica urinaria akan beraksi
terhadap masuknya urin secara bertahap sampai tekanannya cukup tinggi untuk
merangsang pusat reflek yang terdapat di dalam corda spinalis. Hal ini akan
menyebabkan timbulnya kontraksi dinding vesica urinaria melalui saraf-saraf
parasimpatik sacral. Reflek mengosongkan vesica urinaria dicegah oleh kontrol
volunter dari spincter eksternal yang mengelilingi leher vesica urinaria tersebut
(Martin,2007).
 Cystotmy dilakukan terutama untuk mengeuarkan kalkuli yang ada pada
kantong kencing, tumor, trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda
runcing dan untuk tujuan biopsi. Cystotomy juga dapat dilakukan untuk
pengangkatan kistik uretra dan calculi, identifikasi dan biopsi dari bentukan lesi,
perbaikan ureter ektopik, atau diagnosis infeksi saluran kemih resisten terhadap
pengobatan (Abass et al., 2011). 
2.2 Indikasi Dilakukan Cystotomi
     Indikasi cystotomy adalah sebagai tindakan pengobatan saluran
perkencingan seperti tumor, batu kencing, dan jendolan darah paba vesica
urinaria. Cystotomy dilakukan untuk memperbaiki kerusakan pada saluran urin.
Sebelum dilalukan cystotomy terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi dan radiografi untuk meneguhkan diagnose penyakit. Resiko dari
cystotomy antara lain bleeding (perdarahan), infeksi postoperasi, dan urine
leakage (Howe,2002).
Gangguan terhadap vesica urinaria dapat terjadi karena adanya endapan
garam-garam fosfat, oksalat, cystin dan urat pada vesica urinaria. Pertumbuhan
jaringan yang abnormal pada dinding vesica urinaria juga akan merangsang
terbentuknya tumor atau neoplasma yang akan mengganggu fungsi vesica urinaria
sebagai penampung urin. Kondisi seperti itulah yang mendorong untuk
dilakukannya cystotomi (Martin, 2007).
2.3 Komplikasi Umum
Komplikasi yang umum terjadi biasanya berupa pendarahan, infeksi post-
operasi, keluarnya urin yang tidak dapat terkontrol, dan dehisensi (terbukanya
luka kembali). Secara keseluruhan komplikasi jarang terjadi, akan tetapi
komplikasi yang serius dapat menyebabkan kematian sehingga diperlukan
tindakan lebih lanjut. Dalam kasus yang jarang terjadi, kandung kemih mungkin
tidak sembuh dengan baik setelah cystotomy dan urin mungkin mulai bocor ke
perut. Jika hal ini terjadi hewan peliharaan mungkin mulai merasa kurang nyaman
dan menunjukan tanda-tanda berupa perut yang buncit. Jika hewan tidak membaik
setelah operasi atau mulai merasa buruk (nafsu makan berkurang, lesu) segera
lakukan pemeriksaan untuk menguatkan diagnosa penyebab infeksi atau
gangguan. Jika sudah bisa dipastikan bahwa kandung kemih bocor, maka bisa
segera dilakukan operasi untuk memperbaiki (Martin, 2007).
2.4 Pra Operasi
Sebelum tindakan operasi dilaksanakan, hewan terlebih dahulu dilakukan
anamnese, pemeriksaan fisik umum seperti complete blood count (CBC), test
biokimia serum, urinalysis dan EKG. Selain itu radiograph (x-ray) atau abdominal
ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit, dan dipuasakan.
Karena melibatkan pembukaan cavum abdominal, hewan harus diberikan anestesi
umum (inhalasi) atau anestesi epidural, sebelum dilakukan operasi. Anastesi
umum dibutuhkan dalam operasi ini untuk membuat hewan tidak sadar, control
lengkap terhadap rasa sakit, dan relaksan otot. Selain itu anastesi perlu dijaga
dengan memberikan isoflourance + oksigen 100% melalui selang (Martin,2007).
2.5 Premedikasi dan Anesthesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum
pemberian anestesi yang dapat menginduksi jalannya anestesi. Premedikasi
dilakukan beberapa saat sebelum anestesi di lakukan. Tujuan premedikasi adalah
untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi, mengurangi keadaan gawat
anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardia dan muntah selama
anestesi. Pada kasus operasi cystotomi premedikasi dapat dilakukan dengan
pemberian  metadon 0.2 mg/kg IM. Sebelum dilakukan pre anesthesia kucing
dipuasakan semalam. Setelah dilakukan premedikasi selang beberapa menit baru
dilakukan anesthesia (Fossum,2002).
Anestesi yaitu hilangnya rasa sakit. Anestesi yang digunakan adalah
anestesi umum (anestesi inhalasi) atau dengan anestesi epidural.. Pemilihan obat
anestesi umum harus didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu jenis operasi,
lamanya operasi, temperamen hewan, fisiologis hewan dan spesies hewan. Pada
pelaksanaan pembedahan obat anesthesia umum yang lebih sering dipakai dalam
bentuk kombinasi dari pada tunggal, karena pemberian secara tunggal relatif tidak
diperoleh hasil yang memuaskan. Anesthesi umum dapat dilakukan dengan
pemberian Isoflurance pada oksigen atau  secara inhalasi (Fossum,2002).
2.6 Teknik Operasi
Hewan disiapkan secara aseptic untuk pembedahan dengan pendekatan
insisi pada garis median posterior abdomen, tetapi pada anjing jantan bedah
dilakukan agak ke samping. Setelah hewan teranestesi, hewan dibaringkan dengan
posisi rebah dorsal, rambutnya dicukur dari perut dengan gunting, dan selanjutnya
dipasangi kain penutup operasi (drap). Insisi dilakukan pada garis median
posterior abdomen berturut-turut insisi pada kulit, jaringan subkutan, linea alba.
Tepi linea alba kiri dan kanan dijepit dengan allis forcep dan sedikit diangkat
keatas untuk memudahkan identifikasi kantong kencing. Kantong kencing
diangkat ke permukaan dan direfleksikan ke caudal sehingga yang diinsisi
nantinya adalah permukaan bagian dorsal dari kantong kencing. Pasang jahitan
stay suture pada kedua sisi lateral dari kantong kencing untuk memudahkan insisi
pada kantong kencing. Setelah membuka kandung kemih, batu (uroliths)
dikeluarkan dari kandung kemih. Jika dicurigai mengalami tumor, sampel dari
dinding kandung kemih dapat dihilangkan (dipotong) dan dikirim ke laboratorium
untuk diteliti. Ketika infeksi diduga bagian dari dinding kandung kemih dan
sampel dari batu yang telah dikeluarkan yang disiapkan untuk dikultur (untuk
menentukan apa bakteri yang tumbuh) dan kepekaan antibiotik (untuk
menentukan antibiotik bakteri yang paling sensitif terhadap bakteri).
(Grauer,2013)
Apabila kantong kencing penuh berisi urin perlu dilakukan aspirasi urin
agar tidak tumpah kedalam rongga abdomen. Insisi kantong kencing dibuka
selanjutnya dilakukan sesuai dengan tujuan operasinya. Bilamana ada kalkuli
lakukan pengeluaran kalkuli seluruhnya. Kateterisasi perlu dilakukan dari urethra
untuk mendorong kalkuli masuk kedalam kantong kencing. Bilas kantong kencing
sampai bersih dengan menggunakan NaCl fisiologis. Bila akibat trauma pada
kantong kencing perlu dibuat luka baru pada kantong kencing sebelum dilakukan
penjahitan. Penutupan pada kantong kencing dilakukan dengan dua lapis jahitan
yaitu sederhana menerus dan dibantu dengan jahitan pola lembert menerus
menggunakan benang chromic cat gut. Dinding abdomen ditutup berturut-turut
dari linea alba dengan benang vicryl 2-0 dengan pola sederhana terputus, jaringan
subkutan diijahit dengan pola sederhana menerus menggunakan benang plain cat
gut 3-0 atau 2-0 dan kulit luar dijahit dengan benang non absorbable pola
sederhana terputus (Grauer,2013).
2.7 Pasca Operasi
Pada prinsipnya hampir sama dengan nephrotomy, dimana produksi urin
terus dimonitor dengan disertai pemberian cairan infuse Ringer Laktat. Analisis
kalkuli perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kalkuli ulangan. Untuk
memberikan kenyamanan pada hewan, biasanya diberikan obat anti-inflamasi atau
anti nyeri (analgesik), seperti fentanyl (2-5 mg/kg/jam) dalam infuse sangat
efektif untuk mengurangi sakit selama beberapa hari setelah operasi dan antibiotic
juga diberikan sehari 3 kali selama 5 hari atau lebih sampai tidak terjadi infeksi.
Seringkali dilakukan pemasangan kateter selama 1-3 hari. Luka tempat incise
harus dijaga kebersihannya dengan memberikan antiseptika setiap hari. Terapi
penunjang bisa diberikan untuk mempercepat proses kesembuhan, seperti:
membatasi gerak yang berlebihan untuk menjaga jahitan tidak lepas. Jika hewan
peliharaan mengalami batu di kandung kemih atau uretra, maka perlu dilakukan
diet. Diet bisa bervariasi berdasarkan jenis spesifik batu yang terdapat dalam batu
ginjal. Amati sayatan dua kali sehari jika terjadi kemerahan, pembengkakan atau
radang dari luka insisi. Perhatikan warna urin dan apakah tampaknya menjadi
darah-biruan. Juga memperhatikan apakah pada saat hewan buang air kecil
tampaknya mudah atau sulit. Jika terjadi komplikasi segera lakukan tindakan.
Jahitan pada kulit biasanya sudah bisa dibuka 7-14 hari setelah operasi. Walaupun
kantong kemih strukturnya lemah, insisi pada kantung kemih akan cepat sembuh,
dan kesembuhannya dapat mencapai 100% dalam 14-21 hari. kantung kemih akan
membesar setelah prsedur cystotomy, hal ini terjadi karena adanya kombinasi
regenerasi ephitelial, sintesis dan remodeling jaringan luka, hipertropi dan
proliferasi otot polos, dan kantung kemih yang meregang (Howe,2002).
BAB 3
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
a. Alat
Termometer, stetoskop, stopwatch, spoit 1 ml, spoit 3 ml, duk klem,
scalpel dan blade, allis forcep, mosquito klem, pinset anatomis, pinset cirurgis,
gunting tajam tumpul, gunting tajam tajam, needle holder, infuse set, kateter, tali
resteraint, head lamp, tempat penampungan urine, wadah alat dan betadine.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: atropin, ketamin, xylazine,
betadine, kassa steril, benang catgut chromic 4/0 dan 3/0, benang silk, underpad,
alkohol 70%, cairan NaCL, hipafix, nebacetine powder, antibiotik amoxilin,
cefixime, imboost, dan biodin, H2O2.

3.2 Metode
3.2.1 Persiapan Ruangan
Ruangan dibagi menjadi 2 yaitu ruang pre-operasi sebagai ruang untuk
persiapan hewan serta operator dan co-operator. Dan ruang operasi sebagai
ruangan untuk pembedahan. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan, siapkan
alat dan bahan untuk operasi.
3.2.2 Persiapan alat
1) Alat bedah minor untuk cystotomy dicuci dengan air bersih yang mengalir
kemudian dikeringkan sebelum masuk wadah
2) Kemudian alat bedah di masukkan ke autoclave untuk disterilkan.
3) Setelah sterilisasi alat, kemudian alat diatur di meja alat yang dekat meja
operasi.
3.2.3 Persiapan hewan
Hewan yang akan dioperasi dicatat sinyalamen meliputi umur, ras, berat
badan, jenis kelamin, dan tanda khusus, anamnesa serta pemeriksaan fisik
meliputi frekuensi napas, denyut jantung, pulsus, turgor kulit, temperature, CRT
dan pemeriksaan penunjang.
Hewan yang akan dioperasi, harus dipuasakan terlebih dahulu sekitar 6-8
jam. Kemudian ditimbang berat badannya dan rambut dicukur pada bagian ventral
abdomen hingga bersih dan di daerah penis untuk pemasangan kateter.
3.2.4 Pramedikasi
Pramedikasi dilakukan dengan menggunakan atropine sulfat dengan dosis
0,04mg/kg BB secara intramuskuler.
Dosis Atropin = 0,04mg x 2,6 kg
0,25mg/ml
= 0,416 ml
3.2.5 Anaestesi
Anaestesi dilakukan dengan menggunakan kombinasi ketamin dan xylazin
dosis 10 mg/kg BB dan 1 mg/kg BB secara intramuskuler.
Dosis Ketamin = 12mg x 2,6 kg = 0,3 ml
100mg
Dosis Xylazine = 2mg x 2,6 kg = 0,26 ml
20mg/ml

3.2.6 Pemberian cairan infus


Drops infus (maintenance) :
30 x 2,6 kg + 70 = 148 cc
Untuk sehari, maka:
148ml/24 jam= 6,16 cc/jam
Permenit : 6,16 cc/60 detik = 0,102
20 drops = 1cc (adults)
Maka: 0,102 x 20= 2 tetes/menit.

3.2.7 Prosedur Kerja


1. Hewan yang telah teranestesi dengan infus yang terpasang diletakkan di atas
meja operasi yang telah dialasi underpad.
2. Hewan diposisikan pada rebah dorsal (dorsal recumbency). Jika daerah incisi
masih ada rambut, cukur rambut dengan silet. Kemudian daerah incisi
dibersihkan dengan alkohol 70% untuk menghindari kontaminasi.
3. Lakukan pemasangan kateter pada hewan yang akan dioperasi dengan
menggunakan pelicin/vigel.
4. Pasangkan duk pada daerah yang akan diincisi yaitu bagian abdomen caudal
midventral dan difiksasi dengan menggunakan duk klem.
5. Incisi dilakukan pada garis median posterior abdomen berturut-turut incisi
pada kulit, jaringan, subkutan dan linea alba.
6. Tepi linea alba kiri dan kanan dijepit dengan aliis forcep dan sedikit diangkat
keatas untuk memudahkan identifikasi vesica urinaria.
7. Vesica urinaria diangkat ke permukaan dan direfleksikan ke caudal sehingga
yang diincisi nantinya adalah permukaan bagian dorsal dari kantung kemih
8. Pencet vesica urinaria hingga urin keluar semua untuk memudahkan incisi dan
menghindari kontaminasi
9. Pasang jahitan stay suture pada kedua sisi lateral dari vesica urinaria untuk
memudahkan incisi pada vesica urinaria
10. Incisi pada bagian dorsal vesica urinaria yang memiliki pembuluh darah
sedikit atau nonvaskularisasi
11. Lakukan pemeriksaan atau pengecekan terhadap adanya kalkuli, neoplasia
atau indikasi lainnya.
12. Penutupan vesica urinaria dilakukan dengan dua lapis jahitan yaitu simple
interrupted menggunakan benang chromic catgut 4/0. setelah itu lakukan uji
kebocoran, setelah dipastikan tidak bocor, lakukan irigasi dengan
menggunakan NaCl sebelum vesica urinaria dikembalikan ke dalam rongga
abdomen.
13. Muskulus ditutup dengan jahitan simple interrupted, kemudian subkutan
dengan jahitan matrass dan terakhir dengan menggunakan chromic 3/0, jahitan
terakhir yaitu di subkutikular dengan benang chromic 3/0 dengan metode
halsted.
14. Setelah jahitan selesai, oleskan betadine, kemudian taburkan nebacetine
powder.

3.2.8 Perawatan Pasca Operasi


1. Pasien ditempatkan pada kandang yang kering dan bersih.
2. Pasien di monitoring dengan melakukan pemeriksaan fisik
3. Pasien di monitoring urinasinya
4. Pasien diberi makanan Recovery selama 2 hari, kemudian dilanjutkan dengan
whiskas dan dry food
5. Perban diganti setiap hari
6. Luka operasi dikontrol kebersihan, diberikan nebacetine powder dan ditutup
dengan kassa steril dan hipafix
7. Pemasangan Elizabeth collar, agar kucing tidak menjilati dan mengganggu
jahitan
8. Pemberian Antibiotik diberikan secara teratur.
9. Pemberian obat-obatan supportif seperti imboost dan biodin.
10. Jahitan dibuka apabila luka telah mongering.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Seekor kucing domestik bernama yuhu berwarna red-white berumur ± 7
bulan dan dalam keadaan sehat.
4.2 Signalment
Nama : Yuhu
Spesies : Kucing
Breed : Domestik
Warna bulu : Red-White
Jenis kelamin : Jantan
Umur : ± 7 Bulan
Berat badan : 2,6 kg
4.3 Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 38,1 oC (normal: 38-39,5oC),
mukosa hidung normal, konjungtiva normal, frekuensi nafas 32 kali/menit
(normal: 20-30 kali/menit), frekuensi jantung 130 kali/menit (normal: 100-140
kali/menit),capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik (normal:<2detik)
(Orpert dan Welsh, 2002). Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien
dalam keadaan sehat dan tidak mengalami kelainan.
4.4 Pembahasan
Operasi cystotomy dilakukan pada hari senin 8 januari 2018. Operasi
berlangsung selama 3 jam, mulai dari pukul 12.00–15.00 WITA. Setelah
dilakukan operasi, hewan ditempatkan pada kandang kering dan bersih, dengan
alas yang bersih dan dipasangkan elizabeth collar agar pasien tidak menggigit
atau menjilati luka operasi. Setiap hari luka dibersihkan dengan NaCl, diberikan
betadine dan nebacetine powder. Monitoring pasien berupa pemeriksaan fisik dan
urin di lakukan setiap hari.
Dua jam pasca operasi, kondisi hewan terlihat lemah karena pengaruh
anestesi. Monitoring pemeriksaan fisik yaitu suhu 32oC yang dimana dalam
keadaan normal dinyatakan dalam keadaan normal (38,0 – 39,3⁰C) dan napas
sebanyak 16 kali/menit dalam keadaan normal (24 – 40 kali/menit), hal tersebut
menunjukkan bahwa anestesinya belum hilang. Hewan diurinasi melalui kateter
selama 3 hari, Hewan tidak diberikan makan dan minum, sebagai pengganti
diberikan Ringer laktat selama dua hari.
Pada hari pertama pasca operasi (9 januari 2017), hasil pemeriksaan fisik
hewan yaitu suhu 36,7oC, pulsus 100x/menit, frekuensi napas 20x/menit dan
frekuensi jantung 130x/menit. Pemberian obat diberikan secara rutin untuk
membantu proses penyembuhan. Pemberian imboost 1 ml/ hari, biodin 1 ml secra
IM, dan amoxicillin dengan dosis 10-12,5 ml/ kg diberikan selama 5 hari. Hewan
terlihat lebih baik dari hari sebelumnya. Infus belum dilepas. Urinasi lancar dan
terlihat normal. Luka operasi dibersihkan dengan Nacl, kemudian diberikan
iodine, tunggu hingga kering, kemudian taburkan nebacetine powder secara
merata diatas jahitan.
Pada hari kedua (10 januari 2017), evaluasi kondisi pasien yaitu suhu
38,6oC, pulsus 110x/menit, frekuensi napas 36x/menit, frekuensi jantung
138x/menit. Hewan terlihat lebih aktif, nafsu makan meningkat, dan urinasi lancar
dan terlihat normal. Pemberian obat secara rutin. Perban diganti. Kondisi luka
jahitan operasi baik dan normal.
Pada hari ketiga (11 januari 2017), evaluasi kondisi hewan yaitu 37,8 oC,
pulsus 120x/menit, frekuensi napas 36x/menit, dan frekuensi jantung 138x/menit.
Hewan defekasi dan urinasi normal. Nafsu makan pasien bertambah dan kondisi
aktif. Pemberian obat secara rutin. Perban diganti dan luka jahitan operasi
dibersihkan. Terdapat massa jahitan operasi. Ketika massa tersebut di tekan,
kucing tidak kesakitan. Diperkirakan massa tersebut berada di subkutan dan berisi
cairan.
Pada hari keempat (12 Desember 2017), evaluasi kondisi hewan yaitu
suhu 38,7 C, pulsus 100x/menit, frekuensi napas, 36x/menit, frekuensi jantung
139x/menit. Nafsu makan baik, pakan diganti dengan wet food Whiskas. Kateter
dibuka. Defekasi dan urinasi normal dan lancar. Jahitan subkutikular terbuka,
maka dilakukan perawatan luka terbuka dengan cara membersihkan luka dengan
NaCl dan H2O2, selanjutnya bagian subkutan diberi gula pasir, kemudian dibalut
dengan kasa steril.
Pada hari kelima (13 januari 2017), evaluasi kondisi hewan yaitu suhu
38,6oC, pulsus 110/menit, frekuensi napas 36x/menit, dan frekuensi jantung
135x/menit. Urinasi dan defekasi normal dan lancar. Nafsu makan bagus, pasien
aktif, lincah dan bersemangat. Luka yang terbuka mulai tampak membaik, perban
diganti dan luka dibersihkan dan ditutup. Pemberian obat diberikan secara rutin
dan teratur.
Pada hari ke enam (14 januari 2017), evaluasi kondisi hewan terlihat
normal, lincah, nafsu makan bagus, minum bagus, aktif, urinasi lancar, tidak
ditemukan adanya ascites dibagian perut, pemberian antibiotik amoxicillin
dilanjutkan dengan antibiotik cefixime dengan dosis anjuran 5- 12,5 ml/kg dan
diberikan selama. pengobatan luka terbuka terus dilakukan.
Pada hari ketujuh (15 januari 2016), evaluasi kondisi pasien terlihat
normal, seperti hari-hari sebelumnya. Pakan diganti dengan dry food. Urinasi dan
defekasi normal dan lancar. Terlihat massa kembali pada daerah jahitan operasi.
Luka terbuka sudah tampak mulai menyusut.
Pada hari kedelapan (16 januari 2017), evaluasi kondisi hewan terlihat
normal, pasien aktif dan nafsu makan bagus. suhu 38,6 C, pulsus 100x/menit,
frekuensi napas 36x/menit, frekuensi jantung 130x/menit. Luka jahitan yang
terbuka semakin terlihat membaik
a. Monitoring Post Operasi
Hari- Suhu Denyut Respirasi
ke jantung
1 32 80 16
33 92 18
2 36 100 20
38,7 132 36
3 38,6 136 36
38,6 144 36
4 37,8 136 36
5 38,3 144 36
6 38,7 136 36
7 38,7 144 36
8 38,3 140 36
9 38,6 136 36
b. Treatment Post Operasi
 Infus
Kebutuhan Perhari
= 30 x 2,6 + 70
= 148 ml
= 148/24
= 6,16 ml/ jam
Kebutuhan Permenit
= 6,16/ 60
= 0,10 ml/ menit
Adult =>20 drops (tetes) = 1 cc (ml)
Jadi, = 0,10 x 20 = 2.05 = 2
= 2 drops (tetes) / menit
 Amoxicilin
Dosis Amoxicillin = 125 mg/ 5 ml
= 25 ml
= 29 mg/ 25ml
= 1,8 ml / satu kali minum
Pemberian sekali dalam sehari (5-7 hari).
 Cefixime
Dosis Cefixime = 100mg/ 5ml
= 20 ml
= 13 mg/ 20 mg
= 0,65 ml / satu kali minum (7-14 hari)
Pemberian sekali dalam sehari
 Imboost kids
P.O : 1 cc (ml) 1 kali dalam sehari
 Biodin
IM : sebanyak 3 -4 kali dengan interval 2 – 5 hari.
Kandungan :
- ATP : 0,100 g
- Mg Aspartate : 1,500 g
- K. aspartate : 1,000 g
- Na, selenite : 0,100 g
- Vitamin B12 : 0,050 g
- Exciplent qs : 100 ml
Frekuensi 12 jam selama 3 hari
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Cystotomy adalah tindakan operasi untuk membuka vesica urinaria dengan
indikas adanya kalkuli, neoplasia atau kelainan yang terjadi di vesica urinari.
Pemberian obat yang tepat dan teratur mempengaruhi perawatan pasca operasi.

5.2 Saran
Proses penanganan cytostomy harus segera di tangani untuk mengurangi
rasa sakit hewan pada saat mengeluarkan urine dan menghindari infeksi pada
saluran urinaria.
DAFTAR PUSTAKA

Grauer, G.F.; Twedt, D.C.; Mero, K.N. Evolution of laparoscopic for obtaining
renal biopsy specimens from dogs and cats. J. Am. Vet. Med. Assoc.
Howe L.M., Boothe H.W. Jr. (2002). Diagnosing and treating portosystemic
shunts in dogs and cats.
Fossum, Theresa dkk. 2002. Small Animal Surgery 2nd Edition. Cina :
Mosby.Martin, Corole. 2007. Textbook of Veterinary Surgical Nursing. Elsivier.
Plumb, Donald, 2008. Plum’b Veterinary drug handbook 6th Edition, IOWA
:Blackwell Publishin.
Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RA. 2011. Diagnostik
Klinik Hewan Kecil. Bogor (ID): IPB Pr.
LAMPIRAN

Suasana diruang operasi penyayatan peritoneum

Penyayatan Vesica Urinary Vesica Urinary yang telah dijahit

Perawatan pasca operasi Hari ke 3 post operasi


Hari ke 4 post operasi Hari ke 6 post operasi

Hari ke 7 post operasi Nafsu makan baik

Hasil USG sebelum Operasi

Anda mungkin juga menyukai