Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RISNA RISYANI

NIM : O11112004

TUGAS IMUNOLOGI

“PROSES TANGGAP KEBAL TUBUH TERHADAP INFEKSI VIRUS”

Peran antibodi dalam menetralkan virus terutama efektif untuk virus yang bebas
atau virus dalam sirkulasi. Proses netralisasi virus dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya dengan cara menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat
pada permukaan sel, sehingga virus tidak dapat menembus membran sel, sehingga virus
tidak dapat menembus membran sel; dengan demikian replikasi virus dapat dicegah.
Antibodi dapat juga mengahancurkan virus dengan cara aktivasi komplemen melalui
jalur klasik atau menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis dan
dihancurkan melalui proses yang sama seperti diuraikan diatas.
1. Respons imun nonspesifik terhadap infeksi virus
Secara jelas terlihat bahwa respons imun yang terjadi adalah timbulnya
interferon dan sel Natural Killler (NK) dan antibodi yang spesifik terhadap virus
tersebut. Permukaan sel yang terinfeksi virus mengalami modifikasi, terutama dalam
struktur karbohidrat, menyebabkan sel menjadi target sel NK. Sel NK mempunyai
dua jenis reseptor permukaan. Reseptor pertama merupakan killer activating
receptors, yang terikat pada karbohidrat dan struktur lainnya yang diekspresikan
oleh semua sel. Reseptor lainnya adalah killer inhibitory receptors, yang mengenali
molekul MHC kelas I dan mendominasi signal dari reseptor aktivasi. Oleh karena
itu sensitivitas sel target tergantung pada ekspresi MHC kelas I. Sel yang sensitif
atau terinfeksi mempunyai MHC kelas I yang rendah, namun sel yang tidak
terinfeksi dengan molekul MHC kelas I yang normal akan terlindungi dari sel NK.
Produksi IFN-α selama infeksi virus akan mengaktivasi sel NK dan meregulasi
ekspresi MHC pada sel terdekat sehingga menjadi resisten terhadap infeksi virus.
Sel NK juga dapat berperan dalam ADCC bila antibodi terhadap protein virus terikat
pada sel yang terinfeksi.
Mekanisme utama respons nonspesifik terhadap virus, yaitu: Infeksi virus
secara langsung yang akan merangsang produksi IFN oleh sel-sel terinfeksi; IFN
berfungsi menghambat replikasi virus. Peran IFN sebagai anti virus cukup besar,
khususnya IFN-α dan IFN-β. Dampak antivirus dari IFN terjadi melalui :
a) Peningkatan ekspresi MHC kelas I
b) Aktivasi sel NK dan makrofag
c) Menghambat replikasi virus. Ada juga yang menyatakan bahwa IFN
menghambat penetrasi virus ke dalam sel maupun budding virus dari sel yang
terinfeksi.

Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel, walaupun virus
menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC klas I. IFN tipe I akan
meningkatkan kemampuan sel NK untuk memusnahkan virus yang berada di dalam
sel. Selain itu, aktivasi komplemen dan fagositosis akan menghilangkan virus yang
datang dari ekstraseluler dan sirkulasi.

2. Respons imun spesifik terhadap infeksi virus


Mekanisme respons imun spesifik ada dua jenis yaitu respons imunitas
humoral dan selular. Respons imun spesifik ini mempunyai peran penting yaitu :
a. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain menghambat
perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada permukaan sel sehingga virus
tidak dapat menembus membran sel, dan dengan cara mengaktifkan komplemen
yang menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis.
b. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis.

Molekul antibodi dapat menetralisasi virus melalui berbagai cara. Antibodi


dapat menghambat kombinasi virus dengan reseptor pada sel, sehingga mencegah
penetrasi dan multiplikasi intraseluler, seperti pada virus influenza. Antibodi juga
dapat menghancurkan partikel virus bebas melalui aktivasi jalur klasik komplemen
atau produksi agregasi, meningkatkan fagositosis dan kematian intraseluler.

Kadar konsentrasi antibodi yang relatif rendah juga dapat bermanfaat


khususnya pada infeksi virus yang mempunyai masa inkubasi lama, dengan
melewati aliran darah terlebih dahulu sebelum sampai ke organ target, seperti virus
poliomielitis yang masuk melalui saluran cerna, melalui aliran darah menuju ke sel
otak. Di dalam darah, virus akan dinetralisasi oleh antibodi spesifik dengan kadar
yang rendah, memberikan waktu tubuh untuk membentuk resposn imun sekunder
sebelum virus mencapai organ target.

Infeksi virus lain, seperti influenza dan common cold, mempunyai masa


inkubasi yang pendek, dan organ target virus sama dengan pintu masuk virus.
Waktu yang dibutuhkan respons antibodi primer untuk mencapai puncaknya
menjadi terbatas, sehingga diperlukan produksi cepat interferon untuk mengatasi
infeksi virus tersebut. Antibodi berfungsi sebagai bantuan tambahan pada fase
lambat dalam proses penyembuhan. Namun, kadar antibodi dapat meningkat pada
cairan lokal yang terdapat di permukaan yang terinfeksi, seperti mukosa nasal dan
paru. Pembentukan antibodi antiviral, khususnya IgA, secara lokal menjadi penting
untuk pencegahan infeksi berikutnya. Namun hal ini menjadi tidak bermanfaat
apabila terjadi perubahan antigen virus.

Respons imunitas seluler merupakan respons yang penting terutama pada


infeksi virus nonsitopatik. Respons ini melibatkan sel T sitotoksik yang bersifat
protektif, sel NK, ADCC dan interaksi dengan MHC kelas I sehingga menyebabkan
kerusakan sel jaringan. Dalam respons infeksi virus pada jaringan akan timbul IFN
(IFN-a dan IFN-b) yang akan membantu  terjadinya respons imun yang bawaan dan
didapat. Peran antivirus dari IFN cukup besar terutama IFN-a dan IFN-b.

Kerja IFN sebagai antivirus adalah :

 Meningkatkan ekspresi  MHC kelas I


 Aktivasi sel NK dan makrofag
 Menghambat replikasi virus
 Menghambat penetrasi ke dalam sel atau budding virus dari sel yang terinfeksi.

Limfosit T dari pejamu yang telah tersensitisasi bersifat sitotoksik langsung


pada sel yang teinfeksi virus melalui pengenalan antigen pada permukaan sel target
oleh reseptor αβ spesifik di limfosit. Semakin cepat sel T sitotoksik menyerang
virus, maka replikasi dan penyebaran virus akan cepat dihambat.

Sel yang terinfeksi mengekspresikan peptida antigen virus pada permukaannya


yang terkait dengan MHC kelas I sesaat setelah virus masuk. Pemusnahan cepat sel
yang terinfeksi oleh sel T sitotoksik αβ mencegah multiplikasi virus. Sel T
sitotoksik γδ menyerang virus (native viral coat protein)  langsung pada sel target.

Sel T yang terstimulasi oleh antigen virus akan melepaskan sitokin seperti
IFN-γ dan kemokin makrofag atau monosit. Sitokin ini akan menarik fagosit
mononuklear dan teraktivasi untuk mengeluarkan TNF. Sitokin TNF bersama IFN-γ
akan menyebabkan sel menjadinon-permissive, sehingga tidak terjadi replikasi virus
yang masuk melalui transfer intraseluler. Oleh karena itu, lokasi infeksi dikelilingi
oleh lingkaran sel yang resisten. Seperti halnya IFN-α, IFN-γ meningkatkan
sitotoksisitas sel NK untuk sel yang terinfeksi. 

Antibodi dapat menghambat sel T sitotoksik γδ melalui reaksi dengan antigen


permukaan pada budding virus yang baru mulai, sehingga dapat terjadi proses
ADCC. Antibodi juga berguna dalam mencegah reinfeksi.

Penyembuhan infeksi virus pada umumnya diikuti imunitas jangka panjang.


Pengenalan sel target oleh sel T sitotoksik spesifik virus dapat melisis sel target
yang mengekspresikan peptida antigen yang homolog dengan region berbeda dari
protein virus yang sama, dari protein berbeda dari virus yang sama atau bahkan dari
virus yang berbeda. Aktivasi oleh virus kedua tersebut dapat menimbulkan memori
dan imunitas spontan dari virus lain setelah infeksi virus inisial dengan jenis silang.

Anda mungkin juga menyukai