Anda di halaman 1dari 60

Seleksi Pejantan, Koleksi,

Evaluasi, Pengenceran
semen, dan Pembekuan
Semen Sapi

Fadeli Bermani, S.KH 2002501010001


Ade Ismanadia, S.KH 2002501010002
Ade Widya Yunanda, S.KH 2002501010003
Adhea Prestiya, S.KH 2002501010004
Alfi Wiratama Elpasha Ginting, S.KH 2002501010005
Seleksi Pejantan

Pejantan menyumbang 50%


materi genetik pada setiap
anak, peranannya kontribusi
pejantan jauh lebih besar
karena jumlah keturunan atau
anak yang lebih banyak. Oleh
karena itu, setiap perbaikan
mutu genetik pejantan akan
berdampak pada meningkatnya
materi genetik suatu populasi
yang luas (Bahrun et al.,2017) 2
Apa saja yang harus
diperhatikan?

Skor Kondisi Warna Bulu Libido dan Lingkar


Produksi Semen
Umur dan Bobot Badan Tubuh dan Scrotum
Ukuran Tubuh

3
Umur dan Bobot Badan
Produkstivitas seekor ternak ditentukan
oleh faktor genetik, lingkungan dan
umur. Performa seekor ternak
merupakan hasil dari pengaruh faktor
genetik dan pengaruh komulatif dari
faktor lingkungan yang dialami oleh
ternak tersebut (Baharun et al., 2017).

4
Skor Kondisi Tubuh dan Ukuran Tubuh

Skor kondisi tubuh (SKT) merupakan parameter yang dapat dipakai


untuk mengevaluasi status nutrisi pada sapi potong (Baharun et al.,
2017). Kondisi tubuh adalah suatu indikasi penyimpanan cadangan
energi oleh ternak potong yang merupakan faktor penting yang dapat
memengaruhi produksi maupun performan reproduksi (Jelantik,2010).

5
Tinggi Pundak (a) : Jarak dari permukaan yang rata sampai bagian tertinggi pundak
melewati bagian scapulla secara tegak lurus, diukur dengan menggunakan tongkat ukur.
Panjang Badan (b): Jarak dari bongkol bahu (tuberositas humeri) sampai ujung tulang
duduk (tuber ischii), diukur dengan menggunakan tongkat ukur. Lingkar Dada (c) :
melingkarkan pita ukur pada bagian dada belakang bahu, diukur dengan pita ukur

6
Warna Bulu

Biasanya sapi bali jantan yang sudah


mencapai pubertas akan berubah warna
tubuhnya dari coklat menjadi hitam.
suatu gen yang disebut Extension locus
yang mengatur enzim tyrosinase. Apabila
kandungan enzim tyrosinase rendah,
maka kandungan pigmen phaeomelamin
akan tinggi, namun apabila kandungan
enzim tyrosinasenya tinggi maka yang
diproduksi adalah eumelamin (Baharun
et al., 2017). 7
Libido dan lingkar scrotum

 Lingkar scrotum merupakan parameter yang


dijadikan kriteria dalam program breeding pada
ternak sapi potong karena mudah dilakukan
dan memiliki korelasi dengan genetik dan libido
 Lingkar scrotum menunjukkan korelasi antara
genetik dengan pubertas. Penilaian lingkar
scrotum penting dalam penilaian reproduksi
pada pejantanpejantan muda (Waldner et al.,
2010).
 Libido pejantan merupakan aspek
fungsireproduksi sangat penting dan perlu
diperhatikan, walaupun hasil makro dan mikro
bagus jika tidak ada rasa ingin kawin (libido)
maka tingkat fertilitas menurun. 8
Kemampuan Sangat Baik
Libido 4 menit

Baik 5
menit
Kurang Baik
5-10 menit
Rendah >10 menit 9
Faktor yang mempengaruhi libido

Penyakit Umum

Gangguan keseimbangan hormon

Gangguan syaraf lumbal dan sakral

Pemakaian jantan yang berlebihan


10
Lingkar Scrotum

Umur < 15 bulan = 30 cm

Umur >15-18 bulan = 31 cm

Umur >18 -21 bulan = 32 cm

Umur >21 bulan = >32 cm

11
Produksi semen

Tingkat kualitas semen yang diproduksi


mempengaruhi keberhasilan IB. Volume
semen sapi berkisar antara 2-15 ml
dengan rata-rata 4-8 ml, dengan warna
normal semen sapi adalah putih keruh,
putih susu, krem dan krem kekuningan
sampai warna keabuabuan dengan
konsistensi encer sampai dengan sedang
serta pH semen mamalia berkisar antara
6-7,5 (Arifiantini, 2012).
12
Koleksi Semen
Koleksi semen atau penampungan
semen adalah suatu upaya yang
dilakukan oleh kolektor untuk
mendapatkan semen dari seekor
pejantan secara sengaja

13
Koleksi Semen

Ada beberapa cara yang dapat digunakan


diantarnya : vagina buatan, elektroejakulator dan
masase. Semen ditampung sebanyak 2 kali
dalam satu minggu. Sebelum penampungan
dibersihkan tempat penampungan, preputium
serta membiarkan pejantan untuk melakukan
false mounting (Herdis,2012).

14
Vagina Buatan

Elektroejakulator

Massage

15
Vagina Buatan

Metode yang paling efektif, tidak


rumit, semen yang dihasilkan
lebih steril dan berkualitas
maksimal. Vagina buatan yang
akan digunakan diolesi vaseline
agar vagina buatan menjadi licin.
Digunakan air panas dengan
temp. antara 50 – 700 C untuk
mencapai temperature vagina
buatan antara 35 – 400 C.

16
Struktur dari alat ini adalah sebagai berikut
:
 Lapisan luar yang terbuat dari bahan plastik
atau karet
 Lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon
yang lembut, karena lapisan ini adalah tempat
masuknya penis, sehingga tidak menyebabkan
iritasi pada penis.
 Saluran tempat masuknya air dan udara.
 Selongsong penampungan.

17
Keuntungan

Paling baik

Semen yang didapatkan Kerugian


bersih
Perlu latihan
Konsentrasi tinggi

Pemasangan harus benar

Libido tinggi
18
Elektroejakulator
Biasanya digunakan untuk pejantan
yang memiliki kualitas genetik
tinggi tapi ada masalah dalam
perkawinan baik psikis/fisik.
Biasanya menggunakan probe (alat
listrik) dimasukkan kedalam rektum
dengan maksimal 30 volt (Lutfi et
al., 2015)

19
Metode menampung
semen dengan Electro
Ejaculator
 Dipergunakan untuk hewan
yang tidak mampu menaiki
hewan pemancing atau yang
tidak biasa melayani vagina
buatan.
 Alat berbentuk batang karet
dengan panjang 60 cm dan
diameter 5 cm yang berisi
gelang-gelang elektrode yang
bisa dialiri listrik, dimasukkan
ke rektum dan ditekan pada
dasar pelvis.
 Stimulasi diberikan secara
ritmik 5-10 detik.

20
Ke Untungan

Mudah dilakukan
Ke Rugian
Bisa untuk pejantan lumpuh
Jika sering maka lemah syahwat
Bisa untuk pejantan libido
rendah
Kadang ejakulasi tanpa ereksi

Kons Spz rendah


21
Massage
Metode penampungan semen melalui
pengurutan dapat diterapkan pada ternak
besar (sapi, kerbau, kuda), dan pada
ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada
ternak besar metode pengurutan ampulla
dan vas deferens diterapkan apabila
hewan jantan tersebut memiliki potensi
genetik tinggi akan tetapi tidak mampu
melakukan perkawinan secara alam, baik
karena libido rendah atau mempunyai
masalah dengan kakinya (lumpuh atau
pincang/cedera).

22
Metode menampung
semen secara
massage/pengurutan :
 Tangan masuk ke dalam
rektum untuk mengurut
ampulla vas deferens dan
kelenjar vesikularis ke
depan dan ke belakang ±
selama 2 menit.
 Perlu keterampilan khusus
 Penis perlu dicuci dgn air
hangat dan NaCl fisiologis
 Kualitas semen cenderung
rendah

23
Keuntungan

Bisa untuk pejantan lumpuh


Kerugian

Bisa untuk pejantan libido Perlu pengalaman dan


rendah keterampilan

Respon pejantan tidak semua


sama

Semen kurang bersih


24
Evaluasi Semen

Evaluasi semen merupakan


suatu kegiatan yang harus
dilakukan untuk mengetahui
kualitas semen, baik dilakukan
secara makroskopik (evaluasi
awal) yaitu sesaat setelah
semen dikoleksi, maupun
evaluasi secara mikroskopik
(evaluasi lanjut) (Prastowo et
al.,2018)
25
Volume

Keasam makroskopik Warna


an (pH) dan Bau

Kekentalan
26
Volume
Banyaknya volume semen
berbeda menurut umur, bangsa,
ukuran badan, kualitas pakan
yang dikonsumsi, dan frekuensi
koleksi semen.
Kisaran normal volume semen
sapi berkisar antara 3,2-7,3 ml
(Hartanti et al.,2012) dan
Arifiantini (2012) menyatakan
bahwa rataan volume semen sapi
adalah 4-8 ml
27
Tenik pelaksanaan evaluasi secara
makroskopik untuk volume semen adalah
sebagai berikut

 Ambil tabung berskala yang berisi


semen

 Letakkan tabung pada tempat


khusus dengan posisi tegak lurus
 Arahkan angka (skala) tabung
pada arah sinar dengan jarak
sekitar 30 cm
 Amati permukaan semen dan lihat
angka yang sesuai dengan
permukaan tersebut

28
Warna dan Bau
Semen
semen sapi yang baik berwarna susu atau
krem keputihputihan dan keruh. Warna
semen sapi di pengaruhi oleh konsentrasi
dan konsistensi sehingga semakin encer
sperma maka semakin rendah dan warna
semakin pucat (Garner dan Hafez, 2016).
Warna sperma juga dipengaruhi oleh
bangsa dan musim (Aisah et al., 2017).
konsentrasi Volume semen setiap kali
ejakulasi pada hewan berbeda beda
pada sapi 5-8 ml. 29
Teknik pelaksanaan evaluasi warna
semen adalah sebagai berikut

 Tekniknya sama dengan untuk evaluasi volume


semen, hanya fokus pengamatannya adalah
pada warna semenLetakkan tabung pada tempat
khusus dengan posisi tegak lurus
 warna semen sapi normal umumnya krem
keputih-putihan
 jika warna semen hijau kekuning-kuningan
berarti mengandung pseudomonas auroginosa,
yaitu bakteri yang menyebabkan radang kronis
pada saluran reproduksi
 jika semen berwarna kemerah-merahan berarti
terkontaminasi dengan darah
 jika semen berwarna kecoklat-coklatan berarti
mengandung darah yang telah membusuk 30
Kekentalan
(viskositas)

Evaluasi kekentalan semen


dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
a) menggoyang-goyangkan semen
dalam tabung
b) pengukuran menggunakan
benang.

31
Teknik pelaksanaan evaluasi viskositas
semen tanpa alat adalah sebagai berikut

 jika evaluasi tanpa menggunakan alat,


maka tabung semen digoyang-goyangkan
perlahan-lahan, dan semen yang ada di
dinding tabung akan turun ke dasar
tabung
 semakin lama proses penurunan semen
ke arah dasar tabung menunjukkan
semennya kental, dan sebaliknya
 semakin kental semen yang dievaluasi
berarti semakin baik kualitas semen
tersebut.
32
Teknik pelaksanaan evaluasi viskositas
semen memakai alat adalah sebagai
berikut

 ambil seutas benang steril lalu


dimasukkan ke dalam semen
 angkat benang ke atas perlahan-lahan
sembari diletakkan penggaris di samping
tabung
 amati angka pada garisan tepat tempat
semen terputus dari benang saat
diangkat
 semakin besar angka yang diperoleh,
maka semakin kental semen tersebut,
dan berarti kualitas semennya semakin
baik
33
Keasaman atau pH

Keasaman atau pH semen perlu diukur untuk


memastikan bahwa cairan semen hasil
penampungan memiliki karakteristik yang
normal. Derajat keasaman (pH) semen
sangat menentukan status kehidupan
spermatozoa di dalam semen (Garner dan
Hafez, 2016). Akibat metabolisme
spermatozoa dalam keadaan anaerobik,
maka timbunan asam laktat sebanding
dengan kenaikan pH, dan pH berpengaruh
terhadap daya tahan hidup spermatozoa. pH 34

normal semen sapi adalah sekitar 6,8.


Penggunaan pH meter akan efektif
untuk mengukur pH semen

 Siapkan satu lembar kertas indikator pH.


Pegang pangkalnya dan jangan sekali-
sekali menyentuh bagian ujung yang
mengandung bahan indicator
 Hisap sedikit semen menggunakan pipet
hisap. Lalu teteskan semen tersebut pada
ujung kertas indikator pH.
 Amati perubahan warna pada kertas
indikator pH kemudian cocokkan dengan
skala yang tertera pada kemasan kertas
indikator
35
Gerakan
Massa

Pemeriksaan Gerakan
abnormal Individu
spermatozoa

mikroskopik

Pemeriksaan
hidup mati Konsentrasi
spermatozoa sperma total

Mortilitas
spermatozoa 36
Gerakan Massa

Gerakan massa spermatozoa merupakan


gerakan bersama-sama sekelompok sel
spermatozoa dengan arah yang
berlawanan dengan jarum jam (Komariah
et al., 2020). Pergerakan koloni
spermatozoa yang semakin cepat dan
pekat tentunya memungkinkan tingkat
keberhasilan IB. Kriteria gerakan massa
spermatozoa paling baik (Zulyazaini et
al., 2016).

37
cara: Teteskan 1 tetes sperma
pada object glass periksa
dibawah mikroskop 10x10
+++ = Gelombang besar dan
banyak
++ = Gelombang besar
+ = Gelombang kecil dan
sedikit
jumlahnya
38
(Romadhoni et al., 2014)
Gerakan Individu
Perbedaan gerakan individu ini
dipengaruhi oleh warna, jumlah
volume, konsentrasi, konsistensi,
gerakan massa, pH dan motilitas
spermatozoa semen segar dari
seekor pejantan (Gordon, 2017)

39
Gerakan Individu

cara: Teteskan 1 tetes Sperma pada


object glass dan tutup dengan cover
glass
Progresif = Gerakan maju
Oscilatory = Gerakan berputar
Necrospermia= Spermatozoa tidak
bergerak
(Yendraliza et al., 2019)
40
Konsentrasi
Spermatozoa Total

Konsentrasi spermatozoa semen sapi pejantan dipengaruhi


oleh besar testis dan frekuensi penampungan semen yang
dilakukan. Menyatakan bahwa perbedaan konsentrasi
spermatozoa antar pejantan disebabkan karena kualitas
genetik pada masing-masing pejantan. konsentrasi
spermatozoa pada sapi jantan dewasa normalnya berkisar
antara 800-1 200 juta-1 mL-1 semen. (Komariah et al.,
2020). Perbedaan konsentrasi sperma antara sapi jantan
dipengaruhi oleh umur pejantan (Benson et al., 2012).
Selain itu produksi spermatozoa tergantung pada jumlah
jaringan aktif testis dan berat badan (Yendraliza et 41al.,
2019).
Konsentrasi
Berdasarkan Warna
dan Kekentalan

Skore Warna dan kekentalan Kosentrasi sperma

5 Krem kental 4,50-6,00


4 Krem 3,50-4,50
3 Krem encer 2,50-3,50
2 Putih susu 1,00-2,50
1 Keruh 0,30-1,00
0 Bening encer 0
42
Konsentrasi berdasarkan warna Jarak antar Kepala Sperma

Kriteria Keterangan Kosentrasi


sperma
(x𝟏𝟎𝟔 sel/ml)
Densum Jarak antar kepala 1000-2000
spermatozoa<1 kepala
spermatozoa
Semi densum Jarak antar kepala 500-1000
spermatozoa 1 kepala
spermatozoa
Rarum Jarak antar kepala 200-500
spermatozoa >1 kepala
spermatozoa
Oligospermia arak antar kepala <200
spermatozoa >1 1/2 kepala
spermatozoa
Necrospermia Tidak ada spermatozoa 0 43
Perhitungan Konsentrasi
Menggunakan Pipet Haemacytometer

 Semen dihisap dengan pipet eritrosit sampai


angka 0,5 + pengenceran (NaCl 3%+ eosin)
sampai angka 101
 Teteskan pada papan hitung neubauer
 Dihitung jumlah sel spermatozoa dalam 5
kotak besar.

44
Mortilitas
Spermatozoa

Nilai motilitas spermatozoa


sapi berkisar antara 70
sampai 80% (Garner dan
Hafez 2016)
Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan
Nilai Motilitas Spermatozoa

Umur
Mortilitas (%)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑗𝑢
= 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Bangsa
(Yendraliza et al., 2019)

Kematangan spermatozoa

Kualitas plasma spermatozoa

46
Hidup mati
spermatozoa
persentase spermatozoa hidup
lebih tinggi dari persentase
motilitas, dikarenakan bahwa
spermatozoa yang hidup tidak motil
progresif, tetapi sebenarnya masih
hidup sehingga tidak terpapar pada
saat fiksasi. (Zulyazaini et al.,
2016) .

47
cara: Teteskan 1 tetes Spz dan 1
tetes zat warna pada objek glass
periksa dibawah mikroskop 400x
Hidup = Tidak berwarna
Mati = kepala berwarna merah
(Romadhoni et al., 2014)
𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
Hidup mati sperma (%) = 𝑥 100%
𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑀𝑎𝑡𝑖

(Yendraliza et al., 2019) 48


Pemeriksaan Spermatozoa
yang Abnormal
Abnormalitas spermatozoa yang layak untuk dilanjutkan untuk semen
beku adalah abnormalitas yang kurang dari 20% (Sukmawati et
al.,2014Abnormalitas primer disebabkan oleh kegagalan proses
spermatogenesis atau spermiogenesis, faktor genetik, penyakit dan
kondisi lingkungan yang tidak sesuai (Manjunath, 2012). Sedangkan
abnormalitas yang disebabkan oleh faktor kesalahan dalam pengerjaan
dikatakan abnormalitas sekunder, yang termasuk kedalam abnormalitas
primer yaitu pearshape, macrocephalus, microcephalus, detached head,
dan kelainan spermatozoa yang termasuk kedalam abnormalitas sekunder
yaitu kepala saja (tanpa ekor), leher bengkok, ekor melingkar dan ekor
bunting (Yendraliza et al., 2019)
49
Bentuk abnormalitas primer:
 Ukuran kepala lebih besar
atau lebih kecil
 Kepala ganda atau ekor
ganda
 Bentuk kepala tidak normal

Bentuk abnormalitas sekunder:


 Kepala pecah
 Ekor putus
 Ekor melipat, terpilin, atau
tertekuk
𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
abnormalitas sperma = 𝑥 100%
𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙+𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙

Semen sapi umumnya mengandug sperma


abnormal 5-35%

(Pubiandara et al., 2016)

51
Pengenceran Semen

bertujuan untuk mendapatkan


jumlah semen yang lebih banyak
sebelum diinseminasikan dan
mempertahankan kualitas semen
sebelum disemprotkan kedalam
alat reproduksi betina (Effendi et
al., 2017).

52
Syarat Bahan Pengencer

Harus dapat menyediakan nutrisi bagi


kebutuhan spermatozoa selama penyimpanan

Harus memungkinkan sperma dapat bergerak


secara progresif
Hartanti et al., 2012
Tidak bersifat racun

Mencegah Perubahan pH

53
Melindungi sperma dari cekaman dingin
Bahan Pengencer

Sitrat-Kuning Telur Tris-Kuning Telur

Susu skim-kuning Air Kelapa- Kuning Telur


telur

Yohana et al., 2014


Andromed
54
Proses Pembuatan Tris-Kuning Telur

Tris (3,049 g), asam sitrat (1,70 g), fruktosa (1,25 g),
ditambahkan dengan kuning telur 20%, dan antibiotik
penisilin dan streptomycin 1% Rizki et al., 2018

Pengencer ini dibuat dengan perbandingan


dilarutkan ke dalam 100 ml aquabidest steril.
4:1 (80 ml tris + 20 ml kuning telur)

simpan dalam lemari pendingin dengan


suhu 5°C sampai digunakan. 55
PEMBEKUAN Untuk mengetahui presentase hidup dan gerak
individu semen. Standar minimal semen yang
PEMERIKSAAN BEFORE dapat diproduksi, yaitu 5% spermatozoa hidup
FREEZING dan progresif

Identifikasi mini straw dengan memberi nama,


PRINTING STRAW kode penjantan, kode pembuatan, bangsa dan
produsen

Proses pengisian semen yang telah diencerkan


FILLING dan SEALING kedalam straw (0,25 ml) dengan menggunakan
alat yang bekerja secara otomatis (pengemasan
dilakukan didalam lemari pendingin/ cool top
dengan suhu 3-50’C

Dilakukan dengan menyusun straw diatas rak (±


PRE FREEZING atau sebelum 4cm) dan dihitung jumlahnya, proses pembekuan
pembekuan semen dilakukan diatas permukaan N2 berisi dibawahnya
cair dalam storage countainer 100-120;c selama 9
56
menit.
FREEZING atau pembekuan
semen

Setelah pre-freezing selesai, semen disimpan ke


dalam goblet dan dicelupkan ke dalam N2 cair
dengan suhu -196’C.

Goblet yang berisi straw


semen.

Pendinginan semen yang telah diencerkan


mendekati 0’C merupakan suatu periode
adaptasi spermatozoa untuk mengurangi
metabolisme.
57

Storage container (yang berisi N2 cair)


Daftar Pustaka
Aisah S., Isnain,N.I. dan Wahyuningsih,S. (2017). Kualitas semen segar dan recovery rate sapi bali pada musim yang berbeda.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1): 63–7.
Arifiantini, I. (2012). Teknis Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. IPB Press, Bogor.
Baharun, A., Belli, H. dan Hine, T.M. (2017). Karakterisyik pejantan muda sapi bali pada peternakan rakyat didesa Merbaun
kabupaten Kupang. Jurnal Peternakan Nusantara, 3(1) : 2442-2541
Benson, J.D.E., Woods, J., Walters, E.M., Critser,J.K. (2012). The cryobiology of spermatozoa. Theriogenology 78(8): 1682–1699.
Effendi, F.I., Wahjuningsih, S. dan Ihsan, M.N. (2017). Pengaruh pengencer Tris Aminomethane kuning telur yang disuplementasi
sari kulit Manggis (Garcinia Mangostana) terhadap kualitas semen Sapi Limousin selama penyimpanan suhu dingin 50C.
Jurnal ilmu-ilmu peternakan, 25(3) : 69-79.
Garner,D.L. and Hafez, E.S. E.((2016). Spermatozoa and seminal plasma. In: reproduction in farm animals. baltimore, maryland,
USA: Lippincott Williams & Wilkins. pp. 96–109.
Gordon, I. (2017). Reproductive technologies in farm animals. 2nd Edition. CABI. Ireland. p. 331
Hartanti, D., Setiatin, E.T. dan Sutopo. (2012). Perbandingan penggunaan pengencer semen sitrat kuning telur dan tris kuning telur
terhadap persentase daya hidup spermatozoa sapi Jawa Brebes. Animal Agricultural Journal, 1(1) : 33-42.
Herdis. (2012). Pengaruh waktu penampungan semen terhadap gerakan massa spermatozoa dan tingkah laku kopulasi pejantan. J
urnal Sains dan Teknologi Indonesia, 14(1): 38-43.
58
Jelantik, I.G.N. (2010). Improving bali cattle (bibos banteng wagner) production through protein suplementation. PhD. Thesis.
The Royal Veterinary and Agricultural University, Copenhagen, Denmark
Komariah., Arifiantini, R.I., Aun, N. dan Sukmawati, E. (2019). Kualitas semen segar dan produksi semen beku sapi pejantan
Madura pada musim yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 8(1) : 15-21
Lutfih, M, T. Susilawati,. Dan N. Isnaini.(2015). Perbedaan kecepatan pubertas calon pejantan sapi P.O yang dipelihara pada
kelompok sex yang berbeda. J. Ternak Tropika 16(2):7-11.
Manjunath,P. (2012). New insights into the understanding of the mechanism of sperm protection by extender components. Anim.
Reprod 9(4): 809–815.
Prastowo, S., Dharmawan, P., Nugroho, T., Bachtiar, A., Lutojo. Dan Pramono, A. (2018). Kualitas semen segar sapi bali (Bos
javanicus) pada kelompok umur yang berbeda. Jurnal Ilmu Ternak, 18(1)) : 1-7.
Pubiandaraa ,S., Suharyat, S.I.. Dan Hartono, M. (201)6. Pengaruh penambahan dosis rafinosa dalam pengencer sitrat kuning
telur terhadap motilitas, persentase hidup dan abnormalitas spermatozoa sapi ongole. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu 4(4): 292–299

59
Rizki, S., Dasrul, Hamdan, Melia, J., Riady, G. dan Adam, M. (2018). Pengaruh pemberian gliserol
dalam medium tris kuning telur terhadap kualitas spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan.
JIMVET, 2(1) : 149-154.
Romadhoni, I., Rachmawat, A. dan Suyadi. (2014). Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran
dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α – tocopherol pada
penyimpanan suhu ruang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24(1): 39– 44.
Sukmawati, E.R. I., Arifiantini, dan Purwantara, B. (2014). Daya tahan spermatozoa terhadap proses
pembekuan pada berbagai jenis sapi pejantan unggul. JITV 19(3): 168– 175.
Waldner,C.L., Kennedy,R.I. and Palmer,C.W. (2010). A description of the findings from bull
breeding soundness evaluations and their association with pregnancy outcomes in a study
ofwestern Canadian beef herds. Theriogenology 74:871- 883
Waluyo, S. T. (2014). Reproduksi Aplikatif pada Sapi. SEWU,Bandung.
Yendraliza., Abdi, H., Misrianti, R., Ali, A. dan Effendi, A. (2019). Identifikasi ukuran tubuh dan kualitas
semen sapi kuantan Jantan. JIPT, 7(1): 186 – 191.
Yohana, T., Ducha, N. dan Rahardjo. (2014). Pengaruh Pengencer Sintetis dan Alami Terhadap
Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman Selama Penyimpanan dalam Suhu Dingin. Lenterabio,
3(3) : 261-265.
Zulyazaini ,Z., Dasru,D., Wahyun,S. , Akmal,M. dan Abdullah, M. A. N.(2016). Karakteristik semen dan
komposisi kimia plasma seminalis sapi Aaceh yang dipelihara di BIBD Saree Aceh Besar.
Agripet 16(2):121–130. 60

Anda mungkin juga menyukai