Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KOASISTENSI PATOLOGI VETERINER

GAMBARAN PATOLOGI ANATOMI DAN HISTOPATOLOGI


JANTUNG SAPI BALI SUSPECT KARDIOMIOPATI

(PATHOLOGY ANATOMY AND HISTOPATHOLOGY OF


BALI CATTLE HEART SUSPECT CARDIOMYOPATHY)

Oleh :
Saptarima Eka Estiani Boro
NIM. 1309006084
GELOMBANG 11 KELOMPOK C

LABORATORIUM PATOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

0
STUDI PATOLOGI ANATOMI DAN HISTOPATOLOGI
JANTUNG SAPI BALI SUSPECT KARDIOMIOPATI

(PATHOLOGY ANATOMY AND HISTOPATHOLOGY OF


BALI CATTLE HEART SUSPECT CARDIOMYOPATHY)

Saptarima Eka Estiani Boro


Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana
Jalan P.B Sudirman, Denpasar-Bali
Email : saptarimaestiany@gmail.com

ABSTRAK
Kardiomiopati merupakan suatu kelainan kardiologis dimana terjadi
abnormalitas struktural dan fungsional pada otot jantung yang menyebabkan
jantung tidak bisa lagi berkontraksi secara memadai. Tujuan dari laporan kasus ini
adalah untuk mengetahui diagnosis suatu penyakit dengan melihat dari diagnosis
morfologik pada pemeriksaan histopatologi. Pada studi kasus ini sampel yang
digunakan adalah jantung sapi dari RPH (Rumah Potong Hewan) Pesanggaran
yang mengalami perubahan patologi anatomi. Kemudian difiksasi menggunakan
NBF 10% dan dibuat preparat histopatologi yang diwarnai dengan perwanaan
Hematoxylin Eosin. Hasil pemerikasaan patologi anatomi pada jantung
ditemukan timbunan lemak dan perubahan apeks jantung, sedangkan secara
histologi ditemukan adanya infiltrasi lemak pada interkardiomiosit yang disertai
sel radang yang bersifat lokal serta adanya nekrosis pada miokardium (miokarditis
nekrotikan). Berdasarkan perubahan secara patologi anatomi dan histopatologi
sampel jantung sapi pada studi kasus ini diduga mengalami kardiomiopati.

Kata Kunci:,Kardiomiopati, sapi bali, miokarditis nekrotikan

ABSTRACT
Cardiomyopathy is a cardiologic disorder which structural and functional
abnormalities in the heart muscle cause the heart to no longer contract adequately.
The purpose of this case report is to determine the diagnosis of a disease by
looked at the morphological diagnosis of histopathologic examination. In this case
study the sample used was the cow heart of RPH (Rumah Potong Hewan)
Pesanggaran which anatomical pathology changes. Then fixed with 10% NBF and
made histopathologic preparations stained with Hematoxylin - Eosin. The results
of anatomical pathology examination of the heart found fat deposits and changes
in the apecs of the heart, where is the histologically found in the presence of fat
infiltration of intercardiomyocytes companied by localized cell inflammation and
the presence of necrosis in myocardium (necrotican myocarditis). Based on
anatomical changes in the anatomy and histopathology of cow heart samples in
this case study, it is suspected of having cardiomyopathy.

Keywords: Cardiomyopathy, bali cattle, necrotican myocarditis


1
PENDAHULUAN
Jantung adalah organ yang sangat vital khususnya bagi hewan. Fungsi
utama jantung yaitu sebagai organ sirkulasi yang mengantarkan darah dengan O2
dan sari makanan ke paruparu dan ke seluruh tubuh. Secara anatomi jantung
terletak dalam rongga mediastinum rongga dada. Jantung terdiri dari empat
ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri yang
mempunyai tugasnya masing-masing dalam mensirkulasikan darah. Melihat
fungsi dan kerja jantung yang sangat komplek sangat mempengaruhi kondisi
patologis jantung. Banyak penyakit yang dapat terjadi pada jantung baik yang
diketahui penyebabnya maupun yang tidak diketahui seperti salah satu penyakit
yang umum terjadi yaitu kardiomiopati.
Kardiomiopati merupakan istilah umum untuk suatu kelainan kardiologis
dimana terjadi abnormalitas struktural dan fungsional pada otot jantung yang
menyebabkan jantung tidak bisa berkontraksi secara memadai. Etiologi terkadang
dapat diketahui tetapi tidak jarang pula etiologinya tidak jelas. Kardiomiopati
pada ternak telah dilaporkan di Jepang, Australia, Selandia, Kanada dan Swiss
pada populasi inbrida sapi Friesian Holstein dengan tingkat kejadian mencapai
3%-5% (Smith, 2009).
Kardiomiopati secara harfiah berarti penyakit miokardium, atau otot
jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah
dan berdenyut secara normal. Kondisi semacam ini cenderung mulai dengan
gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini terjadi
kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga jantung tidak mampu
berkontraksi secara normal. Sebagai kompensasi, otot jantung menebal atau
hipertrofi dan rongga jantung membesar. Bersama dengan proses pembesaran ini,
jaringan ikat berproliferasi dan menginfiltrasi otot jantung. Miosit jantung
(kardiomiosit) mengalami kerusakan dan kematian, akibatnya dapat terjadi gagal
jantung, aritmia dan beberapa gangguan lainnya (Buczinski, et al., 2010).
Kardiomiopati dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan patologi anatomi yaitu
kardiomiopati dilatasi, kardiomiopati hipertropi dan kardiomipati retriktif. Ketiga
tipe kardiomiopati ini dapat dibedakan berdasarkan penyebab maupun perubahan-
perubahan yang diamati pada otot jantung. Tujuan dari laporan kasus ini adalah

2
untuk mengetahui diagnosis sementara suatu penyakit dengan melihat dari
perubahan morfologik melalui pemeriksaan mikroskopik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan organ jantung yang diduga mengalami
kardiomiopati pada sapi bali, menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa
adanya timbunan lemak pada pericardium dan epicardium serta adanya perubahan
bentuk apeks jantung menjadi tumpul.

MATERI DAN METODE


Sampel yang digunakan dalam studi kasus ini merupakan jantung sapi bali
jantan berumur 4 tahun dengan berat 420 kg yang di potong di RPH (Rumah
Potong Hewan) Pesanggaran, Bali pada tanggal 25 september 2017. Sampel yang
diambil berupa jantung yang mengalami perubahan secara patologi anatomi
(nomor protokol : 97/N/17). Perubahan yang teramati pada organ sampel adalah
adanya timbunan lemak yang menyelimuti pericardium dan epicardium serta
adanya perubahan bentuk apeks jantung menjadi tumpul. Selanjutnya, sampel
organ diambil dengan ukuran 1x1x1cm dan difiksasi dengan Neutral Buffered
Formalin (NBF) 10%. Sampel organ kemudian diproses menjadi preparat
histopatologi. Proses pembuatan preparat histopatologi organ jantung dimulai
dengan memproses organ yang telah dimasukkan ke dalam Neutral Buffer
Formalin 10% ke dalam tissue processor. Selanjutnya, dilakukan proses dehidrasi
dan clearing dengan larutan yang terdiri dari alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol
90%, alkohol 96%, alkohol absolute, toulene, dan parafin secara bertahap dalam
waktu satu hari. Sampel organ di blocking dengan embedding set yang dituangi
parafin cair kemudian didinginkan. Blok yang sudah dingin di sectioning
menggunakan microtome dengan ketebalan 4-5 mikron. Proses yang terakhir
adalah pewarnaan dengan metode Harris Hematoxylin- Eosin dan mounting
media. Setelah preparat histopatologi dibuat, kemudian dilakukan pengamatan
menggunakan mikroskop cahaya binokuler dan digital dengan pembesaran 50x,
100x, 200x dan 400x.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

A B

(a) Timbunan lemak pada pericardium (b) Timbunan lemak pada epicardium dan
perubahan bentuk pada apeks jantung (tumpul)

50x

Gambar C. Infiltrasi lemak pada interkardiomiosit disertai sel radang yang bersifat
fokal, HE 50x

4
D

100x 200x

400x

Gambar D. Sel radang tipe mononuklear (limposit (tanda panah hitam) dan
makrofag (tanda panah putih)) ,HE 100x, 200x dan 400x

5
E

50x 100x

Gambar E. Nekrosis pada miokardium disertai sel radang (Miokarditis


nekrotikan), HE 50x dan 100x

Berdasarkan hasil pengamatan secara patologi anatomi, jantung sapi dari


RPH Pesanggaran ditemukan adanya timbunan lemak pada pericardium dan
epicardium serta adanya perubahan bentuk apeks jantung menjadi tumpul
(Gambar A dan B). Sedangkan, berdasarkan hasil pengamatan secara
histopatologi ditemukan adanya infiltrasi lemak pada bagian interkardiomiosit
yang disertai dengan infiltrasi sel radang yang bersifat fokal (Gambar C) dan sel
radang dominan ditemukan adalah tipe mononuklear yaitu limfosit dan makrofag
(Gambar D), serta adanya nekrosis pada miokardium (miokarditis nekrotikan)
yang disertai sel radang (gambar E).

Pembahasan
Pada jantung sapi dengan suspect kardiomiopati ditemukan perubahan
patologi anatomi berupa adanya timbunan lemak pada pericardium dan
epicardium, serta adanya perubahan bentuk apeks jantung menjadi tumpul. Hasil
yang sama ditunjukkan oleh Wei, et al., 2012.
Dari hasil pengamatan histologi jantung sapi bali yang telah dilakukan,
ditemukan adanya infiltrasi lemak pada interkardiomiosit disertai sel radang yang
bersifat fokal dan nekrosis pada miokardium (miokarditis nekrotikan). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Caforio, et al., 2013 dan Lobo, et
6
al., 2010 mengenai temuan histologi pada kardiomiopati dilatasi dimana
ditemukan adanya infiltrasi lemak dan infiltrasi sel radang yang dihubungkan
dengan nekrosis pada miosit. Nekrosis pada miokardium dapat dikaitkan dengan
kemampuan otot jantung dalam beregenerasi dimana, otot jantung tidak memiliki
kemampuan untuk beregenerasi sehingga kerusakan pada serabut otot jantung
tidak dapat kembali seperti semula melainkan akan digantikan oleh jaringan parut
seperti oleh jaringan ikat dan jaringan adiposa yang dapat mempengaruhi fungsi
jantung (Peter, et al., 2016).
Infiltrasi lemak (steatosis atau fatty replacement) pada otot jantung adalah
akumulasi lemak diluar atau diantara sel yang terjadi akibat gangguan yang
sifatnya sistemik dan kemudian mengenai sel-sel yang semula sehat akibat adanya
metabolit-metabolit yang menumpuk dalam jumlah berlebihan. Hal ini dapat
dikaitkan dengan masalah obesitas atau pada keadaan patologis penyerapan lemak
tubuh (Iacobellis, et al., 2005). Adanya infiltrasi lemak sering dikaitkan dengan
kejadian lipomatosis namun kedua kasus ini dapat dibedakan dengan ada tidaknya
infiltrasi fibrofatty, dan juga pada kasus lipomatosis tidak disebabkan oleh proses
infiltrasi melainkan karena fenomena metaplasia (Aqudelo, et al., 2013).
Sel radang yang ditemukan didominasi oleh tipe mononuklear yaitu
limfosit dan makrofag. Munculnya sel radang dapat dikaitkan dengan kerusakan
atau nekrosis sel pada otot jantung akibat desakan lemak yang menyebabkan
pecahnya sel yang akan menghasilkan debris. Limfosit sendri merupakan salah
satu jenis sel pertahanan tubuh yang akan teraktivasi dan meningkat jumlahnya
pada suatu individu yang terinfeksi oleh virus. Begitu pula pada kondisi dimana
suatu individu terinfeksi kronis oleh suatu penyakit, maka limfosit akan
meningkat jumlahnya (limfositosis) (Berata, et al., 2015). Sedangkan makrofag
berperan penting dalam pertahanan karena memproduksi sitokin yang
menginisiasi dan meregulasi inflamasi. Makrofag akan memakan,menghancurkan
serta membersihkan jaringan yang mati dan menginisiasi proses perbaikan
jaringan (Abbas, et al., 2014).

7
SIMPULAN

Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa pemeriksaan jantung sapi bali


secara patologi anatomi menunjukkan timbunan lemak pada pericardium dan
epicardium serta adanya perubahan bentuk apeks menjadi tumpul. Pengamatan
secara histopatologi ditemukan adanya infiltrasi lemak pada interkardiomiosit
yang disertai sel radang yang bersifat fokal dan nekrosis pada miokardium
(miokarditis nekrotikan). Berdasarkan perubahan secara patologi anatomi dan
histopatologi sampel jantung sapi pada studi kasus ini diduga mengalami
kardiomiopati.
UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Kepala Laboratorium Patologi, dosen pembimbing


Profesi Dokter Hewan (PPDH), teknisi Laboratorium Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana dan teman-teman kelmpok 11 C yang
telah membantu Penulis dari pembuatan preparat hingga penulisan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. K., Lichtman, A. H., and Pillai, S. 2014. Basic Immunology Fourth
Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Aqudelo, C. F., Svoboda, M., Husnik, R., and Dvir, S. 2013. Heart Lipomatosis
in Domestic Animals: a Review. Veterinary Medicine. 58(3):252-259
Berata, I. K., Winaya, I. B. O., Adi, A. A. A. M., dan Adnyana, A. B. W. 2015.
Patologi Veteriner Umum. Denpasar: Swasta Nulus.
Buczinski, S., David, F., Gilles, F., and Rocky, DiFruscia. 2010. A Study of Heart
Disease without Clinical signs of Heart Failure in 47 Cases. Can Vet J.
51:1239-1246
Caforio, A. L. P., Sabina, P., Eloisa, A., Cristina, B., Juan, Gimeno-Blanes.,
Stephan, B., Michael, F., Tiina, H., Stephane, H., Roland, J., Karin, K.,
Ales, L., Bernhard, M., William, M., Jens, M., Yigal, M. P., Arsen, R.,
Heinz-Peter, S., Hubert, S., Luigi,T., Gaetano, T., Ali, Y., Philippe, C., and
Perry, M. E. 2013. Current State of Knowledge on Aetiology, Diagnosis,
Management, and Therapy of Myocarditis. European Heart Journal. 34:
2636-2648
Iacobellis, G., Corradi, D.,and Sharma, A. M. 2005. Epicardial adipose tissue:
anatomic, biomolecular and clinical relationships with the heart. Nature
Clinical Practice Cardiovascular Medicine. 2: 536543.
Lobo, J., Carvalheira, J., Canada, N., Bussadori, C., Gomes, J. L., and Faustino,
A. M. R. 2010. Histologic characterization of Dilated Cardiomyopathy in
Estrela Mountain dogs. Veterinary Pathology. 47(4): 637-642

8
Peter, A. K., Maureen, A. B., and Leslie, A. L. 2016. Biology of the Cardiac
Myocyte in Heart Disease. Molecular Biology of the Cells. 27: 2149-2156
Smith, B. P. 2009. Large Animal Internal Medicine. California. Elsevier.
Retrieved from https://books.google.co.id/books
Wei, J., Jiarong, T., Liming, X., Xinshan, C., and Dao, W. W. 2012. A Case of
Arrhytmogenic Right Ventricular Cardimyopathy without Arrhytmias.
Diagnostic Pathology. 7(1): 67

Anda mungkin juga menyukai