MODUL 3
Ternak Kuda
3.1. PENDAHULUAN
Mempelajari exterior ternak kuda diarahkan agar mendalami serta menerapkan cara-
cara pendugaan prestasi atau kinerja (performa) (produksi dan reproduksi) ternak dengan
mengamati secara visual (eksterior) tubuh ternak. Pendugaan prestasi ternak kuda pada jenis
kelamin dan umur tertentu erat hubungannya dengan upaya seleksi baik untuk reproduksi
maupun untuk fungsi ternak kuda. Seleksi ternak kuda disamping menggunakan catatan data
produksi juga diperlukan pengamatan secara visual tubuh ternak (eksterior).
Untuk dapat melakukan pengamatan secara visual peternak perlu memahami cara menilai
(to judge) jenis kelamin dari bangsa ternak kuda berdasarkan pada penampilan, konformasi
dan proporsi masing-masing bagian tubuh. Karena fungsi ternak lebih berhubungan dengan kerja
dan olaraga, maka penilaian konformasi dan proporsi tubuh sangat penting untuk menentukan
apakah ternak tersebut ideal sesuai dengan tujuan pemeliharaannya. Agar dapat melakukan
penilaian terhadap ternak dengan baik maka seseorang perlu menguasai atau mengetahui
bangsa-bangsa dan varietas ternak yang umum diternakkan secara memadai. Pengetahuan ini
mencakup nama-nama dari bagian-bagian tubuh yang berbeda dan kualitas yang baik dan jelek.
Materi yang dipelajari pada modul ini adalah morfologi ternak kuda, pendugaan umur
ternak kuda, ukuran linier tubuh, dan judging pada ternak kuda.
1. Morfologi/ bentuk umum tubuh ternak kuda berdasarkan tipe & bangsa
2. Pendugaan umur ternak kuda
3. Pengukuran linear tubuh dan organ vital lainnya berdasarkan tujuan pemeliharaan
4. Judging ternak
3-1
Ilmu Tilik Ternak
3.2. PENYAJIAN
3.2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ternak Kuda
Kuda Lokal Indonesia Indonesia mempunyai beberapa jenis kelompok populasi kuda
yang berasal dari kuda jenis Thoroughbred yang digunakan sebagai kuda pacuan atau
disilangkan dengan kuda lokal. Edward (1994) menyatakan bahwa kuda lokal Indonesia
digolongkan ke dalam kuda poni karena memiliki tinggi badan berkisar antara 1,15- 1,35 m.
Iklim tropis mempengaruhi fenotipik kuda lokal Indonesia. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kuda
lokal Indonesia menyebar di beberapa daerah dengan jenis dan karakteristik yang bervariasi,
seperti yang disajikan pada Tabel 1. Ensminger (1977) menjelaskan kuda diklasifikasikan
menjadi kuda tipe ringan, tipe berat dan kuda poni berdasarkan ukuran, bentuk tubuh dan
kegunaan. Kuda tipe ringan memiliki tinggi 1,45-1,75 m pada saat berdiri dan bobot badan 450-
700 kg. Tipe kuda ini sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik dan kuda pacu
(Gambar 3.1; 3.2; 3.3).
Gambar 3.1 Kuda Tipe Tunggang Gambar 3.2. Kuda Tipe Tarik
3-2
Ilmu Tilik Ternak
Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan dengan kuda tipe
berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m pada saat berdiri dan bobot badan lebih
dari 700 kg yang biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari
1,45 m pada saat berdiri dan bobot badan 250-450 kg. Rahman (2011) menjelaskan kuda
Sulawesi atau sering disebut kuda Makasar terdiri atas beberapa jenis kuda seperti kuda Makasar,
kuda Bone dan kuda Bugis. Ciri-ciri kuda Sulawesi ialah memiliki tinggi yang dapat mencapai
1,15 m; berbentuk bagus, berkepala kecil sehingga dapat dikatakan termasuk kuda dengan
performa baik, memiliki dahi lebar, rahang terkadang besar, tengkuk pendek, leher agak pendek,
punggung pendek dan kencang. Kemudi kencang dan kuat, kaki berotot baik, sifat cukup baik,
langkah teratur, daya tahan besar dan tergolong kuda sederhana.
Equine Kingdom (2007) mendefinisikan kuda Sandel atau Sandelwood sebagai kuda
keturunan Indonesia yang berkualitas dan memiliki persentase darah kuda Arab yang cukup
tinggi. Kuda Sandel merupakan kuda yang serbaguna karena dapat digunakan sebagai kuda
tunggang, pembawa barang dan pekerja (Gambar 3.4).
Kuda ini sangat cepat dan gesit, sehingga sering digunakan untuk balapan lokal tanpa pelana
pada jarak tempuh lebih dari tiga km. Kuda Sandel mewariskan darah kuda poni berkualitas yang
telah banyak diekspor untuk berbagai kebutuhan. Kuda Sandel berstamina dan berdaya tahan
besar, tenang dan sangat mudah dikendalikan. Proporsi tubuh kuda Sandel bagus dengan kepala
3-3
Ilmu Tilik Ternak
kecil, telinga tegak dan mata cerdas. Kuda Sandel umumnya memiliki bentuk tubuh lebar,
pendek berotot, dada dalam dan panjang, punggung lurus dan croup menonjol. Tinggi kuda
Sandel berkisar antara 122-132 cm. Kuda Sandel berpotongan tubuh serasi, tidak terlalu lincah
dan memiliki daya tahan kuat. Kuda Sandel berwarna coklat, coklat tua kemerah-merahan 5
dengan rambut ekor dan kaki bagian bawah hitam; atau warna bopong (punggung sampai ekor
bergaris hitam). Bentuk kepala kuda Sandel agak besar dengan leher lebar dan pendek,
sedangkan rambut kepala kasar dan berdiri. Kuda ini memiliki kaki langsing dan berbulu di
bagian persendian (Equine Kingdom, 2007).
Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga Raja Inggris sebelum diekspor ke
Amerika. Kuda ini digunakan sebagai kuda pacu dan kuda olahraga. Kuda Thoroughbred adalah
kuda yang digunakan sejak 1700-an yang berasal dari persilangan antara kuda jantan impor dari
daerah Timur Tengah (Arab dan Turki) dengan kuda betina Inggris yang menghasilkan keturunan
untuk kuda pacu (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Kuda Thoroughbred memiliki kondisi fisik yang
memenuhi syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan pintar, leher panjang, badan
panjang, kaki langsing dan panjang, tulang ramping dan panjang yang seimbang serta warna bulu
halus dan terang (Kidd, 1995). Menurut Edward (1994) ciri-ciri khusus kuda Thoroughbred
adalah tinggi badan 176-178 cm, bentuk kepala dan rahang bagus, perpaduan antara kepala dan
leher bagus dan simetris dengan posisi pundak (Gambar 3.5).
3-4
Ilmu Tilik Ternak
Morfologi ternak kuda perlu dipelajari untuk mengetahui bagian-bagian tubuh ternak
kuda sebagai dasar untuk melakukan penilaian terkait dengan pretasi dan kinerja produksi dan
fungsi ternak kuda. Secara eksterior morfologi ternak kuda dapat dilihat pada Gambar 3.6,
berikut.
3-5
Ilmu Tilik Ternak
3-6
Ilmu Tilik Ternak
Secara interior bagian tubuh ternak kuda seperti pada Gambar 3.7, berikut.
A INCISORS P METATARSALS
B MOLARS Q PROXIMAL AND MIDDLE PHALANX
C HUMERUS R FIBULA
D ULNA S CAUDAL VERTEBRAE
E RADIUS T PELVIS
F CARPAL BONES U SACRUM
G THIRD METACARPAL V LUMBAR VERTEBRAE
H PROXIMAL SESAMIODS W THORACIC VERTEBRAE
I METACARPALS (2ND AND 4TH) X SCAPULA
J RIBS Y CERVICAL VERTEBRAE
K FEMUR Z ATLAS (1ST CERVICAL VERTEBRAE)
L TIBIA AA SKULL
M TARSAL BONES
N THIRD METATARSAL
O DISTAL PHALANX
3-7
Ilmu Tilik Ternak
i c pm m
3 1 3/4 3 rahang atas kiri kanan = 20/22 buah
Formula gigi kuda :
3 1 3 3 rahang bawah kiri kanan = 20 buah
Jumlah gigi kuda= 40/42 buah
3-8
Ilmu Tilik Ternak
badan dan leher. Menurut Bowling dan Ruvinski (2000) penilaian ukuran dan bentuk tubuh kuda
sudah dilakukan berdasarkan sifat dan penilaian performa kuda.
Ukuran tubuh kuda digunakan untuk menentukan tipe kuda dengan kemampuan pacu
yang cepat. Ukuran tubuh, langkah kaki, kualitas kuku, gerak (jarak langkah, elastisitas dan
keteraturan) dan struktur gigi merupakan penciri konformasi tubuh kuda. Tinggi pundak, tinggi
panggul, panjang tubuh, lingkar dada dan lingkar kanon merupakan ukuran-ukuran tubuh kuda
pula. Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap performa (ukuran tubuh) ternak kuda.
Harahap (2011) menjelaskan ukuran kuda delman betina lebih besar dibandingkan dengan kuda
delman jantan.
Menurut Frandson (1992) tulang berfungsi sebagai penyokong dan tempat otot melekat.
Dijelaskan bahwa semakin besar tulang penyusun kerangka maka ukuran tubuh semakin besar
atau tubuh semakin berat. Ukuran kepala amat berkorelasi dengan ukuran tubuh. Jika bobot
kepala terlalu berat untuk leher maka akan membebani kaki dan mengganggu keseimbangan
(Edward,1994). Suherman (2007) menyatakan bahwa penciri tubuh seekor kuda adalah panjang
badan, tinggi pundak dan tinggi pinggul, sedangkan untuk bentuk tubuh seekor kuda hanya
panjang badan.
Ukuran-ukuran tubuh merupakan faktor yang banyak berhubungan dengan performance
ternak. Penggunaan ukuran-ukuran badan, sangat baik untuk berat badan maupun untuk
mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan memakai ukuran-ukuran badan dapat
menilai performance ternak (Ensminger, 1962). Pengamatan terhadap ukuran tubuh digunakan
untuk penentuan keragaman baik ukuran maupun bentuk tubuh dalam populasi ternak besar
seperti kuda dan sering dipakai secara rutin sebagai parameter pengganti dalam menduga bobot
hidup ternak (Komosa & Purzyc 1982).
Cara pengukuran tubuh ternak kuda sebagai berikut (Dewi, 2011) :
1. lingkar dada/ chest girth (cm), diukur melingkar tepat di belakang scapula dengan
menggunakan pita ukur.
2. Tinggi pundak/ wither height (cm), diukur dari bagian tertinggi pundak/ processus spinalis
melalui belakang scapula tegak lurus ke tanah dengan menggunakan tongkat ukur.
3. Tinggi pinggul/hip height/rump height (cm), diukur dari bagian tertinggi pinggul sampai
secara tegak lurus ke tanah dengan menggunakan tongkat ukur.
3-9
Ilmu Tilik Ternak
4. Panjang badan/ body length (cm), diukur dari tuber ischii sampai tuberositas humeri, dengan
menggunakan tongkat ukur.
Proporsi ukuran (size) kuda yang baik adalah sebesar 10%-11% untuk kepala dan 89%-
90% untuk tubuh yang meliputi badan dan leher. Ukuran tubuh, langkah kaki, kualitas kuku,
gerak (jarak langkah, elastisitas dan keteraturan) dan struktur gigi merupakan penciri konformasi
tubuh kuda. Tinggi pundak, tinggi panggul, panjang tubuh, lingkar dada dan lingkar kanon
merupakan ukuran-ukuran tubuh kuda pula. Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar
terhadap performa (ukuran tubuh) ternak kuda (Anonim, 2011). Dijelaskan oleh Suhaema dalam
Suryana (2008) bahwa tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan dan lingkar dada
mempunyai peranan yang cukup besar pada ukuran tubuh ternak kuda pedaging dan pekerja.
Darmadi (2004) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan yang
positif dengan bobot badan dan lingkar dada meningkat seiring umur ternak, lingkar dada dan
panjang badan mempunyai pengaruh paling besar terhadap bobot badan. Lingkar dada
mempunyai korelasi yang lebih tinggi terhadap bobot badan, dibandingkan panjang badan. Nilai
korelasi lingkar dada terhadap bobot badan adalah 0,93 sedangkan nilai korelasi panjang badan
terhadap bobot badan adalah 0,84. Dijelaskan lebih lanjut oleh Suhaema dalam Suryana (2008)
bahwa pada umumnya lingkar dada lebih mempengaruhi bobot hidup dibandingkan panjang
badan, oleh karena itu lingkar dada merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual
ternak.
3 - 10
Ilmu Tilik Ternak
3 - 11
Ilmu Tilik Ternak
3 - 12
Ilmu Tilik Ternak
3 - 13
Ilmu Tilik Ternak
6. Bentuk Persegi
Menggambar kotak di sekitar kuda sehingga:
i. Lebar dari kotak sama dengan panjang kuda dari titik bahu ke titik pantat.
ii. Ketinggian kotak adalah sama dengan ketinggian kuda dari atas Withers ke tanah.
iii. Pada kuda yang seimbang, kotak ini akan membentuk persegi - semua sudut adalah sama.
8. Sama Panjang
Dalam kuda yang seimbang, kepala, leher, bahu, topline dan panjang hip kurang lebih harus
sama.
3 - 14
Ilmu Tilik Ternak
jelek
baik
Kaki depan yang ideal tampak depan Kaki depan yang ideal tampak samping
3 - 15
Ilmu Tilik Ternak
Kaki belakang yang ideal tampak belakang Kaki belakang yang ideal tampak samping
3 - 16
Ilmu Tilik Ternak
3.3. PENUTUP
3 - 17
Ilmu Tilik Ternak
3.4. LATIHAN-LATIHAN
Blakely, J, & D. H. Bade, 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Darmadi, D. 2004. Produktivitas ternak pedaging di dua desa yang berbeda ketinggian tempat di
Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dyce, K.M., W. O. Sack, & C.J.G. Wensing. 2002. Text Book Of Veterinary Anatomy. Saunders
Publishing, Pennsylvania.
Ensminger, M.E. 1962. Animal Science (Animal Agriculsture Series). 5th Ed. The
Interstate Printers & Publisher Inc, Danville.
Enseminger, M. E. 1977. Animal Science. Animal Agriculture Series. 7th ed. Printers and
Publisher, Inc. Danville, Illinois.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Terjemahan: Srigandono, B
dan Praseno,K. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Harahap, F,H. 2011. Studi morfometrik ukuran tubuh kuda delman di Sulawesi Utara. Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sasimowski, E. 1987. Animal Breeding and Production Books Publishing. Ltd. London.
Suherman, E. 2007. Studi morfometrik ukuran (size) dan bentuk tubuh kuda Sumba, Priangan,
kuda Pacu G2, G3, G4 dan kuda Pacu Indonesia (KPI). Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
3 - 18