Anda di halaman 1dari 3

Fenomena Hidrogeologi Indonesia

1. Zonasi pengambilan Air Tanah


Pengambilan tanah biasanya dilakukan oleh Industri dan juga oleh Masyarakat. Batas
pengambilan air tanah akan selalu dinamis karena setiap saat terjadi pengambilan air
tanah secara terus-menerus. Untuk mengetahui seberapa besar dan luas daerah
pengaruh akibat pengambilah air tanah bisa dilakukan simulasi numerik berdasarkan
data pemboran yang ada di lokasi dan dibuat skenarionya berdasarkan tahun yang
diinginkan. Skenario ini tentu akan membutuhkan data statistic jumlah penduduk dan
data penambahan industri.
Solusi untuk mengurangi dampak negative pengambilan air tanah adalah dengan
melihat kondisi potensi sumber daya airtanah yang ada (Jika sudah kritis bisa dihimbau
untuk mengurangi pengambilan air tanah), bisa juga dilakukan peresapan buatan dan
sumur injeksi.
Pengambilan air tanah akan akan lebih disarankan apabila itu dilakukan di daerah
resapan akan terisi dengan cepat oleh air meteoric pada saat hujan.
2. Intrusi Air Laut dan Air tanah asin
Hal ini dapat diketahui dengan metode analisis isotop dimana parameter yang dipakai
untuk mengecek adalah isotop 18O dan 2H .
Selain akibat intrusi air laut, air tanah asin yang terdapat di pada elevasi yang cukup
dalam bisa merupakan air tanah brackish yang juga mengandung Klorin dan Air tanah
yang terbentuk akibat fluida magmatik yang mengandung gas HCl, CO2, SO2 dan H2O
yang keluar bersamaan dengan intrusi magmatic itu. HCl ini pada suhu 400 0C mengalami
degassing menuju reservoir dimana HCl tersebut akan menjadi Cl —dan berikatan dengan
kation Na+ sehingga mempengaruhi air reservoir menjadi air asin (Salin water).
Studi Kasus :
a) Gedebage, Bandung
Berdasarkan pemboran yang dilakukan dengan kedalaman 250 meter didapatkan
data litologinya menunjukan bahwa pada kedalaman di bawah 105 meter kadar
Cl mencapai 1311 mg/l dan di bawah kedalaman 150 meter kadar Cl mencapai
1163 mg/l. Hipotesis sementara mengatakan bahwa Gedebage dikelilingi oleh
Maribaya Geothermal Field yang kemudian air meteoriknya didinginkan oleh
geothermal tersebut atau kondisi air asin tersebut ada kaitannya dengan
geothermal.
b) Lembah Baliem, Papua
Air dari puncak jaya Wijaya turun dan mengalami evolusi menjadi air asin

3. Land subsidence (Penurunan tanah)


Pada land subsidence berlaku prinsip Terzhagi (б = б’ + P )
Salah satu penyebabnya karena terjadinya pengambilan air tanah yang berlebihan.
Kondisi lapisan akan semakin kompres jika diberikan air asin
4. Pencemaran air tanah
- Salah satu yang paling sering ditemui adalah pengukuran nitrat yang berasal dari
rumah tangga (feses), industry dan pupuk.
5. Penentuan daerah resapan
Dapat dilakukan dengan analisis isotop guna mengetahui kedalaman dan kondisi air tanah.
Penentuan daerah resapan sangat penting untuk penentuan daerah konservasi.
6. Perangkap hidrokarbon hidrodinamik
Daerah recharge pada akuifer tertekan disebut reservoir outcrop dimana akan terjadi
pergerakan airtanah pada zona tersebut mengalir ke bawah dan terbentuklah Tilted
Hidrocarbon Water contact (Bisa terjadi pada kondisi overpressure dan capillary pressure).
7. Overpressure
Bisa menyebabkan blowout.
8. Mineralisasi (Mississippi Valley Tipe Deposit) => Pb-Zn

9. Sumberdaya Air
Mempelajari akuifer daerah resapan.
Contoh di NTT :
- Memiliki curah hujan yang rendah
- Memiliki akuifer yang banyak tetapi ekuifernya tidak terisi oleh air. Infiltrasinya buruk.
Perubahan iklim global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca juga telah mengubah pola
dan intensitas hujan dan menaikkan permukaan laut, sehingga meningkatkan kerawanan
kekeringan dan banjir. Ditambah lagi pertumbuhan penduduk yang pesat serta pengembangan
wilayah yang tidak teratur dapat mendorong pemanfataan air tanah yang berlebihan oleh
masyarakat. Apabila hal ini tidak dikendalikan dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan
dan kelestarian air tanah.
Berdasarkan pada daur hidrologi, sumber utama airtanah adalah berasal dari air hujan.
Indonesia yang beriklim tropis basah, umumnya mempunyai curah hujan yang relatif tinggi,
lebih dari 1000 mm/tahun, dengan hari hujan yang relatif panjang. Kondisi ini sangat
menguntungkan dalam imbuhan airtanah secara alami, di mana pada saat musim hujan terjadi
pengisian dan penggantian dari defisit airtanah yang terjadi pada musim kemarau. Dengan
demikian akuifer akan mendapat penambahan cadangan airtanah.
Permasalahannya adalah di daerah-daerah yang telah berkembang, terutama di kota-kota
besar, peristiwa pengisian kembali airtanah pada musim hujan terhambat karena adanya
perubahan lingkungan. Daerah-daerah yang sebetulnya merupakan daerah imbuh airtanah
telah berubah fungsi, sehingga hanya sebagian kecil air hujan yang meresap dan mengimbuh
airtanah. Pada daerah yang demikian, perlu upaya penampungan air hujan untuk dimasukkan
ke dalam sumur-sumur resapan.

Anda mungkin juga menyukai