MODUL 1
Arti Dan Peran Ilmu Tilik Ternak
Oleh
Winfrit Albert Lay
I.2. Manfaat/Peran dan Relevansi Ilmu Tilik Dengan Ilmu-Ilmu Peternakan dan Usaha
Peternakan
Memperhatikan deskripsi singkat atau pengertian dari Ilmu Tilik Ternak seperti di
atas, maka Ilmu Tilik Ternak (ITT) memiliki peran yang sangat penting (“peran sentral”)
bagi ilmu-ilmu terkait lainnya termasuk bagi kegiatan usaha peternakan. ITT juga memiliki
keterkaitan/keterhubungan yang sangat erat baik ke belakang maupun ke depan dengan ilmu-
1-1
Ilmu Tilik Ternak
ilmu peternakan lainnya. Yang dimaksudkan dengan keterkaitan ke belakang adalah materi
dari matakuliah-matakuliah (MK) tertentu yang sudah harus lebih dahulu dipelajari dan
pahami mahasiswa (MK Prasyarat) untuk mendukung kemudahan mahasiswa mempelajari
dan memahami materi MK ITT.
Untuk memudahkan mahasiswa mempelajari dan memahami materi ITT, maka
mahasiswa seyogianya sudah harus menguasai materi dari Ilmu Pengantar Peternakan dan
Ilmu Anatomi Ternak. Dikatakan demikian karena : 1) dalam Ilmu Pengantar Peternakan
dipelajari tentang ciri-ciri dari setiap tipe ternak (tipe potong/pedaging, tipe petelur, tipe
perah, tipe wool, tipe kerja/tenaga/pacu, dan tipe dwiguna ataupun triguna). Selain ciri-ciri
dari setiap tipe ternak, juga dipelajari/diperkenalkan ciri-ciri dari setiap bangsa ternak, baik
untuk ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, ayam dan itik. 2) dalam Ilmu Anatomi
Ternak dipelajari tentang istilah atau nama bagian-bagian tubuh termasuk nama-nama tulang
sebagai bagian dari tubuh ternak serta komposisi dan proporsi dari bagian-bagian tubuh
tersebut.
Berdasarkan pemahaman dan keterampilan yang telah dimiliki mahasiswa dari kedua
matakuliah (MK) di atas, akan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari, memahami dan
melakukan pengukuran serta tehnik-tehnik penilaian berdasarkan bagian-bagian tubuh luar
(eksterior) ternak. Inilah keterkaitan ke belakang, dan dalam hal ini matakuliah (MK)
prasyarat dari ITT adalah Pengantar Ilmu Peternakan dan Anatomi Ternak. Contoh dalam
penerapannya, bila seseorang akan menerapkan cara-cara tilik ternak misalnya pengukuran
panjang badan ternak kuda. Konsep pengukuran panjang badan adalah dimuali dari titik
bonggol tulang bahu yaitu pertemuan tulang humerus dan scapula atau disebut lateral
tuberosity humerus diukur lurus sampai ke ujung tulang duduk (os ischiadicum atau tuber
isiadikum), dengan menggunakan tongkat pengukur. Maksud dari kata “lurus” adalah alat
ukur tidak melengkung mengikuti lengkungan tulang rusuk bagian badan tengah. Oleh karena
itu disarankan untuk menggunakan tongkat bukan pita ukur. Nah, untuk bisa mengukur
dengan benar, mahasiswa sudah harus mengetahui di mana letak pertemuan tulang humerus
dan scapula (lateral tuberosity humerus) dan di mana letak tulang duduk (os ischiadicum)
yang sudah dipelajari dalam ilmu Anatomi Ternak (Gambar 1).
Tentang keterkaitan ke depan, yang dimaksudkan adalah materi dari MK-MK
tertentu yang akan dipelajari kemudian oleh mahasiswa, akan menjadi mudah dipelajari dan
dipahami apabila mahasiswa telah menguasai materi dari Ilmu Tilik ternak. Misalnya; 1)
dengan Ilmu Pemuliaan ternak, yang di dalamnya terdapat materi tentang seleksi ternak
dalam program pemuliaan ternak dengan tujuan untuk perbaikan mutu genetik ternak, seleksi
1-2
Ilmu Tilik Ternak
umumnya didasarkan pada penampilan eksterior (performan) ternak yang meliputi bentuk,
ukuran dan produksi (phenotype) serta ciri-ciri warna dari ternak.
ujung os ischiadicum
(tulang duduk)
1-3
Ilmu Tilik Ternak
bermanfaat. Oleh karena tujuan akhir dari suatu usaha termasuk usaha peternakan adalah
keuntungan, maka besar kecilnya keuntungan, sangat tergantung pada tingkat keefisienan
faktor-faktor produksi yang terlibat dan ternak yang adalah faktor utama dalam kegiatan
usaha tersebut. Faktor-faktor produksi sebagai pendukung (pakan dan manajemen) akan
tergunakan secara efisien apabila ternak yang dipelihara memiliki mutu yang baik sehingga
pada akhirnya dapat memberikan/menghasilkan produksi yang tinggi. Ternak bibit yang
bermutu baik/tinggi akan berreproduksi (menghasilkan anak) dengan maksimal, dan ternak
bakalan yang bermutu baik/tinggi akan menghasilkan pertumbuhan/pertambahan berat badan
dan karkas/daging yang tinggi pula. Ternak yang bermutu baik ini dapat dinilai/diramal
dengan menggunakan cara-cara yang dipelajari dalam Ilmu Tilik Ternak.
Contoh berikut, misalnya pada bidang pemuliaan ternak sapi Bali dalam rangka
peningkatan mutu genetiknya. Dalam program pemuliaan, tentu terlebih dahulu akan
dilakukan seleksi dan kemudian breeding/perkawinan secara murni (pure breeding) misalnya
sesama sapi Bali. Peran dari Ilmu Tilik dalam kegiatan seleksi ternak bibit yaitu bagaimana
menilai dan menetapkan/memutuskan bahwa ternak calon bibit jantan dan betina yang ada
adalah bangsa Bali murni. Untuk menetapkan/memutuskan bahwa calon bibit tersebut adalah
murni atau tidak (tingkat kemurnian bangsa), selalu didasarkan pada ciri-ciri eksterior antara
lain : warna bulu, bentuk umum tubuh, bentuk tanduk, bentuk dan ukuran telinga, ukuran
linear tubuh, bentuk dan ukuran lingkar skrotum/testes. Variabel-variabel tersebut di atas
diukur dan diamati/diobservasi, kemudian dinilai berdasarkan jenis kelamin dan umur ternak.
Umur ternak dapat diduga berdasarkan kondisi gigi pada saat penilaian/seleksi.
Mengapa penilaian harus disesuaikan dengan jenis kelamin dan umur ternak ? Karena
variabel-variabel yang diamati dan diukur tersebut dapat berbeda sesuai jenis kelamin dan
umur ternak. Misalnya, pada sapi Bali jantan umur 2 tahun memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar daripada sapi Bali betina pada umur yang sama. Atau, sapi Bali jantan umur 1,5 tahun
mempunyai warna bulu merah kecoklatan yang berbeda dengan warna bulu sapi Bali jantan
berumur 2,5 - 3 tahun yaitu coklat kehitam-hitaman. Begitu pula warna bulu pada sapi Bali
jantan dewasa adalah coklat kehitam-hitaman sampai hitam berbeda dengan betina dewasa
yaitu merah bata. Ukuran dan atau kondisi dari setiap variabel tersebut dibandingkan dengan
ukuran dan atau kondisi standar dari bangsa sapi Bali murni.
Kemudian misalnya untuk menilai manfaat/tipe seekor ternak sapi, bahwa ternak sapi
tersebut layak sebagai tipe potong atau tipe perah, maka penilaian didasarkan atas bentuk
umum tubuh ternak tersebut. Untuk itu, si penilai harus memiliki pengetahuan/pengenalan
yang benar tentang bentuk umum tubuh ternak pada masing-masing tipe, yaitu tubuh sapi tipe
1-4
Ilmu Tilik Ternak
potong berbentuk seperti balok memanjang sedangkan tipe perah berbentuk seperti gergaji
(Gambar 2 dan 3).
Oleh karena itu, ketika seseorang selektor senior akan melakukan penilaian terhadap
seekor ternak, di dalam benaknya sudah harus memiliki catatan nilai –nilai standar yang
bersangkutan. Bagi selektor pemula, harus membekali dirinya dengan catatan nilai-nilai
standar sesuai ternak yang akan dinilai/diseleksi.
1-5
Ilmu Tilik Ternak
Selain penilaian/penilikan pada saat ternak dalam posisi berdiri, penilikan juga
dilakukan pada saat ternak dalam keadaan berjalan lurus, membelok ke kiri dan ke kanan
untuk mengenali apakah terdapat kelainan-kelainan pada tubuhnya (cacat-cacat) tubuh. Cacat
tubuh yang dapat muncul pada saat berjalan antara lain :
a. Pincang salah satu anggota gerak.
b. Terdapat luka-luka badan/kulit.
c. Terdapat cacat-cacat warna standar tertentu.
Dalam posisi berdiri ternak sedapat mungkin berada dalam posisi normal, yaitu jarak
antara kuku kaki depan kanan-kiri harus sejauh 1 kuku. Sedang apabila posisi tidak normal
maka dapat disebut :
1. Posisi kaki huruf O (tou out / pengkor luar).
2. Posisi kaki huruf X (tou in / pengkor dalam).
1-6
Ilmu Tilik Ternak
tersebut tergolong bangsa murni, bukan bangsa/breed murni, bangsa silangan ataupun justru
bangsa lokal.
1.4. PENUTUP
1.5. Latihan-Latihan
Frandson R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Edisi
keempat
Prawirosudirdjo, G. 1969. Kamus Istilah Anatomi dan Zoologi. Bhratara, Jakarta. Terbitan
kedua.
1-7