Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MAGANG

UNIT PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) DAERAH PEMBIBITAN


TERNAK BABI INSTALASI TARUS

Oleh :
Leonardo Agung Egho Seme

1209011012

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penunjang keberhasilan peternakan babi adalah dengan
manajemen perkandangan, manajemen pakan, manajemen kesehatan, sanitasi,
dan biosekuriti. Manajemen perkandangan meliputi tipe kandang, bentuk
kandang, jenis kandang dan ukuran kandang yang sangat menunjang untuk
menghasilkan produk yang maksimal.
Pemeliharaan babi yang baik harus memperhatikan aspek-aspek seperti
sistem perkandangan, pemberian pakan, kesehatan, sanitasi, dan biosekuriti.
System perkandangan yang baik harus memperhatikan desainnya sehingga
bisa memudahkan dalam penanganan babi agar tetap sehat dan terhindar dari
penyakit. Pemberian pakan yang baik haruslah sesuai takaran pemberian
setiap pagi dan sore sehingga tidak menimbulkan peningkatan biaya dari
pengeluaran pembelian pakan dan mengurangi kerugian akibat penyakit pada
babi yang menghambat pertumbuhan babi dan dapat menimbulkan kematian.
Aspek kesehatan tentunya seorang petugas kesehatan haruslah cepat dan tepat
menangani meliputi pemberian obat-obatan seperti antibiotik agar babi terjaga
kesehatannya. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan
kandang babi dari kotoran babi. Biosekuriti meluputi keamanan lingkungan
sekitar kandang dan dalam kandang agar tetap terbebas dari kontaminasi
mikroorganisme sehingga tidak menyerang babi.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

Peternakan Babi di Tarus merupakan peternakan yang dimiliki oleh


Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun Struktur Organisasai yang
dimiliki meliputi kepala peternakan, pekerja di peternakan, petugas pemeriksaan
babi. Peternakan babi terletak jauh dari pemukiman warga dan memperhatikan
sanitasi kandang seperti pembersihan kandang pada pagi dan sore hari setiap hari.
Pada peternakan ini dibantu oleh empat tenaga dokter hewan yang selalu
menangani babi dengan cara penyuntikan babi terinfeksi bakteri seperti mencret,
kurang nafsu makan, dan induk babi yang sulit melahirkan.

Awalnya usaha pembibitan ternak babi dimulai dengan 13 ekor babi (5


jantan dan 8 betina), dengan bangsa babi veredeld duits lanvarken (VDL).
Kandang yang digunakan pertama kali di Instalasi Tarus yaitu satu unit kandang
dengan berbagai bentuk kandang untuk dapat menampung seperti induk partus,
induk kering, induk bunting, pejantan dan anak babi. Seiring waktu usaha yang
dijalankan mengalami kemajuan dengan adanya permintaan jumlah anak babi
yang semakin banyak maka pada Tahun 2004 ternak babi didatangkan dari solo
sebanyak 44 ekor dengan jenis landrace, duroc dan pada tahun 2008-2010 di
datangkan dari kabupaten Tulung agung jawa timur dan bali sebanyak 125 ekor.
BAB III
PELAKSANAAN MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat Magang


Magang Babi dilaksanakan di UPT pembibitan dan pakan ternak instalasi Tarus terletak
di Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Magang dilaksanakan selama 4 minggu dari tanggal 20 januari 2020 hingga
14 februari 2020.

3.2. Materi Kegiatan Magang


Magang dilaksanakan dengan cara magang kerja (observasi-partisipasi), yaitu
mewajibkan mahasiswa untuk ikut serta secara aktif selama 4 minggu melaksanakan
pekerjaan di Instalasi Tarus sesuai dengan ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan oleh
pimpinan instalasi tersebut.
BAB IV
HASIL KEGIATAN MAGANG

4.1 Jenis-Jenis Babi Yang Dipelihara

Beberapa jenis ternak babi yang dipelihara di Peternakan ini antara lain:

1.      Yorkshire (Large white)

Yorkshire (Large white) berasal dari Inggris dengan ciri-ciri kepala/muka berbentuk

seperti mangkuk, telinga tegak, badan besar, panjang dan dalam, warna seluruh tubuh putih,

bersifat sebagai induk yang baik dan air susunya banyak (Prasetya, 2012).

Berdasarkan ciri di atas, ternak babi yorkshire yang ada di Peternakan memiliki ciri yang

sama yakni warna bulu putih, muka agak cekung, telinga tegak, memiliki sifat keibuan yang

baik, tubuh panjang dan dalam, dan puting susu 6 −7 pasang.

2.      Landrance

Babi landrace merupakan babi unggul yang berasal dari Denmark, dengan ciri-ciri tubuh

panjang dan dalam, kepala kecil agak panjang, telingga terkulai rebah kedepan, warna putih

halus dan bulu halus (Prasetya, 2012).

Ternak babi yang ada di peternakan ini memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan

Prasetya yaitu, telingga terkulai, tubuh panjang dan dalam, memiliki, dan warna bulu putih

dan halus.

3.      Duroc

Ternak babi ini berasal dari Amerika dengan ciri-ciri kepala panjang dan lebar, profil

muka cekung, telinga sedang dan cenderung terkulai kedepan, mata besar berwarna coklat

muda, hidung pendek serta moncongnya lebar dan panjang, badan yang kompak dan

memanjang, warna bulu coklat kemerahan (Wheindrata, 2013).


Ternak babi yang ada memiliki ciri-ciri yang sama dikemukakan oleh Wheindrata yakni

badan yang kompak dan panjang, warna bulu coklat kemerahan, hidung pendek serta

moncongnya lebar dan panjang, dan telinga terkulai ke depan.

4.      Pitrain

Ternak babi ini berasal dari Belgia dengan ciri-ciri memiliki warna bulu putih, tubuh

besar, memiliki perototan pada bagian pantat, kaki kuat, memiliki 7 pasang puting susu dan

telinga tegak.

5.      Landrance-Yorkhsire (LY)

Babi Ly merupakan persilangan antara Landrance dan Yorkshire yang dilakukan oleh

PT. KPS. Babi Ly ini membawa ciri-ciri kedua babi persilangan tersebut yakni warna bulu

putih , telinga terkulai ke depan, memiliki sifat keibuan, puting susu 6 − 7 pasang serta tubuh

panjang dan besar.

4.2     Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan air minum, pembersihan

kandang, mengenal tanda-tanda birahi, perkawinan, penanganan kelahiran, dan pencegahan

serta penanganan penyakit.

4.2.1     Pemberian Pakan dan Air Minum

Ternak babi menyusui dan induk bunting yang akan melahirkan diberikan dua kali

sehari yaitu pagi pukul 07.00 WITA dan sore pukul 03.00 WITA masing-masing sebanyak

2,5 kg/ekor setiap kali pemberian. Ternak babi pejantan dan induk kosong diberikan satu kali

dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 WITA sebanyak 2 kg/ekor. Bagi ternak babi dengan

kondisi badan kurus diberikan satu kali sehari dengan jumlah 3 kg/ekor. Menurut Sihombing

(1991), konsumsi ransum per hari (kg) untuk induk bunting 2,0 - 2,5 kg, induk laktasi 3,0 -

4,5 kg, pejantan 2,0 - 2,5 kg, sedangkan induk kering 2,5-3,5 kg.
Pemberian pakan yang dilakukan dalam bentuk kering. Prasetya (2012) menyatakan

bahwa pemberian pakan babi secara kering dapat memberikan rangsangan agar bisa

memperoleh berat hidup yang maksimal. Pakan yang diberikan bagi ternak selama PKL yaitu

pakan jadi dalam bentuk pelet dengan merek NP 56. Komposisi bahan pakan NP 56 tertera

pada Tabel 2. Sedangkan pemberian air minum secara ad libitum (selalu tersedia) dengan

menggunakan nippel melalui saluran pipa sehingga ternak babi dapat minum sendiri.

Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan dengan Merek NP56


No Komposisi %
1 Kadar air Max 13,00
2 Protein 15,50-17,50
3 Lemak Min 4,0
4 Serat Max 9,0
5 Abu Max 8,0
6 Calcium Min 0,90
7 Phosphor Min 0,70
Sumber: PT.Charoen Pokphand Indonesia Tahun 2014

4.2.2 Pembersihan Kandang dan Memandikan Ternak

Pembersihan kandang dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang dan kesehatan

ternak babi. Pembersihan kandang dilakukan pada pagi hari setelah kegiatan pemberian

pakan yaitu pagi pukul 08.00 WITA khusus untuk kandang induk menyusui dan kandang

individu. Sedangkan pembersihan kandang untuk induk menyusui dilakukan pada sore hari

yaitu pada pukul 03.00 WITA. Kegiatan pembersihan kandang ini dilakukan setiap hari yang

dimulai dengan membersihkan feses terlebih dahulu pada sela-sela saluran pembuangan air

kencing dengan menggunakan belahan bambu.

Feses yang berceceran dan melekat dilantai kandang disapu serta pakan yang tumpah

dari tempat pakan dibersihkan. Selanjutnya feses dan sisa pakan yang telah dikumpulkan

dimasukkan ke dalam gerobak dorong untuk dibuang pada tempat penampungan. Setelah

membersihkan kandang kemudian dilakukan penyemprotan lantai kandang yang dimulai


dengan menyemprot cela-cela lantai kandang agar fesesnya tidak tersumbat, kemudian

dilakukan kegiatan memandikan ternak.

Kegiatan memandikan ternak ini menggunakan mesin semprot dengan cara air dalam

selang disemprotkan ke tubuh babi. Ternak dimandikan dengan cara air disemprot keseluruh

bagian tubuhnya kemudian disikat agar feses yang melekat pada tubuh dapat dikeluarkan.

4.3 Penanganan Induk dan Kelahiran

4.3.1 Penanganan Induk

Penanganan induk memerlukan perhatian khusus terutama induk bunting, induk yang

akan melahirkan, dan induk sehabis melahirkan (Prasetya, 2012). Penanganan induk di

Peternakan ini secara khusus dilakukan untuk menjaga induk agar tidak mudah terserang

penyakit yang dapat menyebabkan kematian.

Kegiatan ini diawali dari perkawinan sampai melahirkan. Salah satu hal penting yang

diperhatikan dalam penanganan induk ini adalah pakan yang diberikan harus berkualitas dan

dalam jumlah 2,5 kg/ekor/hari.

4.3.2 Penanganan Induk Bunting

Penanganan induk bunting yang dilakukan yaitu memindahkan induk bunting dari

kandang individu ke kandang melahirkan. Salah satu hal yang sangat diperhatikan dalam

penanganan induk bunting adalah pemenuhan kebutuhan pakan. Ardana dan Putra (2008),

menyatakan bahwa pemberian pakan yang cukup dalam penanganan induk bunting adalah

untuk menjamin kondisi tubuh induk tetap bagus pada saat melahirkan anak dan

dihasilkannya jumlah anak lahir seperindukan (litter size) yang tinggi.

Pemindahan induk bunting ke kandang melahirkan dilakukan 10 hari menjelang

melahirkan. Perlakuan ini dilakukan terhadap semua induk, baik induk yang sudah pernah

beranak maupun babi dara yang belum pernah beranak. Prasetya (2012) menyatakan bahwa
pemindahan induk yang pernah beranak dilakukan 2-3 hari sebelum melahirkan, sedangkan

babi dara yang belum pernah melahirkan lebih awal yaitu 4-5 hari.

4.3.3 Penanganan Kelahiran

Penanganan kelahiran bertujuan untuk membantu induk yang mengalami kesulitan

atau gangguan serta kelelahan ketika melahirkan dengan tujuan untuk menyelamatkan induk

yang akan melahirkan tersebut dan anak yang akan lahir. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penanganan kelahiran adalah mengenal tanda-tanda babi yang akan

melahirkan dan membantu proses kelahiran.

Prasetya (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda induk yang akan melahirkan yaitu:

perut turun ke bawah, urat daging sekitar vulva mengendor, vulva membengkak, berwarna

merah dan keluar lendir, ambing mengeras, puting berwarna kebiruan, dan nafsu makan

menurun. Penanganan kelahiran dilakukan pada saat mengetahui beberapa tanda spesifik

sesuai dengan pendapat Prasetya (2012). Apabila beberapa tanda tersebut tampak maka mulai

dilakukan persiapan alat dan bahan untuk membantu proses kelahiran.

Dalam hal penanganan kelahiran, karyawan/petugas kandang melakukan beberapa hal

diantaranya adalah:

1)      Membersihkan lendir yang masih menempel pada bagian hidung dan mulut anak babi

yang baru lahir menggunakan kain agar pernapasannya lancar kemudian bagian

tubuhnya ditaburi dengan serbuk kayu lalu dibersihkan.

2)      Anak babi langsung diberi zat besi Pig-Ironject 20% + B12 dan D.I.R.P.D dengan dosis 1

cc/ekor. Komposisi Pig-Ironject 20% + B12 yaitu iron in dextran complex 200 mg dan

vitamin B12 200 mg . Sedangkan D.I.R.P.D yaitu iron dextran complex equivalent to

iron 10 mg

3)      Dilakukan pemotongan ekor, gigi, dan tali pusar

4)      Anak babi yang lemah didekatkan ke induk agar bisa menyusu
5)      Anak babi yang kedinginan dimasukkan ke dalam boks pemanas yang telah dilengkapi

dengan lampu penghangat berukuran 60 watt

6)      Apabila induk mengalami kesulitan atau gangguan pada saat melahirkan maka dilakukan

pertolongan dengan memasukkan tangan ke dalam vagina. Terlebih dahulu olesi tangan

dengan sabun dan dibasahi dengan air yang sudah dicampur dengan Lodosept atau obat

merah. Selanjutnya tangan dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan-lahan sambil

memutar secara bolak-balik, kemudian memeriksa posisi anak babi dalam rahim dan

dilanjutkan dengan memegang anak babi tersebut untuk ditarik keluar pelan-pelan agar

induknya tidak merasa sakit.

4.4 Pemeliharaan Anak Babi

4.4.1 Pemeliharaan anak babi pre-starter

Anak babi pre-stater yang ada di Peternakan ini adalah anak babi yang berumur 1-10

hari. Anak babi yang lemah saat dilahirkan langsung dituntun ke puting induk agar

mendapatkan puting yang air susunya lancar sedangkan anak babi yang kuat berdiri langsung

didekatkan pada induk dengan sendirinya mencari puting yang air susunya lancar. Hal ini

sesuai dengan pendapat Prasetya (2012) bahwa, anak babi yang kuat akan memperoleh

puting yang air susunya lancar, tetapi sebaliknya yang lemah akan terdesak dan akan

memperoleh puting yang jelek yang air susunya sedikit. Pemeliharaan babi pre-stater yang

dilakukan antara lain:

a.        Pemotongan gigi, ekor dan tali pusar

Pemotongan gigi yang dilakukan adalah pada anak babi yang baru lahir dengan cara

anak babi dipegang pada bagian belakang telinga kemudian jari telunjuk dimasukkan ke

dalam mulut agar mulut terbuka dengan baik. Setelah mulut terbuka dilakukan pemotongan

pada gigi taring dengan menggunakan tang pemotong. Gigi yang dipotong serata dengan gusi

dengan tujuan untuk menghindari anak babi melukai puting susu induk maupun anak babi
yang lain. Sihombing (2006) menyatakan bahwa dalam melakukan pemotongan gigi

dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai gusi atau lidah.

Setelah dilakukan pemotongan gigi dilanjutkan dengan pemotongan ekor menggunakan

gunting dengan ukuran 2−3 cm dari pangkal ekor. Tujuan pemotongan ekor untuk

memudahkan saat perkawinan apabila anak babi akan dijadikan bibit. Apabila pemotongan

ekor selesai kemudian dilakukan pemotongan tali pusar menggunakan gunting dengan cara

anak babi dipegang sambil diangkat kemudian dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 cm

dari perut. Sesuai dengan pendapat Sihombing (2006), tali pusar dipotong segera setelah lahir

dengan ukuran 5 cm dari pangkalnya.

Gambar 1. Pemotongan ekor anak babi Gambar 2. Pemotongan gigi anak babi

b.      Pemberian Zat Besi

Pemberian zat besi pada anak babi dilakukan pertama kali pada peternakan ini sekitar 5 –

10 menit setelah lahir dengan cara Intramuscular yaitu dengan menggunakan obat Pig-

Ironjec 20% + B12 dan obat D.I.R.P.D dengan dosis 1 cc/ekor. Tujuan pemberian zat besi

untuk mencegah terjadinya anemia.

Mekanisme kerja zat besi pada anak babi adalah membentuk haemoglobin atau pigmen

pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut 02 (oxyagen) ke seluruh jaringan
tubuh. Hal ini berbeda dengan pendapat Sihombing (2006) menyatakan bahwa zat besi

diberikan dalam waktu 48-72 jam yang pertama setelah melahirkan.

Gambar 3. Pemberian zat besi berupa ferdex pada anak babi

4.4.2 Pemeliharaan Anak Babi Fase Starter

Pemeliharaan babi fase starter dimulai dari anak babi umur 11 − 20 hari. Beberapa

kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan anak babi fase starter adalah:

a.      Kastrasi

Kastrasi atau pengebirian adalah tindakan mematikan produksi sel kelamin jantan dengan

memotong tes-tes atau memutuskan saluran vas deferens yang berfungsi menyalurkan sperma

ke penis. Menurut Prasetya (2012) kastrasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara

tertutup dan cara terbuka. Cara tertutup dilakukan dengan mengikat saluran yang menuju tes-

tes sehingga sel-sel jantan akan mati. Kastrasi cara terbuka dilakukan dengan pembedahan

untuk mengeluarkan tes-tes. Lebih lanjut Prasetya (2012) menyatakan bahwa tujuan dari

kastrasi adalah untuk mempertahankan kualitas daging, agar pejantan tidak dapat

dipergunakan lagi jadi bibit atau pemacek, menghindari babi jantan yang berkualitas jelek

mengawini calon-calon induk yang bagus dan untuk menjinakan ternak babi yang
mempunyai sifat buas atau kanibalisme. Sebaiknya anak babi dikastrasi sebelum umur 10

hari, terkecuali anak yang akan dicalonkan atau dijadikan bibit (Sihombing, 2006).

Kastrasi yang dilakukan di Peternakan tersebut sesuai dengan pernyataan yang

dikemukaan oleh Sihombing, (2006) yakni sebelum berumur 10 hari atau tepatnya pada umur

7 hari dengan cara terbuka. Sebelum dikastrasi, anak babi terlebih dahulu disuntik dengan

obat Alamycin LA dengan dosis ½ cc/ekor untuk mencegah terjadinya White Scours (berak

putih).

Hal-hal yang perlu disiapkan dalam proses kastrasi adalah:

1.        Siapkan alat dan bahan yaitu silet atau pisau dan Lodosept 100 ml,

2.        Anak babi dipegang oleh seorang petugas dengan cara kedua kaki belakangnya

menghadap ke atas, kemudian petugas yang lain yang memegang silet meremas scrotum agar

tes-tes muncul dan mudah dibedah

3.        Tes-tes ditekan dengan ibu jari kiri ke atas dan jari telunjuk ke bawah supaya mudah

dibedah dengan silet

4.        Skrotum dibedah untuk mengeluarkan tes-tes.

5.        Tes-tes yang sudah keluar dipotong tepat pada saluran vas deferens

6.        Bekas luka ditetesi dengan Lodosept atau obat merah.

Untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan sebaiknya luka akibat bekas

potong (kastrasi) dijahit, terkecuali untuk babi yang berumur 4 - 5 minggu tidak perlu dijahit

(Prasetya, 2012). Hal ini sesuai dengan praktek di Peternakan ini dimana karena umur babi

yang dikastrasi berumur 7 hari sehingga pada bekas lukanya tidak dijahit tetapi hanya ditetesi

dengan Lodosept atau obat merah.

b.      Penyapihan

Penyapihan adalah tindakan memisahkan anak dari induk babi. Tindakan ini dilakukan

dengan mempertimbangkan kondisi tubuh induk dan produksi air susu. Tujuan dari
penyapihan ini agar induknya dapat dikawinkan lagi dalam waktu singkat. Prasetya (2012)

menyatakan bahwa penyapihan anak babi lebih cepat agar induknya dapat dikawinkan dalam

waktu singkat sehingga bisa beranak tiga kali setahun.

Penyapihan anak babi dilakukan pada umur 21 - 27 hari dengan kategori anak babi yang

disapih memiliki kondisi tubuh yang sehat, lincah, dan kuat. Penyapihan dilakukan dengan

cara anak babi diangkat dari dalam kandang melahirkan lalu dimasukan dalam gerobak

dorong, kemudian didorong mendekati mobil pengantar anak babi sapihan ke kandang

penggemukan milik PT. KPS. Setelah mendekati mobil anak babi diangkat satu persatu dari

dalam gerobak untuk di masukkan dalam mobil. Khusus untuk anak babi yang kondisi

tubuhnya kurang bagus atau kerdil dilakukan pemeliharaan lanjutan dengan cara menitipkan

anak babi pada induk lain.

4.5 Pemeliharaan Induk Bunting

Pemeliharaan induk bunting yang dilakukan merupakan salah satu hal penting yang

selalu diperhatikan, terutama makanannya yang harus mengandung protein dan mineral.

Kebuntingan diawali pada saat terjadinya pembuahan sampai kelahiran. Ternak babi

dikatakan bunting apabila setelah 21 hari dikawinkan tidak menunjukan gejala birahi lagi.

Umur kebuntingan ternak babi umumnya adalah 114 hari dari waktu terjadinya

pembuahan. Lama kebuntingan dapat bervariasi antara 111 hari dan 120 hari (Ardana dan

Putra, 2008). Sementara menurut Wheindrata (2013), kebuntingan pada ternak babi berkisar

antara 111 hari sampai 117 hari, tergantung sifat genetik induknya.

Umur kebuntingan ternak di lokasi PKL variasi sejalan dengan pendapat Ardana dan

Putra yaitu 111 hari dan 120 hari. Ternak yang bunting dipindahkan di kandang individu 10

hari menjelang melahirkan dengan tujuan agar dapat menyusaikan diri dengan tempat yang

baru sebelum melahirkan.


Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan pada pemeliharaan induk bunting adalah

kesehatan dan pakan yang berkualitas serta kondisi kandang yang harus selalu bersih.

Kondisi ini bertujuan agar ternak babi selalu dalam keadaan sehat dan anak yang akan lahir

juga sehat.

4.6 Pemeliharaan Induk Menyusui

Induk menyusui dipelihara dalam kandang melahirkan selama 36 hari dimulai dari induk

sebelum melahirkan sampai anaknya disapih. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam

sehari yakni pagi dan sore hari sebanyak 5 kg/ekor/hari dalam bentuk kering. Sedangkan air

minum diberikan secara ad libitum dengan menggunakan nippel.

Penanganaan kesehatan pada Induk menyusui yang dilakukan selama PKL disesuaikan

dengan kondisi kesehatan induk tersebut. Induk yang mencret (scours) dengan dengan tanda-

tanda feses encer, kurang makan, kondisi tubuh lemah, dan apabila diraba pada bagian bawah

perut tubuh ternak terasa panas, maka dilakukan pengobatan menggunakan obat Kolamox LA

dengan dosis 4 cc/ekor.

4.7 Pemeliharaan Pejantan

Pejantan dipelihara dalam kandang individu dengan ukuran panjang 161 cm, lebar 72 cm

dan tinggi besi pembatasnya 51 cm. Perawatan pejantan dilakukan dengan tujuan pejantan

dapat megawini induk yang birahi sebelum semen dari PT. KPS didatangkan. Pemberian

pakan dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 Wita sebanyak 2 kg/ekor.

4.8 Perkembangbiakan

Kunci utama dalam suatu usaha pembibitan babi dalam rangka meningkatkan

produtivitas adalah menajemen perkawinan dan seleksi bibit.

4.8.1 Perkawinan Ternak

Perkawinan ternak babi dilakukan secara alami dan menggunakan teknologi Inseminasi

Buatan (IB). Hal yang penting untuk diperhatikan dalam perkawinan adalah mendeteksi
birahi. Pendeteksian birahi di Peternakan ini dilakukan dengan cara ternak jantan dikeluarkan

dari dalam kandang kemudian dipertemukan dengan induk. Apabila ternak jantan menaiki

induk itu maka dapat disimpulkan bahwa induk tersebut sedang mengalami birahi sehingga

selanjutnya karyawan dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkannya agar

tercapainya pembuahan yang tinggi.

Berkaitan dengan perkembangbiakan yang penting untuk diperhatikan adalah

menentukan masa birahi dan waktu mengawinkan babi.

1.      Masa birahi

Masa birahi pada induk hanya berlangsung selama 2 – 5 hari yang ditandai dengan sikap

diam (siap mau dikawin), vulva membengkak dan berwarna merah serta nafsu makan

berkurang (Wheindrata, 2013).

Massa birahi pada babi di peternakan ini sesuai dengan pendapat Wheindrata yakni 2 – 5

hari bervariasi antara induk yang sudah pernah beranak dan yang belum pernah beranak.

Tanda-tanda babi birahi di Peternakan ini adalah vulva membengkak dan berwarna merah,

nafsu makan berkurang, mengeluarkan lendir putih dari vulva, dan jika ditekan pada bagian

punggung babi akan diam.

2.      Waktu mengawinkan babi

Perkawinan ternak babi di Peternakan tersebut adalah pada saat babi dara berumur 6 − 7

bulan dengan bobot badan 90 − 100 kg untuk ternak babi yang baru pertama kali dikawinkan,

sedangkan babi jantan dapat dikawinkan pada umur 8 − 10 bulan dengan bobot badan 110

−120 kg. Lama birahi untuk induk dara yang pertama kali dikawin adalah 60 jam. Sedangkan

untuk induk babi yang pernah beranak 40 jam (Ardana dan Putra, 2008).

Dalam kegiatan PKL yang dilakukan apabila ternak babi birahi pada pagi atau sore hari

maka langsung dikawinkan baik secara alami maupun dengan IB. Perkawinan dilakukan 2-4

kali untuk memungkinkan beranak banyak dengan menggunakan pejantan yang sama atau
dikawinkan secara IB setelah dikawinkan secara alamiah. Sesuai hasil pengamatan,

penentuan waktu perkawinan secara alamiah menunjukkan hasil yang sangat baik dimana

dari 20 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, 15 ekornya tidak menunjukan gejala-gejala

birahi lagi atau bunting. Sedangkan penentuan waktu perkawinan secara IB menunjukkan

hasil yang kurang baik dimana dari 10 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, hanya 3 ekor

yang bunting.

4.8.2 Seleksi Bibit

Seleksi atau memilih bibit pejantan dan induk sangat penting untuk menentukan hasil

pembibitan yang diperoleh karena pejantan dan induk yang berkualitas akan menghasilkan

bibit yang unggul (Wheindrata, 2013).

Pelaksanaan seleksi ternak babi yang akan dijadikan bibit yang dilakukan oleh petugas

dari PT. KPS di kandang penggemukan dengan melihat beberapa kriteria: 1) Induk, dilihat

dari kesehatannya (sehat), memiliki sifat keibuan yang diturunkan dari induknya, kaki lurus

dan kuat, paha lebar dan tebal, tubuh memanjang, jumlah puting susu minimal 14 pasang,

pertumbuhan cepat menjadi besar; 2) Ternak babi jantan, kaki kuat, (terutama kaki

belakang) dengan tumit yang kuat, kuku rapat, testes simetris, memiliki sifat agresif, tubuh

panjang, punggung agak melengkung dan kuat. Selanjutnya hasil seleksi diserahkan kepada

Peternakan yang bermitra dengan PT. KPS yang memerlukan pejantan dan induk baru.

4.9 Perkandangan

Untuk mencapai kesuksesan dalam suatu usaha Peternakan babi, kandang yang baik

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Wheindrata (2013) menyatakan

bahwa kandang merupakan syarat utama untuk dapat beternak babi karena kandang

mempunyai peranan sangat penting untuk perkembangan dan keberhasilan Peternakan babi.

Perkandangan di Peternakan Bapak Tantra adalah kandang terbuka yang berbentuk

ganda. Tipe kandang ini adalah tipe kandang ganda yang letaknya saling berhadapan satu
dengan yang lain. Prasetya (2012) menyatakan bahwa, kandang ganda yaitu bangunan

kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak

belakang. Atap kandang tersebut terbuat dari seng, lantai kandang dari semen dan tiangnya

terbuat dari semen dan beton.

Dinding kandang induk dan pejantan terbuat dari besi beton dan alas kandang terbuat

dari semen yang sengaja dibuat lubang agar air kencing dan fesesnya tidak tertimbun di atas

lantai. Pada kandang induk menyusui, lantai dilapisi dengan karet yang berlubang sehingga

air kencing dan fesesnya tidak tertimbun serta dindingnya terbuat dari besi beton.

Jenis dan ukuran kandang yang ada di peternak Bapak Tantra dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan ukuran kandang di Peternakan Bapak Tantra


Ukuran kandang
No Kandang
Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)
1 Boks pemanas 161 72 51
2 Induk menyusui 219 179 74
3 Induk 217 62 102
4 Pejantan 217 65 150
Sumber: Peternakan Babi Tarus (2020)
Bangunan kandang yang ada di peternakan selama PKL adalah menghadap arah Timur

– Barat. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetya (2012) bahwa kandang sebaiknya dibangun

menghadap ke timur untuk memperoleh sinar matahari pagi yang cukup, sebab sinar matahari

pagi tidak begitu panas dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari berfungsi

untuk membantu proses pembentukan vitamin D, desinfektan, dan mempercepat pengeringan

kandang sehabis dibersihkan dengan air.

4.10 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Ardana dan Putra (2008), menyatakan bahwa untuk meghindari kerugian akibat

kematian yang disebabkan penyakit sebaiknya dilakukan pencegahan dan pengobatan

penyakit.

Selama kegiatan PKL, terdapat beberapa jenis penyakit yang menyerang ternak babi

antara lain:
1.      White scours (mencret putih)

Penyakit ini merupakan suatu penyakit endemik di Peternakan ini sehingga semua anak

babi tidak luput dari penyakit tersebut. Penyakit ini sering menyerang anak babi umur 1-2

minggu. Prasetya (2012) menyatakan bahwa penyebab penyakit white scours ini adalah

Escherichia coli, yaitu bakteri yang bisa masuk lewat tali pusar anak babi yang sakit.

Biasanya babi kecil mudah menderita mencret putih jika kedinginan, lantai lembab, makanan

induk jelek, atau anak terlampau banyak menyusu. Tindakan yang dilakukan pada peternakan

ini untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut adalah dengan melakukan sanitasi

kandang dan memberikan obat trimoxal suspension dengan dosis 0,5 ml/ekor secara oral.

Pada anak babi yang sudah terinfeksi, jika pengobatan ini tidak memberikan kesembuhan

maka akan diberikan obat Alamycin LA dengan dosis 1-2 cc/ekor. Pemberian obat ini dengan

cara injeksi intramusculer sampai anak babi bebas dari white scours. Apabila obat ini tidak

ada bisa digantikan dengan obat Oktacin-En 5% diberikan secara injeksi intramusculer

dengan dosis 1 cc/ekor.

2.      Anemia

Anemia adalah penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh defisiensi vitamin dan

mineral. Penyakit ini sering menyerang anak babi di bawah umur 1 bulan terutama babi yang

kandangnya berlantai beton (Wheindrata, 2013). Pencegahan dan pengobatan penyakit

Anemia yang dilakukan selama kegiatan PKL yaitu dengan memberikan verdex melalui

injeksi secara Intaramusculer dengan dosis 2 cc/ekor untuk anak babi umur 3-7 hari dan Pig-

Ironject + 20% Vitamin B12 dengan doisis 2 cc/ekor pada anak babi umur 2-10 hari.

Pencegahan dilakukan dengan cara membersihkan kotoran dalam kandang dan selalu

memperhatikan kondisi kotoran, apabila tidak normal maka segera dilakukan pengobatan.
3.      Scours (Mencret)

Scours adalah suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada alat

pencernaan atau usus (Prasetya, 2012). Pencegahan penyakit scours di Peternakan ini yaitu

dengan cara sanitasi kandang dan memberikan obat Kolamox LA dengan dosis 1-2 cc/ekor.

Tujuan dari suatu usaha Peternakan adalah mendapatkan hasil yang memuaskan atau

mendapatkan keuntungan. Hasil usaha yang diperoleh Peternakan UPT tarus adalah bukan

dari hasil penjualan ternak babi fase finiser atau induk yang diafkir maupun jantan tetapi hasil

dari anak babi sapihan. Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan magang, dari 90 ekor

induk menghasilkan anak babi sapihan sebanyak 150 ekor/bulan.

Selama kegiatan magang berlangsung induk yang melahirkan sebanyak 14 ekor dari 98

ekor induk yang dipelihara. Dari semua Anak babi yang dilahirkan tersebut ada yang mati

sebelum proses penyapihan, 150 ekor berhasil di sapih dan ada pula yang belum disapih

karena kondisi tubuh anak babi yang tidak layak disapih (kurus, tidak lincah, lemah). Anak

babi yang belum disapih selanjutnya dipindahkan ke induk menyusui yang lain.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang di UPT peternakan babi Tarus disimpulkan bahwa

peternakan babi sudah menerapkan manajemen kandang, manajemen pakan, manajemen

kesehatan, dan biosekuriti dengan baik. Namun anak babi masih terserang penyakit seperti

White scours (mencret putih), Anemia, dan Scours (Mencret). Selain itu terlihat pula induk

babi dan babi pejantan tiba-tiba menunjukkan gejala kurang nafsu makan yang berdampak

pada kematian ternak babi.


DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I.B dan, D.K.H. Putra. (2008). Ternak Babi (Manajemen Reproduksi, Produksi dan
Penyakit). Udayana University Press.
Prasetya, H. 2012. Beternak Babi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hal: 27-139
Sihombing. (2006). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai