Oleh :
Leonardo Agung Egho Seme
1209011012
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa jenis ternak babi yang dipelihara di Peternakan ini antara lain:
Yorkshire (Large white) berasal dari Inggris dengan ciri-ciri kepala/muka berbentuk
seperti mangkuk, telinga tegak, badan besar, panjang dan dalam, warna seluruh tubuh putih,
bersifat sebagai induk yang baik dan air susunya banyak (Prasetya, 2012).
Berdasarkan ciri di atas, ternak babi yorkshire yang ada di Peternakan memiliki ciri yang
sama yakni warna bulu putih, muka agak cekung, telinga tegak, memiliki sifat keibuan yang
2. Landrance
Babi landrace merupakan babi unggul yang berasal dari Denmark, dengan ciri-ciri tubuh
panjang dan dalam, kepala kecil agak panjang, telingga terkulai rebah kedepan, warna putih
Ternak babi yang ada di peternakan ini memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan
Prasetya yaitu, telingga terkulai, tubuh panjang dan dalam, memiliki, dan warna bulu putih
dan halus.
3. Duroc
Ternak babi ini berasal dari Amerika dengan ciri-ciri kepala panjang dan lebar, profil
muka cekung, telinga sedang dan cenderung terkulai kedepan, mata besar berwarna coklat
muda, hidung pendek serta moncongnya lebar dan panjang, badan yang kompak dan
badan yang kompak dan panjang, warna bulu coklat kemerahan, hidung pendek serta
4. Pitrain
Ternak babi ini berasal dari Belgia dengan ciri-ciri memiliki warna bulu putih, tubuh
besar, memiliki perototan pada bagian pantat, kaki kuat, memiliki 7 pasang puting susu dan
telinga tegak.
Babi Ly merupakan persilangan antara Landrance dan Yorkshire yang dilakukan oleh
PT. KPS. Babi Ly ini membawa ciri-ciri kedua babi persilangan tersebut yakni warna bulu
putih , telinga terkulai ke depan, memiliki sifat keibuan, puting susu 6 − 7 pasang serta tubuh
Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan air minum, pembersihan
Ternak babi menyusui dan induk bunting yang akan melahirkan diberikan dua kali
sehari yaitu pagi pukul 07.00 WITA dan sore pukul 03.00 WITA masing-masing sebanyak
2,5 kg/ekor setiap kali pemberian. Ternak babi pejantan dan induk kosong diberikan satu kali
dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 WITA sebanyak 2 kg/ekor. Bagi ternak babi dengan
kondisi badan kurus diberikan satu kali sehari dengan jumlah 3 kg/ekor. Menurut Sihombing
(1991), konsumsi ransum per hari (kg) untuk induk bunting 2,0 - 2,5 kg, induk laktasi 3,0 -
4,5 kg, pejantan 2,0 - 2,5 kg, sedangkan induk kering 2,5-3,5 kg.
Pemberian pakan yang dilakukan dalam bentuk kering. Prasetya (2012) menyatakan
bahwa pemberian pakan babi secara kering dapat memberikan rangsangan agar bisa
memperoleh berat hidup yang maksimal. Pakan yang diberikan bagi ternak selama PKL yaitu
pakan jadi dalam bentuk pelet dengan merek NP 56. Komposisi bahan pakan NP 56 tertera
pada Tabel 2. Sedangkan pemberian air minum secara ad libitum (selalu tersedia) dengan
menggunakan nippel melalui saluran pipa sehingga ternak babi dapat minum sendiri.
ternak babi. Pembersihan kandang dilakukan pada pagi hari setelah kegiatan pemberian
pakan yaitu pagi pukul 08.00 WITA khusus untuk kandang induk menyusui dan kandang
individu. Sedangkan pembersihan kandang untuk induk menyusui dilakukan pada sore hari
yaitu pada pukul 03.00 WITA. Kegiatan pembersihan kandang ini dilakukan setiap hari yang
dimulai dengan membersihkan feses terlebih dahulu pada sela-sela saluran pembuangan air
Feses yang berceceran dan melekat dilantai kandang disapu serta pakan yang tumpah
dari tempat pakan dibersihkan. Selanjutnya feses dan sisa pakan yang telah dikumpulkan
dimasukkan ke dalam gerobak dorong untuk dibuang pada tempat penampungan. Setelah
Kegiatan memandikan ternak ini menggunakan mesin semprot dengan cara air dalam
selang disemprotkan ke tubuh babi. Ternak dimandikan dengan cara air disemprot keseluruh
bagian tubuhnya kemudian disikat agar feses yang melekat pada tubuh dapat dikeluarkan.
Penanganan induk memerlukan perhatian khusus terutama induk bunting, induk yang
akan melahirkan, dan induk sehabis melahirkan (Prasetya, 2012). Penanganan induk di
Peternakan ini secara khusus dilakukan untuk menjaga induk agar tidak mudah terserang
Kegiatan ini diawali dari perkawinan sampai melahirkan. Salah satu hal penting yang
diperhatikan dalam penanganan induk ini adalah pakan yang diberikan harus berkualitas dan
Penanganan induk bunting yang dilakukan yaitu memindahkan induk bunting dari
kandang individu ke kandang melahirkan. Salah satu hal yang sangat diperhatikan dalam
penanganan induk bunting adalah pemenuhan kebutuhan pakan. Ardana dan Putra (2008),
menyatakan bahwa pemberian pakan yang cukup dalam penanganan induk bunting adalah
untuk menjamin kondisi tubuh induk tetap bagus pada saat melahirkan anak dan
melahirkan. Perlakuan ini dilakukan terhadap semua induk, baik induk yang sudah pernah
beranak maupun babi dara yang belum pernah beranak. Prasetya (2012) menyatakan bahwa
pemindahan induk yang pernah beranak dilakukan 2-3 hari sebelum melahirkan, sedangkan
babi dara yang belum pernah melahirkan lebih awal yaitu 4-5 hari.
atau gangguan serta kelelahan ketika melahirkan dengan tujuan untuk menyelamatkan induk
yang akan melahirkan tersebut dan anak yang akan lahir. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan kelahiran adalah mengenal tanda-tanda babi yang akan
Prasetya (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda induk yang akan melahirkan yaitu:
perut turun ke bawah, urat daging sekitar vulva mengendor, vulva membengkak, berwarna
merah dan keluar lendir, ambing mengeras, puting berwarna kebiruan, dan nafsu makan
menurun. Penanganan kelahiran dilakukan pada saat mengetahui beberapa tanda spesifik
sesuai dengan pendapat Prasetya (2012). Apabila beberapa tanda tersebut tampak maka mulai
diantaranya adalah:
1) Membersihkan lendir yang masih menempel pada bagian hidung dan mulut anak babi
yang baru lahir menggunakan kain agar pernapasannya lancar kemudian bagian
2) Anak babi langsung diberi zat besi Pig-Ironject 20% + B12 dan D.I.R.P.D dengan dosis 1
cc/ekor. Komposisi Pig-Ironject 20% + B12 yaitu iron in dextran complex 200 mg dan
vitamin B12 200 mg . Sedangkan D.I.R.P.D yaitu iron dextran complex equivalent to
iron 10 mg
4) Anak babi yang lemah didekatkan ke induk agar bisa menyusu
5) Anak babi yang kedinginan dimasukkan ke dalam boks pemanas yang telah dilengkapi
6) Apabila induk mengalami kesulitan atau gangguan pada saat melahirkan maka dilakukan
pertolongan dengan memasukkan tangan ke dalam vagina. Terlebih dahulu olesi tangan
dengan sabun dan dibasahi dengan air yang sudah dicampur dengan Lodosept atau obat
memutar secara bolak-balik, kemudian memeriksa posisi anak babi dalam rahim dan
dilanjutkan dengan memegang anak babi tersebut untuk ditarik keluar pelan-pelan agar
Anak babi pre-stater yang ada di Peternakan ini adalah anak babi yang berumur 1-10
hari. Anak babi yang lemah saat dilahirkan langsung dituntun ke puting induk agar
mendapatkan puting yang air susunya lancar sedangkan anak babi yang kuat berdiri langsung
didekatkan pada induk dengan sendirinya mencari puting yang air susunya lancar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Prasetya (2012) bahwa, anak babi yang kuat akan memperoleh
puting yang air susunya lancar, tetapi sebaliknya yang lemah akan terdesak dan akan
memperoleh puting yang jelek yang air susunya sedikit. Pemeliharaan babi pre-stater yang
Pemotongan gigi yang dilakukan adalah pada anak babi yang baru lahir dengan cara
anak babi dipegang pada bagian belakang telinga kemudian jari telunjuk dimasukkan ke
dalam mulut agar mulut terbuka dengan baik. Setelah mulut terbuka dilakukan pemotongan
pada gigi taring dengan menggunakan tang pemotong. Gigi yang dipotong serata dengan gusi
dengan tujuan untuk menghindari anak babi melukai puting susu induk maupun anak babi
yang lain. Sihombing (2006) menyatakan bahwa dalam melakukan pemotongan gigi
gunting dengan ukuran 2−3 cm dari pangkal ekor. Tujuan pemotongan ekor untuk
memudahkan saat perkawinan apabila anak babi akan dijadikan bibit. Apabila pemotongan
ekor selesai kemudian dilakukan pemotongan tali pusar menggunakan gunting dengan cara
anak babi dipegang sambil diangkat kemudian dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 cm
dari perut. Sesuai dengan pendapat Sihombing (2006), tali pusar dipotong segera setelah lahir
Gambar 1. Pemotongan ekor anak babi Gambar 2. Pemotongan gigi anak babi
Pemberian zat besi pada anak babi dilakukan pertama kali pada peternakan ini sekitar 5 –
10 menit setelah lahir dengan cara Intramuscular yaitu dengan menggunakan obat Pig-
Ironjec 20% + B12 dan obat D.I.R.P.D dengan dosis 1 cc/ekor. Tujuan pemberian zat besi
Mekanisme kerja zat besi pada anak babi adalah membentuk haemoglobin atau pigmen
pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut 02 (oxyagen) ke seluruh jaringan
tubuh. Hal ini berbeda dengan pendapat Sihombing (2006) menyatakan bahwa zat besi
Pemeliharaan babi fase starter dimulai dari anak babi umur 11 − 20 hari. Beberapa
kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan anak babi fase starter adalah:
a. Kastrasi
Kastrasi atau pengebirian adalah tindakan mematikan produksi sel kelamin jantan dengan
memotong tes-tes atau memutuskan saluran vas deferens yang berfungsi menyalurkan sperma
ke penis. Menurut Prasetya (2012) kastrasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
tertutup dan cara terbuka. Cara tertutup dilakukan dengan mengikat saluran yang menuju tes-
tes sehingga sel-sel jantan akan mati. Kastrasi cara terbuka dilakukan dengan pembedahan
untuk mengeluarkan tes-tes. Lebih lanjut Prasetya (2012) menyatakan bahwa tujuan dari
kastrasi adalah untuk mempertahankan kualitas daging, agar pejantan tidak dapat
dipergunakan lagi jadi bibit atau pemacek, menghindari babi jantan yang berkualitas jelek
mengawini calon-calon induk yang bagus dan untuk menjinakan ternak babi yang
mempunyai sifat buas atau kanibalisme. Sebaiknya anak babi dikastrasi sebelum umur 10
hari, terkecuali anak yang akan dicalonkan atau dijadikan bibit (Sihombing, 2006).
dikemukaan oleh Sihombing, (2006) yakni sebelum berumur 10 hari atau tepatnya pada umur
7 hari dengan cara terbuka. Sebelum dikastrasi, anak babi terlebih dahulu disuntik dengan
obat Alamycin LA dengan dosis ½ cc/ekor untuk mencegah terjadinya White Scours (berak
putih).
1. Siapkan alat dan bahan yaitu silet atau pisau dan Lodosept 100 ml,
2. Anak babi dipegang oleh seorang petugas dengan cara kedua kaki belakangnya
menghadap ke atas, kemudian petugas yang lain yang memegang silet meremas scrotum agar
3. Tes-tes ditekan dengan ibu jari kiri ke atas dan jari telunjuk ke bawah supaya mudah
5. Tes-tes yang sudah keluar dipotong tepat pada saluran vas deferens
Untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan sebaiknya luka akibat bekas
potong (kastrasi) dijahit, terkecuali untuk babi yang berumur 4 - 5 minggu tidak perlu dijahit
(Prasetya, 2012). Hal ini sesuai dengan praktek di Peternakan ini dimana karena umur babi
yang dikastrasi berumur 7 hari sehingga pada bekas lukanya tidak dijahit tetapi hanya ditetesi
b. Penyapihan
Penyapihan adalah tindakan memisahkan anak dari induk babi. Tindakan ini dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi tubuh induk dan produksi air susu. Tujuan dari
penyapihan ini agar induknya dapat dikawinkan lagi dalam waktu singkat. Prasetya (2012)
menyatakan bahwa penyapihan anak babi lebih cepat agar induknya dapat dikawinkan dalam
Penyapihan anak babi dilakukan pada umur 21 - 27 hari dengan kategori anak babi yang
disapih memiliki kondisi tubuh yang sehat, lincah, dan kuat. Penyapihan dilakukan dengan
cara anak babi diangkat dari dalam kandang melahirkan lalu dimasukan dalam gerobak
dorong, kemudian didorong mendekati mobil pengantar anak babi sapihan ke kandang
penggemukan milik PT. KPS. Setelah mendekati mobil anak babi diangkat satu persatu dari
dalam gerobak untuk di masukkan dalam mobil. Khusus untuk anak babi yang kondisi
tubuhnya kurang bagus atau kerdil dilakukan pemeliharaan lanjutan dengan cara menitipkan
Pemeliharaan induk bunting yang dilakukan merupakan salah satu hal penting yang
selalu diperhatikan, terutama makanannya yang harus mengandung protein dan mineral.
Kebuntingan diawali pada saat terjadinya pembuahan sampai kelahiran. Ternak babi
dikatakan bunting apabila setelah 21 hari dikawinkan tidak menunjukan gejala birahi lagi.
Umur kebuntingan ternak babi umumnya adalah 114 hari dari waktu terjadinya
pembuahan. Lama kebuntingan dapat bervariasi antara 111 hari dan 120 hari (Ardana dan
Putra, 2008). Sementara menurut Wheindrata (2013), kebuntingan pada ternak babi berkisar
antara 111 hari sampai 117 hari, tergantung sifat genetik induknya.
Umur kebuntingan ternak di lokasi PKL variasi sejalan dengan pendapat Ardana dan
Putra yaitu 111 hari dan 120 hari. Ternak yang bunting dipindahkan di kandang individu 10
hari menjelang melahirkan dengan tujuan agar dapat menyusaikan diri dengan tempat yang
kesehatan dan pakan yang berkualitas serta kondisi kandang yang harus selalu bersih.
Kondisi ini bertujuan agar ternak babi selalu dalam keadaan sehat dan anak yang akan lahir
juga sehat.
Induk menyusui dipelihara dalam kandang melahirkan selama 36 hari dimulai dari induk
sebelum melahirkan sampai anaknya disapih. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam
sehari yakni pagi dan sore hari sebanyak 5 kg/ekor/hari dalam bentuk kering. Sedangkan air
Penanganaan kesehatan pada Induk menyusui yang dilakukan selama PKL disesuaikan
dengan kondisi kesehatan induk tersebut. Induk yang mencret (scours) dengan dengan tanda-
tanda feses encer, kurang makan, kondisi tubuh lemah, dan apabila diraba pada bagian bawah
perut tubuh ternak terasa panas, maka dilakukan pengobatan menggunakan obat Kolamox LA
Pejantan dipelihara dalam kandang individu dengan ukuran panjang 161 cm, lebar 72 cm
dan tinggi besi pembatasnya 51 cm. Perawatan pejantan dilakukan dengan tujuan pejantan
dapat megawini induk yang birahi sebelum semen dari PT. KPS didatangkan. Pemberian
pakan dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 Wita sebanyak 2 kg/ekor.
4.8 Perkembangbiakan
Kunci utama dalam suatu usaha pembibitan babi dalam rangka meningkatkan
Perkawinan ternak babi dilakukan secara alami dan menggunakan teknologi Inseminasi
Buatan (IB). Hal yang penting untuk diperhatikan dalam perkawinan adalah mendeteksi
birahi. Pendeteksian birahi di Peternakan ini dilakukan dengan cara ternak jantan dikeluarkan
dari dalam kandang kemudian dipertemukan dengan induk. Apabila ternak jantan menaiki
induk itu maka dapat disimpulkan bahwa induk tersebut sedang mengalami birahi sehingga
selanjutnya karyawan dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkannya agar
Masa birahi pada induk hanya berlangsung selama 2 – 5 hari yang ditandai dengan sikap
diam (siap mau dikawin), vulva membengkak dan berwarna merah serta nafsu makan
Massa birahi pada babi di peternakan ini sesuai dengan pendapat Wheindrata yakni 2 – 5
hari bervariasi antara induk yang sudah pernah beranak dan yang belum pernah beranak.
Tanda-tanda babi birahi di Peternakan ini adalah vulva membengkak dan berwarna merah,
nafsu makan berkurang, mengeluarkan lendir putih dari vulva, dan jika ditekan pada bagian
Perkawinan ternak babi di Peternakan tersebut adalah pada saat babi dara berumur 6 − 7
bulan dengan bobot badan 90 − 100 kg untuk ternak babi yang baru pertama kali dikawinkan,
sedangkan babi jantan dapat dikawinkan pada umur 8 − 10 bulan dengan bobot badan 110
−120 kg. Lama birahi untuk induk dara yang pertama kali dikawin adalah 60 jam. Sedangkan
untuk induk babi yang pernah beranak 40 jam (Ardana dan Putra, 2008).
Dalam kegiatan PKL yang dilakukan apabila ternak babi birahi pada pagi atau sore hari
maka langsung dikawinkan baik secara alami maupun dengan IB. Perkawinan dilakukan 2-4
kali untuk memungkinkan beranak banyak dengan menggunakan pejantan yang sama atau
dikawinkan secara IB setelah dikawinkan secara alamiah. Sesuai hasil pengamatan,
penentuan waktu perkawinan secara alamiah menunjukkan hasil yang sangat baik dimana
dari 20 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, 15 ekornya tidak menunjukan gejala-gejala
birahi lagi atau bunting. Sedangkan penentuan waktu perkawinan secara IB menunjukkan
hasil yang kurang baik dimana dari 10 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, hanya 3 ekor
yang bunting.
Seleksi atau memilih bibit pejantan dan induk sangat penting untuk menentukan hasil
pembibitan yang diperoleh karena pejantan dan induk yang berkualitas akan menghasilkan
Pelaksanaan seleksi ternak babi yang akan dijadikan bibit yang dilakukan oleh petugas
dari PT. KPS di kandang penggemukan dengan melihat beberapa kriteria: 1) Induk, dilihat
dari kesehatannya (sehat), memiliki sifat keibuan yang diturunkan dari induknya, kaki lurus
dan kuat, paha lebar dan tebal, tubuh memanjang, jumlah puting susu minimal 14 pasang,
pertumbuhan cepat menjadi besar; 2) Ternak babi jantan, kaki kuat, (terutama kaki
belakang) dengan tumit yang kuat, kuku rapat, testes simetris, memiliki sifat agresif, tubuh
panjang, punggung agak melengkung dan kuat. Selanjutnya hasil seleksi diserahkan kepada
Peternakan yang bermitra dengan PT. KPS yang memerlukan pejantan dan induk baru.
4.9 Perkandangan
Untuk mencapai kesuksesan dalam suatu usaha Peternakan babi, kandang yang baik
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Wheindrata (2013) menyatakan
bahwa kandang merupakan syarat utama untuk dapat beternak babi karena kandang
mempunyai peranan sangat penting untuk perkembangan dan keberhasilan Peternakan babi.
ganda. Tipe kandang ini adalah tipe kandang ganda yang letaknya saling berhadapan satu
dengan yang lain. Prasetya (2012) menyatakan bahwa, kandang ganda yaitu bangunan
kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak
belakang. Atap kandang tersebut terbuat dari seng, lantai kandang dari semen dan tiangnya
Dinding kandang induk dan pejantan terbuat dari besi beton dan alas kandang terbuat
dari semen yang sengaja dibuat lubang agar air kencing dan fesesnya tidak tertimbun di atas
lantai. Pada kandang induk menyusui, lantai dilapisi dengan karet yang berlubang sehingga
air kencing dan fesesnya tidak tertimbun serta dindingnya terbuat dari besi beton.
Jenis dan ukuran kandang yang ada di peternak Bapak Tantra dapat dilihat pada Tabel 3.
– Barat. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetya (2012) bahwa kandang sebaiknya dibangun
menghadap ke timur untuk memperoleh sinar matahari pagi yang cukup, sebab sinar matahari
pagi tidak begitu panas dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari berfungsi
Ardana dan Putra (2008), menyatakan bahwa untuk meghindari kerugian akibat
penyakit.
Selama kegiatan PKL, terdapat beberapa jenis penyakit yang menyerang ternak babi
antara lain:
1. White scours (mencret putih)
Penyakit ini merupakan suatu penyakit endemik di Peternakan ini sehingga semua anak
babi tidak luput dari penyakit tersebut. Penyakit ini sering menyerang anak babi umur 1-2
minggu. Prasetya (2012) menyatakan bahwa penyebab penyakit white scours ini adalah
Escherichia coli, yaitu bakteri yang bisa masuk lewat tali pusar anak babi yang sakit.
Biasanya babi kecil mudah menderita mencret putih jika kedinginan, lantai lembab, makanan
induk jelek, atau anak terlampau banyak menyusu. Tindakan yang dilakukan pada peternakan
ini untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut adalah dengan melakukan sanitasi
kandang dan memberikan obat trimoxal suspension dengan dosis 0,5 ml/ekor secara oral.
Pada anak babi yang sudah terinfeksi, jika pengobatan ini tidak memberikan kesembuhan
maka akan diberikan obat Alamycin LA dengan dosis 1-2 cc/ekor. Pemberian obat ini dengan
cara injeksi intramusculer sampai anak babi bebas dari white scours. Apabila obat ini tidak
ada bisa digantikan dengan obat Oktacin-En 5% diberikan secara injeksi intramusculer
2. Anemia
Anemia adalah penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh defisiensi vitamin dan
mineral. Penyakit ini sering menyerang anak babi di bawah umur 1 bulan terutama babi yang
Anemia yang dilakukan selama kegiatan PKL yaitu dengan memberikan verdex melalui
injeksi secara Intaramusculer dengan dosis 2 cc/ekor untuk anak babi umur 3-7 hari dan Pig-
Ironject + 20% Vitamin B12 dengan doisis 2 cc/ekor pada anak babi umur 2-10 hari.
Pencegahan dilakukan dengan cara membersihkan kotoran dalam kandang dan selalu
memperhatikan kondisi kotoran, apabila tidak normal maka segera dilakukan pengobatan.
3. Scours (Mencret)
Scours adalah suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada alat
pencernaan atau usus (Prasetya, 2012). Pencegahan penyakit scours di Peternakan ini yaitu
dengan cara sanitasi kandang dan memberikan obat Kolamox LA dengan dosis 1-2 cc/ekor.
Tujuan dari suatu usaha Peternakan adalah mendapatkan hasil yang memuaskan atau
mendapatkan keuntungan. Hasil usaha yang diperoleh Peternakan UPT tarus adalah bukan
dari hasil penjualan ternak babi fase finiser atau induk yang diafkir maupun jantan tetapi hasil
dari anak babi sapihan. Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan magang, dari 90 ekor
Selama kegiatan magang berlangsung induk yang melahirkan sebanyak 14 ekor dari 98
ekor induk yang dipelihara. Dari semua Anak babi yang dilahirkan tersebut ada yang mati
sebelum proses penyapihan, 150 ekor berhasil di sapih dan ada pula yang belum disapih
karena kondisi tubuh anak babi yang tidak layak disapih (kurus, tidak lincah, lemah). Anak
babi yang belum disapih selanjutnya dipindahkan ke induk menyusui yang lain.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang di UPT peternakan babi Tarus disimpulkan bahwa
kesehatan, dan biosekuriti dengan baik. Namun anak babi masih terserang penyakit seperti
White scours (mencret putih), Anemia, dan Scours (Mencret). Selain itu terlihat pula induk
babi dan babi pejantan tiba-tiba menunjukkan gejala kurang nafsu makan yang berdampak
Ardana, I.B dan, D.K.H. Putra. (2008). Ternak Babi (Manajemen Reproduksi, Produksi dan
Penyakit). Udayana University Press.
Prasetya, H. 2012. Beternak Babi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hal: 27-139
Sihombing. (2006). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.