1. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini mempelajari tentang praktek pengenalan karakteristik
ternak, teknik pengukuran dan penilaian variabel-variabel yang digunakan dalam
penentuan keunggulan ternak, penilaian ternak berdasarkan penampilan,
pelaksanaan kontes dan seleksi ternak.
2. Relevansi
Kemampuan menilai ternak sangat menjunjang keahlian di bidang
peternakan, terutama sekali sebagai peternak profesional. Kemampuan ini dapat
dimanfaatkan untuk memilih ternak, baik untuk tujuan menentukan calon bibit
yang produktif, calon pembesaran dan penggemukan yang produktif dan efisien,
maupun ternak yang akan dipotong supaya menghasilkan daging yang banyak
dan berkualitas baik. Ketrampilan ini juga dapat digunakan untuk menjunjang
kegiatan dalam kont3es ternak, baik sebagai juri dalam kontes ternak, maupun
juri dalam lomba juri kontes ternak.
3. Sasaran Standar Kompetensi
a) Mampu mengidentifikasi sifat-sifat unggul berbagai jenis bangsa/ras dan
tipe ternak
b) Mampu melakukan penilaian terhadap potensi dan prospek berbagai jenis
ternak, baik untuk tujuan pembibitan, pembesaran, penggemukan,
pemotongan, maupun produksi susu (ternak perah)
c) Mampu memilih ternak berdasarkan hasil penilaian, baik untuk tujuan
seleksi
dalam
mendapatkan
ternak
unggul
maupun
dalam
mengidentifikasi ternak yang tidak produktif untuk pengafkiran ternak.
d) Mampu menjalankan tugas sebagai juri dalam kontes ternak
4. Sasaran Kompetensi Dasar
4.1. Mampu menjelaskan pengertian dan kegunaan dari penilaian ternak
4.2. Mampu mendiskripsikan ternak ideal
4.3. Mampu mendeskripsikan, mengukur dan menilai variabel-variabel
kualitatif
4.4. Mampu mendeskripsikan , mengukur, dan menilai variabel-variabel
kuantitatif
4.5. Mampu menangani ternak secara benar
4.6. Mampu menggunakan kartu skor penilaian ternak
4.7. Mampu menjalankan penilaian ternak secara komparatif dan kompetitif
4.8. Mampu mendeskripsikan karakteristik fisik berbagai ras dan tipe ternak
kambing dan domba yang populer
4.9. Mampu melakukan penilaian terhadap ternak kambing dan domba
secara komprehesif
4.10. Mampu menjalankan tugas sebagai juri dalam kontes ternak kambing
dan domba
4.11. Mampu mendeskripsikan karakteristik fisik berbagai ras dan tipe ternak
sapi yang populer
4.12. Mampu melakukan penilaian terhadap ternak sapi secara komprehesif
4.13. Mampu menjalankan tugas sebagai juri dalam kontes ternak sapi
4.14. Mampu mendeskripsikan karakteristik fisik berbagai ras dan tipe ternak
Babi yang populer
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
Variabel Penilaian
Ternak
Penilaian Ternak
Kambing dan Domba
Penilaian Ternak
Perah
Penilaian Ternak
Kuda
Pokok Bahasan
Teknik Penilaian
Ternak
POKOK BAHASAN I
TEKNIK PENILAIAN TERNAK
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi Singkat
Pada pokok bahasan ini mahasiswa akan mempelajari tentang berbagai
langkah teknis yang digunakan dalam menilai ternak. Langkah-langkah teknis
tersebut meliputi: bagaimana cara menangani (handling) untuk mendukung
kegiatan keperluan penilaian ternak, mengenali karakteristik ideal dari ternak,
menggunakan kartu skor, mengaplikasikan cara penilaian secara komparatif, dan
kompetitif.
1.1.2. Relevansi
Kompetensi dasar yang diperoleh melalui pokok bahasan ini akan dapat
digunakan untuk mendasari pengembangan kemampuan menilai ternak secara
komprtehensif
1.1.3. Standar Kompetensi
Mampu mempersiapkan diri untuk melakukan penilaian terhadap ternak
1.1.4. Kompetensi Dasar
a. Mampu menangani ternak secara benar
b. Mampu mendeskripsikan karakteristik fisik ternak ideal
c. Mampu membaca dan menggunakan kartu skor
d. Mampu melakukan penilaian ternak secara komparatif
e. Mampu melakukan penilaian ternak secara kompetitif
1.1.5. Indikator
a. Mahasiswa mampu menggiring ternak sapi, kambing, dan domba dari
lapangan terbuka ke dalam kandang, mampu merebahkan ternak sapi
dengan menggunakan tali dalam waktu kurang dari 10 menit, dan
Mahasiswa mampu menangkap, memegang dan mendudukkan kambing
dan domba tanpa menggunakan tali dalam waktu kurang dari 2 menit
b.
Mahasiswa mampu menggunakan ceck-list untuk mendeskripsikan
karakteristik fisik ideal secara tertulis dan lisan terhadap ternak sapi,
kambing, domba, babi, dan kuda.
c. Jika diberikan minimal 2 contoh data dalam kartu skor, mahasiswa
mampu memperbandingkan keunggulan 2 ekor ternak tersebut dengan
dengan benar
1.2. Penyajian
1.2.1. Penanganan (handling) Ternak
Diagram Flight Zone, peternak harus berada pada posisi di batas tepi flight
zone (B) untuk menggerakkan ternak, dan berada pada posisi di luar batas
tepi flight zone untuk menghentikan gerakan ternak tersebut.
(3) Beberapa Tip yang dapat dilakukan dalam menangani ternak supaya tetap
tenang dan dapat digerakkan secara alami.
(a) Peternak harus tenang dan kalem, teriakan, hentakan dan gerakan
tangan akan menarik perhatian ternak dan mengagitasi ternak.
(b) Pada waktu mengangkat domba, hindari cara mengangkat dengan
menjambak bulu woolnya.
(c) Gunakan penerangan yang cukup, karena ternak memiliki
kecenderungan untuk bergerak dari daerah gelap menuju ke daerah
yang lebih terang
(d) Perkecil sesuatu yang mengganggu perhatian ternak berada di depan
jalan masuk ternak, seperti kaleng yang mengkilat, bayang-bayang,
genangan air, karena akan menghentikan gerakan maju dari ternak.
(e) Arahkan gerakan angin untuk tidak menghembus ke wajah dari
ternak, karena dapat menghentikan gerakan ternak.
Gambar Cara Mengikatkan Tali Kendali pada Ternak Sapi dan Kerbau
Gambar Menunjukkan perbedaan bentuk tubuh. Sapi di atas sama-sama ras Guerensey,
memiliki catatan produksi susu yang relatif sama besar, tetapi antara keduanya akan
memiliki perbedaan kemampuan dalam mempertahankan produksinya. Sapi sebelah kiri
akan memiliki kemampuan mempertahankan produksi lebih baik dari sapi kanan ( W. B.
NEVENS and A. F. KUHLMAN. 1935. SELECTING DAIRY CATTLE. Univesrity of Illinois, Urbana)
(2) Karakter perah: bentuk tubuh (angularity) dan struktur pertulangan yang
halus, permukaan tubuh yang halus, dan memiliki bukti-bukti kemampuan
menghasilkan susu saat laktasi.
Gambar perbedaan feeding capacity antara sapi sebelah kiri (lebih bagus) dari
sapi sebelah kanan
(W. B. NEVENS and A. F. KUHLMAN. 1935. SELECTING DAIRY CATTLE. Univesrity of
Illinois, Urbana)
(4) Sistem ambing: melekat kuat, elastis (lentur), seimbang dengan kapasitas
yang cukup, kualitas bagus (kenyal), mudah mengeluarkan susu,
mengindikasikan mampu menghasilkan susu dalam jumlah besar dalam
jangka waktu lama.
10
11
Gambar menunjukkan konformasi ideal untuk domba siap potong ( CIMC Oklahoma
Department of CareerTech. 2007. Agricultural Education IThe Sheep Industry
Information Sheet)
12
13
(A) Ideal
Variabel
Boboti
Nilai
Nilai
Akhir
4
13
12
8
14
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
1
18
19
20
21
tidak tebal)
KEPALA DAN LEHER ----------------------9%
Kepala (penampilan bersih, mulut besar, bibir tipis,
lubang hidung besar, mata besar dan jernih, wajah
pendek, jidad lebar, telinga tidak kasar, dengan jarak
antara keduanya relatif lebar)
Leher (pendek, tebal, berisi penuh pada pertemuan
dengan pundak)
TUBUH BAGIAN DEPAN -------------10%
Pundak (tertutup dengan daging, kompak pada
bagian puncak, terhubung secara halus dengan leher
dan badan)
Belikat (bentuk secara keseluruhan bulat dan lebar)
Kaki (lurus, pendek, saling berjauhan antara
keduanya, kuat, penuh berisi, peretulangan halus)
BADAN --------------------------------------------18%
Dada (lebar, dalam, berisi)
Iga (melengkung dengan baik, panjang, saling
berdekatan antara bilah satu dengan lainnya, tertutup
daging yang tebal)
Punggung (luas, lurus, tebal, dan tertutup daging)
Loin (tebal, luas, tertutup daging dengan baik)
TUBUH BAGIAN BELAKANG-----------------17%
Hips (saling berjauhan, dalam, berisi)
Rump (panjang, level, lebar ke arah pangkal ekor,
tebal pada pangkal ekor)
Thight (penuh, dalam, lebar)
Loin (tebal, luas, tertutup daging dengan baik)
Legs (lurus, pendek, kuat, pertulangan halus)
WOOL-------------------------------------------------9%
Kuantitas (panjang, padat, merata dalam hal
kepadatan dan ukuran panjang)
Kualitas (ikal, merata pada semua bagian kulit)
Kondisi (tidak kusam, tidak tercampur dengan
material lain)
TOTAL
8
1
1
2
4
6
6
1
5
5
5
1
3
3
3
100
15
No
.
1
2
3
4
No
.
1
2
3
4
Sapi A
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Udder
40
Total Nilai
100
Variabel
Sapi C
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Udder
40
Total Nilai
100
Variabel
Nila
i
80
50
70
Nilai
Akhir
12,0
12,5
14,0
No
.
1
2
3
65
26,0
64,5
Nila
i
72
73
74
Nilai
Akhir
10.8
18.25
14.8
No
.
1
2
3
32.4
76.25
81
Sapi B
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Udder
40
Total Nilai
100
Variabel
Sapi D
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Udder
40
Total Nilai
100
Variabel
Nila
i
80
50
75
Nilai
Akhir
12,0
12,5
15,0
80
32,0
71,5
Nila
i
75
80
75
Nilai
Akhir
11.25
20,0
15,0
75
30,0
76.25
16
jika ternak A, B, C, dan D pada contoh di atas dinilai secara kompetitif untuk
menentukan mana ternak peringkat 1, 2, 3, dan 4, maka kita dapat
memperbandingkan total nilai dari keempat ternak tersebut yaitu: Peringkat I
=A, Peringkat II = B, Peringkat III = C dan D (karena keduanya memiliki total nilai
yang sama. Selanjutnya nilai udder (ambing) sapi C dan D harus dibandingkan,
dan haislnya sapi C lebih baik dari D. Sehingga berdasarkan hasil penilaian
kompetitif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sapi Peringkat I=A, Peringkat
II = B, Peringkat III = D, dan Peringkat IV = C.
1.2.5. Latihan Praktek Menganani Ternak
Handling Ternak Sapi
Pada kegiatan ini mahasiswa akan berlatih atau mempraktekkan
merebahkan sapi dengan menggunakan tali.
Untuk keperluan ini akan
disediakan beberapa ekor sapi dan tali rami dengan panjang 15 meter yang
akan digunakan untuk mengikat ternak pada saat direbahkan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merebahkan ternak ini adalah
sebagai berikut:
(1) Memperbaiki letak dan keeratan tali leher yang sudah ada
(2)
Memasang tali lalu membuat simpul mati dengan diikatkan pada
bagian leher ternak.
(3) Membuat simpul hidup pada bagian dada, tepat di belakang kaki depan
ternak.
(4)
Membuat simpul hidup yang sama dan diikat pada bagian perut,
tepatnya di depan kaki belakang.
(5) Menarik ujung tali leher dan ujung tali bagian belakang secara
berlawanan arah sampai ternak terjatuh (lihat gambar di atas), keempat
kaki kemudian diikat, kaki depan diikat menjadi satu, kaki belakang juga
diikat menjadi satu.
(6) Setelah itu mahasiswa dapat memperagakan beberapa tindakan
terhadap ternak, seperti pemotongan kuku, membersihkan luka dan
sebagainya.
Selain cara-cara di atas, ada teknik handling lain untuk sapi yang memiliki
tali kendali atau tali hidung. Prosedur handlingnya sebagai berikut :
(1).
Tali hidung diikat pada pohon yang kuat sedangkan ujung tali yang
lain dililitkan dibagian badan lalu tariklah berlawanan arah.
(2).
Setelah sapi terjatuh, segera ikat keempat kakinya.
Handling pada Domba
Pada praktik handling ternak domba, mahasiswa akan mempraktekkan
menguasai ternak domba dengan cara memegang dengan dua tangan,
tanpa menggunakan tali.
Untuk keperluan ini akan disediakan 5 ekor
domba dengan berbagai ukuran bobot badan. Langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam menguasai ternak domba adalah sebagai berikut:
(1). Menjepit secara pelan ternak domba (diantara kedua kaki) dengan
menggunakan kedua kaki,
sambil menahan kepalanya dengan
memegang dagu domba.
(2). Tangan yang satu memegang bagian moncong atau muzzle,
sedangkan yang lain menahan badan samping.
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
17
(3). Selain cara di atas, juga ada teknik lain yaitu dengan mengunakan dua
tangan, tangan yang satu diposisikan memegang moncong dan tangan
yang lain menekan tubuh belakang agar ternak sedikit rendah
posisinya.
Variabel
Bobot
Nilai
Nilai
Akhir
4
13
80
75
---------------
12
65
--------
90
--------
75
--------
85
--------
70
--------
1
1
64
55
---------------
2
4
74
68
---------------
6
6
65
84
---------------
78
--------
18
15
16
17
18
19
20
21
54
--------
5
5
63
76
---------------
82
--------
75
--------
3
3
100
74
65
----------------------
Variabel
Frame
Sapi 1
Bobo
t
15
Nila
i
40
Nilai
Akhir
No
.
1
Variabel
Frame
Sapi 2
Bobo
t
15
Nila
i
75
-----------2
Dairy strength
25
35
-----------2
Dairy strength
25
50
-----------3
20
Udder
40
65
-----------3
-----------75
20
Udder
40
75
-----------85
-----------Total Nilai
------------
100
Total Nilai
100
-----------No
.
1
Variabel
Frame
Sapi 3
Bobo
t
15
Nila
i
76
Nilai
Akhir
-----------No
.
1
Variabel
Frame
Sapi 4
Bobo
t
15
Nila
i
60
-----------2
Dairy strength
25
85
20
Udder
40
84
Dairy strength
25
80
------------
3
------------
70
20
Udder
40
100
90
------------
Total Nilai
------------
85
------------
-----------Total Nilai
Nilai
Akhir
------------
-----------3
Nilai
Akhir
100
------------
1.2.8. Rangkuman
Seseorang dapat melakukan penilaian ternak dengan benar jika dia
didukung oleh kemampuan dasar: mampu menangani ternak, memiliki
kemampuan untuk mendeskripsikan ternak ideal, menggunakan karu skor, dan
mampu melakukan pengambilan kesimpulan terhadap hasil pengukuran dan
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
19
penilaian ternak.
Kemampuan menangani ternak dapat dilakukan dengan
memanfaatkan pola tingkah laku ternak dan titik-titik kelemahan yang dimiliki
oleh ternak.
Kartu skor adalah alat bantu dalam penilaian ternak, terutama
sekali sangat berguna dalam mengkompilasi hasil penilaian ternak, supaya dapat
disimpulkan. Dalam prakteknya kartu skor dalam bentuk fisik tidak selamanya
digunakan, karena sekali lagi kartu ini hanya sebagai alat bantu kompilasi saja.
Bagi peternak senior mengkompilasi hasil penilaian dapat dilakukan tanpa
bantuan kartu skor, yaitu cukup dengan diangan-angan saja. Untuk membuat
kesimpulan dari hasil penilaian ternak, kita dapat melakukanperhitungan secara
komparatif
maupun
kompetitif.
Penilaian
secara
komparatif
berarti
membandingkan nilai seekor ternak terhgadap ternak ideal, sedangkan penilaian
secara kompetitif membandingkan hasil penilaian dari beberapa ekor ternak
untuk kemudian dibuat pemeringkatannya.
1.3 Penutup
1.3.1. Tes Formatif
Jawablah semua soal berikut
(1). Point of balance merupakan titik bagian tubuh ternak yang dapat
dimanfaatkan untuk mengendalikan ternak untuk:
(a) bergerak ke samping kanan dan kiri
(b) bergerak maju dan mundur
(c) rebah dan berdiri
(d) bergerak maju-berhenti-mundur
(2) Posisi tepat point of balance pada seekor sapi berada pada:
(a) pundak
(b) leher
(c) kepala
(d) pangkal ekor
(3) jika kita akan menggerakkan ternak untuk maju, maka posisi kita sebaiknya
berada pada
(a) sebelah luar dari point of balance
(b) sebelah dalam point of balance
(c) sebelah belakang point of balance
(d) sebelah depan point of balance
(4) Flight zone merupakan daerah personal dari seekor ternak. Daerah ini
berupa lingkaran berada mengelilingi ternak tersebut. Jika kita ingin
menggerakkan ternak, maka posisi kita harusnya berada di:
(a) bagian dalam batas flight zone di depan ternak
(b) bagian dalam batas flight zone tepat di belakang ternak
(c) bagian dalam batas flight zone di sisi kanan atau kiri belakang ternak
(d) bagian dalam batas flight zone di samping kiri atau kanan tubuh ternak
(5) bentuk fisik punggung domba siap potong yang ideal adalah :
(a) panjang dan lurus
(b) panjang agak cekung
(c) pendek dan lurus
(d) pendek dan cekung
(6) Rump pada domba siap potong yang ideal adalah
(a) pendek tidak begitu tinggi
(b) pendek dan rendah
(c) panjang dan tinggi
(d) panjang dan rendah
(7) Berikut adalah karakteristik paha domba siap potong yang paling tepat
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
20
Variabel
Bobot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Nilai
Akhir
Nilai
4
13
90
75
---------------
12
85
--------
85
--------
80
--------
85
--------
80
--------
1
1
65
74
---------------
2
4
80
75
---------------
6
6
84
86
---------------
1
5
80
90
---------------
5
5
75
90
---------------
95
--------
80
--------
3
3
100
84
78
----------------------
(10) Bandingkan nilai 4 ekor ternak sapi perah berikut ini, lalu buatkan
peringkat diantara 4 ekor ternak tersebut
No
.
1
Variabel
Frame
Sapi 1
Bobo
t
15
Nila
i
50
Nilai
Akhir
No
.
1
Variabel
Frame
Sapi 2
Bobo
t
15
Nila
i
74
-----------2
Dairy strength
25
85
20
75
-----------------------
Nilai
Akhir
------------
Dairy strength
25
55
20
80
-----------------------
21
Udder
40
Total Nilai
65
------------
100
Udder
40
Total Nilai
75
------------
100
-----------No
.
1
Variabel
Frame
Sapi 3
Bobo
t
15
Nila
i
78
Nilai
Akhir
-----------No
.
1
Sapi 4
Bobo
t
15
Variabel
Frame
Nila
i
70
-----------2
Dairy strength
25
65
20
74
Udder
40
Total Nilai
------------
-----------2
Dairy strength
25
60
20
75
Udder
40
-----------75
------------
100
Nilai
Akhir
Total Nilai
-----------------------
95
------------
100
------------
------------
No.
Variabel
Bobot
Nilai
Nilai
Akhir
90
13
75
12
85
3.6
9.75
10.2
22
Kualitas ( bulu halus, pertulangan halus dan kuat, kulit tidak tebal)
85
6.8
80
85
4
3.4
80
65
74
6.4
0.65
0.74
BADAN --------------------------------------------18%
10
80
11
75
12
84
13
86
1.6
3
5.04
5.16
80
15
90
16
75
90
95
17
18
0.8
4.5
3.75
4.5
0.95
WOOL-------------------------------------------------9%
19
80
20
84
21
78
TOTAL
2.4
2.52
2.34
82.1
100
No
.
1
2
3
Sapi 1
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Udder
40
Total Nilai
100
Sapi 3
Variabel
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Variabel
Nila
i
50
85
75
65
Nila
i
78
65
74
Nilai
Akhir
7.5
21.25
15
26
69.75
Nilai
Akhir
11.7
16.25
14.8
No
.
1
2
3
4
No
.
1
2
3
Sapi 2
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Udder
40
Total Nilai
100
Sapi 4
Variabel
Bobo
t
Frame
15
Dairy strength
25
Rear feet and
20
legs
Variabel
Nila
i
74
55
80
75
Nila
i
70
60
75
Nilai
Akhir
11.1
13.75
16
30
70.85
Nilai
Akhir
10.5
15
15
23
Udder
Total Nilai
40
100
75
30
72.75
Udder
Total Nilai
40
100
95
38
78.5
1.3.4. Senarai
1.3.5. Daftar Pustaka
Battaglia, R.A., dan V.B. Mayrose. 1981. Handbook of Livestock Management
Techniques. Prentice Hall., Inc. New Jersey.
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. The Science of Animal Husbandry. Prentice Hall
Career & Technology,New Jersey.
Grandin, T. 2010. Recommended Animal Handling Guidelines and Audit Guide:A
Systematic Approach to Animal Welfare. American Meat Institute
Foundation. Washington, DC.
Holstein Foundation. 1989. Dairy Judging Volume 2. Brattleboro, Vermont.
Oklahoma Department of CareerTech. 2007. Agricultural Education I,The Sheep
Industry Information Sheet. Oklahoma Department of CareerTech.
Oklahoma.
24
POKOK BAHASAN 2
PENGUKURAN VARIABEL KUALITATIF
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Deskripsi Singkat
Pada pokok bahasan ini mahasiswa akan mempelajari tentang variabelvariabel kualitatif yang digunakan dalam penilaian ternak, bagaimana cara
mendiskripsikan, mengukur, dan menilainya.
2.1.2. Relevansi
Kompetensi dasar yang diperoleh melalui pokok bahasan ini berupa
kemampuan mendeskripsikan, mengukur, dan menilai variabel kualitatif akan
dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan penilaian terhadap berbagai jenis
ternak.
2.1.3. Standar Kompetensi
a. Mampu menggunakan variabel-variabel kualitatif dalam penilaian ternak
2.1.4. Kompetensi Dasar
a. Mampu mendeskripsikan variabel-variabel kualitatif yang digunakan dalam
penilaian ternak
b. Mampu mengukur variabel-variabel kualitatif yang digunakan dalam
penilaian ternak
c. Mampu menilai variabel-variabel kualitatif yang digunakan dalam
penilaian ternak
2.1.5. Indikator
a. Mampu menyebutkan dan mendeskripsikan minimal 10 jenis variabel
kualitatif yang digunakan dalam penilaian ternak
b. Mampu mempraktekkan cara mengukur minimal 5 variabel kualitatif yang
digunakan dalam penilaian ternak.
c. Mampu mempraktekkan cara menilai minimal 10 variabel kualitatif yang
digunakan dalam penilaian ternak
3. Penyajian
3.1.1.Konsep
Penilaian terhadap ternak pada prinsipnya merupakan kegiatan
menganalisis atau mengurai sifat-sifat atau karakteristik ternak menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil atau detail, kemudian mengukur bagianbagian sifat atau karakteristik tersebut, lalu melakukan penilaian dengan
cara membandingkan dengan karakteristik standar atau ideal dari ternak
tersebut. Sifat atau karakteristik ternak yang diukur dan dinilai tersebut
dikenal dengan nama variabel. Variabel yang diukur dan dianalisis dalam
penilaian ternak dapat dibedakan menjadi variabel kualitatif dan
kuantitatif. Variabel kualitatif adalah variabel yang tidak dapat diukur
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
25
dengan ukuran metric, seperti kg, centimeter, dsb., oleh karena itu cara
pengukurannya dilakukan melalui pendekatan-pendekatan. Sedangkan
variabel kuantitatif adalah variabel-variabel yang dapat diukur dengan
satuan metrik, seperti kilogram, hari, minggu, bulan, centimeter dsb.
Variabel kualitatif dalam penilaian ternak diukur melalui
pendekatan-pendekatan, teknis tertentu, karena sifatnya yang memang
tidak memungkinkan diukur dengan alat ukur kuantitatif, seperti alat
penimbang, alat pengukur jarak, atau alat pengukur metrik. Dalam
penilaian ternak paling tidak ada 10 jenis variabel kualitatif, yaitu:
kemurnian ras/bangsa/breed/tipe, disposisi, konstitusi, struktur tubuh,
kondisi tubuh, perototan, penampilan, balance/seimbang/simetri, dan
temperamen. Disamping itu masih ada beberapa variabel lagi yang tidak
begitu sering digunakan dalam penilaian ternak, seperti karakter seks
sekunder.
(1) Kemurnian ras
Sebelum membahas tentang kemurnian ras, sebaiknya perlu bahas
dulu pengertian mahasiswa yang belum benar terhadap beberapa
terminologi dalam peternakan, seperti pengertian tentang jenis ternak,
bangsa, ras, breed, dan tipe ternak, Terminologi jenis ternak memiliki
pengertian sama dengan spesies, sehingga berbeda jenis berarti
berbeda spesies. Contoh ternak yang berbeda jenis adalah: sapi,
kerbau, kuda, kambing, domba, babi, dan ayam. Terminologi bangsa
dalam dunia peternakan mengandung pengertian asal negara atau
cakupan wilayah yang lebih besar dari negara tempat ternak tersebut
awalnya mengalami domestikasi.
Contoh ternak berbeda bangsa
adalah: sapi Eropa (Bos taurus), sapi India (Bos Indicus), sapi-sapi Asia
Tenggara (Bos sondaicus). Terminologi ras dipahami sebagai daerah
asal ternak tersebut didomestikasi dengan cakupan yang sama atau
lebih kecil dari negara. Contoh ternak berbeda ras adalah: sapi Freisien
Holstein, sapi Brown Swiss, sapi Simmental, sapi Abrdeen Angus.
Terminologi breed dalam dunia peternakan digunakan untuk
membedakan asal breeder yang mengembangkan ternak tersebut.
Contoh dari ternak yang berbeda ras adalah: sapi Brangus, Brahman,
Braford, Simbrah, ayam CPP, dsb.
Terminologi tipe dalam dunia
peternakan digunakan untuk menggambarkan produk utama yang
menjadi tujuan ternak tersebut dibudidayakan. Contoh ternak berbeda
tipe: ayam petelur, ayam pedaging, sapi potong, sapi perah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam
dunia peternakan terminologi-terminologi di atas harusnya digunakan
secara benar, supaya komunikasi diantara para ahli atau pelaku bisnis
di bidang peternakan bisa berjalan dengan baik.
Variabel kemurnian bangsa/ras, breed dan tipe dalam penilaian
ternak sangat penting dalam hal pembelian ternak bibit. Sebab orang
membeli ternak bibit sama dengan membeli kemampuan ternak
tersebut untuk menurunkan sifat-sifat unggulnya kepada anak-anak
yang dihasilkan. Sehingga, semakin tinggi kemurnian ras yang dimiliki
oleh ternak tersebut, maka semakin mahal harga ternak tersebut
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
26
sebagai calon induk atau pejantan bibit. Variabel kemurnian ras dapat
diukur dengan cara membandingkan kemiripan karakteristik fisik
ternak ras murninya. Berarti jika seseorang akan menilai kemurnian
ras dari seekor ternak, maka dia harus mampu menganalisis sifat-sifat
fisik khas apa saja yang seharusnya dimiliki oleh ras murninya.
Misalnya sifat-sifat fisik yang khas pada ras sapi A ada 20 butir, jika
ternak yang sedang dinilai hanya memiliki 10 butir sifat fisik yang
sama dengan sifat fisik ras murninya, maka dapat dikatakan secara
kasar bahwa kemurnian sapi A tersebut hanya 50%. Nilai dari hasil
pengukuran kemurnian ras tidak selamanya paralel dengan hasil
pengukurannya, tidak selalu semakin tinggi hasil pengukuran
kemurnian ras, berarti semakin baik nilainya. Contoh untuk ternak
calon bibit, semakin tinggi persentase kemurnian ras akan semakin
baik nilai ternak tersebut, karena diharapkan akan mampu
menghasilkan keturunan yang unggul. Sebaliknya untuk ternak siap
potong, maka tidak perlu terlalu tinggi kemurnian rasnya, sebab
peternak tidak mengharap keturunan dari ternak siap potong. Ternak
siap potong yang tinggi kemurnian rasnya harga per-kilogram bobot
hidup akan semakin mahal, sehingga nilainya semakin buruk.
Contoh:
27
28
Contoh Gambar 2 ekor sapi yang memiliki ukuran yang berbeda, sapi
sebelah kiri memiliki kapasitas yang lebih kecil dibandingkan sapi sebelah
kanan
(3) Konformasi
29
Con
toh Konstutusi Ternak Perah yang Baik,
ukuran tubuh bagian belakang harus
lebih besar daripada tubuh bagian
depan
(6)
A. KEGIATAN PRAKTEK PENGUKURAN BEBERAPA VARIABEL KUALITATIF
a. Mengukur dan menilai perototan
Perhatian diagram di bawah ini, gunakan sebagai pedoman, lalu
lakukan pengamatan dan evaluasi terhadap ternak yang sudah
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
30
c. Mengu
kur
dan
menilai volume/skala
Perhatian diagram di bawah ini, gunakan sebagai pedoman, lalu lakukan
pengamatan dan evaluasi terhadap ternak yang sudah disiapkan untuk
materi praktikum. Bandingkan hasilnya dengan nilai ideal volume/skala
untuk ternak bakalan atau ternak siap potong. Jelaskan mana diantara
ternak tersebut yang akan memiliki potensi lebih tinggi sebagai bakalan,
atau siap potong?
31
d.
32
33
Bagian
Tubuh
Spin tulang
belakang
Nampak
nyata
Nampak
nyata
Nyata
Nyata
Nampak
nyata
Agak nyata
Nyata
Iga bagian
depan
nyata
Iga
Hooks dan
pins
Pangkal
Ekor
Tulang
Brisket
Nampak
Nyata
Nampak
nyata
Tidak ada
lemak
Tidak ada
lemak
Tidak ada
lemak
Tidak ada
lemak
Tidak ada
Tidak ada
Perototan
Bagian
Tubuh
Spin tulang
belakang
Nampak
nyata
Nampak
nyata
Tidak ada
lemak
Tidak ada
lemak
Tidak
ada
Iga No. 1
atau 2 bisa
jadi nyata
Nampak
Nyata
Tidak ada
lemak
Tidak
ada
lemak
Tidak
ada
lemak
Tidak nyata
Tidak ada
lemak
Penuh
Penuh
Nilai BCS
6
Tidak
nyata
Tidak
nyata
Tidak
nyata
9
Tidak nyata
34
Iga
Tidak
Nyata
Hooks dan
pins
Pangkal
Ekor
Tulang
Brisket
Nampak
Nyata
Agak
nyata
Tidak
Nyata
Tidak
nyata
Tidak Nyata
Tidak nyata
Tidak ada
lemak
Sedikit
Berlemak
Sedikit
Berlemak
Berlemak
banyak
Sedikit
Berlemak
Berlemak
Berlemak
banyak
Berlemak
sangat
banyak
Penuh
Perototan
Tidak
Nyata
Penuh
Penuh
Penuh
Catatan:
1. Berikan tanda silang pada sel, sesuai dengan hasil pengamatan
2. Nilai BCS dapat diperoleh dengan melihat kolom terakhir dari sisi kiri
yang semua selnya terisi dengan tanda silang
35
POKOK BAHASAN 3:
PENGUKURAN DAN PENILAIAN VARIABEL KUANTITATIF
3.1. Pendahuluan
3.1.1. Deskripsi Singkat
Pada pokok bahasan ini mahasiswa akan mempelajari tentang variabelvariabel kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ternak, bagaimana cara
mendiskripsikan, mengukur, dan menilainya.
3.1.2. Relevansi
Kompetensi dasar yang diperoleh melalui pokok bahasan ini berupa
kemampuan mendeskripsikan, mengukur, dan menilai variabel kuantitatif.
Kemampuan ini dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan penilaian
terhadap berbagai jenis ternak.
3.1.2.Standar Kompetensi
a. Mampu menggunakan variabel-variabel kuantitatif dalam penilaian
ternak
3.1.4. Kompetensi Dasar
a. Mampu mendeskripsikan variabel-variabel kuantitatif yang digunakan
dalam penilaian ternak
b. Mampu mengukur variabel-variabel kuantitatif yang digunakan dalam
penilaian ternak
c. Mampu menilai variabel-variabel kuantitatif yang digunakan dalam
penilaian ternak
3.1.5. Indikator
a. Mampu menyebutkan dan mendeskripsikan minimal 5 jenis variabel
kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ternak
b. Mampu mempraktekkan cara mengukur minimal 5 variabel kuantitatif
yang digunakan dalam penilaian ternak.
c. Mampu mempraktekkan cara menilai minimal 5 variabel kuantitatif yang
digunakan dalam penilaian ternak
3. 2. Penyajian
36
cincin
tanduk
pada
ternak
betina/induk,
dan
melihat
pada
peternakan
besar
yang
ternaknya
dilepas
di
padang
penggebalaan.
(2)Menentukan umur dengan melihat cincin tanduk
Pendugaan umur ternak berdasarkan pertumbuhan tanduk dan cincin tanduk
dapat
dilakukan
untuk
menduga
umur
induk
ternak
bertanduk.
Prinsip
hujan
dan kemarau. Pada saat seekor ternak mengalami kebuntingan, pada umumnya
jumlah kebutuhan nutrisi (termasuk kalsium dan phosphor) sangat tinggi untuk
mendukung pertumbuhan anak yang dikandungnya, sehingga pertumbuhan
tanduk selama periode tersebut akan terganggu, sehingga akan terbentuk
lekukan atau cekungan pada pangkal tanduk. Cekungan pada pangkal tanduk
tersebut lama-lama dengan berjalannya waktu akan bergeser ke arah bagian
ujung tanduk, karena tanduk mengalami pertumbuhan memanjang dari bagian
pangkalnya.
37
menyebabkan pasokan
Pendugaan umur melalui lingkar atau cincin tanduk dapat dilakukan dengan
cara memegang bagian tanduk sapi atau kerbau kemudian meraba ada tidaknya
kerutan menyerupai cincin atau lingkar tanduk. Jika melalui perbaan ditemukan
adanya lingkar atau cincin tanduk, maka hitunglah berapa jumlah cincin
tersebut. Estimasi umur ternak dapat dilakukan cara sebagai berikut:
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
38
Keadaan
Umur
1 bulan
5 bulan
Tanduk 10 cm
1 tahun
Tanduk 15 cm
16-17 bulan
(x + 2) tahun
Keterangan : I
C
P
M
I0 C0 P3 M3
I4 C0 P3 M3
= Incicivus/gigi seri
= Caninus/gigi taring
= Premolar/gigi geraham depan (geraham berganti)
= Molar/gigi geraham belakang (geraham tetap)
39
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tali yang besar dan
kuat yang berfungsi sebagai kendali agar ternak mudah dikuasai sepenuhnya.
Pendugaan umur melalui gigi dilakukan dengan cara membuka mulut sapi dan
domba lalu mengamati susunan gigi kedua ternak tersebut. Agar mulut ternak
mudah dibuka, hidung atau moncong dipegang dengan tangan kiri dan agak
diangkat ke atas.
Metode
Metode untuk menduga umur ternak ada dua cara yaitu :
40
< 1 Tahun
1-2 Tahun
2 tahun
3 tahun
41
3-4 tahun
>4 tahun
>10 tahun
Susan Schoenian.Copyright 2011. Sheep
101 and
201.http://www.sheep101.info/201/acquirings
tock.html
42
2 tahun
The first permanent incisors (blue dots) come in from about
the time a cow is 1 1/2 years old to two years. By
approximately age two years they are fully developed.
They often come in at an angle and then straighten.
NOTE: Smaller teeth visible to the left and right of the first
permanent incisors are "milk" or "baby" teeth.
3 tahun
The second pair of permanent incisors (green dots) appear
somewhere around age 2 1/2 years, and are typically fully
developed by age three years.
tahun
5 tahun
At approximately age 4 1/2 years the last of the cow's
permanent incisor teeth (the "corner" incisors) are cut, and
are fully developed by age five years. Therefore, at age
five years, cows typically have all eight of their permanent
incisors erupted and in use. At this age the incisors are tall,
relatively flat across the front (when compared to older
ages), and sharp at the top.
NOTE: In the photos below all eight incisors were present
in the cow, but sometimes cannot be seen in the photos.
>7 tahun
After the age of seven some people will continue to
estimate a cow's age in years. However, it is not
uncommon around this time for a more general description
of age to be used. If this is the case, the term "short and
solid" might be used after the age of seven years.
A cow that is aged as "short and solid" will still have all
eight permanent incisor teeth (unless there has been tooth
loss due to some other cause except for age). Compared
to younger ages the teeth will be shorter, and the tops will
43
>8 tahun
In some areas, after the age of "short and solid" comes the
age of "short." Not all areas/persons recognize the age
"short" however, and will group cows in the "short" age
group into the "short and solid" age group.
If the age group "short" is used, it is similar to "short and
solid." However, a cow aged as "short" will have noticeable
gaps between her teeth as they separate due to wear and
age.
1998 - 2012 by CowboyWay.com
44
Pendugaan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang
telah dikembangkan oleh sejumlah peneliti. Rumus-rumus duga tersebut pada umumnya
memang dapat digunakan untuk spesies dan ras tertentu, sehinga kadang-kadang tidak
cocok jika digunakan untuk ternak yanvg lain. Berikut adalah contoh beberapat rumus duga
untuk ternak yang daspat digunakan dalam praktik.
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
45
1. Rumus Scrool :
BB (Kg)
2. Rumus Winter :
BB (lbs)
= LD (inchi) x PB (inchi)
300
= LD (cm) x PB (cm)
10000
badan adalah beberapa ekor ternak sapi. Ternak tersebut sebaiknya terdiri dari
beberapa
kelompok
bobot
badan
dan
umur,
sehingga
mahasiswa
bisa
Metode
46
1. Mengukur
lingkar
dada
dari
masing-masing
ternak
dengan
cara
tinggi
pundak
dari
masing-masing
ternak
dengan
cara
menggunakan tongkat ukur, yaitu ukur jarak titik tertinggi pundak sampai
dengan tanah.
4. Menghitung bobot badan duga dengan menggunakan rumus duga.
Tugas
Saudara
datang
ke
sebuah
farm
pembibitan
sapi
dan
dipersilahkan memilih sendiri 2000 ekor sapi calon induk dengan data
sebagai berikut:
a.
b.
c.
Jika semua ternak tersebut masih dara, ternak nomor berapa saja yang akan
saudara pilih 500 dari 2000 ekor tersebut?
47
tersebut campuran antara dara dan sudah pernah beranak, ternak nomor berapa
saja yang akan saudara pilih? Jelaskan dengan menggunakan nilai bobot badan.
48
49
50
51
No
.
Variabel
Proporsi
Nilai
Nilai
Domba 1 Domba 2
13
12
52
BADAN --------------------------------------------18%
10 Dada (lebar, dalam, berisi)
5
1
WOOL-------------------------------------------------9%
19 Kuantitas (panjang, padat, merata dalam hal
kepadatan dan ukuran panjang)
53
TOTAL
100
54
A.
Konsep
55
56
pasangan tengah tidak boleh lebih dari 5 poin; jika total penalti
sebesar 14 poin, maka penalti pasangan tengah tidak boleh lebih
dari 8 poin. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat
mengakibatkan hasil penilaian akhir kurang dari nol atau negatif.
5. Contoh jika kita akan menilai 4 ekor domba siap potong dengan
ilustrasi sebagai berikut:
(a) Tampak samping
57
58
: 4-3-1-2
Langk
ah
Keputusan
Kontestan
Keputusan
Resmi Panitia
Jawaban Penalti
Apakah kontestan
menempatkan
4 >1
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
4>3
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
4>2
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
1>3
Tidak
Apakah kontestan
menempatkan
1>2
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
3>2
ya
59
Jumlah penalti 5
Nilai untuk kontestan 50-5=45
6. Contoh 2:
Disediakan ternak siap potong lain. Jika secara resmi ditentukan
bahwa urutan kualitas 4 ekor ternak tersebut adalah: 3-4-2-1,
dengan besarnya penalti untuk: 3-4 sebesar 3 poin, 4-2 sebesar 2
poin, dan 2-1 sebesar 5 poin; kemudian seorang kontestan
memberikan hasil penilaian dengan urutan 4, 3, 1, 2; maka setiap
keputusan yang diambil oleh kontestan harus dievaluasi dengan
cara sebagai berikut:
: 3-4-2-1
: 3, 2, 5
Langk
ah
Keputusan
Kontestan
Keputusan
Resmi Panitia
Jawaban Penalti
Apakah kontestan
menempatkan
3>4
Tidak
Apakah kontestan
menempatkan
3>2
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
3>1
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
4>2
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
4>1
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
2>1
Tidak
Jumlah penalti 8
Nilai untuk kontestan 50-8=42
60
7. Contoh 3:
Gunakan ternak pada contoh 2:
Urutan yang dibuat oleh panitia
: 1, 2, 3, 4
: 5, 2, 3
Langk
ah
Keputusan
Kontestan
Keputusan
Resmi Panitia
Jawaban Penalti
Apakah kontestan
menempatkan
1>2
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
1>3
Tidak
Apakah kontestan
menempatkan
1>4
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
2>3
Tidak
Apakah kontestan
menempatkan
2>4
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
3>4
Ya
Jumlah penalti 9
Nilai untuk kontestan 50-9=41
8. Contoh 4:
Gunakan ternak pada contoh 2
Urutan yang dibuat oleh panitia
: 3, 1, 2, 4
: 3, 6, 2
Langk
Keputusan
Keputusan
Jawaban Penalti
61
ah
Kontestan
Resmi Panitia
Apakah kontestan
menempatkan
3>1
Tidak
Apakah kontestan
menempatkan
3>2
Tidak
Apakah kontestan
menempatkan
3>4
Tidak
11
Apakah kontestan
menempatkan
1>2
Ya
Apakah kontestan
menempatkan
1>4
Tidak
Apakah kontestan
menempatkan
2>4
Tidak
Jumlah penalti
33
5033=17
B. Kegiatan Praktikum
1. Instruktur menyediakan 4 ekor domba siap potong yang memiliki
nilai berbeda. Ternak tersebut kemudian ditempatkan pada areal
datar, dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan untuk
pengamatan.
2. Mahasiswa diminta untuk melakukan pengamatan pada jarak 2-3
meter, dari sisi samping, atas, depan dan belakang, kemudian
diteruskan dengan palpasi (perabaan) untuk mengkonfirmasi
hasil pengamatan.
3. Jawab Pertanyaan-pertanyaan berikut ini
Lingkari nomor
identitas ternak
yang paling tepat
Pertanyaan
A. Perototan (muscling)
1. Mana diantara domba 1-4 yang memiliki loin
62
2. Mana
B. Perlemakan
1. Mana diantara domba 1-4 yang memiliki loin
paling bulat, dengan perlemakan paling
optimum
C. Volume
63
64
..
PLACING SKOR
1234
3124
1243
3142
1324
3214
1342
3241
1423
3412
1432
3421
2134
4123
2143
4132
2314
4213
2341
4231
2413
4312
2431
4321
CATATAN:
(a) Berilah tanda silang pada sel kosong di sebelah
kanan urutan yang menurut saudara paling tepat
(b)Penilaian terhadap prestasi saudara akan dilakukan
dengan menggunakan Sistem Hormel
65
Selamat pagi/siang/sore,
bapak/ibu
Saya menempatkan kelas
domba siap potong sebagai
berikut: domba nomor ..,
, , .
Saya menempatkan
Selamat
pagi/siang/soredomba nomor di
atas nomor ., karena
Saya menempatkan ternak pada kelas domba siap
66
Selamat pagi/siang/sore
Saya menempatkan urutan kelas domba siap potong
ini sebegai berikiut: domba nomor ___, ___, ___, ____.
Pada pasangan teratas, saya menempatkan domba
nomor ___ di atas ___ , sebab:
______________________________________.
Saya memberikan penilaian lebih pada ternak pada
tempat kedua dalam hal ______ dari pada domba
pada rtempat pertama.
Untuk pasangan menengah, saya menempatkan
domba nomor ___ di atas ___
sebab:_________________________________.
Saya memberikan penilaian lebih domba urutan
ke tiga dalam halis ______ dari pada domba pada
urutan kedua.
Pada pasangan terbawah, saya
menempatkan domba nomor ___ di
atas ___ sebab:
_______________________________________
Saya memberikan nilai lebih terhadap domba urutan
(d)Tingkat
4. dalam hal _____ daripada domba pada
ke empat
tempat ketiga, Oleh karena itu domba nomor ___ hari
ini saya tempatkan padaBuku
urutan
Ajar terakhir.
| PENILAIAN TERNAK 67
Atas dasar alasan di atas, maka saya menempatkan
domba kelas siap potong ini sebagai berikut: ___, ___,
___, ___.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abebe, G. dan A. Yami. 2008. Sheep and Goat Management. Ethiopia Sheep and
Goat Productivity Improvement Program.
69
BAB
PENILAIAN TERNAK KUDA
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi Singkat
Pada pokok bahasan ini mahasiswa akan mempelajari tentang :
Karakteristik berbagai bangsa dan tipe kuda yang terkenal, Ukuran produktivitas
dan penampilan fisik ideal, Judging (terminologi bagian tubuh, pengukuran
variabel: kualitatif dan kuantitatif, kartu skor, interpretasi hasil penilaian) pada
ternak kuda, dan Aplikasi penilaian ternak dalam menentukan keunggulan ternak
kuda, kontes ternak kuda.
1.1.2. Relevansi
Kompetensi dasar yang diperoleh melalui pokok bahasan ini akan dapat
digunakan untuk mendasari pengembangan kemampuan memilih ternak kuda
sesuai dengan tujuan yang diinginkan, menjadi juri dalam kontes ternak kuda.
1.1.3. Standar Kompetensi
Mampu melaksanakan penilaian terhadap ternak kuda
1.1.4. Kompetensi Dasar
a.
1.1.5. Indikator
a. Jika diberikan sejumlah contoh ternak kuda mahasiswa mampu
memberikan nama ras kuda tersebut secara benar sebanyak minimal 85%
b. Jika diberikan contoh 2 ekor ternak kuda pada ras dan tipe yang sama
mahasiswa bisa membandingkan keunggulan variable-variabel penting
sebanyak 85%
c. Jika diberikan tugas sebagai juri dalam judging ternak kuda, mahasiswa
mampu melaksanakannya secara benar 85%.
1.2. Penyajian
1.2.1. Karakteristik berbagai ras ternak kuda
Di dunia ini dikenal banyak bangsa/ras ternak kuda yang dapat ditemukan di
beberapa benua, negara, atau daerah, namun demikian dari sekian banyak
ras ternak kuda tersebut hanya sebagian kecil saja yang memiliki reputasi
yang baik dikaitkan dengan kepentingan masyarakat. Ternak kuda saat ini
Buku Ajar | PENILAIAN TERNAK
70
71