Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeliharaan kuda sangat penting untuk digunakan dala mengangkut orang maupun
barang. Sebagai seorang pemelihara kuda yang sudah terbiasa biasanya tahu mengenai cara
pemeliharaan kuda yang baik. Hal ini penting untuk menjamin kuda tetap sehat dan terhindar
dari rasa stress kuda akibat terlalu dikurung dalam kandang. Kuda-kuda ini banyak dipelihara
oleh beberapa orang salah satunya kuda di Ponain.

Dewasa ini, penggunaan kuda tidak terbatas sebagai pengangkut ataupun penarik.
Kuda mulai diminati dalam bidang olahraga. Sejak dahulu pun kuda telah digunakan dalam
olahraga, terutama dalam lingkup kerajaan, baik untuk berburu, atau pacuan. Penggunaan
kuda dalam bidang olahraga seperti permainan polo sudah mulai dikembangkan di Indonesia.

Pemeliharaan masing-masing kuda di klub olahraga kuda berbeda sesuai dengan


pemanfaatannya. Pemeliharaan kuda olahraga berbeda dengan pemeliharaan kuda non-atlet
yang juga dipelihara di klub olahraga kuda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeliharaan kuda seperti pakan, kandang dan peralatan, perawatan kuda, penanganan
kesehatan dan pencegahan penyakit, dan pola latihan. Selain itu juga dibutukan ketekunan
dan kedisiplinan dalam memelihara kuda.

Kuda yang digunakan dalam olahraga adalah kuda yang terlatih dengan sistem
manajemen pelatihan yang telah diterapkan di klub olahraga kuda. Tatalaksana pemeliharaan
menjadi penentu dari performa ternak kuda selain dari manajemen pelatihan dan kualitas
genetik yang dimilikinya. Sistem manajemen pemeliharaan yang tepat akan menjamin
kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda serta meningkatkan kualitas kuda yang
dihasilkan.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan PKL kuda di Ponain adalah untuk mengetahi manajemen


pemeliharaan kuda yang baik dan tepat sehingga kuda-kuda tetap terjaga kesehatannya

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang
belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely dan Bade, 1991).
Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama
memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun.
Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan
untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda. Menurut Maswarni dan Nofiar (2014)
proses evolusi kuda terjadi melalui beberapa tahapan yang dimulai dari:

1) eohippus, berkembang pada zaman Eocene dengan tinggi 25 cm;

2) mesohippus, perkembangannya dimulai dari zaman ologocene dengan tinggi


mencapai 60 cm dan mempunyai tiga jari;

3) merychippus, berkembang pada pertengahan dandan akhir zaman Miocene dengan


tinggi yang sudah mencapai 100 cm dan jari tengah mulai memendek;

4) pliohippus, berkembang pada pertengahan zaman Pleistocene sekitar 6 juta tahun


yang lalu, tinggi nya mencapai 125 cm, kuku juga mulai berkembang menjadi kuku
satu dan seterusnya disebut equus yang tinggi dan ukurannya sudah bervariasi serta
bentuk kuku semakin bagus.

Fosil kuda hampir ditemukan pada setiap daerah di penjuru dunia. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ternak kuda dapat menyesuaikan diri terhadap iklim setempat.
Penyebaran kuda dimulai dari arah Amerika Selatan, Asia, Eropa dan Afrika yang terjadi
sekitar 1 juta tahun yang lalu pada akhir zaman es (9.000 SM) (Maswarni dan Nofiar, 2014)
Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar
di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis
kuda liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang
selama ribuan tahun.

2
Menurut Maswarni dan Nofiar (2014) secara umum, kuda dapat diklasifikasikan berdasarkan
ukuran tinggi, berat maupun kegunaannya dalam kesehariaan. Beberapa jenis-jenis kuda
yaitu:

1) Kuda ringan (light horses)


Kuda ringan memiliki tulang belulang yang kecil, kakinya tipis dan memiliki berat
900 – 1200 lbs (450-600 kg) saat dewasa, tinggi 14,4 – 17 hands (146 – 173 cm).
Kegunaan utama jenis kuda ini adalah untuk kuda pacu, kuda tunggang atau untuk
membantu dalam peternakan. Kuda ringan umumnya lebih lincah dan lebih cepat
dibandingkan dengan draft horse.

2) Kuda berat (heavy horses)

Kuda berat memiliki tulang belulang yang besar. Kakinya tebal dan kuat dengan berat
1400 lb (700 kg) atau lebih saat dewasa dan tinggi 14,5-15,5 hands (147-157 cm).
Kegunaan utama kuda ini adalah untuk kuda tarik beban, kuda tunggang dan kuda
yang dipakai untuk pekerjaan berat lainnya.

3) Kuda poni

Kuda poni biasanya memiliki berat kurang dari 800 lbs (400 kg) saat dewasa dan
tinggi dibawah 14,5 hands (147 cm). Kegunaannya kuda ini adalah untuk menjadi
kuda tumpangan anak-anak di tempat wisata.

Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni
dengan ukuran, bentuk tubuh, dan kegunaan yang berbeda. Kuda tipe ringan mempunyai
tinggi 1,45-1,70 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering digunakan sebagai kuda
tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih
cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri,
dengan bobot badan lebih dari 700 kg dan biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni
memiliki tinggi kurang dari pada 1,45 m jika berdiri dengan bobot badan 250-450 kg,
beberapa kuda berukuran kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan
(Astuti, 2011). Ternak kuda merupakan salah satu jenis ternak yang perlu mendapatkan
perhatian dan potensial untuk produksi daging. Ternak kuda dapat menjadi alternatif
penyedia daging, selain itu ternak kuda juga berfungsi sebagai ternak kerja dan bisa juga
dijadikan sebagai ajang perlombaan di kalangan masyarakat seperti pacuan kuda. Kuda
berkaitan erat dengan manusia yang secara ekonomis berperan dalam transportasi (kuda

3
delman, kuda tunggang) dan pengangkut beban dan bahkan di beberapa tempat digunakan
sebagai sumber protein hewani (penghasil daging dan susu) (Hasan, 2014).

Banyak kendala yang dihadapi para peternak di dalam mengembangkan usaha


peternakannya. Umumnya faktor-faktor kendala yang dihadapi berkisar pada problem pakan,
tatalaksana /manajemen pemeliharaan, dan masalah penyakit. Salah satu serangan penyakit
yang bisa merugikan peternak yakni penyakit parasit. Penyakit ini kadang-kadang tidak
langsung mematikan, akan tetapi kerugiannya dipandang dari segi ekonomi sangat besar dan
dapat menimbulkan kerugian berupa penurunan berat badan ternak, penurunan produksi susu,
kualitas daging, produktivitas ternak sebagai tenaga kerja serta bahaya penularan terhadap
manusia/zoonosis (Rozi, 2013).

2.1 Riwayat Kuda

Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Selama 24 jam sejak lahir,
anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Karena
itu, ia telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk
bangkit dan mulai bergerak segera setelah ia lahir. Kuda sudah lama dikenal dan
dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber daging, alat transportasi dan kemudian
berkembang menjadi hewan yang digunakan sebagai hobi serta sarana olahraga. Kuda (Equus
caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari binatang kecil yang oleh
beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn horse yang telah mengalami proses
evolusi sekitar 60 juta tahun yang lalu (Hasan, 2014). Hewan ini telah lama menjadi salah
satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama memegang peranan penting dalam
pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia
dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti
kendaraan beroda.

Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan didomestikasi dan sedikit demi sedikit
dibawa kealam liar, kuda muda tersebut disebut weanling. Kuda pada tahun pertamanya
disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya. Seekor
kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun. Dimasa tua, sistem tubuhnya
bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Penyakit parasiter adalah penyakit (pada hewan,
manusia) yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah organisme yang hidup di luar atau di
dalam tubuh organisme lain (inang). Parasit merupakan organisme yang mengganggu
kehidupan inang. Keberadaan parasit dapat mempengaruhi kualitas dan kesehatan inang yang

4
terinfeksi. Parasit ini dapat menghambat kemajuan di bidang peternakan, terutama dalam
hubungannya dengan peningkatan populasi dan produksi ternak (Sari dkk, 2015).

Gaya Berjalan Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur.
Dalam gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur, tidak terlalu tinggi namun juga tidak
terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek atau panjangnya
tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Parasit gastrointestinal merupakan parasit
yang masuk ke dalam tubuh hospes definitive melalui mulut, melalui pakan yang tercemar
larva. Parasit tersebut meliputi cacing cambuk, cacing pita, cacing hati, protozoa seperti
trichomonas, Balantidium coli dan lain-lain. Faktor utama terjadi peningkatan penyebaran
penyakit parasit terutama nematoda gastrointestinal karena pengaruh topografi, geografis,
kondisi lingkungan, temperatur, kepadatan kandang, kelompok umur, penanganan yang tidak
tepat dan pola pemeliharaan yang tidak sesuai dalam upaya memutuskan siklus hidup cacing
(Zulfikar dkk, 2012).

Parasit nematoda gastrointestinal turut menghasilkan toksin dalam jumlah yang


banyak, toksin tersebut dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah serta turut
membantu masuknya bakteri patogen atau virus patogen ke dalam jaringan yang dapat
menimbulkan infeksi sekunder (Zulfikar dkk, 2012).

Seleksi Kuda Konformasi secara garis besar dapat menjelaskan penampilan umum
seekor kuda. Konformasi tubuh dan kaki diketahui memiliki heritabilitas yang tinggi.
Paramphistomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Paramphistomum sp. yang
merupakan salah satu cacing dalam kelas trematoda. Paramphistomum sp. hidup di dalam
rumen, retikulum, usus, saluran empedu atau kandung kemih hewan yang diserangnya. Hal
ini menyebabkan kerja rumen menjadi terganggu sehingga pakan tidak dapat dicerna dengan
sempurna (Darmin, 2014). Menurut Widnyana (2013), Parasit cacing Paramphistomum sp.
Dari kelas termatoda ini dapat mengakibatkan ternak tersebut menjadi lemah, mudak capek,
badan makin kurus dan mencret. Infeksi Paramphistomum sp. terdiri atas dua fase, yaitu fase
intestinal dan fase ruminal. Pada fase intensital, cacing muda menyebabkan pendarahan,
bengkak serta merah di dalam duodenum dan abomasum. Hal ini dapat menyebabkan
duodenitis dan abomasitis. Pada fase ruminal, cacing akan menyebabkan perubahan epitel
dari rumen yang menganggu kapasitas resorbsi (Darmin, 2014).

5
2.2 Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi

Gigi kuda memang dapat digunakan untuk memperkirakan umurnya secara cermat,
sehingga para pengusaha pacuan mempunyai ahli atau spesialis untuk menentukan umur
kuda. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya praktek-praktek tidak jujur misalnya
memperlombakan kuda yang sudah cukup dewasa melawan kuda yang masih terlalu muda
(Blakely dan Bade, 1991). Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan berganti
dengan gigi tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap
mulai muncul dalam pasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas
maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih besar dan
panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan berikutnya menjadi
lengkap dan tinggallah satu pasang gigi susu. Kuda berumur lima tahun telah memiliki satu
set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang gigi seri sementara. Hal yang menarik
adalah perkembangan gigi taring pada umur tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur
3,5 tahun). Gigi taring selalu ada pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi
jarang ada pada kuda betina (Blakely dan Bade, 1991). Kuda berumur enam sampai delapan
tahun, gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan
mengarah kesamping (Bogart dan Taylor, 1983).

2.3 Exercise (Latihan) Kuda

Kuda membutuhkan exercise atau latihan untuk menjaga kesehatannya, sama halnya
dengan atlet lainnya. Kuda atlet yang secara rutin dilatih memerlukan frekuensi istirahat yang
cukup, terlebih lagi pada saat kuda baru saja mengikuti suatu pertandingan, istirahat yang
diberikan pada kuda dapat dengan melakukan pengumbaran di paddock. Tindakan tersebut
memberikan kesempatan bagi kuda untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-
hari kerja yang dijalani sebelumnya dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda
tersebut berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan
yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010). Kedaan cuaca juga perlu dipertimbangkan pada saat akan menjalani
latihan, agar kondisi fisik kuda tetap prima. Hal ini dipertimbangkan agar terjadi
keseimbangan antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan
tempat kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya
faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar kuda
menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat disaksikan orang

6
banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari, melompat, dan bermain.
Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda harus dapat bergerak dengan
luwes, alami, dan dinamis (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.4 Bangsa Kuda

Berbagai jenis kuda ada di dunia. Kuda tersebut berasal dari berbagai tempat di dunia
atau yang dikembangkan disuatu daerah untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa jenis diantara
kuda itu masih tetap sama dengan keadaan di daerah asal tetapi beberapa jenis lagi telah
banyak berubah untuk mengikuti perkembangan serta tuntutan zaman (Blakely dan Bade,
1991).

Kuda Arab

Kuda Arab mungkin berasal dari Mesir, tetapi telah dikembangkan di Arab sampai
mencapai bentuk yang sekarang. Karakteristik yang menonjol dari kuda Arab adalah
kecepatan, daya tahan tubuhnya (stamina) dan kecantikannya. Kuda ini juga terkenal karena
memiliki sifat yang jinak dan bersahabat dengan manusia. Sifat inilah yang membuat kuda
disukai oleh pemiliknya. Terkenal mudah dipelihara dalam kondisi yang baik, kondisi pada
padang rumput atau ketersediaan biji-bijian yang minim, dengan demikian kuda merupakan
ternak kuda yang ekonomis bagi pemiliknya. Kuda Arab memiliki ciri-ciri kepala kecil
dengan bagian hidung agak melengkung ke dalam (concave), mata bersinar jeli, rambut
kepala (surai) dan ekor terurai panjang, kaki dan kuku kuat, cepat dan kuat untuk berlari jauh,
berani dan bertemperamen. Bobot kuda Arab mencapai 400-500 kg. Warna dasarnya
kebanyakan putih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Kuda Poni

Kuda poni berukuran kecil sampai sedang, tinggi bahunya kurang dari 0,5-1,2 m. Tipenya
termasuk kuda penarik atau kuda tunggang. Tingginya dari tanah sampai ke punggung kurang
dari 142 cm. Kuda ini kecil dan sifatnya keras, disukai di seluruh Amerika Serikat sebagai
kuda tunggang untuk anak-anak. Selain beberapa dari sifat positifnya, kuda ini cenderung
cepat marah dan keras kepala, seperti yang telah disadari oleh para pemilik kuda tersebut,
tetapi meskipun demikian, bangsa kuda poni ini disayangi dan menjadi kuda kesayangan
(Blakely dan Bade, 1991). Kuda poni termasuk ke dalam kuda dengan ukuran terkecil. Kuda
poni merupakan kuda khas dari Shetland. Kuda poni digunakan sebagai kuda tunggang dan
kuda tarik. Kuda ini juga biasa dijadikan sebagai hewan kesayangan anak kecil karena

7
ukurannya yang kecil. Kuda ini memiliki tinggi 0,9-1,45 m dengan bobot badan 250-450 kg
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Kuda Thoroughbred 

Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum diimpor ke Amerika.
Kalangan bangsawan Inggris mengembangbiakkannya sebagai kuda olahraga dan
melombakan kuda ini karena memiliki penampilan yang bagus. Kuda ini diseleksi
berdasarkan kecerdasannya, selain itu karakteristik kuda ini yang menonjol adalah kecepatan
lari dan daya tahannya seperti telah dibuktikan selama beberapa tahun. Salah satu penilaian
performa kuda pacu yang baik adalah dengan melihat kecepatan kuda pada jarak lari yang
ditempuh. Nilai kecepatan yang baik menjadi lebih baik lagi saat kecepatan tersebut dapat
dipertahankan. Sifat kemampuan mempertahankan kecepatan berlari dapat terlihat dari nilai
ripitabilitas sifat tersebut. Nilai ripitabilitas dapat menggambarkan proporsi keunggulan suatu
sifat dari ternak Kuda Pacu Indonesia yang penting untuk diteliti sebagai upaya untuk
menyeleksi pejantan yang unggul (Astuti, 2011).

Kuda Argentina (Criollo)

Kuda argentina merupakan kuda yang berasal dari argentina dan dianggap memiliki
hubungan dengan Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang dari Criollo dibawa ke Amerika
Selatan oleh tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi
populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred, kombinasi yang kuat,
bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di
dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo merupakan kuda yang tangguh
dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan gesitnya membuat mereka populer dan
banyak dimanfaatkan peternak di Amerika Selatan untuk menggembalakan ternak. Mereka
juga digunakan untuk transportasi dekat atau jauh dan juga membawa beban (Astuti, 2011).

Kuda Appaloosa

Ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted. Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku
Nez Perce dari Washington. Meskipun sekarang ditemukan diseluruh dunia, namun paling
umum di Amerika.Kuda ini memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat
mudah mengerti, sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini
pandai melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh (Astuti, 2011).

8
Kuda Poni Argentina

Kuda poni Argentina merupakan persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo.
Kuda ini merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo sehingga disebut juga dengan
kuda poni polo. Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda
harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki yang rendah
tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor kuda poni yang
lebih pendek kakinya. Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo adalah
berdasarkan ketahanan dan kecepatan tubuh yang sedang membawa penunggang. Kuda harus
memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari
kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas untuk mendeteksi
penempatan bola polo (Edwards, 2011).

2.5 Manajemen Pemeliharaan Kuda

Perkandangan Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Tempat untuk latihan
(exercise) sebaiknya disediakan di areal perkandangan. Kandang untuk ternak kuda dapat
dibuat dari bahan bangunan yang sederhana dan murah, namun harus memiliki konstruksi
yang cukup kuat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Membangun kandang di daerah tropis,
sebaiknya disediakan ventilasi sehingga pertukaran udara dapat berjalan lancar dan tidak
menimbulkan hawa panas didalam kandang. Atap kandang adalah naungan bagi ternak dan
melindungi ternak terhadap air hujan, panas sinar surya, maupun terhadap udara dingin. Atap
pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat menghasilkan
sirkulasi udara yang baik. Atap kandang hendaknya dibuat dengan kemiringan sedang dan
biasanya sekitar 30-45°. Bahan atap sebaiknya dipilih yang memiliki permukaan yang
memungkinkan pemantulan sebanyak mungkin atau yang memiliki koefisien refleksi radiasi
surya atau bumi. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda
karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk
kesehatan dan kenyaman kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut.
Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada
penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda juga harus berada pada posisi sejajar
dengan kepala kuda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tiap bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi
induk kuda yang sedang menyusui, karena jika induk kuda tersebut kekurangan air dalam
kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang juga harus memiliki

9
sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas,
dan lain sebagainya. Alas lantai kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak
serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas lantai yang lunak bertujuan agar melindungi
kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyaman kuda serta
melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu. Permukaan alas lantai
kandang juga tidak boleh licin atau kasar yang dapat mengakibatkan goresan luka pada kuda.
Selain itu, alas lantai kandang kuda tidak akan menjadi sarang parasit-parasit atau bakteri dan
tidak akan mengakibatkan stres pada kuda yang dapat mengganggu tingkah laku atau
produktivitas kuda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Peternakan kuda lebih baik dilengkapi
dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan
pakan, dan ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan untuk pengawasan kuda
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.6 Pakan

Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora nonruminansia grup colon


fermentor. Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan fermentasi. Makanan yang
tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat, masuk ke usus besar untuk
difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir sama seperti di rumen pada ternak ruminansia.
Kuda sebagai ternak herbivora, merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan. Hijauan
mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda. Preforman yang dihasilkan oleh kuda
akan seiring dengan kualitas hijauan, dimana hijauan yang mempunyai kualitas baik akan
menghasilkan preforman kuda yang bagus pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya
sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral dan nutrisi
lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang bagus perlu adanya evaluasi dan
penentuan kualitas hijauan pakan kuda (GUAY et al., 2011).

Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses
regurgitasi. Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang mampu
mencerna pakan berserat, sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta
mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan yang bersifat
spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang bersangkutan. Pakan utama kuda
adalah rumput dengan berbagai jenis, seperti Panicum maximum dan Brachiaria mutica
dengan ketinggian 1,2 m dan bermacam-macam jenis rumput yang tumbuh dimana-mana
dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk makanan ternak. Pakan rumput hanya cukup

10
untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu
tambahan konsentrat dan vitamin. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting dalam
bentuk segar di pastura dan bentuk hay. Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan energi
bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari
gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang
terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang.
Konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi sumber energi dan
seluruh jenis biji-bijian yang bermanfaat bagi kuda. Selain rumput dan konsentrat juga diberi
vitamin dan mineral. Air juga sangat penting, tubuh kuda terdiri dari 70% air. Kualitas pakan
kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah, dampak iklim (seperti
suhu dan kelembaban), dan juga tidak kalah pentingnya yaitu umur panen tumbuhan. Hijauan
untuk kuda harus bebas toksin dan bebas dari bahan lain yang berbahaya bagi kuda. Pakan
dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya, dan pengetahuan
dasar tentang komposisi beberapa pakan penting ketika menyiapkan ransum untuk kuda.
Jenis-jenis pakan untuk kuda terbagi dalam empat kategori yaitu : (1) Biji-bijian. Sebagai
sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat, barley, dan jagung. (2) Pakan protein.
Berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu) atau dari tumbuhan
(misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau polong-polongan). (3) Pakan
intermediate. Pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung rumput. (4) Hijauan.
Rumput, hay, haylage, dan silase. Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu
pemberian secukupnya untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi
untuk otot-otot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk
mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh agar dapat
beraktivitas. Kuda untuk olahraga dianggap dewasa pada umur tiga tahun. Saat umur tiga
tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih karena punggungnya
belum terlalu kuat dan mudah cedera. Pemberian makan disesuaikan dengan latihannya. Jika
latihannya meningkat maka konsentrat ditambah. Lain halnya dengan kuda pacu, maka kuda
olahraga lebih banyak memerlukan konsentrat dan serta kasar. Kebutuhan energi kuda
olahraga biasanya terpenuhi dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat
dengan pakan yang mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2011).

2.7 Kesehatan

Program kesehatan pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit, pemberian obat
cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Merupakan suatu hal yang penting untuk

11
senantiasa membuat diagnosayang tepat dan memiliki pengetahuan yang benar tentang
pengobatan yang memadai. Pemilik dan peternak kuda sebaiknya memanfaatkan jasa dokter
hewan agar berhasil dalam mengendalikan gangguan-gangguan tersebut. Salah satu gejala
pertama dari masalah apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak
makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu lapar dan ingin makan menambahkan
kondisi kuda yang baik terlihat dari bulu yang mengkilap, halus, dan lembut serta pada saat
kulit dicubit kemudian dilepaskan haruslah kembali dengan cepat, dan mudah kembali pada
posisi semula. Kulit yang lambat kembali setelah dicubit menunjukkan adanya tingkat
dehidrasi atau kekurangan lemak subkutan (Medina et al., 2011).. 

2.8 Kebersihan

Grooming lebih daripada sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan merangsang


sirkulasi darah dan getah bening serta memberikan kilau pada bulu kuda dengan membawa
minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan cepat bagian atas tubuh,
menghilangkan noda yang sulit, mencuci mata, hidung lalu kaki. Kuda dapat dimandikan
pada waktu tertentu. Kuda yang telah dicuci dan dibilas, selanjutnya dikeringkan dengan
penyerap air atau keringat, lalu kepala, badan dan kaki dihanduki sampai kering.

Parasit gastrointestinal merupakan parasit yang masuk ke dalam tubuh hospes


definitive melalui mulut, melalui pakan yang tercemar larva. Parasit tersebut meliputi cacing
cambuk, cacing pita, cacing hati, protozoa seperti trichomonas, Balantidium coli dan lain-
lain. Faktor utama terjadi peningkatan penyebaran penyakit parasit terutama nematoda
gastrointestinal karena pengaruh topografi, geografis, kondisi lingkungan, temperatur,
kepadatan kandang, kelompok umur, penanganan yang tidak tepat dan pola pemeliharaan
yang tidak sesuai dalam upaya memutuskan siklus hidup cacing (Zulfikar dkk, 2012). Infeksi
parasit di saluran gastrointestinal terjadi bila intensitas infeksi parasit tersebut sedang dan
tinggi. Parasit nematoda gastrointestinal turut menghasilkan toksin dalam jumlah yang
banyak, toksin tersebut dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah serta turut
membantu masuknya bakteri patogen atau virus patogen ke dalam jaringan yang dapat
menimbulkan infeksi sekunder (Zulfikar dkk, 2012).

2.9 Perlakuan Panas dan Dingin

Perlakuan dingin akan membantu untuk mengendalikan reaksi inflamasi dan


mengurangi rasa sakit. Setelah fase akut awal cedera telah berlalu, terapi panas dan dingin
bergantian dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang terkena dan

12
membawa elemen-elemen penting untuk penyembuhan. Perawatan ini akan membuat kuda
tenang, sehingga kuda dapat beristirahat lebih efektif (Zulfikar dkk, 2012).

2.10 Manajemen Peternakan Kuda

Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah perencanaan, pengorganisasian, dan


pelaksanaannya. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip manajemen diperlukan kelengkapan
yang saling terkait, seperti manusia, modal, serta material atau sarana. Faktor manusia sangat
menentukan kelangsungan peternakan, karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada
peternakan kuda. Usaha modal sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang terampil
dan memiliki keahlian khusus serta kelengkapan sarana, sangat menentukan usaha peternakan
Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal, maka langkah berikutnya
menentukan areal peternakan yang diperlukan, kemudian berupaya untuk pengadaan kuda
pejantan dan betina. Langkah berikutnya mencari tenaga kerja yang ahli, seperti seorang
manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang akan mengelola segala sesuatu kegiatan teknis
didalam peternakan itu (Zulfikar dkk, 2012).

2.11 Sumber Daya Manusia

Kuda sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber daging, alat
transportasi dan kemudian berkembang menjadi hewan yang digunakan sebagai hobi serta
sarana olahraga. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari
binatang kecil yang oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn horse yang
telah mengalami proses evolusi sekitar 60 juta tahun yang lalu (Hasan, 2014).

Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli dan
pembantu-pembantunya dapat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti dia
harus berkepribadian dan beritikad baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki
dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya rasa
tanggungjawab untuk merawat dan menjaga keselamatan hewan ternak peliharaannya
(Hasan, 2014). Tenaga ahli dan pembantupembantunya pada suatu peternakan kuda menurut
Hasan (2014). biasanya terdiri atas:

1. Bagian kandang, bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran kuda dan
memberi makanan kepada kuda.

13
2. Bagian kesehatan, bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong kuda yang
beranak dan memberi perawatan sesudahnya, serta menjaga kesehatan kuda secara
keseluruhnya.

3. Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan seperti


menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk.

4. Bagian listrik, air, dan mesin, bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada
penggunaan listrik, air, dan merawat semua mesin yang ada.

5. Bagian administrasi, bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan, perkawinan,


kelahiran, masuk-keluarnya kuda serta menyelesaikan masalah yang menyangkut
karyawan dan lain-lain.

6. Bagian logistik, bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan sebagainya.

2.12 Polo

Polo adalah olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk
mencetak gol ke gawang lawan. Pemain mengendalikan bola kayu atau plastik (diameter 3-
3,5 inci) dengan menggunakan pemukul yang panjang disebut mallet. Gol dianggap sah
apabila bola lewat diantara gawang yang ditandai dengan dikibarkannya bendera oleh
penjaga gawang. Setiap regu polo terdiri dari empat orang pemain dengan menggunakan
jumlah kuda yang tidak terbatas. Permainan berlangsung dalam periode tujuh menit yang
disebut chukka. Keseluruhan permainan dapat berlangsung antara empat sampai enam
chukka tergantung pada peraturan turnamen dan asosiasi masing-masing (Jakarta Press,
2010).

14
BAB III

URAIAN KEGIATAN

GAMBARAN UMUM

3.1 Manajemen peternakan kuda

Kuda yang berada di Ponain berjumlah 3 ekor sementara kuda yang lain berada di
lahan rumah jabatan bupati. Kandang kuda memiliki alas kandang berupa tanah yang diberi
sekat atau tembok antara kuda yang satu dengan yang lainnya. Di kandang kuda terdapat
gentong yang dibelah dua hingga yang dipakai setengahnya untuk menampung beberapa jenis
pakan yang nantinya diaduk untuk diberikan ke kuda-kuda. Selain itu juga terdapat ember air
minum yang digantung di tiang yang bertujuan memberikan air minum bagi kuda. Kuda
sering dikeluarkan dari kandang untuk memandikan kuda dengan menggunakan air dan sikat.
Kuda dijamin kebersihannya terutama pada bagian rambut kuda yang keras dibantu sisir
menggunanakan sisir kuda untuk mengurangi adanya ektoparasit.

Terisel Stable merupakan satu-satunya peternakan kuda milik pribadi terbesar yang
berlokasi di Kabupaten Kupang yang dimiliki oleh Bapak Jerry Manafe. Peternakan kuda
tersebut berlokasi di Ponain, Amarasi, Kabupaten Kupang. Jenis kuda yang berada di Terisel
Stable adalah hasil kawin silang antara kuda jenis Thoroughbred dengan kuda lokal Sulawesi
Utara yang difungsikan sebagai kuda pacu.

3.2 Manajemen pakan

Pakan yang dikonsumsi kuda diberikan setiap pagi dan sore berupa pakan campuran
antara dedak, jagung halus, dan garam. Pemberian pakan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pada kuda. Pakan yang diberikan juga berupa kulit jagung yang diberikan
setiap pagi dan sore.

Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora nonruminansia grup colon


fermentor. Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan fermentasi. Makanan yang
tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat, masuk ke usus besar untuk
difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir sama di rumen pada ternak ruminansia. Kuda
sebagai ternak herbivora, merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan. Hijauan
mempunyai arti penting dalam makanan kuda (Gibbs dan Davidson, 2011). Performan yang

15
dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas hijauan, dimana hijauan yang mempunyai
kualitas baik akan menghasilkan performan kuda yang bagus pula. Hijauan yang bagus tidak
hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral dan nutrisi
lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang bagus perlu adanya evaluasi dan
penentuan kualitas hijauan pakan kuda (Guay et al., 2012).

Gambar 1. Tahap pertama pemasukan dedak

Gambar 2. Tahap kedua pemberian garam

Gambar 3. Tahap ketiga pemasukan tepung jagung

3.3 Sarana dan Prasarana


 Kandang
Lokasi kandang kuda cukup baik dimana akses cahaya (mendapat cahaya
langsung dari sinar matahari), dekat dengan sumber air (profil tank) yang cukup,
struktur tanah disekitar kandang dipenuhi kerikil dan lokasi berada diatas
ketinggian sehingga tanah tetap kering dan tidak berlumpur karena. Akses angin

16
dan posisi sekitar kandang cukup baik sehingga tidak dapat mengganggu
kesehatan kuda.
Kontruksi bangunan kandang meliputi atap, lantai, ventilasi, struktur
bangunan, dinding dan alas kandang. Atap kandang terbuat dari seng dengan
dibuat cukup tinggi dan miring sehingga mempermudah air hujan mengalir ke
tempat yang lebih rendah, Bentuk didinding bangunannya terbuat dari tembok
dan dilengkapi dengan ventilasi untuk menjamin sirkulasi udara dan cahaya
masuk ke dalam kandang seperti pintu kandang maupun pagar besi tepat didepan
kandang.
 Sumber air
Terisel Stable tidak memiliki sumber air yang berdekatan dengan stable seperti
mata air dan sebagainya sehingga menggunakan air yang dibeli dari sumber air
yang cukup jauh. Air ditampung pada wadah (profil tank) dengan daya tampung
1000 liter air. Air yang tersedia digunakan untuk memandikan kuda, sebagai air
minum maupun kebutuhan lainnya. Dibawah ini merupakan wadah tempat
penyimpanan air di Terisel Stable.
 Gudang penyimpanan dan pembuatan pakan
Gudang pembuatan pakan dan penyimpanan bahan pakan berdinding
tembok, beratap seng dan lantai terbuat dari semen. Gudang pembuatan pakan
dilengkapi dengan timbangan pakan, mesin mol jagung dan wadah takaran pakan.
Sedangkan gudang penyimpanan bahan pakan hanya untuk penyimpanan pakan
yang belum diolah menjadi pakan kuda.
 Tempat Penginapan
Terisel stable juga memiliki tempat penginapan bagi petugas kandang
maupun pemiliknya. Jarak antar tempat penginapan dan kandang kuda berkisar
200 meter. Tempat penginapan juga berada diatas ketingggian dibandingkan
kandang kuda maupun gudang penyimpanan pakan sehingga tidak
memungkinkan terjadinya kontaminasi maupun kontak dengan vector pembawa
penyakit.
 Lapangan exercise kuda
Lapangan exercise yang disediakan masih sederhana dengan kondisi
lapangan terbuka dan tidak adanya pagar yang membatasi daerah exercise. Tanah
memiliki tingkat kemiringan yang cukup sehingga tidak mudah digenangi air,

17
namum karena tidak adanya rumput yang tumbuh maka akan rentan terjadinya
becek dan berlumpur. Tujuan disediakan lapangan tersebut yaitu bagian dari
olahraga atau exercise yang wajib dilakukan setiap pagi dan sore hari khusus
untuk kuda pacu.
3.4 Manajemen kesehatan
Pada kegiatan PKL kuda yang dilakukan di Ponain dilakukan pemberian vitamin B
complex pada sore hari. Pemberian vitamin B complex dilakukan oleh penulis dan dibantu
petugas setempat. Pemberian vitamin dilakukan pada bagian leher dengan cara penyuntikan
secara intramuscular. Penyuntikan vitamin B complex dilakukan pada kuda-kuda di rumah
jabatan bupati di Oelamasi. Hal ini karena kuda-kuda dari Ponain sebagian dipindahkan ke
Oelamasi.

Gambar 4. Penyuntikan vitamin B komplex

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

18
Dalam pemeliharaan kuda di Ponain haruslah memeperhatihkan manajemen
pemeliharaan kuda yang baik dan benar sehingga kuda-kuda tetap sehat atau terbebas dari
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, J.S., dan Edward M. S., 2011, Infections of The Urinary Tract: Campbell-Walls
Urology 10th ed, England: Saundres Elseiver; 257-269
Astuti, V. D. 2011. Ripitabilitas Sifat Kemampuan Kuda Pacu Indonesia Mempertahankan
Kecepatan Berlari. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

19
Edward, E. H. 2011. The Encyclopedia of the Horse. Dorling Kindersley. London.
___________. 2011. Smithsonian Handbooks. Horses. Dorling Kindersley Limited.
London.
Gibbs P. G., Potter. G. D., Nielsen, B. D., Householder, D. D., and Moyer, W. 2011.
Scientific Principles for Conditioning Race and Performance Horse. Equine Science
Publications. Texas A&M University. USA.
https://animalscience.tamu.edu/ansc/publications/horsepubs/hrg001_scientificracehors
e.pdf diakses pada tanggal 10 juni 2015.
Guay, K. A., H. A. Brady, V. G. Allen, K. R. Pond, D. B. Wester, L. A. Janecka and N. L.
Heninger. 2012. Matua bromegrass hay formares in gestation and lactation. J.Anim.
Sci. 80: 2960 – 2966.
Hasan, Ali. 2014. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Jakarta: CAPS
Jakarta Press.2010. Polo Berkuda. http://www.jakartapress.com. (Di akses pada tanggal 8
Maret 2016 pukul 21.18 WIB).
Maswarni dan Nofiar, R. 2014. Majemen Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kuda.
Jakarta Timur. Penerbit Swadaya.
Medina, B., I. D. Girard, E. Jacotot, &Julliand, V. 2011. Effect of a Preparation of
Saccharomyces Cerevisiae on Microbial Profiles and Fermentation Patterns in The
Large Intestine of Horse Fed a High Fiber or a High Starch Diet. J. Anim. Sci.
80:2600-2609.
Zulfikar; Hambal; dan Razali. 2012. Derajat Infestasi Parasit Nematoda Gastrointestinal Pada
Sapi di Aceh Bagian Tengah. Lentera. 12(3): 1-7.

20

Anda mungkin juga menyukai