Oleh :
Leonardo Agung Egho Seme
1209011012
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeliharaan kuda sangat penting untuk digunakan dala mengangkut orang maupun
barang. Sebagai seorang pemelihara kuda yang sudah terbiasa biasanya tahu mengenai cara
pemeliharaan kuda yang baik. Hal ini penting untuk menjamin kuda tetap sehat dan terhindar
dari rasa stress kuda akibat terlalu dikurung dalam kandang. Kuda-kuda ini banyak dipelihara
oleh beberapa orang salah satunya kuda di Ponain.
Dewasa ini, penggunaan kuda tidak terbatas sebagai pengangkut ataupun penarik.
Kuda mulai diminati dalam bidang olahraga. Sejak dahulu pun kuda telah digunakan dalam
olahraga, terutama dalam lingkup kerajaan, baik untuk berburu, atau pacuan. Penggunaan
kuda dalam bidang olahraga seperti permainan polo sudah mulai dikembangkan di Indonesia.
Kuda yang digunakan dalam olahraga adalah kuda yang terlatih dengan sistem
manajemen pelatihan yang telah diterapkan di klub olahraga kuda. Tatalaksana pemeliharaan
menjadi penentu dari performa ternak kuda selain dari manajemen pelatihan dan kualitas
genetik yang dimilikinya. Sistem manajemen pemeliharaan yang tepat akan menjamin
kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda serta meningkatkan kualitas kuda yang
dihasilkan.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang
belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely dan Bade, 1991).
Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama
memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun.
Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan
untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda. Kuda (Equus caballus atau Equus ferus
caballus) memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger, 1962): Kerajaan :
Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Perissodactyla Family : Eqiuidae Genus
: Equus Spesies : Equus caballus Fungsi kuda yang banyak berkembang saat ini di
masyarakat adalah sebagai sarana olahraga berkuda. Perkembangan olahraga ini didukung
oleh Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI). Organisasi PORDASI
membawahi empat komisi, yaitu pacuan, polo, peternakan dan olahraga berkuda atau
equestrian. Beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan jenis kelamin, umur atau
keadaan seekor kuda adalah sebagai berikut (Blakely dan Bade, 1991) : 1. Stallion : Kuda
jantan yang belum kawin berumur lebih daripada tiga tahun. 2. Stud : Kuda jantan yang
digunakan untuk dikawinkan. 3. Mare : Kuda betina dewasa. 4. Filly : Kuda betina muda
sampai umur tiga tahun. 5. Gelding : Kuda jantan yang dikastrasi. 6. Colt : Kuda jantan
sampai umur tiga tahun. 7. Foal : Anak kuda. 8. Weanling : Kuda muda jantan atau betina
yang baru saja disapih.
Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran
paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa
dari jenis kuda liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi
memegang peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang
dan orang selama ribuan tahun. Kuda juga dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan
sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak,
dan di beberapa daerah kuda digunakan sebagai sumber pangan (Ronald et al., 1996).
Saat ini pengetahuan terkini tentang domestikasi kuda didasarkan pada material
purbakala dari bagian selatan Ukraina yang telah berusia 4200-3800 SM (Anthony et
al.,1991). Kuda pertama kali digunakan sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga,
serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda tersebut digunakan sebagai alat transportasi cepat
untuk mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi ternak
penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983).
Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging dan air susu kuda),
kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian
secara luas dan alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status
sosial yang lebih tinggi bagi pemiliknya (Parakkasi, 1986).
Riwayat Kuda Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Selama 24
jam sejak lahir, anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan
hidup. Karena itu, ia telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan
naluri untuk bangkit dan mulai bergerak segera setelah ia lahir. Selama bulan pertama
hidupnya, tinggi anak kuda meningkat sekitar sepertiga dari tinggi saat lahir. Anak kuda pada
akhir tahun pertamanya, tingginya mencapai tigaperempat dari tinggi kuda dewasa (Kidd,
1995). Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan didomestikasi dan sedikit demi sedikit
dibawa kealam liar, kuda muda tersebut disebut weanling. Kuda pada tahun pertamanya
disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya. Seekor
kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun. Dimasa tua, sistem tubuhnya
bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa
bekerja dengan keras seperti ketika kuda tersebut masih muda, tetapi kuda masih akan sehat
selama beberapa tahun, asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan
juga perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995).
Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat diseluruh dunia berasal dari binatang
kecil yang oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn horse yang telah
mengalami proses evolusi sekitar 60 juta tahun yang lalu (Edward, 1994). Populasi kuda
diseluruh dunia mencapai 62 juta ekor, yang terdiri dari lima ratus bangsa, tipe, dan
varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan yang berkaitan dengan lokasi
geografis tempat dikembangbiakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara spesifik.
Bangsa kuda kini sering kali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan
pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasarkan pada daerah
asal, fungsi, dan ciri fenotipik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).
Riwayat Kuda
Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Selama 24 jam sejak lahir,
anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Karena
itu, ia telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk
bangkit dan mulai bergerak segera setelah ia lahir. Selama bulan pertama hidupnya, tinggi
anak kuda meningkat sekitar sepertiga dari tinggi saat lahir. Anak kuda pada akhir tahun
pertamanya, tingginya mencapai tiga perempat dari tinggi kuda dewasa (Kidd, 1995). Kuda
termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas
Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely dan Bade, 1991). Hewan ini telah
lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama memegang peranan
penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi
oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu
seperti kendaraan beroda.
Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan didomestikasi dan sedikit demi sedikit
dibawa kealam liar, kuda muda tersebut disebut weanling. Kuda pada tahun pertamanya
disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya. Seekor
kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun. Dimasa tua, sistem tubuhnya
bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa
bekerja dengan keras seperti ketika kuda tersebut masih muda, tetapi kuda masih akan sehat
selama beberapa tahun, asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan
juga perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995).
Gaya Berjalan Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur.
Dalam gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur, tidak terlalu tinggi namun juga tidak
terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek atau panjangnya
tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop, langkahnya sangat
panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan juga merentang
lurus (Blakely dan Bade, 1991). Bogart dan Taylor (1983) mengemukakan definisi dari
beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda
yaitu: 1. Walk adalah sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah
secara terpisah satu sama lain. 2. Trot adalah sebuah gaya berjalan dua irama diagonal
dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan
serentak, dan kaki kiri depan serta kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran
dengan serentak. 3. Canter adalah sebuah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak
permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan
berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang. 4. Gallop adalah canter yang dilakukan dengan
cepat.
Seleksi Kuda Konformasi secara garis besar dapat menjelaskan penampilan umum
seekor kuda. Konformasi tubuh dan kaki diketahui memiliki heritabilitas yang tinggi. Hal ini
diketahui bahwa penilaian subjektif dari konformasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
bukan genetik (Arnason, 1984 ; Preisinger et al., 1991). Faktor bukan genetik ini meliputi tim
penilai, jenis kelamin, kondisi tubuh dan manajemen pemeliharaan kuda, bulan dan tahun
judging, serta perawatan anak kuda. Semua faktor ini dihitung bersama dengan data
konformasi tubuh jika digunakan untuk melakukan seleksi kuda dan analisis genetik
(Bowling dan Ruvinsky, 2000). Biasanya kuda pejantan yang unggul akan memberikan
keturunan yang unggul pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang
kurang baik. Hal ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya yang kurang
sehat, atau berbagai sebab lain, namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik
tidaknya keturunan yang dihasilkan. Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda
betina berkualitas sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda. Kuda
betina berfungsi sebagai kuda induk. Oleh karenanya, sebaiknya kita memilih kuda betina
yang sehat, tegap, berbadan lebar dan panjang, agar jika mengandung akan dapat dengan
leluasa menempatkan anak dalam kandungannya (Soehardjono, 1990). Kriteria seleksi untuk
kompetensi reproduksi pada kuda jantan tidak jauh berbeda dengan kuda betina, yaitu sebagai
berikut: sejarah, temperamen dan libido, usia, konformasi umum, pemeriksaan saluran
reproduksi, evaluasi air mani, kelainan kromosom, pengambilan sampel darah, infeksi, dan
manajemen umum pembiakan. Umur tidak mempengaruhi pemilihan kuda jantan breeding,
namun yang harus diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi kuda (Oftedalet al., 1983).
Warna Dasar Kuda Warna dasar kuda adalah bay atau hitam, chesnut, dan grey.
Warna dasar bay terdiri atas tiga macam warna yaitu bay terang (light bay) yaitu coklat
kemerahan, bay cerah (bright bay) yaitu kuda dengan warna chesnut dan bay gelap (dark bay)
cenderung berwarna coklat gelap. Kuda dengan warna bay adalah kuda yang memiliki surai,
ekor, dan kaki berwarna hitam (Brown dan Sarah, 1994). Segera setelah dilahirkan, anak
kuda yang memiliki gen abu-abu mulai menunjukkan pencampuran warna bulu putih,
terutama warna putih. Proporsi warna abu-abu terhadap putih, meningkat seiring dengan
pertambahan umur. Saat dewasa kelamin, warna bulu kuda berubah menjadi abu-abu atau
abu-abu dengan bintik-bintik berwarna hitam (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Chesnut
merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan warna ini juga menjadi warna pada ekor
dan surai (Vogel, 1995).
Gigi kuda memang dapat digunakan untuk memperkirakan umurnya secara cermat,
sehingga para pengusaha pacuan mempunyai ahli atau spesialis untuk menentukan umur
kuda. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya praktek-praktek tidak jujur misalnya
memperlombakan kuda yang sudah cukup dewasa melawan kuda yang masih terlalu muda
(Blakely dan Bade, 1991). Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan berganti
dengan gigi tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap
mulai muncul dalam pasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas
maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih besar dan
panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan berikutnya menjadi
lengkap dan tinggallah satu pasang gigi susu. Kuda berumur lima tahun telah memiliki satu
set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang gigi seri sementara. Hal yang menarik
adalah perkembangan gigi taring pada umur tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur
3,5 tahun). Gigi taring selalu ada pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi
jarang ada pada kuda betina (Blakely dan Bade, 1991). Kuda berumur enam sampai delapan
tahun, gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan
mengarah kesamping (Bogart dan Taylor, 1983).
Exercise (Latihan) Kuda
Kuda membutuhkan exercise atau latihan untuk menjaga kesehatannya, sama halnya
dengan atlet lainnya. Kuda atlet yang secara rutin dilatih memerlukan frekuensi istirahat yang
cukup, terlebih lagi pada saat kuda baru saja mengikuti suatu pertandingan, istirahat yang
diberikan pada kuda dapat dengan melakukan pengumbaran di paddock. Tindakan tersebut
memberikan kesempatan bagi kuda untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-
hari kerja yang dijalani sebelumnya dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda
tersebut berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan
yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010). Kedaan cuaca juga perlu dipertimbangkan pada saat akan menjalani
latihan, agar kondisi fisik kuda tetap prima. Hal ini dipertimbangkan agar terjadi
keseimbangan antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan
tempat kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya
faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar kuda
menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat disaksikan orang
banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari, melompat, dan bermain.
Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda harus dapat bergerak dengan
luwes, alami, dan dinamis (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Selain itu, terdapat perbedaan
tertentu dalam kemampuan belajar dan mempelajari tugas tertentu dalam setiap latihan pada
setiap bangsa kuda (Hart dan Hart, 1985).
Bangsa Kuda
Berbagai jenis kuda ada di dunia. Kuda tersebut berasal dari berbagai tempat di dunia
atau yang dikembangkan disuatu daerah untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa jenis diantara
kuda itu masih tetap sama dengan keadaan di daerah asal tetapi beberapa jenis lagi telah
banyak berubah untuk mengikuti perkembangan serta tuntutan zaman (Blakely dan Bade,
1991).
Kuda Arab
Kuda Arab mungkin berasal dari Mesir, tetapi telah dikembangkan di Arab sampai
mencapai bentuk yang sekarang. Karakteristik yang menonjol dari kuda Arab adalah
kecepatan, daya tahan tubuhnya (stamina) dan kecantikannya. Kuda ini juga terkenal karena
memiliki sifat yang jinak dan bersahabat dengan manusia. Sifat inilah yang membuat kuda
disukai oleh pemiliknya. Terkenal mudah dipelihara dalam kondisi yang baik, kondisi pada
padang rumput atau ketersediaan biji-bijian yang minim, dengan demikian kuda merupakan
ternak kuda yang ekonomis bagi pemiliknya (Blakely dan Bade, 1991). Kuda Arab memiliki
ciri-ciri kepala kecil dengan bagian hidung agak melengkung ke dalam (concave), mata
bersinar jeli, rambut kepala (surai) dan ekor terurai panjang, kaki dan kuku kuat, cepat dan
kuat untuk berlari jauh, berani dan bertemperamen (Edwards, 1991). Bobot kuda Arab
mencapai 400-500 kg. Warna dasarnya kebanyakan putih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Kuda Poni
Kuda poni berukuran kecil sampai sedang, tinggi bahunya kurang dari 0,5-1,2 m. Tipenya
termasuk kuda penarik atau kuda tunggang. Tingginya dari tanah sampai ke punggung kurang
dari 142 cm (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kuda ini kecil dan sifatnya keras, disukai di
seluruh Amerika Serikat sebagai kuda tunggang untuk anak-anak. Selain beberapa dari sifat
positifnya, kuda ini cenderung cepat marah dan keras kepala, seperti yang telah disadari oleh
para pemilik kuda tersebut, tetapi meskipun demikian, bangsa kuda poni ini disayangi dan
menjadi kuda kesayangan (Blakely dan Bade, 1991). Ensminger (1962) menambahkan kuda
poni termasuk ke dalam kuda dengan ukuran terkecil. Kuda poni merupakan kuda khas dari
Shetland. Kuda poni digunakan sebagai kuda tunggang dan kuda tarik. Kuda ini juga biasa
dijadikan sebagai hewan kesayangan anak kecil karena ukurannya yang kecil. Kuda ini
memiliki tinggi 0,9-1,45 m dengan bobot badan 250-450 kg (Ensminger, 1962).
Kuda Thoroughbred
Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum diimpor ke Amerika.
Kalangan bangsawan Inggris mengembangbiakkannya sebagai kuda olahraga dan
melombakan kuda ini karena memiliki penampilan yang bagus. Kuda ini diseleksi
berdasarkan kecerdasannya, selain itu karakteristik kuda ini yang menonjol adalah kecepatan
lari dan daya tahannya seperti telah dibuktikan selama beberapa tahun (Blakely dan Bade,
1991). Edwards (1994) menyatakan sejak 200 tahun yang lalu kuda Thoroughbred sudah
dikembangkan sebagai industri pacuan karena mampu memberikan pengaruh besar dalam
meningkatkan gerakan misalnya kecepatan, keberanian, dan daya tahan serta secara
bersamaan dapat meningkatkan ukuran tubuh. Kuda Thoroughbred memiliki warna tubuh
cokelat, chesnut, hitam, bay, dan abu-abu. Kuda ini pada bagian muka dan kaki berwarna
putih. Kuda Thoroughbred memiliki berat 450-575 kg dan tinggi 1,55-1,65 m (Ensminger,
1962). Kidd (1995) menambahkan kuda Thoroughbred memiliki kondisi yang memenuhi
syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan terlihat pintar, leher dan badan panjang,
kaki langsing dan panjang, tulang ramping dengan panjang yang seimbang, serta warna bulu
yang halus dan terang.
Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan Barb, Andalusia
dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh tentara Spanyol pada abad
ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi populer. Kuda ini kebanyakan
dikawinsilangkan dengan Thoroughbred, kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan
Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki
kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan,
kecepatan dan gerakan gesitnya membuat mereka populer dan banyak dimanfaatkan peternak
di Amerika Selatan untuk menggembalakan ternak. Mereka juga digunakan untuk
transportasi dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).
Kuda Appaloosa
Ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted. Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku
Nez Perce dari Washington. Meskipun sekarang ditemukan diseluruh dunia, namun paling
umum di Amerika.Kuda ini memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat
mudah mengerti, sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini
pandai melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh (Kidd, 1995).
Kuda poni Argentina merupakan persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo.
Kuda ini merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo sehingga disebut juga dengan
kuda poni polo. Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda
harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki yang rendah
tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor kuda poni yang
lebih pendek kakinya (Edwards, 2002). Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo
adalah berdasarkan ketahanan dan kecepatan tubuh yang sedang membawa penunggang.
Kuda harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian
kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas
untuk mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).
Manajemen Pemeliharaan Kuda
Perkandangan Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Tempat untuk latihan
(exercise) sebaiknya disediakan di areal perkandangan. Kandang untuk ternak kuda dapat
dibuat dari bahan bangunan yang sederhana dan murah, namun harus memiliki konstruksi
yang cukup kuat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Membangun kandang di daerah tropis,
sebaiknya disediakan ventilasi sehingga pertukaran udara dapat berjalan lancar dan tidak
menimbulkan hawa panas didalam kandang (Jacoebs, 1994). Atap kandang adalah naungan
bagi ternak dan melindungi ternak terhadap air hujan, panas sinar surya, maupun terhadap
udara dingin. Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat
menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan atap
kandang hendaknya dibuat dengan kemiringan sedang dan biasanya sekitar 30-45°. Bahan
atap sebaiknya dipilih yang memiliki permukaan yang memungkinkan pemantulan sebanyak
mungkin atau yang memiliki koefisien refleksi radiasi surya atau bumi. Ketersediaan udara
yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit
pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyaman kuda serta akan
mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak
pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada
kandang kuda juga harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (McBane, 1991).
Nozawa et al. (1981) menyatakan di tiap bagian kandang harus tersedia air bersih. Air
minum harus diperhatikan bagi induk kuda yang sedang menyusui, karena jika induk kuda
tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula.
Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan
listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya. Alas lantai kandang kuda harus selalu dalam
keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas lantai yang lunak
bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk
kenyaman kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu
(McBane,1994). Permukaan alas lantai kandang juga tidak boleh licin atau kasar yang dapat
mengakibatkan goresan luka pada kuda. Selain itu, alas lantai kandang kuda tidak akan
menjadi sarang parasit-parasit atau bakteri dan tidak akan mengakibatkan stres pada kuda
yang dapat mengganggu tingkah laku atau produktivitas kuda (Tim Karya Tani Mandiri,
2010). Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat
penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, dan ruang groom pada setiap kandang
sehingga memudahkan untuk pengawasan kuda (McBane,1994).
Pakan
Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses
regurgitasi. Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang mampu
mencerna pakan berserat, sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta
mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan yang bersifat
spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang bersangkutan. Kuda yang
istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan kuda yang sedang bekerja, kuda
yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein, dan kebutuhan gizi kuda muda hampir
seluruhnya lebih banyak dibanding kuda dewasa (Blakely dan Bade, 1991). Pakan utama
kuda adalah rumput dengan berbagai jenis, seperti Panicum maximum dan Brachiaria mutica
dengan ketinggian 1,2 m dan bermacam-macam jenis rumput yang tumbuh dimana-mana
dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk makanan ternak (Soehardjono, 1990). Pakan
rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau
olahraga perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling
penting dalam bentuk segar di pastura dan bentuk hay (Templeton, 1979). Pakan konsentrat
merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain
konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk
padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan
(legum) seperti kedelai dan kacang, sedangkan menurut NRC (1989), konsentrat atau sereal
biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi sumber energi dan seluruh jenis biji-bijian
yang bermanfaat bagi kuda. Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral
(Soehardjono, 1990). Air juga sangat penting, tubuh kuda terdiri dari 70% air (McBane,
1994). Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah,
dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga tidak kalah pentingnya yaitu umur
panen tumbuhan. Hijauan untuk kuda harus bebas toksin dan bebas dari bahan lain yang
berbahaya bagi kuda (NRC, 1989). Pakan dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang
terkandung didalamnya, dan pengetahuan dasar tentang komposisi beberapa pakan penting
ketika menyiapkan ransum untuk kuda. Jenis-jenis pakan untuk kuda terbagi dalam empat
kategori menurut Pilliner (1993), yaitu : (1) Biji-bijian. Sebagai sumber energi dari ransum
konsentrat, misalnya oat, barley, dan jagung. (2) Pakan protein. Berasal dari hewan (misalnya
meat bone meal dan tepung susu) atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan
kacang-kacangan atau polong-polongan). (3) Pakan intermediate. Pakan ini termasuk jerami,
umbi-umbian dan tepung rumput. (4) Hijauan. Rumput, hay, haylage, dan silase. Pemberian
pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya untuk menjaga kondisi sehari-
hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk otototot usus, jantung dan paru-paru selama
bekerja, energi untuk merumput, untuk mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan
sel-sel yang menjaga tubuh agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Parakkasi (1986)
menambahkan bahwa pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe
kuda, dan aktivitas harian kuda. Setiap kuda yang menerima ransum atau pakan konsentrat
penuh, sebaiknya pemberian makan diberikan tiga kali sehari. Jika kuda tidak
menghabiskannya dalam tiga kali pemberian, berikan pakan pada larut malam, sehingga kuda
mendapatkan jumlah makanan yang sama tetapi dengan empat kali pemberian pakan yang
lebih sedikit (Pilliner, 1992). Kuda untuk olahraga dianggap dewasa pada umur tiga tahun.
Saat umur tiga tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih karena
punggungnya belum terlalu kuat dan mudah cedera. Pemberian makan disesuaikan dengan
latihannya. Jika latihannya meningkat maka konsentrat ditambah. Lain halnya dengan kuda
pacu, maka kuda olahraga lebih banyak memerlukan konsentrat dan serta kasar. Kebutuhan
energi kuda olahraga biasanya terpenuhi dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan
berserat dengan pakan yang mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et
al., 2002).
Kesehatan
Menurut Blakely dan Bade (1991), program kesehatan pada ternak kuda mencakup
pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Merupakan
suatu hal yang penting untuk senantiasa membuat diagnosayang tepat dan memiliki
pengetahuan yang benar tentang pengobatan yang memadai. Pemilik dan peternak kuda
sebaiknya memanfaatkan jasa dokter hewan agar berhasil dalam mengendalikan gangguan-
gangguan tersebut. Salah satu gejala pertama dari masalah apapun biasanya adalah
rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu
lapar dan ingin makan (Blakely dan Bade, 1991). Hodges dan Pilliner (1991) menambahkan
kondisi kuda yang baik terlihat dari bulu yang mengkilap, halus, dan lembut serta pada saat
kulit dicubit kemudian dilepaskan haruslah kembali dengan cepat, dan mudah kembali pada
posisi semula. Kulit yang lambat kembali setelah dicubit menunjukkan adanya tingkat
dehidrasi atau kekurangan lemak subkutan.
Kebersihan
Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli dan
pembantu-pembantunya dapat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti dia
harus berkepribadian dan beritikad baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki
dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya rasa
tanggungjawab untuk merawat dan menjaga keselamatan hewan ternak peliharaannya
(Soehardjono, 1990). Tenaga ahli dan pembantupembantunya pada suatu peternakan kuda
menurut Soehardjono (1990) biasanya terdiri atas:
1. Bagian kandang, bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran kuda dan
memberi makanan kepada kuda.
2. Bagian kesehatan, bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong kuda yang
beranak dan memberi perawatan sesudahnya, serta menjaga kesehatan kuda secara
keseluruhnya.
4. Bagian listrik, air, dan mesin, bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada
penggunaan listrik, air, dan merawat semua mesin yang ada.
6. Bagian logistik, bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan sebagainya.
Polo
Polo adalah olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk
mencetak gol ke gawang lawan. Pemain mengendalikan bola kayu atau plastik (diameter 3-
3,5 inci) dengan menggunakan pemukul yang panjang disebut mallet. Gol dianggap sah
apabila bola lewat diantara gawang yang ditandai dengan dikibarkannya bendera oleh
penjaga gawang. Setiap regu polo terdiri dari empat orang pemain dengan menggunakan
jumlah kuda yang tidak terbatas. Permainan berlangsung dalam periode tujuh menit yang
disebut chukka. Keseluruhan permainan dapat berlangsung antara empat sampai enam
chukka tergantung pada peraturan turnamen dan asosiasi masing-masing (Jakarta Press,
2010).
BAB III
URAIAN KEGIATAN
GAMBARAN UMUM
Kuda yang berada di Ponain berjumlah 3 ekor sementara kuda yang lain berada di
lahan rumah jabatan bupati. Kandang kuda memiliki alas kandang berupa tanah yang diberi
sekat atau tembok antara kuda yang satu dengan yang lainnya. Di kandang kuda terdapat
gentong yang dibelah dua hingga yang dipakai setengahnya untuk menampung beberapa jenis
pakan yang nantinya diaduk untuk diberikan ke kuda-kuda. Selain itu juga terdapat ember air
minum yang digantung di tiang yang bertujuan memberikan air minum bagi kuda. Kuda
sering dikeluarkan dari kandang untuk memandikan kuda dengan menggunakan air dan sikat.
Kuda dijamin kebersihannya terutama pada bagian rambut kuda yang keras dibantu sisir
menggunanakan sisir kuda untuk mengurangi adanya ektoparasit.
Terisel Stable merupakan satu-satunya peternakan kuda milik pribadi terbesar yang
berlokasi di Kabupaten Kupang yang dimiliki oleh Bapak Jerry Manafe. Peternakan kuda
tersebut berlokasi di Ponain, Amarasi, Kabupaten Kupang. Jenis kuda yang berada di Terisel
Stable adalah hasil kawin silang antara kuda jenis Thoroughbred dengan kuda lokal Sulawesi
Utara yang difungsikan sebagai kuda pacu.
Manajemen pakan
Pakan yang dikonsumsi kuda diberikan setiap pagi dan sore berupa pakan campuran
antara dedak, jagung halus, dan garam. Pemberian pakan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pada kuda. Pakan yang diberikan juga berupa kulit jagung yang diberikan
setiap pagi dan sore.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam pemeliharaan kuda di Ponain haruslah memeperhatihkan manajemen
pemeliharaan kuda yang baik dan benar sehingga kuda-kuda tetap sehat atau terbebas dari
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. &D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Terjemahan : Bambang Srigandono. Edisi
ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gibbs P. G., Potter. G. D., Nielsen, B. D., Householder, D. D., and Moyer, W. 2004.
Scientific Principles for Conditioning Race and Performance Horse. Equine Science
Publications. Texas A&M University. USA.
https://animalscience.tamu.edu/ansc/publications/horsepubs/hrg001_scientificracehors
e.pdf diakses pada tanggal 10 juni 2015.
Parakkasi, A. 1986.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Vol. 1 B. UI Press,
Jakarta.
Pilliner, S. 1993. Getting Horses Fit. Second Edition. Blackwell Science Ltd, London.
Pilliner, S. 1994. Prepare to Win: Care of the Competition Horse. B.T. Batsford Ltd, London.
Soehardjono, O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equestrian Center, Jakarta.