Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Penduduk Indonesia sekarang ini mulai sadar akan keberadaan hewan
sebagai makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai peranan dalam kehidupan ini..
Hal ini menyebabkan perlakuan terhadap hewan baik itu hewan kesayangan,
hewan ternak, maupun hewan liar harus lebih diperhatikan. Sebagai calon Dokter
Hewan, selayaknya kita memberikan pemahaman mengenai bagaimana
seharusnya kita berperilaku sesuai dengan patokan berperilaku dengan benar demi
tercapainya kesejahteraan hewan.
Pemerintah sudah mulai peduli dengan bagaimana semestinya kita berbuat
kepada hewan dengan membuat peraturan Perundang-Undangan mengenai
kesejahteraan hewan.
Dengan adanya rancangan Undang-Undang dan Kebijakan dalam
memperlakukan hewan akan berfungsi sebagai dasar hukum bagi
penyelenggaraan kesejahteraan hewan di Indonesia,agar tidak hanya hewan yang
mendapatkan manfaat dari penerapan kesejahteraan hewan, melainkan kita
sebagai manusia juga mendapatkan manfaat dari adanya kebijakan yang mengatur
tindakn kita dalam memperlakukan hewan sebagai mana mestinya.

I.2 Rumusan Masalah


A. Apa pengertian kesejahteraan hewan?
B. Bagaimana konsep kesejahteraan hewan?
C. Bagaimana tolak ukur kualitas kesrawan, baik hewan ternak atau hewan
kesayangan serta kebutuhan hewan apa saja?
D. Apa contoh kesejahteraan hewan baik?

I.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui defenisi dari kesejahteraan hewan
B. Untuk mengetahui konsep dari kesejahteraan hewan
C. Untuk mengetahui tolak ukur kualitas kesejahteraan hewan
D. Untuk mengetahui contoh kesejahteraan hewan yang baik
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesejahteraan Hewan
Kata sejahtera dalam kesejateraan hewan (animal welfare) berarti kualitas
hidup yang meliputi berbagai elemen yang berbeda-beda seperti kesehatan,
kebahagiaan dan panjang umur yang untuk masing-masing orang mempunyai
tingkatan yang berbeda dalam memberikannya (Tannenbaum 2007).
Menurut laporan Brambell Committee, setiap hewan direkomendasikan
memiliki cukup kebebasan untuk dapat bergerak, menyarankan bahwa setiap
hewan harus memiliki kebebasan untuk bergerak yang cukup tanpa adanya
kesusahan untuk berbalik, berputar, merawat dirinya, bangun, berbaring,
meregangkan tubuh ataupun anggota badannya. Berbagai upaya telah diusahakan
untuk mendefinisikan istilah welfare (Albright 2007). Definisi lain memberikan
gambaran bahwa animal welfare adalah sebuah perhatian untuk penderitaan
hewan dan kepuasan hewan (Gregory 2005). Sedangkan ilmu animal
welfare adalah ilmu tentang penderitaan hewan dan kepuasan hewan.
Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan
sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam.
Animal welfare mengacu pada kualitas hidup hewan, kondisi hewan dan
parawatan/perlakuan terhadap hewan (Dallas 2006). Menurut Undang Undang
No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan definisi kesejahteraan hewan ialah usaha manusia memelihara hewan,
yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan
perlindungan yang wajar.
Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan hewan
ada dua macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin atau
membiarkan hewan hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya. Setiap hewan
yang dipelihara manusia setidaknya diusahakan terbebas dari penderitaan yang
tidak perlu (Damron 2006).

2.2 Konsep Kesejahteraan Hewan


Menurut Dallas (2006) kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur
dengan indikator Lima Kebebasan (five freedoms), yaitu :

A. Bebas dari Rasa Haus dan Lapar (Freedom from Hunger and Thirst)
Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan haus, makanan yang layak,
bergizi dan juga akses langsung terhadap air bersih perlu disediakan. Dengan
menyediakan tempat makanan dan minuman yang memadai akan dapat
mengurangi terjadinya penindasan dan kompetisi diantara mereka.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup.
Kebebasan dari rasa haus dan lapar ini ditempatkan di urutan pertama karena ini
sangat mendasar, primitif dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat hewan
terstimulasi
untuk makan. Hewan memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan
minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran (Le Magnen 2005).

B. Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)


Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai
pada hewan. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan
menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan kandang/tempat berlindung
yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya
lantai, tempat tidur dan sebagainya). Hewan akan merasa nyaman pada
lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang
nyaman.

C. Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain, Injury and
Disease)
Secara sangat sederhana, sehat pada hewan secara individu dapat
didefinisikan negatif sebagai tidak adanya symptom penyakit. Penyakit yang
sering timbul di peternakan adalah penyakit produksi. Penyakit ini adalah
penyakit akibat kekeliruan manajemen ternak atau akibat sistem yang
diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi malnutrisi, trauma dan
infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh manusia. Kebebasan ini
dapat diwujudkan dengan pencegahan diagnosa yang tepat dan perawatan.

D. Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express Normal


Behavior)
Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masing-masing
ternak. Dalam perawatan manusia, hewan mungkin memiliki lebih sedikit
kesempatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya. Pada kondisi ekstrim,
hal yang mungkin terjadi justru hewan menunjukkan perilaku menyimpang.
Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan teman bagi hewan dari
sejenisnya akan membantu hewan mendapat kebebasan menunjukkan perilaku
normalnya (Phillips 2006).

E. Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or Distress)
Menurut Moberg (2005) stress berpengaruh terhadap kesejahteraan hewan
tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat stress tersebut. Stres tidak
hanya merupakan keadaan saat hewan harus beradaptasi melebihi kemampuannya,
tetapi juga pada saat hewan mempunyai respons yang lemah bahkan terhadap
rangsangan normal sehari-hari (Duncan dan Fraser 2006).
Takut merupakan emosi primer yang dimiliki hewan yang mengatur respon
mereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut kini dianggap sebagai
stresor yang merusak hewan (Jones 2006). Rasa takut yang berkepanjangan tentu
akan berimbas buruk bagi kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, perilaku peternak
sangat berperan dalam membangun sikap hewan terhadap peternak. Cheeke
(2005) menitikberatkan pada tehnik manajemen hewan yang mengurangi atau
menghilangkan stres sebagi komponen penting dari animal welfare.

Kelima poin di atas merupakan daftar kontrol status kesejahteraan hewan


secara umum saja. Penjabaran kesejahteraan hewan ke dalam lima aspek
kebebasan tidaklah mutlak terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Aspek yang satu
mungkin berpengaruh pada aspek lainnya sehingga sulit untuk dibedakan. Bahkan
satu problem dapat merupakan cakupan beberapa poin di atas. Susunan yang
berurutan pun tidak mutlak mencerminkan prioritas.
Kelima faktor dari 5 kebebasan saling berkait dan akan berpengaruh pada semua
faktor apabila salah satu tidak terpenuhi atau terganggu.
Bebas dari rasa lapar dan haus dimaksudkan sebagai kemudahan akses akan air
minum dan makanan yang dapat mempertahankan kesehatan dan tenaga. Dalam
hal ini adalah penyediaan pakan yang sesuai dengan species dan keseimbangan
gizi. Apabila keadaan ini gagal dipenuhi maka akan memicu timbulnya penyakit
dan penderitaan.
Bebas dari rasa tidak nyaman dipenuhi dengan penyediaan ingkungan yang layak
termasuk shelter dan areal istirahat yang nyaman. Apabila keadaan ini gagal
dipenuhi maka akan menimbulkan penderitaan dan rasa sakit secara mental yang
akan berdampak pada kondisi fisik dan psikologi hewan.
Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit meliputi upaya pencegahan penyakit atau
diagnosa dan treatmen yang cepat. Kondisi ini dipenuhi melalui penerapan
pemeriksaan medis yang reguler. Apabila kondisi ini terabaikan maka akan
memicu timbulnya penyakit dan ancaman transmisi penyakit baik pada hewan lain
maupun manusia. Contohnya: penyakit Hepatitis dan TBC pada orangutan yang
direhabilitasi.
Sementara bebas mengekspresikan perilaku normal adalah penyediaan ruang yang
cukup, fasilitas yang tepat dan adanya teman dari jenis yang sama. Apabila
keadaan ini tidak terpenuhi maka akan muncul perilaku abnormal seperti
stereotype, dan berakhir dengan gangguan fisik lainnya.
Faktor terakhir adalah bebas dari rasa takut dan tertekan yaitu memberikan
kondisi dan perlakuan yang mencegah penderitaan mental. Stress umumnya
diartikan sebagai antithesis daripada sejahtera. Distress merupakan kondisi
lanjutan dari stress yang mengakibatkan perubahan patologis. Lebih lanjut kondisi
ini terlihat pada respon perilaku seperti menghindar dari stressor (contoh:
menghindar dari temperatur dingin ke tempat yang lebih hangat dan sebaliknya),
menunjukkan perilaku displacement (contoh; menunjukkan perilaku display yang
tidak relevan terhadap situasi konflik dimana tidak ada fungsi nyata), dan bila
tidak ditangani akan muncul perilaku stereotipik yang merupakan gerakan
pengulangan dan secara relatif kelangsungan gerakan tidak bervariasi dan tidak
punya tujuan jelas.

2.3 Tolak ukur kualitas kesrawan, baik hewan ternak atau hewan
kesayangan serta kebutuhan hewan

Parameter kualitas kesrawan hewan ternak sedikit berbeda dengan hewan


kesayangan. Kesejahteraan hewan berarti bagaimana hewan adalah menghadapi
kondisi di mana ia hidup. Hewan ini dalam kondisi baik kesejahteraan jika
(seperti yang ditunjukkan oleh bukti ilmiah) itu sehat, nyaman, cukup gizi, aman,
mampu mengekspresikan perilaku bawaan, dan jika tidak menderita dari negara-
negara yang tidak menyenangkan seperti nyeri, ketakutan, dan tertekan.
Kesejahteraan hewan yang baik memerlukan pencegahan penyakit dan
pengobatan hewan, tempat penampungan yang layak, manajemen, nutrisi,
penanganan manusiawi dan pembantaian manusiawi. Kesejahteraan hewan
mengacu pada keadaan hewan, perlakuan yang diterima binatang ditutupi dengan
istilah lain seperti perawatan hewan, peternakan, dan perlakuan yang manusiawi.
Gangguan pada kesejahteraan hewan dapat diamati berdasarkan 3 indikator yaitu:
Indikator fisiologi dan psikologi, indikator immun dan produksi serta indikator
perilaku. Perubahan yang terjadi pada hewan dapat diamati berdasarkan
perubahan pada fisik, mental maupun perilaku. Kondisi kesejahteraan yang buruk
yang berkelanjutan akan memicu timbulnya penyakit sebagai bentuk nyata dari
gangguan kesejahteraan hewan. Yang mana efek penyakit pada kesejahteraan
satwa adalah penderitaan panjang pada hewan.
Secara fisiologi kondisi perubahan kesejahteraan hewan akan mengaktifkan
sistem saraf pusat (SSP) dan memberikan respon baik pada sistem saraf otonom
maupun sistem endokrin. Akibat dari respon sistem saraf otonom akan berdampak
pada Sistem SAM (Simpatetic Adrenal Medulary) dan Sistem PNS
(Parasimpatetic Nervous System). Respon Sistem SAM mengakibatkan
peningkatan Cardiac output (tachycardia, cardiac muscle contraction),
peningkatan aliran darah ke otot (vasokontriksi perifer, kontraksi limfa),
peningkatan air intake (respiratory rate, relaksasi bronkhiol). Sementara respon
dari Sistem PNS (Parasimpatetic Nervous System) adalah penurunan Cardiac
output (branchicerdia).Contoh pengabaian kesejahteraan hewan pada hewan
ternak dan hewan potong akan menimbulkan ketakutan, distress dan rasa sakit.
Keadaan ini dapat terjadi selama proses penyembelihan, pengangkutan dan
pemasaran karena keterbatasan hewan dalam membangun group sosial juga
karena persediaan pakan dan minum yang buruk. Efek stress pada hewan sebelum
dipotong akan berdampak buruk pada kualitas karkas yang disebut Dark Firm Dry
(DFD).
Dark Firm Dry (DFD) terjadi akibat dari stress pre-slaughter sehingga
mengosongkan persediaan glycogen pada otot. Keadaan ini menyebabkan kadar
Asam laktat pada otot berkurang dan meningkatkan pH daging melebihi dari
normal. Pada kondisi seperti ini maka proses post mortem tidak berjalan sempurna
terlihat pada warna daging terlihat lebih gelap, kaku dan kering yang mana secara
umum lebih alot dan tidak enak. pH daging yang tinggi akan mengakibatkan
daging lebih sensitif terhadap tumbuhnya bakteri. DFD beef adalah indikator dari
stress, luka, penyakit atau kelelahan pada hewan sebelum disembelih.
Keadaan diatas dapat dikurangi antara lain dengan memberikan perlakuan yang
lebih baik pada hewan sebelum dipotong dengan menerapkan lima faktor
kebebasan. Juga dengan menerapkan metode stunning, yaitu proses
pemingsanan pada hewan sebelum dipotong. Tujuannya adalah membuat hewan
tidak sadar hanya dalam waktu singkat sehingga pada saat proses pemotongan
tidak terjadi stress.
Beberapa tolak ukur berdassarkan lima kebebasan antara lain:
Tempat tinggal hewan ternak
Idealnya tempat tiggal hewan ternak tersedia dua areal, terbuka dan tertutup.
Areal terbuka berfungsi sebagai tempat hewan melakukan aktifitasnya disiang
hari. Sedangkan areal tertutup berfungsi sebagai tempat beristirahat hewan di
malam hari. Sesuai dengan fungsinya, areal terbuka ini hendaknya tersedia cukup
luas sesuai dengan jenis dan jumlah individu serta perilaku hewan yang
dipelihara. Karena hewan ternak lebih banyak menghabiskan harinya di areal ini,
hendaknya fasilitas harian tersedia di areal ini, misalnya kotak makan, shelter
untuk berteduh bagi jenis-jenis mamalia, dan tanah yang gembur untuk mengorek-
ngorek tanah bagi beberapa jenis unggas.
Selain itu, luasnya areal ini juga dapat menolong hewanhewan yang ingin
menyelamatkan diri apabila terjadi perkelahian.
Pakan dan pola makan
Hal ini sangat penting diperhatikan, mengingat daerah jelajah hewan ternak
tersebut terbatas maka ruang gerak hewan untuk mencari makan sendiri juga
terbatas. Oleh karena itulah pemilik hewan ternak harus tahu kapan waktu yang
tepat untuk memberi makan dan minum hewan. Pemberian pakan hewan ini harus
diatus sedemikian rupa agar hewan tidak kelaparan dan juga pemberian pakan
tidak berlebihan agar satwa tidak tersiksa karena kekenyangan.
Pemberian pakan sebaiknya tersebar di banyak tempat. Hal ini untuk menghindari
terjadinya perkelahian karena berebut makanan.
Selain itu perlu juga diperhatikan pakan hewan yang sesuai dan variasi menu
harian agar hewan mendapat asupan gizi yang seimbang.
Sakit dan penyakit
Jangan biarkan hewan menderita sakit terlalu lama karena luka atau penyakit. Bila
sudah muncul indikasi satwa tidak berperilaku seperti biasa, segera hubungi
petugas pemeriksa kesehatan hewan (dokter hewan).
Kondisi kandang juga harus diperhatikan sedemikian rupa agar tidak berpotensi
melukai hewan, misalnya adanya paku atau kawat yang tidak terpasang secara
aman.
Pemeriksaan berkala pada hewan juga perlu dilakukan. Hal ini untuk mencegah
terjadinya penularan dan penyebaran penyakit serta terjadinya kerugian akibat
hewan yang mati karena sakit.

2.4 Contoh Kesejahteraan Hewan yang Baik


A. Penyembelihan yang Halal bagi yang dipersyaratkan dan bersih
Proses Penyembelihan hewan harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Jangan
sampai kita menyembelih hewan dengan tidak memperhatikan aspek-aspek dalam
penyembelihan dan syarat kehalalan. Penyembelih hewan haruslah seorang
muslim, akil balig, dan dalam keadaan yang sadar. Pisau yang digunakanpun
harus tajam agar tidak menyiksa hewan pada saat dilakukan penyembelihan.

Gambar 2.1
Penyembelihan hewan yang sesuai dengan syarat kehalalan

B. Menjaga kebersihan sarana, prasarana, peralatan, dan lingkungannya


Tidak hanya manusia yang perlu diperhatikan kebersihan lingkungannya, tetapi
juga kebersihan hewan. Sebab hewan adalah agen utama dalam penyebaran
zoonosis. Maka dari itu, kebersihan kandang, lingkungan hewan harus selalu
diperhatikan agar si hewan tidak mudah terjangkit oleh penyakit.
Gambar 2.2
Pembersihan kandang

C. Memberi pakan yang aman dan sesuai dengan kebutuhan fisiologis Hewan
Pakan merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari hewan. namun, tidak
semua makanan dapat diberikan secara bebas kepada si hewan. Pemberian pakan
pada hewan harus rutin dilakukan agar si hewan terpenuhi nutrisnya.

Gambar 2.3

Pemberian pakan yang benar

D. Tidak melakukan penyiksaan pada hewan

Dengan tidak melakukan penyiksaan terhadap hewan itu artinya kita telah
menerapkan kesejahreaan hewan dengan baik.

Gambar 2.4
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

A. Defenisi Kesejahteraan Hewan

Kesejahteraan hewan ( Animal Welfare ) yaitu : suatu usaha untuk memberikan


kondisi lingkungan yang sesuai bagi satwa sehingga berdampak ada peningkatan
sistem psikologi dan fisiologi satwa. Kegiatan ini merupakan kepedulian manusia
untuk meningkatkan kualitas hidup bagi satwa yang terkurung dalam kandang
atau terikat tanpa bisa leluasa bergerak.

B. Konsep Kesejahteraan Hewan


Menurut Dallas (2006) kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur
dengan indikator Lima Kebebasan (five freedoms), yaitu :

1. Bebas dari Rasa Haus dan Lapar (Freedom from Hunger and Thirst)
Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan haus, makanan yang layak,
bergizi dan juga akses langsung terhadap air bersih perlu disediakan. Dengan
menyediakan tempat makanan dan minuman yang memadai akan dapat
mengurangi terjadinya penindasan dan kompetisi diantara mereka.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup.
Kebebasan dari rasa haus dan lapar ini ditempatkan di urutan pertama karena ini
sangat mendasar, primitif dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat hewan
terstimulasi
untuk makan. Hewan memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan
minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran (Le Magnen 2005).

2. Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)


Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai
pada hewan. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan
menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan kandang/tempat berlindung
yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya
lantai, tempat tidur dan sebagainya). Hewan akan merasa nyaman pada
lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang
nyaman.

3. Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain, Injury and
Disease)
Secara sangat sederhana, sehat pada hewan secara individu dapat
didefinisikan negatif sebagai tidak adanya symptom penyakit. Penyakit yang
sering timbul di peternakan adalah penyakit produksi. Penyakit ini adalah
penyakit akibat kekeliruan manajemen ternak atau akibat sistem yang
diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi malnutrisi, trauma dan
infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh manusia. Kebebasan ini
dapat diwujudkan dengan pencegahan diagnosa yang tepat dan perawatan.

4. Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express Normal


Behavior)
Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masing-masing
ternak. Dalam perawatan manusia, hewan mungkin memiliki lebih sedikit
kesempatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya. Pada kondisi ekstrim,
hal yang mungkin terjadi justru hewan menunjukkan perilaku menyimpang.
Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan teman bagi hewan dari
sejenisnya akan membantu hewan mendapat kebebasan menunjukkan perilaku
normalnya (Phillips 2006).

5. Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or Distress)
Menurut Moberg (2005) stress berpengaruh terhadap kesejahteraan hewan
tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat stress tersebut. Stres tidak
hanya merupakan keadaan saat hewan harus beradaptasi melebihi kemampuannya,
tetapi juga pada saat hewan mempunyai respons yang lemah bahkan terhadap
rangsangan normal sehari-hari (Duncan dan Fraser 2006).
Takut merupakan emosi primer yang dimiliki hewan yang mengatur respon
mereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut kini dianggap sebagai
stresor yang merusak hewan (Jones 2006). Rasa takut yang berkepanjangan tentu
akan berimbas buruk bagi kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, perilaku peternak
sangat berperan dalam membangun sikap hewan terhadap peternak. Cheeke
(2005) menitikberatkan pada tehnik manajemen hewan yang mengurangi atau
menghilangkan stres sebagi komponen penting dari animal welfare.

C. Ukur kualitas kesrawan, baik hewan ternak atau hewan kesayangan serta
kebutuhan hewan
Parameter kualitas kesrawan hewan ternak sedikit berbeda dengan hewan
kesayangan. Kesejahteraan hewan berarti bagaimana hewan adalah menghadapi
kondisi di mana ia hidup. Hewan ini dalam kondisi baik kesejahteraan jika
(seperti yang ditunjukkan oleh bukti ilmiah) itu sehat, nyaman, cukup gizi, aman,
mampu mengekspresikan perilaku bawaan, dan jika tidak menderita dari negara-
negara yang tidak menyenangkan seperti nyeri, ketakutan, dan tertekan.
Kesejahteraan hewan yang baik memerlukan pencegahan penyakit dan
pengobatan hewan, tempat penampungan yang layak, manajemen, nutrisi,
penanganan manusiawi dan pembantaian manusiawi.

D. Contoh Kesejahteraan Hewan yang baik


1. Penyembelihan yang Halal bagi yang dipersyaratkan dan bersih
2. Menjaga kebersihan sarana, prasarana, peralatan, dan lingkungannya
3. Memberi pakan yang aman dan sesuai dengan kebutuhan fisiologis Hewan
4. Tidak melakukan penyiksaan pada hewan

3.2 Saran
Kita sebagai manusia harus memperhatikan kesejahteraan hewan, agar kita dapat
memetik manfaat dari kesejahteraan dan kesehatan hewan. sehingga kita dapat
hidup berdampingan dengan hewan tanpa melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar kesejahteraan hewan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Peternakan, (Online).http://www.Peternakan.com/Tip/Ayam /topik


09.html, diakses 3 Juni 2012.
Anonim. 2006. Usaha Peternakan, (Online). http://www. Usaha Peternakan
.com/Tip/Ayam /topik 09.html, diakses 3 Juni 2012.
Anonim. 2012. Media Peternakan.
(Online) http://medpet.journal.ipb.ac.id/index
.php/mediapeternakan/article/download/3161/2104, diakses 3 Juni 2012.
Anonim. 2012. Sentral Ternak, (Online). http://sentralternak.com/ diakses 4 Juni
2012.
Anonim. 2011. Laporan Peternakan, (Online). http://gallery4l
rozz.wordpress.com/2011/04/06/laporan-peternakan-pt-ciomas-bab-ii-dan-
iii/, diakses 4 Juni 2012
Anonim. 2012. Budidaya Ayam Pedaging, (Online). http://wongtaniku. wordpress.
com/2009/09/20/budidaya-ayam-pedaging-broiler/, diakses 4 Juni 2012
Anonim. 2012. Animal Welfare, (Online). http://animalnutrition-indonesia.
blogspot. com/2008/09/animal-welfare.html, diakses 4 Juni 2012
Anonim. 2012. Animal Welfare, (Online). http://animalnutrition-indonesia.
blogspot. com/2008/09/animal-welfare.html, diakses 4 Juni 2012
Akosso,dkk. 2010. Pemeliharan ayam broiler secara intensive.Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5
Dallas dan Darrom. 2012. Kesejahteraan Hewan di
Indonesia, (Online). http://civas. info/index. php?option=
&view=article&id=71%3Amembumikan-animal-welfare-di-
indonesia&catid=32%3Afokus&Itemid=47&limitstart=2. diakses 31 Mei
2012
Santoso, Urip. 2012. Menciptakan Broiler
Berseragam, (Online). http://uripsantoso.
wordpress.com/2008/12/25/menciptakan-broiler-yang-seragam/, diakses 4
Juni 2012
Suhadji, Wahyu. 2012. Kesejahteraan Hewan Pada Unggas. PPT. FKH UNHAS.
Sugeng. 2008. Animal Welfare pada
Unggas, (Online). http://animalwelfareunggas-indonesia. blogspot.
com/2008/09/animal-welfare.html, diakses 4 Juni 2012
Tannenbaum. 2007. Animal Walfare, (Online). http://tannenbaum.blogspot.com /
2007/05/animal-walfare.html, diakses 1 Juni 2012
Yudi. 2012. Kesrawan, (Online). http://drhyudi.blogspot.com/2009/07/apa-itu-
kesrawan.html diakses 3 Juni 2012.
Winarso, Ajo. 2008. Kajian Kesejahteraan Hewan Ternak Dalam Ajaran Agama
Buddha, Hindu, Yahudi,Nasrani Dan Islam. Skripsi tidak diterbitkan.
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan-IPB.

Anda mungkin juga menyukai