Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP ETIKA DAN MORAL

KELOMPOK 1

FATIA NINGSIH MALIKI E211 15 524

WULANDARI E011 171 006

NUR WULANDARI E011 171 007

MUH. ARSYAD E011 171 010

ISMA NURYANA I E011 171 016

RAJIMAN E011 171 305

MUHAMMAD ADLANA UNTUNG E011 171 316

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Definisi Etika 3

B. Definisi Moral 4

C. Aliran-aliran dalam etika 5

D. Perbedaan etika dan moral 8

BAB III PENUTUP 12

A. Kesimpulan 12

B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika dan moral merupakan dua istilah yang sejak dulu kala hingga sekarang
terus diperbincangkan oleh para ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan.
Kedua istilah ini cukup menarik untuk dikaji mengingat keduanya berbicara tentang
baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan yang
seharusnya ditinggalkan. Etika dan moral selalu menghiasi kehidupan manusian
dalam segala aspek kehidupannya.

Dalam banyak tulisan filosofis, jarang ditemukan penulis yang menggunakan


peristilahan tersebut secara konsisten, namun sekurang-kurangnya kita tetap dapat
melacak asal mula munculnya istilah terebut.

Secara epistemologis, pengertian etika dan moral memiliki kemiripan. Namun,


sejalan dengan perkembangan ilmu dan kebiasaan di kalangan cendikiawan, ada
beberapa pergeseran arti yang kemudian membedakannya. Etika cenderung
dipandang sebagai suatu cabang ilmu dalam filsafat yang mempelajari nilai-nilai
baik dan buruk bagi manusia. Sementara itu moral adalah hal-hal yang mendorong
manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai “kewajiban” atau
“norma”. Disamping itu, etika lebih banyak dikaitkan dengan prinsip-prinsip moral
yang menjadi landasan bertindak seseorang yang mempunyai profesi tertentu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut.

1. Apa defisini etika?


2. Apa defisini moral?
3. Apa saja aliran-aliran dalam etika?
4. Apa perbedaan antara etika dan moral?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendiskripsikan definisi etika


2. Untuk mendiskripsikan definisi moral
3. Untuk mengetahui aliran-aliran apa saja yang terdapat dalam etika
4. Dan untuk mengetahui apa perbedaan etika dan moral

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etika
Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu Ethos. Dalam bentuk
tunggal kata ethos memiliki beberapa makna yakni: tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedang bentuk jamak dari ethos, yaitu ta etha, berarti adat kebiasaan.
Dalam arti terakhir inilah terbentuknya istilah “etika” yang oleh Aristoteles,
seorang filsuf besar Yunani kuno (381-322 SM), dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral. Karena itu, dalam arti yang terbatas etika kemudian berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2002:
4).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) kata etika diartikan dengan: (1) ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral;
(2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan (3) asas perilaku
yang menjadi pedoman (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:402). Dari tiga definisi ini
bisa dipahami bahwa etika merupakan ilmu atau pemahaman dan asas atau dasar
terkait dengan sikap dan perilaku baik atau buruk.

Kemudian, Ahmad Amin dalam Mudhlor Ahmad memperjelas pengertian etika


dengan berpendapat bahwa etika adalah “Ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang kepada sesama,
menyatakan tujuan perbuatan seseorang, dan menunjukan jalan untuk melakukakan
apa yang seharusnya dilakukan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah suatu
ilmu yang membahas tentang arti baik dan buruk, benar dan salah kemudian
manusia menggunakan akal dan hati nuraninya untuk mencapai tujuan hidup yang
baik dan benar sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Selain itu, teori etika
berorientasi kepada cara pandang atau sudut pengambilan pendapat tentang
bagaimana harusnya manusia tersebut bertingkah laku di masyarakat.

3
B. Definisi Moral

Kata “moral” berasal dari bahasa Latin, mores, jamak dari mos yang berarti
kebiasaan, adat (Bertens, 2002: 4). Dalam Kamus Bahasa Indonesia moral diartikan
sebagai: (1) (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila; dan (2) kondisi mental yang
membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia
berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau keadaan perasaan
sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 1041).
Secara umum makna moral ini hampir sama dengan etika, namun jika dicermati
ternyata makna moral lebih tertuju pada ajaran-ajaran dan kondisi mental seseorang
yang membuatnya untuk bersikap dan berperilaku baik atau buruk. Jadi, makna
moral lebih aplikatif jika dibandingkan dengan makna etika yang lebih normatif.

Moral,dalam pengertiannya yang umum menaruh penekanan kepada karakter


dan sifat-sifat individu yang khusus,diluar ketaatan kepada peraturan.oleh karena
itu,moral merujuk kepada tingkah laku yang bersifat spontan seperti rasa
kasih,kemurahan hati,kebesaran jiwa dan sebagainya yang kesemuanya tidak
terdapat dalam peraturan-peraturan hukum.Sedangkan moralitas mempunyai
makna yang lebih khusus sebagai bagian dari etika.Moralitas berfokus kepada
hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang abstrak dan bebas.Orang yang mengingkari
janji yang telah diucapkannya dapat dianggap sebagai orang yang tidak bisa
dipercaya atau tidak etis,tetapi bukan berarti tidak bermoral.Namun,menyiksa anak
atau menracuni mertua kita disebut tindakan tidak bermoral.Jadi tekanannya disini
adalah pada unsur keseriusan pelanggaran.Dilain pihak moralitas lebih abstrak jika
dibandingkan dengan moral.Oleh sebab itu,semata-mata berbuat sesuai dengan
moralitas tidak sepenuhnya bermoral dan melakukan hal yanh benar dengan alasan-
alasan yang salah bisa berrarti tidak bermoral sama sekali.

Kata moral selalu mengarah kepada baik buruknya perbuatan manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik atau buruk perbutaannya. Kata lain yang juga lekat dengan kata moral
adalah moralitas, amoral, dan immoral. Kata moralitas (Inggris: morality)

4
sebenarnya sama dengan moral (Inggris: moral), namun moralitas bernuansa
abstrak. Moralitas bisa juga dipahami sebagai sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002: 7). Kata amoral dan
immoral memiliki makna yang sama, yakni lawan dari kata moral. Amoral berarti
tidak bermoral, tidak berakhlak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 53). Sedang kata
immoral tidak termuat dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kata ini adalah kata Inggris
yang berarti tidak sopan, tunasusila, jahat, dan asusila (Echols & Shadily, 1995:
312).

Dalam berinteraksi di tengah-tengah masyarakat, etika dan moral sangat


diperlukan agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, rukun, dan tenteram (etis
dan bermoral). Meskipun kedua kata ini secara mendalam berbeda, namun dalam
praktik sehari-hari kedua kata ini hampir tidak dibedakan. Dalam kehidupan sehari-
hari perbedaan konsep normatif tidaklah penting selama hasilnya sama, yakni
bagaimana nilai-nilai positif (baik dan benar) dapat diwujudkan dan nilai-nilai
negatif (buruk dan salah) dapat dihindarkan.

C. Aliran-Aliran Dalam Etika

Untuk menilai etika seseorang dalam bermasyarakat itu baik atau buruk, tidak
bisa hanya dipandang dari satu sisi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk
menentukan etika seseorang itu dinilai baik atau buruk. Dalam satu keadaan tertentu
kadang etika seseorang dianggap buruk, namun ketika dilihat dari sudut yang lain
maka hal tersebut justru dinilai baik. Contonhya ketika Nabi Musa AS berguru dan
melakukan perjalanan bersama Nabi Khidzir AS. Nabi Musa AS selalu merasa tidak
setuju terhadap segala hal yang dilakukan oleh Nabi Khidzir AS karena merasa
bahwa semua hal tersebut bertentangan dengan norma-norma yang selama ini ia
mengerti. Namun ketika di akhir perjalanan Nabi Khidzir AS menjelaskan alasan
kenapa dia melakukan semua hal tersebut, Nabi Musa AS seketika merasa menyesal
dan kemudian mengagumi perbuatan Nabi Khidzir AS.

5
Begitulah ukuran baik buruknya sebuah etika tidak dapat disimpulkan
seenaknya saja. Ada beberapa pandangan dan aliran mengenai kriteria penilaian
baik dan buruk sebuah etika.

Naturalisme

Paham ini berpendapat sistem-sistem etika dalam kesusialaannya mempunyai


dasar alami, yaitu pembenaran-pembenaran hanya dapat dilakukan melalui
pengkajian atas fakta dan bukan atas teori-teori yang sangat metafisis. Naturalisme
juaga berpendapat bahwa manusia pada kodratnya adalah “baik” sehingga ia harus
dihargai dan menjadi ukuran. Tampak bahwa naturalism ingin bertolak dari sesuatu
yang ingin ditinjau secara psikologis dapat diamati sehingga dapat mendasarkan
diri pada pengalaman. Dengan begitu, diharapkan penjabaran atas perilaku akan
memperoleh asas yang tepat. Namun kelemahan yang muncul ialah bahwa
pandangan seperti ini dalam kenyataan menjabarkan “yang seharusnya” dari “yang
ada”, suatu alur pemikiran yang bisa menyesatkan.

Individualisme

Emmanuel Kant adalah salahsatu seorang filsuf yang senantiasa menekankan


bahwa setiap orang bertanggung jawab secara individual bagi dirinya. Memang
esensi individualism adalah ajaran bahwa didalam hubungan social yang paling
pokok adalah individunya. Segala interaksi dalam massyarakat harus dilakukan
demi keuntungan individu. Dampak positif dari individualism adalah terpacunya
prestasi dan kreativitas individu. Orang akan memiliki etos kerja yang kuat dan
selalu ingin berbuat yang terbaik agi dirinya. Namun, disisi lain ia juga mengandung
dampak negative dengan kecenderungan bahwa setiap orang akan mementingakan
diri sendiri.

Hedonisme

Titik tolak pemikiran hedonisme adalah pendapat bahwa menurut kodratnya


manusia selalu mengusahakan kenikmatan, yaitu bila kebutuhan kodrati terpenuhi,
orang akan memperoleh kenikmatan sepuas-puasnya. Sayangnya, dalam

6
kenyataannya kita melihat bahwa kaum hedonis tidakn pernah mencapai tujuannya.
Upaya manusia sesungguhnya yang dilakukan manusia adalah “hal-hal yang
menimbulkan kenikmatan”, tetapi bukan kenikmatan itu sendiri. Sempalan paham
hedonism antara lain terungkap dalam pola materialism.

Eudaemonisme

Eudaemonisme berasal dari kat Yunani , yaitu demon yang bisa berarti roh
pengawal yang baik, kemajuran atau keuntungan. Orang yang telah mencapai
tingkatan. “eudaemonia” akan memiliki keinsyafan tentang kepuasan yang
sempurna, tidak saja secara jasmani tetapi juga rohani. Eudaemonisme mencita-
citakan suasana batiniah yang disebut “bahagia”. Ia mengajarkan bahwa
kebahagiaan merupakan kebaikan tertinggi. Manusia yang hidup didunia ini
sesungguhnya hanya mencari satu kata: bahagia, yang menjadi persoalan ialah
bahwa kata “bahagia” itu sendiri selalu bermakna ganda dan kebahagiaan terlalu
sulit untuk diukur.

Utilitarianisme

Utilitarianisme mengatakan bahwa ciri pengenal kesusilaan adalah manfaat dari


suatu perbuatan. Suatu perbuatan dikatakn baik jika membawa manfaat atau
keguanaan, berguna artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak
menghasilkan sesuatu yang buruk. Ungkapan utilitarianisme yang terkenal berasal
dari Jeremy Bentham: “the greatest happiness of the greates number”. Terhadap
paham ini pun ternyata bisa diajukan beberapa keberatan ilmiah dan titik tolak
utilitarianisme sebenarnya tidak menguntungkan. Ia tidak kapan perbuatan yang
baik ditinjau dari segi kesusilaan dapat disebut perbuatan berguna atau bermanfaat
dan kita dapat menyaksikan bahwa sesuatu yang bermanfaat tidak pernah berdiri
sendiri.

Idealisme

Paha mini timbul dari kesadaran akan adanya lingkungan normativitas bahwa
terdapat kenyataan yang bersifat normative yang memberi dorongan kepada

7
manusia untuk berbuat. Salahsatu keunggulan dari ajaran idealism adalah
pengakuannya tentang dualism manusia, bahwa manusia terdiri dari jasmani dan
rohani.

Tokoh utama aliran ini ialah Immanuel Kant (1725-1804). Pokok-pokok


pandangannya adalah sebagai berikut :

a. Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian.


Seseorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain
melainkan atas dasar kemauan sendiri atau rasaa kewajiban. Sekalipun
diancam dan dicela orang lain, perbuatan baik itu dilakukan juga, karena
adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam nurani manusia.
b. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang
melahirkan tindakan konkrit. Dan yang menjadi pokok disini ialah kemauan
baik.
c. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempurnakannya yaitu “rasa kewajiban”.

D. Perbedaan Antara Etika dan Moral

Etika berasal dari bahasa Yunani etos, yang artinya kebiasaan atau watak,
sedangkan moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang artinya cara
hidup atau kebiasaan. Dari istilah ini muncul pula istilah morale atau moril, tetapi
artinya sudah jauh sekali dari pengertian asalnya. Moril bisa berarti semangat atau
dorongan batin. Disamping itu terdapat istilah norma yang berasal dari bahasa
Latin. (norma: penyiku atau pengukur), dalam bahasa inggris norma berarti aturan
atau kaidah. Dalam kaitannya dalam perilaku manusia, norma digunakan sebagai
pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnya dan juga untuk menakar atau
menilai sebelum ia dilakukan.

Menurut Solomon, terdapat perbedaan antara etika, moral, dan moralitas. Etika
sendiri lebih merujuk pada dua hal, yang pertama, etika berkenaan dengan disiplin
ilmu yang mempelajari nilai nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya

8
(etika merupakan cabang filsafat). Kedua, etika merupakan pokok permasalahan di
dalam disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang
mengatur tingkah laku manusia.

Sedangkan moral lebih menekankan pada karakter dan sifatsidat individu yang
khusus, diluar ketaatan pada peraturan. Oleh karenanya moral merujuk kepada
tingkah laku yang bersifat spontan seperti rasa kasih, kemurahan hari, kebesaran
jiwa, dll yang semuanya tidak terdapat dalam peraturan hukum..

Moralitas lebih berfokus pada hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang abstrak


dan bebas. Moralitas lebih ditekankan pada unsur keseriusan pelanggaran.
Moralitas lebih abstrak jika dibandingkan dengan moral.

Menurut Frankena, etika (ethic) merupakan salah satu cabang filsafat yang
mencakup filsafat moral atau pembenaran filosofis (philosophical judgements).
Sebagai suatu falsafah, etika berkenaan dengan moralitas beserta persoalan-
persoalan dan pembenarannya.

Moralitas merupakan salah satu instrument kemasyarakatan apabila suatu


kelompok sosial menghendaki adanya penuntun tindakan (action guide) untuk
segala tingkah laku yang disebut bermoral.

Norma lebih mengacu kepada peraturannya sendiri beserta sanksi-sanksinya,


baik itu bermula dari dorongan batin, dari rasa susila, maupun paksaan fisik. Jadi
baik etika ataupun moral termasuk kedalam norma.

Terdapat perbedaan antara etika, moral dan moralitas, yaitu: etika cenderung
dipandang sebagai suatu cabang ilmu dalam filsafat yang mempelajari nilai-nilai
baiik dan buruk bagi manusia. De Vos mengatakan bahwa etika adalah ilmu
pengetahuan tentang kesusilaan atau moral. Sementara itu moral adalah hal-hal
yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai
“kewajiban” atau “norma”. Moral juga dapat diartikan sebagai sarana untuk
mengukur benar tidaknya tindakan manusia.

9
Disamping itu, etika lebih banyak dikaitkan dengan prinsipprinsip moral yang
menjadi landasan bertindak seseorang yang mempunyai profesi tertentu.
Sebaliknya, moral lebih tertuju pada perbuatan orang secara individual, moral
mempersoalkan kewajiban manusia sebagai manusia.

Pemikiran tentang etika berlangsung pada tiga aras: (1) filosofik, (2) sejarah,
dan (3) kategorial. Pada aras filosofik, etika dibahas sebagai bagian integral Filsafat,
disamping metafisika, Epistemologi, Estetika, dan sebangsanya. Pada aras sejarah,
etika dipelajari sebagai etika masyarakat tertentu pada zaman tertentu, misalnya
Greek and Graeco-Roman Ethics, Mediaeval Ethics, sedangkan etika pada aras
kategorial dibahas sebagai etika profesi, etika jabatan, dan etika kerja. Sebagai
bagian etika, Etika pemerintahan terletak pada aras kategorial, sedangkan sebagai
bagian Ilmu Pemerintahan, pada arasphilosophical.

Etika menurut Bertens (1977) “seperangkat nilai-nilai dan norma-norma moral


yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam
mengaturtingkahlakunya. Sedangkan Darwin (1999) mengartikan Etika adalah
prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat,
yang menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain
masyarakat.

Selanjutnya Darwin (1999) juga mengartikan Etika Birokrasi (Administrasi


Negara) adalah sebagai seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi
tindakan manusia dalam organisasi. Dengan mengacu kedua pendapat ini, maka
etika mempunyai dua fungsi, yaitu pertama sebagai pedoman, acuan, referensi bagi
administrasi negara (birokrasi publik) dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya agar tindakannya dalam birokrasi sebagai standar penilaian apakah
sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik dinilai abik, buruk, tidak tercela, dan
terpuji. Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai
acuan, referensi, penuntun, bagi birokrasi publik dalam menjalan tugas dan
kewenangannya antara lain, efisiensi, membedakan milik pribadi dengan milik
kantor, impersonal, merytal system,responsible, accountable, dan responsiveness.

10
Moralitas dimaksudkan untuk menentukan sampai seberapa jauh seseorang
memiliki dorongan untuk melaksanakan tindakan tindakannya sesuai dengan
prinsip etika dan moral. Latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman, dan
karakter individu adalah sebagian diantara faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat moralitas seseorang. Jadi, moralitas juga berkenaan dengan nilai-nilai etika
dan moral yang terdapat didalam nurani manusia beserta internalisasi nilai-nilai
tersebut dalam dirinya.

Telah disepakati bahwa moral merupakan daya dorong internal dalam hati
nurani manusia untuk mengarah kepada perbuatan-perbuatan baik dan menghindari
perbuatan-perbuatan buruk. Oleh sebab itu unsur filosofis yang menentukan
rangsangan psikologis tersebut banyak kaitannya dengan “nilai atau value” yang
dianut oleh seseorang.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu Ethos. Dalam bentuk
tunggal kata ethos memiliki beberapa makna yakni: tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan
cara berpikir.

etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang arti baik dan buruk, benar dan
salah kemudian manusia menggunakan akal dan hati nuraninya untuk mencapai
tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Selain
itu, teori etika berorientasi kepada cara pandang atau sudut pengambilan pendapat
tentang bagaimana harusnya manusia tersebut bertingkah laku di masyarakat.

Kata moral selalu mengarah kepada baik buruknya perbuatan manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik atau buruk perbutaannya. Kata lain yang juga lekat dengan kata moral
adalah moralitas, amoral, dan immoral.

Dalam berinteraksi di tengah-tengah masyarakat, etika dan moral sangat


diperlukan agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, rukun, dan tenteram (etis
dan bermoral). Meskipun kedua kata ini secara mendalam berbeda, namun dalam
praktik sehari-hari kedua kata ini hampir tidak dibedakan. Dalam kehidupan sehari-
hari perbedaan konsep normatif tidaklah penting selama hasilnya sama, yakni
bagaimana nilai-nilai positif (baik dan benar) dapat diwujudkan dan nilai-nilai
negatif (buruk dan salah) dapat dihindarkan.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat
menerapkan etika dan moral yang baik dalam berinteraksi kepada sesama agar
terciptanya kehidupan bermasyarakat yang damai, rukun dan tenteram

12
DAFTAR PUSTAKA

Ropik, Ainur, Etika Dan Moralitas Organisasi Pemerintah, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi

Yuniningsih, Tri, 2011, Buku Ajar Mata Kuliah Etika Administrasi Publik,
Universitas Diponegoro, Semarang

http://eprints.undip.ac.id/58337/1/buku_ajar_etika_2017.pdf

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staff.uny.ac.id/
sites/default/files/penelitian/dr-marzuki-mag/49-etika-dan-moral-dalam-
pembelajaran-marzuki-
2013.pdf&ved=2ahUKEwjZp6zy0qLkAhVBO48KHXsfCQoQFjABegQI
BBAB&usg=AOvVaw1pFKG7t6YrRRONa01v3oIW

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.walison
go.ac.id/6956/3/BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjZp6zy0qLkAhVBO48
KHXsfCQoQFjACegQIAhAB&usg=AOvVaw0RI1CcU4sR83qPCL2Gad
H8

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.uin-
suka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/download/1305/787&ved=2ahUKEwjZ
p6zy0qLkAhVBO48KHXsfCQoQFjAEegQIBxAB&usg=AOvVaw1uWq
KdWs5zt_YEV1LCCxwY

13

Anda mungkin juga menyukai