Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman dalam teknologi informasi mendorong setiap orang


agar berupaya meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam hal penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi yang bisa menjadi pilar-pilar pembangunan
nasional yang bisa mengadaptasi di setiap permasalahan bangsa.

Profesi Teknologi Informasi dan komunikasi juga bisa menjadi kesalahan


atau keuntungan, bagaimana yang baik bisa menjadikan teknologi informasi lebih
berguna untuk kemaslahatan umat dan mata lainya bisa menjadikan tekologi
informasi ini menjadi bencana sosial, atau yang buruk berdampak pada ekonomi
maupun krisis kebudayaan yang saat ini sering terjadi yaitu Pembuatan website
porno, seorang hacker melakukan pengacakan rekening sebuah bank dan
melakukan kebohongan dengan content-content tertentu, dan lain-lain.

Kita juga harus bisa menyikapi dengan keadaan teknologi, informasi dan
komunikasi saat ini dengan arus besar data yang bisa kita dapat dengan hitungan
per detik ataupun dengan kesederhanaan teknologi kita bisa melakukan pekerjaan
kita menjadi praktis, tapi kita harus melakukan pembenahan terhadap teknologi
sebagai inovasi untuk meringankan maupun memberantas resiko kejamnya
teknologi itu sendiri. Dengan membangun semangat kemoralan dan sadar akan
etika sebagai orang yang ahli di bidang teknologi informasi . Tentu saja diharapkan
etika profesi semakin dijunjung ketika jenjang pendidikan kita berlatar teknologi
informasi makin tinggi. Sedangkan keahlian dilapangan meningkat seiring
banyaknya latihan dan pengalaman.

Pada kesempatan saat ini, bagaimana kita bisa menegakan etika profesi
seorang teknokrat (sebutan bagi orang yang bekerja di bidang teknologi informasi)
dan bagaimana kita bisa menjadi seorang teknokrat yang bermanfaat bagi
lingkungan sekitar. Kita harus bisa memberikan inovasi-inovasi pemikiran, gagasan
produktif dan aksi nyata untuk perkembangan teknologi kedepan. Bukan tak
mungkin teknologi informasi akan menjadi hal yang sistematis dalam
perkembanagan bangsa kedepan dalam memajukan kegidupan berbangsa maupun
bernegara.

Dalam hal ini kode etik menjadi salah satu alat untuk menghindari
banyaknya penyalah gunaan dalam teknologi informasi. Kode etik adalah sistem
norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang
benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik
menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode
etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional
terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran,
jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-
masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa
bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi
adalah dia sendiri. Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat
perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak
sesuai dengan tuntutan zaman.

1.2 Tujuan Kode Etik

a. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.


b. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan mutu profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
e. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
f. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
g. Menentukan baku standarnya sendiri.
1.3 Fungsi Kode Etik

a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode
etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia
lakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol social bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain
instansi atau perusahaan.
BAB II

ETIKA DAN ORGANISASI PROFESI TI

2.1 Pengertian Etika Profesi

Etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan
konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau
baik.Etika merupakan sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Etika(ethics) adalah kekayaan pribadi seseorang mengenaii apakah suau


perilaku,tindakan,atau keputusan benar atau salah(Grifin,2003).Dalam pengertian
etika ini, dalam konteks individu, manusialah yang memiliki etika, sedangkan
organisasi tidak memiliki etika. Etika menentukan sejauh mana sesuatu dalam
tingkah laku dan pengmbilan keputusan di anggap baik atau buruk. Sedangkan
Menurut Istiyono Wahyu dan Ostaria (2006) adalah cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa etika profesi dalah keterampilan
seseorang dalam suatu pekerjaan utama yang diperoleh dari jalur pendidikan atau
pengalaman dan dilaksanakan secara kontinu yang merupakan sumber utama untuk
mencari nafkah.

Tiga ciri Utama Profesi :

1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah


profesi
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan

3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.

Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan
profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat. (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7)

Peranan Etika Dalam Profesional:

1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orang saja,tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok
yang paling kecil yaitukeluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-
nilai etika tersebut, suatu kelompokdiharapkan akan mempunyai tata nilai
untuk mengatur kehidupan bersama.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasandalam pergaulan baik dengan kelompok atau
masyarakat umumnya maupun dengansesama anggotanya, yaitu
masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusatperhatian
karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu
kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian paraanggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai
pergaulan yang telah disepakatibersama (tertuang dalam kode etik
profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik padamasyarakat profesi
tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenaladanya
mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik
superspesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya.

2.2 Etika Profesi di Bidang IT (Informasi dan Teknologi)


Teknologi, Informasi dan Komunikasi bisa menjadi pilar-pilar pembangunan
nasional yang bisa mengadaptasi di setiap permasalahan bangsa sebagai contoh
menyerap tenaga kerja baru, mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai alat
pemersatu bangsa. Dalam mengaplikasikan ilmunya ataut menjalankan profesi IT
bukan mudah dan bukan tidak sukar, yang terpenting adalah kita mampu
menempatkan diri pada posisis yang benar. Profesi IT dianggap orang lain adalah
profesi khusus karena keahlian yang ia miliki maka dari itu kita bisa menentukan
tapi dengan ikatan yang jelas.

Profesi IT juga bisa dianggap sebagai 2 mata pisau, bagaimana yang tajam
bisa menjadikan IT lebih berguna untuk kemaslahatan umat dan mata lainya bisa
menjadikan IT ini menjadi bencana sosial, bencana ekonomi maupun krisis
kebudayaan yang saat ini sering terjadi yaitu Pembuatan website porno, seorang
hacker melakukan pengacakan rekening sebuah bank dan melakukan kebohongan
dengan content-content tertentu, dan lain-lain.

Kita juga harus bisa menyikapi dengan keadaan teknologi, informasi dan
komunikasi saat ini dengan arus besar data yang bisa kita dapat dengan hitungan
per detik ataupun dengan kesederhanaan teknologi kita bisa melakukan pekerjaan
kita menjadi praktis, tapi kita harus melakukan pembenahan terhadap teknologi
sebagai inovasi untuk meringankan maupun memberantas resiko kejamnya
teknologi itu sendiri. Dengan membangun semangat kemoralan dan sadar akan
etika sebagai orang yang ahli di bidang IT . Tentu saja diharapkan etika profesi
semakin dijunjung ketika jenjang pendidikan kita berlatar IT makin tinggi.
Sedangkan keahlian dilapangan meningkat seiring banyaknya latihan dan
pengalaman. Pada kesempatan saat ini, bagaimana kita bisa menegakan etika
profesi seorang teknokrat(sebutan bagi orang yang bekerja di bidang IT) dan
bagaimana kita bisa menjadi seorang teknokrat yang bermanfaat bagi lingkungan
sekitar. Kita harus bisa memberikan inovasi-inovasi pemikiran, gagasan produktif
dan aksi nyata untuk perkembangan IT kedepan. Bukan tak mungkin IT akan
menjadi hal yang sistematis dalam perkembanagan bangsa kedepan dalam
memajukan kegidupan berbangsa maupun bernegara.
2.3 Pengertian Kode Etik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, 1988, mendefenisikan Etik sebagai (1) kumpulan asa atau nilai yang
berkenaan dengan ahlak; (2) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Menurut Eric L.
Kohler dalam Buku A Dictinioray for Acountans, edisi ke lima, 1979- ethic adalah

A system of moral principles and their application to particular problems of


conduct; specially, the rules of conduct of a profession imposed by a professional
body governing the behavior of its member. Sedangkan menurut (Kamus Bahasa
Indonesia,2008:787) Kode Etik artinya aturan tata susila, sikap ahlak. Ada 4
defenisi yang dapat mempermudah mengenai defenisi kode etik, pertam yaitu
menurut Onong Uchajana Effendy dalam bukunya “ Kamus Komunikasi” menulis
bahwa kode etik adalah: Rumusan pedoman perilaku yang menunjukkan hal-hal
yang mana yang harus dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan(1989:55),
kedua menurut Suyanto dalam buku “Norma & Etika Pengawasan” merumusan
kode etik, sbb: Pada dasarnya kode etik adalah suatu hokum etik itu biasanya dibuat
oleh suatu organisasi atau suatu kelompok, sebagai suatu organisasi atau suatu
patokan tentang sikapmental yang wajib dipatuhi para anggotanya dalam
melakukan tugasnya(1989:40), yang ketiga menurut O.P. SImorangkir dalam
bukunya “ Etika Jabatan” menyatakan bahwa: Kode etik adalah persetujuan
bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih mengarahkan
perkemabangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai idealyang diharapkan. Jadi kode
etik adalah hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok tertentu,
demi untuk kepentingan bersama dan kerukunan(1998:19,20). Yang ke empat yaitu
menurut Undang-undang No.8 th 1974 tentang Pokok Lepegawaian dalam pasal 28
menyebutkan : Pegawai Negri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan di dalam dan diluar kedinasan.2)

Etika menurut Dictinioary of Acounting karangan Ibrahim Abdullah


Assegaf, cetakan I tahun 1991 adalah sebagai berikut: Disiplin pribadi dalam
hubungannya dengan lingkungan yang lebih dari pada apa yang sekedar ditentukan
oleh Undang-Undang

Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan


atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode
juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode etik yaitu norma atau
azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku
sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.Jadi dapat disimpulkan kode etik
pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral yang diberlakukan
dalam suatu kelompok profesi dan ditetapkan secara bersama. Selain itu suatu
profesi merupakan ketentuan pearilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka yang
menjalankan tugas profesi tersebut, seperti dokter, pengacara polisi, aku ntan,
penilai, programmer dan profesi lainnya.

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kode etik


merupakan “kumpulan” asas-asas atau nilai-nilai moral yang menjadi norma
perilaku dan sanksiya. Sedangkan arti kode etik profesi, yaitu kode atau “ hokum
perilaku” yang ditetapkan dan dapat diterima oleh kelompok profesi, yang menjadi
pedoman “bagaimana seharusnya”(das Sollen) berperilaku dalam menjalankan (das
sein) profesi tersebut secara etis ( Abdulkadir M, Etika Profesi Hukum, 1977:143).

2.4 Contoh Kode Etik Seorang Profesional Teknologi Informasi (TI)

a. Kode Etik Pengguna Internet

Adapun kode etik yang diharapkan bagi para pengguna internet adalah:

1. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung


berkaitan dengan masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
2. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi
menyinggung secara langsung dan negatif masalah suku, agama dan ras
(SARA), termasuk didalamnya usaha penghinaan, pelecehan,
pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran hak atas
perseorangan, kelompok/ lembaga/ institusi lain.
3. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi instruksi
untuk melakukan perbuatan melawan hukum (illegal) positif di Indonesia
dan ketentuan internasional umumnya.
4. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah
umur.
5. Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi
dan informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking
dan cracking.
6. Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar / foto, animasi, suara
atau bentuk materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri
harus mencantumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan
bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan keberatan
serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul
karenanya.
7. Tidak berusaha atau melakukan serangan teknis terhadap produk,
sumberdaya (resource) dan peralatan yang dimiliki pihak lain.
8. Menghormati etika dan segala macam peraturan yang berlaku
dimasyarakat internet umumnya dan bertanggungjawab sepenuhnya
terhadap segala muatan/ isi situsnya.
9. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola, anggota
dapatmelakukan teguran secara langsung.

b. Etika Programmer

Adapun kode etik yang diharapkan bagi para programmer adalah:

1. Seorang programmer tidak boleh membuat atau mendistribusikan


Malware.
2. Seorang programmer tidak boleh menulis kode yang sulit diikuti dengan
sengaja.
3. Seorang programmer tidak boleh menulis dokumentasi yang dengan
sengaja untuk membingungkan atau tidak akurat.
4. Seorang programmer tidak boleh menggunakan ulang kode dengan hak
cipta kecuali telah membeli atau meminta ijin.
5. Tidak boleh mencari keuntungan tambahan dari proyek yang didanai
oleh pihak kedua tanpa ijin.
6. Tidak boleh mencuri software khususnya development tools.
7. Tidak boleh menerima dana tambahan dari berbagai pihak eksternal
dalam suatu proyek secara bersamaan kecuali mendapat ijin.
8. Tidak boleh menulis kode yang dengan sengaja menjatuhkan kode
programmer lain untuk mengambil keunutungan dalam menaikkan
status.
9. Tidak boleh membeberkan data-data penting karyawan dalam
perusahaan.
10. Tidak boleh memberitahu masalah keuangan pada pekerja
11. Tidak pernah mengambil keuntungan dari pekerjaan orang lain.
12. Tidak boleh mempermalukan profesinya.
13. Tidak boleh secara asal-asalan menyangkal adanya bug dalam aplikasi.
14. Tidak boleh mengenalkan bug yang ada di dalam software yang nantinya
programmer akan mendapatkan keuntungan dalam membetulkan bug.
15. Terus mengikuti pada perkembangan ilmu komputer.

C. Kode Etik IEEE

Kode etik profesi bidang teknologi informasi di Indonesia memang belum ada
(yang tertulis). Namun, kita bisa menerapkan kode etik yang dibuat oleh IEEE.
IEEE telah membuat semacam kode etik bagi anggotanya, sebagai berikut:

1. To accept responsibility in making decisions consistent with the safety,


health and welfare of the public, and to disclose promptly factors that might
endanger the public or the environment.

Artinya setiap anggota bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan


konsisten dengan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
serta segera mengungkapkan faktor-faktor yang dapat membahayakan
publik atau lingkungan.
2. To avoid real or perceived conflicts of interest whenever possible, and to
disclose them to affected parties when they do exist.

Intinya ialah sebisa mungkin menghindari terjadinya konflik kepentingan


dan meluruskan mereka yang telah terpengaruh oleh konflik tersebut.

3. To be honest and realistic in stating claims or estimates based on available


data.

Masih ingat dengan Pemilu 2009 kemarin? Betapa lamanya KPU


memproses hasil penghitungan suara. Pihak yang bertanggung jawab atas
urusan TI KPU sebelumnya menyatakan bahwa sistem yang mereka buat
sudah teruji reliabilitasnya dan rekapitulasi suara akan berjalan lancar.
Nyatanya?

4. To reject bribery in all its forms.

Sesuatu yang sangat langka di Indonesia, bukan hanya di bidang politiknya


saja, di bidang teknologi informasinya pun bisa dikatakan sedikit yang bisa
melakukannya.

5. To improve the understanding of technology, its appropriate application,


and potential consequences.

Setiap saat meningkatkan pemahaman teknologi, aplikasi yang sesuai, dan


potensi konsekuensi.

6. To maintain and improve our technical competence and to undertake


technological tasks for others only if qualified by training or experience, or
after full disclosure of pertinent limitations.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi teknis dan teknologi
untuk melakukan tugas-tugas bagi orang lain hanya jika memenuhi syarat
melalui pelatihan atau pengalaman, atau setelah pengungkapan penuh
keterbatasan bersangkutan.

7. To seek, accept, and offer honest criticism of technical work, to


acknowledge and correct errors, and to credit properly the contributions of
others.

Untuk mencari, menerima, jujur dan menawarkan kritik dari teknis


pekerjaan, mengakui dan memperbaiki kesalahan, dan memberikan kredit
atas kontribusi orang lain.

8. To treat fairly all persons regardless of such factors as race, religion, gender,
disability, age, or national origin.

Memperlakukan dengan adil semua orang tanpa memperhitungkan faktor-


faktor seperti ras, agama, jenis kelamin, cacat, usia, atau asal kebangsaan.

9. To avoid injuring others, their property, reputation, or employment by false


or malicious action.

Menghindari melukai orang lain, milik mereka, reputasi, atau pekerjaan


dengan tindakan salah atau jahat.

10. To assist colleagues and co-workers in their professional development and


to support them in following this code of ethics.

Saling membantu antar rekan kerja dalam pengembangan profesi mereka


dan mendukung mereka dalam mengikuti kode etik ini.

d. Kode Etik Seorang Profesional Teknologi Informasi ( TI )


Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai
prinsip atau norma-norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau
developer TI dengan klien, antara para professional sendiri, antara organisasi
profesi serta organisasi profesi dengan pemerintah. Salah satu bentuk hubungan
seorang profesional dengan klien (pengguna jasa) misalnya pembuatan sebuah
program aplikasi.

Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal
yang harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinyadigunakan
oleh kliennya atau user; iadapat menjamin keamanan (security) sistem kerja
program aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem
kerjanya(misalnya: hacker, cracker, dll).

Aspek-Aspek Tinjauan Pelanggaran Kode Etik Profesi IT

1. Aspek Teknologi

Semua teknologi adalah pedang bermata dua, ia dapat digunakan untuk tujuan baik
dan jahat. Contoh teknologi nuklir dapat memberikan sumber energi tetapi nuklir
juga enghancurkan kota hirosima.

Seperti halnya juga teknologi kumputer, orang yang sudah memiliki keahlian
dibidang computer bias membuat teknologi yang bermanfaat tetapi tidak jarang
yang melakukan kejahatan.

2. Aspek Hukum

Hukum untuk mengatur aktifitas di internet terutama yang berhubungan dengan


kejahatan maya antara lain masih menjadi perdebatan. Ada dua pandangan
mengenai hal tersebut antara lain:

1) Karakteristik aktifitas di internet yang bersifat lintas batas sehingga tidak


lagi tunduk pada batasan-batasan teritorial
2) system hukum tradisiomal (The Existing Law) yang justru bertumpu
pada batasan-batasan teritorial dianggap tidak cukup memadai untuk
menjawab persoalan-persoalan hukum yang muncul akibat aktifitas
internet.
Dilema yang dihadapi oleh hukum tradisional dalam menghadapi
fenomena-fenomena cyberspace ini merupakan alasan utama perlunya
membentuk satu regulasi yang cukup akomodatif terhadap fenomena-
fenomena baru yang muncul akibat pemanfaatan internet. Aturan hukum
yang akan dibentuk itu harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
hukum (the legal needs) para pihak yang terlibat di dalam transaksi-
transaksi lewat internet.

Hukum harus diakui bahwa yang ada di Indonesia sering kali belum dapat
menjangkau penyelesaian kasus kejahatan computer. Untuk itu
diperlukan jaksa yang memiliki wawasan dan cara pandang yang luas
mengenai cakupan teknologi yang melatar belakangi kasus tersebut.
Sementara hukum di Indonesia itu masih memiliki kemampuan yang
terbatas didalam penguasaan terhadap teknologi informasi.

3. Aspek Pendidikan

Dalam kode etik hacker ada kepercayaan bahwa berbagi informasi adalah
hal yang sangat baik dan berguna, dan sudah merupakan kewajiban (kode etik)
bagi seorang hacker untuk membagi hasil penelitiannya dengan cara menulis kode
yang open source dan memberikan fasilitas untuk mengakses informasi tersebut
dan menggunakn peralatan pendukung apabila memungkinkan. Disini kita bisa
melihat adanya proses pembelajaran.

Yang menarik dalam dunia hacker yaitu terjadi strata-strata atau tingkatan
yang diberikan oleh komunitas hacker kepada seseorang karena kepiawaiannya
bukan karena umur atau senioritasnya.

Untuk memperoleh pengakuan atau derajat seorang hacker mampu


membuat program untuk ekploit kelemahan system menulis tutorial/ artikel aktif
diskusi di mailing list atau membuat situs web, dsb.

4. Aspek Ekonomi

Untuk merespon perkembangan di Amerika Serikat sebagai pioneer dalam


pemanfaatan internet telah mengubah paradigma ekonominya yaitu paradigma
ekonomi berbasis jasa (From a manufacturing based economy to service – based
economy). Akan tetapi pemanfaatan tknologi yang tidak baik (adanya kejahatan
didunia maya) bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit.

5. Aspek Sosial Budaya

Akibat yang sangat nyata adanya cyber crime terhadap kehidupan sosial
budaya di Indonesia adalah ditolaknya setiap transaksi di internet dengan
menggunakan kartu kredit yang dikeluarkan oleh perbankan Indonesia.
Masyarakat dunia telah tidak percaya lagi dikarenakan banyak kasus credit card
PRAUD yang dilakukan oleh netter asal Indonesia.

2.6 Contoh pelanggaran etika profesi di bidang Ti

1. Kejahatan Komputer

Kejahatan komputer atau computer crime adalah kejahatan yang ditimbulkan


karena penggunaan komputer secara ilegal. Kejahatan komputer terus berkembang
seiring dengan kemajuan teknologi komputer saat ini. Beberapa jenis kejahatan
komputer meliputi Denial of Services (melumpuhkan layanan sebuah sistem
komputer), penyebaran, spam, carding (pencurian melalui internet) dan lain-lain.

2. Netiket

Netiket merupakan aspek penting dalam perkembangan teknologi komputer.


Internet merupakan sebuah jaringan yang menghubungkan komputer di dunia
sehingga komputer dapat mengakses satu sama lain. Internet menjadi peluang baru
dalam pkembangan Bisnis, Pendidikan, Kesehatan, layanan pemerintah dan
bidang-bidang lainnya. Melalui internet, interaksi manusia dapat dilakukan tanpa
harus bertatap muka. Tingginya tingkat pemakaian internet di dunia melahirkan
sebuah aturan baru di bidang internet yaitu netiket. Netiket merupakan sebuah etika
acuan dalam berkomunikasi menggunakan internet. Standar netiket ditetapkan oleh
IETF (The Internet Engineering Task Force), sebuah komunitas internasional yang
terdiri dari operator, perancang jaringan dan peneliti yang terkait dengan
pengoperasian internet.
3. E-commerce

Berkembangnya penggunaan internet di dunia berpengaruh terhadap kondisi


Ekonomi dan perdagangan negara. Melalui internet, transaksi perdagangan dapat
dilakukan dengan cepat dan efisien. Akan tetapi, perdagangan melalui internet atau
yang lebih dikenal dengan e-commerce ini menghasilkan permasalahan baru seperti
perlindungan konsumen, permasalahan kontrak transaksi, masalah pajak dan kasus-
kasus pemalsuan tanda tangan digital. Untuk menangani permasalahan tersebut,
para penjual dan pembeli menggunakan Uncitral Model Law on Electronic
Commerce 1996 sebagai acuan dalam melakukan transaksi lewat internet.

4. Pelanggaran HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)

Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh internet menyebabkan terjadinya


pelanggaran HAKI seperti pembajakan program komputer, penjualan program
ilegal dan pengunduhan ilegal.

5. Tanggung Jawab Profesi

Berkembangnya teknologi komputer telah membuka lapangan kerja baru


seperti programmer, teknisi mesin komputer, Desainer Grafis dan lain-lain. Para
pekerja memiliki interaksi yang sangat tinggi dengan komputer sehingga diperlukan
pemahaman mendalam mengenai etika komputer dan tanggung jawab profesi yang
berlaku.

2.7 Organisasi Profesi Bidang IT di Indonesia

A. Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia (IPKIIN)


B. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
A. Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia (IPKIIN)

Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia (IPKIIN)

Bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi


Komputer dan Informatika diIndonesia guna menunjang Pembangunan Nasional.
I. Profile

1. Sejarah IPKIN :

Pada tahun 1962 komputer pertama kali diinstal di PT Stanvac Indonesia di


Sungaigerong, Sumatra Selatan. Saat itulah awal dari era komputer di Indonesia.
Teknologi baru ini tumbuh di berbagai sektor di Indonesia, dari pemanfaatan di
dunia bisnis, lembaga pemerintahan dan organisasi. Pada tahun 1965 perusahaan
IBM di Jakarta berinisiatif membentuk IBM User Group untuk menampung para
profesional di bidang pengolahan data yang menggunakan komputer bermerk sama.
Beberapa badan pemerintah dan perusahaan besar adalah pengguna komputer di
tahun-tahun ini.

1. Ketua Umum : Sondang P. Siagian


2. Ketua 1 : Soenarjono Danoedjo
3. Ketua 2 : J. B. Pasaribu
4. Sekretaris 1 : Mrs. G. M. Samadikoen
5. Sekretaris 2 : Sjafril Rahma
6. Bendahara : Robby S. Roboto

Pada tahun 1975 secara resmi dokumen hukum IPKIN telah tersusun, Logo
IPKIN didisain oleh Soenarjono Danoedjo. IPKIN saat itu juga berkantor di
BAKOTAN. IPKIN menjadi partner yang baik dengan BAKOTAN. Pada tahun
1978 BAKOTAN juga meminta IPKIN untuk memberikan masukan tentang usia
penggunaan perangkat komputer. Konsep ini yang menjadi masukan bagi
Departemen Perdagangan. Di saat itu anggota IPKIN sekitar 350 anggota.

Sejak itulah sejalan dengan berjalannya waktu, beragam kegiatan dilakukan


oleh IPKIN. Kesinambungan organisasi dilakukan dengan pergantian pengurus
untuk memberikan darah segar bagi organisasi ini. Sejak February 1977 IPKIN juga
secara rutin menerbitkan Buletin IPKIN, Buletin ini terbit bulanan di tahun 1977-
1978, dengan berisi berbagai artikel baik yang ditulis pengisi atau artikel
terjemahan dari majalah asing. Buletin IPKIN ini pada Februari 1982 berubah
format menjadi format berbeda dan berganti nama menjadi Komputer Indonesia
yang dipimpin oleh Clemen S. Anomdipoetro. Majalah ini juga telah terbit secara
rutin bulanan dan telah memiliki ISSN 0216-7719.

2. Latar Belakang IPKIN

Pada dasarnya IPKIN adalah organisasi nirlaba independent yang


beranggotakan para profesional dalam bidang Komputer dan Informatika. IPKIN
bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi
Komputer dan Informatika di Indonesia guna menunjang Pembangunan Naisonal.
Untuk itu IPKIN berupaya berperan sebagap wadah komunikasi, konsultasi dan
koordinasi antar anggota. Hal itu dilakukan dengan melaksanakan fungsi kegiatan
sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan dan atau ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ilmiah


seperti pendidikan, latihan, seminar, ceramah, lokakarya, diskusi dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan bidang Komputer dan Informatika.
b. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan bahan kepustakaan sesuai
dengan kemampuan yang ada.
c. Menerbitkan berbagai karya tulis IPKIN (buletin, buku, jurnal profesi).
Beberapa judul buku yang pernah diterbitkan oleh IPKIN antara lain . 10
Years dedication Indonesian Computer Society, Pendidikan Komputer di
Indonesia, Regional Standard for Information Technology Professional,
Standard Sertifikasi bidang Teknologi Informasi.
d. Mengadakan kerja sama dengan organisasi sejenis baik di dalam maupun
luar negeri, selama maksud dan tujuan dari organisasi tersebut tidak
bertentangan dengan maksud dan tujuan IPKIN.
e. Menyelenggarakan usaha lain yg dianggap perlu oleh IPKIN dan tidak
bertentangan dengan AD/ART
II. Struktur Organisasi

1. Tata Organisasi IPKIN :

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang cepat ini


menjadikan setiap negara termasuk Indonesia harus siap untuk menghadapinya.
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu kunci utama dalam penguasaan
teknologi. Tanpa dukungan SDM yang memadai maka seringkali suatu
implementasi teknologi informasi menghadapi kegagalan. Peningkatan kualitas
SDM tidak saja ditempuh melalui jalur pendidikan ataupun pelatihan. Tetapi juga
melalui peran komunitas profesi yang ada. Keberadaan organisasi profesi akan
memfasilitasi proses perbaikan kualitas SDM secara berkesinambungan.

Salah satu organisasi yang terkait dengan bidang TIK adalah Ikatan Profesi
Komputer dan Informatika Indonesia (IPKIN). IPKIN adalah organisasi profesi
bidang TI yang sudah cukup lama berdiri di Indonesia dan telah berhasil
menyelenggarakan beberapa kegiatan besar dan rutin selama ini. Awalnya dibentuk
dengan nama Himpunan Pemakai Komputer Indonesia (HPKI) pada tanggal 18
April 1974. Lalu pada tanggal 30 Juli 1974 dibentuk kepengurusan dan diubah
menjadi Ikatan Pengguna Komputer Indonesia (IPKIN). Sebagai organisasi nirlaba
independent yang beranggotakan para profesional dalam bidang Komputer dan
Informatika, IPKIN bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan dan
pengembangan teknologi Komputer dan Informatika di Indonesia guna menunjang
Pembangunan Nasional.

1. Rapat Anggota (Pemegang kekuasaan tertinggi)


2. Dewan Pengurus (Dewan Pembina, Dewan Pengurus Pusat/cabang/harian)
3. Dewan Pengurus
4. Ketua - Pemimpin IPKIN merupakan penanggung jawab umum atas
pelaksanaan dan jalannya IPKIN.
5. Sekretaris Jendral - Pusat koordinasi dalam pengaturan ketatausahaan serta
kegiatan kesekretariatan, dokumentasi
6. Ketua Bidang (Tekhnologi, Pembinaan, Program, Pendidikan dan Latihan)

Pada tahun 2010 diupayakan usaha revitalisasi kegiatan IPKIN yang


dimulai dengan pembentukan kepengurusan baru. Kepengurusan baru ini
merupakan kombinasi berbagai pihak dan diharapkan dapat melaksanakan
beberapa program kerja mendatang dari IPKIN. Pengurus baru yang disahkan pada
acara Serah Terima Pengurus IPKIN di Auditorium Universitas Gunadarma Depok,
pada tanggal 4 Maret 2010, terdiri dari :

1. Dewan Pembina : Hari Sulistyono, Fritz E. Simanuntak


2. Ketua Umum : Eko K. Budiardjo
3. Wakil Ketua Umum : Indro Utoyo
4. Sekjen I : E.S. Margianti
5. Sekjen II : Bambang Gunadi
6. Bidang Teknologi : Sammy Pangarepan, Kemal Prihatman
7. Bidang Pembinaan : Zainal Hasibuan, Eri Prasetyo Wibowo
8. Bidang Program : Loly Amalia Abdullan, I Made Wiryana
9. Bidang Pendidikan dan Latihan : Djuharsa M. Djajadihjardja, I Wayan S
Wicaksana
10. Bidang Kelompok Minat Khusus : Eko Indrajit, A. Benny Mutiara,
Benhard Sitohang
11. Bidang aspek Legal : Muhammad Aulia Adnan
12. Bidang peran wanita di ICT : Shita Laksmi, Sylvia Sumarlin
13. Bidang humas : Donny BU, Rusmanto Maryanto
14. Bidang Kerjasama : Ari Santoso, Soemitro Rustam

Pada acara serah terima ini juga dilakukan kegiatan Seminar IPKIN yang
bekerja sama dengan pihak Univerisitas Gunadarma. Seminar yang berjudul
“Dampak sosial dan pencegahan penyalahgunaan Teknologi Informasi”
dilangsungkan dengan nara sumber, Irwin Day (Awari), Dr. Edmond Makarim
(UI), Donny BU (ICT Watch), dengan dipandu oleh moderator Prof. A. Benny
Mutiara QN (Universitas Gunadarma). Seminar dihadiri oleh para undangan dari
berbagai industri dan asosiasi seperti AOSI, Aspiluki, Apkomindo, Apjii, Awari
dan wakil dari beberapa perusahaan bidang TI serta juga dihadiri oleh para
mahasiswa pasca sarjana.

B. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)


Bertujuan untuk melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis
untuk pengembangan jaringan internet di Indonesia. Program-program tersebut
adalah :

a. Tarif Jasa Internet


b. Pembentukan Indonesia-Network Information Center (ID-NIC)
c. Pembentukan Indonesia Internet Exchange (IIX)
d. Negosiasi Tarif Infrastruktur Jasa Telekomunikasi
e. Usulan Jumlah dan Jenis Provider

I. Latar Belakang

Dalam Musyawarah Nasional Pertama Tanggal 15 Mei 1996, pada saat mana APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dinyatakan berdiri, dewan
pengurus yang ditunjuk untuk masa jabatan 3 tahun pertama diminta untuk
melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis untuk pengembangan
jaringan internet di Indonesia. Program-program tersebut adalah :

1. Tarif Jasa Internet


2. Pembentukan Indonesia-Network Information Center [ID-NIC]
3. Pembentukan Indonesia Internet Exchange [IIX]
4. Negosiasi Tarif Infrastruktur Jasa Telekomunikasi
5. Usulan Jumlah dan Jenis Provider

Program Pengusulan Tarif Jasa Internet dan Negosiasi Tarif Infrastruktur Jasa
Telekomunikasi telah berhasil dilaksanakan dengan baik dengan keluarnya
beberapa keputusan pemerintah, yakni :

a. Surat Keputusan MENPARPOSTEL R.I. Nomor KM.59/PR.301/MPPT-96


tanggal 30 Juli 1996 tentang Tarif Jasa Internet.
b. Surat Keputusan MENPARPOSTEL R.I. Nomor KM.2/PR.301/MPPT-97
tanggal tentang Tarif Jasa Sirkit Langganan (Leased Circuit) Termasuk
penjabarannya, Sesuai Surat SEKJEN DEPARPOSTEL R.I. Nomor
PR.301/9/5/PPT-97 tanggal 28 Februari 1997 yang menyatakan bahwa
Penyelenggara Jasa Internet adalah Operator Jasa Telekomunikasi.

APJII memberikan layanan-layanan menguntungkan bagi anggota, diantaranya


adalah:

1. Koneksi IIX [Indonesia Internet Exchange].


2. APJII –NIR [Alokasi IP Address dan AS Number]
3. Penyelenggaraan komunikasi dan konsultasi diantara anggota, antara
anggota dengan Pemerintah, antara anggota dengan asosiasi/organisasi
semitra didalam dan diluar negeri, serta antara anggota dengan dunia usaha
pada umumnya.
4. Penyediaan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan kebutuhan
anggota.
5. Perlindungan kepentingan anggota, memberikan masukan kepada
Pemerintah melalui departemen terkait mengenai berbagai masalah demi
kepentingan anggota.
6. Penyelenggaraan Seminar dan Training.
II. Struktur Organisasi

Struktur dan perangkat APJII terdiri dari :

1. Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa


2. Dewan Pelindung/Pembina
3. Dewan Pengurus
a. Anggota Dewan Ketua
b. Sekretaris Jenderal
c. Bendahara
4. Badan Pelaksana Harian

Anda mungkin juga menyukai