PENDAHULUAN
Kita juga harus bisa menyikapi dengan keadaan teknologi, informasi dan
komunikasi saat ini dengan arus besar data yang bisa kita dapat dengan hitungan
per detik ataupun dengan kesederhanaan teknologi kita bisa melakukan pekerjaan
kita menjadi praktis, tapi kita harus melakukan pembenahan terhadap teknologi
sebagai inovasi untuk meringankan maupun memberantas resiko kejamnya
teknologi itu sendiri. Dengan membangun semangat kemoralan dan sadar akan
etika sebagai orang yang ahli di bidang teknologi informasi . Tentu saja diharapkan
etika profesi semakin dijunjung ketika jenjang pendidikan kita berlatar teknologi
informasi makin tinggi. Sedangkan keahlian dilapangan meningkat seiring
banyaknya latihan dan pengalaman.
Pada kesempatan saat ini, bagaimana kita bisa menegakan etika profesi
seorang teknokrat (sebutan bagi orang yang bekerja di bidang teknologi informasi)
dan bagaimana kita bisa menjadi seorang teknokrat yang bermanfaat bagi
lingkungan sekitar. Kita harus bisa memberikan inovasi-inovasi pemikiran, gagasan
produktif dan aksi nyata untuk perkembangan teknologi kedepan. Bukan tak
mungkin teknologi informasi akan menjadi hal yang sistematis dalam
perkembanagan bangsa kedepan dalam memajukan kegidupan berbangsa maupun
bernegara.
Dalam hal ini kode etik menjadi salah satu alat untuk menghindari
banyaknya penyalah gunaan dalam teknologi informasi. Kode etik adalah sistem
norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang
benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik
menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode
etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional
terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran,
jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-
masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa
bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi
adalah dia sendiri. Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat
perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak
sesuai dengan tuntutan zaman.
a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode
etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia
lakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol social bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain
instansi atau perusahaan.
BAB II
Etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan
konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau
baik.Etika merupakan sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan
profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat. (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7)
1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orang saja,tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok
yang paling kecil yaitukeluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-
nilai etika tersebut, suatu kelompokdiharapkan akan mempunyai tata nilai
untuk mengatur kehidupan bersama.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasandalam pergaulan baik dengan kelompok atau
masyarakat umumnya maupun dengansesama anggotanya, yaitu
masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusatperhatian
karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu
kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian paraanggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai
pergaulan yang telah disepakatibersama (tertuang dalam kode etik
profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik padamasyarakat profesi
tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenaladanya
mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik
superspesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya.
Profesi IT juga bisa dianggap sebagai 2 mata pisau, bagaimana yang tajam
bisa menjadikan IT lebih berguna untuk kemaslahatan umat dan mata lainya bisa
menjadikan IT ini menjadi bencana sosial, bencana ekonomi maupun krisis
kebudayaan yang saat ini sering terjadi yaitu Pembuatan website porno, seorang
hacker melakukan pengacakan rekening sebuah bank dan melakukan kebohongan
dengan content-content tertentu, dan lain-lain.
Kita juga harus bisa menyikapi dengan keadaan teknologi, informasi dan
komunikasi saat ini dengan arus besar data yang bisa kita dapat dengan hitungan
per detik ataupun dengan kesederhanaan teknologi kita bisa melakukan pekerjaan
kita menjadi praktis, tapi kita harus melakukan pembenahan terhadap teknologi
sebagai inovasi untuk meringankan maupun memberantas resiko kejamnya
teknologi itu sendiri. Dengan membangun semangat kemoralan dan sadar akan
etika sebagai orang yang ahli di bidang IT . Tentu saja diharapkan etika profesi
semakin dijunjung ketika jenjang pendidikan kita berlatar IT makin tinggi.
Sedangkan keahlian dilapangan meningkat seiring banyaknya latihan dan
pengalaman. Pada kesempatan saat ini, bagaimana kita bisa menegakan etika
profesi seorang teknokrat(sebutan bagi orang yang bekerja di bidang IT) dan
bagaimana kita bisa menjadi seorang teknokrat yang bermanfaat bagi lingkungan
sekitar. Kita harus bisa memberikan inovasi-inovasi pemikiran, gagasan produktif
dan aksi nyata untuk perkembangan IT kedepan. Bukan tak mungkin IT akan
menjadi hal yang sistematis dalam perkembanagan bangsa kedepan dalam
memajukan kegidupan berbangsa maupun bernegara.
2.3 Pengertian Kode Etik
Adapun kode etik yang diharapkan bagi para pengguna internet adalah:
b. Etika Programmer
Kode etik profesi bidang teknologi informasi di Indonesia memang belum ada
(yang tertulis). Namun, kita bisa menerapkan kode etik yang dibuat oleh IEEE.
IEEE telah membuat semacam kode etik bagi anggotanya, sebagai berikut:
8. To treat fairly all persons regardless of such factors as race, religion, gender,
disability, age, or national origin.
Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal
yang harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinyadigunakan
oleh kliennya atau user; iadapat menjamin keamanan (security) sistem kerja
program aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem
kerjanya(misalnya: hacker, cracker, dll).
1. Aspek Teknologi
Semua teknologi adalah pedang bermata dua, ia dapat digunakan untuk tujuan baik
dan jahat. Contoh teknologi nuklir dapat memberikan sumber energi tetapi nuklir
juga enghancurkan kota hirosima.
Seperti halnya juga teknologi kumputer, orang yang sudah memiliki keahlian
dibidang computer bias membuat teknologi yang bermanfaat tetapi tidak jarang
yang melakukan kejahatan.
2. Aspek Hukum
Hukum harus diakui bahwa yang ada di Indonesia sering kali belum dapat
menjangkau penyelesaian kasus kejahatan computer. Untuk itu
diperlukan jaksa yang memiliki wawasan dan cara pandang yang luas
mengenai cakupan teknologi yang melatar belakangi kasus tersebut.
Sementara hukum di Indonesia itu masih memiliki kemampuan yang
terbatas didalam penguasaan terhadap teknologi informasi.
3. Aspek Pendidikan
Dalam kode etik hacker ada kepercayaan bahwa berbagi informasi adalah
hal yang sangat baik dan berguna, dan sudah merupakan kewajiban (kode etik)
bagi seorang hacker untuk membagi hasil penelitiannya dengan cara menulis kode
yang open source dan memberikan fasilitas untuk mengakses informasi tersebut
dan menggunakn peralatan pendukung apabila memungkinkan. Disini kita bisa
melihat adanya proses pembelajaran.
Yang menarik dalam dunia hacker yaitu terjadi strata-strata atau tingkatan
yang diberikan oleh komunitas hacker kepada seseorang karena kepiawaiannya
bukan karena umur atau senioritasnya.
4. Aspek Ekonomi
Akibat yang sangat nyata adanya cyber crime terhadap kehidupan sosial
budaya di Indonesia adalah ditolaknya setiap transaksi di internet dengan
menggunakan kartu kredit yang dikeluarkan oleh perbankan Indonesia.
Masyarakat dunia telah tidak percaya lagi dikarenakan banyak kasus credit card
PRAUD yang dilakukan oleh netter asal Indonesia.
1. Kejahatan Komputer
2. Netiket
1. Sejarah IPKIN :
Pada tahun 1975 secara resmi dokumen hukum IPKIN telah tersusun, Logo
IPKIN didisain oleh Soenarjono Danoedjo. IPKIN saat itu juga berkantor di
BAKOTAN. IPKIN menjadi partner yang baik dengan BAKOTAN. Pada tahun
1978 BAKOTAN juga meminta IPKIN untuk memberikan masukan tentang usia
penggunaan perangkat komputer. Konsep ini yang menjadi masukan bagi
Departemen Perdagangan. Di saat itu anggota IPKIN sekitar 350 anggota.
Salah satu organisasi yang terkait dengan bidang TIK adalah Ikatan Profesi
Komputer dan Informatika Indonesia (IPKIN). IPKIN adalah organisasi profesi
bidang TI yang sudah cukup lama berdiri di Indonesia dan telah berhasil
menyelenggarakan beberapa kegiatan besar dan rutin selama ini. Awalnya dibentuk
dengan nama Himpunan Pemakai Komputer Indonesia (HPKI) pada tanggal 18
April 1974. Lalu pada tanggal 30 Juli 1974 dibentuk kepengurusan dan diubah
menjadi Ikatan Pengguna Komputer Indonesia (IPKIN). Sebagai organisasi nirlaba
independent yang beranggotakan para profesional dalam bidang Komputer dan
Informatika, IPKIN bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan dan
pengembangan teknologi Komputer dan Informatika di Indonesia guna menunjang
Pembangunan Nasional.
Pada acara serah terima ini juga dilakukan kegiatan Seminar IPKIN yang
bekerja sama dengan pihak Univerisitas Gunadarma. Seminar yang berjudul
“Dampak sosial dan pencegahan penyalahgunaan Teknologi Informasi”
dilangsungkan dengan nara sumber, Irwin Day (Awari), Dr. Edmond Makarim
(UI), Donny BU (ICT Watch), dengan dipandu oleh moderator Prof. A. Benny
Mutiara QN (Universitas Gunadarma). Seminar dihadiri oleh para undangan dari
berbagai industri dan asosiasi seperti AOSI, Aspiluki, Apkomindo, Apjii, Awari
dan wakil dari beberapa perusahaan bidang TI serta juga dihadiri oleh para
mahasiswa pasca sarjana.
I. Latar Belakang
Dalam Musyawarah Nasional Pertama Tanggal 15 Mei 1996, pada saat mana APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dinyatakan berdiri, dewan
pengurus yang ditunjuk untuk masa jabatan 3 tahun pertama diminta untuk
melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis untuk pengembangan
jaringan internet di Indonesia. Program-program tersebut adalah :
Program Pengusulan Tarif Jasa Internet dan Negosiasi Tarif Infrastruktur Jasa
Telekomunikasi telah berhasil dilaksanakan dengan baik dengan keluarnya
beberapa keputusan pemerintah, yakni :