PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan
berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan
dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan
antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat terhadap
sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap
pemerintah, bangsa dan tanah air.
Dengan kata lain pengertian kode etik perawat yaitu suatu pernyataan /
keyakinan publik yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan
keperawatan, yang bertujuan untuk memberikan alasan terhadap keputusan-
keputusan etika. Kode etik diorganisasikan dalam nilai moral yang
merupakan pusat bagi praktik keperawatan yang etika, semuanya bermuara
dalam hubungan profesional perawat dengan klien dan menunjukan apa yang
diperdulikan perawat dalam hubungan tersebut. Nilai-nilai moral tersebut
adalah : Prinsip Penghargaan (respek) terhadap orang, dari prinsip
penghargaan timbul prinsip otonomi yang berkenaan dengan hak orang.untuk
memilih bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran mereka adalah
yang terbaik bagi dirinya, selanjutnya kemurahan hati (Benefiecence)
merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan/bahaya
orang lain.
Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap
pelaksanaan praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan
tenaga kesehatan lain. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik
dilema etik. Maka penyelesaian dari dilema etik tersebut harus dengan cara
yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asuhan keperawatan
(perawat), Pasien dan profesi lain (teman sejawat).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II. Definisi
2.1 Dilema Etik
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang
memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak
ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis
seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional (Thomson & Thomson, 1985). Kerangka pemecahan dilema
etik pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/
pemecahan masalah secara scientific.
Dilema etik adalah suatu kondisi yang terjadi dalam pelayanan, yang
mengharuskan perawat untuk menapis, melakukan analisa, dan sintesa
serta menetapkan keputusan yang “terbaik” bagi klien, terutama bagi
kesehatan dan integrasinya sebagai manusia.
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat.(Arens dan Loebbecke,
1991: 77).Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk
menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan
orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
a. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
b. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
c. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang
dipengaruhi dilemma
d. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
e. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
f. Menetapkan tindakan yang tepat.
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah
secara ilmiah, antara lain:
2.1.1 Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema
etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
Contoh B:
Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan.Perempuan ini merupakan korban perkosaan
dalam konteks kejahatan dalam keluarga.
Contoh C:
Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan.Perempuan ini merupakan korban perkosaan
dalam konteks kejahatan di lingkungan kerja. Dia sendiri sudah
bersuami dan memiliki anak-anak yang baik dan lucu-lucu
Contoh D:
Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan.Perempuan ini merupakan korban perkosaan
dalam konteks kejahatan biasa.Dia diperkosa karena ada perampok
yang memasuki rumahnya.
Contoh E:
Seorang perempuan yang hendak melangsungkan perkawinan,
ternyata telah hamil sebelum perkawinannya berlangsung. Sementara
calon suaminya sendiri kabur entah kemana dan tak dapat dilacak
kembali
Jika perempuan-perempuan ini diharuskan memelihara
kehamilannya, kami yakin dia akan menanggung beban psikologis
yang berat dan melahirkan anak yang tidak diinginkan akan
merupakan beban dan pukulan kedua yang berat bagi mereka. Dan
bisa jadi anak yang dilahirkannya malah tidak diurus dengan baik,
baik oleh dirinya maupun keluarganya. Kalau sudah begini terjadi
lingkaran kekerasan yang tak ada habisnya
8. Kematian dan Masalah yang Terkait
Masalah hukum yang berkaitan denagn kematian antara lain meliputi
pernyataan kematian, bedah mayat/otopsi dan donor organ. Kematian
dinyatakan oleh dokter dan ditulis secara sah dalam surat pernyataan
kematian.
Surat pernyataan ini biasanya dibuat beberapa rangkap dan keluarga
mendapat satu lembar untuk digunakan sebagai dasar pemberitahuan
kepada kerabat serta keperluan ansuransi.Pada keadaan tertentu
misalnya untuk keperluan keperluan peradilan, dapat dilakukan
bedah mayat pada orang yang telah meninggal.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit
dalam karena kondisi Tn.A yang sudah sangat lemas.Keesokan harinya dokter
yang menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice
kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang
penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan.Sore harinya pukul 16.00
WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca
oleh dokternya.Hasilnya mengatakan bahwa Tn.A positif terjangkit penyakit
HIV/AIDS.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya.Perawat perlu memahami konsep kebutuhan
dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar
tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat.Etika
perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.Dalam
pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab
(responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang
merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
IV.1 Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat
ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut :
a. Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui
penyakit yang dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta
perawat tersebut memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan
kepadanya.
b. Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat
keluarganya berniat menyembunyikan informasi tentang hasil
pemeriksaan tersebut dan meminta perawat untuk tidak
menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga
takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya
sekarang.
c. Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan
dimana dia harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain
dia juga harus memenuhi haknya pasien untuk memperoleh
informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika
mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah
dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk
alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support
sistem yang kuat dari keluarga.Keluarga harus tetap menemani
Tn.A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang
menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A.
Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa
nyaman dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis
akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien.Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien
yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh
informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan
konteksnya/kondisinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn.A tentang penyakitnya.Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan Tn.A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan
yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan
menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien
kepadanya kecuali seijin pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima
dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral
disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya.
B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya
nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga
akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
DAFTAR PUSTAKA
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004.Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education
Line