PENDAHULUAN
Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan berinterkasi
langsung dengan klien, baik klien sebagai individu, keluarga, keompok dan
masyarakat. Oleh karena itu, perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dituntut untuk memahami dan berperilaku sesuai dengan etika keperawatan. Agar
seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka ia harus
memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktek keperawatan itu sendiri, yaitu
perawat membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat
membantu meningkatkan autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya. Perawat
mendukung martabat kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya,
perawat menjaga kerahasiaan klien, berorientasi pada akuntabilitas perawat dan
perawat bekerja dalam lingkungan yang kompeten, etik dan aman (Dalami, dkk,
2010). Hubungan antara perawat dan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu
bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan
konflik yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam
praktek prefessional.
Oleh karena itu, profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan
lainnya yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi
perlindungan kepada masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi
keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek,
kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek keperawatan lainnya baik itu
pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun pelanggaran terkait dengan masalah
hukum.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu dilema etik dalam keperawatan?
2. Masalah apa saja yang dapat terjadi dalam keperawatan?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam penyelesaian masalah?
4. Bagaimana contoh kasus dalam permasalahan etik keperawatan?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah etika
keperawatan serta untuk lebih memahami tentang masalah etik yang terkait dengan
keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema
eti, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
stress pada perawat karena ia tahu apa yang harus dilakukan tetapi banyak rintangan
untuk melakukannya. Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan
penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat.
Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk
memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban
benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah. Dilema etik
dapat bersifat personal ataupun profesional. Kerangka pemecahan dilema etik adalah
sebagai berikut :
3
Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional
seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional.
Dilema etika juga merupakan situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk
itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam
pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah
secara ilmiah, antara lain:
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik, yaitu:
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
4
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
5
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
Purtilo dan Cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik, yaitu:
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
konflik antara teman sejawat, menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan
keperawatan atau pengobatan, masalah antara peran merawat dan mengobati, berkata
jujur atau tidak jujur, serta tanggung jawab terhadap peralatan dan barang.
6
1. Konflik etik antara teman sejawat
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-
bentuk pengobatan sebagai alternatif tindakan. Dan berkembangnya teknologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan
pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, sosial dan lain-
lain.
7
4. Berkata Jujur atau Tidak Jujur
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: Ada pasien yang sudah
meninggal, dan setelah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa
yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan
tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.
Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya
bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu berbeda. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan
informasi yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, Karena, walau bagaimanapun keluarga harus
tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa
mengambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena
setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
ditempat kerja.
Ilmu Kedokteran dan Keperawatan sama-sama ini berfokus pada manusia, tetapi
keduanya mempunyai perbedaan. Kedokteran bersifat pathernalistic, yang
8
mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan. Sedangkan
Keperawatn bersifat mothernalistic, yg mencerminkan figur ibu dalam memberikan
asuhan, kasih sayang dan bantuan.
Selain itu ada juga permasalahan etik lain yang sering terjadi yaitu:
1) Malpraktek
Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan
yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian
(negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak
beralasan (Sampurno, 2005).
2) Neglience (Kelalaian)
Kelalaian termasuk dalam arti malpraktik. Kelalaian adalah segala tindakan yang
dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian
orang lain (Sampurno, 2005).
9
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati).
(Tonia, 1994).
a. Jenis-jenis kelalaian
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban
10
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal
ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban
dengan kerugian yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”.
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan
bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran
autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya
dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat
ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi
penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila ini terjadi kelalaian dapat
digolongan perbuatan pidana dan perdata (Pasal 339, 360 dan 361 KUHP).
1. Evaluasi Diri
Ellis dan Hartley, menyatakan bahwa evaluasi diri terkadang tidak mudah
dilakukan oleh beberapa perawat. Evaluasi diri sebaiknya dilakukan secara periodic.
11
Evaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau kompeten dl memberikan
asuhan keperawatan.
2. Evaluasi Kelompok
12
buruk serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Ellis & Hartley (1980)
menjelaskan beberapa tahap yg dapat dilakukan bila perawat menghadapi asuhan
yang buruk. Berikut tahapan-tahapan tersebut.
Bila segala tahap informasi awal tidak berhasil, pendekatan informal melalui jalur-
jalur resmi dapat di gunakan. Pertama-tama, diskusi dengan pengawas bawah, bila
tidak efektif, di lanjutkan ke pengawas lebih tinggi lagi atau mungkin sampai dewan
direksi. Selama proses, perawat dapat kembali lagi pada metode informasi, melalui
panitia khusus atau mencari dukungan setiap pihak yang dapat memberi dukungan.
13
3. Keterbukaan
4. Keadilan
5. Uraian tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang jelas
6. Melakukan komunikasi secara vertikal dan horizontal
Tuan dan Nyonya Harun yang berusia 65 dan 60 tahun, pada hari Minggu pergi
mengunjungi anaknya dengan mobil pribadi. Mobil tersebut dikemudikan sendiri oleh
suaminya yang berusia 65 tahun. Ditengah perjalanan, mobil tersebut mengalami
kecelakaan yang mengakibatkan Ny. Harun meninggal dunia setelah dibawa kerumah
sakit. Sedangkan Tn. Harun tidak sadarkan diri setelah 2 hari dirawat Tn. Harun baru
sadarkan diri lalu bertanya kepada perawat yang bertugas tentang keberadaan istrinya
.Bila perawat berterus terang mengatakan bahwa istrinya telah meninggal, maka ia
akan khawatir dampak nya terhadap kesehatan Tn. Harun karena secara klinis,
keadaan fisik atau mental Tn. Harun masih sangat lemah. Bila perawat tidak
mengatakan sebenarnya, hal ini berarti perawat tidak jujur ataupun berbohong.
Hal-hal seperti itu sangat dilematis bagi perawat.disattu sisi perawat harus berkata
jujur, disisi lain perawat dituntut untuk menjadi pembela bagi hak-hak Tn. Harun
yang masih lemah kondisi fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini, kejujuran dapat
berakibat fatal bagi diri Tn. Harun.
Dari kasus ini dapat dilihat bahwa perawat mengalami konflik. Perawat harus
berkata jujur atau harus berbohong. Perawat harus berkata secara bijakasana bahwa
kesehatan Tn. Harun lebih penting untuk dipertahankan. Perawat juga harus
mempertahankan pendapatnya, baik terhadap keluarga pasien, petugas lain maupun
teman sejawat.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya
menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan
nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah etik, perawat dituntut dapat mengambil
keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan
nilai-nilai yang diyakini klien.
Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan
sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai
komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/363615553/Masalah-Etika-Dalam-Praktik-
Keperawatandiakseskamis27februari2019pukul17.55
https://www.scribd.com/doc/17669567/Masalah-Etika-Dlm-Pelayanan-Keperawatan
diakseskamis27februari2019pukul17.58
16