Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan berinterkasi
langsung dengan klien, baik klien sebagai individu, keluarga, keompok dan
masyarakat. Oleh karena itu, perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dituntut untuk memahami dan berperilaku sesuai dengan etika keperawatan. Agar
seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka ia harus
memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktek keperawatan itu sendiri, yaitu
perawat membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat
membantu meningkatkan autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya. Perawat
mendukung martabat kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya,
perawat menjaga kerahasiaan klien, berorientasi pada akuntabilitas perawat dan
perawat bekerja dalam lingkungan yang kompeten, etik dan aman (Dalami, dkk,
2010). Hubungan antara perawat dan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu
bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan
konflik yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam
praktek prefessional.

Oleh karena itu, profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan
lainnya yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi
perlindungan kepada masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi
keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek,
kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek keperawatan lainnya baik itu
pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun pelanggaran terkait dengan masalah
hukum.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu dilema etik dalam keperawatan?
2. Masalah apa saja yang dapat terjadi dalam keperawatan?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam penyelesaian masalah?
4. Bagaimana contoh kasus dalam permasalahan etik keperawatan?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah etika
keperawatan serta untuk lebih memahami tentang masalah etik yang terkait dengan
keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dilema Etik

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema
eti, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
stress pada perawat karena ia tahu apa yang harus dilakukan tetapi banyak rintangan
untuk melakukannya. Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan
penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat.
Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk
memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban
benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah. Dilema etik
dapat bersifat personal ataupun profesional. Kerangka pemecahan dilema etik adalah
sebagai berikut :

a. Mengembangkan data dasar


b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
danmempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
f. Membuat keputusan

Dilema etik sulit dipecahkan karena memerlukan pemilihan keputusan tepat


diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan
harus membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki
kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria.

3
Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional
seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional.

Dilema etika juga merupakan situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk
itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam
pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:

1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan


2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta yang didapatkan
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
6. Menetapkan tindakan yang tepat.

Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau


menghindari rasionalisasi perilaku etis yakni semua orang melakukannya, jika legal
maka disana terdapat keetisan dan kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.

Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah
secara ilmiah, antara lain:

1. Model Pemecahan masalah (Megan, 1989)

Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik, yaitu:

a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan

4
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil

2. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 2004 )

a. Mengembangkan data dasar.

Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak


mungkin meliputi :

• Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya


• Apa tindakan yang diusulkan
• Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
• Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.

b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut


c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan

3. Model Murphy dan Murphy

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan


b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan

5
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.

4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)

Purtilo dan Cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik, yaitu:

a. Mengumpulkan data yang relevan


b. Mengidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan

5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)

Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang


diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.

a. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi


b. Mengidentifikasi issue etik
c. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
d. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
e. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

2.2 Masalah Etik dalam Keperawatan

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
konflik antara teman sejawat, menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan
keperawatan atau pengobatan, masalah antara peran merawat dan mengobati, berkata
jujur atau tidak jujur, serta tanggung jawab terhadap peralatan dan barang.

6
1. Konflik etik antara teman sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian


kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka
perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk
dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah
yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan
keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga
nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan
pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.

2. Menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan keperawatan atau


pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-
bentuk pengobatan sebagai alternatif tindakan. Dan berkembangnya teknologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan
pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, sosial dan lain-
lain.

3. Masalah antara peran merawat dan mengobati

Secara formal peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi


dengan adanya berbagai faktor sering kali peran ini menjadi sulit dibedakan dengan
peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikanasuhan
keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi
di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

7
4. Berkata Jujur atau Tidak Jujur

Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung, sering kali perawat tidak


merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat
seharusnya benar (jujur) sesuai kaidah asuhan keperawatan. Sebagai contoh: sering
terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien
berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak,
bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”

5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: Ada pasien yang sudah
meninggal, dan setelah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa
yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan
tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.
Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya
bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu berbeda. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan
informasi yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, Karena, walau bagaimanapun keluarga harus
tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.

Perawat harus memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa
mengambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena
setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
ditempat kerja.

6. Masalah perawat dengan profesi kesehatan lainnya

Ilmu Kedokteran dan Keperawatan sama-sama ini berfokus pada manusia, tetapi
keduanya mempunyai perbedaan. Kedokteran bersifat pathernalistic, yang

8
mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan. Sedangkan
Keperawatn bersifat mothernalistic, yg mencerminkan figur ibu dalam memberikan
asuhan, kasih sayang dan bantuan.

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui


kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan holistik sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Dalam pelaksanaannya, apabila setiap profesi telah dapat saling menghargai,
menghormati, hubungan kerjasama akan dapat terjalin dengan baik walaupun dalam
pelaksanaannya sering terjadi konflik etis.

Selain itu ada juga permasalahan etik lain yang sering terjadi yaitu:

1) Malpraktek

Balck’s Law Dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai kesalahan profesional


atau kurangnya keterampilan tidak masuk akal dan berupa kegagalan atau satu
layanan render profesional untuk melatih bahwa tingkat keterampilan dan
pembelajaran umum diterapkan dalam semua keadaan masyarakat oleh anggota
terkemuka rata bijaksana profesi dengan hasil dari cidera, kerugian atau kerusakan
kepada penerima layanan tersebut atau mereka yang berhak untuk bergantung pada
mereka ".

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan
yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian
(negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak
beralasan (Sampurno, 2005).

2) Neglience (Kelalaian)

Kelalaian termasuk dalam arti malpraktik. Kelalaian adalah segala tindakan yang
dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian
orang lain (Sampurno, 2005).

9
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati).
(Tonia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya


dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan
tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan
adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu
pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

a. Jenis-jenis kelalaian

Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut Sampurno (2005), sebagai berikut:

1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak


tepat. Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang
memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat
tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat. Misal: melakukan tindakan
keperawatan dengan menyalahi prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya. Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman
tempat tidur tapi tidak dilakukan.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga


kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat unsur, yaitu:

1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban

10
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal
ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban
dengan kerugian yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”.

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan
bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran
autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya
dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat
ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi
penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila ini terjadi kelalaian dapat
digolongan perbuatan pidana dan perdata (Pasal 339, 360 dan 361 KUHP).

2.3 Masalah Etik yang Berkaitan Langsung dengan Praktik Keperawatan

Berikut beberapa permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktik


keperawatan.

1. Evaluasi Diri

Evaluasi diri mempunyai hubungan erat dengan pengembangan karier, aspek


hukum dan pendidikan berkelanjutan. Evaluasi diri merupakan tanggung jawab etika
bagi semua perawat. Dengan evaluasi diri perawat dpt mengetahui kelemahan,
kekurangan, dan kelebihannya sebagai perawat praktisi. Evaluasi diri merupakan
salah satu cara melindungi klien dari pemberian perawatan yg buruk.

Ellis dan Hartley, menyatakan bahwa evaluasi diri terkadang tidak mudah
dilakukan oleh beberapa perawat. Evaluasi diri sebaiknya dilakukan secara periodic.

11
Evaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau kompeten dl memberikan
asuhan keperawatan.

2. Evaluasi Kelompok

Tujuan evaluasi kelompok yaitu untuk mempertahankan konsistensi kualitas


asuhan keperawatan yg baik, yg merupakan tanggung jawab etis. Evaluasi kelompok
dapat dilakukan secara formal dan informal.

Evaluasi secara informal dapat dicontohkan dengan observasi langsung saat


tindakan atau mengamati perilaku sesama rekan. Masalah etika muncul saat perawat
mengamati rekan kerjanya yg berperilaku tidak sesuai standar. Sedangkan evaluasi
kelompok secara formal merupakan tanggung jawab etis perawat dan organisasi
profesi.

Dasar untuk melakukan evaluasi asuhan keperawatan adalah standar praktek


keperawatan yang digunakan untuk mengevaluasi proses. Dasar untuk evaluasi
perawatan klien digunakan kriteria hasil. Secara formal, metode evaluasi kelompok
meliputi konferensi yang membahas berbagai hal yang diamati, wawancara dg klien
atau staf, observasi langsung pada klien dan audit keperawatan berdasarkan catatan
klien.

3. Merekomendasikan klien pada dokter

Perawat dapat memberikan informasi tentangg berbagai altenatif, misalnya bila


seorang klien ingin memeriksa ke dokter ahli kandungan, perawat dapat menyebutkan
tiga nama dokter dengan beberapa informasi penting yang berkaitan dengan keahlian
dan pendekatan yg dipakai dokter pada klien. Secara hukum perawat tidak boleh
memberikan kritik tentang dokter kepada klien.

4. Menghadapi asuhan keperawatan yg buruk

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan


klien. Perawat harus mampu mengenal/tanggap bila bila ada asuhan keperawatan yg

12
buruk serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Ellis & Hartley (1980)
menjelaskan beberapa tahap yg dapat dilakukan bila perawat menghadapi asuhan
yang buruk. Berikut tahapan-tahapan tersebut.

1. Mengumpulkan informasi yang lengkap dan sah, jangan membuat keputusan


berdasarkan gosip, umpatan atau dari satu pihak
2. Mengetahui siapa saja pembuat keputusan atau yg memiliki pengaruh thd
terjadinya perubahan
3. Membawa masalah kepada pengawas terbawah. Namun belum tentu masalah
ini akan dihiraukan oleh pengawas

Terkadang, pendekatan awal lain dapat di gunakan, misalnya secara sukarela


menjadi anggota panitia yang bertugas sebagai penilai sistem informal, yaitu dengan
cara mendiskusikan masalah dengan orang yang di percaya dan berpengaruh.

Bila segala tahap informasi awal tidak berhasil, pendekatan informal melalui jalur-
jalur resmi dapat di gunakan. Pertama-tama, diskusi dengan pengawas bawah, bila
tidak efektif, di lanjutkan ke pengawas lebih tinggi lagi atau mungkin sampai dewan
direksi. Selama proses, perawat dapat kembali lagi pada metode informasi, melalui
panitia khusus atau mencari dukungan setiap pihak yang dapat memberi dukungan.

2.4 Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Etik Keperawatan

1. Mengakui adanya konflik


2. Mengidentifikasi konflik
3. Mendengarkan semua pandangan
4. Mengeksplorasi cara mengatasi konflik
5. Mencapai kesepakatan solusi dengan menjadwalkan tindak lanjut, dan
mengkaji wewenang yang jelas

Berikut beberapa upaya pencegahan masalah etik keperawatan:

1. Mengikutsertakan semua tim kesehatan dalam mengambil keputusan


2. Adanya mekanisme penyampaian keluhan

13
3. Keterbukaan
4. Keadilan
5. Uraian tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang jelas
6. Melakukan komunikasi secara vertikal dan horizontal

2.5 Contoh Kasus Masalah Etik Keperawatan

Tuan dan Nyonya Harun yang berusia 65 dan 60 tahun, pada hari Minggu pergi
mengunjungi anaknya dengan mobil pribadi. Mobil tersebut dikemudikan sendiri oleh
suaminya yang berusia 65 tahun. Ditengah perjalanan, mobil tersebut mengalami
kecelakaan yang mengakibatkan Ny. Harun meninggal dunia setelah dibawa kerumah
sakit. Sedangkan Tn. Harun tidak sadarkan diri setelah 2 hari dirawat Tn. Harun baru
sadarkan diri lalu bertanya kepada perawat yang bertugas tentang keberadaan istrinya
.Bila perawat berterus terang mengatakan bahwa istrinya telah meninggal, maka ia
akan khawatir dampak nya terhadap kesehatan Tn. Harun karena secara klinis,
keadaan fisik atau mental Tn. Harun masih sangat lemah. Bila perawat tidak
mengatakan sebenarnya, hal ini berarti perawat tidak jujur ataupun berbohong.

Hal-hal seperti itu sangat dilematis bagi perawat.disattu sisi perawat harus berkata
jujur, disisi lain perawat dituntut untuk menjadi pembela bagi hak-hak Tn. Harun
yang masih lemah kondisi fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini, kejujuran dapat
berakibat fatal bagi diri Tn. Harun.

Dari kasus ini dapat dilihat bahwa perawat mengalami konflik. Perawat harus
berkata jujur atau harus berbohong. Perawat harus berkata secara bijakasana bahwa
kesehatan Tn. Harun lebih penting untuk dipertahankan. Perawat juga harus
mempertahankan pendapatnya, baik terhadap keluarga pasien, petugas lain maupun
teman sejawat.

Menurut Free, secara professional perawat mempunyai kewajiban tidak


melakukan hal yang merugikan klien dan desepsi mungkin mempunyai manfaat
untuk meningkatkan kerjasama dan kesehatan klien.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya
menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan
nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah etik, perawat dituntut dapat mengambil
keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan
nilai-nilai yang diyakini klien.

Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan
sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai
komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat.

3.2 Saran

1. Pentingnya membuat standar praktik keperawatan yang jelas serta dapat


dipertanggung jawabkan
2. Dalam setiap melakukan tindakna, perawat dituntut untuk dapat bertindak
secara mandiri maupun kolaborasi. Namun, tetap berpegang teguh pada etika-
etika keperawatan agar tidak merugikan pihak manapun

15
DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius

https://www.scribd.com/document/363615553/Masalah-Etika-Dalam-Praktik-
Keperawatandiakseskamis27februari2019pukul17.55

https://www.scribd.com/doc/17669567/Masalah-Etika-Dlm-Pelayanan-Keperawatan
diakseskamis27februari2019pukul17.58

16

Anda mungkin juga menyukai