Septa Permana Latar Belakang Penting bagi perawat untuk mampu mengambil keputusan klinis dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam asuhan keperawatannya sehingga proses keperawatan yang diberikan kepada klien ini diarahkan sebagai proses refleksi baik bagi perawat ataupun klien. enting bagi perawat untuk mampu mengambil keputusan klinis dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam asuhan keperawatannya sehingga proses keperawatan yang diberikan kepada klien ini diarahkan sebagai proses refleksi baik bagi perawat ataupun klien. Proses pengambilan keputusan klinis merupakan komponen penting dalam proses keperawatan, sehingga dibutuhkan kemampuan perawatan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki perawat dapat menghambat perawat dalam mengambil keputusan mengenai perawatan yang akan diberikan kepada klien yang akan berakibat fatal terhadap klien. Perawat memiliki peranan penting dalam mengambil keputusan klinis yang tepat dan akurat karena perawat akan menemukan berbagai situasi klinis yang berkaitan dengan masyarakat atau pasien Pembahasan Teori Dasar Pengambilan Keputusan Teori dasar/prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat ke putusan etis praktik profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Proses pengambilan keputusan merupakan sebuah refleksi dari perawat ataupun klien. Pengambilan keputusan klinis keperawatan harus ada interaksi antara perawat-klien. Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi. 1. Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end jus tifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia. 2. Deontologi (formalisme) Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau tindakan. Suatu pendekatan deontologis mengangkat isu – isu yang berkaitan dengan tugas, hak, serta pertimbangan keadilan dengan menggunakan standar moral, prinsip, dan aturan – aturan sebagai panduan untuk membuat keputusan etis yang terbaik. Deontologi berfokus pada kewajiban atau tugas memotivasi keputusan atau tindakan, bukan pada konsekuensi dari tindakan. Dalam etika deontologi kebenaran bergantung pada rasa hormat yang ditunjukkan dalam tugas serta hak dan kewajiban yang dicerminkan oleh tugas-tugas tersebut. Kerangka Pengambilan Keputusan Beberapa kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan (Benyamin dan Curtis, 1986; Aroskar, 1980), sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah seperti diajarkan di pendidikan keperawatan. Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (1991) adalah Model l yang terdiri atas enam tahap, Model Il yang terdiri atas tujuh tahap. dan Model III yang merupakan keputusan bioetis. Model I 1. Mengidentifikasi masalah. Ini berarti klasifikasi masalh dilihat dari nilai dan konflik hati nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaan pada perawat terhadap pernyataan, “Hal apakah yang membuat tindakan benar adalah benar?” Nilai diklasifikasikan dan peran perawat dalam situasi yang terjadi diidentifikasi. 2. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien, yangterlibat dalam membuat keputusan bagi klien, harapan/ keinginan klien dan orang yang teribat dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporaj tertulis kisah dari konflik yang terjadi. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, yaitu : 1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan; 2. Masalah harus diketahui dengan jelas; 3. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono 4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang telah terkumpul secara sistematis; 5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dianalisa secara matang. Faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktik keperawatan Faktor ini antara lain: 1. faktor agama, sosial, 2. ilmu pengetahuan/teknologi, 3. legislasi/keputusan yuridis, dana) keuangan, pekerjaan/posisi klien maupun perawat 4. kode etik keperawatan, dan 5. hak-hak klien. Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai masalah, diantaranya : 1. Tidak tepatnya keputusan; 2. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik dari segi manusia, uang maupun material; 3. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang- orang di dalam organisasi tersebut; 4. Timbulnya penolakan terhadap keputusan. 3. Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi, termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta dampakya. Tahap ini memberikan jawaban atas pertanyaan, “Jenis tindakan apa yang benar?” 4. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai dasar manusia yang menjadi pusat masalah, dan prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan, “Bagaimana aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu?” 5. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pembuatan keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika, “Apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu?” 6. Tahap terakhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil. Model Keputusn Bioetis 1. Tinjau uang situasi yang dihadapi untuk menentukan masalah kesehatna, keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu keunikan. 2. Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi. 3. Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi. 4. Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional. 5. Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan. 6. Identifikasi konflik nilai bila ada. 6. Gali siapa yang harus membuat keputusan 7. Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan. 8. Tentukan tindakan dan laksanakan. 9. Evaluasi hasil dari keputusan atau tindakan.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu