Anda di halaman 1dari 14

Model-Model Proses Pengambilan Keputusan Etis

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan


Dosen Pengampu : Damon Wicaksi, SST, M.Kes

Disusun Oleh :
Sinta Tri Rahayu P (18037141084)
Siska Dinda Dewi (18037141085)
Sultan Khamim Maulana (18037141086)
Tantri Sofiana Fidad (18037141087)
Tiara Adinda Pratiwi (18037141088)
Tutut Indar Julia P (18037141089)
Triono Prasetyo (18037141090)
Unzilatur Rohma (18037141091)
Vilshanas Aarifah (18037141092)

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
ini yang berjudul “Model-model proses pengambilan keputusan etis ”dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 5 Mei 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model-model proses pengmabilan keputusan etis ............................................... 2
2.1.1 Model I ........................................................................................................ 2
2.1.2 Model II ...................................................................................................... 3
2.1.3 Model III ..................................................................................................... 4
2.2 Model Rasionalis ................................................................................................. 5
2.3 Model sosial ahli perilaku organisasi ................................................................... 6
2.4 Faktor-faktor yang berpengarh dalam pengambilan keputusan etis .................... 7
2.5 Kerangka Kerja Pemecahan Dilema Etik ............................................................ 8
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 10
3.2 Saran .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian sering dilakukan dengan melibatkan pasien. Setiap penelitian misalnya


penggunaan obat atau cara penanganan baru yang melibatkan pasien harus
memperhatikan aspek hak pasien. Sebelum pasien terlibat, kepada mereka harus
diberikan informasi secara jelas tentang percobaan yang dilakukan, bahaya yang timbul
dan kebebasan pasien untuk menolak atau menerima untuk berpartisipasi. Apabila
perawat berpartisipasi dalam penelitian yang melibatkan pasien, maka perawat harus
yakin bahwa hak pasien tidak dilanggar baik secara etik maupun hukum. Untuk itu
perawat harus memahami hak-hak pasien: membuat keputusan sendiri untuk
berpartisipasi, mendapat informasi yang lengkap, menghentikan partisipasi tanpa sangsi,
mendapat privasi, bebas dari bahaya atau resiko cidera, percakapan tentang sumber-
sumber pribadi dan hak terhindar dari pelayanan orang yang tidak kompeten.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja model-model proses pengambilan keputusan etik?


2. Apa saja model Rasionalitas?
3. Bagaimana model sosial ahli perilaku organisasi?
4. Apa saja faktor-faktor yang berpengarh dalam pengambilan keputusan etis?
5. Bagaimana kerangka kerja pemecahan dilema etik?
1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui model-model proses pengambilan keputusan etik


4. Untuk mengetahui model Rasionalitas
5. Untuk mengetahui model sosial ahli perilaku organisasi
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengarh dalam pengambilan keputusan etis
7. Untuk mengetahui kerangka kerja pemecahan dilema etik

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model-model proses pengambilan keputusan etik

Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika,
dan semua kerangka etika tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika.
Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan dengan mengacu
pada kerangka pembuatan keputusan etika medis (Murphy,1976; Borody, 1981). Beberapa
kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan (Benyamin danCurtis. 1986;
Aroskar, 1980), sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan
masalah seperti diajarkan di pendidikan keperawatan (Bergman, 1973; Curtin, 1978; Jameton,
1984; Stanley, 1980; Stenberg, 1979:Thompson, 1985). Berikut ini merupakan contoh model
pengambilan keputusan etis keperawatan yang dikembangkan oleh Thompson dan Jameton.
Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika keperawatan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan klien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry
(1991) adalah Model I yang terdiri atas enam tahap, Model ll yang terdii atas tujuh tahap,

dan Model III yang merupakan keputusan bioetis.

2.1.1 Model I

MODEL I

Tahap Keterangan

1 ldentifikasi masalah. Ini berarti klasifikasi masalah dilihat dari nilai dan konflik hati
nurani. Perawat juga harus mengkaj keterlibatannya pada masalah etika yang timbul
dan mengkaji parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan
memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan, "Hal apakah yang
membuat tindakan benar adalah benar?" Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat
dalam situasi yang terjadi didentitikasi.

2
2 Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpukan dalam
tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien,yang terlibat dalam membuat
keputusan bagi klien, harapan/keinginan klien dan orang yang terlibat dalam
pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari
konflik yang terjadi.

Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada
3
pembuat keputusan. Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi, termasuk
hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban
atas pertanyaan “Jenis tindakan apa yang benar?”

Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti


4
perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai
dasar manusia yang menjadi pusat masalah, dan prinsip etis yang dapat dikaitkan
dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan, "Bagaimana aturan tertentu
diterapkan pada situasi tertentu?"

Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pembuatan


5
keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap
ini menjawab pertanyaan etika, "Apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu?"

6 Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil

2.1.2 Model II

MODEL II

Tahap Keterangan

1 Mengenali dengan tajam masalah yang terjadi, apa intinya, apa sumbernya,
mengenali hakikat masalah.

Mengumpulkan data atau informasiyang berdasarkan fakta, meliputi semua data


2
yang termasuk variabel masalah yang telah dianalisis secara teliti.

3
3 Menganalisis data yang telah diperoleh dan menganalisis kejelasan orang yang
teribat, bagaimana kedalaman dan intensitas keterlibatannya, relevansi
keterlibatannya dengan masalah etika.

4 Berdasarkan analisis yang telah dibuat, mencari kejelasan konsep etika yang relevan
untuk penyelesaian masalah dengan mengemukakan konsep filsafat yang mendasari
etika maupun . konsep social budaya yang menentukan ukuran yang diterima.

Mengonsep argumentasi semua jenis isu yang didapati merasionalisasi kejadian,


5
kemudian membuat alternatif tentang tindakan yang akan diambilnya.

6 Langkah selanjutnya mengambil tindakar, setelah semua alternatif diuji terhadap


nilai yang ada di dalam masyarakat dan ternyata dapat diterima maka pilihan tersebut
dikatakan sah valid) secara etis. Tindakan yang dilakukan menggunakan proses yang
sistematis.

Langkah selanjutnya mengambil tindakar, setelah semua alternatif diuji terhadap


7
nilai yang ada di dalam masyarakat dan ternyata dapat diterima maka pilihan tersebut
dikatakan sah valid) secara etis. Tindakan yang dilakukan menggunakan proses yang
sistematis.

2.1.3 Model III

MODEL III

Tahap Keterangan

1 Tinjau ulang situasi yang dihadapi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang dibutuhkan, komporien etis individ keunikan.

2 Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi.

3 ldentifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi

4
4 Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.

5 ldentifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan

6 Identifikasi konfik-konflik nilai bila ada

7 Gali síapa yang hanus membuat keputusan

8 ldentifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan

9 Tentukan tindakan dan laksanakan.

10 Evaluasi hasil dari keputusan dakan

Sumber: JB Thompson and HD Thompson, Ethic in Nursing, New York-MacMilan


Publishing Co.Inc.,1981, diadaptasikan oleh Kelly,1987.

Penyelesaian masalah etika keperawatan menjadi tanggung jawab perawat. Berarti


perawat melaksanakan noma yang diwajibkan dalam perilaku keperawatan, sedangkan
tanggung gugat adalah mempertanggungjawabkan kepada diri sendiri, kepada
klien/masyarakat,kepada profesi atas segala tindakan yang diambil dalam melaksanakan
proses keperawatan dengan menggunakan dasar etika danstandar keperawatan. Dalam
pertąnggunggugatan tindakannya,perawat akan menampilkan pemikiran etiknya dan
perkembangan personal dalam profesi keperawatan.

2.2 Model Rasionalitas

Model Rasionalitas adalah pengambilan keputusan berdasarkan adanya keterkaitan logis


antara pengambilan keputusan dengan pencapaian tujuan organisasi. Berkaitan dengan
aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi:

a. Keputusan yang diambil akan sepenuhnya rasional dalam hal rencana tujuan.

b. Dimungkinkan adanya pemilihan alternatif, karena terdapat sistem pilihan yang lengkap
dan konsisten.

c. Adanya kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.

d. Tidak ada batasan pada kompleksnya perhitungan yang dapat digunakan untuk
menentukan pilihatn terhadap alternatif terbaik.

5
e. Kemungkinan kalkulasi tidak misterius atau membuat takut bawahan.

Dalam pengambilan keputusan, model rasionalitas ekonomi yang dibuat dalam


pengambilan keputusan akan berusaha memaksimalkan hasil dalam perusahaan bisnis dan
keputusan akan diarahkan kepada titik maksimum di mana biaya marjinal sama dengan
pendapatan marjinal (MC = MR). Gambaran model perilaku pengambilan keputusan
modern, oleh banyak ekonom dan ahli teori keputusan kuantitatif tidak dinyatakan bahwa
keputusan yang diambil deskriptif dan realistis. Inti yang dicapai Peters dan Waterman
adalah bahwa model rasional bukan menjadi akhir pengambilan keputusan secara efektif
dan jika terdapat perbedaan, tersebut menyebabkan kesalah pahaman dan mengganggu
proses pengambilan keputusan.

2.3 Model Sosial Ahli perilaku organisasi,

Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan, emosi, dan naluri,
dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang tidak disadari. Apabila ini merupakan
deskripsi yang lengkap, maka akan menjadikan keputusan yang diambil tidak efektif.
Pengambilan keputusan yang tidak rasional oleh seorang manajer dapat diakibatkan oleh
adanya tekanan dan pengaruh sosial. Apabila subyek menginformasikan kondisi "benar
dan salah", "hitam dan putih" dengan membandingkan panjang garis, maka kesimpulan
logis adalah dunia nyata yang "kelabu" ini tidak rasional. Untuk menyamakan garis
pengambilan keputusan dengan alternatif keputusan manajemen, pemimpin membutuhkan
imajinasi. Ada yang masih meragukan mengenai pentingnya alternatif keputusan
manajemen. Selain itu banyak dinamika psikologi lainnya yang berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Misalnya, terdapat kecenderungan pembuat keputusan tetap pada
alternatif pengambilan keputusan yang buruk meskipun ada kemungkinan bahwa sesuatu
keputusaaan dapat diganti atau diubah. Staw dan Ross mengemukakan empat alasan utama
mengapa fenomena dinamika psiologi terjadi. Fenomena terjadi karena:

a. Karakteristik proyek. Hal ini karena alasan utama untuk keputusan eskalasi.
Karakteristik dan tugas atau proyek seperti keuntungan atau investasi tertunda atau
masalah waktu mungkin menyebabkan pengambil keputusan tetap atau meningkatkan
komitmen pada tindakan yang salah.

b. Determinan psikologi. Apabila keputusan menjadi buruk, manajer mungkin memiliki


kesalahan dalam pemprosesan informasi (menggunakan faktor bias atau mengambil
6
risiko lebih daripada pembenaran), karena pembuat keputusan melibatkan egonya, maka
informasi yang kurang baik diabaikan dan cenderung defensif.

c. Kekuatan sosial. Pengambil keputusan mungkin mendapat tekanan dari bawahan atau
rekan kerja dan atau mereka perlu mempertahankan status qou sehingga mereka terus
atau mempertahankan komitmen untuk tindakan yang salah.

d. Determinan organisasi. Deteriminasi dalam pengambilan keputusan terjadi bukan


semata-mata hanya karena karakteristik proyek yang mengalami eskalasi keputusan
yang buruk, begitu juga kegagalan dalam komunikasi, disfungsi politik, dan bertahan
pada perubahan.

Aktivitas yang menjadi pilihan pemimpin dipengaruhi, oleh tipe informasi atau data yang
disajikan kepada mereka. Manajer tanpa pengalaman komputer mungkin masih diintimidasi
oleh teknologi informasi dan lebih menghargainya, sementara orang dengan pengalaman TI
mungkin sangat skeptis dan meremehkan kepentingannya.

2.4 Faktor-faktor yang berpengarh dalam pengambilan keputusan etis


1.Tingkat Pendidikan
Rhodes berpendapat bahwa semakin tinggi latar belakang Pendidikan perawat akan
membantu perawat u ntuk membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan dan program
Pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian kognitif dan kemampuan
membuat keputusan.
2.Pengalaman
Pengalaman sering kali disebut sebagai faktor penting yang mempengaruhi pembuatan
keputusan dan hal ini perlu diperhatikan secara lebih jauh. Hasil temuan dari sebuah
penelitian yang dilaksanakan Cassels dan Redman (1989) tentang perawat yang sedang
menjalani studi tingkat sarjana menunjukkan bahwa pengalaman yang lalu dalam
menangani masalah-masalah etika atau dilema etik dalam asuhan keperawatan dapat
membantu proses pembuatan keputusan ya pengalaman lalu yang lain dari pengalaman
keperawatan secara umum memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.

3.Faktor agama dan adat istiadat


Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
7
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses. Semakin tua seseorang
akan semakin banyak pengalaman dan belajar, mereka akan lebih mengenal siapa dirinya
dan nilai yang dimilikinya.
Selain faktor agama, faktor adat istiadat juga berpengaruh pada seseorang dalam
pembuatan keputusan etik. Kaitan adat istiadat dan implikasi dalam keperawatan sampai
saat ini belum tergali jelas di Indonesia. Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau
pasien sangat berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etik.

4.Komisi Etik
Komisi etik merupakan suatau faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan etis yang
dibuat oleh perawat dalam pratiknya. Komisi etik tidak hanya memberi Pendidikan dan
menawarkan nasihat melainkan juga mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi
dilema etik yang ditemukan dalam Pratik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam
pengambilan keputusan yang etis dalam organisasi perawat kesehatan.

5.Faktor lmu Pengetahuan Dan Teknologi


Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta mampu
memperpanjang usia manusia dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik kesehatan,
cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya, perempuan yang mengalami kesulitan
hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan yang
berhubungan dengan etika.

6. Faktor Legislasi Dan Keputusan Yuridis


Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru yang
banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk
mengantisipasi perkembangan masalah hukum kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan ng
beretika. Oleh karena itu, penggalian undang-undang praktik keperawatan dan keputusan
menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan praktik perawat.

2.5 Kerangka Kerja Pemecahan Dilema Etik


1. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah etik
a) Identifikasi masalah etik pada kasus tersebut.
b) Berikan beberapa pandangan tentang masalah ini.
8
2. Mengumpulkan data:
a) Siapa saja yang terlibat?
b) Siapa saja yang berhak mengambil keputusan?
c) Apa kepentingan masalah ini?
d) Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3. Mengidentifikasi pilihan-pilihan pemecahan masalah:
a) dentifikasi batas waktu pembuatan keputusan.
b) ldentifikasi setiap tindakan yang memungkinkan
c) Sebutkan hal positif dan negatif dari masing-masing plihan (ditambah dengan risiko
dan manfaatnya)
a) Perlu adanya pertemuan dengan Komite Etk
b) Sumber-sumber apa yang bisa membantu dalam proses pembuatan keputusan?
a) Pilihan mana yang direkomendasikan oleh profesi dan jelaskan mengapa?
4. Membuat keputusan berdasarkan pertimbangan diatas.
5. Melakukan tindakan:
a) Sebutkan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dengan jelas
6. Evaluasi
a) Apakah semua pihak terlibat dalam proses pembuatan keputusan?
b) Apakah semua pihak puas dengan proses pembuatan keputusan?
c) Apakah hasil sesuai dengan yang diantisipasi?
d) Bagaimana rekomendasi selanjutnya?

9
BAB III
PENUTUPAN

1.1 Kesimpulan
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral
dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian,
universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan relativisme (self-
interest).

3.2 Saran
Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun
keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan berbagai macam kasus.
Oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca untuk menambah
wawasan. Perawat juga harus mampu menemukan masalah-masalah yang sungguh-
sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan yang
memerlukan penanganan segera.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suhaemi, Mimin Emi. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik.Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Hasyim, Masruroh dan Joko Prasetyo. 2012. Etika Keperawatan. Jogjakarta: Bangkit
https://olhachayo.files.wordpress.com/2014/08/model-pengambilan-keputusan-etis.pdf
(Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 11.46 WIB)

Rizki Andriani. 2017. https://caridokumen.com/download/model-pengambilan-model-


pengambilan-keputusan-etik-keputusan-etik-_5a448b11b7d7bc790a9c2ff2_pdf (Diakses pada
Selasa, 30 April 2019 pukul 10.06 WIB)

11

Anda mungkin juga menyukai