Hipotermi
Hipotermi
Oleh :
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5
2.1. Definisi.......................................................................................................................5
2.2. Klasifikasi....................................................................................................................5
2.3. Etiologi.......................................................................................................................6
2.4. Faktor Pencetus.........................................................................................................6
2.5. Tanda dan gejala hipotermia bayi baru lahir..............................................................7
2.6. Penatalaksanaan Hipotermia.....................................................................................7
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan pada bayi prematuritas dengan hipotermi.................9
2.8 Pathway....................................................................................................................11
2.9 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa,
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu tubuh. Pada 30 menit
pertama bayi dapat mengalami penurunan suhu 3-40C. Pada ruangan dengan
suhu 20-250C suhu kulit bayi turun sekitar 0,30C per menit. Kemampuan bayi
yang belum sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan
untuk mengalami hipotermi.Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses
metabolik dan fisiologi melambat. Kecepatan pernafasan dan denyut jantung
sangat melambat, tekanan darah rendah dan kesadaran menghilang. Bila
keadaan ini terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan maka dapat
menimbulkan kematian pada bayi baru lahir.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah 35,5 0C/rektal karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor eksternal.
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu
normal bayi dan neonatus adalah 36,5°C-37°C (suhu axila) Adapun gejala hipotermi,
apabila suhu <36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi
terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36°C) disebut
hipotermia berat bila suhu <32°C.
2.2. Klasifikasi
1.Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2̊C sesudah lahir. Suhu tubuh
akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan
diatur sebaik- baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR,
hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bayi tidak
segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah
lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2.Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12
jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin,
inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat
terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata
hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi
jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya segera memasukkan bayi ke
dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam
keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
3.Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan
pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi
tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta
hipoglikemia. Pengobatannya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa,
oksigen.
4.Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin
(lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin,
5
oliguria, suhu berkisar antara 29,5̊C,-35̊C, tak banyak bergerak, edema, serta
kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat,
pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi,
hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya dengan memanaskan secara
perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.
2.3. Etiologi
a) Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b) Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
c) Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
d) Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan,
hipoglikemia perdarahan intra kranial.
6
asetaminofen.
7
bahwa suhu didalamnya sesuai. Masukan bayi ke dalam inkubator.
3. Jalankan software pada PC client kemudian masukan identitas bayi seperti nama,
nama Ibu, Jam/Tgl lahir.
4. 2-3 jam sekali ada peringatan untuk memberi susu bayi. Jika peringatan ini
muncul, maka perawat akan langsung menuju inkubator dan memberi susu.
5. Jika bayi menangis maka akan ada warning pada PC client lalu perawat akan
menghampiri inkubator kemudian memeriksanya apakah lapar, BAB, mengompol,
atau tidak nyaman.
6. Setelah diketahui penyebabnya, perawat kemudian memencet tombol opsi untuk
feedback ke PC clientnya. Sehingga kegiatan ini pun terekam. Pada PC server,
dokter/pihak manajemen hanya mengontrol data rekaman dari semua aktifitas
bayi dalam 1 hari kemudian dibandingkan dengan data eferensi perawatan bayi
normal. Sehingga hasil akhirnya bayi tersebut dapat dikategorikan bayi sehat
atau tidak.
a) Hipotermia Sedang
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,bersih, dapat hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada
dalam satu selimut atau kain hangat yang disertrika terlebih dahulu. B ila selimut
atau kain mulai mendingin,segera ganti dengan selimut/ kain yang hangat.
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut /kain
yang hangat. Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara: Memberi tutup
kepala/ topi bayi dan mengganti kain/ popok bayi yang basah dengan yang
kering dan hangat.
b) Hipotermi Berat
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayi
berada dalam satu selimut atau kain hangat. Bila selimut atau kain mulai
mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat ulangi sampai panas
tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi. Mencegah bayi kehilangan panas dengan
cara: Memberi tutup kepala/ topi kepala dan mengganti kain/ pakaian/ popok
yang basah dengan yang kering atau hangat
3) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini
mungkin dapat lebih sering selama bayi menginginkan Bila terlalu lemah hingga
tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan menggunakan
8
NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10% sebanyak 60 ±80
ml/kg/liter.
4) Segera rujuk di RS terdekat.
1. Pengkajian
Dalam pengkajian bayi baru lahir maka pengkajian yang dilakukan yaitu dengan menggali
data dari data subyektif dan obyektif yang membantu perawat dalam menentukan
permasalahn yang dialami bayi dan mampu menentukan tindakan yang akan diberikan
kepada bayi dan keluarga(Anik, 2013).
a. Biodata
Pada pengkajian ini berisi data tentang identitas bayi, identitas orang tua, keluhan utama
seperti PB< 45cm, LD < 30cm, LK < 33 cm, Hipotermi, kemudian riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu
b. Masalah yang berkaitan dengan ibu
Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten
servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus. Status sosial ekonomi yang
rendah, dan tiadanya perawatan sebelum kelahiran (prenatal care). Riwayat kelahiran
prematur atau pernah aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok dan kafein. Riwayat
ibu: umur di bawah 16 tahun atau di atas 35.
Tahun dan latar belakang pendidikan rendah, tiadanya perawatan sebelum kelahiran dan
rendahnya gizi, konsultasi genetik yang pernah dilakukan, kelahiran prematur sebelumnya
dan jarak kehamilan yang berdekatan.
c. Bayi pada saat kelahiran
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat
kelahiran, SGA, atau terlalu besar dibandingkan umur kehamilan, berat biasanya kurang
dari 2500 gram, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih
besar dibandingkan badan, kelainan fisik yang mungkin terlihat.
1) Kardiovaskular
Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit pada bagian apekal dengan ritme yang
teratur pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada setengah bagian interkostal,
yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena hipertensi atau atelektasis paru.
2) Gastrointestinal
9
Penonjolan abdomen: pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, reflek
menelan dan menghisap yang lemah, ada atau tidak ada anus, ketidak normalan congenital
lain yang mungkin terjadi.
3) Integumen
Kulit yang berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran
bermacam warna, sedikit vernik kaseosa dengan rambut lanugo disekujur tubuh, kurus,
kulit tampak transparan, halus dan mengilap, edema yang menyeluruh atau di bagian
tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut
jarang atau mungkin tidak ada sama sekali, petekie atau ekimosis.
4) Muskuloskeletal
Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak, tulang
tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan lemah dan tidak aktif atau latergik.
5) Neurologis
Reflek dan gerakan pada tes neurologist tampak tidak resisten, gerak refleks hanya
berkembang sebagian, menelan, mengisap, dan batuk sangat lemah atau tidak efektif, tidak
ada atau menurunnya tanda neurologist, mata mungkin tertutup atau mengatup apabila
umur kehamilan belum mencapai 25 sampai 26 minggu, suhu tubuh tidak stabil, biasanya
hipotermia, gemetar, kejang dan mata berputar, biasanya bersifat sementara, tetapi
mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologist.
6) Paru
Jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 per menit diselingi dengan periode apnea,
pernapasan yang tidak terarur, dengan faring nasal (nasal melebar), dengkuran, retraksi
(interkostal, suprasternal, substernal), terdengar suara gemerisik.
7) Ginjal
Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk melarutkan ekskresi di
dalam urine.
8) Reproduksi
Bayi perempuan, klitoris yang menonjol dengan labium mayora yang belum berkembang,
bayi laki-laki skrotum yang belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis
tidak turun ke dalam skrotum.
9) Temuan sikap
Tangis yang lemah, tidak aktif, dan tremor
10
2.8 Pathway
Defisit hormon
Penurunan BMR
Hipotermia
Distres Pernapasan
Hambatan
Pertukaran gas
Ketidakefektifan Pola
Napas
11
2.9 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Hiperventilasi
2. Hambatan pertukaran gas
3. Kerusakan Integritas Kulit
2.9 Intervensi & Kriteria Hasil
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam HE
Hiperventilasi diharapkan masalah pasien dapat 1. Ajarkan pasien bagaimana
teratasi dengan kriteria hasil menggunakan inhaler sesuai
1. Frekuensi pernapasan (5) resep sebagaimana mestinya
2. Irama pernapasan (5) NT
3. Kedalaman Inspirasi (5) 1. Posisikan pasien untuk
4. Kepatenan jalan napas (5) memaksimalkan ventilasi
2. Intruksikan bagaimana bisa
melakukan batuk efektif
3. Bantu dengan dorongan
spirometer, sebagaimana
mestinya
4. Posisikan untuk meringankan
sesak nafas
OB
1. Monitor status pernapasan dan
oksigenasi sebagaimana
mestinya
12
dan perfusi (5) atau tidak adanya ventilasi dan
3. Dispnea saat istirahat (5) keberadaan suara nafas
4. Sianosis (5) tambahan
OB
1. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman, dan kesulitan nafas
2. Monitor suara nafas tambahan
seperti ngorok atau Mengi
3. Monitor saturasi oksigen pada
pasien tersedasi sesuai dengan
protokol yang ada
4. Monitor skemampuan batuk
efektif pada pasien
13
DAFTAR PUSTAKA
Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama, IDAI,
Jakarta
Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991
Melson, Kathryn A & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second
Edition, Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvania, 1994
Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth
Edition,Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 1990
14
15