S YANG
Oleh :
NIM. 18037141086
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. S YANG
Oleh :
NIM. 18037141086
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat serta hidayah-
Nya semata, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah
Universitas Bondowoso.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
2. Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
menyadari bahwa penyusunan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
segenap saran dari perbaikan yang membangun sangat kami harapkan untuk
Penyusun
iii
ABSTRAK
Maulana, SK. 2021, Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. S Pada Sdr. s
Yang Mengalami Skizofrenia Hebefrenik Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakmampuan Koping Keluarga Di Kabupaten
Bondowoso, Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus. Prodi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso
iv
ABSTRACT
Maulana, SK. 2021, Nursing Care for the Family of Mr. S On Mr. s Who Has
Hebephrenic Schizophrenia With Nursing Problems Inability to
Family Coping In Bondowoso District, Case Study Scientific Paper.
DIII Nursing Study Program, Bondowoso University
v
DAFTAR ISI
Abstrak ......................................................................................................................
13
vi
2.1.4 Tipe-Tipe Skizofrenia......................................................................15
vii
4.1 Hasil ............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................82
LAMPIRAN ....................................................................................................84
viii
DAFTAR TABEL
2.2 Tabel Rencana tindakan dan kriteria hasil berdasarkan SLKI dan SIKI .......40
ix
BAB I
PENDAHULUAN
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai
sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Kondisi perkembangan yang tidak
sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun 2014).
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau
waktu yang lama dan sering muncul pada masa remaja akhir atau dewasa muda.
(Fetiara, dkk 2017). Salah satu dari jenis Skizofrenia yakni Skizofrenia
serta afek yang datar atau tidak tepat, serta gangguan asosiasi juga banyak terjadi.
1
2
Skizofrenia Hibefrenik adalah gangguan mental yang bisa terjadi secara perlahan-
lahan ataupun subakut dan sering timbul pada usia 25-35 tahun dengan gejala
utama kekacauan pada proses pikir yang mana hal ini akan berpengaruh terhadap
proses, fungsi maupun komunikasi normal dan ringan pada keluarga. Komunikasi
yang ringan yang tidak dapat di lakukan akan membuat orang terdekat tidak
bertentangan silih berganti atau bersamaan dalam waktu yang sama, yaitu sedih,
koping dengan baik yang akan berpengaruh dengan penderita yang terbatasi
untuk beradaptasi terhadap masalah yang di derita dalam aspek apa saja. Dapat
sulit untuk di lakukan dengan pikiran penderita yang kacau. Karena hal tersebut
gangguan kesehatan mental, hal ini berarti bahwa jumlah penduduk dunia 10%nya
mengalami gangguan kesehatan mental dari ringan sampai berat (WHO 2017).
Data dari world health organization (WHO) skizofrenia merupakan peyakit mental
jumlah penderita skizofrenia sebesar 7 per mil, artinya terdapat 7 per 1000 rumah
3
tangga yang memiliki anggota rumah tangga dengan gangguan jiwa skizofrenia..
mencapai 400.000 jiwa (Depkes, 2019). Data dari Dinas Keseahatan Kabupaten
Bondowoso pada tahun 2020 jumlah penderita Skizofrenia lama cukup tinggi
yakni Laki-laki 269 jiwa, dan Perempuan 169 jiwa. Untuk Penderita Skizofrenia
baru yakni laki-laki 396 jiwa dan Perempuan 209 jiwa. Total penderita
Skizofrenia terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2020 adalah 1043 jiwa.
pada usia remaja atau dewasa muda. Penyebab kekambuhan pada penderita
gangguan skizofrenia hebefrenik pasca dari RSJ adalah keluarga yang kurang
harmonis atau kurang kondusif. Hubungan dengan saudara yang kurang akrab,
penderita yang memang malas serta merasa bosan kontrol secara rutin sehingga
minum obat menjadi tidak teratur. Kurang adanya dukungan dalam pengontrolan
minum obat penderita dari keluarga sehingga rawat jalan menjadi tidak stabil
kemudian faktor di luar keluarga yaitu stressor lingkungan yang berlebihan salah
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab yang pasti terkait skizofrenia,
Penyebab skizofrenia seperti faktor genetik, virus, auto antibody dan m11alnutrisi,
meskipun ada gen yang abnormal skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai
faktor – faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor. Salah satu tanda dan gejala
dari skizofrenia adalah kacaunya perilaku dan pikiran serta sulit untuk berinteraksi
4
dan berkomunikasi. Orang dengan skizofrenia akan berperilaku banyak diam dan
sekitarnya (Yosep 2014). Manusia merupakan makhluk sosial yang tak lepas dari
serta untuk beradaptasi dengan lingkungan, apabila hal tersebut tidak teratasi
maka proses interaksi antar sesama manusia khususnya keluarga akan terganggu
(Berhimpong, 2016).
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan menyendiri, tidak ada
menjadi support system (Chien, 2008). Terapi suportif terdiri dari empat sesi
untuk saling bertukar pengalaman mengenai masalah tertentu agar koping anggota
support system (Chien, 2008). Terapi suportif terdiri dari empat sesi yakni
untuk saling bertukar pengalaman mengenai masalah tertentu agar koping anggota
Keperawatan Indonesia) tahun 2018, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kematian dan berduka (jika perlu), Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien
6
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada
2021.
tahun 2021.
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan suatu bentuk psikosis yang sering dijumpai sejak zaman dahulu.
terhadap realitas dan hilangnya daya titik diri (insight)(sadock et al., 2014). Pada
jiwa berat seperti halusinasi, waham, perilaku yang kacau, dan pembicaraan yang
(sering mengalami kekambuhan) serta yang paling banyak diderita, kira-kira 60%
penderita gangguan jiwa menderita gangguan skizofrenia dan 40% dari total
9
10
menangis, dan menarik diri secara ekstrim. Skizofrenia dengan jenis hebefrenik
termasuk kategori yang cukup parah serta mempunyai prognosis yang terburuk
kanakan. Pada survey awal di RSJ Pujon ditemukan bahwa gangguan yang sering
2007).
retak atau pecah (split), dan “phren” yang artinya pikiran, yang selalu
(sering mengalami kekambuhan) serta yang paling banyak diderita, kira-kira 60%
penderita gangguan jiwa menderita gangguan skizofrenia dan 40% dari total
termasuk kategori yang cukup parah serta mempunyai prognosis yang terburuk
kanakan. Pada survey awal di RSJ Pujon ditemukan bahwa gangguan yang sering
2007)
2.1.2. Etiologi
antara lain adalah infeksi prenatal (first hit) dimana dengan gen “rentan” tertentu
tersebut akan berlanjut apabila pada masa dewasa seseorang terpapar faktor-faktor
seperti trauma, stressor social, dan aktifitas infalmasi (secondary hit) sehingga
aktivitas reseptor lainnya yang akan berujung pada fase psikosis dari skizofrenia.
dorongan seksual primitive atau agresi atau impuls yang berasal dari id. impuls-
yang kuat. Dibawah ancaman seperti itu, orang tersebut mundur ke periode awal
dari tahap oral, yang disebut sebagai narasisme primer. Karena ego menjembatani
hubungan antar diri dengan dunia luar, kerusakan pada fungsi ego ini berpengaruh
perspektif lainnya adalah perspektif biologis. Banyak peneliti saat ini mengetahui
12
bahwa faktor biologis memainkan peranan penting (Nevid, 2005). Beberapa teori
(2018) :
skizofrenia jika kedua orang tuanya menderita skizofrenia.Jika salah satu dari
sebanyak 12%.
pengurangan densitas akson, dendrit dan sinaps yang erat kaitannya dengan
suara dan sensitif terhadap suara ribut.Hal ini dapat menimbulkan halusinasi
pendengaran.
2.1.3. Patofisiologi
dan hipotesis perkembangan syaraf terkait dengan abnormalitas pada otak (Reid
mesolimbik otak. Fokus ini sebagian besar disebabkan oleh penemuan kebetulan
gejala psikotik. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa amfetamin, yang memicu
(Howes et. all 2012). Hipotesis dopamin sekarang dianggap sederhana, sebagian
karena pengobatan antipsikotik yang lebih baru (obat antipsikotik atipikal) dapat
sama efektifnya dengan pengobatan yang lebih tua (obat antipsikotik khas), tetapi
skizofrenia adalah gejala katatonik yang berupa stupor, atau gaduh gelisah.
4. Gangguan afek Gangguan afek yang sering muncul yaitu kedangkalan respon
yaitu halusinasi. Halusinasi sendiri terjadi pada salah satu panca indra.
waham.
a) Inkohorensi yaitu jalan pikiran yang kacau , tidak dapat mengerti apa
maksudnya.
b) Alam perasaan yang datar tanpa eskpresi serta tidak serasi atau
setololtololnya.
f) Perilaku aneh.
lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga
a) Waham Kebesaran
perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari
pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional atau
Tipe ini tidak dapat dimasukkan kedalam tipe-tipe skizofrenia yang lain,
c) Skizofrenia Laten
d) Gangguan Skizoafektif
Gambaran klinis tipe ini adalah dinominasi oleh gangguan pada alam
2.1.6. Penatalaksanaan
1. Terapi fase akut Pada fase ini pasien memperlihatkan tanda psikotik yang
2. Terapi fase stabilisasi Pada fase ini dubutuhkan pengobatan yang rutin
untuk pemulihan yang lebih stabil karena pasien masih memiliki tingkat
Terapi untuk skizofrenia dibagi menjadi terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi :
keparahan penyakit.
18
dirancang khusus untuk pasien yang fungsi sosialnya buruk dan bertujuan untuk
unsur pada PACT adalah menekankan pada kemampuan pasien untuk beradaptasi
masa perawatan di rumah sakit dan memperbaiki kondisi kehidupan pasien secara
umum.
dalam merawat penderita dengan gangguan jiwa (Cheryl dkk, 2016). Vander
keluarga.Karena jika keluarga tidak mampu mampu merawat pasien dengan baik
terutama jika menginginkan perbaikan umum dan pengurangan gejala yang cepat
tiga tahap yakni terapi akut, terapi stabilisasi dan terapi pemeliharaan. Terapi akut
dilakukan pada tujuh hari pertama dengan tujuan mengurangi agitasi, agresi,
ansietas, dll. Benzodiazepin terapi stabilisasi dimulai pada minggu kedua atau
satu atap atau serumah dan jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama
Keluarga adalah perkumpulan 2 orang atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
membesarkan anak.
royong
secara musyawarah.
4. Berbentuk monogram
5. Bertanggung jawab
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga
keluarga.
tipe keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normative atau non
a. Keluarga tradisional
1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga
yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua campuran
2. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier tunggal atau
karier keduanya.
perceraian.
6. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-
1. Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan
anak.
hukum tertentu.
keperawatan bahwa tidak ada bentuk keluarga yang benar atau salah, layak atau
tidak layak, melainkan keluarga harus dipahami dalam konteksnya, tipe tersebut
hanya sebuah referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan berbagai kerangka
24
1. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
2. Maltrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa
3. Matrilokal
4. Patrilokal
5. Keluarga kawinan
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi
keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus
1. Fungsi afektif
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
miliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.
keluarga.
afektif adalah:
mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan,
yang hangat dan mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan
menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain di luar keluarga.
dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak di akui dan di hargai
kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai
anak dan antar anak melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti
ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proees identifikasi yang
26
positif dimana anak meniru perilaku orang tua melalui hubungan interaksi
mereka.
keluarga. Sering penceraian, kenalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi Reproduksi
berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak
kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya
4. Fungsi Ekonomi
dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit
dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan (gakin atau pra keluarga
gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
masing-masing
Peran adalah suatu yang diharapkan secara normatife dari seorang dalam
adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
28
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
Terdapat enam peran dasar yang membentuk posisi social sebagai suami
c. Perawatan anak
d. Rekreasi
e. Persaudaraan (kinship)
g. Seksual
seiring dengan adanya emansipasi. Wanita saat ini tidak lagi semata mata sebagai
ibu rumah tangga atau pengasuh anak, melainkan mereka juga bekerj atau mencari
Dimasa lalu pria memiliki hak untuk menentukan kegiatan seksual dengan
istrinya, tapi tidak merasa punya kewajiban memberi kepuasan pada istri. Tetapi
dan memantau perkembangan keluarga. Jika orang tua mereka sudah tua, maka
mereka akan kembali pada anak wanita. Peran tersebut membuat wanita menjadi
generasi terjepit dan jenis kelamin terjepit, karena dia terperangkap antara
memenuhi kebutuhan orang tua dan anak-anaknya dalam jangka waktu yang lama.
didalam buku Padila (2012) membagi fungsi-fungsi simbolis kakek atau nenek
adalah
2.3.1 Pengkajian
psikologis, social dan spiritual. Data pada pengkajian dalam keperawatan jiwa
awal dan dasar dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
30
pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual. Data
kemampuan koping yang di miliki oleh klien (Stuart, 2007). Data yang diperoleh
dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu data objektif dan subjektif..
karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk
antisipasi masalah.
menimbulkan masalah
dipahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan tiga komponen yang terdapat
pada pohon masalah yaitu : penyebab (causa), masalah utama (core problem), dan
effect (akibat).
masalah ya ng dimiliki klien. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah
klien yang merupakan penyebab masalah utama. Akibat adalahsalah satu dari
beberapa masalah klien yang merupakan efek / akibat dari masalah utama.
yaitu:
Hal-hal yang perlu dikaji, yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,
2) Faktor Predisposisi
a) Faktor Perkembangan
tumbuh kembang.
b) Faktor Sosiokultural
c) Faktor Biokimia
d) Faktor Psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecamasan yang tinggi dan cenderung
menutup diri.
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang di asuh oleh orang tua
3) Faktor Presipitasi
penerimaan abnormal).
4) Faktor Pemicu
a) Kesehatan
b) Lingkungan
c) Sikap
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri),
spiritual.
d) Faktor Perilaku
tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak
maampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
33
tidak nyata.
5) Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang perlu dikaji saat melakukan pemeriksaan fisik adalah tanda-
tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan
h) Proses pikir : proses informasi yang di terima tidak berfungsi dengan baik
k) Memori
Mengkaji pola aktivitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan
BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan serta
7) Mekanisme Koping
34
c) Menarik diri : perasaan yang sulit untuk mempercayai orang lain dan
tempat tinggal.
Mengkaji pola aktivitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan
BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan serta
c) Menarik diri : perasaan yang sulit untuk mempercayai orang lain dan
tempat tinggal.
35
Skala :
Tidak/kurang sehat 3 1
2/3x1=2/3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala :
2/2x2=2
Mudah 3 2
Sebagian 2
Tidak dapat 1
0
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3 1 3/3x1=1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah
Skala :
harus segera 1
ditangani 0
tidak perlu
36
ditangani
Masalah tidak
dirasakan
Jumlah 3 2/3
keperawatan keluarga
criteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar (3) diberikan pada
tidak/ kurang sehat karna kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan oleh
keluarga, ancaman kesehatan skor dua dna keadaan sejahtera skor satu.
menangani masalah
tenaga
waktu
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu
Definisi :
Penyebab
Subjektif
1. Merasa diabaikan
38
Objektif
2. Tidak toleran
Subjektif
1. Terlalu khawatir dengan anggota keluarga
2. Merasa tertekan
Objektif
1. Perilaku menyerang (agresi)
3. Tidak berkomitmen
5. Perilaku menolak
9. Tidak berkomitmen
2.3.3 Intervensi
mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan
1. Intervensi supplemental
2. Intervensi fasilitatif
kesehatan dirumah.
3. Intervensi perkembangan
Tabel 2.2 Rencana Tindakan dan Kriteria Hasil Berdasarkan SLKI dan SIKI
b) Kekhawatiran tentang anggota keluarga (5) b) Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien,
d) Perilaku mengabaikan anggota keluarga (5) c) Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan
g) Komunikasi antara anggota keluarga (5) pasien dan keluarga atau anatar anggota
yang tersedia
2.3.4 Implementasi
yang telah ditetapkan. Kegiatan alam pelaksana juga meliputi pengumpulan data
2.3.5 Evaluasi
yang meliputi perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
41
METODOLOGI PENELITIAN
kasus dibatasi waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa
aktivitas / individu.
Studi kasus dalam proposal karya tulis ini adalah untuk mengeksplorasi
yang menjadi focus dalam penulisan studi kasus. Batasan istilah disusun secara
naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi sebagai tanda atau ciri khas
Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada
42
43
1. Proses Keperawatan
3. Skizofrenia Hebrefenik
menangis, dan menarik diri secara ekstrim. Skizofrenia dengan jenis hebefrenik
termasuk kategori yang cukup parah serta mempunyai prognosis yang terburuk
keluarga maka perlu menuliskan alamat yang digunakan setingkat desa, serta
waktu yang digunakan dalam penyusunan studi kasus. Waktu yang di butuhkan
dalam penelitian ini adalah 2 minggu (dengan jumlah kunjungan 14 kali selama
masa perawatan dimana dalam 1 hari terdapat 1 kali kunjungan). Akan tetapi,
untuk waktu penelitian harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah
lakukan pada satu keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami
skizofrenia dimana anggota keluarga tersebut adalah salah satu penduduk yang
akan diteliti. Partisipan dalam studi kasus keperawatan adalah klien dan keluarga.
Subyek yang akan digunakan adalah satu klien atau satu keluarga (satu kasus)
dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sesuai dengan judul.
Dalam penyusunan studi kasus ini, partisipan adalah satu kasus atau klien yang di
rawat di rumah.
45
Partisipan dan penyusunan studi kasus ini adalah satu keluarga dengan
penelitian yaitu:
ini, peneliti harus mengajukan judul yang telah di setujui oleh dosen pembimbing,
Perkusi, Dan Auskultasi) pada system tubuh klien. Setelah itu di lakukan Studi
menentukan tujuan dan kriteria hasil dengan berpedoman pada SIKI (Standar
evaluasi secara sumatif dan formatif. Dalam tahap ini, ada beberapa kegiatan yang
b. Pengamatan (Observasi)
seorang partisipan;
seorang pengamatan;
c. Wawancara
catatan wawancara;
d. Dokumen
seseorang.
arsip resmi);
e. Bahan Audivisual
adalah:
kelompok;
utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah
mengorganisasikan data yaitu, data teks seperti transkrip atau data gambar seperti
foto untuk analisis, kemudian mereduksi data tersebut menjadi tema melalui
proses pengkodean dan peringkasan kode dan terakhir menyajikan data dalam
1.Pengumpulan data
2. Mereduksi data
pada hal-hal yang penting, di cari tema dan pola, dengan demikian data yang telah
di perlukan.
hasil (wawancara, observasi, dan dokumen) yang telah di salin dalam bentuk
3.Penyajian data
50
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan
teks naratif. Kerahasian klien dijaga dengan mengaburkan identitas dari klien.
4.Kesimpulan
memberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada responden, jika
responden menolak, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang di dapat untuk
3. Confidentiality ( kerahasian )
4.1 Hasil
teori dengan susunan fakta, teori, dan opini pembahasan asuhan keperawatan
keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang skizofrenia hebefrenik dengan
Koping Keluarga selama 2 minggu (14 hari) terhitung dari tanggal 24 Agustus
dari ayah, ibu, 2 saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Peneliti tersebut
dilakukan selama 7 kali kunjungan dalam 2 minggu, rumah Sdr.S yang ditempati
5 x 10 meter persegi dengan 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi .
Tipe rumah permanen, keadaan lantai terbuat dari plesteran, ventilasi rumah
kurang dan pencahayaan diruang tengah dan kamar tidur belakang. Rumah Sdr. S
berada dilingkungan yang kurang bersih serta tidak terlalu jauh dari jalan raya,
jarak pelayanan kesehatan seperti puskesmas kurang lebih 500 meter dengan
rumah keluarga Sdr. S, jika keluarga sakit selalu menuju puskesmas terdekat.
52
53
4.1.2. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengakajian yang telah dilakukan keluarga Sdr. S di
A. Identitas Peneliti
B. Data Keluarga
pekerjaan saat ini Buruh harian lepas. Tn. S beragama Islam dan bersuku madura
sehingga bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu Bahasa madura namun Tn. S ini
terdekat Puskesmas Kotakulon ±500 meter, alat transpotasi yang digunakan becak
Tn. S adalah kepala keluarga yang berusia 50 tahun, jenis kelamin laki-
laki. Bersuku madura sehingga Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa
buruh harian lepas. Status gizi tinggi badan 159 cm, berat badan 55 kg, tanda-
Istri dari Tn. S adalah Ny. H yang berusia 46 tahun, jenis kelamin
bahasa madura. Pendidikan terakhir adalah tamat SD, dan pekerjaan Ny. H saat ini
sebagai ibu rumah tangga. Status gizi tinggi badan 150 cm, berat badan 47 kg,
Sdr. M adalah anak pertama dari Ny. N yang berusia 26 tahun, jenis
kelamin laki-laki. Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Madura dan
bahasa indonesia. Pendidikan terakhir SLTP, bekerja sebagai buruh harian lepas.
Status gizi tinggi badan 164 cm, berat badan 61 kg, tanda-tanda vital: TD : 110/80
Sdr. S adalah anak ke-dua dari Ny. N yang berusia 25 tahun, jenis kelamin
laki laki
Pendidikan terakhir SLTP, bekerja sebagai nuruh harian lepas. Status gizi : tinggi
badan 158 cm, berat badan: 57 kg, dengan tanda tanda vital, TD : 120/70 mmhg;
Nn. Y adalah anak ke-tiga dari Ny. N yang berusia 16 tahun, jenis kelamin
perempuan, bahasa yang biasa di gunakan adalah bahasa Madura dan bahasa
Indonesia. Pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai buruh harian lepas. Status gizi
55
tinggi badan 149 cm, berat badan 43 kg, dengan tanda vital, TD : 120/60 mmhg;
An. M adalah anak ke-empat dari Ny. N yang berusia 13 tahun, jenis
kelamin perempuan, bahasa yang biasa di gunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Madura. Pendidikan belum tamat sederajat, pelajar, status gizi tinggi badan 138
cm, berat badan 34 kg, dengan tanda vital, N: 80x/menit; S : 36◦C ; P : 20x/menit,
An. M adalah anak ke-lima dari Ny. N yang berusia 7 tahun, jenis kelamin
laki laki, bahasa yang biasa di gunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura.
Pendidikan belum tamat sederajat, pelajar, status gizi tinggi badan 120 cm, berat
3) Data Lanjutan
kesehatan seluruh anggota keluarga saat ini sehat dan tidak mempunyai riwayat
alergi, terkecuali Sdr. S yang menderita skizofrenia hebefrenik dan Sdr. M yang
Tugas keluarga dalam keluarga dapat dijalankan sesuai dengan peran dari
memenuhi kebutuhan sehari-hari dilakukan oleh Tn. S, Sdr. M, Sdr. S dan Nn. Y,
B. Struktur keluarga
56
hanya jika penting saja, tidak pernah mengobrol seperti curhat masalah yang di
hadapi dan lain lain. Peran keluarga tidak ada masalah setiap keluarga menjalan
tugasnya sebagai satu anggota keluarga. Tidak ada konflik dari nilai dan norma
keluarga.
C. Fungsi keluarga
anaknya berhubungan dengan orang lain, fungsi sosial berfungsi dimana Anggota
dengan bekerja.
mengobrol satu sama lain dan hanya berbicara seperlunya saja, sehingga tidak ada
sering terjadi pertengkaran antara ibu dan ayah di depan anak-anaknya, sang anak
yang juga merasa memiliki beban karna ikut menjadi tulang punggung keluarga,
dan tidak ada komunikasi yang baik antara keluarga terutama anak, karena takut
sehingga anak merasa tertekan, sehingga setiap anggota keluarga sulit untuk
E. Data penunjang
57
keluarga 7orang. Rumah Tn. S terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur,
dan 1 kamar mandi. Tipe rumah permanen, keadaan lantai terbuat dari plester
semen dan kepemilikan rumah sendiri. Ventilasi rumah cukup yang terdapat
disetiap ruangan. Pencahayaan dirumah Tn. S baik karena sinar matahari dapat
masuk. Keluarga Tn. R ini untuk saluran pembuangan limbah cukup membuang
limbah di saluran got tertutup. Keluarga Tn. S menggunakan jamban leher angsa
jongkok (WC)
terdapat ibu nifas, tidak terdapat bayi, tidak terdapat balita. Keluarga Tn. S
menggunakan air bersih untuk kebersihan diri, makan dan minum sebelum
tangan setelah makan dengan menggunakan air bersih. Rumah Tn. S terdapat
sampah pada halaman belakang rumah dan tiap minggu dibakar. Keluarga Tn. S
rumah seperti menyapu rumah dan membersihkan perabotan rumah dan jarang
berolahraga. Dirumah keluarga Tn. S tidak ada yang menggunakan alkohol dan
zat adiktif namun terdapat anggota keluarga yang merokok yaitu Tn. S dan Sdr.
M.
58
Keluarga
keluarga dimana keluarga Tn. S mengatakan ketika ada anggota keluarga yang
anggota keluarganya yaitu Sdr. S sudah seperti setelah pulang dari perantauan.
masalah kesehatan yang dialami Sdr. S dan jika di biarakan sendiri nanti akan
G. Kemandirian keluarga
status kesehatan Sdr. S saat ini yaitu: keadaan umum baik, kesadaran.
TD : 120/70mmHg P : 20 x/menit
S : 36,2 oC N : 82 x/menit.
status gizi (tinggi badan: 158 cm, berat badan: 57 kg, BMI: 22,8).
sianosis, akral dingin, diaporesis, jaundice, luka, mukosa mulut kering, kapiler
intake cairan kurang, mual atau muntah, nyeri perut, muntah darah, flatus, distensi
Pemeriksaan status mental pada Sdr. S. Sdr. S acapkali menarik diri dari
lainnya, selain itu tidak ada perilaku tidak normal lain yang di tunjukkan oleh Sdr.
Pasien dapat merawat dirinya dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
N Tanggal Diagnosa
Data Etiologi
o Keperawatan
1. 27 Agustus 2021 Ds : b.d tidak mampu Ketidakmampuan
a. Keluarga mengatakan mengungkapkan Koping Keluarga
tidak mengetahui perasaan
kebutuhan apa saja yang
diperlukan pada anak yang
mengalami Skizofrenia
hebefrenik.
b. Keluarga mengatakan jika
anggota keluarga sakit
anggota keluarga pergi ke
puskesmas terdekat.
c. Keluarga mengatakan
tidak tahu cara merawat
anggota keluarga yang
sakit skizofrenia
hebrefenik.
d. Pasien sering merasa
diabaikan
e. Ketidakmampuan pasien
dan orang terdekat
mengungkapkan perasaan
f. Perilaku keluarga
individualistik
DO :
a. Saat ditanya keluarga tidak
cepat menjawab dan
kebingungan
b. Klien terlihat tidak aktif
dan jarang mengobrol
dengan keluarganya
c. Klien dan keluarga terlihat
jarang mengobrol,
bersosialisasi dan
hubungan kurang terjalin
62
SCORING/PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
DiagnosaKeperawatan : Ketidakmampuan Koping Keluarga Tanggal/Hari : 27 Agustus 2021/ Senin
KRITERIA SKOR BOBOT SCORING PEMBENARAN
Sifat Masalah Merupakan sifat masalah yang dikarenakan karna ke
Skala : individualistikan para anggota keluarga.
Tidak/Kurang Sehat 3 1 2/3x1 = 2/3
Ancaman Kesehatan 2
Keadaan Sejahtera 1
Kemungkinan masalah dapat diubah Keluarga mengatakan jarang mengobrol, bertukar pendapat
Skala : bahkan jarang mengungkapkan perasaan antar anggota
Mudah 2 2 2/2x2 = 2 keluarga
Sebagian 1
Tidakdapat 0
Potensial Masalah untuk Dicegah
Skala : Sulit untuk di cegah jika anggota keluarga masih belum
Tinggi 3 1 3/3x1= 1 terbuka satu sama lain
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya Masalah Masalah keluarga tidak dirasakan karena menggapnya hal
Skala : sepele saja
Masalahberat, harus segera ditangani 2 1 0/2x1 = 0
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
3 2/3
Jumlah Skor
63
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal : kamis/ 26 Agustus 2021
DiagnosaKeperawatan Tujuan Evaluasi
Intervensi
TUM TUK Kriteria Standar
Ketidakmampuan koping Setelah dilakukan1. Komunikasi antara Respon 1. Keluarga mampu memenuhi Dukungan koping keluarga
keluarga asuhan keperawatan anggota keluarga (5) verbal peran sesuai usia 1. observasi
selama 7 kali
2. Perilaku 2. Keluarga mengetahui
a. Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
kunjungan dalam 2 individualistik (5) perilaku koping adaptif b. Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga
minggu, keluarga
3. Perilaku 3. Keluarga mampu mengatasi2. Terapeutik
mampu berprilaku mengabaikan anggota masalah Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
mendukung, memberi keluarga (5) 4. Keluarga mampu membina Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan
rasa nyaman,4. Perasaan diabaikan hubungan keluarga atau antar anggota keluarga
membantu dan (5) 5. Keluarga dapat melakukan Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
memotivasi anggota Keterangan : perawatan/pencegahan digunakan
keluarga lain 1 = meningkat 6. Keluarga dapat menjauhakan Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk
2 = cukup meningkat diri dari sifat acuh menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat
3 = sedang 7. Keluarga mampu memberikan perawatan
4 = cukup menurun menghilangkan perilaku Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
5 = menurun individualistic digunakan
3. Edukasi
Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang
tersedia
64
4.2 Pembahasan
Penulis akan membahas mengenai keluarga binaan dan merujuk pada teori
dan evaluasi.
4.2.1 Pengkajian
terdapat data keluarga Sdr. S yang berusia 25 tahun tinggal bersama ayah, ibu,
dua saudara perempuan dan dua saudara laki-laki. Keluarga Sdr. S kurang
mengetahui tentang hal apa saja yang mempengaruhi Skizofrenia hebrefenik yaitu
seperti hubungan keluarga kurang baik, pola koping orang keluarga, serta
Menurut penulis, masalah yang terjadi pada keluarga Sdr. S tidak sesuai
dengan teori, karena keluarga Sdr. S tidak dapat menjalankan tugas keluarga
penyakit, maka hal ini akan menjadi beban tersendiri pada anggota keluarga
tersebut yang akan berpengaruh juga pada fungsi dan peran. Sejalan dengan teori
72
penelitian yang dilakukan oleh Risnasari (2014) seseorang penderita diabetes akan
menjalani program terapi (Brunner dan Suddart, 2002), tingkat kepatuhan pasien
dkk, 2001).
perasaan karena perasaan takut, malu, canggung dan takut merasa di abaikan
Strategi yang digunakan oleh individu dalam mengatasi stres inilah yang
disebut coping stres yaitu suatu proses pemulihan kembali dari pengaruh
pengalaman stres atau reaksi fisik dan psikis yang berupa perasaan tidak enak,
tidak nyaman atau tertekan yang sedang dihadapi individu yang meliputi strategi
kognitif dan perilaku yang digunakan untuk mengelola situasi penuh stres dan
emosi, dan salah satunya adalah upaya individu menyelesaikan masalah secara
penunjang pada klien tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu dimana kondisi
keluarga Sdr. S yang mana harus ada pengungkapan perasaan dan tidak
individualistik.
Koping Keluarga yang telah sesuai dengan teori. Penulis mengambil salah satu
dengan alasan mengacu pada data pengkajian yaitu data subjektif antara lain
sikap individualistik.
SDKI (2018-2020) yaitu perlaku orang terdekat (anggota keluarga atau orang
73
berarti) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradapatasi dengan
masalah kesehatan yang dihadapi klien. Berdasarkan data subjektif dan objektif
koping keluarga.
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan umum dan tujuan khusus,
penetapan standart dan kriteria dimana tujuan tersebut telah sesuai dengan teori
untuk mengatasi masalah keluarga. Intervensi yang dibuat oleh penulis adalah
atau antar anggota keluarga Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan, Hargai dan dukung
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu menekankan pada perubahan
perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri dan lebih baik ada batas
74
waktunya, kemudian tujuan khusus ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai
setiap harinya.
keparahan kondisi keluarga dengan cara yang tepat, bantu pasien menyadari
kemampuan untuk mencegah kondisi dengan cara yang tepat, bantu pasien
menyadari kemampuan kontrol atas perkembangan kondisi dengan cara yang tepat
dan seterusnya
dengan teori yang ada. Implementasi yang dilakukan sebagian besar mengacu
asuhan keperawatan pada keluarga selama 7 kali kunjungan yang akan di lakukan
intervensi yang di mulai pukul 09.00 WIB pada keluarga Sdr.S yaitu
klien, respon : Klien dan keluarga kooperatif, pukul 09.10 WIB memperkenalkan
diri dan menjelaskan tujuan perawat melakukan asuhan keperawatan selama 7 kali
75
kunjungan kepada keluarga dan klien , respon : keluarga dan klien kooperatif dan
emosional terhadap kondisi saat ini, Respon : Keluarga menceritakan kondisi saat
ini, pukul 09.10 WIB Mengidentifikasi kesesuaian antar harapan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan, Respon : Keluarga berharap Sdr.S dapat harmonis, Pukul
Keluarga kurang terbuka masih belum bercerita sepenuhnya, pukul 09.30 WIB
telah dilakukan 4 implementasi dari 9 intervensi yang di mulai pada pukul 08.00
WIB yaitu Mengidentifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini, Respon :
Keluarga setuju dengan rencana perawatan, pukul 08.20 WIB Mengontrak waktu
pertemuan selanjutnya dengan keluarga dan klien Respon : keluarga dan klien
2021 telah dilakukan 4 implementasi dari 9 intervensi yang di mulai pada pukul
percaya kepada keluarga dan klien Respon : keluarga dan klien kooperatif, pukul
76
keluarga untuk menenagkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan
perawatan, Respon : keluarga kooperatif dan merasa lenih tenang, pukul 08.20
WIB Mengontrak waktu pertemuan selanjutnya dengan keluarga dan klien Respon
2021 telah dilakukan 4 implementasi dari 9 intervensi yang di mulai pada pukul
percaya kepada keluarga dan klien Respon : keluarga dan klien kooperatif, pukul
16.05 WIB bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien jika
2021 telah dilakukan 5 implementasi dari 9 intervensi yang di mulai pada pukul
terus melatih koping komunikasi, pukul 09.15 WIB Hargai dan dukung
merasa lebih baik, pukul 09.30 Mengontrak waktu pertemuan selanjutnya dengan
keluarga dan klien Respon : keluarga dan klien kooperatif dan setuju.
2021 telah dilakukan 5 implementasi dari 9 intervensi yang di mulai pada pukul
77
yang dilakukan pasien Respon :keluarga tampak lebih nyaman satu sama lain,
pukul 10.10 WIB Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
pola kebiasaan dan pola pikir Sdr. S Respon : keluarga kooperatif, pukul 10.20
dari penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi
serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat criteria dan standar.
mencapai tujuan.
membenarkan bahwa pada prinsipnya antara teori-teori yang ada dengan kasus
beberapa improvisasi.
pada keluarga Sdr. S. Pada hari pertama hasil evaluasi sebagai berikut : Data
keluarga Sdr. S. Pada hari kedua hasil evaluasi sebagai berikut : data subjekif
Keluarga saling tidak memberi perhatian kepada sesama anggota keluarga dan
Sdr. S, Keluarga berharap ingin harmonis dan tidak ada masalah yang terpendam.
Data objektif Keluarga mau bercerita walaupun seperti masih ada yang di
keluarga Sdr. S. Pada hari ketiga hasil evaluasi sebagai berikut : data subjektif S
tentang rencana perawtan yang akan di berikan, Klien setju dengan pertemuan
selanjutnya.
pada keluarga Sdr. S. Pada hari keempat hasil evaluasi sebagai berikut : data
pertemuan selanjutnya.
pada keluarga Sdr. S. Pada hari kelima hasil evaluasi sebagai berikut : data
walau sedikit. Data objektif keluarga mampu mengungkapkan perasaan satu sama
79
dilakukan pada keluarga Sdr. S. Pada hari keenam hasil evaluasi sebagai berikut :
bersikap pada perasaan anggota keluarga yang lain, Keluarga setuju dengan
pertemuan selanjutnya.
keluarga Sdr. S. Pada hari ketujuh hasil evaluasi sebagai berikut : data subjektif
keluarga mengatkan lebih dekat dan akrab setelah sering berkomunikasi untuk
sama lain, keluarga menjalankan asuhan perawatan yang di sepakati dengan baik.
Apabila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang telah disepakati bersama.
perawatan yang di berikan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang ada pada
kunjungan selama 2 minggu, maka dapat disimpulkan masalah pada keluarga Sdr.
S dapat teratasi karena selama perawatan keluarga dan klien kooperatif terhadap
80
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dengan teori, hal tersebut telah disesuaikan dengan kondisi klien dan keluarga.
dialami klien dengan skizofrenia hebefrenik pada keluarga Sdr. S pada kasus
nyata masalah dapat teratasi sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus.
5.2 Saran
Klien diharapkan bisa saling memahami tentang anggota keluaga yang lain
tenang
sama lain, hindari beriskap acuh apalagi dengan keluarga yang sakit, teruskanlah
80
81
lebih maksimal.
82
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D. R., & Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Klinis Dewasa
139-152.
jember.
Poegoeh, D. P., & Hamidah, H. (2016). Peran Dukungan Sosial dan Regulasi
Tim pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standart Luaran Keperawatan Indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standart Luaran Keperawatan Indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standart Luaran Keperawatan Indonesia
Brawijaya Press.
LAMPIRAN
DATA KELUARGA
Nama Kepala Sdr. S Bahasa sehari-hari Bahasa
Keluarga Indonesia
Alamat Rumah Desa Kotakulon Yankes terdekat, Jarak Puskesmas
& Telp Kecamatan
Bondowoso
Pekerjaan Buruh harian Alat transportasi Jalan
lepas kaki/becak
Agama & Suku Islam & Madura Status Kelas Sosial Menegah
kebawah
DATA ANGGOTA KELUARGA
N Nama Hub U J S Pendidi Pekerj Status TTV Status
o dgn si K u kan aan Gizi (TD, N, Imuni
KK a k terakhir Saat (TB, BB, S, P) sasi
u Ini BMI) Dasar
1 Tn. S Kep 5 L M SD Buruh TB: 159 TD: lupa
ala 0 K a harian BB: 55 130/90
kelu d lepas BMI:21, N: 87
arga ur 7 S: 36,2
a P: 20
2 Ny. H Istri 4 P M SD Ibu TD: 150 TD: lupa
6 R a rumah BB: 47 120/80
d tangg BMI:20, N: 90
ur a 8 S: 36
a P:20
3 Sdr.. Ana 2 L SLTP Buruh TD: 164 TD: lengka
M k 6 K harian BB: 61 110/80 p
lepas BMI:22, N: 88
6 S: 36,3
P:22
4 Sdr.S Ana 2 L SLTA Buruh TD: 158 TD: lengka
k 5 K harian BB: 57 120/70 p
lepas BMI:22, N: 82
8 S: 36,2
P:20
5 An.Y Ana 1 P SD Buruh TB: 149 TD: Lengk
k 6 R harian BB: 43 120/60 ap
lepas BMI:19, N: 85
5 S: 36,6
P:18
6 An. M Ana 1 P Belum Pelaja TB: 138 TD: Lengk
k 3 R Tamat r BB: 34 N: 80 ap
Sederaj BMI:17, S: 36
at 8 P:20
7 An. M Ana 7 L Belum Belu TB: 120 TD: Lengk
85
k K Tamat m BB: 25 N: 80 ap
Sederaj BMI:17, S: 36
at 3 P:20
LANJUTAN
Riwayat
N Status Kesehatan
Nama Alat Bantu/ Protesa Penyakit/
o Saat ini
Alergi
1. Tn. S - Sehat Tidak ada
alergi
2. Ny. H - Sehat Tidak ada
alergi
3. Sdr.. - Sehat Skizofrenia
M
4. Sdr.S - Sakit Skizofrenia
5. An.Y - Sehat Tidak ada
alergi
6. An. M - Sehat Tidak ada
alergi
7. An. M - Sehat Tidak ada
alergi
A. GENOGRAM
25
thn
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Meninggal
: Keturunan
: Tinggal serumah
Tugas Keluarga :
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi :
Baik √ Disfungsional
Peran Keluarga :
Nilai/Norma Keluarga :
D. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif :
Fungsi Sosial :
Fungsi Ekonomi :
Mekanisme Koping
pertengkaran keluarga antara ibu dan ayah di depan anak-anaknya, sang anak
yang juga merasa memiliki beban berat karna menjadi tulang punggung keluarga,
dan tidak ada komunikasi yang baik antara keluarga terutama anak karena takut,
seminggu :
tidak/ ya*
Keluarga jarang membersihkan kamar
mandi.
Makan buah dan sayur setiap hari :
Ya/ Tidak*
Keluarga mengkonsumsi sayuran tiap
hari.
Melakukan aktivitas fisik setiap
hari :
Ya/ Tidak*
Aktivitas hanya bekerja dan bersih
bersih rumah
Tidak merokok di dalam rumah :
tidak/ ya*
Suami merokok didalam rumah.
89
Kriteria :
rencana keperawatan.
Kriteria :
rencana keperawatan.
benar.
Kriteria :
rencana keperawatan.
benar.
Kriteria:
rencana keperawatan.
benar.
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
2. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi
3. Menerima yankes sesuai rencana kriteria 1& 2
4. Menyatakan masalah kesehatan secara Kemandirian II : jika memenuhi
benar kriteria 1 s.d 5
5. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran Kemandirian III : jika memenuhi
6. Melaksanakan perawatan sederhana kriteria 1 s.d 6
sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi
7. Melaksanakan tindakan pencegahan kriteria 1 s.d 7
secara aktif
8. Melaksanakan tindakan promotif
secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II v
2.