Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021
Reren Yora Yutari
ABSTRAK
Diagnosa terbanyak klien rawat inap RSJ.Prof.HB.Saanin Padang tahun 2020 yaitu
skizofrenia sebanyak 1.847 orang dengan jumlah klien rawat inap bulan Oktober
sebanyak 184 orang (35,4%), November sebanyak 164 orang (31,5%), dan
Desember sebanyak 172 orang (33%). Klien skizofrenia dengan isolasi sosial di
ruang rawat cendrawasih RSJ.Prof.HB.Saanin Padang bulan Januari-Maret tahun
2021 ditemukan sebanyak 13 orang. Tujuan Penelitian yaitu mendeskripsikan
Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat
Cendrawasih RSJ.Prof.HB.Saanin Padang tahun 2021. Metode penelitian
menggunakan studi kasus dalam bentuk deskriptif. Penelitian dilakukan di Ruang
Rawat Cendrawasih RSJ.Prof.HB.Saanin Padang selama 11 hari dengan populasi
13 orang dan 1 orang sampel. Proses penyusunan dimulai bulan Januari-Juni 2021.
Analisa yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Hasil pengkajian
didapatkan klien sering menyendiri, menghindari interaksi, tidak mempunyai
teman, merasa ditolak, merasa tidak berguna, kontak mata kurang, sering
menunduk, kurang energy, respon verbal singkat dan merasa melihat bayangan.
Diagnosa keperawatan didapatkan isolasi sosial, halusinasi dan harga diri rendah.
Intervensi keperawatan dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan
disesuaikan dengan keadaan klien, hasil evaluasi keperawatan dapat teratasi
ditandai dengan klien mampu berkenalan secara bertahap, mampu mengontrol
halusinasi, merasa percaya diri dari sebelumnya dan bangga dengan kemampuan
yang dilatih. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi perawat di
RS dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan jiwa khususnya klien
isolasi sosial dengan tetap mengoptimalkan kemampuan klien dalam berinteraksi
secara mandiri menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan dan memberikan
reinforcement positif pada setiap kegiatan yang dilakukan agar klien tidak lagi
mengalami isolasi sosial.
vi
HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH PADANG
DIII NURSING STUDY PROGRAM PADANG
Scientific Writing, June 2021
Reren Yora Yutari
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
َِِّ س ِِم
َِللا مال َّر ِحيال َّر ْح َم ِن ْ ِب
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Klien dengan
Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang
Tahun 2021”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada program studi DIII
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Renidayati, SKp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak N.
Rachmadanur, S.Kp, MKM selaku dosen pembimbing 2 yang telah
mengarahkan, membimbing, menyediakan waktu dan memberikan masukan
dengan penuh kesabaran dan perhatian untuk penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreini, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
dan selaku dosen penguji 1 yang telah menyediakan waktu dan memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian untuk penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini .
5. Ibu Ns. Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Pembimbing Akademik
yang telah membimbing, menyediakan waktu dan memberikan masukan selama
perkuliahan di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang dan
selaku dosen penguji 2 yang telah menyediakan waktu dan memberikan
viii
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian untuk penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Dr. Aklima, MPH selaku direktur Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB Saanin
Padang yang telah mengizinkan penulis melakukan pengambilan data awal.
7. Bapak Ns. Syafrizal,S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit
Jiwa. Prof. HB Saanin Padang dan staf yang telah mengizinkan penulis
melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian.
8. Bapak Ns.Agustian,S.Kep selaku Kepala Ruang Rawat Cendrawasih yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian di Ruang Rawat Cendrawasih dan
sudah menyediakan waktu dalam memberikan masukan
9. Bapak/Ibu Dosen dan staf yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI Padang
10. Teristimewa kepada Orang Tua yang telah memberikan dorongan, semangat,
do’a restu dan kasih sayang yang tidak dapat ternilai dengan apapun.
11. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang membacanya, serta penulis mendo’akan semoga
bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga nantinya
dapat membawa manfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan. Amiin.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ..................................... 46
A. Deskripsi Kasus ........................................................................................... 46
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 46
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 52
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 52
4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 56
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 57
B. Pembahasan Kasus....................................................................................... 60
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 60
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 63
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 64
4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 66
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 69
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa menyatakan bahwa
kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang secara fisik, mental, spiritual, sosial dan mempertahankan
keselarasan dalam pengendalian diri, serta dapat terbebas dari stres yang
serius sehingga individu tersebut menyadari bahwa kemampuan yang
dimilikinya dapat mengatasi tekanan dan mampu berkontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa tidak hanya tidak adanya gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan seseorang yang
mencerminkan kedewasaan pribadinya (Hastuti et al., 2019).
Pada konteks kesehatan jiwa, dikenal dua istilah untuk individu yang
mengalami gangguan jiwa yaitu yang pertama orang dengan masalah
kejiwaan (ODMK) merupakan orang yang memiliki masalah fisik, mental,
sosial, pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hidup sehingga
seseorang tersebut beresiko mengalami gangguan jiwa dan istilah yang kedua
yaitu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) merupakan orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Ayuningtyas et al., 2018)
1
2
Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori yaitu positif yang meliputi
adanya waham, halusinasi, disorentasi pikiran, bicara dan perilaku yang tidak
teratur. Sedangkan gejala negatif ini meliputi afek datar, tidak memiliki
kemauan, menarik diri dari masyarakat atau isolasi sosial (Aji Raka
Prihutomo, 2017).
Isolasi sosial yang tidak teratasi akan memberikan dampak pada individu
seperti narcissisme atau mudah marah, melakukan hal yang tak terduga atau
impulsivity, memberlakukan orang lain seperti objek, halusinasi, defisit
perawatan diri dan yang paling fatal individu yang mengalami isolasi sosial
dapat melakukan bunuh diri (Aji Raka Prihutomo, 2017).
Menurut hasil penelitian Ayu Candra Kirana (2018) didapatkan bahwa faktor
predisposisi terjadinya isolasi sosial telah diidentifikasi berdasarkan tiga
aspek yaitu biologi, psikologis dan sosial budaya. Pada faktor biologis klien
isolasi sosial terbanyak mengalami riwayat putus obat atau pengobatan yang
tidak rutin yakni sebesar 95%. Faktor psikologis terbanyak yaitu riwayat
keinginan yang tidak terpenuhi (harapan yang tidak realistis) sebesar 80%.
Pada faktor sosial budaya terbanyak adalah tidak adanya penghasilan atau
kondisi ekonomi yang kurang sebesar 77,5%. Asal stresor yang dialami klien
isolasi sosial ini menunjukkan bahwa seluruh klien memperoleh stresor dari
faktor internal maupun eksternal dari luar klien sebesar 100% (Ayu Candra
Kirana, 2018).
mengalami isolasi sosial ditandai dengan menarik diri, tidak mau bergaul,
menghindar berhubungan dengan orang lain dan pada akhirnya kualitas hidup
klien semakin buruk (Renidayati, 2008).
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang merupakan satu-satunya rumah
sakit jiwa Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dengan kelas Rumah
Sakit Jiwa tipe A yang berada di Jalan Raya Ulu Gadut kota Padang yang
memberikan pelayanan dan pengobatan bagi klien dengan skizofrenia, dan
sebagai pusat rujukan klien gangguan jiwa. Berdasarkan data yang didapatkan
dari Medical Record RSJ Prof. HB. Saanin Padang tahun 2020, data jumlah
klien gangguan jiwa rawat inap pada tahun 2020 sebanyak 2.114 orang
dengan kunjungan baru sebanyak 578 orang (27,34%) dan kunjungan lama
sebanyak 1536 orang (72,65%). Jumlah klien gangguan jiwa rawat inap
selama 3 bulan terakhir didapatkan pada bulan Oktober sampai dengan
Desember tahun 2020 berjumlah 520 orang, dengan rincian bulan Oktober
sebanyak 184 orang, November sebanyak 164 orang, dan Desember sebanyak
172 orang. Berdasarkan tersebut disimpulkan bahwa jumlah klien rawat inap
bulan Oktober 35,4%, pada Bulan November mengalami penurunan menjadi
31,5%, dan pada Bulan Desember mengalami kenaikan menjadi 33,0%
dengan diagnosa terbanyak klien rawat inap selama tahun 2020 yaitu
skizofrenia sebanyak 1.847 orang.
Berdasarkan pengambilan data lebih lanjut dari Medical Record RSJ Prof.
HB. Saanin Padang Tahun 2020, didapatkan bahwa Diagnosis terbanyak pada
tahun 2017 yakni skizofrenia dengan data kunjungan sebanyak 38.332 orang,
sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan dengan klien skizofrenia
sebanyak 19.147 orang, pada tahun 2019 juga mengalami penurunan dengan
klien skizofrenia sebanyak 16.297 orang dan pada tahun 2020 mengalami
peningkatan dengan klien skizofrenia sebanyak 16.934 orang.
Berdasarkan laporan dari tiga ruangan yaitu Ruang Flamboyan, Ruang Melati
dan Ruang Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang diizinkan oleh
Kabid Keperawatan sebagai tempat penelitian untuk tugas akhir, didapatkan
data 3 bulan terakhir dari bulan November tahun 2020 sampai bulan Januari
tahun 2021 klien dengan isolasi sosial di Ruangan rawat inap Flamboyan,
Melati dan Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin Padang mengalami
peningkatan, dimana jumlah klien isolasi sosial pada bulan November
sebanyak 17 orang, bulan Desember sebanyak 18 orang, dan bulan Januari
sebanyak 25 orang.
adanya kunjungan dari pihak keluarga kecuali jika klien sudah dibolehkan
pulang sehingga studi pendahuluan dengan keluarga tidak dilakukan.
Hasil wawancara dengan salah satu perawat ruang rawat inap di Ruang rawat
inap Cendrwasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang, Pelaksanaan yang dilakukan
perawat pada klien isolasi sosial sudah dilakukan dengan menggunakan
strategi pelaksanaan (SP) pada klien dan keluarga, mengajarkan terapi
aktivitas kelompok yang cocok untuk klien dengan gangguan hubungan sosial
yaitu terapi aktivias kelompok sosialisasi (TAKS). TAKS merupakan upaya
untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial, untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi secara bertahap
dengan anggota kelompok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Jiwa Klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih
RSJ. Prof. HB Saanin Padang pada tahun 2021?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial di
Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof.HB Saanin Padang Tahun 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB
Saanin Padang
b. Mendeskripsikan data pengkajian pada klien dengan Isolasi Sosial di
Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB Saanin Padang
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman,
mengaplikasikan ilmu serta kemampuan peneliti dalam mendeskripsikan
Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan isolasi sosial di Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB Saanin Padang
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Penulisan ini diharapkan mampu menjadi bahan dasar masukan bagi
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan dan profeksionalitas khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Isolasi Sosial
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi
penelitian selanjutnya dan mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya
tentang Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial
di kepustakaan institusi.
Isolasi sosial merupakan kondisi dimana klien selalu merasa sendiri dengan
merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Ayu Candra Kirana, 2018).
2. Rentang Respon
Rentang Respon Isolasi Sosial
9
10
Rentang Respon klien isolasi sosial menurut (Deden & Rusdi, 2013):
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara yang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang
berlaku dalam masyarakat. Respon ini meliputi :
1) Menyendiri (Solitude) adalah suatu respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya
dan mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Otonomi adalah kemampuan seseorang untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social.
3) Bekerjasama (Mutuality) adalah kondisi dimana seseorang dalam
hubungan interpersonal mampu saling memberi dan menerima.
4) Saling tergantung (Interdependent) adalah kondisi saling tergantung
antara individu dengan lainnya dalam membina hubungan
interpersonal.
b. Respon antara adaptif dan maladaptif
1) Merasa Sendiri (Loneliness) adalah keadaan ketika seseorang merasa
sendiri karena merasa tidak tahan akan suatu alasan atau menganggap
dirinya sendirian dalam menghadapi masalah, perasaan pemalu, sering
merasa tidak percaya diri dan merasa minder, atau merasa kurang
bergaul.
2) Menarik diri adalah keadaan ketika seseorang menemukan kesulitan
untuk membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
3) Merasa bergantung dengan orang lain (dependent) adalah kondisi
dimana seseorang merasa gagal dalam mengembangkan rasa percaya
dirinya
c. Respon Maladaptif
Respon Maladaptif adalah suatu respon individu yang menyimpang dari
norma sosial dan budaya dilingkungannya. Respon ini meliputi:
1) Manipulasi merupakan proses rekayasa yang dilakukan seseorang
dengan melakukan penambahan, penyembunyian, penghilangan
sebuah realitas, fakta-fakta ataupun sejarah. Gangguan ini
4. Etiologi
Penyebab Isolasi Sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat dan dapat
mencederai diri (Muhith, 2015). Proses terjadinya Isolasi sosial pada klien
menurut (Azizah et al., 2016) :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang. Apabila tugas perkembangan ini tidak
terpenuhi maka akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang
stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu pada masa
bayi akan memberinya rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor Biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Riwayat penyakit atau trauma kepala dan kelainan pada struktur otak
Poltekkes Kemenkes Padang
14
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam diri klien isolasi
sosial adalah (Sutejo, 2017):
a. Proyeksi
Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.
b. Splitting (memisah)
Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan
dirinya dalam menilai baik buruk.
c. Isolasi
Isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun
lingkungan
7. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif adalah
(Wuryaningsih et al., 2018):
a. Keterlibatan dalam hubungan yang luas didalam keluarga maupun teman
b. Menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
seperti kesenian, musik atau tulisan.
8. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri
sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat
menyebabkan defisit perawatan diri (Deden & Rusdi, 2013).
9. Penatalaksanaan
Menurut Dalami dalam (Prabowo, 2014), Penatalaksanaan yang bisa
dilakukan pada klien dengan isolasi sosial adalah :
a. Electro convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya adanya anggota keluarga klien yang lain yang mengalami
gangguan jiwa, pola komunikasi terganggu, begitu pula dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh. Genogram dilihat dari tiga
generasi sebelumnya.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Biasanya berisi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan yang tidak disukai. Biasanya pasien mudah
kecewa, mudah putus asa, dan menutup diri
b) Identitas Diri
Biasanya berisikan status klien atau posisi klien sebelum dirawat.
Keputusan klien sebagai laki-laki atau perempuan. Dan kepuasan
klien terhadap status dan posisinya di sekolah, tempat kerja, dan
kelompok
c) Peran Diri
Biasanya klien menceritakan tentang peran/tugas yang diemban
dalam keluarga/kelompok masyarakat. Kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas atau peran tersebut biasanya mengalami krisis
peran
d) Ideal Diri
Biasanya berisi tentang harapan klien terhadap penyakitnya. Harapan
klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, dan
masyarakat). Dan harapan klien terhadap tubuh, posisi, status dan
tugas atau peran. Biasanya gambaran diri negatif
e) Harga Diri
Biasanya tentang bagaimana cara klien memandang dirinya dan
orang lain sesuai dengan kondisi pada citra diri, identitas diri, peran
diri dan ideal diri. Penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri
dan kehidupannya. Biasanya klien mengalami harga diri rendah
3) Hubungan Sosial
Biasanya klien apatis, tidak mempunyai orang terdekat dan sering
dicemoohkan oleh lingkungan sekitar
4) Spiritual
a) Nilai dan Keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama kurang sekali,
keyakinan agama klien juga terganggu
b) Kegiatan Ibadah
Biasanya klien menjalankan kegiatan ibadah di rumah, saat sakit
ibadah klien terganggu
f. Status Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan klien tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai
dan cara berpakaian pasien tidak seperti biasanya. Kuku panjang,
rambut kusam dan pakaian tampak kotor.
2) Cara Bicara
Biasanya cara bicara klien lambat, membisu dan tidak mampu memulai
pembicaraan
3) Aktivitas Motorik
Biasanya keadaan klien tampak lesu, tegang, gelisah, sering menyendiri
dan tremor
4) Alam Perasaan
Biasanya ditemukan keadaan klien tampak seperti sedih, ketakutan,
putus asa dan khawatir
5) Afek
Biasanya afek pasien datar, tumpul, labil, dan ambivalen
6) Interaksi dalam Wawancara
Biasanya pada saat melakukan wawancara klien tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak mata kurang, dan selalu curiga
7) Persepsi
Biasanya tergantung dari halusinasi yang di derita oleh klien. Seperti
halusinasi pendengaran yaitu mendengarkan sesuatu, halusinasi
2. Pohon Masalah
Pohon masalah merupakan gambaran masalah yang dapat diperkirakan akan
terjadi yang terdiri dari masalah utama, sebab,dan akibat.
Halusinasi Effect
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2016), masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada klien isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Halusinasi (Effect)
b. Isolasi Sosial (Core Problem)
c. Harga Diri Rendah (Causa)
Berikut Intervensi Keperawatan berdasarkan SDKI, SIKI, dan SLKI pada klien
dengan masalah Isolasi Sosial:
Tabel Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Isolasi Sosial Setelah dilakukan asuhan Promosi Sosialisasi
keperawatan diharapkan Observasi:
keterlibatan sosial 1. Identifikasi kemampuan
meningkat dengan kriteria melakukan interaksi dengan
hasil: orang lain
a. Minat Interaksi 2. Identifikasi hambatan
meningkat melakukan interaksi dengan
b. Minat terhadap aktivitas orang lain
meningkat Terapeutik:
c. Verbalisasi isolasi 1. Motivasi meningkatkan
menurun keterlibatan dalam suatu
d. Verbalisasi hubungan
ketidakamanan 2. Motivasi berpartisipasi
ditempat umum dalam aktivitas baru dan
menurun kegiatan kelompok
e. Perilaku menarik diri 3. Diskusikan perencanaan
menurun kegiatan di masa depan
f. Afek murung/sedih 4. Beri umpan balik positif
menurun dalam perawatan diri
g. Kontak mata membaik 5. Beri umpan balik positif
pada setiap peningkatan
kemampuan
Edukasi:
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
2. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang
lain
3. Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegitan khusus
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan
intervensi keperawatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Muhith, 2015). Sebelum melaksanakan Tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,
apakah rencana Tindakan yang akan dilakukan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien. Kemudian setelah dilakukan tindakan keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, segera lakukan evaluasi. Evaluasi terhadap
masalah keperawatan isolasi sosial meliputi kemampuan klien dan
keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat klien.
Evaluasi kemampuan klien isolasi sosial berhasil apabila klien dapat
(Nurhalimah, 2016):
1) Menjelaskan kebiasaan klien dalam berinteraksi.
2) Menjelaskan penyebab klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
3) Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
4) Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
5) Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain, perawat, keluarga,
tetangga.
6) Berkomunikasi dengan teman/keluarga saat melakukan kegiatan harian
7) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial
8) Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang lain
9) Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain
10) Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial
Evaluasi kemampuan keluarga dengan klien isolasi sosial berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Mengenal Isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk merawat klien
2) Membantu klien berinteraksi dengan orang lain
3) Mendampingi klien saat melakukan aktivitas rumah tangga dan kegiatan
sosial sambil berkomunikasi
4) Melibatkan klien melakukan kegiatan harian di rumah dan kegiatan
sosialisasi di lingkungan
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung klien
untuk meningkatkan interaksi sosial
6) Memantau peningkatan kemampuan klien dalam mengatasi Isolasi
sosial
Poltekkes Kemenkes Padang
38
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan
dengan klien dan keluarga. Pendokumentasian dalam asuhan keperaatan
jiwa yaitu pendokumentasian pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan (Deden & Rusdi, 2013)
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu memaparkan
asuhan keperawatan pada klien dengan bentuk rancangan penelitian studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian
satu unit penelitian secara intensif misalnya satu pasien (Nursalam, 2015).
Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial di RSJ Prof. HB.
Saanin Padang tahun 2021.
40
41
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau objek yang
dianggap mewakili seluruh populasi dalam melakukan penelitian (Swarjana,
2015). Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil yaitu satu orang klien
Isolasi sosial yang berada di RSJ. Prof. HB. Saanin Padang dengan
menggunakan pengambilan sampel secara purposive sampling dimana
peneliti menentukan pengambilan sampel dengan menetapkan ciri-ciri
khusus yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eklusi. Adapun kriteria
sampel tersebut yaitu:
a. Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi merupakan penentuan sampel yang didasarkan
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
akan diteliti (Nasir et al., 2011).
1) Klien bersedia menjadi responden dalam penelitian.
2) Klien dengan skizofrenia yang mengalami isolasi sosial
3) Klien memiliki > 5 tanda gejala isolasi sosial
4) Klien yang sudah kooperatif berkomunikasi verbal dengan cukup
baik.
5) Klien tidak gelisah.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria Eklusi merupakan kriteria untuk menghilangkan/ mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi (Nasir et al., 2011).
1) Klien gangguan jiwa berat yang mengalami cacat fisik yang dapat
mengganggu proses penelitian
2) Klien yang mengundurkan diri sebelum proses wawancara selesai
3) Klien yang mengalami gangguan pendengaran dan tidak bisa bicara
4) Klien dan anggota keluarganya menolak untuk dilakukan penelitian
Dari 13 orang klien dengan isolasi sosial ditemukan 8 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi kemudian dilakukan Teknik
simple random sampling dengan cara undian untuk mengambil 1 orang
sampel.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian yang akan dilakukan dalam melakukan pengumpulan
data adalah:
1. Penulis meminta izin penelitian dari institusi penulis yaitu Poltekkes
Kemenkes RI Padang
2. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang
3. Meminta izin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
4. Meminta izin ke Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang
5. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang untuk mengambil data peruangan dan izin dalam
melakukan penelitian
6. Melakukan skrining terhadap klien isolasi sosial yang didapatkan dari
ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2021
7. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian yang
akan dilakukan
8. Informed Consent diberikan kepada responden
9. Responden menandatangani Informed Consent, kemudian meminta waktu
responden untuk melakukan asuhan keperawatan
G. Analisis Data
Analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Data yang ditemukan saat
pengkajian akan dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjectif dan
data objecktif sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan yang
ditemukan pada klien kemudian menyusun intervensi keperawatan dan
melakukan implementasi serta evaluasi keperawatan pada klien tersebut.
Analisis selanjutnya akan membandingkan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien yang dijadikan sampel dengan teori dan penelitian
terdahulu (Yusuf et al., 2015).
A. Deskripsi Kasus
Deskripsi kasus menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan
keperawatan jiwa klien dengan Isolasi Sosial di ruang rawat Cendrawasih
RSJ. Prof. HB. Saanin Padang yang dilakukan pada tanggal 01 Maret 2021
sampai tanggal 13 Maret 2021. Gambaran asuhan keperawatan yang telah
dilakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Hasil pengkajian keperawatan didapatkan data klien bernama Tn.L
berjenis kelamin laki-laki yang berumur 28 tahun dengan nomor rekam
medik 038559, klien mengatakan bahwa ia lahir pada tanggal 23 April
1992, klien beragama khatolik, pendidikan terakhir klien SMA, klien
belum menikah. Klien mempunyai dua orang adik yaitu laki-laki dan
perempuan, klien mengatakan tinggal di Dusun Mapailingan Desa
Katurei Siberut Kepulauan Mentawai namun klien mengaku tersesat
sehingga klien berada di Kota Padang.
b. Alasan Masuk
Klien masuk RSJ Prof. HB. Saanin Padang melalui IGD dan di
pindahkan ke ruang rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang
pada tanggal 14 Desember 2020. Klien dibawa oleh petugas Satpol PP
ke RSJ. Prof. HB. Saanin Padang karena mengganggu, merusak Gedung
Joang dan mengamuk di Jalan Samudra tepi laut Padang. Klien
diketahui gelandangan disekitar daerah Jalan Samudra tepi laut padang
tersebut. Klien mengatakan melempar kaca di geduang joang dengan
batu yang menyebabkan kaki klien berdarah sehingga klien semakin
mengamuk. Kondisi Klien saat dilakukan pengakajian ditemukan klien
46
47
d. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik Tn.L dalam batas normal, ditandai dengan
Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 86 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu: 36,4 0C. Tidak ada keluhan dan kelainan terhadap
pemeriksaan fisik klien
e. Psikososial
7) Genogram
28 Th
Keterangan:
: Laki-Laki : Menikah
: Perempuan : Saudara
: Meninggal
: Klien
Tn.L merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara. Ibu klien
sudah meninggal sejak ia berumur 14 tahun dan mempunyai ibu tiri
diumur 22 tahun. Ayah klien meninggal dunia setelah mentelantarkan
klien karena klien yang masih mengganggu masyarakat ditempat
tinggalnya sejak keluar RSJ. Prof. HB. Saanin Padang pada tahun
2017 sehingga kepala suku di Mentawai tidak menerima kehadiran
klien di lingkungan tempat tinggalnya. Sejak ayah klien meninggal
dunia anggota keluarga klien berpencar sehingga tidak ada anggota
keluarga yang serumah. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa seperti klien
8) Konsep Diri
Konsep diri pada citra tubuh klien mengatakan menyukai semua
anggota tubuhnya, pada identitas diri klien mengatakan bahwa ia anak
pertama dari 3 orang bersaudara dan klien senang menjadi anak laki-
laki, pada peran diri klien mengatakan bahwa ia seorang anak dalam
keluarganya, klien dulunya seorang nelayan yang sering menyelam
untuk membantu perekonomian keluarga, pada ideal diri klien
mengatakan ia ingin cepat pulang dan bertemu keluarganya di
Mentawai dan kembali bekerja sebagai seorang nelayan namun untuk
kembali ke Mentawai klien ingin bekerja sebagai petugas parkir dan
mengumpulkan uang untuk pulang ke Mentawai. Pada harga diri klien
mengatakan bahwa ia merasa malu dan tidak percaya diri untuk
memulai berinteraksi dengan orang lain karena takut ditolak oleh
orang lain dan merasa dirinya tidak berguna bagi orang lain.
f. Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang yang paling berarti dan yang paling dekat
dengannya sejak ibunya meninggal di umur 14 tahun adalah ayahnya
namun klien tidak mengetahui sejak ia ditelantarkan ayahnya sudah
meninggal dunia pada tahun 2018. Klien terlantar di Kota Padang tanpa
ada teman dan merupakan seorang gelandangan, klien mengatakan ia
tidur biasanya di rumah kosong yang tidak dihuni.
g. Spiritual
Klien mengatakan dirinya beragama Khatolik. Klien mengatakan jarang
beribadah dan berdo’a sesuai keyakinannya.
h. Status Mental
Klien berpenampilan kurang rapi, kumis dan jenggot tampak panjang,
kuku klien panjang dan klien mandi satu kali sehari. Saat dilakukan
wawancara klien tampak sering menunduk, kontak mata kurang, klien
tidak mampu memulai pembicaraan, klien banyak diam, klien berbicara
lambat dengan volume kecil. Klien mengatakan merasa kesepian dan
ingin cepat pulang bertemu keluarganya di Mentawai. Klien mempunyai
afek tumpul hanya mau bereaksi apabila diberi stimulus yang kuat. Klien
mengatakan ia kadang melihat bayangan putih disiang hari dan bayangan
hitam dimalam hari. Pada saat berinteraksi klien sering diam dan terhenti
sejenak lalu dilanjutkan kembali apabila diberi pertanyaan ulang. Tingkat
kesadaran klien tampak bingung tetapi klien mengetahui bahwa klien
sekarang berada di Rumah Sakit. Klien tidak mengalami masalah dalam
gangguan daya ingat baik dalam kejadian jangka pendek maupun jangka
panjang. Pada kemampuan penilaian klien terhadap penilaian sederhana
klien mampu menilai dengan baik seperti memilih cuci tangan terlebih
dahulu baru makan dan memilih makan duduk dari pada makan berdiri.
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
Pada kebutuhan makan, klien makan 3 kali/hari dengan menghabiskan
makanan yang disediakan. Klien makan dengan tenang dan tidak
mengganggu teman-temannya. Setelah makan klien mampu meletakkan
tempat makannya ditempat yang dianjurkan kemudian cuci tangan. Klien
mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Pada
kebutuhan BAB/BAK, klien mampu BAB/BAK secara mandiri ke kamar
mandi yang ada diruangan. Pada kebutuhan mandi, klien mengatakan
mandi 1x/hari secara mandiri dan menggosok gigi secara mandiri. Pada
kebutuhan berhias/berpakaian, klien kurang rapi dan kuku klien panjang.
Pada kebutuhan istirahat dan tidur, klien sering tidur setelah kegiatan
olahraga pagi dan setelah penyuluhan kemudian setelah makan siang
klien kembali tidur dan hanya bangun untuk minum, ke kamar mandi dan
di panggil oleh perawat ruangan. Klien juga mengatakan bahwa di malam
hari ia sering tidur jam 09.00 wib dan bangun pagi jam 05.00 wib. Pada
pemeliharaan kesehatan klien mengatakan bahwa apabila ia
diperbolehkan pulang ia akan minum obat secara teratur dan apabila
obatnya habis ia akan pergi ke RS/ Puskesmas. Klien juga mengatakan
bahwa saat ia pulang ia akan membantu kegiatan yang dapat
dilakukannya namun klien masih malu dengan kemampuan yang
dimilikinya.
j. Mekanisme Koping
Klien mempunyai mekanisme koping yang maladaptive yaitu klien
sering menyendiri, lebih memilih tidur dari pada berinteraksi dengan
orang lain, berbicara klien lambat dengan volume kecil, klien
mengatakan jika ada masalah ia sering memendamnya sendiri dan
memilih diam.
k. Persepsi
Klien mengatakan bahwa saat ia melamun dan menyendiri klien sering
melihat bayangan putih di pagi hari dan bayangan hitam di malam hari
sebesar bumi. Klien mengatakan apabila ia melihat bayang tersebut ia
merasa gelisah dan cemas namun tidak dapat melakukan apa-apa. Klien
mengatakan bahwa ia berhenti melihat bayangan itu apabila ada orang
lain dan berada didekat banyak orang namun klien takut mengganggu
dan ditolak oleh orang lain.
l. Aspek Medik
Klien didiagnosa skizofrenia. Pada saat ini klien minum obat secara
teratur karena diawasi oleh perawat ruangan. Terapi obat yang
didapatkan klien yaitu Risperidon 2x2 mg sesudah makan 2x sehari,
Lorazepam 1x2 mg diminum malam hari 1x sehari, Thryhexil penidil
(THP) 3x2 mg sesudah makan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2016), masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada klien isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Halusinasi (Effect)
b. Isolasi Sosial (Core Problem)
c. Harga Diri Rendah (Causa)
Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial pada klien ditandai dengan klien yang
sering menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan alasan tidur, kontak mata
kurang, sering menunduk, suara lambat dengan volume kecil, klien banyak
diam, klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien mengatakan bosan,
klien tampak tidak ber energy/tenaga, ekspresi klien datar dan dangkal.
Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah pada klien ditandai dengan klien
yang banyak diam, klien merasa tidak percaya diri dan malu berinteraksi
dengan orang lain, klien sering menunduk saat berinteraksi, klien merasa
dirinya tidak berguna bagi orang sekitar terutama bagi keluarga klien karena
tidak dapat membantu perekonomian keluarga.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang dilakukan pada klien yaitu melakukan strategi
pelaksanaan dari masing-masing diagnosa keperawatan
a. Isolasi Sosial
Strategi pelaksanaan pada pasien terdiri dari empat strategi yaitu:
Startegi Pelaksanaan 1
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien menyadari penyebab isolasi social
c) Membantu klien mengetahui kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain dan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d) Melatih klien cara berkenalan dan bercakap-cakap secara bertahap
antara klien dan perawat atau dengan satu orang lain
e) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan
Strategi Pelaksanaan 2:
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan, beri pujian
c) Latih cara berkenalan dengan 2-3orang
d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan 3:
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan berkenalan dan bicara saat melakukan
kegiatan harian, berikan pujian
c) Latih cara berkenalan dengan 4-5 orang
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
Strategi Pelaksanaan 4:
a) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan dan
c) Latih bicara saat melakukan kegiatan sosial
d) Tanyakan perasaan saat melakukan kegiatan
e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
b. Halusinasi
Strategi Pelaksanaan 1 (Menghardik Halusinasi):
a) Identifikasi jenis halusinasi klien
b) Identifikasi isi halusinasi klien
c) Identifikasi frekuensi halusinasi klien
d) Identifikasi waktu terjadi halusinasi klien
e) Identifikasi situasi pencetus yang menimbulkan halusinasi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Implementasi Keperawatan yang telah dilakukan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan didapatkan dari hasil implementasi keperawatan yang
telah dilakukan. Dimana penulis melakukan implementasi keperawatan
berdasarkan 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien yaitu
Isolasi Sosial, Halusinasi dan Harga Diri Rendah. Semua masalah dapat
teratasi berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama 11 hari
interaksi dengan klien.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah dilakukan penulis,
penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh
sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis akan membandingkan hasil
penelitian yang didapatkan dengan membandingkan hasil penelitian terdahulu
yang terkait dengan penelitian penulis ini. Dalam penyusunan asuhan
keperawatan penulis melakukan proses yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan dengan
uraian sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan Utama
Penelitian yang dilakukan pada Tn.L sebagai responden dalam penelitian
ditemukan data bahwa klien sering menyendiri, klien sering menghindar
dengan alasan tidur, klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien
menceritakan perasaan kesepian, perasaan bosan, kontak mata klien
kurang, klien tampak kurang energy/tenaga, klien mengatakan melihat
bayangan hitam dan putih, klien tidak memperhatikan kebersihan diri,
respon verbal klien kurang dan singkat.
b. Faktor Predisposisi
Penelitian yang dilakukan pada Tn.L sebagai responden dalam penelitian
ini didapatkan faktor predisposisi klien mengalami isolasi sosial yaitu
faktor biologis dimana klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
dan dirawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang namun klien putus minum
obat dirumahnya, faktor psikologis dan perkembangan dimana klien
pernah kehilangan ibunya saat berumur 14 tahun sehingga mengalami
gangguan dalam perkembangan pada masa remaja, faktor sosial budaya
yaitu klien pernah mengalami penolakan dilingkungan tempat tinggalnya
dan klien ditelantarkan oleh keluarganya di kapal Mentawai sehingga klien
menjadi gelandangan saat sampai di Kota Padang dan klien mengaku
stress dan bingung karena tidak mengenal siapapun di Kota Padang
tersebut. Hal ini menyebabkan klien sulit untuk percaya dan berinteraksi
dengan orang lain, menganggap tidak ada manfaat apapun apabila
berinteraksi dengan orang lain dan sering menghindari interaksi dengan
orang lain.
Hasil Penelitian yang dilakukan Aji Raka Prihutomo (2017) terkait faktor
predisposisi terjadinya isolasi sosial yang didapat yaitu klien pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu, pengobatan klien sebelumnya
kurang berhasil dikarenakan klien jarang minum obat dan klien tidak
kontrol, klien juga pernah menjadi korban penganiayaan oleh orang yang
klien tidak kenal.
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada klien dengan isolasi sosial
ditemukan bahwa penyebab dari isolasi sosial yaitu harga diri rendah yang
ditandai dengan data objektif klien sering diam, klien merasa tidak percaya
diri dan malu berinteraksi dengan orang lain, klien sering menunduk saat
berinteraksi dan data subjektif klien yang merasa dirinya tidak berguna bagi
orang sekitar terumata bagi keluarga klien karena tidak dapat membantu
perekonomian keluarganya.
Diagnosa utama berdasarkan prioritas pada klien yaitu Isolasi sosial yang
ditandai dengan data objectif klien tampak klien banyak berdiam diri,
kontak mata klien kurang, asik dengan pikirannya sendiri, ekspresi wajah
klien kurang berseri dan datar, kurang energy, klien sering menghindari
interaksi dengan alasan tidur, lebih banyak menunduk saat berinteraksi,
respon verbal klien kurang dan singkat dan tidak memperhatikan kebersihan
diri. Data subjectif yang ditemukan yaitu klien mengatakan tidak memiliki
teman dekat, klien mengatakan tidak ada manfaat berteman dengan orang
lain.
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien direncanakan sesuai diagnosa
keperawatan yang ditemukan. Diagnosa keperawatan isolasi sosial
menggunakan strategi pelaksanaan satu sampai dengan empat yaitu
mengidentifikasi penyebab terjadinya isolasi sosial, berdiskusi tentang
kerugian dan manfaat mempunyai teman, mengajarkan berkenalan dengan
perawat dan salah satu teman disekitar, berkenalan dengan 2-3 orang,
Menurut Teori Deden, D., & Rusdi (2013) pada diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial tindakan keperawatan yang dilakukan pada strategi
pelaksanaan 1: Identifikasi penyebab Isolasi sosial, keuntungan mempunyai
teman dan kerugian tidak mempunyai teman dan melatih cara berkenalan
dengan orang lain secara bertahap. Strategi pelaksanaan 2: Melatih cara
berinteraksi atau berkenalan dengan 2-3 orang. Strategi pelaksanaan 3:
melatih berkenalan dengan 4-5 orang. Strategi pelaksanaan 4: melatih cara
berbicara saat melakukan kegiatan sosial. Strategi pelaksanaan pada
keluarga 1: memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda dan
gejala, proses terjadinya isolasi sosial dan melatih keluarga merawat klien
isolasi sosial dengan latihan berkenalan dengan orang lain, Strategi
pelaksanaan pada keluarga 2: jelaskan pada keluarga melatih klien
bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan rumah tangga yang dipilih
pasien, Strategi pelaksanaan pada keluarga 3 : jelaskan pada keluarga cara
melatih klien bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan sosial yang dipilih
(berbelanja di warung), dan Strategi pelaksanaan pada keluarga 4:
menjelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat, tanda kambuh
dan rujukan.
5. Implementasi Keperawatan
Secara umum penulis melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi
keperawatan yang digunakan yaitu menggunakan tahapan strategi
pelaksanaan. Untuk mengatasi masalah utama isolasi sosial penulis terlebih
dahulu membina hubungan saling percaya, membantu klien untuk mengenal
penyebab isolasi sosial yang dialaminya, membantu klien untuk mengenal
manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan
manfaat jika klien mempunyai banyak teman, membantu klien mengenal
kerugian klien tidak berhubungan dengan orang lain, membantu klien untuk
berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dan bercakap saat melakukan
kegiatan harian serta mendampingi klien melakukan kegiatan TAKS (Sesi
3).
Tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial yaitu dengan cara membantu
klien dalam mengidentifikasi penyebab, manfaat mempunyai teman,
kerugian tidak mempunyai teman dan latihan berkenalan dengan orang lain
secara bertahap (Fadly & Hargiana, 2018).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan
keperawatan yang telah diberikan. Asuhan keperawatan yang dilakukan
selama 11 hari interaksi pada klien ditemukan diagnosa isolasi sosial teratasi
ditandai dengan klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan
perawat, klien mampu berkenalan dengan satu orang sampai beberapa orang
secara bertahap, dan klien mampu mengikuti kegiatan TAKS yang
dijadwalkan diruangan dimana klien mampu berkenalan dan berinteraksi
dengan anggota kelompok namun klien masih perlu diberi dukungan. Pada
diagnosa halusinasi dapat teratasi yang ditandai dengan klien mengatakan
bahwa bayangan putih yang dilihatnya di siang hari sudah jarang terlihat
dan bayangan hitam terlihat 1x dimalam hari namun klien mampu
mengontrol bayangan tersebut dengan cara menghardik, patuh minum obat,
bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan harian yang
dijadwalkan. Pada diagnosa harga diri rendah juga teratasi ditandai dengan
klien yang mampu menilai kemampuan yang dimiliki klien, klien yang
mengatakan senang melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain, klien
yang mampu melakukan kegiatan harian yang dipilih namun beberapa
kegiatan yang dipilih klien masih belum mampu untuk melakukan secara
mandiri. Selama interaksi yang penulis lakukan dengan klien juga
ditemukan kesiapan klien dalam merencanakan persiapan pulang dimana
klien mengatakan apabila diperbolehkan pulang maka ia akan teratur minum
Penelitian yang dilakukan (Aji Raka Prihutomo, 2017) pada klien dengan
isolasi sosial yang menggunakan 4 strategi pelaksanaan didapatkan hasil
klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien dapat
menyebutkan penyebab klien mengalami isolasi sosial, klien dapat
menyebutkan kerugian dan keuntungan jika dapat berinteraksi dengan orang
lain, klien dapat diajari berkenalan bertahap.
klien untuk menjadikan suatu kebiasaan yang positif karena klien yang
mengalami gangguan dalam berinteraksi tidak bisa mengalami perubahan
drastis dalam berinteraksi sesuai dengan teori Berhimpong et al (2016)
Perawat tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan klien dalam
berinteraksi dengan orang lain karena kebiasaan tersebut sudah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Sehingga penulis berharap perawat di
ruangan dapat mempertahankan kemampuan klien berinteraksi secara
mandiri, melanjutkan kegiatan TAKS pada klien, mengajak klien bercakap-
cakap saat melakukan kegiatan sosial, tetap memantau kondisi klien,
memberikan motivasi dan reinforcement positif terhadap latihan dan
kegiatan yang dilakukan agar klien tidak lagi mengalami isolasi sosial.
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial
di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang dilakukan pada
1 Maret 2021 sampai pada tanggal 13 maret 2021 maka dapat disimpulkan:
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Tn.L sebagai responden dalam penelitian
Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat
Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021 ditemukan faktor
predisposisi dari gangguan isolasi sosial yaitu faktor perkembangan, faktor
psikologi, faktor biologi dan faktor sosial budaya. Hal ini tidak ditemukan
perbedaan antara teori dan praktek yang ditemukan dilapangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada Tn.L yang mengalami isolasi
sosial sesuai dengan teori dimana isolasi sosial sebagai core problem
disebabkan oleh harga diri rendah dan halusinasi sebagai effect, akibat
langsung yang dapat terlihat pada klien isolasi sosial yaitu defisit perawatan
diri.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang telah dibuat sesuai dengan teoritis yang ada
dan diharapkan dapat mengatasi masalah klien. Dimana peneliti melakukan
intervensi keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan pada masalah
isolasi sosial sebagai diagnosa utama yaitu berkenalan dengan orang lain
secara bertahap, berkenalan dengan 2-3 orang, berkenalan dengan 4-5 orang
dan melatih klien berbicara saat melakukan kegiatan harian dan
mendampingi klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan TAK (Sesi 3)
yang dijadwalkan dari ruangan. Strategi pelaksanaan diagnosa halusinasi
yaitu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat, bercakap-cakap dengan orang disekitar dan
melakukan kegiatan terjadwal. Sedangkan strategi pelaksanaan diagnosa
72
73
harga diri rendah yaitu membantu pasien dalam memilih empat kegiatan
yang disukai dan melakukan satu kegiatan tersebut, melakukan kegiatan
kedua yang dipilih, melakukan kegiatan ketiga yang dipilih dan melakukan
kegiatan keempat yang dipilih.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan
yang telah disusun berdasarkan teoritis yang didapat. Pelaksanaan
Keperawatan yang dilakukan pada klien dengan diagnosa keperawatan
isolasi sosial, Halusinasi dan Harga diri rendah dilaksanakan sampai strategi
pelaksanaan 4 sesuai dengan strategi pelaksanaan yang direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap Evaluasi Keperawatan penulis melakukan Asuhan Keperawatan
pada Tn.L dimulai pada tanggal 01 maret sampai tanggal 13 maret 2021
didapatkan hasil diagnosa isolasi sosial dapat teratasi ditandai dengan klien
mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan perawat, klien mampu
berkenalan dengan satu orang sampai beberapa orang secara bertahap, dan
klien mampu mengikuti kegiatan TAKS yang dijadwalkan diruangan
dimana klien mampu berkenalan dan berinteraksi dengan anggota kelompok
namun klien masih perlu diberi dukungan. Pada diagnosa halusinasi dapat
teratasi yang ditandai dengan klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, patuh minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan kegiatan harian. Pada diagnosa harga diri rendah juga teratasi
ditandai dengan klien yang mampu menilai kemampuan yang dimiliki,
klien yang mengatakan senang melakukan sesuatu yang berguna bagi orang
lain, klien yang mampu melakukan kegiatan harian yang dipilih namun
beberapa kegiatan yang dipilih klien masih belum mampu untuk melakukan
secara mandiri
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiwa
dalam melakukan studi kasus asuhan keperawatan jiwa dengan
mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan
khususnya pada klien dengan isolasi sosial.
2. Bagi Rumah Sakit
Melalui Direktur RSJ. Prof. HB. Saanin Padang khususnya pada perawat di
ruangan agar dapat mempertahankan kemampuan klien berinteraksi secara
mandiri, melanjutkan kegiatan TAKS, mengajak klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sosial, tetap memantau kondisi klien, memberikan
motivasi dan reinforcement positif terhadap latihan dan kegiatan yang
dilakukan agar klien tidak lagi mengalami isolasi sosial.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah di perpustakaan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi
mahasiswa yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes RI Padang
khususnya tentang Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan isolasi
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, M. L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Indomedia Pustaka.
BBC. (2019). Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: “Saya merasa benar-benar sendiri
hingga sempat ingin bunuh diri.”
Dalami, E., Suliswati, Rochimah, Suryanti, K. R., & Lestari, W. (2014). Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. CV Trans Info Media.
DPP PPNI, Tim Pokja SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI, Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI, Tim Pokja SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Fadly, M., & Hargiana, G. (2018). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Klien
Isolasi Sosial Pasca Pasung. Faletehan Health Journal, 5(2).
https://doi.org/10.33746/fhj.v5i2.14
Harkomah, I., Arif, Y., & Basmanelly. (2018). Pengaruh Terapi Social Skills
Training (SST) dan Terapi Suportif terhadap Keterampilan Sosialisasi pada
Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Indonesian
Journal for Health Sciences, 2(1), 65. https://doi.org/10.24269/ijhs.v2i1.818
Hastuti, R. Y., Agustin, N. W., & Hardyana, S. (2019). Pengaruh Penerapan Tak :
Permainan Kuartet Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 61.
https://doi.org/10.26714/jkj.7.1.2019.61-70
Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan. Nuha Medika.
Renidayati. (2008). Pengaruh Social Skills Training pada Klien Isolasi Sosial di
Rumah Sakit Jiwa HN. Saanin Padang Sumatera Barat. Universitas
Indonesia.
Yusuf, Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Salemba Medika.
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.L
Umur : 28 Tahun
No.RM : 038559
Alamat : Dusun Mapailingan Desa Katurei Siberut, Keluharan Simaligi
Tangak Kecamatan Siberut Barat Kepulauan Mentawai
II. ALASAN MASUK
Tn.L masuk Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang pada tanggal 14
Desember 2020 pukul 13.15 WIB melalui IGD. Klien dibawa oleh petugas
Satpol PP ke RSJ. Prof. HB. Saanin Padang karena mengganggu, merusak
Gedung Joang dan mengamuk di Jalan Samudra tepi laut Padang. Klien
diketahui gelandangan disekitar daerah Jalan Samudra tepi laut padang
tersebut. Klien mengatakan melempar kaca di geduang joang dengan batu
yang menyebabkan kaki klien berdarah sehingga klien semakin mengamuk.
Kondisi Klien saat dilakukan pengakajian ditemukan klien sering menyendiri,
klien sering tidur, kontak mata klien kurang, klien tampak kurang
energy/tenaga, klien asik dengan pikirannya sendiri, klien tidak
memperhatikan kebersihan diri dan respon verbal klien kurang dan singkat.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu
Klien mengatakan bahwa sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit
Jiwa dan berdasarkan status diketahui bahwa pada tahun 2016 klien
pernah masuk ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang diruang
Gelatik karena bicara-bicara sendiri, tertawa-tawa sendiri dan
mengganggu dilingkungan rumahnya.
2. Pengobatan sebelumnya
Klien sebelumnya pernah putus obat dan jarang kontrol ke pelayanan
kesehatan
28
Th
Keterangan:
: Laki-Laki : Menikah
: Perempuan : Saudara
: Meninggal
: Klien
2. Konsep diri:
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bahwa menyukai semua anggota tubuhnya dan
mensyukuri apa yang ada pada dirinya
b. Identitas
Klien mengatakan bahwa dirinya anak pertama dari tiga bersaudara.
Klien mengatakkan ia tamat SMA dan belum menikah. Klien
Halusinasi
Effect
Data Objectif
12 Klien tidak mau berbicara
17 Aktivitas menurun
19 Kurang energy/tenaga