Anda di halaman 1dari 133

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL DI RUANG RAWAT CENDRAWASIH
RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

REREN YORA YUTARI


NIM: 183110190

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL DI RUANG RAWAT CENDRAWASIH
RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

REREN YORA YUTARI


NIM: 183110190

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Reren Yora Yutari


NIM : 183110190
Tempat/Tanggal Lahir : Pariaman/ 07 November 2000
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Tamrin
Ibu : Yulesmi
Alamat : Jl. H. Agus Salim No 61 B Kampung Baru,
Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman
Riwayat Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
1 TK TK Pertiwi 2005-2006
2 SD SDN 29 Kampung Baru Pariaman 2006-2012
3 SMP SMP N 2 Pariaman 2012-2015
4 SMA SMA N 2 Pariaman 2015-2018
5 D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2018-2021

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021
Reren Yora Yutari

Asuhan Keperawatan Jiwa Klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat


Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin Padang

Isi: xiii + 75 Halaman, 2 Gambar, 1 Tabel + 13 Lampiran

ABSTRAK

Diagnosa terbanyak klien rawat inap RSJ.Prof.HB.Saanin Padang tahun 2020 yaitu
skizofrenia sebanyak 1.847 orang dengan jumlah klien rawat inap bulan Oktober
sebanyak 184 orang (35,4%), November sebanyak 164 orang (31,5%), dan
Desember sebanyak 172 orang (33%). Klien skizofrenia dengan isolasi sosial di
ruang rawat cendrawasih RSJ.Prof.HB.Saanin Padang bulan Januari-Maret tahun
2021 ditemukan sebanyak 13 orang. Tujuan Penelitian yaitu mendeskripsikan
Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat
Cendrawasih RSJ.Prof.HB.Saanin Padang tahun 2021. Metode penelitian
menggunakan studi kasus dalam bentuk deskriptif. Penelitian dilakukan di Ruang
Rawat Cendrawasih RSJ.Prof.HB.Saanin Padang selama 11 hari dengan populasi
13 orang dan 1 orang sampel. Proses penyusunan dimulai bulan Januari-Juni 2021.
Analisa yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Hasil pengkajian
didapatkan klien sering menyendiri, menghindari interaksi, tidak mempunyai
teman, merasa ditolak, merasa tidak berguna, kontak mata kurang, sering
menunduk, kurang energy, respon verbal singkat dan merasa melihat bayangan.
Diagnosa keperawatan didapatkan isolasi sosial, halusinasi dan harga diri rendah.
Intervensi keperawatan dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan
disesuaikan dengan keadaan klien, hasil evaluasi keperawatan dapat teratasi
ditandai dengan klien mampu berkenalan secara bertahap, mampu mengontrol
halusinasi, merasa percaya diri dari sebelumnya dan bangga dengan kemampuan
yang dilatih. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi perawat di
RS dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan jiwa khususnya klien
isolasi sosial dengan tetap mengoptimalkan kemampuan klien dalam berinteraksi
secara mandiri menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan dan memberikan
reinforcement positif pada setiap kegiatan yang dilakukan agar klien tidak lagi
mengalami isolasi sosial.

Kata Kunci (Keywords) : Isolasi Sosial, Asuhan Keperawatan Jiwa


Daftar Pustaka : 28 (2008 – 2020)

vi
HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH PADANG
DIII NURSING STUDY PROGRAM PADANG
Scientific Writing, June 2021
Reren Yora Yutari

Mental Nursing Care of Clients with Social Isolation in the Cendrawasih


Room of RSJ. Prof. HB. Saanin Padang

Contents: xiii + 75 Pages, 2 Pictures, 1 Table + 13 Attachments

ABSTRACT

The most diagnoses of inpatient clients at RSJ.Prof.HB.Saanin Padang in 2020


were schizophrenia as many as 1,847 people with the number of inpatient clients in
October as many as 184 people (35.4%), November as many as 164 people
(31.5%), and December as many as 172 people (33%). Patients with schizophrenia
with social isolation in the Cendrawasih ward of RSJ.Prof.HB.Saanin Padang in
January-March 2021 were found to be 13 people. The purpose of the study is to
describe the mental nursing care of clients with social isolation in the Cendrawasih
Outpatient Room RSJ.Prof.HB.Saanin Padang in 2021. The research method uses
case studies in descriptive form. The study was conducted in the Cendrawasih
Room of RSJ.Prof.HB.Saanin Padang for 11 days with a population of 13 people
and 1 sample. The preparation process starts in January-June 2021. The analysis
includes assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation of
nursing compared to theory. The results of the assessment showed that the client
was often aloof, avoided interaction, had no friends, felt rejected, felt useless,
lacked eye contact, often looked down, lacked energy, short verbal responses and
felt seeing shadows. Nursing diagnosis obtained social isolation, hallucinations and
low self-esteem. Nursing interventions carried out at the nursing implementation
stage were adjusted to the client's condition, the results of the nursing evaluation
could be resolved marked by the client being able to get acquainted gradually,
being able to control hallucinations, feeling more confident than before and proud
of the abilities being trained. It is hoped that this research can provide motivation
for nurses in hospitals to improve the provision of mental nursing care, especially
for social isolation clients while still optimizing the client's ability to interact
independently using an implementation strategy approach and providing positive
reinforcement for every activity carried out so that clients no longer experience
social isolation.

Keywords : Social Isolation, Mental Nursing Care


Bibliography : 28 (2008 – 2020)

vii
KATA PENGANTAR

َِِّ ‫س ِِم‬
ِ‫َللا مال َّر ِحيال َّر ْح َم ِن‬ ْ ‫ِب‬

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Klien dengan
Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang
Tahun 2021”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada program studi DIII
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Renidayati, SKp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak N.
Rachmadanur, S.Kp, MKM selaku dosen pembimbing 2 yang telah
mengarahkan, membimbing, menyediakan waktu dan memberikan masukan
dengan penuh kesabaran dan perhatian untuk penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreini, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
dan selaku dosen penguji 1 yang telah menyediakan waktu dan memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian untuk penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini .
5. Ibu Ns. Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Pembimbing Akademik
yang telah membimbing, menyediakan waktu dan memberikan masukan selama
perkuliahan di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang dan
selaku dosen penguji 2 yang telah menyediakan waktu dan memberikan

viii
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian untuk penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Dr. Aklima, MPH selaku direktur Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB Saanin
Padang yang telah mengizinkan penulis melakukan pengambilan data awal.
7. Bapak Ns. Syafrizal,S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit
Jiwa. Prof. HB Saanin Padang dan staf yang telah mengizinkan penulis
melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian.
8. Bapak Ns.Agustian,S.Kep selaku Kepala Ruang Rawat Cendrawasih yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian di Ruang Rawat Cendrawasih dan
sudah menyediakan waktu dalam memberikan masukan
9. Bapak/Ibu Dosen dan staf yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI Padang
10. Teristimewa kepada Orang Tua yang telah memberikan dorongan, semangat,
do’a restu dan kasih sayang yang tidak dapat ternilai dengan apapun.
11. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang membacanya, serta penulis mendo’akan semoga
bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga nantinya
dapat membawa manfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan. Amiin.

Padang, 24 Juni 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN ORISINALITAS............................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9


A. Konsep Dasar Isolasi Sosial ........................................................................ 9
1. Pengertian ................................................................................................ 9
2. Rentang Respon ....................................................................................... 9
3. Perkembangan Hubungan Sosial ............................................................. 11
4. Etiologi .................................................................................................... 13
5. Tanda dan Gejala ..................................................................................... 15
6. Mekanisme Koping.................................................................................. 16
7. Sumber Koping ........................................................................................ 16
8. Komplikasi............................................................................................... 16
9. Penatalaksanaan ....................................................................................... 16
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Isolasi Sosial .............................. 19
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 19
2. Pohon Masalah ........................................................................................ 24
3. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 24
4. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 24
5. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 36
6. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 37
7. Dokumentasi Keperawatan ...................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 40


A. Desain Penelitian ......................................................................................... 40
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 40
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 40
D. Alat dan Instrument Pengumpulan Data...................................................... 42
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 43
F. Prosedur Penelitian....................................................................................... 44
G. Analisa Penelitian ........................................................................................ 45

x
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ..................................... 46
A. Deskripsi Kasus ........................................................................................... 46
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 46
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 52
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 52
4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 56
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 57
B. Pembahasan Kasus....................................................................................... 60
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 60
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 63
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 64
4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 66
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 69

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 72


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 72
B. Saran .......................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar: 2.1 Rentang Respon Isolasi Sosial ......................................................... 9

Gambar: 2.2 Pohon Masalah Isolasi Sosial ......................................................... 24

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Izin Survey Data Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 3 Surat Pengantar Izin Penelitian Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data dan Izin Penelitian RSJ Prof. HB.
Saanin Padang
Lampiran 5 Informed Concent Responden
Lampiran 6 Format Asuhan Keperawatan Jiwa
Lampiran 7 Format Screening Tanda dan Gejala Isolasi Sosial
Lampiran 8 Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian di RSJ Prof.
HB. Saanin Padang
Lampiran 10 Lembaran Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 11 Lembaran Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 12 Jadwal Kegiatan Harian Klien
Lampiran 13 Jadwal Kegiatan Harian Karya Tulis Ilmiah

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa menyatakan bahwa
kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang secara fisik, mental, spiritual, sosial dan mempertahankan
keselarasan dalam pengendalian diri, serta dapat terbebas dari stres yang
serius sehingga individu tersebut menyadari bahwa kemampuan yang
dimilikinya dapat mengatasi tekanan dan mampu berkontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa tidak hanya tidak adanya gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan seseorang yang
mencerminkan kedewasaan pribadinya (Hastuti et al., 2019).

Pada konteks kesehatan jiwa, dikenal dua istilah untuk individu yang
mengalami gangguan jiwa yaitu yang pertama orang dengan masalah
kejiwaan (ODMK) merupakan orang yang memiliki masalah fisik, mental,
sosial, pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hidup sehingga
seseorang tersebut beresiko mengalami gangguan jiwa dan istilah yang kedua
yaitu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) merupakan orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Ayuningtyas et al., 2018)

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditunjukkan dengan penurunan


atau ketidakmampuan dalam berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan
waham), afek tumpul atau tidak wajar, gangguan kognitif (ketidakmampuan
berfikir abstrak) serta kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Muhith, 2015)

1
2

Menurut World Health Organization WHO (2017) menyatakan bahwa lebih


dari 450 juta orang dewasa secara global mengalami gangguan jiwa yang
telah mencapai 13% dari keseluruhan penyakit yang terjadi di dunia dan di
perkirakan akan menjadi lebih besar yaitu 15% dari keseluruhan penyakit
didunia pada tahun 2030. Data WHO tahun 2018 menyatakan bahwa masalah
kejiwaaan berat yang sering terjadi adalah skizofrenia yaitu sekitar 23 juta
orang di dunia yang telah mengalaminya (Ayuningtyas et al., 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun


2018 menyatakan bahwa prevalensi orang gangguan jiwa berat
(skizofrenia/psikosis) meningkat dari 0,15% menjadi 0,18%, sementara
prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun keatas
meningkat dari 6,1% pada tahun 2013 menjadi 9,8% pada tahun 2018 dan
menunjukkan bahwa 7 dari 1000 Rumah Tangga terdapat anggota keluarga
dengan Skizofrenia/Psikosis (BBC, 2019).

Di Indonesia penderita skizofrenia terus mengalami peningkatan sebanyak 7


per mil dengan prevelensi penderita gangguan jiwa berat di Sumatera Barat
yaitu 9,0 per mil yang melebihi Nasional yaitu 7,0 per mil pada tahun 2018.
Peningkatan ini sangat signifikan dibandingkan pada data hasil Riskesdas
tahun 2013 yang hanya 1,7 per mil. Dari data tersebut, Bali menempati posisi
tertinggi pada penderita skizofrenia dari 33 provinsi di Indonesia, posisi
kedua yaitu Yogyakarta dan Sumatera Barat berada diposisi ke 7 (Herawati
Novi, Syahrum, Sumarni Tintin, Yulastri, Gafar Abd, 2020).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2017), jumlah


penderita gangguan jiwa sekitar 111.016 jiwa, dengan prevalensi tertinggi di
Kota Padang sebanyak 50.577 jiwa dan yang kedua di Kota Bukit Tinggi
dengan kejadian 20.317 jiwa. Kunjungan rawat jalan di RS sebanyak
1.511.059 orang dan kunjungan rawat inap 105.803 orang dengan kunjungan
kejiwaan yaitu 45.481 orang. Di RSJ Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2017
Kunjungan rawat jalan sebanyak 46.940 orang dan kunjungan rawat inap

Poltekkes Kemenkes Padang


3

2.350 orang dengan 38.332 kunjungan jiwa (Herawati Novi, Syahrum,


Sumarni Tintin, Yulastri, Gafar Abd, 2020).

Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori yaitu positif yang meliputi
adanya waham, halusinasi, disorentasi pikiran, bicara dan perilaku yang tidak
teratur. Sedangkan gejala negatif ini meliputi afek datar, tidak memiliki
kemauan, menarik diri dari masyarakat atau isolasi sosial (Aji Raka
Prihutomo, 2017).

Isolasi sosial merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang berdasarkan


tanda negatif dari klien skizofrenia. Klien dengan isolasi sosial mengalami
gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, dan
menghindar dari orang lain (Fadly & Hargiana, 2018)

Klien yang mengalami isolasi sosial cenderung muncul perilaku menghindar


saat berinteraksi dengan orang lain dan lebih suka menyendiri terhadap
lingkungan agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan
dengan orang lain tidak terulang kembali. Masalah yang dihadapi penderita
isolasi sosial umumnya kegagalan individu dalam melakukan interaksi
dengan orang lain sebagai akibat dari pikiran negatif dan pengalaman yang
tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi individu dalam berinteraksi
dengan orang lain (Harkomah et al., 2018)

Isolasi sosial yang tidak teratasi akan memberikan dampak pada individu
seperti narcissisme atau mudah marah, melakukan hal yang tak terduga atau
impulsivity, memberlakukan orang lain seperti objek, halusinasi, defisit
perawatan diri dan yang paling fatal individu yang mengalami isolasi sosial
dapat melakukan bunuh diri (Aji Raka Prihutomo, 2017).

Masalah gangguan interaksi pada klien gangguan jiwa khususnya klien


dengan isolasi sosial dapat diatasi dengan melakukan tindakan keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


4

yang bertujuan untuk melatih klien dalam melakukan interakasi sosial


sehingga klien merasa nyaman dalam berhubungan dengan orang lain
(Berhimpong et al., 2016). Tindakan keperawatan klien isolasi sosial yaitu
dengan cara membantu klien dalam mengidentifikasi penyebab, manfaat
mempunyai teman, kerugian tidak mempunyai teman dan latihan berkenalan
dengan orang lain secara bertahap (Fadly & Hargiana, 2018).

Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan Isolasi Sosial meliputi


peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Perawat dituntut dapat
melakukan aktivitas pada tiga area utama yaitu asuhan langsung, komunikasi,
penatalaksanaan keperawatan. Pada peran promotif, perawat dapat
meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan
pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu perawat
dapat meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan Isolasi sosial (Yusuf et
al., 2015).

Menurut hasil penelitian Ayu Candra Kirana (2018) didapatkan bahwa faktor
predisposisi terjadinya isolasi sosial telah diidentifikasi berdasarkan tiga
aspek yaitu biologi, psikologis dan sosial budaya. Pada faktor biologis klien
isolasi sosial terbanyak mengalami riwayat putus obat atau pengobatan yang
tidak rutin yakni sebesar 95%. Faktor psikologis terbanyak yaitu riwayat
keinginan yang tidak terpenuhi (harapan yang tidak realistis) sebesar 80%.
Pada faktor sosial budaya terbanyak adalah tidak adanya penghasilan atau
kondisi ekonomi yang kurang sebesar 77,5%. Asal stresor yang dialami klien
isolasi sosial ini menunjukkan bahwa seluruh klien memperoleh stresor dari
faktor internal maupun eksternal dari luar klien sebesar 100% (Ayu Candra
Kirana, 2018).

Hasil penelitian Renidayati (2008), klien skizofrenia sering mengalami


kegagalan dalam menjalankan fungsi sosial, menghadapi masalah yang
berhubungan dengan keterampilan interpersonal, memiliki keterampilan
sosial yang buruk dan mengalami defisit fungsi kognitif, sehingga klien yang

Poltekkes Kemenkes Padang


5

mengalami isolasi sosial ditandai dengan menarik diri, tidak mau bergaul,
menghindar berhubungan dengan orang lain dan pada akhirnya kualitas hidup
klien semakin buruk (Renidayati, 2008).

Penelitian lain yang dilakukan Prihutomo (2017) yang telah melakukan 4


strategi pelaksanaan pada klien dengan isolasi sosial didapatkan hasil klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien dapat
menyebutkan penyebab klien mengalami isolasi sosial, klien dapat
menyebutkan kerugian dan keuntungan jika dapat berinteraksi dengan orang
lain, klien dapat diajari berkenalan bertahap tapi klien belum mampu untuk
ikut berbicara dalam aktifitas kelompok karena klien masih merasa malu
untuk berbicara dalam aktivitas kelompok (Aji Raka Prihutomo, 2017)

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang merupakan satu-satunya rumah
sakit jiwa Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dengan kelas Rumah
Sakit Jiwa tipe A yang berada di Jalan Raya Ulu Gadut kota Padang yang
memberikan pelayanan dan pengobatan bagi klien dengan skizofrenia, dan
sebagai pusat rujukan klien gangguan jiwa. Berdasarkan data yang didapatkan
dari Medical Record RSJ Prof. HB. Saanin Padang tahun 2020, data jumlah
klien gangguan jiwa rawat inap pada tahun 2020 sebanyak 2.114 orang
dengan kunjungan baru sebanyak 578 orang (27,34%) dan kunjungan lama
sebanyak 1536 orang (72,65%). Jumlah klien gangguan jiwa rawat inap
selama 3 bulan terakhir didapatkan pada bulan Oktober sampai dengan
Desember tahun 2020 berjumlah 520 orang, dengan rincian bulan Oktober
sebanyak 184 orang, November sebanyak 164 orang, dan Desember sebanyak
172 orang. Berdasarkan tersebut disimpulkan bahwa jumlah klien rawat inap
bulan Oktober 35,4%, pada Bulan November mengalami penurunan menjadi
31,5%, dan pada Bulan Desember mengalami kenaikan menjadi 33,0%
dengan diagnosa terbanyak klien rawat inap selama tahun 2020 yaitu
skizofrenia sebanyak 1.847 orang.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Berdasarkan pengambilan data lebih lanjut dari Medical Record RSJ Prof.
HB. Saanin Padang Tahun 2020, didapatkan bahwa Diagnosis terbanyak pada
tahun 2017 yakni skizofrenia dengan data kunjungan sebanyak 38.332 orang,
sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan dengan klien skizofrenia
sebanyak 19.147 orang, pada tahun 2019 juga mengalami penurunan dengan
klien skizofrenia sebanyak 16.297 orang dan pada tahun 2020 mengalami
peningkatan dengan klien skizofrenia sebanyak 16.934 orang.

Berdasarkan laporan dari tiga ruangan yaitu Ruang Flamboyan, Ruang Melati
dan Ruang Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang diizinkan oleh
Kabid Keperawatan sebagai tempat penelitian untuk tugas akhir, didapatkan
data 3 bulan terakhir dari bulan November tahun 2020 sampai bulan Januari
tahun 2021 klien dengan isolasi sosial di Ruangan rawat inap Flamboyan,
Melati dan Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin Padang mengalami
peningkatan, dimana jumlah klien isolasi sosial pada bulan November
sebanyak 17 orang, bulan Desember sebanyak 18 orang, dan bulan Januari
sebanyak 25 orang.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 Januari tahun 2021


ditemukan jumlah klien rawat inap Melati sebanyak 19 orang dengan klien
isolasi sosial yaitu 5 orang (26,31%), ruang rawat inap Flamboyan didapatkan
jumlah klien sebanyak 21 orang dengan klien isolasi sosial didapatkan 7
orang (33,33%) dan pada ruang rawat inap Cendrawasih jumlah klien
sebanyak 35 orang dengan klien isolasi sosial sebanyak 13 orang (37,14%).
Hasil observasi pada 2 orang klien yang mengalami isolasi sosial diruang
Cendrawasih ditemukan klien banyak diam, tidak mau berbicara, menyendiri,
selalu berdiam dikamar, kontak mata kurang, tidak mau berinteraksi dengan
orang terdekat/orang sekitar, klien tampak sedih, dan ekspresi klien tampak
datar. Pada saat dilakukan wawancara dengan kepala ruangan rawat inap
cendrawasih mengenai waktu kunjungan keluarga pada klien isolasi sosial di
RSJ. Prof. HB. Saanin Padang, menyatakan bahwa pihak RSJ. Prof. HB.
Saanin Padang memutuskan selama pandemi covid-19 tidak memperbolehkan

Poltekkes Kemenkes Padang


7

adanya kunjungan dari pihak keluarga kecuali jika klien sudah dibolehkan
pulang sehingga studi pendahuluan dengan keluarga tidak dilakukan.

Hasil wawancara dengan salah satu perawat ruang rawat inap di Ruang rawat
inap Cendrwasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang, Pelaksanaan yang dilakukan
perawat pada klien isolasi sosial sudah dilakukan dengan menggunakan
strategi pelaksanaan (SP) pada klien dan keluarga, mengajarkan terapi
aktivitas kelompok yang cocok untuk klien dengan gangguan hubungan sosial
yaitu terapi aktivias kelompok sosialisasi (TAKS). TAKS merupakan upaya
untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial, untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi secara bertahap
dengan anggota kelompok.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis telah melakukan penelitian dengan


judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat
Cendrawasih RSJ. Prof. HB Saanin Padang pada tahun 2021”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Jiwa Klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih
RSJ. Prof. HB Saanin Padang pada tahun 2021?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial di
Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof.HB Saanin Padang Tahun 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB
Saanin Padang
b. Mendeskripsikan data pengkajian pada klien dengan Isolasi Sosial di
Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB Saanin Padang

Poltekkes Kemenkes Padang


8

c. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan


Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB Saanin
Padang
d. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan Isolasi
Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB Saanin Padang
e. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan
Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB Saanin
Padang
f. Mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan pada klien dengan
Isolasi Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB Saanin
Padang
g. Mendeskripsikan hasil pendokumentasian pada klien dengan Isolasi
Sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB Saanin Padang

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman,
mengaplikasikan ilmu serta kemampuan peneliti dalam mendeskripsikan
Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan isolasi sosial di Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB Saanin Padang
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Penulisan ini diharapkan mampu menjadi bahan dasar masukan bagi
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan dan profeksionalitas khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Isolasi Sosial
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi
penelitian selanjutnya dan mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya
tentang Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial
di kepustakaan institusi.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial


1. Pengertian
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain. Adanya penarikan diri baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat
bersifat sementara maupun menetap (Azizah et al., 2016)

Isolasi sosial merupakan kondisi dimana klien selalu merasa sendiri dengan
merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Ayu Candra Kirana, 2018).

2. Rentang Respon
Rentang Respon Isolasi Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Menyendiri (Solitude) 1. Merasa sendiri (Loneliness) 1. Manipulasi


2. Otonomi 2. Menarik diri 2. Impulsif
3. Bekerjasama (Mutuality) 3. Merasa bergantung dengan 3. Nercissism
4. Saling tergantung orang lain (dependent)
(Interdependent)

Gambar 2.1 Rentang Respon Isolasi Sosial

Sumber : (Deden & Rusdi, 2013)

9
10

Rentang Respon klien isolasi sosial menurut (Deden & Rusdi, 2013):
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara yang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang
berlaku dalam masyarakat. Respon ini meliputi :
1) Menyendiri (Solitude) adalah suatu respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya
dan mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Otonomi adalah kemampuan seseorang untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social.
3) Bekerjasama (Mutuality) adalah kondisi dimana seseorang dalam
hubungan interpersonal mampu saling memberi dan menerima.
4) Saling tergantung (Interdependent) adalah kondisi saling tergantung
antara individu dengan lainnya dalam membina hubungan
interpersonal.
b. Respon antara adaptif dan maladaptif
1) Merasa Sendiri (Loneliness) adalah keadaan ketika seseorang merasa
sendiri karena merasa tidak tahan akan suatu alasan atau menganggap
dirinya sendirian dalam menghadapi masalah, perasaan pemalu, sering
merasa tidak percaya diri dan merasa minder, atau merasa kurang
bergaul.
2) Menarik diri adalah keadaan ketika seseorang menemukan kesulitan
untuk membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
3) Merasa bergantung dengan orang lain (dependent) adalah kondisi
dimana seseorang merasa gagal dalam mengembangkan rasa percaya
dirinya
c. Respon Maladaptif
Respon Maladaptif adalah suatu respon individu yang menyimpang dari
norma sosial dan budaya dilingkungannya. Respon ini meliputi:
1) Manipulasi merupakan proses rekayasa yang dilakukan seseorang
dengan melakukan penambahan, penyembunyian, penghilangan
sebuah realitas, fakta-fakta ataupun sejarah. Gangguan ini

Poltekkes Kemenkes Padang


11

menganggap orang lain sebagai objek serta tidak dapat membina


hubungan sosial secara mendalam dengan orang lain.
2) Impulsif adalah keadaan dimana seseorang tidak mampu
merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak
dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung
memaksakan kehendak.
3) Narcissism adalah harga diri seseorang yang rapuh dimana seseorang
tersebut berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, adanya sikap
egosentris, pecemburu dan marah apabila orang lain tidak
mendukungnya.

3. Perkembangan Hubungan Sosial


Menurut (Dalami et al., 2014) Perkembangan Hubungan Sosial
dikelompokan menjadi:
a. Masa Bayi (0-18 Bulan)
Pada Masa ini bayi sangat bergantung dengan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan biologis dan psikologinya. Bayi umumnya
menggunakan komunikasi yang sangat sederhana seperti menangis dan
tertawa untuk semua kebutuhannya. Respon lingkungan terhadap
kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembangnya rasa percaya diri bayi
terhadap orang lain. Kegagalan pemenuhan pertumbuhan bayi melalui
ketergantungan bayi pada orang lain akan berdampak pada rasa tidak
percaya pada diri dan orang lain
b. Masa Pra sekolah (18 bulan-5 tahun)
Anak pra sekolah biasanya mulai memperluas hubungan sosial di luar
lingkungan keluarga khususnya ibu. Anak akan menggunakan
kemampuan berhubungan yang telah dimilikinya untuk berhubungan
dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan
dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya dalam memberikan
pengakuan positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Kegagalan anak
dalam berhubungan dengan lingkungan serta adanya respon keluarga
yang negatif dapat mengakibatkan anak menjadi tidak mampu

Poltekkes Kemenkes Padang


12

mengontrol diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri dari lingkungan,


kurang percaya diri, pesimis, dan takut perilakunya akan salah.
c. Masa Sekolah (6-12 Tahun)
Pada masa ini anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas
khususnya lingkungan sekolah. Anak mulai mengenal bekerjasama,
kompetisi dan kompromi. Konflik antara anak dan orang tua mulai
terjadi karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman
dan orang dewasa diluar lingkungan keluarga merupakan sumber
pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan anak dalam membina
hubungan dengan teman disekolah, kurangnya dukungan guru dan
adanya pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari orang tua
akan mengakibatkan anak menjadi frustasi terhadap kemampuannya,
putus asa, merasa tidak mampu, dan menarik diri dari lingkungan.
d. Masa Remaja (12-20 tahun)
Pada usia ini anak mulai mengembangkan hubungan intim dengan
teman sebaya dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan
dengan teman sebaya sangat tergantung sedangkan hubungan dengan
orangtua mulai independent. Kegagalan dalam membina hubungan
dengan teman sebaya dan kurangnya dukungan orang tua akan
mengakibatkan keraguan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi
karir dan rasa percaya diri kurang pada anak
e. Masa Dewasa Muda (18-25 tahun)
Pada usia ini individu mulai mempertahankan hubungan interdependen
dengan orang tua dan teman sebaya. Individu umumnya akan belajar
mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan pendapat orang
lain seperti memilih pekerjaan, memilih karir ataupun dalam
melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu pada masa ini akan
mengakibatkan individu putus asa, menghindari hubungan intim dan
menjauhi orang lain.
f. Masa Dewasa Tengah (25-65 tahun)
Pada usia ini umumnya individu telah berpisah tempat tinggal dengan
orang tua. Individu akan mengembangkan kemampuan hubungan

Poltekkes Kemenkes Padang


13

interdependen yang dimilikinya. Bila berhasil akan diperoleh hubungan


dan dukungan yang baru. Kegagalan individu pada masa ini akan
mengakibatkan individu hanya memperhatikan diri sendiri, produktivitas
dan kreativitas berkurang, serta perhatian pada orang lain berkurang.
g. Masa Dewasa Lanjut (Lebih dari 65 tahun)
Di masa ini, individu akan mengalami banyak kehilangan misalnya
fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, dan anggota keluarga,
sehingga akan timbul perasaan tidak berguna. Selain itu, kemandirian
individu akan menurun dan individu menjadi sangat bergantung kepada
orang lain. Individu yang berkembang baik pada masa ini akan dapat
menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui
bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi
kehilangan yang dialaminya. Kegagalan individu pada masa ini akan
mengakibatkan individu berperilaku menolak dukungan yang ada dan
akan berkembang menjadi individu yang berperilaku menarik diri.

4. Etiologi
Penyebab Isolasi Sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat dan dapat
mencederai diri (Muhith, 2015). Proses terjadinya Isolasi sosial pada klien
menurut (Azizah et al., 2016) :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang. Apabila tugas perkembangan ini tidak
terpenuhi maka akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang
stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu pada masa
bayi akan memberinya rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor Biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Riwayat penyakit atau trauma kepala dan kelainan pada struktur otak
Poltekkes Kemenkes Padang
14

seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak


serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan dengan orang lain (lingkungan sosialnya)
seperti berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah, adanya riwayat
penolakan lingkungan, tingkat pendidikan rendah dan kegagalan
dalam hubungan sosial (penceraian, hidup sendiri)
4) Faktor dalam Keluarga
Komunikasi dalam keluarga merupakan factor yang dapat mengantar
seseorang dalam gangguan hubungan dengan orang lain bila keluarga
hanya menginformasikan hal-hal negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi gangguan hubungan sosial yang ditimbulkan dari
stressor eksternal dan internal.
1) Faktor eksternal
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan seseorang mengalami
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan pasien, adanya konflik antar masyarakat.
2) Faktor internal
Seseorang yang mengalami tingkat kecemasan berat akan
menyebabkan penurunan kemampuan dalam berhubungan sosial
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan.

Poltekkes Kemenkes Padang


15

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan klien yang
menunjukan tentang hubungan sosial dan didukung dengan data hasil
observasi (Azizah et al., 2016)
a. Gejala Subjektif:
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dekat dengan orang lain
3) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Klien mengatakan tidak memiliki teman dekat
5) Klien mengatakan ingin sendiri
6) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
7) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan lambat membuat keputusan
8) Klien merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak oleh orang lain
10) Klien merasa tidak berguna
11) Respons verbal klien kurang dan sangat singkat
b. Gejala Objektif:
1) Klien banyak diam/tidak mau berbicara
2) Klien tidak mengikuti kegiatan
3) Klien banyak berdiam diri
4) Klien menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain
5) Klien tampak sedih
6) Kontak mata klien kurang
7) Ekspresi wajah kurang berseri, datar dan dangkal
8) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungannnya
9) Aktivitas menurun
10) Asik dengan pikirannya sendiri
11) Kurang energy/tenaga
12) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin (khusnya pada
posisi tidur)
13) Tindakan berulang dan tidak bermakna
14) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

Poltekkes Kemenkes Padang


16

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam diri klien isolasi
sosial adalah (Sutejo, 2017):
a. Proyeksi
Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.
b. Splitting (memisah)
Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan
dirinya dalam menilai baik buruk.
c. Isolasi
Isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun
lingkungan

7. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif adalah
(Wuryaningsih et al., 2018):
a. Keterlibatan dalam hubungan yang luas didalam keluarga maupun teman
b. Menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
seperti kesenian, musik atau tulisan.

8. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri
sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat
menyebabkan defisit perawatan diri (Deden & Rusdi, 2013).

9. Penatalaksanaan
Menurut Dalami dalam (Prabowo, 2014), Penatalaksanaan yang bisa
dilakukan pada klien dengan isolasi sosial adalah :
a. Electro convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana

Poltekkes Kemenkes Padang


17

arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang


ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus
tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listrik di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan dan jujur kepada klien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri
seseorang.
d. Terapi Farmakologi
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin
Efek samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi),
gangguan irama jantung, gangguan ekstra piramidal, (distonia akut,
akatshia, sindromaparkinson/ tremor, bradikinesia rigitas), gangguan
endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


18

pemakaian jangka panjang.


2) Haloperidol
Indikasi: berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping: sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguamm otonomik
(hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi
dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
3) Trihexy Phenidyl (THP)
Indikasi : segala jenis penyakit parkinson, termasuk paska ensepalitis
dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
Efek samping : sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi
dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
e. Terapi Kelompok
Menurut (Deden & Rusdi, 2013), terapi aktivitas kelompok yang dapat
dilakukan untuk klien dengan isolasi sosial adalah:
1) Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2 : Kemampuan berkenalan
3) Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama
7) Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
f. Terapi Lingkungan
Menurut (Deden & Rusdi, 2013), Manusia tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian
khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan
manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang
yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut

Poltekkes Kemenkes Padang


19

akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi


psikologis seseorang.

B. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial menurut (Azizah
et al., 2016):
a. Identitas
Identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, agama, alamat
lengkap, tanggal masuk, alasan masuk, no. MR, dan keluarga yang bisa
dihubungi.
b. Alasan Masuk
Alasan klien masuk bisa dilihat dari riwayat rekam medik klien atau bisa
didapatkan dari keluarga klien. Bagaimana keadaan klien di rumah, apa
yang menyebabkan klien/ keluarga datang ke rumah sakit, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor Predisposisi
Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pegobatan
yang pernah dilakukan sebelumnya (biasanya berhasil, kerang berhasil dan
tidak berhasil). Biasanya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal. Biasanya ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Biasanya ada pengalaman masa lalu pasien
yang tidak menyenangkan seperti kegagalan, kehilangan, perpisahan,
kematian, dan trauma selama tumbuh kembang yang pernah dialami pasien
pada masa lalu.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya difokuskan pasa sistem dan fungsi organ. Pada pemeriksaan fisik
dilakukan pemeriksaan head to toe, tanda-tanda vital, pengukuran tinggi
badan, berat badan, dan kaji lebih lanjut sistem dan fungsi prgan serta
jelaskan dengan kondisi yang sesuai dengan keluhan yang ada.

Poltekkes Kemenkes Padang


20

e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya adanya anggota keluarga klien yang lain yang mengalami
gangguan jiwa, pola komunikasi terganggu, begitu pula dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh. Genogram dilihat dari tiga
generasi sebelumnya.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Biasanya berisi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan yang tidak disukai. Biasanya pasien mudah
kecewa, mudah putus asa, dan menutup diri
b) Identitas Diri
Biasanya berisikan status klien atau posisi klien sebelum dirawat.
Keputusan klien sebagai laki-laki atau perempuan. Dan kepuasan
klien terhadap status dan posisinya di sekolah, tempat kerja, dan
kelompok
c) Peran Diri
Biasanya klien menceritakan tentang peran/tugas yang diemban
dalam keluarga/kelompok masyarakat. Kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas atau peran tersebut biasanya mengalami krisis
peran
d) Ideal Diri
Biasanya berisi tentang harapan klien terhadap penyakitnya. Harapan
klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, dan
masyarakat). Dan harapan klien terhadap tubuh, posisi, status dan
tugas atau peran. Biasanya gambaran diri negatif
e) Harga Diri
Biasanya tentang bagaimana cara klien memandang dirinya dan
orang lain sesuai dengan kondisi pada citra diri, identitas diri, peran
diri dan ideal diri. Penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri
dan kehidupannya. Biasanya klien mengalami harga diri rendah

Poltekkes Kemenkes Padang


21

3) Hubungan Sosial
Biasanya klien apatis, tidak mempunyai orang terdekat dan sering
dicemoohkan oleh lingkungan sekitar
4) Spiritual
a) Nilai dan Keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama kurang sekali,
keyakinan agama klien juga terganggu
b) Kegiatan Ibadah
Biasanya klien menjalankan kegiatan ibadah di rumah, saat sakit
ibadah klien terganggu
f. Status Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan klien tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai
dan cara berpakaian pasien tidak seperti biasanya. Kuku panjang,
rambut kusam dan pakaian tampak kotor.
2) Cara Bicara
Biasanya cara bicara klien lambat, membisu dan tidak mampu memulai
pembicaraan
3) Aktivitas Motorik
Biasanya keadaan klien tampak lesu, tegang, gelisah, sering menyendiri
dan tremor
4) Alam Perasaan
Biasanya ditemukan keadaan klien tampak seperti sedih, ketakutan,
putus asa dan khawatir
5) Afek
Biasanya afek pasien datar, tumpul, labil, dan ambivalen
6) Interaksi dalam Wawancara
Biasanya pada saat melakukan wawancara klien tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak mata kurang, dan selalu curiga
7) Persepsi
Biasanya tergantung dari halusinasi yang di derita oleh klien. Seperti
halusinasi pendengaran yaitu mendengarkan sesuatu, halusinasi

Poltekkes Kemenkes Padang


22

penglihatan menlihat sesuatu, penghidu menghidu sesuatu, pengecap


mengecap sesuatu, perabaan merasakan sesuatu, jika ditemukan
halusinasi maka perlu ditanyakan apa isi halusinasi dan frekuensi gejala
yang tampak saat klien berhalusinasi
8) Proses Pikir
Biasanya klien mempunyai proses pikir sirkumtansial, tangensial, dan
kehilangan asosiasi
9) Isi pikir
Biasanya ditemukan phobia, depersonalisasi dan ide yang terkait
10) Tingkat Kesadaran
Biasanya ditemukan tingkat kesadaran klien bingung dan sedasi melalui
wawancara atau observasi
11) Tingkat Konsentrasi Berhitung
Biasanya pada saat dilakukan wawancara cenderung tidak mampu
berkonsentrasi dan tidak mampu berhitung
12) Kemampuan Penilaian
Biasanya klien mengalami gangguan kemampuan penilaian bermakna
13) Daya Tilik Diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang diderita dan menyalahkan
hal-hal yang diluar dirinya
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan: biasanya klien kurang makan dan tidak nafsu makan
2) Mandi: biasanya klien tidak mau mandi, gosok gigi, tampak kusam,
dan tidak mau menggunting kuku
3) BAB/BAK: biasanya BAB/BAK klien normal/ tidak ada gangguan
4) Berpakaian: biasanya klien tidak mau mengganti pakaian, dan memakai
pakaian yang tidak serasi
5) Istirahat: biasanya istirahat klien terganggu
6) Penggunaan obat: biasanya klien minum obat tidak teratur
7) Aktivitas dalam rumah: biasanya klien tidak mau mengerjakan
pekerjaan rumah
8) Aktivitas di luar rumah: biasanya klien tidak mau beraktivitas diluar

Poltekkes Kemenkes Padang


23

rumah karena klien selalu merasa ketakutan


h. Mekanisme Koping
1) Adaptif
Biasanya klien menyendiri, otonomi, mutualisme dan interdependent
2) Maladaptif
Biasanya reaksi klien lambat, klien bekerja secara berlebihan, selalu
menghindar dan menciderai diri sendiri
3) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya klien mengalami masalah dalam berinteraksi dengan
lingkungan, biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
kelompok, masalah dalam pendidikan, masalah dengan keluarga
i. Aspek Medik
Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan adalah dengan
memberikan terapi :
1) Electro Convulsive Therapy (ECT)
2) Obat-obatan seperti:
a) Clopromazine (CPZ)
Dosis obat: 25 mg, 3 kali sehari. Dosis perawatan adalah 25–100
mg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 1 gram per hari
tergantung respons klien terhadap obat.
b) Haloperidol (HLP)
Dosis obat: 0,5–5 mg, 2–3 kali sehari. Dosis perawatan 3–10 mg per
hari tergantung respons klien terhadap obat.
c) Trihexphenidyl (THP)
Dosis obat: 1 mg per hari. Dosis dan lama penggunaan obat yang
diberikan oleh dokter tergantung respons klien terhadap obat.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

2. Pohon Masalah
Pohon masalah merupakan gambaran masalah yang dapat diperkirakan akan
terjadi yang terdiri dari masalah utama, sebab,dan akibat.

Halusinasi Effect

Isolasi Sosial Core Problem

Harga Diri Rendah Causa


Gambar 2.2 Pohon Masalah Isolasi Sosial
Sumber: (Nurhalimah, 2016)

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2016), masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada klien isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Halusinasi (Effect)
b. Isolasi Sosial (Core Problem)
c. Harga Diri Rendah (Causa)

4. Intervensi Keperawatan Isolasi Sosial


Intervensi Keperawatan pada klien dan keluarga (Deden & Rusdi, 2013)
Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan:
a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b) Pasien mampu menyadari isolasi sosial yang dialaminya
c) Pasien mampu berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga
dan lingkungan sekitarnya
d) Pasien mampu berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga
dan kegiatan sosial
2) Tindakan:
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien menyadari perilaku isolasi sosial

Poltekkes Kemenkes Padang


25

c) Melatih klien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap


3) Strategi pelaksanaan tindakan pada klien yaitu:
a) Strategi Pelaksanaan 1
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien menyadari penyebab isolasi social
c) Membantu klien mengetahui kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain dan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d) Melatih klien cara berkenalan dan bercakap-cakap secara bertahap
antara klien dan perawat atau dengan satu orang lain
e) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan
b) Strategi Pelaksanaan 2
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan, beri pujian
c) Latih cara berkenalan dengan 2-3 orang lain
d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
c) Strategi Pelaksanaan 3
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan berkenalan dan bicara saat melakukan
kegiatan harian, berikan pujian
c) Latih cara berkenalan dengan 4-5 orang lain
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
d) Strategi Pelaksanaan 4
a) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan dan
c) Latih bicara saat melakukan kegiatan sosial
d) Tanyakan perasaan saat melakukan kegiatan
e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
b. Strategi Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan:
a) Keluarga mampu mengenal masalah isolasi sosial
b) Keluarga mampu memutuskan untuk melakukan perawatan pada klien
isolasi sosial

Poltekkes Kemenkes Padang


26

c) Keluarga mampu merawat klien isolasi sosial dengan mengajarkan


dan mendampingi klien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat
melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif agar klien
mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar
e) Keluarga mampu mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan
kesehatan
2) Tindakan:
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi
sosial
c) Melatih keluarga cara merawat klien isolasi sosial
d) Membimbing keluarga merawat klien isolasi sosial
e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung peningkatan hubungan sosial klien
f) Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan
g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
3) Strategi pelaksanaan tindakan pada keluarga yaitu:
a) Strategi Pelaksanaan 1
(a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
(b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi
sosial
(c) Memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan perawatan klien
(d) Jelaskan cara merawat klien isolasi sosial
(e) Melatih dua cara merawat: berkenalan dan melakukan kegiatan
harian
(f) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
b) Strategi Pelaksanaan 2
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi
sosial klien

Poltekkes Kemenkes Padang


27

(b) Validasi kemampuan keluarga melatih klien berkenalan dan


berbicara saat melakukan kegiatan, berikan pujian
(c) Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan klien
berbicara
(d) Latih cara membimbing klien berbicara
(e) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
c) Strategi Pelaksanaan 3
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi
sosial klien
(b) Validasi kemampuan keluarga melatih pasien berkenalan, berbicara
saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga, berikan pujian
(c) Jelaskan cara melatih pasien bercakap-cakap dalam melakukan
kegiatan
(d) Jelaskan cara melatih keluarga mendampingi klien melakukan
kegiatan.
(e) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
d) Strategi Pelaksanaan 4
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi
sosial klien
(b) Validasi kemampuan keluarga merawat/ melatih klien
(c) Jelaskan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan, tanda kambuh,
dan rujukan
(d) Anjurkan keluarga membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian

Diagnosa Keperawatan : Halusinasi


a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan:
a) Klien mampu membina hubungan saling percaya
b) Klien mampu mengenal halusinasi dan mampu mengontrol
halusinasi dengan menghardik
c) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
d) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

Poltekkes Kemenkes Padang


28

e) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas


sehari-hari
2) Tindakan:
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi
c) Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, enam
benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
3) Strategi pelaksanaan tindakan pada klien yaitu:
a) Strategi Pelaksanaan 1 (Menghardik Halusinasi)
(a) Identifikasi jenis halusinasi klien
(b) Identifikasi isi halusinasi klien
(c) Identifikasi frekuensi halusinasi klien
(d) Identifikasi waktu terjadi halusinasi klien
(e) Identifikasi situasi pencetus yang menimbulkan halusinasi
(f) Identifikasi perasaan klien saat halusinasi muncul
(g) Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
(h) Identifikasi upaya yang telah dilakukan klien untuk mengontrol
halusinasi
(i) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
(j) Latih klien mengontrol halusinasi dengan menghardik
(k) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan
b) Strategi Pelaksanaan 2 (6 Benar minum obat)
(a) Evaluasi tanda dan gejala halusinasi
(b) Validasi kemampuan klien mengenal halusinasi yang dialami
dan kemampuan klien mengontrol halusinasi, berikan pujian
(c) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
(d) Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
(Jelaskan pentingnya penggunan obat, akibat bila obat tidak
digunakan sesuai program, akibat bila putus obat, cara
mendapatkan obat/berobat. Jelaskan prinsip 6 benar minum

Poltekkes Kemenkes Padang


29

obat: jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas minum


obat)
(e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
c) Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap dengan orang lain)
(a) Evaluasi gejala halusinasi
(b) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik, minum obat, berikan pujian
(c) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, minum obat sesuai jadwal
(d) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
saat terjadi halusinasi
(e) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
d) Strategi Pelaksanaan 4 (Melakukan aktivitas sehari-hari)
(a) Mengevaluasi tanda dan gejala halusinasi
(b) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik, minum obat, dan bercakap-cakap dengan
orang lain, berikan pujian
(c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian
(d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan :
a) Keluarga mampu mengenal masalah halusinasi dan masalah yang
dirasakan saat merawat klien
b) Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya halusinasi
c) Keluarga mampu merawat klien halusinasi
d) Keluarga mampu menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
untuk mengontrol halusinasi
e) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


30

f) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk


follow up klien secara teratur
2. Tindakan:
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi
c) Latih keluarga cara merawat klien halusinasi
d) Bimbing keluarga merawat klien halusinasi
e) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk
mengontrol halusinasi
f) Diskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan
g) Anjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur
3. Strategi pelaksanaan tindakan pada keluarga yaitu:
a) Strategi Pelaksanaan 1
(a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
(b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
halusinasi
(c) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih cara
menghardik halusinasi
(d) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
b) Strategi Pelaksanaan 2
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi klien dan merawat klien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik, berikan pujian
(b) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
(c) Latih cara memberikan/ membimbing minum obat
(d) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
c) Strategi Pelaksanaan 3
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi halusinasi
pasien dan merawat/ melatih klien menghardik, dan memberikan
obat, berikan pujian

Poltekkes Kemenkes Padang


31

(b) Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk


mengontrol halusinasi
(c) Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan klien terutama
saat halusinasi
(d) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
d) Strategi Pelaksanaan 4
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi pasien dan merawat/ melatih klien menghardik,
memberikan obat, dan bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan,
berikan pujian
(b) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan, tanda kambuh, dan
rujukan
(c) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian

Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah


a. Strategi pelaksanaan klien :
a) Strategi pelaksanaan pertama
(a) Identifikasi pandangan/penilaian klien tentang diri sendiri dan
pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang
telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai
harapan yang belum terpenuhi
(b) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
paasien (buat daftar kegiatan)
(c) Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)
(d) Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(e) Bantu klien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini untuk dilatih
(f) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
(g) Masukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk
latihan

Poltekkes Kemenkes Padang


32

b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 :


(a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(b) Validasi kemampuan klien melakukan kegiatan pertama yang telah
dilatih dan berikan pujian
(c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
(d) Bantu klien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
(e) Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
(f) Masukkan pada jadwal kegiatan
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 :
(a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan kedua yang
telah dilatih dan berikan pujian
(c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua
(d) Bantu klien melih kegitan ketiga yang akan dilatih
(e) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
(f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan ketiga kegiatan
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 :
(a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
(c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga
(d) Bantu klien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
(e) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
(f) Masukkan padajadwal kegiatan untuk latihan ke empat kegiatan
b. Strategi pelaksanaan pada Keluarga :
a) Strategi pelaksanaan pertama :
(a) Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat
melatih kegiatan pertama klien
(b) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
harga diri rendah, jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya, dan akibat harga diri rendah
(c) Berikan pujian terhadap semua hal positif yang dimiliki klien

Poltekkes Kemenkes Padang


33

(d) Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih


pasien, bimbing dalam memberikan bantuan pada klien
(e) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2:
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri
rendah
(b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri
pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan
kedua yang dipilih klien
(d) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3:
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri
rendah
(b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri
pujian, bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan
ketiga yang dipilih klien
(d) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4:
(a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri
rendah
(b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing klien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri
pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan
keempat yang dipilih klien
(d) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan, tanda kambuh dan
rujukan
(e) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian

Poltekkes Kemenkes Padang


34

Berikut Intervensi Keperawatan berdasarkan SDKI, SIKI, dan SLKI pada klien
dengan masalah Isolasi Sosial:
Tabel Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Isolasi Sosial Setelah dilakukan asuhan Promosi Sosialisasi
keperawatan diharapkan Observasi:
keterlibatan sosial 1. Identifikasi kemampuan
meningkat dengan kriteria melakukan interaksi dengan
hasil: orang lain
a. Minat Interaksi 2. Identifikasi hambatan
meningkat melakukan interaksi dengan
b. Minat terhadap aktivitas orang lain
meningkat Terapeutik:
c. Verbalisasi isolasi 1. Motivasi meningkatkan
menurun keterlibatan dalam suatu
d. Verbalisasi hubungan
ketidakamanan 2. Motivasi berpartisipasi
ditempat umum dalam aktivitas baru dan
menurun kegiatan kelompok
e. Perilaku menarik diri 3. Diskusikan perencanaan
menurun kegiatan di masa depan
f. Afek murung/sedih 4. Beri umpan balik positif
menurun dalam perawatan diri
g. Kontak mata membaik 5. Beri umpan balik positif
pada setiap peningkatan
kemampuan
Edukasi:
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
2. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang
lain
3. Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegitan khusus

Poltekkes Kemenkes Padang


35

2 Gangguan Persepsi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Halusinasi


Sensori keperawatan diharapkan Observasi:
(Halusinasi) persepsi sensori menurun 1. Monitor Perilaku yang
dengan kriteria hasil: mengindikasikan
a. Verbalisasi mendengar halusinasi
bisikan menurun 2. Monitor tingkat aktivitas
b. Verbalisasi melihat dan stimulasi lingkungan
bayangan menurun 3. Monitor isi halusinasi
c. Verbalisasi merasakan Terapeutik:
sesuatu melalui indra 1. Pertahankan lingkungan
peraba menurun yang aman
d. Verbalisasi merasakan 2. Diskusikan perasaan dan
sesuatu melalui indra respon terhadap halusinasi
penciuman menurun 3. Hindari perdebatan
e. Verbalisasi merasakan tentang validitas
sesuatu melalui indra halusinasi
peraba menurun Edukasi:
f. Verbalisasi merasakan 1. Anjurkan memonitor
sesuatu melalui indra sendiri situasi terjadinya
pengecapan menurun halusinasi
g. Perilaku halusinasi 2. Anjurkan bicara pada
menurun orang yang dipercaya
h. Melamun menurun untuk memberi dukungan
i. Menarik diri menurun dan umpan balik koreksi
j. Konsentrasi meningkat terhadap halusinasi
3. Anjurkan melakukan
distraksi (Mendengarkan
musik, melakukan
aktivitas, dan Teknik
relaksasi)
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas
3 Harga Diri Rendah Setelah dilakukan asuhan Promosi Harga Diri
keperawatan diharapkan Observasi:
harga diri meningkat 1. Identifikasi budaya,
dengan kriteria hasil: agama, ras, jenis kelamin,
a. Penilaian diri positif dan usia terhadap harga
meningkat diri rendah
b. Perasaan memiliki 2. Monitor verbalisasi yang
kemampuan positif merendahkan diri sendiri

Poltekkes Kemenkes Padang


36

meningkat 3. Monitor tingkat harga diri


c. Minat mencoba hal baru setiap waktu, sesuai
meningkat kebutuhan
d. Konsentrasi meningkat Terapeutik:
e. Kontak mata meningkat 1. Motivasi terlibat dalam
f. Percaya diri berbicara verbalisasi positif untuk
meningkat diri sendiri
g. Kemampuan membuat 2. Motivasi menerima
keputusan meningkat tantangan/hal baru
h. Perasaan malu menurun 3. Diskusikan kepercayaan
i. Perasaan bersalah terhadap penilaian diri
menurun 4. Diskusikan pengalaman
yang meningkatkan harga
diri
5. Berikan umpan balik
positif atas peningkatan
mencapai tujuan
Edukasi:
1. Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
2. Anjurkan
mempertahankan kontak
mata saat berkomunikasi
dengan orang lain
3. Anjurkan mengevaluasi
perilaku
4. Latih cara berpikir dan
berperilaku positif
Sumber: SDKI (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), SLKI (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2018) dan SIKI (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan
intervensi keperawatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Muhith, 2015). Sebelum melaksanakan Tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,
apakah rencana Tindakan yang akan dilakukan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien. Kemudian setelah dilakukan tindakan keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


37

beserta respon klien maka selanjutkan kita lakukan dokumentasi (Prabowo,


2014).

6. Evaluasi Keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, segera lakukan evaluasi. Evaluasi terhadap
masalah keperawatan isolasi sosial meliputi kemampuan klien dan
keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat klien.
Evaluasi kemampuan klien isolasi sosial berhasil apabila klien dapat
(Nurhalimah, 2016):
1) Menjelaskan kebiasaan klien dalam berinteraksi.
2) Menjelaskan penyebab klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
3) Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
4) Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
5) Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain, perawat, keluarga,
tetangga.
6) Berkomunikasi dengan teman/keluarga saat melakukan kegiatan harian
7) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial
8) Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang lain
9) Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain
10) Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial
Evaluasi kemampuan keluarga dengan klien isolasi sosial berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Mengenal Isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk merawat klien
2) Membantu klien berinteraksi dengan orang lain
3) Mendampingi klien saat melakukan aktivitas rumah tangga dan kegiatan
sosial sambil berkomunikasi
4) Melibatkan klien melakukan kegiatan harian di rumah dan kegiatan
sosialisasi di lingkungan
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung klien
untuk meningkatkan interaksi sosial
6) Memantau peningkatan kemampuan klien dalam mengatasi Isolasi
sosial
Poltekkes Kemenkes Padang
38

7) Melakukan follow up ke Pelayanan Kesehatan, mengenal tanda kambuh


dan melakukan rujukan
Evaluasi kemampuan klien dengan Halusinasi berhasil apabila klien dapat
(Nurhalimah, 2016):
1) Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
2) Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami
3) Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
4) Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
5) Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
a) Menghardik halusinasi
b) Mematuhi program pengobatan
c) Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
d) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau
tidur pada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan
melaksanakan jadwal tersebut
6) Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan
halusinasi
Evaluasi kemampuan keluarga dengan klien halusinasi berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Menjelaskan halusinasi yang dialami klien
2) Menjelaskan cara merawat klien halusinasi melalui empat cara
mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap
dan melakukan aktifitas di rumah
3) Mendemonstrasikan cara merawat klien halusinasi
4) Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah klien
5) Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat klien
6) Melakukan follow up ke Pelayanan kesehatan, mengenal tanda kambuh,
dan melakukan rujukan.
Evaluasi kemampuan klien dengan harga diri rendah berhasil apabila klien
dapat (Nurhalimah, 2016):
1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Poltekkes Kemenkes Padang


39

2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan


3) Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
4) Membuat jadwal kegiatan harian
5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga
diri rendah
Evaluasi kemampuan keluarga dengan klien harga diri rendah berhasil
apabila keluarga dapat:
1) Mengenal harga diri rendah yang dialami klien (pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah)
2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
3) Merawat keluarga yang mengalami harga diri rendah
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung klien
untuk meningkatkan harga dirinya
5) Memantau peningkatan kemampuan klien dalam mengatasi harga diri
rendah
6) Melakukan follow up ke Pelayanan kesehatan, mengenal tanda kambuh,
dan melakukan rujukan.

7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan
dengan klien dan keluarga. Pendokumentasian dalam asuhan keperaatan
jiwa yaitu pendokumentasian pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan (Deden & Rusdi, 2013)

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu memaparkan
asuhan keperawatan pada klien dengan bentuk rancangan penelitian studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian
satu unit penelitian secara intensif misalnya satu pasien (Nursalam, 2015).
Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial di RSJ Prof. HB.
Saanin Padang tahun 2021.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB.
Saanin Padang. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari sampai
bulan Juni tahun 2021. Waktu pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan isolasi sosial di RSJ Prof. HB. Saanin Padang dilakukan mulai dari
tanggal 01 maret sampai 13 maret 2021, telah dilakukan interaksi selama 11
hari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu atau objek yang secara potensial dapat
diukur sebagai bagian dari penelitian (Swarjana, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua klien skizofrenia yang didiagnosa mengalami
isolasi sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin Padang.
Pada bulan Maret 2021 ditemukan 13 orang klien skizofrenia yang
mengalami isolasi sosial di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ. Prof. HB.
Saanin Padang dari 38 orang klien skizofrenia dengan menggunakan format
screening isolasi sosial.

40
41

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau objek yang
dianggap mewakili seluruh populasi dalam melakukan penelitian (Swarjana,
2015). Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil yaitu satu orang klien
Isolasi sosial yang berada di RSJ. Prof. HB. Saanin Padang dengan
menggunakan pengambilan sampel secara purposive sampling dimana
peneliti menentukan pengambilan sampel dengan menetapkan ciri-ciri
khusus yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eklusi. Adapun kriteria
sampel tersebut yaitu:
a. Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi merupakan penentuan sampel yang didasarkan
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
akan diteliti (Nasir et al., 2011).
1) Klien bersedia menjadi responden dalam penelitian.
2) Klien dengan skizofrenia yang mengalami isolasi sosial
3) Klien memiliki > 5 tanda gejala isolasi sosial
4) Klien yang sudah kooperatif berkomunikasi verbal dengan cukup
baik.
5) Klien tidak gelisah.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria Eklusi merupakan kriteria untuk menghilangkan/ mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi (Nasir et al., 2011).
1) Klien gangguan jiwa berat yang mengalami cacat fisik yang dapat
mengganggu proses penelitian
2) Klien yang mengundurkan diri sebelum proses wawancara selesai
3) Klien yang mengalami gangguan pendengaran dan tidak bisa bicara
4) Klien dan anggota keluarganya menolak untuk dilakukan penelitian
Dari 13 orang klien dengan isolasi sosial ditemukan 8 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi kemudian dilakukan Teknik
simple random sampling dengan cara undian untuk mengambil 1 orang
sampel.

Poltekkes Kemenkes Padang


42

D. Alat dan Instrument Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data yang akan di gunakan adalah format tahapan
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Instrumen
pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi. Instrumen lainnya yaitu format screening klien
isolasi sosial, format dokumentasi asuhan keperawatan dan alat pemeriksaan
fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop dan termometer.
1. Format Screening dan Format pengkajian keperawatan terdiri dari:
identitas klien, alasan masuk, faktor presipitasi, faktor predisposisi, status
mental, pemeriksaan fisik, psikososial, aktifitas sehari-hari (ADL),
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan,
aspek medik.
2. Format analisa data terdiri dari: nama klien, nomor rekam medik, data, dan
masalah. Pohon masalah terdiri dari core problem, sebab, dan akibat.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama klien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,
serta tanggal dan paraf teratasinya masalah. Diagnosa keperawatan
disusun berdasarkan prioritas.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama klien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria evaluasi, intervensi.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama klien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama klien, nomor rekam medik,
hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf
yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


43

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang langsung didapat oleh perawat. Data yang
diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam, seperti berikut ini:
1) Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
2) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien
dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil objek yang akan diteliti, serta
dokumentasi dari objek tersebut. Data sekunder yang diperoleh oleh
peneliti berupa dokumentasi data pasien gangguan jiwa Isolasi Sosial
yang diperoleh dari Medical Record RSJ. Prof. HB. Saanin Padang.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data
penelitian. Alat ukur pengumpulan data antara lain observasi, wawancara,
pengukuran dan dokumentasi (Afriyanti & Rachmawati, 2014).
a. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan data
dengan cara observasi ini dapat digunakan apabila objek penelitian
adalah perilaku manusia, proses kerja atau responden kecil
b. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data penelitian melalui
pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden untuk
menjawabnya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka antara
peneliti dengan responden atau dengan cara yang lain

Poltekkes Kemenkes Padang


44

c. Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan mengukur


objek menggunakan alat ukur tertentu, misalnya berat badan dengan
timbangan badan, tensi darah dengan tensimeter, dan sebagainya
d. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian dengan menyalin
data tersedia ke dalam format isian yang telah disusun. Dokumentasi
dapat berupa rekam medik hasil rumah sakit dan stasus klien

F. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian yang akan dilakukan dalam melakukan pengumpulan
data adalah:
1. Penulis meminta izin penelitian dari institusi penulis yaitu Poltekkes
Kemenkes RI Padang
2. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang
3. Meminta izin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
4. Meminta izin ke Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang
5. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang untuk mengambil data peruangan dan izin dalam
melakukan penelitian
6. Melakukan skrining terhadap klien isolasi sosial yang didapatkan dari
ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2021
7. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian yang
akan dilakukan
8. Informed Consent diberikan kepada responden
9. Responden menandatangani Informed Consent, kemudian meminta waktu
responden untuk melakukan asuhan keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


45

G. Analisis Data
Analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Data yang ditemukan saat
pengkajian akan dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjectif dan
data objecktif sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan yang
ditemukan pada klien kemudian menyusun intervensi keperawatan dan
melakukan implementasi serta evaluasi keperawatan pada klien tersebut.
Analisis selanjutnya akan membandingkan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien yang dijadikan sampel dengan teori dan penelitian
terdahulu (Yusuf et al., 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Deskripsi kasus menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan
keperawatan jiwa klien dengan Isolasi Sosial di ruang rawat Cendrawasih
RSJ. Prof. HB. Saanin Padang yang dilakukan pada tanggal 01 Maret 2021
sampai tanggal 13 Maret 2021. Gambaran asuhan keperawatan yang telah
dilakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Hasil pengkajian keperawatan didapatkan data klien bernama Tn.L
berjenis kelamin laki-laki yang berumur 28 tahun dengan nomor rekam
medik 038559, klien mengatakan bahwa ia lahir pada tanggal 23 April
1992, klien beragama khatolik, pendidikan terakhir klien SMA, klien
belum menikah. Klien mempunyai dua orang adik yaitu laki-laki dan
perempuan, klien mengatakan tinggal di Dusun Mapailingan Desa
Katurei Siberut Kepulauan Mentawai namun klien mengaku tersesat
sehingga klien berada di Kota Padang.
b. Alasan Masuk
Klien masuk RSJ Prof. HB. Saanin Padang melalui IGD dan di
pindahkan ke ruang rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang
pada tanggal 14 Desember 2020. Klien dibawa oleh petugas Satpol PP
ke RSJ. Prof. HB. Saanin Padang karena mengganggu, merusak Gedung
Joang dan mengamuk di Jalan Samudra tepi laut Padang. Klien
diketahui gelandangan disekitar daerah Jalan Samudra tepi laut padang
tersebut. Klien mengatakan melempar kaca di geduang joang dengan
batu yang menyebabkan kaki klien berdarah sehingga klien semakin
mengamuk. Kondisi Klien saat dilakukan pengakajian ditemukan klien

46
47

sering menyendiri, klien sering menghindar saat berinteraksi dengan


alasan tidur, klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien
menceritakan perasaan kesepian, klien mengatakan merasa bosan,
kontak mata klien kurang, klien tampak kurang energy/tenaga, klien
mengatakan melihat bayangan putih dan hitam, klien tidak
memperhatikan kebersihan diri, respon verbal klien kurang dan singkat
c. Faktor Predisposisi
1) Gangguan Jiwa dimasa lalu
Klien mengatakan bahwa sebelumnya pernah dirawat di RSJ. Prof.
HB. Saanin Padang dan berdasarkan status diketahui bahwa klien
pada tahun 2016 pernah dirawat di Ruang Gelatik RSJ. Prof. HB.
Saanin Padang dengan alasan klien sering bicara-bicara sendiri,
tertawa-tawa sendiri dan mengganggu dilingkungan rumahnya.
2) Pengobatan Sebelumnya
Klien mengatakan sebelumnya pernah putus obat dan jarang kontrol
ke Rumah Sakit sehingga pengobatan sebelumnya pada klien tidak
berhasil.
3) Trauma dan Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Masyarakat dan kepala suku di lingkungan tempat tinggal klien tidak
menerima klien dilingkungan tempat tinggalnya karena klien masih
mengganggu masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya sehinggga
klien ditelantarkan oleh keluarganya. Klien mengatakan bahwa ia
naik kapal Mentawai bersama dua orang adiknya namun saat sudah
berada didalam kapal ia tidak menemukan adiknya berada dikapal
namun kapal sudah mulai berlayar sehingga klien mengaku stress dan
bingung saat sampai di Kota Padang dan berjalan tidak tau arah.
Klien mengatakan pernah mengalami masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu kematian ibunya saat ia berumur 14 tahun dan
ia mengaku saat itu sangat sedih dan terpukul.

Poltekkes Kemenkes Padang


48

d. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik Tn.L dalam batas normal, ditandai dengan
Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 86 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu: 36,4 0C. Tidak ada keluhan dan kelainan terhadap
pemeriksaan fisik klien
e. Psikososial
7) Genogram

28 Th

Keterangan:

: Laki-Laki : Menikah
: Perempuan : Saudara

: Meninggal

: Klien

--------- : Serumah (Tidak ada yang serumah)

Tn.L merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara. Ibu klien
sudah meninggal sejak ia berumur 14 tahun dan mempunyai ibu tiri
diumur 22 tahun. Ayah klien meninggal dunia setelah mentelantarkan
klien karena klien yang masih mengganggu masyarakat ditempat
tinggalnya sejak keluar RSJ. Prof. HB. Saanin Padang pada tahun
2017 sehingga kepala suku di Mentawai tidak menerima kehadiran
klien di lingkungan tempat tinggalnya. Sejak ayah klien meninggal
dunia anggota keluarga klien berpencar sehingga tidak ada anggota
keluarga yang serumah. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa seperti klien

Poltekkes Kemenkes Padang


49

8) Konsep Diri
Konsep diri pada citra tubuh klien mengatakan menyukai semua
anggota tubuhnya, pada identitas diri klien mengatakan bahwa ia anak
pertama dari 3 orang bersaudara dan klien senang menjadi anak laki-
laki, pada peran diri klien mengatakan bahwa ia seorang anak dalam
keluarganya, klien dulunya seorang nelayan yang sering menyelam
untuk membantu perekonomian keluarga, pada ideal diri klien
mengatakan ia ingin cepat pulang dan bertemu keluarganya di
Mentawai dan kembali bekerja sebagai seorang nelayan namun untuk
kembali ke Mentawai klien ingin bekerja sebagai petugas parkir dan
mengumpulkan uang untuk pulang ke Mentawai. Pada harga diri klien
mengatakan bahwa ia merasa malu dan tidak percaya diri untuk
memulai berinteraksi dengan orang lain karena takut ditolak oleh
orang lain dan merasa dirinya tidak berguna bagi orang lain.

f. Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang yang paling berarti dan yang paling dekat
dengannya sejak ibunya meninggal di umur 14 tahun adalah ayahnya
namun klien tidak mengetahui sejak ia ditelantarkan ayahnya sudah
meninggal dunia pada tahun 2018. Klien terlantar di Kota Padang tanpa
ada teman dan merupakan seorang gelandangan, klien mengatakan ia
tidur biasanya di rumah kosong yang tidak dihuni.

Klien mengatakan bahwa ia jarang berinteraksi dengan tetangga dalam


kegiatan kelompok/masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Klien
mengatakan di Rumah Sakit tidak ada orang yang dekat dengan klien dan
klien mengatakan tidak mempunyai teman di rumah sakit. Klien tampak
sering menyendiri, sering tidur, tidak mau berbicara, kontak mata klien
kurang, ekspresi wajah klien tidak berseri, datar dan dangkal, klien asik
dengan pikirannya sendiri, klien tampak kurang energy/tenaga dan klien
mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


50

g. Spiritual
Klien mengatakan dirinya beragama Khatolik. Klien mengatakan jarang
beribadah dan berdo’a sesuai keyakinannya.
h. Status Mental
Klien berpenampilan kurang rapi, kumis dan jenggot tampak panjang,
kuku klien panjang dan klien mandi satu kali sehari. Saat dilakukan
wawancara klien tampak sering menunduk, kontak mata kurang, klien
tidak mampu memulai pembicaraan, klien banyak diam, klien berbicara
lambat dengan volume kecil. Klien mengatakan merasa kesepian dan
ingin cepat pulang bertemu keluarganya di Mentawai. Klien mempunyai
afek tumpul hanya mau bereaksi apabila diberi stimulus yang kuat. Klien
mengatakan ia kadang melihat bayangan putih disiang hari dan bayangan
hitam dimalam hari. Pada saat berinteraksi klien sering diam dan terhenti
sejenak lalu dilanjutkan kembali apabila diberi pertanyaan ulang. Tingkat
kesadaran klien tampak bingung tetapi klien mengetahui bahwa klien
sekarang berada di Rumah Sakit. Klien tidak mengalami masalah dalam
gangguan daya ingat baik dalam kejadian jangka pendek maupun jangka
panjang. Pada kemampuan penilaian klien terhadap penilaian sederhana
klien mampu menilai dengan baik seperti memilih cuci tangan terlebih
dahulu baru makan dan memilih makan duduk dari pada makan berdiri.
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
Pada kebutuhan makan, klien makan 3 kali/hari dengan menghabiskan
makanan yang disediakan. Klien makan dengan tenang dan tidak
mengganggu teman-temannya. Setelah makan klien mampu meletakkan
tempat makannya ditempat yang dianjurkan kemudian cuci tangan. Klien
mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Pada
kebutuhan BAB/BAK, klien mampu BAB/BAK secara mandiri ke kamar
mandi yang ada diruangan. Pada kebutuhan mandi, klien mengatakan
mandi 1x/hari secara mandiri dan menggosok gigi secara mandiri. Pada
kebutuhan berhias/berpakaian, klien kurang rapi dan kuku klien panjang.

Poltekkes Kemenkes Padang


51

Pada kebutuhan istirahat dan tidur, klien sering tidur setelah kegiatan
olahraga pagi dan setelah penyuluhan kemudian setelah makan siang
klien kembali tidur dan hanya bangun untuk minum, ke kamar mandi dan
di panggil oleh perawat ruangan. Klien juga mengatakan bahwa di malam
hari ia sering tidur jam 09.00 wib dan bangun pagi jam 05.00 wib. Pada
pemeliharaan kesehatan klien mengatakan bahwa apabila ia
diperbolehkan pulang ia akan minum obat secara teratur dan apabila
obatnya habis ia akan pergi ke RS/ Puskesmas. Klien juga mengatakan
bahwa saat ia pulang ia akan membantu kegiatan yang dapat
dilakukannya namun klien masih malu dengan kemampuan yang
dimilikinya.
j. Mekanisme Koping
Klien mempunyai mekanisme koping yang maladaptive yaitu klien
sering menyendiri, lebih memilih tidur dari pada berinteraksi dengan
orang lain, berbicara klien lambat dengan volume kecil, klien
mengatakan jika ada masalah ia sering memendamnya sendiri dan
memilih diam.
k. Persepsi
Klien mengatakan bahwa saat ia melamun dan menyendiri klien sering
melihat bayangan putih di pagi hari dan bayangan hitam di malam hari
sebesar bumi. Klien mengatakan apabila ia melihat bayang tersebut ia
merasa gelisah dan cemas namun tidak dapat melakukan apa-apa. Klien
mengatakan bahwa ia berhenti melihat bayangan itu apabila ada orang
lain dan berada didekat banyak orang namun klien takut mengganggu
dan ditolak oleh orang lain.
l. Aspek Medik
Klien didiagnosa skizofrenia. Pada saat ini klien minum obat secara
teratur karena diawasi oleh perawat ruangan. Terapi obat yang
didapatkan klien yaitu Risperidon 2x2 mg sesudah makan 2x sehari,
Lorazepam 1x2 mg diminum malam hari 1x sehari, Thryhexil penidil
(THP) 3x2 mg sesudah makan

Poltekkes Kemenkes Padang


52

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2016), masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada klien isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Halusinasi (Effect)
b. Isolasi Sosial (Core Problem)
c. Harga Diri Rendah (Causa)
Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial pada klien ditandai dengan klien yang
sering menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan alasan tidur, kontak mata
kurang, sering menunduk, suara lambat dengan volume kecil, klien banyak
diam, klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien mengatakan bosan,
klien tampak tidak ber energy/tenaga, ekspresi klien datar dan dangkal.

Diagnosa Keperawatan Halusinasi pada klien ditandai dengan klien yang


mengatakan melihat bayangan putih di siang hari dan bayangan hitam
dimalam hari, klien mengatakan bayangan tersebut sebesar bumi, klien
mengatakan melihat bayangan tersebut saat ia melamun dan menyendiri,
klien mengatakan apabila ia melihat bayang tersebut ia merasa gelisah dan
cemas namun tidak dapat melakukan apa-apa dan klien tampak tidak fokus
saat wawancara.

Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah pada klien ditandai dengan klien
yang banyak diam, klien merasa tidak percaya diri dan malu berinteraksi
dengan orang lain, klien sering menunduk saat berinteraksi, klien merasa
dirinya tidak berguna bagi orang sekitar terutama bagi keluarga klien karena
tidak dapat membantu perekonomian keluarga.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang dilakukan pada klien yaitu melakukan strategi
pelaksanaan dari masing-masing diagnosa keperawatan
a. Isolasi Sosial
Strategi pelaksanaan pada pasien terdiri dari empat strategi yaitu:

Poltekkes Kemenkes Padang


53

Startegi Pelaksanaan 1
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien menyadari penyebab isolasi social
c) Membantu klien mengetahui kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain dan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d) Melatih klien cara berkenalan dan bercakap-cakap secara bertahap
antara klien dan perawat atau dengan satu orang lain
e) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan
Strategi Pelaksanaan 2:
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan, beri pujian
c) Latih cara berkenalan dengan 2-3orang
d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan 3:
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan berkenalan dan bicara saat melakukan
kegiatan harian, berikan pujian
c) Latih cara berkenalan dengan 4-5 orang
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
Strategi Pelaksanaan 4:
a) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan dan
c) Latih bicara saat melakukan kegiatan sosial
d) Tanyakan perasaan saat melakukan kegiatan
e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
b. Halusinasi
Strategi Pelaksanaan 1 (Menghardik Halusinasi):
a) Identifikasi jenis halusinasi klien
b) Identifikasi isi halusinasi klien
c) Identifikasi frekuensi halusinasi klien
d) Identifikasi waktu terjadi halusinasi klien
e) Identifikasi situasi pencetus yang menimbulkan halusinasi

Poltekkes Kemenkes Padang


54

f) Identifikasi perasaan klien saat halusinasi muncul


g) Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
h) Identifikasi upaya yang telah dilakukan klien untuk mengontrol
halusinasi
i) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
j) Latih klien mengontrol halusinasi dengan menghardik
k) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan
Strategi Pelaksanaan 2 (6 Benar minum obat):
a) Evaluasi tanda dan gejala halusinasi
b) Validasi kemampuan klien mengenal halusinasi yang dialami dan
kemampuan klien mengontrol halusinasi, berikan pujian
c) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
d) Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
(Jelaskan pentingnya penggunan obat, akibat bila obat tidak
digunakan sesuai program, akibat bila putus obat, cara
mendapatkan obat/berobat. Jelaskan prinsip 6 benar minum obat:
jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas minum obat)
e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap dengan orang lain):
a) Evaluasi gejala halusinasi
b) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat, berikan pujian
c) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
minum obat sesuai jadwal
d) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi
e) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
Strategi Pelaksanaan 4 (Melakukan aktivitas sehari-hari):
a) Mengevaluasi tanda dan gejala halusinasi
b) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat, dan bercakap-cakap dengan orang lain,
berikan pujian

Poltekkes Kemenkes Padang


55

c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan


harian
d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
c. Harga Diri Rendah
Strategi pelaksanaan 1:
a) Identifikasi pandangan/penilaian klien tentang diri sendiri dan
pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang
telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai
harapan yang belum terpenuhi
b) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
paasien (buat daftar kegiatan)
c) Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)
d) Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
e) Bantu klien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini untuk dilatih
f) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
g) Masukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk
latihan
Strategi pelaksanaan 2 :
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan klien melakukan kegiatan pertama yang telah
dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
d) Bantu klien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
e) Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
f) Masukkan pada jadwal kegiatan
Strategi pelaksanaan 3 :
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan kedua yang
telah dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua

Poltekkes Kemenkes Padang


56

d) Bantu klien melih kegitan ketiga yang akan dilatih


e) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan ketiga kegiatan
Strategi pelaksanaan 4 :
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga
d) Bantu klien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
e) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
f) Masukkan padajadwal kegiatan untuk latihan ke empat kegiatan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Implementasi Keperawatan yang telah dilakukan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan


utama isolasi sosial yaitu strategi pelaksanaan 1: Melatih klien berkenalan
antara klien dengan perawat atau dengan satu orang teman di ruangan pada
hari Sabtu, 06 Maret 2021 jam 09.00-09.30 WIB. Strategi pelaksanaan 2:
Melatih klien berkenalan dengan 2-3 orang teman diruangan pada hari
Senin, 08 Maret 2021 jam 09.00-09.30 WIB. Startegi pelaksanaan 3:
Melatih klien berkenalan dengan 4-5 orang teman diruangan dan pada hari
Selasa, 09 Maret 2021 jam 09.00-09.30 WIB. Strategi Pelaksanaan 4:
Melatih klien bercakap-cakap saat klien melakukan kegiatan harian dan
mendampingi klien melakukan kegiatan TAKS (Sesi 3) pada hari Rabu, 10
Maret 09.00-11.00 WIB.

Poltekkes Kemenkes Padang


57

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa Halusinasi yaitu


strategi pelaksanaan 1: Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik pada hari Senin, 08 Maret 2021 jam 11.00-11.30 WIB. Strategi
Pelaksanaan 2: Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh
minum obat pada hari Selasa, 09 maret 2021 jam 11.00-11.30 WIB. Strategi
pelaksanaan 3: Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
pada hari Rabu, 10 Maret 2021 jam 15.30-16.00 WIB. Strategi Pelaksanaan
4: Melatih Klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
terjadwal yaitu menyapu pada hari Kamis, 11 Maret 2021 Jam 14.00-14.30
WIB.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa Harga Diri


Rendah yaitu Strategi pelaksanaan 1: Mengkaji kemampuan yang dimiliki
klien serta melatih kegiatan pertama yang dipilih yaitu menyapu pada hari
selasa, 09 Maret 2021 jam 15.00-16.00 WIB. Strategi Pelaksanaan 2:
Melatih kegiatan kedua yang dipilih yaitu merapikan tempat tidur pada hari
kamis, 11 Maret 2021 jam 07.30-08.30 WIB. Strategi Pelaksanaan 3:
Melatih kegiatan ketiga yang dipilih yaitu mencuci gelas pada hari Jum’at,
12 Maret 2021 jam 14.00-15.00 WIB. Strategi Pelaksanaan 4: Malatih
kegiatan keempat yang dipilih yaitu membersihkan meja makan pada hari
Sabtu, 13 Maret 2021 jam 13.30-14.30 WIB.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan didapatkan dari hasil implementasi keperawatan yang
telah dilakukan. Dimana penulis melakukan implementasi keperawatan
berdasarkan 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien yaitu
Isolasi Sosial, Halusinasi dan Harga Diri Rendah. Semua masalah dapat
teratasi berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama 11 hari
interaksi dengan klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


58

Evaluasi Keperawatan pada diagnosa keperawatan isolasi sosial yaitu klien


mampu melakukan strategi pelaksanaan 1 pada hari Sabtu, 06 maret 2021
ditandai dengan klien mengetahui penyebab terjadinya isolasi sosial, mampu
menyebutkan beberapa manfaat dan kerugian apabila berinteraksi dengan
orang lain/mempunyai teman, klien mampu berkenalan dengan perawat dan
satu orang temannya namun masih perlu dibantu. Strategi pelaksanaan 2
pada hari Senin, 08 Maret 2021 ditemukan klien mau berkenalan dengan 2-3
orang namun masih perlu dibimbing, klien mengatakan kadang teman yang
sudah diajak berkenalan lupa namanya tapi orangnya masih ingat. Strategi
pelaksanaan 3 pada hari Selasa, 09 Maret 2021 ditemukan klien mau
berkenalan dengan 4-5 orang, klien mengatakan senang mempunyai teman,
klien mampu berkenalan secara mandiri namun suara klien masih pelan dan
lambat. Strategi Pelaksanaan 4 pada hari Rabu, 10 Maret 2021 ditemukan
klien mampu bercakap-cakap dengan teman-temanya saat melakukan
kegiatan merapikan tempat tidur, klien mampu bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan TAKS (Sesi 3) dengan anggota kelompok namun klien
mengaku masih malu dan perlu dukungan selama kegiatan TAKS (Sesi 3).
Pada hari Kamis, 11 Maret 2021 sampai hari Sabtu, 13 Maret 2021 tetap
dilakukan evaluasi terhadap kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap klien
yang sudah dijadwalkan dalam kegiatan harian klien, ditemukan klien sudah
mampu menyapa orang lain, klien jarang menyendiri, kontak mata klien
sudah ada, klien mampu merawat kebersihan diri, klien mampu terbuka dan
menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan pada penulis sebelum penulis
tanyakan namun kegiatan yang dilakukan klien masih perlu dioptimalkan.

Evaluasi Keperawatan pada diagnosa keperawatan Halusinasi yaitu strategi


pelaksanaan 1 pada hari Senin, 08 Maret 2021 ditemukan klien mampu
menjelaskan terkait bayangan yang ia lihat (Isi, frekuensi, waktu tejadi,
situasi pencetus, perasaan, respon klien, serta upaya yang dilakukan klien
saat bayangan tersebut muncul), klien mampu mempraktekan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Strategi pelaksanaan 2 pada
hari Selasa, 09 maret 2021 ditemukan klien mampu mengontrol halusinasi

Poltekkes Kemenkes Padang


59

dengan patuh minum obat, klien tampak mendengarkan penjelasan penulis


terkait 6 benar minum obat namun klien masih sering lupa saat ditanya
kembali dan klien juga tampak berusaha mengingat warna dan nama obat
yang dikonsumsinya. Strategi pelaksanaan 3 pada hari Rabu, 10 Maret 2021
ditemukan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan beberapa teman diruangan. Strategi pelaksanaan 4 pada hari Kamis,
11 maret 2021 ditemukan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan akvitas terjadwal. Pada hari Jum’at, 12 maret 2021 sampai hari
Sabtu, 13 Maret 2021 2021 tetap dilakukan evaluasi terhadap halusinasi
klien yang ditemukan klien mengatakan sudah jarang melihat bayangan
putih di siang hari namun dimalam hari ia melihat bayangan hitam 1 kali,
klien mengatakan apabila bayangan tersebut muncul ia melakukan cara
mengontrol/menolak bayangan yang pernah diajarkan.

Evaluasi Keperawatan pada diagnosa Harga diri rendah yaitu strategi


pelaksanaan 1 pada hari Selasa, 09 Maret 2021 ditemukan klien mampu
mengkaji kemampuan yang dimiliki dan melakukan latihan kegiatan
pertama yang dipilih yaitu menyapu namun masih perlu dibimbing. Strategi
pelaksanaan 2 pada hari Kamis, 11 Maret 2021 ditemukan klien mampu
melakukan kegiatan sebelumnya yang dilatih yaitu menyapu, klien mampu
melakukan kegiatan kedua yang dipilih yaitu merapikan tempat tidur namun
klien masih perlu dibimbing. Strategi pelaksanaan 3 pada hari Jum’at, 12
Maret 2021 ditemukan klien mampu melakukan kegiatan yang dilatih
sebelumnya yaitu merapikan tempat tidur sesudah tidur, klien mampu
melakukan kegiatan ketiga yang dipilih yaitu mencuci gelas setelah makan
namun klien masih perlu dibimbing. Strategi pelaksanaan 4 pada hari Sabtu,
13 Maret 2021 ditemukan klien mampu melakukan kegiatan ke empat yang
dipilih yaitu membersihkan meja. Setelah melakukan kegiatan klien merasa
lebih percaya diri melakukan kegiatan sebelumnya yang pernah dilatih,
klien mengatakan merasa berguna dan klien mengetahui bahwa kemampuan
yang dimiliki belum tentu semua orang memilikinya.

Poltekkes Kemenkes Padang


60

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah dilakukan penulis,
penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh
sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis akan membandingkan hasil
penelitian yang didapatkan dengan membandingkan hasil penelitian terdahulu
yang terkait dengan penelitian penulis ini. Dalam penyusunan asuhan
keperawatan penulis melakukan proses yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan dengan
uraian sebagai berikut:

1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan Utama
Penelitian yang dilakukan pada Tn.L sebagai responden dalam penelitian
ditemukan data bahwa klien sering menyendiri, klien sering menghindar
dengan alasan tidur, klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien
menceritakan perasaan kesepian, perasaan bosan, kontak mata klien
kurang, klien tampak kurang energy/tenaga, klien mengatakan melihat
bayangan hitam dan putih, klien tidak memperhatikan kebersihan diri,
respon verbal klien kurang dan singkat.

Keluhan utama pada Tn.L mempunyai beberapa persamaan dengan


penelitian yang dilakukan oleh Fadly & Hargiana (2018) tentang Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Tn.P dengan isolasi sosial didapatkan data klien
yang mengatakan takut bertemu orang lain, klien bicara pelan, kontak mata
kurang, mudah beralih, menghindari pembicaraan dan suara pelan, tidak
mampu berinteraksi dalam waktu yang lama, klien tidak mampu memulai
pembicaraan, klien menjawab pertanyaan seadanya, menghindari
pembicaraan dengan pergi meninggalkan perawat.

Menurut teori dari Azizah et al (2016) menjelaskan bahwa Isolasi sosial


merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dan berhubungan
dengan orang lain. Adanya penarikan diri baik perhatian maupun minatnya

Poltekkes Kemenkes Padang


61

terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara


maupun menetap

Berdasarkan keluhan utama yang ditemukan pada Tn.L dalam penelitian


yang penulis lakukan dilapangan mempunyai beberapa persamaan dengan
penelitian yang telah dilakukan Fadly & Hargiana (2018). Hal ini sesuai
dengan teori Azizah et al (2016) dimana klien melakukan upaya untuk
menghindari interaksi dan berhubungan dengan orang lain.

b. Faktor Predisposisi
Penelitian yang dilakukan pada Tn.L sebagai responden dalam penelitian
ini didapatkan faktor predisposisi klien mengalami isolasi sosial yaitu
faktor biologis dimana klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
dan dirawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang namun klien putus minum
obat dirumahnya, faktor psikologis dan perkembangan dimana klien
pernah kehilangan ibunya saat berumur 14 tahun sehingga mengalami
gangguan dalam perkembangan pada masa remaja, faktor sosial budaya
yaitu klien pernah mengalami penolakan dilingkungan tempat tinggalnya
dan klien ditelantarkan oleh keluarganya di kapal Mentawai sehingga klien
menjadi gelandangan saat sampai di Kota Padang dan klien mengaku
stress dan bingung karena tidak mengenal siapapun di Kota Padang
tersebut. Hal ini menyebabkan klien sulit untuk percaya dan berinteraksi
dengan orang lain, menganggap tidak ada manfaat apapun apabila
berinteraksi dengan orang lain dan sering menghindari interaksi dengan
orang lain.

Hasil Penelitian yang dilakukan Aji Raka Prihutomo (2017) terkait faktor
predisposisi terjadinya isolasi sosial yang didapat yaitu klien pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu, pengobatan klien sebelumnya
kurang berhasil dikarenakan klien jarang minum obat dan klien tidak
kontrol, klien juga pernah menjadi korban penganiayaan oleh orang yang
klien tidak kenal.

Poltekkes Kemenkes Padang


62

Menurut teori Azizah et al (2016) factor predisposisi pada klien dengan


isolasi sosial terdiri dari factor perkembangan yaitu tugas perkembangan
yang tidak terpenuhi, factor biologi yaitu adanya riwayat penyakit atau
trauma kepala dan kelainan pada struktur otak, faktor sosial budaya yaitu
adanya riwayat penolakan lingkungan, tingkat pendidikan rendah dan
kegagalan dalam hubungan sosial (penceraian, hidup sendiri), dan factor
dalam keluarga yaitu komunikasi keluarga yang tidak menyenangkan
dapat mendorong seseorang mengalami harga diri rendah.

Dalam Teori Harkomah et al (2018) juga menjelaskan bahwa masalah


yang dihadapi penderita isolasi sosial umumnya kegagalan individu dalam
melakukan interaksi dengan orang lain sebagai akibat dari pikiran negatif
dan pengalaman yang tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi
individu dalam berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan faktor predisposisi yang ditemukan pada Tn.L dalam


penelitian yang penulis lakukan dilapangan terdapat kesesuaian antara
teori dan kasus yaitu klien mengalami isolasi sosial disebabkan karena
adanya faktor predisposisi yaitu faktor sosial budaya, faktor biologi, faktor
dalam keluarga dan pengalaman yang tidak menyenangkan sesuai dengan
teori Azizah et al (2016) dan teori Harkomah et al (2018). Pada penelitian
yang dilakukan Aji Raka Prihutomo (2017) terdapat beberapa persamaan
yang peneliti temui dilapangan namun pada Tn.L sebagai partisipan tidak
pernah menjadi korban penganiayaan oleh orang yang tidak kenal sebagai
penyebab terjadinya isolasi sosial.

Hambatan yang penulis dapatkan selama pengkajian yaitu saat menggali


informasi dari klien dimana klien yang mengalami isolasi sosial sulit untuk
berinteraksi dan cenderung menghindar apalagi saat beinteraksi dengan
orang yang baru ia temui sehingga penulis melakukan solusi dimana
penulis melakukan pendekatan dengan membina hubungan saling percaya,
selalu menempati janji, berinteraksi dengan klien secara singkat namun

Poltekkes Kemenkes Padang


63

sering, menghadirkan diri dan memberikan semangat pada klien dan


teman-teman klien saat melakukan kegiatan harian yang dilakukan di
ruangan sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Berhimpong et al.,
2016) dimana pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil, Jika
klien sudah percaya dengan perawat maka program asuhan keperawatan
lebih mungkin dilaksanakan.

3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada klien dengan isolasi sosial
ditemukan bahwa penyebab dari isolasi sosial yaitu harga diri rendah yang
ditandai dengan data objektif klien sering diam, klien merasa tidak percaya
diri dan malu berinteraksi dengan orang lain, klien sering menunduk saat
berinteraksi dan data subjektif klien yang merasa dirinya tidak berguna bagi
orang sekitar terumata bagi keluarga klien karena tidak dapat membantu
perekonomian keluarganya.

Klien yang mengalami isolasi sosial akan mengakibatkan terjadinya


halusinasi yang ditandai dengan data objektif klien sering melamun,
menyendiri, klien sering melihat kearah sekitar dan data subjektif klien yang
mengatakan melihat bayangan putih di siang hari dan bayangan hitam
dimalam hari, klien mengatakan bayangan tersebut sebesar bumi, klien
mengatakan melihat bayangan tersebut saat ia melamun dan menyendiri,
klien mengatakan apabila ia melihat bayang tersebut ia merasa gelisah dan
cemas namun tidak dapat melakukan apa-apa dan klien tampak tidak fokus
saat wawancara.

Diagnosa utama berdasarkan prioritas pada klien yaitu Isolasi sosial yang
ditandai dengan data objectif klien tampak klien banyak berdiam diri,
kontak mata klien kurang, asik dengan pikirannya sendiri, ekspresi wajah
klien kurang berseri dan datar, kurang energy, klien sering menghindari
interaksi dengan alasan tidur, lebih banyak menunduk saat berinteraksi,
respon verbal klien kurang dan singkat dan tidak memperhatikan kebersihan

Poltekkes Kemenkes Padang


64

diri. Data subjectif yang ditemukan yaitu klien mengatakan tidak memiliki
teman dekat, klien mengatakan tidak ada manfaat berteman dengan orang
lain.

Menurut teori Nurhalimah (2016) menjelaskan bahwa masalah keperawatan


pada klien isolasi sosial yaitu isolasi sosial sebagai core problem, harga diri
rendah sebagai cause dan halusinasi sebagai effect dari isolasi sosial.

Hasil penelitian yang dilakukan Fadly & Hargiana (2018) didapatkan


diagnosis keperawatan yaitu isolasi sosial, halusinasi, harga diri rendah,
resiko perilaku kekerasan dan defisit perawatan diri. Diagnosis keperawatan
utama yang diangkat berdasarkan prioritas yaitu isolasi sosial. Pada
penelitian Fadly & Hargiana (2018) juga menjelaskan bahwa klien dengan
isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan mengalami
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai
berdiam diri, dan menghindar dari orang lain.

Berdasarkan analisis penulis, tidak terdapat perbedaan antara teori dan


praktek yang ditemukan dilapangan. Dimana isolasi sosial sebagai core
problem disebabkan oleh harga diri rendah dan halusinasi sebagai effect. Hal
ini juga ditandai dengan klien isolasi sosial yang mengalami gangguan
dalam berinteraksi dan mengalami perilaku yang tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, sering berdiam diri dan kadang menghindari dari orang
lain yang didukung oleh teori dan praktek yang ditemukan dilapangan.

4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien direncanakan sesuai diagnosa
keperawatan yang ditemukan. Diagnosa keperawatan isolasi sosial
menggunakan strategi pelaksanaan satu sampai dengan empat yaitu
mengidentifikasi penyebab terjadinya isolasi sosial, berdiskusi tentang
kerugian dan manfaat mempunyai teman, mengajarkan berkenalan dengan
perawat dan salah satu teman disekitar, berkenalan dengan 2-3 orang,

Poltekkes Kemenkes Padang


65

berkenalan dengan 4-5 orang, melatih berbicara saat melakukan kegiatan


harian dan mendampingi klien melakukan kegiatan TAKS (Sesi 3) dan
memberikan reinforcement positif terhadap kegiatan yang dilakukan.
Strategi pelaksanaan diagnosa halusiansi yaitu mengidentifikasi jenis, isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, respon klien, upaya yang telah
dilakukan saat terjadi halusinasi, mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat, bercakap-
cakap dengan orang disekitar dan melakukan kegiatan terjadwal. Sedangkan
strategi pelaksanaan diagnosa harga diri rendah yaitu membantu klien
menggali aspek positif yang dimiliki klien kemudian memilih kegiatan
yang dapat dilakukan di RS, melakukan kegiatan pertama yang dipilih,
melakukan kegiatan kedua yang dipilih, melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih dan melakukan kegiatan keempat yang dipilih.

Menurut Teori Deden, D., & Rusdi (2013) pada diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial tindakan keperawatan yang dilakukan pada strategi
pelaksanaan 1: Identifikasi penyebab Isolasi sosial, keuntungan mempunyai
teman dan kerugian tidak mempunyai teman dan melatih cara berkenalan
dengan orang lain secara bertahap. Strategi pelaksanaan 2: Melatih cara
berinteraksi atau berkenalan dengan 2-3 orang. Strategi pelaksanaan 3:
melatih berkenalan dengan 4-5 orang. Strategi pelaksanaan 4: melatih cara
berbicara saat melakukan kegiatan sosial. Strategi pelaksanaan pada
keluarga 1: memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda dan
gejala, proses terjadinya isolasi sosial dan melatih keluarga merawat klien
isolasi sosial dengan latihan berkenalan dengan orang lain, Strategi
pelaksanaan pada keluarga 2: jelaskan pada keluarga melatih klien
bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan rumah tangga yang dipilih
pasien, Strategi pelaksanaan pada keluarga 3 : jelaskan pada keluarga cara
melatih klien bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan sosial yang dipilih
(berbelanja di warung), dan Strategi pelaksanaan pada keluarga 4:
menjelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat, tanda kambuh
dan rujukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


66

Menurut Teori Berhimpong et al (2016) menjelaskan bahwa masalah


gangguan interaksi pada klien gangguan jiwa khususnya klien dengan
isolasi sosial dapat diatasi dengan melakukan tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk melatih klien dalam melakukan interakasi sosial sehingga
klien merasa nyaman dalam berhubungan dengan orang lain.

Teknik komunikasi yang digunakan dalam intervensi klien isolasi sosial


yaitu menghadirkan diri (presence) yaitu perawat berada bersama klien baik
secara fisik maupun psikologis pada saat klien membutuhkan kehadiran
orang lain (Bulecheck et al., 2016).

Menurut analisis penulis strategi pelaksanaan yang dilakukan pada klien


disesuaikan dengan teori dan praktek lapangan yang ditemukan, dimana
klien dengan isolasi sosial dilakukan intervensi sesuai dengan strategi
pelaksanaan yang melatih kemampuan klien dalam berinteraksi secara
bertahap dengan menghadirkan diri dan melatih komunikasi sehingga
intervensi dapat dilaksanakan dengan baik karena sudah terbentuknya
hubungan saling percaya.

5. Implementasi Keperawatan
Secara umum penulis melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi
keperawatan yang digunakan yaitu menggunakan tahapan strategi
pelaksanaan. Untuk mengatasi masalah utama isolasi sosial penulis terlebih
dahulu membina hubungan saling percaya, membantu klien untuk mengenal
penyebab isolasi sosial yang dialaminya, membantu klien untuk mengenal
manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan
manfaat jika klien mempunyai banyak teman, membantu klien mengenal
kerugian klien tidak berhubungan dengan orang lain, membantu klien untuk
berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dan bercakap saat melakukan
kegiatan harian serta mendampingi klien melakukan kegiatan TAKS (Sesi
3).

Poltekkes Kemenkes Padang


67

Pada diagnosa halusinasi, juga dilakukan strategi pelaksanaan 1 sampai


dengan 4 yaitu membantu klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, membantu klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh
minum obat, membantu klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain dan mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan harian.

Diagnosa harga diri rendah dilakuakan strategi pelaksaan yaitu


mengidentifikasi penilaian/aspek positif yang dimiliki klien, memilih
kegiatan yang dapat dilakukan di RS, melakukan kegiatan harian pertama
yang dipilih klien yaitu menyapu, melatih kegiatan kedua yaitu merapikan
tempat tidur, melatih kegiatan ketiga yaitu mencuci gelas, melatih kegiatan
ke empat yang dipilih yaitu mebersihkan meja makan setelah makan dan
memberikan reinforcement setiap latihan yang dilakukan klien.

Menurut teori Muhith (2015) Implementasi Keperawatan adalah tahapan


ketika perawat mengaplikasikan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan Isolasi Sosial meliputi


peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Perawat dituntut dapat
melakukan aktivitas pada tiga area utama yaitu asuhan langsung,
komunikasi, penatalaksanaan keperawatan. Pada peran promotif, perawat
dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan
dan pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu perawat
dapat meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan Isolasi sosial (Yusuf
et al., 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


68

Tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial yaitu dengan cara membantu
klien dalam mengidentifikasi penyebab, manfaat mempunyai teman,
kerugian tidak mempunyai teman dan latihan berkenalan dengan orang lain
secara bertahap (Fadly & Hargiana, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Maftuhah & Noviekayati,


2020) terkait penerapan teknik reinforcement positif pada klien skizofrenia
ditemukan peningkatan kemampuan klien dalam berinteraksi dimana
memberikan konsekuensi yang menyenangkan.

Menurut analisis penulis pada implementasi keperawatan yang dilakukan


pada klien sudah sesuai dengan teori dan praktek lapangan yang ditemukan,
Implementasi keperawatan pada klien isolasi sosial dilakukan sesuai strategi
pelaksanaan pada klien secara bertahap dengan melatih kemampuan klien
dalam berinteraksi secara bertahap dan memberikan reinforcement positif
sehingga dapat mewujudkan tujuan yang diharapkan dan perawat dapat
menjalankan tiga area utama yaitu asuhan langsung, komunikasi dan
penatalaksanaan keperawatan.

Hambatan yang didapatkan yaitu tidak bisa dilakukannya strategi


pelaksanaan keluarga karena kunjungan keluarga pada klien di RSJ. Prof.
HB. Saanin Padang tidak dibolehkan selama pandemi covid-19 kecuali jika
klien sudah dibolehkan pulang dan keluarga klien yang hilang kontak
karena klien yang sengaja ditelantarkan. Dampak strategi pelaksanaan
keluarga yang tidak dapat dilakukan yaitu tidak adanya sistem pendukung
dari keluarga dalam merawat klien dimana keluarga merupakan pendukung
yang efektif untuk mengoptimalkan kesembuhan klien sesuai dengan
penjelasan teori Muhith (2015) Tindakan keperawatan yang ditujukan untuk
keluarga klien bertujuan agar keluarga dapat terlibat dalam perawatan klien
baik di rumah sakit maupun di rumah dan keluarga dapat menjadi sistem
pendukung yang efektif bagi klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


69

Hambatan selanjutnya yang didapatkan yaitu saat melakukan kegiatan


strategi pelaksanaan 4 isolasi sosial yaitu melatih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sosial namun karena perawat di ruangan belum
mengizinkan klien melakukan kegiatan sosial diluar ruangan sehingga
penulis melakukan solusi dengan cara melatih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian seperti merapikan tempat tidur bersama dan
mendampingi klien saat melakukan kegiatan TAKS (Sesi 3) sesuai jadwal di
ruangan.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan
keperawatan yang telah diberikan. Asuhan keperawatan yang dilakukan
selama 11 hari interaksi pada klien ditemukan diagnosa isolasi sosial teratasi
ditandai dengan klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan
perawat, klien mampu berkenalan dengan satu orang sampai beberapa orang
secara bertahap, dan klien mampu mengikuti kegiatan TAKS yang
dijadwalkan diruangan dimana klien mampu berkenalan dan berinteraksi
dengan anggota kelompok namun klien masih perlu diberi dukungan. Pada
diagnosa halusinasi dapat teratasi yang ditandai dengan klien mengatakan
bahwa bayangan putih yang dilihatnya di siang hari sudah jarang terlihat
dan bayangan hitam terlihat 1x dimalam hari namun klien mampu
mengontrol bayangan tersebut dengan cara menghardik, patuh minum obat,
bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan harian yang
dijadwalkan. Pada diagnosa harga diri rendah juga teratasi ditandai dengan
klien yang mampu menilai kemampuan yang dimiliki klien, klien yang
mengatakan senang melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain, klien
yang mampu melakukan kegiatan harian yang dipilih namun beberapa
kegiatan yang dipilih klien masih belum mampu untuk melakukan secara
mandiri. Selama interaksi yang penulis lakukan dengan klien juga
ditemukan kesiapan klien dalam merencanakan persiapan pulang dimana
klien mengatakan apabila diperbolehkan pulang maka ia akan teratur minum

Poltekkes Kemenkes Padang


70

obat dan akan ke RS/Puskesmas apabila obatnya habis, klien juga


mengatakan bahwa ia ingin menjadi tukang parkir di Kota Padang untuk
mengumpulkan uang agar bisa makan dan pulang kembali ke Mentawai.
Klien juga mengatakan apabila ia sudah di Mentawai ia akan melakukan
kegiatan yang sudah ia latih di Rumah Sakit seperti menyapu, merapikan
tempat tidur, mencuci piring/gelas, membersihkan meja setelah makan dan
melakukan kegiatan yang dapat ia lakukan di luar Rumah Sakit seperti
bermain bola bersama teman-temannya.

Menurut teori Ayu Candra Kirana (2018) Peningkatan kemampuan interaksi


sosial pada klien isolasi sosial dapat terjadi akibat hubungan atau interaksi
yang baik antara perawat dengan klien. Kemampuan interaksi sosial pada
klien isolasi sosial dapat terlihat dengan berkurangnya kesendirian klien,
kontak mata klien pada orang lain serta kemajuan klien dalam berinteraksi
dengan orang lain.

Penelitian yang dilakukan (Aji Raka Prihutomo, 2017) pada klien dengan
isolasi sosial yang menggunakan 4 strategi pelaksanaan didapatkan hasil
klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien dapat
menyebutkan penyebab klien mengalami isolasi sosial, klien dapat
menyebutkan kerugian dan keuntungan jika dapat berinteraksi dengan orang
lain, klien dapat diajari berkenalan bertahap.

Berdasarkan asumsi penulis bahwa untuk mendapatkan evaluasi


keperawatan yang diharapkan pada klien dilakukan tindakan yang sesuai
dengan teori Ayu Candra Kirana (2018) dimana untuk meningkatkan
interaksi sosial pada klien maka perawat harus membina hubungan baik
antara perawat dengan klien dan evaluasi yang penulis dapatkan ditemukan
persamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan Aji Raka Prihutomo
(2017) yang menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan dimana
masalahnya dapat teratasi namun pada penelitian yang penulis lakukan
perlu untuk mengoptimalkan latihan dan kegiatan yang dijadwalkan pada

Poltekkes Kemenkes Padang


71

klien untuk menjadikan suatu kebiasaan yang positif karena klien yang
mengalami gangguan dalam berinteraksi tidak bisa mengalami perubahan
drastis dalam berinteraksi sesuai dengan teori Berhimpong et al (2016)
Perawat tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan klien dalam
berinteraksi dengan orang lain karena kebiasaan tersebut sudah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Sehingga penulis berharap perawat di
ruangan dapat mempertahankan kemampuan klien berinteraksi secara
mandiri, melanjutkan kegiatan TAKS pada klien, mengajak klien bercakap-
cakap saat melakukan kegiatan sosial, tetap memantau kondisi klien,
memberikan motivasi dan reinforcement positif terhadap latihan dan
kegiatan yang dilakukan agar klien tidak lagi mengalami isolasi sosial.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial
di Ruang Rawat Cendrawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang dilakukan pada
1 Maret 2021 sampai pada tanggal 13 maret 2021 maka dapat disimpulkan:

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Tn.L sebagai responden dalam penelitian
Asuhan Keperawatan Jiwa klien dengan Isolasi Sosial di Ruang Rawat
Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021 ditemukan faktor
predisposisi dari gangguan isolasi sosial yaitu faktor perkembangan, faktor
psikologi, faktor biologi dan faktor sosial budaya. Hal ini tidak ditemukan
perbedaan antara teori dan praktek yang ditemukan dilapangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada Tn.L yang mengalami isolasi
sosial sesuai dengan teori dimana isolasi sosial sebagai core problem
disebabkan oleh harga diri rendah dan halusinasi sebagai effect, akibat
langsung yang dapat terlihat pada klien isolasi sosial yaitu defisit perawatan
diri.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang telah dibuat sesuai dengan teoritis yang ada
dan diharapkan dapat mengatasi masalah klien. Dimana peneliti melakukan
intervensi keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan pada masalah
isolasi sosial sebagai diagnosa utama yaitu berkenalan dengan orang lain
secara bertahap, berkenalan dengan 2-3 orang, berkenalan dengan 4-5 orang
dan melatih klien berbicara saat melakukan kegiatan harian dan
mendampingi klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan TAK (Sesi 3)
yang dijadwalkan dari ruangan. Strategi pelaksanaan diagnosa halusinasi
yaitu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat, bercakap-cakap dengan orang disekitar dan
melakukan kegiatan terjadwal. Sedangkan strategi pelaksanaan diagnosa
72
73

harga diri rendah yaitu membantu pasien dalam memilih empat kegiatan
yang disukai dan melakukan satu kegiatan tersebut, melakukan kegiatan
kedua yang dipilih, melakukan kegiatan ketiga yang dipilih dan melakukan
kegiatan keempat yang dipilih.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan
yang telah disusun berdasarkan teoritis yang didapat. Pelaksanaan
Keperawatan yang dilakukan pada klien dengan diagnosa keperawatan
isolasi sosial, Halusinasi dan Harga diri rendah dilaksanakan sampai strategi
pelaksanaan 4 sesuai dengan strategi pelaksanaan yang direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap Evaluasi Keperawatan penulis melakukan Asuhan Keperawatan
pada Tn.L dimulai pada tanggal 01 maret sampai tanggal 13 maret 2021
didapatkan hasil diagnosa isolasi sosial dapat teratasi ditandai dengan klien
mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan perawat, klien mampu
berkenalan dengan satu orang sampai beberapa orang secara bertahap, dan
klien mampu mengikuti kegiatan TAKS yang dijadwalkan diruangan
dimana klien mampu berkenalan dan berinteraksi dengan anggota kelompok
namun klien masih perlu diberi dukungan. Pada diagnosa halusinasi dapat
teratasi yang ditandai dengan klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, patuh minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan kegiatan harian. Pada diagnosa harga diri rendah juga teratasi
ditandai dengan klien yang mampu menilai kemampuan yang dimiliki,
klien yang mengatakan senang melakukan sesuatu yang berguna bagi orang
lain, klien yang mampu melakukan kegiatan harian yang dipilih namun
beberapa kegiatan yang dipilih klien masih belum mampu untuk melakukan
secara mandiri

Poltekkes Kemenkes Padang


74

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiwa
dalam melakukan studi kasus asuhan keperawatan jiwa dengan
mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan
khususnya pada klien dengan isolasi sosial.
2. Bagi Rumah Sakit
Melalui Direktur RSJ. Prof. HB. Saanin Padang khususnya pada perawat di
ruangan agar dapat mempertahankan kemampuan klien berinteraksi secara
mandiri, melanjutkan kegiatan TAKS, mengajak klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sosial, tetap memantau kondisi klien, memberikan
motivasi dan reinforcement positif terhadap latihan dan kegiatan yang
dilakukan agar klien tidak lagi mengalami isolasi sosial.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah di perpustakaan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi
mahasiswa yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes RI Padang
khususnya tentang Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan isolasi
sosial.

Poltekkes Kemenkes Padang


75

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam Riset Keperawatan. Rajawali Pers.

Aji Raka Prihutomo. (2017). Naskah Publikasi. In Upaya Meningkatkan Sosialisai


Dengan Melatih Cara Berkenalan Pada Klien Isolasi Sosial: Menarik Diri
(Vol. 6). Muhammadiyah Surakarta.

Ayu Candra Kirana, S. (2018). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien


Isolasi Sosial Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa.
Journal of Health Sciences, 11(1). https://doi.org/10.33086/jhs.v11i1.122

Ayuningtyas, D., Misnaniarti, M., & Rayhani, M. (2018). Analisis Situasi


Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi
Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1–10.
https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.1-10

Azizah, M. L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Indomedia Pustaka.

BBC. (2019). Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: “Saya merasa benar-benar sendiri
hingga sempat ingin bunuh diri.”

Berhimpong, E., Rompas, S., & Karundeng, M. (2016). Pengaruh Latihan


Keterampilan Sosialisasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi
Sosial Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. Jurnal Keperawatan
UNSRAT, 4(1), 109471.

Bulecheck, G. M. ., Butcher, H. K. ., Dochterman, J. M. ., & Wagner, C. M.


(2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6 (I. Nurjannah &
R. D. Tumanggor (eds.)). CV Mocomedia.

Dalami, E., Suliswati, Rochimah, Suryanti, K. R., & Lestari, W. (2014). Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. CV Trans Info Media.

Poltekkes Kemenkes Padang


76

Deden, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishing.

DPP PPNI, Tim Pokja SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

DPP PPNI, Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

DPP PPNI, Tim Pokja SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Fadly, M., & Hargiana, G. (2018). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Klien
Isolasi Sosial Pasca Pasung. Faletehan Health Journal, 5(2).
https://doi.org/10.33746/fhj.v5i2.14

Harkomah, I., Arif, Y., & Basmanelly. (2018). Pengaruh Terapi Social Skills
Training (SST) dan Terapi Suportif terhadap Keterampilan Sosialisasi pada
Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Indonesian
Journal for Health Sciences, 2(1), 65. https://doi.org/10.24269/ijhs.v2i1.818

Hastuti, R. Y., Agustin, N. W., & Hardyana, S. (2019). Pengaruh Penerapan Tak :
Permainan Kuartet Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 61.
https://doi.org/10.26714/jkj.7.1.2019.61-70

Herawati Novi, Syahrum, Sumarni Tintin, Yulastri, Gafar Abd, D. S. (2020).


Indonesian Journal of Global Health Research. The Effect Of Perception
Stimulation Group Activity Therapy On Controlling Ability Of Patients
Schizophrenia,2(1),57–64.
https://doi.org/https://doi.org/10.32805/ijhr.2018.1.18.

Maftuhah, & Noviekayati, I. (2020). Teknik Reinforcement Positif Untuk


Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Kasus Skizofrenia.
Philanthropy, 4(2), 158–171.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. CV Andi Offset.

Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan. Nuha Medika.

Nurhalimah. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pusdik SDM Kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


77

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha


Medika.

Renidayati. (2008). Pengaruh Social Skills Training pada Klien Isolasi Sosial di
Rumah Sakit Jiwa HN. Saanin Padang Sumatera Barat. Universitas
Indonesia.

Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa. PT.Pustaka Baru.

Swarjana, K. I. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. CV Andi Offset.

Wuryaningsih, W. E., Windarwati, D. H., Dewi, I. E., Deviantony, F., &


Kurniyawan, H. E. (2018). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. UNEJ
Press.

Yusuf, Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Salemba Medika.

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.L
Umur : 28 Tahun
No.RM : 038559
Alamat : Dusun Mapailingan Desa Katurei Siberut, Keluharan Simaligi
Tangak Kecamatan Siberut Barat Kepulauan Mentawai
II. ALASAN MASUK
Tn.L masuk Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang pada tanggal 14
Desember 2020 pukul 13.15 WIB melalui IGD. Klien dibawa oleh petugas
Satpol PP ke RSJ. Prof. HB. Saanin Padang karena mengganggu, merusak
Gedung Joang dan mengamuk di Jalan Samudra tepi laut Padang. Klien
diketahui gelandangan disekitar daerah Jalan Samudra tepi laut padang
tersebut. Klien mengatakan melempar kaca di geduang joang dengan batu
yang menyebabkan kaki klien berdarah sehingga klien semakin mengamuk.
Kondisi Klien saat dilakukan pengakajian ditemukan klien sering menyendiri,
klien sering tidur, kontak mata klien kurang, klien tampak kurang
energy/tenaga, klien asik dengan pikirannya sendiri, klien tidak
memperhatikan kebersihan diri dan respon verbal klien kurang dan singkat.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu
Klien mengatakan bahwa sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit
Jiwa dan berdasarkan status diketahui bahwa pada tahun 2016 klien
pernah masuk ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang diruang
Gelatik karena bicara-bicara sendiri, tertawa-tawa sendiri dan
mengganggu dilingkungan rumahnya.
2. Pengobatan sebelumnya
Klien sebelumnya pernah putus obat dan jarang kontrol ke pelayanan
kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Trauma (aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan, tindakan
kriminal)
1) Aniaya Fisik
Klien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah melakukan
penganiayaan fisik dan menjadi korban dari penganiayaan fisik.
2) Aniaya Seksual
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah melakukan penganiayaan
seksual, menjadi korban dan menjadi saksi dari penganiayaan seksual
3) Penolakan
Klien mengatakan pernah mengalami penolakan dan tetangga klien
mengatakan bahwa klien tidak diterima di lingkungan tempat
tinggalnya oleh kepala suku dan masyarakatnya yang di Mentawai.
Klien ditelantarkan oleh keluarganya.
4) Kekerasan dalam keluarga
Klien mengatakan tidak pernah melakukan kekerasan seperti melukai
anggota keluarga baik menjadi korban maupun menjadi saksi dari
kekerasan dalam keluarga
5) Tindakan Kriminal
Klien mengatakan tidak mempunyai catatan kriminal, tidak pernah
berurusan dengan polisi karena melakukan tindakan kriminal, menjadi
korban maupun saksi dari kasus tindakan kriminal
4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan bahwa pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu ketika ibu kandungnya meninggal saat ia berumur
14 tahun. Klien merasa sangat sedih dan terpukul. Klien juga mengatakan
bahwa stress karena tersesat dan tidak menemukan keluarganya karena
ditelantarkan oleh keluarganya.

Poltekkes Kemenkes Padang


IV. FISIK
1. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,4 0C
2. Ukuran
TB : 161 Cm
BB : 49 Kg
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak mempunyai keluhan fisik
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

28
Th

Keterangan:
: Laki-Laki : Menikah

: Perempuan : Saudara

: Meninggal

: Klien

--------- : Serumah (Tidak ada yang serumah)

2. Konsep diri:
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bahwa menyukai semua anggota tubuhnya dan
mensyukuri apa yang ada pada dirinya
b. Identitas
Klien mengatakan bahwa dirinya anak pertama dari tiga bersaudara.
Klien mengatakkan ia tamat SMA dan belum menikah. Klien

Poltekkes Kemenkes Padang


mengatakan dahulu ia seorang nelayan yang menyelam untuk
membantu perekonomian keluarga.
c. Peran Diri
Klien mengatakan di Mentawai ia bekerja sebagai seorang nelayan
dan menghasilkan uang untuk membantu perekonomian keluarga.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan bertemu keluarganya di
Mentawai. Klien mengatakan ingin bekerja kembali sebagai seorang
nelayan.
e. Harga diri
Klien merasa dirinya tidak berguna untuk orang lain.
3. Hubungan sosial
a. Orang Terdekat
Klien mengatakan selama dirawat tidak mempunyai teman terdekat
sehingga merasa bosan dan merasa kesepian. Klien mengatakan
dirumah ia paling dekat dengan bapaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Klien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan kelompok yang ada
dilingkungan rumahnya. Klien juga mengatakan bahwa ia jarang
berinteraksi dengan tetangganya yang dirumah. Selama dirawat klien
tidak semangat mengikuti kegiatan yang diadakan seperti olahraga,
TAK dan penyuluhan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien lebih suka menyendiri tidak mau berinteraksi dengan orang
sekitarnya, klien lebih banyak diam, menunduk dan tidur. Klien
mengatakan tidak ada manfaat berteman dengan orang lain.
4. Spiritual:
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia beragama Khatolik
b. Kegiatan ibadah:
Klien mengatakan jarang beribadah dan berdo’a sesuai keyakinannya

Poltekkes Kemenkes Padang


VI. STATUS METAL
1. Penampilan
Klien tampak tidak rapi, kerah baju tidak rapi, kuku panjang, berkumis
dan berjenggot.
2. Pembicaraan
Klien berbicara lambat dan pelan, klien berbicara sedikit dan banyak
diam, klien sering menyendiri, ekspresi saat berbicara datar, kontak mata
kurang, klien asik dengan pikirannya sendiri dan kurang energi/tenaga
3. Alam Perasaan
Alam perasaan klien sering berubah-rubah. Klien kadang mau diajak
berbicara dan kadang klien tidak mau diajak berbicara. Klien tampak
sering merenung dan sering tidur.
4. Afek
Afek klien tumpul, klien sulit berekspresi dan berekasi apabila ada
stimulus yang kuat
5. Interaksi selama wawancara
Saat berinteraksi klien lebih banyak diam dan tidak mau untuk memulai
pembicaraan, kontak mata kurang, respon verbal singkat, sering
menghindari keramaian.
6. Persepsi
Klien mengatakan bahwa ia melihat bayangan. Bayangan yang dilihat
klien yaitu bayangan hitam dan bayangan putih. Bayangan Hitam terlihat
di malam hari dan bayanagn putih di siang hari. Klien mengatakan
bayangan tersebut sebesar bumi. Klien mengatakan ia merasa terganggu
dan gelisah akan bayangan tersebut namun klien mengaku tidak dapat
melakukan apapun saat bayangan itu muncul kecuali tidur.
7. Proses Pikir
Saat interaksi klien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
membutuhkan waktu sedikit lama dan terhenti sejenak kemudian
menjawab apabila diberi pertanyaan ulang.

Poltekkes Kemenkes Padang


8. Isi Pikir
Klien merasa asing saat berada didekat dengan orang lain dan merasa
tidak mempunyai teman dekat.
9. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien tampak bingung
10. Memori
Klien mengingat sebelumnya pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB. Saanin Padang namun klien tidak mengingat alasan ia masuk. Klien
mengatakan mengingat tentang latar belakang keluarganya.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat ditanyakan terkait jumlah tempat tidur dikamarnya selama
dirawat dan umur klien mampu menjawab dengan benar meski
membutuhkan waktu lama dan pertanyaan ulang untuk menjawab
pertanyaan tersebut
12. Kemampuan penilaian
Klien mampu menilai sesuatu dengan baik meski menjawab pertanyaan
dengan membutuhkan waktu yang lama dan pertanyaan yang diulang.
13. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari penyakit yang dialaminya saat ini
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien makan 3 kali/hari dengan menghabiskan makanan yang disajikan.
Klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan.
2. BAB/BAK
Klien BAB/BAK pada tempatnya tanpa bantuan. Klien mampu
membersihkan BAB/BAK kemudian mencuci tangan
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 1 kali/hari dengan sabun tanpa menggunakan
sampo. Klien mampu mandi sendiri tanpa bantuan
4. Berpakaian/berhias
Klien mengganti pakaian satu sekali sehari namun menggunakan pakaian
dengan tidak rapi dan kurangnya minat dalam merapikan pakaian

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Istirahat dan tidur
Klien sering tidur setelah olahraga pagi dan penyuluhan. Setelah makan
siang klien juga tampak tidur dan hanya bangun untuk minum, ke kamar
mandi dan di panggil oleh perawat ruangan. Klien mengatakan bahwa
malam ia sering tidur dari jam 09.00 dan bangun jam 05.00 pagi. Klien
juga mengatakan sering terbangun karena pergi ke kamar mandi untuk
BAK/BAB.
6. Penggunaan obat
Klien teratur minum obat yaitu 3 kali/hari dengan diawasi oleh perawat.
Klien mengatakan tidak mengetahui obat yang dikonsumsinya.
7. Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan bahwa sebelumnya tidak mempunyai kegiatan diluar
rumah selain pergi menyelam dan pergi nongkrong dengan teman-
temannya.
VIII. MEKANISME KOPING
Klien mempunyai mekanisme koping yang maladaptive, klien sering
menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan orang sekitar, klien tampak
sering tidur dan tidak mau mengungkapkan apa yang dirasakannya.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan dukungan
kelompok namun dari informasi tetangga klien di Mentawai dulu bahwa
masyarakat lingkungan sekitar rumahnya merasa terganggu dan kepala
suku pun tidak menerima klien sehingga Bapak klien membiarkan klien
dan mentelantarkan klien dari lingkungan tempat tinggalnya.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien merasa asing dengan orang-orang dilingkungan sekitarnya. Klien
merasa nyaman sendiri dan merasa kehidupannya memang sendiri.
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan tidak dapat melanjuti sekolah karena orang tuanya
tidak sanggup membiayai sekolahnya sehingga klien hanya tamat SMA

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan dahulu ia seorang nelayan yang menyelam untuk
mendapatkan uang namun sejak tahun 2018 ia sudah tidak memiliki
pekerjaan karena tersesat di Kota Padang tanpa mengetahui jalan pulang
ke Mentawai.
5. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan bahwa sebelum ia di temukan oleh satpol pp ia tinggal
dirumah kosong dan kotor yang sudah tidak dihuni. Klien mengatakan ia
hanya tinggal sendiri.
6. Masalah Ekonomi
Klien mengatakan sejak ia tersesat di Padang ia tidak mempunyai uang
bahkan untuk makan ia memilih memungut kembali di tempat sampah
yang ada di sekitar tepi laut Padang.
7. Masalah dengan pelayanan Kesehatan
Klien tidak pernah pergi kontrol ke pelayanan Kesehatan setelah keluar
dari Rumah Sakit dan tidak teratur minum obat.
X. PENGETAHUAN
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan alasan kenapa
dirinya dibawa Satpol PP ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik : Risperidone 2 x 2 mg (Sesudah Makan)
Lorazepam 1 x 2 mg (Malam)
Thryhexil Penidil (THP) 3 x 2 mg (Sesudah Makan)

Poltekkes Kemenkes Padang


ANALISA DATA
No Data Masalah
1 Ds:
1. Klien mengatakan merasa kesepian dan merasa Isolasi Sosial
bosan
2. Klien mengatakan tidak mempunyai teman
dekat
3. Klien mengatakan ingin sendiri
4. Klien mengatakan dirumah ia lebih dekat
dengan bapaknya
5. Klien mengatakan merasa ditolak oleh orang
lain
6. Klien mengatakan malas berbicara dengan orang
lain
Do:
1. Klien tampak berdiam diri dan duduk
menyendiri
2. Klien tampak sering tidur
3. Klien tampak sering menunduk dan kontak mata
mata
4. Ekspresi wajah klien kurang berseri, datar dan
dangkal
5. Klien tidak semangat saat melakukan kegiatan
6. Suara klien pelan dan berbicara lambat
7. Klien tampak fokus pada pikirannya sendiri
2 Ds:
1. Klien mengatakan melihat bayangan putih dan Halusinasi
bayangan hitam
2. Klien mengatakan melihat bayangan putih di
siang hari dan bayangan hitam dimalam hari
3. Klien mengatakan bayangan yang ia lihat
tersebut sebesar bumi

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Klien mengatakan bayangan tersebut muncul
saat dirinya sendiri dan saat melamun sehingga
klien merasa hal itu mengganggu dirinya
5. Klien mengatakan bahwa apabila ia melihat
bayangan tersebut ia merasa gelisah namun
tidak dapat melakukan apa-apa
Do:
1. Klien tampak menyendiri
2. Klien tampak melihat kearah yang tidak
menentu saat melakukan kegiatan
3. Klien lebih banyak diam dan jarang berbicara
dengan orang lain
3 Ds:
1. Klien mengatakan dirinya merasa tidak Harga Diri Rendah
berguna bagi orang sekitar
2. Klien mengatakan jarang berbicara dengan
orang sekitar
3. Klien mengatakan tidak mengetahui kegiatan
yang harus dilakukan
4. Klien mengatakan bingung dengan
kemampuan yang bisa diandalkannya
Do:
1. Klien tampak menyendiri
2. Kontak mata klien kurang saat berinteraksi
3. Nada bicara klien lambat dan pelan
4. Klien tampak malas dalam melakukan
kegiatan
5. Klien tampak sering tidur

Poltekkes Kemenkes Padang


4 Ds:
1. Klien mengatakan hanya mandi 1 kali sehari Defisit Perawatan
Do: Diri
1. Klien tampak kurang rapi
2. Klien berjenggot dan berkumis
3. Kuku klien tampak Panjang
4. Wajah klien tampak kusam

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial
2. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
3. Harga Diri Rendah
4. Defisit Perawatan Diri

XIII. POHON MASALAH

Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial
2. Halusinasi
3. Harga Diri Rendah

Poltekkes Kemenkes Padang


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.L
No. MR : 038559
Ruangan : Cendrawasih
No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan Tujuan Kriteria Tindakan
1 Isolasi Sosial Klien mampu Setelah melakukan SP 1 Klien:
berinteraksi dengan 2-4 kali pertemuan 1. Membina hubungan
orang lain sehingga diharapkan klien saling percaya
tidak terjadi menarik mampu berkenalan 2. Membantu klien
diri dari lingkungan dan berinteraksi menyadari masalah
dengan cara: isolasi sosial
1. Melatih klien 3. Berdiskusi tentang
bercakap-cakap manfaat dan kerugian
secara bertahap mempunyai teman
dengan 4. Melatih klien
berkenalan antara bercakap-cakap
pasien dan secara bertahap
perawat atau dengan berkenalan
dengan satu antara klien dengan
orang lain perawat atau dengan
2. Melatih klien satu orang lain
bercakap-cakap 5. Masukan dalam
dengan jadwal kegiatan
berkenalan 2-3 harian untuk Latihan
orang SP 2 Klien:
3. Melatih klien 1. Evaluasi Tanda dan
bercakap-cakap Gejala Isolasi Sosial
dengan 4-5 orang 2. Validasi kemampuan
4. Melatih klien klien dalam
bercakap-cakap berkenalan, beri
dengan 4-5 orang pujian
sambil 3. Melatih klien
melakukan bercakap-cakap
kegiatan harian dengan berkenalan 2-
3 orang dalam
melakukan kegiatan
harian
4. Masukan pada jadwal
kegiatan harian untuk
Latihan
SP 3 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala isolasi sosial
2. Validasi kemampuan
klien dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


berkenalan, beri
pujian
3. Melatih cara
berbicara dan
berkenalan dengan 4-
5 orang
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
harian untuk Latihan
berkenalan
SP 4 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala isolasi sosial
2. Validasi kemampuan
klien dalam
berkenalan, beri
pujian
3. Tanyakan perasaan
saat melakukan
kegiatan
4. Latih cara berbicara
saat melakukan
kegiatan sosial
5. Masukan pada
jadwal kegaiatan
harian
2 Halusinasi Klien mampu Setelah melakukan SP 1 Klien:
mengontrol 2-4 kali pertemuan 1. Mengkaji kesadaran
halusinasi sehingga diharapkan klien klien akan
klien merasa nyaman mampu mengontrol halusinasinya dan
halusinasi dengan pengenalanan akan
cara: halusinasi: Isi,
1. Menghardik frekuensi, waktu
suara dan terjadi, situasi
bayangan palsu pencetus, perasaan,
2. Minum obat respon klien, serta
dengan prinsip 6 upayan yang
benar minum dilakukan klien untuk
obat mengontrol halusinasi
3. Mengontrol 2. Menjelaskan cara
halusinasi dengan mengontrol halusinasi
bercakap-cakap dengan cara
4. Melakukan menghardik
Aktivitas yang 3. Masukan pada jadwal
terjadwal kegiatan harian
SP 2 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala halusinasi

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Validasi kemampuan
klien mengenal
halusinasi yang
dialami dan
kemampuan klien
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik, berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik
4. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
cara patuh minum
obat (Jelaskan cara 6
benar minum obat:
jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas minum
obat)
a. Jelaskan
pentingnya
penggunaan obat
pada gangguan
jiwa
b. Jelaskan akibat
bila obat tidak
digunakan sesuai
program
c. Jelaskan akibat
bila putus obat
d. Jelaskan cara
mendapatkan obat
untuk berobat
e. Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan prinsip 6
benar (jenis,
waktu, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas minum
obat)
SP 3 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala halusinasi
2. Validasi kemampuan

Poltekkes Kemenkes Padang


klien dalam
mengontrol halusinasi
dengan menghardik
dan minum obat,
berikan pujian
3. Evaluasi manfaat
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik dan
minum obat sesuai
jadwal
4. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi
5. Masukan pada jadwal
kegiatan harian
SP 4 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala Halusinasi
2. Validasi kemampuan
klien dalam
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat,
bercakap-cakap,
berikan pujian
3. Evaluasi manfaat
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik, minum
obat sesuai jadwal,
bercakap-cakap
dengan orang lain saat
halusinasi muncul
4. Melakukan kegiatan
harian seperti
membereskan kamar
dan menyapu
3 Harga Diri Klien mampu Setelah melakukan SP 1 Klien:
Rendah meningkatkan 2-4 kali pertemuan 1. Identifikasi
kepercayaan diri diharapkan klien pandangan/ penilaian
yang dimiliki dengan mampu klien terhadap diri
melatih kemampuan meningkatkan harga sendiri dan
yang dimilikinya diri dengan cara: pengaruhnya terhadap
sehingga klien tidak 1. Mengkaji hubungan dengan
lagi merasa dirinya kemampuan yang orang lain, harapan
tidak berharga dimiliki klien yang belum tercapai,

Poltekkes Kemenkes Padang


serta melatih upaya yang dilakukan
kegiatan pertama untuk mencapai
yang bisa harapan yang belum
dilakukan terpenuhi
2. Latihan kegiatan 2. Identifikasi
kedua yang telah kemampuan
disepakati klien melakukan kegiatan
3. Latihan kegiatan dan aspek positif
ketiga yang telah klien (Buat daftar
disepakati klien kegiatan)
4. Latihan kegiatan 3. Bantu klien menilai
ke empat yang kegiatan yang dapat
telah disepakati dilakukan saat ini
klien (Pilih dari daftar
kegiatan mana
kegiatan yang dapat
dilakukan)
4. Buat daftar kegiatan
yang dapat dilakukan
saat ini
5. Bantu klien memilih
salah satu kegiatan
yang dapat dilakukan
saat ini untuk dilatih
6. Latih kegiatan yang
dipilih
7. Masukan kegiatan
dalam jadwal
kegiatan harian klien
SP 2 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala harga diri
rendah
2. Validasi kemampuan
klien dalam
melakukan kegiatan
pertama yang dilatih
dan berikan pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan kegiatan
pertama
4. Bantu klien dalam
memilih kegiatan
kedua yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan kedua
6. Masukan pada jadwal
kegiatan harian klien

Poltekkes Kemenkes Padang


SP 3 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala harga diri
rendah
2. Validasi kemampuan
melakukan kegiatan
pertama dan kedua
yang telah dilatih,
beri pujian
3. Evaluasi manfaat
kegiatan pertama dan
kedua
4. Bantu klien memilih
kegiatan ketiga yang
akan dilatih
5. Latih kegiatan ketiga
6. Masukan pada
jadwal kegiatan
harian klien
SP 4 Klien:
1. Evaluasi tanda dan
gejala harga diri
rendah
2. Validasi
kemammpuan klien
dalam melakukan
kegiatan pertama,
kedua dan ketiga
yang telah dilatih,
beri pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan kegiatan
pertama, kedua dan
ketiga yang telah
dilatih
4. Bantu klien memilih
kegiatan selanjutnya
yang akan dilatih
5. Latih kegiatan
keempat
6. Masukan ke jadwal
kegiatan harian klien

Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Tn.L
No. MR : 038559
Ruangan : Cendrawasih
Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda
Tanggal Tangan
Sabtu/ Isolasi SP 1 Klien: Melatih klien S:
06-03-21 Sosial bercakap-cakap secara 1) Klien mengatakan malas
bertahap dengan berkenalan berinteraksi dengan orang
antara pasien dengan lain
perawat 2) Klien mengatakan ingin
1) Membina hubungan pulang
saling percaya O:
2) Membantu klien 1) Klien tampak menyendiri
menyadari masalah 2) Klien tampak sering tidur
isolasi sosial 3) Kontak mata klien saat
3) Berdiskusi tentang berinteraksi kurang
manfaat dan kerugian 4) Klien tampak mampu
mempunyai teman memperkenalkan diri
4) Melatih klien bercakap- namun masih dibimbing
cakap secara bertahap A:
dengan berkenalan antara 1) Isolasi Sosial
klien dengan perawat 2) SP 1 Isolasi Sosial belum
atau dengan satu orang mandiri
lain P:
5) Masukan dalam jadwal 1) Optimalkan SP 1 Isolasi
kegiatan harian untuk Sosial (Melatih cara
Latihan berkenalan) lanjut SP 2
Isolasi Sosial
2) Memasukan ke dalam
jadwal kegiatan harian
klien

Senin/ Isolasi SP 2 Klien: Melatih klien S:


08-03-21 Sosial bercakap-cakap dengan 1) Klien mengatakan mau
berkenalan 2-3 orang berkenalan dengan orang
1) Evaluasi Tanda dan lain
Gejala Isolasi Sosial 2) Klien mengatakan bahwa
2) Validasi kemampuan ia kadang lupa nama
klien dalam berkenalan, teman yang diajak
beri pujian berkenalan namun
3) Melatih klien berkenalan wajahnya masih ingat
2-3 orang O:
4) Masukan pada jadwal 1) Klien mampu berkenalan
kegiatan harian untuk dengan 2-3 orang namun
Latihan masih dibimbing

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Suara klien masih pelan
dan lambat
3) Kontak mata klien masih
belum ada namun sudah
tidak sering menunduk
4) Ekspresi wajah klien
masih kurang berseri dan
kurang energy
A: Isolasi Sosial
P:
1) Optimalkan SP 2 Isolasi
sosial dan lanjut SP 3
Isolasi Sosial
2) Masukan pada jadwal
kegiatan harian klien

Senin/ Halusinasi SP 1 Klien: Mengontrol S:


08-03-21 Halusinasi dengan cara 1) Klien mengatakan
menghardik melihat bayangan putih di
1) Mengkaji kesadaran siang hari sebesar bumi
klien akan halusinasinya dan melihat bayangan
dan pengenalanan akan hitam dimalam hari
halusinasi: Isi, frekuensi, 2) Klien mengatakan
waktu terjadi, situasi bayangan tersebut muncul
pencetus, perasaan, saat klien sendiri dan saat
respon klien, serta upaya klien melamun
yang dilakukan klien 3) Klien mengatakan
untuk mengontrol bayangan tersebut hilang
halusinasi saat klien tidur
2) Menjelaskan cara 4) Klien mengatakan saat
mengontrol halusinasi bayangan tersebut muncul
dengan cara menghardik klien merasa gelisah
3) Masukan pada jadwal namun tidak tau harus
kegiatan harian melakukan apa
O:
1) Klien tampak sering
menyendiri
2) Kontak mata klien
kadang melihat ke arah
lain
3) Klien tampak mampu
mempraktekan cara
mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
A:
1) Halusinasi masih ada
2) SP 1 Halusinasi belum
mandiri

Poltekkes Kemenkes Padang


P:
1) Optimalkan SP 1
Halusinasi (Menghardik)
dan lanjut SP 2
Halusinasi (Mengontrol
halusinasi dengan cara
patuh minum obat)
2) Memasukan pada jadwal
kegiatan harian klien

Selasa/ Isolasi SP 3 Klien: Melatih klien S:


09-03-21 Sosial bercakap-cakap 4-5 orang 1) Klien mengatakan
1) Evaluasi tanda dan mengingat teman-teman
gejala isolasi sosial yang sudah diajak
2) Validasi kemampuan berkenalan
klien dalam berkenalan, 2) Klien sudah mampu
beri pujian menyampaikan apa yang
3) Melatih cara berbicara dilakukannya
dan berkenalan dengan sebelumnya
4-5 orang 3) Klien mengatakan
4) Masukan pada jadwal senang mempunyai
kegiatan harian untuk teman
Latihan berkenalan O:
1) Klien tampak mampu
berkenalan dengan 4-5
orang namun dengan
bantuan
2) Klien mampu berbicara
dengan temannya
3) Kontak mata klien saat
berinteraksi sudah ada
4) Klien mampu
memperhatikan
kebersihan diri
A: Isolasi Sosial
P:
1) Optimalkan SP 3 Isolasi
Sosial dan lanjut SP 4
Isolasi Sosial (melatih
klien berbicara saat
melakukan kegiatan
harian
2) Masukan dalam jadwal
kegiatan harian klien
Selasa/ Halusinasi SP 2 Klien: Mengontrol S:
09-03-21 Halusinasi dengan cara 1) Klien mengatakan masih
patuh minum obat melihat bayangan palsu
1) Evaluasi tanda dan gejala 2) Klien mengatakan mampu

Poltekkes Kemenkes Padang


halusinasi, validasi melakukan cara
kemampuan klien mengontrol halusinasi
mengenal halusinasi dengan cara menghardik
yang dialami dan 3) Klien mengatakan
kemampuan klien sebelumnya tidak
mengontrol halusinasi mengetahui nama obat
dengan cara menghardik, yang diminum dan prinsip
berikan pujian 6 benar minum obat
2) Evaluasi manfaat 4) Klien mengatakan saat
mengontrol halusinasi minum obat biasanya
dengan cara menghardik langsung diberikan
3) Latihan mengontrol perawat dan langsung
halusinasi dengan cara diminum
patuh minum obat O:
(jelaskan 6 benar : jenis, 1) Klien tampak sudah
waktu, dosis, frekuensi, mampu mengontrol
cara, kontinuitas minum halusinasi dengan cara
obat) menghardik secara
4) Masukkan pada jadwal mandiri
kegiatan untuk minum 2) Kontak mata klien saat
obat sesuai jadwal berinteraksi sudah ada
3) Klien tampak berusaha
mengingat nama obat
yang diminumnya namun
klien tampak sulit
menyebutkan nama dan 6
benar minum obat
A: Halusinasi
P:
1) Optimalkan SP 2
Halusinasi dan lanjutkan
SP 3 Halusinasi
(Mengontrol Halusinasi
dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain)
2) Masukan dalam jadwal
kegiatan harian klien

Selasa/ Harga Diri SP 1 Klien: Mengkaji S:


09-03-21 Rendah Kemampuan yang dimiliki 1) Klien mengatakan masih
klien serta melatih kegiatan merasa kurang percaya
pertama yang dipilih diri melakukan kegiatan
1) Identifikasi pandangan/ 2) Klien mengatakan
penilaian klien terhadap kegiatan harian yang
diri sendiri dan ingin dilakukan yaitu
pengaruhnya terhadap menyapu
hubungan dengan orang 3) Klien mengatakan
lain, harapan yang belum mengetahui manfaat

Poltekkes Kemenkes Padang


tercapai, upaya yang menyapu
dilakukan untuk O:
mencapai harapan yang 1) Klien tampak mampu
belum terpenuhi melakukan kegiatan
2) Identifikasi kemampuan menyapu dengan baik
melakukan kegiatan dan 2) Klien tampak biasa saja
aspek positif klien (Buat saat melakukan kegiatan
daftar kegiatan) menyapu
3) Bantu klien menilai 3) Klien tampak senang saat
kegiatan yang dapat diberikan pujian setelah
dilakukan saat ini (Pilih menyapu
dari daftar kegiatan mana 4) Kontak mata klien ada
kegiatan yang dapat A: Harga diri rendah
dilakukan) P:
4) Buat daftar kegiatan 1) Optimalkan SP 1 Harga
yang dapat dilakukan Diri Rendah dan Lanjut
saat ini, yaitu menyapu, SP 2 Harga Diri Rendah
merapikan tempat tidur, (Kegiatan Merapikan
mencuci gelas, dan tempat tidur)
membersihkan meja 2) Masukan dalam jadwal
setelah makan kegiatan harian klien
5) Bantu klien memilih
salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih, yaitu
menyapu
6) Latih kegiatan yang
dilatih (alat dan cara
melakukannya)
Masukkan kegiatan yang
telah dilatih pada jadwal
kegiatan untuk latihan

Rabu/ Isolasi SP 4 Klien: Melatih klien S:


10-03-21 Sosial berbicara saat melakukan 1) Klien mengatakan senang
kegiatan mempunyai teman
1) Evaluasi tanda dan gejala 2) Klien mampu
isolasi sosial menyampaikan aktivitas
2) Validasi kemampuan yang dilakukannya
klien dalam berkenalan, 3) Klien mengatakan masih
beri pujian malu berinteraksi saat
3) Tanyakan perasaan saat melakukan aktivitas
melakukan kegiatan kelompok
4) Latih cara berbicara saat O:
melakukan kegiatan dan 1) Klien tampak masih malu
mendampingi klien berbicara dan berinteraksi
bercakap-cakap saat dengan kelompok
melakukan kegiatan

Poltekkes Kemenkes Padang


TAKS (Sesi 3) 2) Klien tampak semangat
7) Masukan pada jadwal dari hari-hari sebelumnya
kegaiatan harian 3) Kontak mata klien ada
4) Klien tampak mampu
merawat diri namun
masih perlu diingatkan
A: SP 4 Isolasi Sosial
Teratasi
P:
1) Evaluasi dan optimalkan
Kegiatan SP 4 Isolasi
Sosial
2) Masukan dalam jadwal
kegiatan harian

Rabu/ Halusinasi SP 3 Klien: Mengontrol S:


10-03-21 Halusinasi dengan 1) Klien mengatakan
bercakap-cakap dengan apabila melihat bayangan
orang lain ia akan melakukan cara
1) Evaluasi tanda dan gejala menghardik dan minum
halusinasi obat secra teratur dengan
2) Validasi kemampuan diawasi perawat
klien dalam mengontrol 2) Klien mengatakan mau
halusinasi dengan becakap-cakap dengan
menghardik dan minum orang lain
obat, berikan pujian 3) Klien mengatakan sudah
3) Evaluasi manfaat jarang melihat bayangan
mengontrol halusinasi palsu
dengan cara menghardik O:
dan minum obat sesuai 1) Klien sudah jarang
jadwal melamun
4) Latih cara mengontrol 2) Klien tampak mampu
halusinasi dengan melakukan cara
bercakap-cakap saat mengontrol halusinasi
terjadi halusinasi dengan bercakap-cakap
5) Masukan pada jadwal dengan orang lain
kegiatan harian 3) Klien tampak mampu
menjelasakan tindakan
yang dilakukan saat klien
melihat bayangan palsu
A: Halusinasi
P:
1) Optimalkan SP 3
Halusinasi dan Lanjutkan
SP 4 Halusinasi
(Mengontrol Halusinasi
dengan melakukan
kegiatan harian)

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Masukan dalam jadwal
kegiatan harian klien
Kamis/ Halusinasi SP 4 Klien: S:
11-03-21 1) Evaluasi tanda dan gejala 1) Klien mengatakan sudah
Halusinasi jarang melihat bayangan
2) Validasi kemampuan palsu
klien dalam mengontrol 2) Klien mengatakan bahwa
halusinasi dengan sudah mengontrol
menghardik, minum halusinasi dengan cara
obat, bercakap-cakap, menghardik, minum obat
berikan pujian secara teratur, bercakap-
3) Evaluasi manfaat cakap dan melakukan
mengontrol halusinasi kegiatan
dengan cara menghardik, O:
minum obat sesuai 1) Klien tampak mampu
jadwal, bercakap-cakap mengontrol halusinasi
dengan orang lain saat 2) Klien tampak melakukan
halusinasi muncul kegiatan harian: menyapu
4) Melakukan kegiatan dengan baik
harian seperti 3) Klien tampak jarang
membereskan kamar dan melamun dan menyendiri
menyapu A: SP 4 Halusinasi teratasi
P:
1) Evaluasi dan Optimalkan
SP 4 Halusinasi
2) Masukan dalam jadwal
kegiatan Harian

Kamis/ Harga Diri SP 2 Klien: Melatih S:


11-03-21 Rendah kegiatan kedua yang sudah 1) Klien mengatakan ingin
dipilih melakukan kegiatan
1) Evaluasi tanda dan merapikan tempat tidur
gejala harga diri rendah 2) Klien mengatakan merasa
2) Validasi kemampuan senang membersihkan
klien dalam melakukan tempat tidurnya karena
kegiatan pertama yang menjadi nayaman untuk
dilatih dan berikan tidur
pujian O:
3) Evaluasi manfaat 1) Klien tampak mampu
melakukan kegiatan melakukan kegiatan
pertama dengan baik
4) Bantu klien dalam 2) Kontak mata klien sudah
memilih kegiatan kedua ada
yang akan dilatih yaitu 3) Klien tampak focus
merapikan tempat tidur melakukan kegiatan
5) Latih kegiatan kedua A: Harga Diri Rendah
6) Masukan pada jadwal P:
kegiatan harian klien 1) Optimalkan SP 2 Harga
Poltekkes Kemenkes Padang
Diri Rendah dan lanjut SP
3 Harga Diri Rendah
(Melakukan Kegitan
ketiga yang ingin dilatih)
2) Masukan dalam jadwal
kegiatan harian klien
Jum’at/ Harga Diri SP 3 Klien: Melatih S:
12-03-21 Rendah kegiatan ketiga yang dipilih 1) Klien mengatakan sudah
1) Evaluasi tanda dan melakukan kegiatan
gejala harga diri rendah pertama dan kedua
2) Validasi kemampuan 2) Klien mengatakan
melakukan kegiatan kegiatan ketiga yang
pertama dan kedua yang ingin dilatih yaitu
telah dilatih, beri pujian mencuci gelas
3) Evaluasi manfaat 3) Klien mengatakan senang
kegiatan pertama dan melakukan kegiatan
kedua O:
4) Bantu klien memilih 1) Klien tampak mampu
kegiatan ketiga yang melakukan kegiatan
akan dilatih mencuci gelas dengan
5) Latih kegiatan ketiga baik
yaitu mencuci gelas 2) Klien tampak melakukan
6) Masukan pada jadwal kegiatan harian dengan
kegiatan harian klien baik namun beberapa
masih membutuhkan
bantuan dan diingatkan
A: Harga Diri Rendah
P:
1) Optimalkan SP 3 Harga
diri rendah dan lanjutkan
SP 4 Harga Diri Rendah
(Melakukan kegiatan
keemoat yang ingin
dilatih)
2) Masukan dalam jadwal
kegiatan harian klien

Sabtu/ Harga Diri SP 4 Klien: Melatih S:


13-03-21 Rendah kegiatan keempat yang 1) Klien mengatakan sudah
dipilih melakukan kegiatan yang
1) Evaluasi tanda dan dilatih kemaren yaitu
gejala harga diri rendah kegiatan merapikan
2) Validasi kemammpuan tempat tidur
klien dalam melakukan 2) Klien mengatakan senang
kegiatan pertama, kedua melakukan kegiatan
dan ketiga yang telah 3) Klien mengatakan sejak
dilatih, beri pujian melakukan kegiata ia
3) Evaluasi manfaat merasa jarang bosan dan

Poltekkes Kemenkes Padang


melakukan kegiatan waktu cepat berlalu
pertama, kedua dan 4) Klien mengatakan
ketiga yang telah dilatih kegiatan yang ingin
4) Bantu klien memilih dilatih sekarang yaitu
kegiatan selanjutnya membersihkan meja
yang akan dilatih makan setelah makan
5) Latih kegiatan keempat O:
6) Masukan ke jadwal 1) Klien tampak mampu
kegiatan harian klien melakukan kegiatan
membersihkan meja
setelah makan namun
masih perlu dibantu
2) Klien tampak mampu
berkonsentrasi dengan
baik
A: Harga Diri Rendah
P:
1) Optimalkan SP 4 Harga
diri rendah dan Evaluasi
kegiatan
2) Masukan dalam jadwal
kegiatan harian klien

Poltekkes Kemenkes Padang


TABEL SCREENING KLIEN ISOLASI SOSIAL
Data Identitas
Nama Responden : Tn.L
Usia : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Mentawai
No Tanda dan Gejala Ya Tidak
Data Subjectif
1 Klien menceritakan perasaan kesepian atau
ditolak oleh orang lain
2 Klien merasa tidak aman berada dekat dengan
orang lain

3 Klien mengatakan tidak memiliki teman dekat

4 Klien mengatakan ingin sendiri

5 Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan


waktu

6 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan lambat


membuat keputusan

7 Klien merasa tidak yakin dapat melangsungkan


hidup

9 Klien merasa ditolak oleh orang lain

10 Klien merasa tidak berguna

11 Respons verbal klien kurang dan sangat singkat

Data Objectif
12 Klien tidak mau berbicara

13 Klien banyak berdiam diri

14 Klien tampak sedih

15 Kontak mata klien kurang

16 Ekspresi wajah kurang berseri, datar dan


dangkal

17 Aktivitas menurun

Poltekkes Kemenkes Padang


18 Asik dengan pikirannya sendiri

19 Kurang energy/tenaga

20 Tindakan berulang dan tidak bermakna

21 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan


kebersihan diri

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai