Anda di halaman 1dari 191

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA


DENGAN PERILAKU NAPZA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KURANJI KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ANNISA RATU SALMA


NIM : 183110164

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


PADANG JURUSAN KEPERAWATAN
2021
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA


DENGAN PERILAKU NAPZA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KURANJI KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Ahli Madya Keperawatan

ANNISA RATU SALMA


NIM : 183110164

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


PADANG JURUSAN KEPERAWATAN
2021

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur sayapanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mecapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Bpk Tasman,S.Kp,M.Kep,Sp.Kom selaku dosen pembimbing 1 dan Bpk
N.Rachmadanur,S.Kp.MKM selaku pembimbing 2 yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
(2) Ibu Ns. Lola Felnanda Amri,S.Kep.M.Kep selaku penguji 1 dan Ibu Ns. Yessi
Fadriyanti,S.Kep,M.Kep selaku penguji 2 yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti untuk lebih melengkapi
penyusunan Karta Tulis Ilmiah ini.
(3) Pimpinan Puskesmas Kuranji yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan
(4) Direktur, Ketua Jurusan dan Ketua Prodi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu dalam usaha memperoleh
data yang diperlukan.
(5) Ibu Ns. Sila Dewi Angreini,M.Kep,Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang
(6) Ibu Heppi Sasmita, M.Kep,Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang
(7) Pimpinan Yayasan Pelita Jiwa Insani Padang yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.
(8) Dosen dan staf yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
(9) Orang tua dan keluarga besar lainnya yang telah memberikan semangat, serta
restu yang tidak dapat ternilai dengan apapun. Semoga Allah SWT membalas
semua jasa kalian.

iii
(10) Kepada teman-teman seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang Tahun 2018
yang terkhusus untuk kelas A yang telah menemani selama tiga tahun ini.
Terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, 16 Juni 2021

Peneliti

iv
v
vi
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2021
Annisa Ratu Salma

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Remaja dengan Perilaku Napza


di Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang Tahun 2021
Isi : ix + 105 Halaman + 9 Lampiran

ABSTRAK
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini
rasa keingintahuannya sedang meningkat, Hal tersebut membuat remaja rentan
terhadap penyalahgunaan NAPZA. Napza (Narkotika,Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh,
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosial serta
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan terhadap pemakainya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menerapkan Asuhan keperawatan keluarga pada
remaja dengan perilaku NAPZA di Wilayah Kerja Puskemas Kuranji Kota Padang
tahun 2021. Desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus
dimana penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada masalah remaja dengan perilaku
NAPZA. Populasi yang didapatkan berjumlah 1 orang remaja dengan Sampel
penelitian 1 orang yang ditetapkan dengan teknik purposive sampling. Waktu
penelitian yang dilakukan pada tanggal 19 April- 6 Mei 2021. Hasil penelitian dari
kasus An. F didapatkan klien mengaalami gangguan pola tidur, sering menyendiri
dan bolos sekolah, pada masalah keperawatan didapatkan 3 diagnosis utama yaitu
koping tidak efektif, gangguan pola tidur, manajemen kesehatan keluarga tidak
efektif. Intervensi yang dilakukan yaitu edukasi mengenai Napza, mengambil
keputusan, keluarga mampu mengerti mengenai perawatan pada remaja dengan
Napza, memodifikasi lingkungan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Disimpulkan hasil yang didapatkan peneliti kepada klien yaitu klien dapat
mengatasi stres yang dirasakan dengan menggali hal positif yang ada pada
dirinya, mengatasi gangguan pola tidur dan meningkatkan peran dalam keluarga.
Diharapkam melalui pimpinan Puskesmas Kuranji kasus ini dapat di cegah
dengan melakukan program konseling kepada keluarga mengenai psikologi
remaja dan kenakalan pada remaja sehingga menambah wawasan keluarga
mengenai remaja, menggali hal-hal positif dalam remaja atau pengembangan
minat dan bakat dalam remaja, kemudian melakukan screening kepada remaja
didalam keluarga melalui kunjungan rumah.

Kata Kunci (Key Word) : NAPZA, Keluarga, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka : (37) 2009-2021

vii
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2021
Annisa Ratu Salma

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Remaja dengan Perilaku Napza


di Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang Tahun 2021
Isi : ix + 105 Halaman + 9 Lampiran

ABSTRAK
Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood. At this stage
his curiosity is increasing, this makes adolescents vulnerable to drug abuse.
Drugs (Narcotics, Psychotropics and other Addictive Substances) are
substances/substances/drugs which, when entered into the body, cause physical,
psychological, and social functioning disorders and cause addiction and
dependence on the wearer. The purpose of this study was to apply family nursing
care to adolescents with drug behavior in the Kuranji Public Health Center Work
Area, Padang City in 2021. The research design was descriptive with a case
study approach where this research was directed to describe or describe how to
apply nursing care to adolescent problems with drug behavior. . The population
obtained amounted to 1 teenager with a research sample of 1 person who was
determined by purposive sampling technique. The time of the study was carried
out on April 19-May 6, 2021. The results of the research from the case of An. F it
was found that the client had disturbed sleep patterns, was often alone and
skipped school. In nursing problems, there were 3 main diagnoses, namely
ineffective coping, disturbed sleep patterns, and ineffective family health
management. The interventions carried out were education about drugs, making
decisions, families were able to understand about treatment for adolescents with
drugs, modifying the environment and using health facilities. It was concluded
that the results obtained by the researcher to the client were that the client could
overcome the stress he felt by exploring the positive things that existed in him,
overcoming sleep pattern disturbances and increasing the role in the family. It is
hoped that through the leadership of the Kuranji Health Center this case can be
prevented by conducting a counseling program to families regarding adolescent
psychology and delinquency in adolescents so as to add family insight about
adolescents, explore positive things in adolescents or develop interests and talents
in adolescents, then screen adolescents. in the family through home visits.

Kata Kunci (Key Word) : NAPZA, Keluarga, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka : (37) 2009-2021

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS .............................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ vi
ABSTRAK....................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga .............................................. 10
2. Fungsi Keluarga .................................................... 11
3. Bentuk Keluarga ................................................... 12
4. Struktur Keluarga .................................................. 14
5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ............. 15
6. Peran Perawat Keluarga ........................................ 16
B. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja ................................................ 18
2. Tahun-tahun Masa Remaja .................................... 19
3. Tahapan Remaja ................................................... 19
4. Ciri-ciri Remaja .................................................... 20
5. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ...................... 21
6. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ........................ 22
C. Konsep NAPZA
1. Pengertian NAPZA ............................................... 25
2. Sejarah NAPZA .................................................... 25
3. Jenis dan Golongan NAPZA ................................. 26
4. Tanda dan Gejala NAPZA .................................... 29
5. Faktor Penyalahgunaan NAPZA ........................... 30
6. Cara Penanggulangan NAPZA .............................. 31
D. Asuhan Keperawatan Teoritis dengan Perilaku NAPZA
1. Pengkajian Keperawatan ....................................... 33
2. Diagnosa Keperawatan.......................................... 42
3. Intervensi Keperawatan ......................................... 47
4. Implementasi Keperawatan ................................... 70
5. Evaluasi Keperawatan ........................................... 71

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................... 72
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 72
C. Populasi dan Sampel ......................................................... 72
ix
D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data ................................... 73
E. Cara Pengumpulan Data ................................................... 74
F. Jenis-jenis Data ................................................................ 75
G. Prosedur Penelitian ........................................................... 75
H. Hasil Analisis ................................................................... 77

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS


A. Deskripsi Kasus ............................................................... 78
B. Pembahasan Kasus .......................................................... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................... 102
B. Saran .............................................................................. 104

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Prioritas Masalah ................................................................. ….46
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan… ...................................................... 48

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembaran konsultasi proposal penelitian pembimbing I
Lampiran 2 Lembaran konsultasi proposal penelitian pembimbing II
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Jadwal Kunjungan Tim Pelayanan Keperawatan Keluarga
Lampiran 5 Surat Persetujuan

Lampiran 6 Surat Izin Survey Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang

Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang

Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data dari BNN Provinsi Sumbar

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Padang

Lampiran 10 Surat Izin Selesai Penelitian dari Puskesmas Kuranji Kota Pada
Padang
Lampiran 11 Format Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 12 Ganchart
Lampiran 13 Media Leaflet

xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa Ratu Salma


NIM 183110164
Tempat/Tanggal Lahir : Lampung/ 06 Oktober 2000
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Nama Orang Tua
Ayah : Afrizal
Ibu : Gusti Elfina
Alamat : Duta Bintaro Cluster Ubud 2 Blok G.9 No.39 Kec.
Pinang, Kel. Kunciran, Kota Tangerang, Banten

Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Lulus
1 SD N Kunciran 09 2012
2 SMPN 23 Kota Tangerang 2015
3 SMA Yadika 3 Tangerang 2018
4 Prodi D-III Keperawatan Padang, Poltekkes 2021
Kemenkes RI Padang

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling berketergantungan (Kemenkes
RI,2016). Keluarga memiliki tugas dalam mendidik, menjaga dan merawat
anggota keluarganya, terlebih lagi pada remaja yang masih sangat
memerlukan pengawasan yang lebih, agar remaja tersebut tidak terbawa
pengaruh yang buruk akibat pergaulan yang bebas dilingkungan
sekitarnya.

Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa.


World Health Organization (WHO) menyebutkan batas usia remaja adalah
10-19 tahun. Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi
remaja dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan
sosial- ekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu
masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
sosial. Menurut (Herlina, 2013)Individu yang mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Serta
individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan menjadi keadaan
yang relatif lebih mandiri.

Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja


adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.Zakiah Daradjat
(1974:10) mengatakan masa remaja adalah rentang kehidupan manusia
yang berlangsung sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai awal
dewasa. (Kartini, 1990) mengatakan bahwa remaja adalah masa
penghubung atau masa peralihan antara kanak-kanak dengan masa dewasa.
Kemudian (Sudarsono, 1989) , merumuskan masa remaja adalah masa
transisi.

1 Poltekkes Kemenkes Padang


2

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak- anak menuju masa
dewasa. Anak – anak mengalami pertumbuhan cepat disegala bidang.
Tahap ini merupakan tahap yang paling kritis, karna merupakan tahap
transisi dari masa anak- anak ke masa dewasa. Pada masa ini, rasa keingin
tahuannya sedang bangkit atau meningkat. Keinginan untuk mencari jati
diri dan mendapat pengakuan dari keluarga serta lingkungan sedang
tinggi-tingginya. Hal tersebut bisa dikarenakan beberapa hal antara lain,
rasa keingintahuan yang sangat besar, ikut-ikutan teman, rasa solidaritas
antar teman yang begitu kuat, serta faktor dari dalam rumah atau
keluarga yang kurang perhatian. Anak remaja biasanya memiliki
keinginan untuk mencari tau sesuatu yang tidak di ketahuinya
(Simangunsong, 2015).

Sehingga masa remaja menjadi masa yang rentan terhadap kenakalan


remaja yang bisa terjadi dilingkungan sekitar.Kenakalan remaja dalam
bahasa inggris dikenal dengan istilah juvenile delinguency merupakan
gejala patologis sosial pada masa remaja yang disebabkan oleh suatu
bentuk pengabaian sosial. Akibatnya,remaja mengebangkan bentuk prilaku
yang menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial
sampai pelanggaran hingga tindakan kriminal. Kenakalan remaja
merupakan prilaku menyimpang dimana prilaku tersebut melanggar norma
sosial atau aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat. Oleh karena itu
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial. Salah satu
masalah yang merupakan bentuk kenakalan remaja adalah penyalahgunaan
NAPZA (Kartono, 2003).

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya.
Selain “Narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan
singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Pada Undang-
undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa
narkotika disatu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang

Poltekkes Kemenkes Padang


3

pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu


pengetahuan dan pada sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan (Simangunsong, 2015).

Berdasarkan penelitian menurut (Mei Wulandari et al., 2015) Faktor-faktor


yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA dibagi menjadi 2 yaitu
faktor Internal dan Eksternal. Faktor Internal yang mempengaruhi
penyalahgunaan Napza pada masyarakat adalah pengertian yang salah
bahwa Napza tidak membuat ketagihan dan ingin mencoba kembali, sikap
yang mudah terpengaruh dengan orang lain, memiliki gaya hidup yang
mewah dan suka bersenang-senang, dan tidak percaya diri dengan keadaan
yang dimiliki. Sedangkan Faktor Exsternal adalah Keluarga tidak utuh
atau bercerai, berteman dengan pengguna Napza, keluarga yang tidak
menerapkan kehidupan beragama sedari kecil, komunikasi yang berjalan
tidak baik didalam keluarga serta keadaan Ekonomi.

Berdasarkan penelitian Hawari (1990 dalam Carmen, 2010) ditemukan


bahwa faktor keluarga yang menyebabkan seseorang terjerumus
penyalahgunaan NAPZA, antara lain, ketidakutuhan keluarga (broken
home by death) 26,7% mendorong anak menjadi penyalahguna NAPZA,
orang tua terlalu sibuk di luar rumah termasuk (Orang Tua/Ibu) memiliki
resiko 30,6% mendorong keterlibatan anak terhadap NAPZA, hubungan
tidak harmonis antara anak dengan Orang tua, berpengaruh 53,3% anak
menjadi pengguna NAPZA.

Ini dibuktikan berdasarkan penelitian (Ningsih, 2019), menyebutkan


bahwa remaja yang memiliki dukungan keluarga tinggi dapat memiliki
prilaku yang tinggi juga dalam pencegahan penggunaan Napza, serta
remaja yang memiliki dukungan keluarga yang rendah dapat memicu
perilaku yang tinggi pula dalam penyalahgunaan Napza, serta faktor
dukungan teman memiliki pengaruh terhadap perilaku pencegahan Napza.

Poltekkes Kemenkes Padang


4

Pergaulan, Pengaruh teman sebaya dan pengaruh teman sebaya untuk


menggunakan obat, merupakan pengaruh penting dalam penggunaan
alkohol dan obat dikalangan remaja, teman sebaya mempunyai pengaruh
yang cukup kuat bagi terjerumusnya seorang remaja ke dalam lembah
NAPZA, biasanya berawal dari ikut-ikutan teman kelompoknya yang
mengkonsumsi NAPZA.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Suryani et al., 2020)


menunjukan adanya sebuah cara yang dilakukan oleh remaja untuk
mendapatkan narkoba seperti membeli dari teman-teman. Transaksi
menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan
narkoba. Transaksi merupakan suatu kegiatan atau aktivitas jual beli antara
dua belah pihak. Seluruh transaksi yang dilakukan oleh partisipan dalam
penelitian ini berasal dari teman dan lingkungan sekitar. Teman menjadi
sumber remaja dalam memperoleh narkoba.

Berdasarkan buku (Alifia, 2020) dampak yang ditimbulkan akibat


penyalahgunan narkoba secara umum adalah, Euforia atau perasaan
senang dan gembira yang luar biasa ditambah keberanian yang tidak wajar,
hilangnya segala beban pikiran seperti rasa sedih, resah, khawatir dll,
Selanjutnya adalah halusinasi atau timbulnya khayalan yang tidak
terkendali, weakness adalah keadaan jasmani dan rohani lemah, ingin tidur
terus-menerus dan hilang semangat, Drawsiness atau kesadaran turun
seperti setengah tidur/ mimpi dengan pikiran yang kacau ingin memakai
kembali (ketagihan) dengan berusaha menambah dosis obat tersebut.

World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on


Drugs and Crime (UNODC) (Nations, 2018). menyebutkan sebanyak 275
juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun)
pernah mengonsumsi narkoba.Sementara di Indonesia, BNN selaku focal
point di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) mengantongi angka penyalahgunaan

Poltekkes Kemenkes Padang


5

narkoba tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59
tahun. Pada tahun 2018 terdapat 914 kasus dengan 1.355 tersangka
penyalahgunaan Narkotika, angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan
pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai
angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan
terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada pada rentang
usia 15-35 tahun atau generasi milenial.

Berdasarkan data Statistik Pemuda Indonesia tahun 2018, 24,15%


penduduk Indonesia atau sebesar 63,83 juta jiwa adalah remaja berusia
(16-30 tahun). Sedangkan angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan
pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibu kota provinsi di Indonesia) mencapai
angka2,29 juta orang tua sebesar 3,58%. Salah satu kelompok masyarakat
yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada
pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial. Besarnya jumlah
kejadia penyalahgunaan Napza pada remaja dapat mempengaruhi sosial,
ekonomi serta pembangunan. Remaja perlu mendapat perhatian serius
karena termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, serta lebih rentan
terhadap masalah- masalah kesehatan dalam berbagai aspek baik itu
kesehatan, psikologis, sosial budaya dan keamanan, seperti merosotnya
prestasi belajar, rusaknya harmonisasi keluarga, perkelahian antar pelajar,
dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Pada tahun 2015 terdapat 63.352 jiwa penyalahgunaan Napza. Dari data
ini sebanyak 20.096 jiwa penyalahguna Napza pada remaja. Meningkat
dari data 2014 sebanyak 2.606. jiwa ( BNNP, 2016). Dan pada tahun 2019
menurut Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatra barat didapatkan
jumalah kasus sebanyak 245 kasus dengan jumlah pemakai terbanyak pada
daerah kota padang yaitu sebanyak 150 kasus yang didominasi oleh jenis
kelamin laki-laki sebanyak 130 orang, dan perempuan 20 orang, dari total
245 kasus didapatkan 31 remaja yang melakukan penyalahgunaan Napza
ditahun 2019. Sedangkan ditahun 2020 didapatkan jumlah kasus sebanyak

Poltekkes Kemenkes Padang


6

170 kasus penyalahgunaan Napza, dengan 32 remaja yang melakukan


penyalahgunaan Napza (BNNP,2020).

Di Kota Padang pada 2015 terdapat 288 tersangka penyalahgunaan Napza.


Dari angka 288 ini terdapat 29 orang remaja yang melakukan
penyalahgunaan Napza. Pada tahun 2016 terdapat 304 tersangka
penyalahgunaan napza, data 304 terdapat 50 orang remaja yang melakukan
penyalahgunaan Napza (Taskon Padang, 2016).

Pada survey awal di Yayasan Pelita Jiwa Insani yang beralamat di


Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota padang, pada tanggal 29
Januari 2021, didapatkan remaja yang menggunakan Napza diwilayah
kerja puskesmas kuranji sebanyak 2 orang. Data pengguna napza pada 3
bulan terakhir sebanyak 29 orang.Pengguna Napza cenderung meningkat
pada setiap tahunnya, dimana tahun 2018 terdapat 22 orang dengan remaja
berjumlah 11 orang dan yang bertempat tinggal di wilayah kota padang
sebanyak 5 orang, sedangkan pada tahun 2019 berjumlah 50 orang dengan
remaja berjumlah 17 orang dan yang bertempat tinggal diwilayah kota
padang sebanyak 30 orang dan pada tahun 2020yaitu sebanyak 100 orang
dengan remaja berjumlah 15 orang dan yang bertempat tinggal diwilayah
kota padang sebanyak 74 orang, dan sisanya tersebar diluar wilayah kota
padang dan luar Sumatra barat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petugas puskesmas


kuranji, bahwa program yang dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan
Napza adalah dengan melakukan skrining yang dilakukan kebeberapa
sekolah di wilayah kerja puskesmas kuranji salah satunya adalah sekolah
SMP 28 Padang dengan total murid yang diskrining yaitu berjumlah 49
orang. Dengan hasil yang merokok berjumlah 37 orang, yang
mengkonsumsi alkohol 1 orang dan yang menghisap Lem sebanyak 2
orang.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petugas di Yayasan pelita


jiwa insani program yang dilakukan dalam rehabilitasi di yayasan tersebut
adalah yang pertama adalah melakukan Assesment yaitu melakukan
penilaiaan terhadap pengguna yag dilakukan untuk mendapatkan data atau
informasi dari klien atau keluarga, selanjutnya test urin yang dilakukan
untuk mengecek kandungan apa yang terdapat pada urine, yang ke tiga
melakukan konseling individu mengenai tentang penyebab dari remaja
tersebut menggunakan Napza, lalu selanjutnya yang terakhir adalah
melakukan Family Support Group dengan melakukan edukasi kepada
keluarga pasien mengenai masalah yang diderita anaknya.

Keluarga merupakan kunci untuk mencegah anak mereka dari kecanduan


NAPZA, karena orangtua merupakan tempat menerima dan menumpahkan
segala persoalan, serta memberikan bimbingan moral, etika kapada anak
sesuai dengan perkembangan dirinya. Partisipasi orang tua seperti
mengawasi dan menyalurkan bakat dan minat kearah yang positif, serta
menumbuh kembangkan diri anak melalui pendidikan agama sejak kecil,
memberikan kepercayaan pada anak dalam batas toleransi, serta
membangun komunikasi positif dalam diri anak, sehingga dapat mencegah
terjaidnya penyalahgunaan NAPZA pada remaja (Friedman, 2010)
Salah satu peran perawat dalam keluarga adalah peran sebagai fasilitator
dan edukator dimana perawat menjadi tempat bertanya keluarga untuk
memecahkan masalah dan memberikan jalan keluar terhadap masalah
yang dihadapi anggota keluarga (Friedman, 2010).

Berdasarkan survey awal pada tanggal 1 febuari 2021 diwilayah kerja


Puskesmas Kuranji pada 1 orang anak remaja berumur 14 tahun berjenis
kelamin laki-laki yang tinggal bersama dengan ibunya, berdasarkan hasil
wawancara didapatkan remaja tersebut mengkonsumsi jenis ganja sejak
bulan maret 2020 disebabkan oleh ajakan teman dan masa pandemi serta
untuk menghibur diri, setelah itu mencoba-coba untuk mengkonsumsi
narkoba jenis ganja, saat mengkonsumsi narkoba remaja tersebut merasa

Poltekkes Kemenkes Padang


8

ada kepuasan tersendiri. Keluarga yang tidak utuh dan faktor ekonomi
membuat remaja tersebut mudah terjerumus dalam penyalahgunaan
Narkoba.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas peneliti telah memilih


penelitian remaja dengan perilaku NAPZA pada keluarga dengan judul “
Asuhan keperawatan Keluarga pada remaja dengan perilaku NAPZA di
Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji tahun 2021”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah uraikan diatas, maka perumusan
masalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Remaja dengan Perilaku NAPZA di wilayah kerja Puskesmas Kuranji
Kota Padangpada Tahun 2021?”

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada remaja dengan
perilaku NAPZA pada Tahun 2021.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian Asuhan Keperawatan keluarga
pada remaja dengan perilaku NAPZA di wilayah kerja Puskesmas
Kuranji Kota Padang Tahun 2021
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa Asuhan Keperawatan keluarga
pada remaja dengan perilaku NAPZA di wilayah kerja Puskesmas
Kuranji Kota Padang Tahun 2021
c. Mampu mendeskripsikan intervensi Asuhan Keperawatan keluarga
pada remaja dengan perilaku NAPZA di wilayah kerja Puskesmas
Kuranji Kota Padang Tahun 2021
d. Mampu mendeskripsikan tindakan Asuhan Keperawatan keluarga
pada remaja dengan perilaku NAPZA di wilayah kerja Puskesmas
Kuranji Kota Padang Tahun 2021
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi Asuhan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


9

keluarga pada remaja dengan perilaku NAPZA di wilayah kerja


Puskesmas Kuranji Kota Padang Tahun 2021
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan keluarga pada
remaja dengan perilaku NAPZA di wilayah kerja Puskesmas Kuranji
Kota Padang Tahun 2021

D. MANFAAT
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Remaja dengan Prilaku NAPZA
b. Bagi Institusi/ Poltekkes Kemenkes RI Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Padang untuk penelian
selanjutnya.
c. Bagi Keluarga
Diharapkan dapat dijadikan sebagai pemebelajaran agar lebihberhati-
hati dalam memilih pergaulan untuk anak

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing- masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,
2010). Menurut bailon yang dikutip (Efendi, 2015) menjelaskan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan satu budaya.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan dalam (Sudiharto, 2012)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan, Menurut Johnson
(1992 dalam Padila, 2012) keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang
terlibat dalam kehidupan terus menerus, yang tinggal dalam satu atap,
mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu
orang dengan lainnya.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam (Zaidin, 2010),


keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Menurut
undang-undang No.10 tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami
isteri dan anaknya atau, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
(Setiadi, 2008).

10 Poltekkes Kemenkes Padang


11

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga


adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
adanya keterikatan perkawinan dan mempunyai peran masing-masing
dalan keluaraga tersebut, serta saling menjaga satu sama lain.

2. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2010), lima fungsi dasar keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta
kasih, serta saling menerima dan mendukung. Orang tua
bertanggung jawab penuh dalam menciptakan hubungan interaksi
yang harmonis dalam keluarga. Jika fungsi keluarga tidak afektif
seperti kesibukan orang tua dan ditambah dengan komunikasi yang
kurang baik pada anak khususnya anak remaja, akan mengakibatkan
remaja tidak diperhatikan oleh orang tua sehingga individu mencari
perhatian dari luar keluarga yaitu lingkungan, apa bila lingkungan
tidak baik makan remaja tersebut akan mudah terpengaruh atau
terjerumus dalam kenakalan remaja seperti Penyalahgunaan NAPZA
( Idrawati, 2019)
b. Fungsi Sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial. Interaksi sosialisasi pada
lingkungan teman sebaya sangat mempengaruhi karna adanya
penyesuaian diri pada norma/aturan/ nilai yang sudah ditetapkan
dalam interaksi teman sebaya. Hal ini memberikan kecemasan
bagaimana orang lain memberikan penilaiann pada diri individu,
serta keinginan yang kuat untuk dapat menyesuaikan diri dengan
kelompok, meniru selera dan gaya, dan perilaku teman sebaya
membuat anak mudah terpengaruh kepada hal yang negatif seperti
penyalahgunaan Napza pada remaja.
c. Fungsi Reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsunga
n keturunan dan untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga. Menjamin kontinuitas antar generasi

Poltekkes Kemenkes Padang


12

keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk


masyarakat.
d. Fungsi Ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti, sandang, pangan, papan. Menurut Santrock,
kenakalan remaja lebih banyak terjadi pada golongan sosial ekonomi
yang rendah. Tuntutan kehidupan yang keras menjadikan remaja-
remaja kelas sosial ekonomi rendah menjadi agresif. Sementara itu,
orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan melakukan
pengawasan terhadap prilaku putra-putrinya, sehingga remaja
cenderung dibiarkan menemukan dan belajar serta mencari
pengalamannya sendiri ini yang membuat remaja mudah terjerumus
kedalam penyalahgunaan napza (Permana, 2014).
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah Fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Selain keluarga menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal dll. Keluarga juga berfungsi melakukan
asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga
kesehatan.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Menurut (Friedman, 2015) Tugas kesehatan
keluarga tersebut adalah :
1) Mampu mengenal masalah
2) Mampu mengambil keputusan
3) Mampu merawat anggota keluarga yang sakit
4) Mampu memodifikasi lingkungan
5) Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


13

3. Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga menurut (Sudiharto, 2012) adalah sebagai
berikut:
a) Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanankan yang terdiri dari
suami,istri dan anak-anak, baik karenan kelahiran (natural)
maupun adopsi.
b. Kaluarga asal (Family of origin), merupakan suatu unit
keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (Extended Family), keluarga inti ditambahkan
keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek,
nenek, paman, bibi dll yang tinggal dalam satu rumah.
d. Keluarga berantai, (Sosial family), keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda/ janda, keluarga yang terbentuk karena
perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family),keluarga dari
perkawinan poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu
keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di
Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan
dengan budaya timur. Namun lambat tahun keluarga kohabitasi
ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan perkembangan
jaman dan pengaruh informasi yang kuat, dijumpai adanya
bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak
laki-laki, paman menikah dengan keponakannya dll.
b) Non Tradisional
a. Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri

Poltekkes Kemenkes Padang


14

dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.


b. Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal
bersama tanpa adanya ikatan perkawinan
c. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-
istri
d. Non marital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang
hidup Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering
berganti pasangan
e. Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara. (Setyawan (2012:7)

4. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Harnilawati (2013)struktur keluarga
sebagai berikut :
1) Pola Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, tidak melibatkan emosi, konflik selesai dan
ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengiriman yakni
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta
dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid. Komunikasi dalam keluarga
dikatakan tidak berfungsi jika tertutup, adanya isu atau berita
negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan
pendapat sendiri. Komunikasi yang tidak baik tersebut membuat
remaja lebih memilih untuk bergaul dan berbagi cerita dengan
teman sebayanya yang ia yakini bahwa teman sebayanya lebih
mengerti dirinya dan selalu ada untuknya dibandingkan dengan
orangtuanya (Surbakti, 2018).
2) Struktur peran
adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal

Poltekkes Kemenkes Padang


15

atau informal. Posisi merupakan status individu dalam masyarakat


misalnya status sebagai suami/istri. Peran didalam keluarga harus
sesuai posisi sosial. Misalnya pencari nafkah adalah peran ayah.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan merupakan kemampuan individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(reward power), paksa (coercive power), dan affektif power
(Harnilawati, 2013).
4) Struktur nilai dan norma.
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan

5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian keluarga dan orangtua. Sejauh mana keluarga mengetahui
dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya,
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c) Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
Ketka memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

Poltekkes Kemenkes Padang


16

1) Keadaan penyakitnya ( sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis


dan perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3) Keberadaan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik
dan psikososial)
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat.
e) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
ketika merujuk enggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas kesehatan keluarga
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
4) Fasilitas kesehatan yang ada dan terjangkau oleh keluarga

6. Peran Perawat Keluarga


Ada tujuh peran perawat keluarga menurut (Sudiharto, 2012) (Jahja, 2011)
adalah sebagai berikut:
a) Sebagai Pendidikan
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga terutama untuk memandirikan keluarga terutama untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan seperti remaja dengan penyalahgunaan
Napza, dan memberikan edukasi serta pekayanan kesehatan bagi
klien.
b) Sebagai Koordinator Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif, pelayanan keperawatan yang berkesinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit

Poltekkes Kemenkes Padang


17

pelayanan kesehatan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan


seperti dalam keluarga dengan kasus penyalahgunaan Napza bagi
remaja didaerah tempat tinggal.
c) Sebagai Pelaksanaan Pelayanan Perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan seperti memberikan pelayanan kepada keluarga
dank klien dalam penyembuhan klien dengan penyalahgunaan Napza
d) Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan
Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
beresiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga tersebut menerapkan asuhan keperawatan
yang telah diberikan.
e) Sebagai Pembela (Advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak
keluarga klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapakn
harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan
untuk memenuhi hak dan kebutuhan. Keluarag dengan pemahaman
yang baik terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f) Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar
dalam mengatasi masalah kesehatan pada klien dengan
penyelahgunaan Napza
g) Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga.Masalah
kesehatan yang muncul didalam keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang


18

B. KONSEP REMAJA
1. Pengertian Remaja
Menurut Golinko, kata “remaja” berasal dari bahasa Latin, yaitu
adolescence yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh
yang mendefinisikan tentang remaja, seperti Debrun mendefinisikan
remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan
dewasa(Jahja, 2011).Salah satu pakar psikologi perkembangan
Hurlock 2002 dalam buku (Octavia, 2020) menyatakan bahwa masa
remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan
berakhir pada saat mencapai usia dewasa secara hukum, masa remaja
awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu
pada usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir
meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia
dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum.

(WHO, 2017) mendefinisikan remaja sebagaimasa tumbuh kembang


manusia setelah masa anak-anak dan sebelum masa dewasa dalam
rentang usia 10-19 tahun. Berbedadengan pendapat (Effendy, 2010)
yang menyatakan bahwa remaja tidak diukur berdasarkan usia, namun
berdasarkan status pernikahan dan tingkat ketergantungannya terhadap
orang tua. Jika seseorang menikah pada usia remaja, maka ia sudah
termasuk dewasa, tidak lagi dikatakan sebagai remaja. Sebaliknya jika
seseorang tersebut belum menikah,masih bergantung pada orang tua
(tidak mandiri), namun usianyasudah bukan lagi remaja maka tetap
masuk dalam kategoriremaja.

Menurut peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja


adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Remaja pada tahap
tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi,
tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah- masalah
pada masa remaja (Hurlock, 1980).

Poltekkes Kemenkes Padang


19

Pada masa remaja akan muncul dorongan seksual karena hormon


seksual remaja yang mulai aktif. Terjadinya perubahan fisik dan
pematangan organ reproduksi mendorong remaja melakukan perilaku
seksual yaitu kegiatan yang didorong oleh hasrat seksual baik kepada
lawan jenis maupun sesama jenis.

2. Tahun-Tahun MasaRemaja
Batasan usia masa remaja menurut buku (Octavia, 2020) Awal masa
remaja berlangsung dari mulai umur 13-16 tahun atau 17 tahun, dan
akhir masa remaja bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu
usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja
merupakan periode yang sangat singkat pada kalangan remaja. Dan
dapat di kategorikan sebagai berikut:
a. Masa remaja awal : 13 tahun atau 14 tahun sampai 17 tahun, terjadi
perubahan fisik yang sangat cepat dan mencapai puncaknya.
Terjadi juga ketidak seimbangan emosional dan ketidak stabilan
dalam banyak hal. Mencari identitas diri dan hubungan sosial yang
berubah.
b. Masa remaja akhir : 17 tahun sampai 20 tahun, pada masa remaja
akhir remaja selalu ingin jadi pusat perhatian, ingin menonjolkan
diri, idealis, mempunyai cita-cita tinggi, dan ingin mencapai
ketidaktergantungan emosional. Pada masa ini di tandai oleh sifat-
sifat negatif pada remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa
negatif dengan gejala seperti tidak tenang, kurang suka bekerja,
pesimis, mudah putus asa dan mudah terbawa pengaruh negatif
seperti kenakalan remaja dengan penyalahgunaan Napza.

3. TahapanRemaja
Menurut (Sarwono, 2011) ada tiga tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju dewasa, antara lain:
a. Remaja awal (EarlyAdolescence)
Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun ditandai

Poltekkes Kemenkes Padang


20

dengan adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan


pematangan fisik, sehingga intelektual dan emosional pada masa
remaja awal ini sebagian besar pada penilaian kembali dan
restrukturisasi dari jati diri. Pada tahap remaja awal ini penerimaan
kelompok sebaya sangatlah penting (Aryani, 2010).
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Masa remaja madya berada pada rentang usia 14-16 tahun ditandai
dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, dimana
timbulnya keterampilan- keterampilan berpikir yang baru, adanya
peningkatan terhadap persiapan datangnya masa dewasa, serta
keinginan untuk memaksimalkan emosional dan psikologis dengan
orang tua (Aryani, 2010) .
c. Remaja akhir (LateAdolescence)
Masa remaja akhir berada pada rentang usia 16-19 tahun. Masa ini
merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapain lima hal, yaitu:
a) Menunjukkan kematangan terhadap fungsi-fungsiintelek.
b) Ego lebih mengarah pada mencari kesempatan untuk bersatu
dengan orang lain dalam mencari pengalamanbaru.
c) Terbentuk identitas seksual yang permanen atau tidak akan
berubahlagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
e) Tumbuh pembatas yang memisahkan diri pribadinya (Private
Self) dengan masyarakat umum (Sarwono, 2011).

4. Ciri-ciri Remaja
Menurut (Potter, 2010) ciri – ciri remaja sebagai berikut:

a) Kecanggungan dalam pergaulan dan ketakuan dalam gerakan,


sebagai akibat dari perkembangan fisik, ,menyebabkan perasaan
rendahdiri.

Poltekkes Kemenkes Padang


21

b) Ketidakseimbangan secara keseluruhan terutama keadaan emosi


yang labil. Berubahnya emosiolitas, berubahnya suasana hati yang
tidak dapat diramalkan sebelumnya, labilitas remaja yang
menyebabkan kurang tercapainya pengertian orang lain akan diri
pribadiremaja.
c) Perombakkan pandangan dan petunjuk hidup yang telah diperoleh
pada masa sebelumnya, meninggalkan perasaan kosong pada
diriremaja.
d) Sikap menentang dan menantang orang tua maupun orang dewasa
lainnya, merupakan ciri yang mewujudkan keinginan remaja untuk
meregangkan ikatannya dengan orang tua dan menunjukkan
ketidak tergantungannya kepada orang tua dan orang deawasa
lainnya.
e) Pertentangan didalam dirinya sering menjadi pangkal sebab
pertentangan- pertentangan dengan orangtua dan anggota
keluargalainnya.
f) Kegelisahan, keadaan tidak tenang menguasai diri remaja. Banyak
hal yang diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya

5. Tugas- tugas Perkembangan Remaja


Havigurst mendefinisikan tugas perkembangan merupakan tugas yang
muncul sekitar satu periode tertentu pada kehidupan individu, jika
individu berhasil melewati periode tersebut maka akan menimbulkan
fase bahagia serta membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-
tugas perkembangan selanjutnya (Ali M. , 2011). Namun jika individu
gagal melewati periode tersebut maka tak jarang akan terjebak dalam
perkembangan psikis yang tidak sehat, salah satunya kenakalan
remaja (Safitri, 2015).
Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havigurst adalah
sebagai berikut:
a) Mampu menerima keadaanfisiknya.

Poltekkes Kemenkes Padang


22

b) Mampu memahami dan menerima peran seks usiadewasa.


c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
d) Mencapai kemandirian emosional.
e) Mencapai kemandirian ekonomi.
f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g) Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orangtua.
h) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki duniadewasa.
i) Mempersiapkan diri untuk memasukiperkawinan.
j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga (Muhammad Ali,2011).

6. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Bentuk-bentuk perilaku kenakalan menurut Gunarsa 1998 dalam


(Pieter, 2013), yaitu :
1) Kenakalan Remaja Terisolir (DelinkuensiTerisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari kenakalan
remaja.Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan
psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor
berikut:
a. Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak
ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidakn dapat
diselesaikan.
b. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak
harmonis, dan mengalami banyak frustasi.
c. Kurangnya kedisiplinan yang teratur dalam keluarga, serta
Kenakalan remaja ini disebabkan karena faktor lingkungan
terutama tidak adanya pendidikan kepada anak, sehingga anak
cenderung bebas untuk melakukan sesuatu sesuaikehendaknya

Poltekkes Kemenkes Padang


23

2) Kenakalan Remaja Neurotik (DelinkuensiNeurotik)


Pada umumnya, kenakalan remaja tipe ini menderita gangguan
kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa
selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain
sebagainya.
Ciri-ciri perilakunya adalah:
a) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang
sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima
norma, dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.
b) Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin
yang belumterselesaikan.
c) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan
mempraktekkan jenis kejahatan tertentu.
3) Kenakalan Remaja Psikotik (DelinkuensiPsikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat
dari kepentingan umum, dan segi keamanan, kenakalan remaja ini
merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah
laku mereka adalah:

a) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan


dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal,
diliputi banyak pertikaian keluarga.

b) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau


melakukan pelanggaran.

c) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana


hatinya yang kacau, dan tidak dapat diduga.

d) Mereka selalu gagal dalam menyadari norma -norma sosial


yang berlaku, juga tidak peduli terhadap norma ditempatnya
sendiri.

e) Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis,


sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri
sendiri.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

4) Kenakalan Remaja
Menurut Jansen 1985 dalam (Sarwono 2012), membagi kenakalan
remaja ini menjadi empat jenis yaitu :
a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:
perkelahian, pemerkosaan, perkosaan, perampokan,
pembunuhan, dan penyalahgunaan Napza
b) Kenakalan yanh menimbulkan korban materi: perusakan,
pencurian, pencopetan, pencopetan, dll
c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak
orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat
d) Kenakalan yang melawan status, misalnya melanggar
peraturan sekolah seperti membolos, menyontek, tawuran dll.

Poltekkes Kemenkes Padang


25

C. KONSEP NAPZA

1. Pengertian Napza

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.


Selain “Narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif.Menurut Undang- undang RI nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika pada Bab 1 Pasal 1, narkotika adalag zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Prekursor Narkotika
adalah zat yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika (UU RI,
2009).

Napza ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah


bahan atau zat atau obat yang bila masuk kedalam tubuuh manusia
akan mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat ,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosial, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
Napza (Alifia, 2020). Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan
bahan obat berbahaya. Narkoba atau NAPZA merupakan kelompok
senyawa yang umumnya menyebabkan kecanduan bagi para
penggunanya (BNN, 2017)

2. Sejarah NAPZA
(Sofiyah, 2011)Narkotika dan zat adiktif lainnya yang termasuk dalam
golongan Napza ternyata sudah dikenal dan digunakan sejak dahulu
kala.Bangsa sumeria adalah bangsa yang pertama kali mengenal
candu.Pada saat itu, candu digunakan sebagai penghilang rasa sakit
dan obat tidur.

Poltekkes Kemenkes Padang


26

Ahli medis Hippocrates menggunakan candu sebagi pereda rasa sakit,


terutama dala proses pembedahan. Alexander the Great dari Persia
(330 SM), memakai candu karna dapat memberikan rasa senang. Ia
yang mengenalkan candu pada bangsa india. Di india, candu dipakai
dalam pengobatan penyakit diare dan penyakit seksual. Penggunaan
jarum suntik baru dikenal oleh Dr. AlexanderWood dari Edinburgh
semakin menambah kemudahan bagi pemakai candu.Tepatnya 1874,
peneliti C.R. Wright menemukan sintesis heroin dengan memanaskan
morfin.

Pada abad ke 19, peredaran opium sangat pesat di Amerika, bahkan


morfin digunakan untuk penahan rasa nyeri pada prajurit yang
terlukan di peperangan.Di Indonesia sendiri, candu sudah ada jauh
sebelum terjadinya perang dunia ke-2.Bahkan, tanaman ganja yang
banyak tumbuh di daerah Sumatra biasa digunakan sebagai bumbu
masakan sehari-hari.Pemerintah membuat undang – undang tentang
pembuatan, penggunaan dan penjualan obat-obatan berbahaya
dibawah naungan Mentri Kesehatan. Perundang-undangan ini terus
berkembang seiring dengan semakin maraknya penyalahgunaan
narkotika di Indonesia bahkan dunia. Perundang-undangan yang
berlaku saat ini adalah UU Anti Narkotika nomor 22/1997, menyusul
dibuatnya UU Psikotropika nomor 5/1997. Dalam undang-undang
tersebut berisi tentang pasal-pasal ketentuan pidana terhadap perilaku
kejahatan narkotika dengan pemberian sanksi terberat yaitu hukuman
mati.

3. Jenis-Jenis& Golongan NAPZA


Napza sering juga disebut sabagai zat psiko aktif, yaitu zat yang
bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku,
perasaan serta pikiran. Dan dampak yang ditimbulkan pada
penyalahgunaan Napza sangat merugikan masyarakat, keluarga dan
diri sendiri. Sehingga Pemerintah memberlakukan undang-undang.

Poltekkes Kemenkes Padang


27

untuk penyalahgunaan Narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang


Psikotropika dan UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika.

a. Narkotika
Pada undang-undang RI No.22 tahun 1997 tentang Narkotika,
bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
hingga menghilangkan nyeri dan menyebabkan ketergantungan
(Alifia,2011)
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a) Narkotika Golongan I
Narkotika yang digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan
bukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
sehingga dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya.
Contoh : ganja, kokain , opiate, heroin dll
b) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi menjadi ketergantungan bagi para pemakainya. Contoh :
morfin, pethidin,betametadol
c) Narkotika Golongan III
Narkotika yang digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai dayaaktif
yang ringan yang dapat menyebabkan ketergantungan. Contoh :
kodein

b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada kesehatan mental

Poltekkes Kemenkes Padang


28

dan prilaku. Yang digolongkan psikotropika menurut undang-


undang RI adalah: obat penenang/ tidur, LSD, diazepam,
extasi,sabu-sabu dll.
Psikotropika dibagi menjadi 4 Golongan yaitu :
a) Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan bukan untuk terapi dan berpotensi tinggi untuk
menyebabkan ketergantungan. Contoh : ekstasi, LSD,STP
b) Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamin,
metafetamin, Ritalin
c) Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang banyak digunakan dalam terapi dan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi yang kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : pentobarbital, flunitrazepam
d) Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan, mengakibtkan sindroma
ketergantungan. Contoh : pil koplo, MG, nitrazepam dll

c. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat atau bahan kimia yang apabila masuk
kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama
susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan perubahan aktivitas
mental, emosional dan perilaku. Apabila digunakan secara terus
menerus akan dapat menyebabkan kecanduan. Zat adiktif yang
dimaksud disini adalah zat selain narkotika dan psikotropika yang

Poltekkes Kemenkes Padang


29

apabila dicium, dihirup atau dihisap dapat memabukan. Contoh :


Rokok, Lem kayu, Bensin, Alkohol, Aseton, Tiner dll.

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Prabowo, 2014) tanda dan gejala dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Tingkah laku pasien pengguna zat sedatifhipnotik
a. Menurunnya sifat menahan diri
b. Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
c. Bicara cadel,bertele-tele
d. Sering datang ke dokter untuk minta resep
e. Kurang perhatian
f. Sanggat gembira, berdiam, Depresi
g. Gangguan dalam daya pertimbangan
h. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan
dapat menimbulkan kematian

2 Tingkah laku pasien pengguna ganja


a. Kontrol diri menurun bahkan hilang
b. Menurunnya motivasi perubahan diri
c. Ephoria ringan

3 Tingkah laku pasien pengguna alkohol


a. Sikap bermusuhan
b. Kadang bersikap murung,berdiam
c. Kontrol diri menurun
d. Suara keras, bicara cadel, dan kacau
e. Agresif
f. Minum alkohol pagi hari atau tidak kenalwaktu
g. Partisipasi di lingkungan social kurang
h. Daya pertimbangan menurun
i. Koordinasi motorik terganggu

Poltekkes Kemenkes Padang


30

j. Dalam keadaan overdosis, kesadaran menurun bahkan sampai


koma.

4 Tingkah laku pasien pengguna opioda


a. Terkantuk-kantuk
b. Bicara cadel
c. Koordinasi motorik terganggu
d. Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
e. Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif
f. Kontrol diri kurang

5 Tingkah laku pasien pengguna kokain


a. Hiperaktif
b. Euphoria, agitasi, dan sampaiagitasi
c. Iritabilitas
d. Halusinasi dan waham
e. Kewaspadaan yang berlebih
f. Sangat tegang
g. Gelisah insomnia
h. Tampak membesar-besarkan sesuatu
i. Dalam keadan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid

6 Tingkah laku pasien pengguna halusinogen


a. Tingkah laku tidak dapat diramalkan
b. Tingkah laku merusak diri sendiri
c. Halusinasi,ilusi
d. Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu danjarak)
e. Sikap merasa diri benar
f. Kewaspadaan meningkat
g. Depersonalisasi

Poltekkes Kemenkes Padang


31

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA


Menurut Pieter 2013 penyalahgunaan narkoba ada beberapa faktor
yaitu:

a. Lingkungan sosial

Motif ingin tahu : di masa remaja seseorang lazim mempunyai rasa


ingin tahu lalu setelah itu ingin mencobanya. Misalnya dengan
narkotika, psikotropika maupun minuman keras atau bahan bahaya
lainnya.
1. Adanya kesempatan : karena orang tua sibuk dengan
kegiatannya masing –masing, mungkin juga karena kurangnya
rasa kasih sayang dari keluarga ataupun karena akibat
dariperceraian.
2. Sarana dan prasarana : karena orang tua berlebihan memberikan
fasilitas dan uang yang berlebihan, merupakan sebuah pemicu
untuk menyalahgunakan uang tersebut untuk memmbeli
narkotika untuk memuaskan rasa keingin tahuan mereka.

b. Kepribadian
1. Rendah diri : perasaan rendah diri di dalam pergaulan di
masyarakat ataupun di lingkungan sekolah , kerja dan
sebagainya. Mereka mengatasi masalah tersebut dengan cara
menyalahgunakan narkotika, psikotropika maupun Minuman
kerasa yang dilakukan untuk menutupi kekurangan mereka
tersebut sehingga mereka memperoleh apa yang diinginkan
seperti lebih aktif dan berani.
2. Emosional dan Mental : pada masa-masa ini biasanya remaja
ingin lepas dari segala aturan-aturan dari orang tua mereka, dan
akhirnya sebagian tempat pelariannya yaitu dengan
menggunakan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Lemahnya mental remaja akan lebih mudah dipengaruhi oleh
perbuatan-perbuatan negatif sepeti penyalahgunaan Napza.

Poltekkes Kemenkes Padang


32

6. Cara Penanggulangan Napza


Pemberhentian penggunaan Napza memang sulit untuk dilakukan
namun ada salah satu cara yang dapat dilakuka untuk mengatasinnya
yaitu dengan resiliensi. Resiliensi merupakan suatu kemampuan untuk
bertahan mengatasi rasa frustasi dan permasalahan yang dialami oleh
individu. Individu yang melakukan resiliensi lebih tahan terhadap
stres dan lebih sedikit mengalami gangguan emosi dan perilaku
sehingga lebih memudahkan pasien untuk di rehabilitasi (Aisha,
2014).

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan


dengan cara sebagai berikut :
a) Preventif
Pendidikan agama sejak dini, pembinaan kehidupan rumah tangga
yang harmonis dengan penuh perhatian dan kasih sayang.Menjalin
komunikasi yang kontruksif antar orang tua dan anak.
b) Tindakan hukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang – Undang
dan peraturan disertai tindakan nyata demi keselamatan generasi
muda penerus dan pewaris bangsa.
c) Rehabilitasi
Pusat rehabilitasi merupakan rumah sakit atau yayasan, untuk
mereka yang mengalami ketergantungan. Khusunya untuknya
penanggulangan Narkoba disekolah yaitu artinya peran orang tua
dan guru sangat dibutuhkan dalam terciptanya generasi remaja
bebas narkoba. Artinya guru yang bertugas mengawasi para siswa
disekolah dan orang tua yang bertugas mengawasi siswa atau anak
mereka masing-masing dirumah. Disamping itu melakukan
penyuluhan ke sekolah- sekolah, dan tempat- tempat yang
berpotensi menjadi dampak negative mengenai napza.

Poltekkes Kemenkes Padang


33

d) Kerja sama dengan tokoh-tokoh agama perlu dilakukan untuk


membina iman dan rohani guna meningkatkan pengetahuan
mengernai bahaya narkoba
e) Dukungan keluaraga merupakan kunci utama yang sangat
menentukan terlibat atau tidaknya anak – anak pada narkoba. Oleh
sebab itu komunikasi antara orang tua dan anak- anak harus
diefektifkan dan dibudayakan.

Poltekkes Kemenkes Padang


34

D. Asuhan Keperawatan Teoritis Keperawatan dengan perilaku NAPZA


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dalam keluarga dalam (IPKKI, 2017)
memiliki dua tahapan. Pengkajian tahap satu berfokus pada masalah
kesehatan keluarga. Pengakajian tahap dua menyajikan kemampuan
keluarga dalam melakukan lima tugas kesehatan keluarga. Namun
dalam pelaksanaannya, kedua tahapan ini dilakukan secara
bersamanan.Tahap pengkajian menurut (Padila, 2012). merupakan
dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Pengkajian yang akurat dan lengkap, sesuai
dengan kenyataan, kebenaran data, sangat penting dalam merumuskan
diagnosa keperawatan keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu. pengkajian keperawatan
merupakan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang
berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk
mengelola kesehatan dan keperawatannya, dan hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lainnya. Hal-hal yang perlu dikumpulkan
datanya dalam pengkajian keluarga adalah :

a. Data Umum
1. Nama kepalakeluarga
Menyebutkan nama kepala keluarga, orang yang bertanggung
jawab atas kebutuhan keluarganya dan juga mangatur hal-hal
yang berhubungan dengan keluarga seperti kegiatan keluarga
dalam mencegah perilakuNAPZA.

2. Alamat
Alamat yaitu dimana sebuah keluarga menetap dengan tempat
tinggal, hal ini juga mempengaruhi keluarga dengan lingkungan
tempat tinggal yang tidak baik seperti penyalahgunaan NAPZA.

Poltekkes Kemenkes Padang


35

3. Pekerjaan kepala keluarga


Pekerjaan kepala keluarga dapat mempengaruhi sebuah
keluarga dalam memenuhi kebutuhan yang baik dalam
keluarga, apabila terjadinya penyimpangan seperti kepala
keluarga memanfaatkan pekerjaan dan jabatannya dalam
melakukan penyalahgunaan NAPZA, hal ini dapat
mempengaruhi perilaku dalam keluarga.

4. Pendidikan kepala keluarga


Pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap
prilaku menyimpang yang terjadi pada remaja, contohnya
remaja dengan penyalahgunaan Napza, hal ini dapat
dilakukan penanganan yang lebih cepat apabila dalam
keluarga memiliki pendidikan yang tinggi dan pengetahuan
tentang akibat yang ditimbulkan Napza.

5. Komposisi keluarga
Menjelaskan anggota keluarga : Nama, umur, pendidikan,
Pekerjaan dan status imunisasi anggota keluarga, komposisi
keluarga terdiri dari Genogram 3 generasi.

6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe
keluarga tersebut. Biasanya remaja dengan penyalahgunaan
Napza memiliki tipe keluarga the single parent family yaitu
hanya memiliki salah satu dari kedua orang tua.

7. Suku
Data ini menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga
dan budaya terkait dengan kesehatan.Suku bangsa yang
dimaksud seperti jawa, sunda, batak, dan lain-lain (Widyanto,

Poltekkes Kemenkes Padang


36

2014). Mengidentifikasi pengaruh budaya suku yang berkaitan


dengan kesehatan keluarga remaja yang berhubungan dengan
Napza, Pengaruh budaya luar yang dapat menyebabkan
kenakalan remaja bisa menjadi faktor pemicu terjadinya Prilaku
Napza pada anak.

8. Agama
Agama yang dianut sesorang sangat berpengaruh terhadap
apa yang dilakukan orang tersebut, seperti lemahnya iman
akan membuat seseorang menjadi mudah terhasut dengan
hal-hal negative seperti penyalahgunaan Napza.

9. Status sosial ekonomi keluarga


Data ini menjelaskan mengenai pendapatan KK dan anggota
keluarga yang sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari serta
harta kekayaan atau barang-barang yang dimiliki keluarga
(Widyanto, 2014). pada keadaan ekonomi yang baik maka
orang-orang dapat mencapai atau memenuhi kebutuhannya
dengan mudah. Demikian juga sebaliknya apabila keadaan
ekonomi kurang baik maka pemenuhan kebutuhan sangat
sulit adanya karna itu orang-orang akan berusaha untuk dapat
keluar dari himpitan ekonomi ini yang menyebabkan banyak
orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhannya anaknya
(Lestari,2010)

10. Aktivitas rekreasi keluarga


Mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi atau refreshing.
Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namun menonton TV,
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga
(Widyanto, 2014). Keluarga yang monoton akan membuat
remaja merasa jenuh sehingga melampiaskannya dengan pergi
keluar rumah untuk mencari aktivitas diluar rumah yaitu

Poltekkes Kemenkes Padang


37

bersama teman-taman, ini juga bisa menyebabkan terjadinya


kenakalan remaja seperti penyalahgunaan Napza.

11. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


Menurut (Friedman, 2010) dalam (Widyanto, 2014) riwayat
dan perkembangan keluarga adalah
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti
untuk menentukan tahap perkembangan keluarga saat ini
pada keluarga.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap
perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan
penyebab belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, sumber
kesehatan yang biasa digunakan serta pengalamannya
menggunakan pelayanan kesehatan. Riwayat keutuhan
dalam keluarga sangat berpengaruh pada
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami
dan istri dan anggota keluarga dirumah.

12. Pengkajian lingkungan

(Susanto, 2012)

a. Karakteristik rumah pada tahap ini yang dikaji adalah letak


posisi rumah pada lingkungan tempat tinggal keluarga
dengan jelas

b. Karakteristik tetangga dan komunitas pada tahap ini yang


dikaji adalah gambaran tentang rumah dan apa yang
dilakukan keluarga setiap harinya

Poltekkes Kemenkes Padang


38

c. Mobilitas geografis keluarga pada tahap ini yg dikaji adalah


letak daerah rumah keluarga

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluargaPada tahap ini


yg dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga, misalnya
apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan
ibu-ibu rumah tangga lainnya ataupun kegiatan lainya
(Susanto, 2012)

e. Sistem pendukung keluargaPada tahap ini dikaji adalah


tentang kesulitan keungan yang keluarga dapat diatasi
dengan dukungan keluarga (Susanto, 2012)

13. Struktur Keluarga

a. Sistem pendukung keluarga

Sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota


keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh
keluarga untuk menunjang kesehatan. Dukungan keluarga
dalam masa pemulihan sangat diperlukan mengingat salah
satu faktor yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA
adalah keluarga. Keluarga merupakan system pendukung
utama yang member peran langsung pada setiap keadaan
sehat atau sakit anggota keluarganya. Dukungan keluarga
tidak baik maka keberhasilan pemulihan (Rehabilitasi) akan
sangat rendah (Friedman, 2010)

b. Pola Komunikasi Keluarga


Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,
seperti mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan
mereka dengan jelas. Komunikasi yang tidak baik membuat
remaja lebih memilih untuk bergaul dan berbagi cerita
dengan teman sebayanya yang ia yakini bahwa teman
sebaya lebih mengerti dirinya dibanding orangtuanya.

Poltekkes Kemenkes Padang


39

Namun tidak semua teman sebaya memiliki prilaku yang


baik sehingga remaja sering kali terjerumus kedalam prilaku
yang menyimpang seperti penyalahgunaan Napza (Santi,
2017).

c. Strukur kekuatankeluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah sikap. Peran
orang tua sangat berpengaruh dalam kehidupan dan
perkembangan anak, orang tua yang tegas dan disiplin serta
bijaksana dapat menuntun anak untuk menjauhi prilaku
yang menyimpang pada anak seperti penyalahgunaan Napza
diusia remaja.(Padila,2012)

d. Struktur peran
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga di
suatu keluarga, struktur peran dalam keluarga
mempengaruhi sikap atau karakter remaja dalam keluarga
itu sendiri. Struktur peran dalam keluarga yang baik dapat
menuntun anak menjauhi penyalahgunaan Napza pada
remaja (Padila,2012)

e. Nilai atau norma keluarga


Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Adanya
keyanikan dan norma berdasarkan adat didalam suatu
keluarga maupun wilayah tempat tinggal berpengaruh bagi
kesehatan keluarga dalam menangani masalah kesehatan.

14. Fungsi Keluarga


Terdapat 8 fungsi keluarga menurut (Wirdhana et al., 2013)
a. Fungsi keagamaan

Poltekkes Kemenkes Padang


40

Fungsi keluarga sebagai tempat pertema seorang anak


mengenal, menanamkan dan menumbuhkan serta
mengembangkan nilai-nilai agama, anak yang ditanamkan
sedari kecil mengenai ilmu agama tidak mudah terhasut
oleh ajakan yang tidak sesuai dengan ajaran agama seperti
penyalahgunaan Napza.
b. Fungsi sosial budaya
Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan pada
seluruh anggota keluarganya dalam mengembangkan sosial
budanya namun tidak menyimpang dengan budaya yang
sudah ada selagi itu baik
c. Fungsi cinta dan kasih sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokog
terhadap suami dengan istri, orangtua dengan anak-
anaknya, anak yang tidak mendapatkan kasih sayang yang
baik dari keluarga dapat membuat anak tersebut menjadi
orang yang apatis terhadap sekitar dan mudah dipengaruhi
dengan hal-hal yang negative seperti penyalahgunaan
Napza pada remaja.
d. Fungsi perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat perlindungan keluarganya
dalam menumbuhkan rasa aman dan tentram serta
kehangatan dapat membuat anak merasa dilingdungi oleh
keluarganya sendiri sehingga membuat anak takut untuk
melakukan hal-hal negtif seperti penyalahgunaan Napza.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. Hal yang
perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi adalah berapa
jumlah anak, rencana berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga, dan metode untuk mengendalikan jumlah anggota
keluarga. Penderita dengan riwayat pengguna NAPZA akan

Poltekkes Kemenkes Padang


41

beresiko mengalami penyakit menular lainnya yang akan


berdampak pada keturunannya.
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran arahan kepada
keluarga dalam mendidik anaknya agar terhidar dari hal-hal
negative yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan
Napza.
g. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji dalam fungsi ekonomi adalah
kebutuhan sehari-hari, kebutuhan sandang dan pangan serta
memanfaatkan sumber dalam masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga. Biasanya karena
faktor ekonomi keluarga yang tidak mencukupi, hal ini
menjadi faktor keluarga karena tidak mampu untuk mencari
pertolongan ke fasilitas kesehatan terutama pada remaja
yang mengkonsumsi NAPZA
h. Fungsi pembinaan lingkungan
Fungsi keluarga dalam member kemampuan kepada setiap
anggota keluarganya sehingga dapat menempatkan diri di
lingkungan tenpat tinggalnya, lingkungan juga menjadi
salah satu faktor kenakalan remaja seperti penyalahgunaan
Napza yang disebabkan oleh mudah terhasut bujukan teman
dan ikut-ikutan.

15. Stress dan koping keluarga


Srtressor jangka pendek dan jangka panjang yaitu:
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
Seperti faktor ekomi yang kurang mencukupi kehidupan
keluarga serta kebutuhan dalam pemeliharaan status
kesehatan seperti rehabilitasi pada remaja dengan Napza.

Poltekkes Kemenkes Padang


42

b. Stressor jangka panjang yaitu stress yang dialami keluarga


yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan. Seperti penyakit atau komplikasi yang ditimbulkan
dalam penyalahgunaan Napza (Padila,2012)

16. Harapan Keluarga


Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan terutama harapan keluaraga
terhadap remaja dengan penyalahgunaan Napza.

17. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga


Menurut (Padila,2012) Pemeriksaan fisik dilakukan pada
semua anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan
pemeriksaan fisik klinis yaitu Head to toe yaitu:

a. Kepala

Biasanya akan dijumpai sakit kepala

b. Mata

Biasanya akan dijumpai mata memerah, pupil mengecil atau


lebih besar dari normal

c. Hidung

Biasanya pilek tanpa sebab dan sering mimisakn terkait dengan


pbat yang dihisap melalui hidung seperti : Kokain.

d. Mulut

Biasanya timbul bintik-bintik disekitar mulut, sering


membasahi bibir

e. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

f. Paru-paru

Poltekkes Kemenkes Padang


43

Inspeksi : Pernafasan Meningkat

Palpasi : Fremitus kiri kanan sama

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler

g. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di RIC V mid clavicula sinistra

Perkusi : Batas jantung di RIC III kanan-kiri dan RIC V mid


clavikula

Auskultasi : Normal
h. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simentris, berat badan menurun
Palpasi : Hepar tidak teraba
Perkusi : Suatu Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
i. Ektrmitas atas dan bawah
Biasanya tremor, adanya bekas suntikan, dan adanya bekas
sayatan tangan dan kaki.

Poltekkes Kemenkes Padang


44

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilai klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensia. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengindentifikasi respon klien individu,
keluarga terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan(PPNI,
2016)

Diagnosis keperawatan keluaga dirumuskan berdasarkan data yang


didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan
yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian
fungsi keperawatan keluarga yang mengacu pada rumusan PES
(Problem, Etiologi, Symptom) (Padila, 2012).

Diagnosis keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada remaja


dengan Napza yaitu :

1. Resiko Perilaku Kekerasan(D.0146)

Resiko Perilaku Kekerasan dibuktikan dengan Implusif

Definisi : Resiko membahayakan secara fisik,emosi dan atau


seksual pada diri sendiri atau orang lain

Penyebab : Pemikiran waham/ delusi, curiga pada orang lain,


halusinasi,berencana bunuh diri, disungsi sistem keluarga,
kerusakan kognitif, disorientasi atau konfusi,kerusakan control
implus,persepsi pada lingkungan tidak akurat, alam perasaan
depresi, riwayat kekerasan pada hewan, kelainan neurologis,
lingkungan tidak teratur, penganiayaan atau pengabaian anak,
riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang
lain atau destruksi property orang lain, implusif, ilusi

Gejala dan tanda mayor : -

Gejala dan tanda minor : -

Poltekkes Kemenkes Padang


45

2. Koping Tidak Efektif (D.0096)

Koping Tidak Efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan


system pendukung

Definisi :Ketidakmampuan menilai dan merespon stressor dan


atau ketidak mampuan menggunakan sumber- sumber yang ada
untuk mengatasi masalah

Penyebab : Ketidak percayaan terhadap kemampuan diri mengatasi


masalah, ketidak adekuatan sistem pendukung, ketidak adekuatan
strategi koping, ketidak teraturan atau kekacauan lingkungan,
ketidak cukupan persiapan untuk menghadapi stressor, disfungsi
sistem keluarga, krisisi situasional, krisis maturasional, kerentanan
personalitas, ketidak pastian

Gejala tanda mayor

Subjektif : mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah

Objektrif : tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan (sesuai


usia). Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai

Gejala dan tanda minor

Subjektif : tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, kekhawatiran


kronis

Objektif : penyalahgunaan zat, memanipulasi orang lain untuk


memenuhi keinginannnya sendiri, perilaku tidak asertif, partisipasi
sosial kurang

3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D. 0115)

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


Konflik keluarga
Defenisi : adalah pola penanganan masalah dalam keluarga tidak
memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota
keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang


46

Penyebab : yaitu kompleksitas sistem pelayanan kesehatan,


kompleksitas program perawatan/pengobatan, konflik pengambilan
keputusan, kesulitan ekonomi, banyak tuntutan, konflik keluarga.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan
yang diderita, mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan
yang ditetapkan
Objektif : gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat,
aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat.
Gejala dan tanda minor
subjektif : (tidak tersedia)
objektif : gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor
resiko.

4. Gangguan pola tidur (D.0055)

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat


faktor eksternal

Penyebab : Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan


sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak
sedap, jadwal pemantauan/ pemeriksaan/ tindakan), kurang Kontrol
tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak
familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,


mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh
istirahat tidak cukup

Objektif : ( tidak tersedia)

Gejala dan tanda minor

Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Poltekkes Kemenkes Padang


47

Objektif : ( tidak tersedia)

5. Harga diri rendah kronis


Harga diri rendah berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari
orang lain
Definisi : Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak
berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus
Penyebab : Terpapar situasi traumatis, kegagalan
berulang, kurangnya pengakuan dari orang lain, ketidakefektifan
mengatasi masalah kehilangan, gangguan psikiatri, pengutan
negatif yang berulang, ketidak sesuaian budaya

Gejala dan tanda mayor


Subjektif : Menilai diri negatif, merasa malu/bersalah, merasa
malu tidak bisa melakukan apapun, meremehkan kemampuan
mengatasi masalah, merasa tidak memiliki kelebihan, melebih-
lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, menolak penilaian
positif tentang diri sendiri
Objektif : Enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur
tubuh menunduk

Gejala dan tanda minor


Subjektif : Merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur,
mengungkapkan keputusasaan
Objektif : Kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah, berbicara
pelan dan lirih,pasif, perilaku tidak asertif,mencari penguatan
secara berlebihan, bergantung pada pendapat orang lain, sulit
membuat keputusan

Poltekkes Kemenkes Padang


48

Tabel 2.1
Skala Untuk Menentukan Prioritas
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah
Skala : Wellness
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah 2
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicagah
Skala : Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : Segera 2
1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0

Cara skoring:
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skor x Bobot
Angka Tertinggi
c) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

Poltekkes Kemenkes Padang


49

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam
mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga
(SIKI, 2018).

Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan sebagai suatu proses


penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk
mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2017)

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian


keluarga dengan merumuskan tujuan mengidentifikasi strategi
intervensi alternatif dan sumber serta menentukan prioritas, intervensi
tidak bersifat rutin,acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga
tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman,
2010).

Poltekkes Kemenkes Padang


50

Tabel 2.2

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Tindakan
Dengan
Resiko prialku Setelah Setelah a.keluarga mampu a.Resiko perilaku
menggunakan
kekerasan dilakukan dilakukan menjelasakn apa itu kekerasan merupakan
Leaflet dan lembar
berhubungan dengan tindakan tindakan perilaku kekerasan pada perilaku yang rentan
balik
impulsif (D.0146) tindakan keperawatan pasien Napza dengan dimana seseorang
1.Gali tentang
keperawata selama 30 menit bahasa sendiri : beresiko dapat
pengetahuan
n selama 2 diharapkan membahayakan diri
Resiko perilaku keluarga tentang
minggu keluarga mampu sendiri, orang lain dan
kekerasan merupakan Resiko prilsku
diharapkan mengenali juga lingkungan sekitar
perilaku yang beresiko kekerasan pada
keluarga masalah
membahayakan fisik, napza
dapat kesehatan
emosi dan atau seksual 2.Diskusikan
memahami
pada diri sendiri atau bersama keluarga
masalah
orang lain mengenai Resiko
resiko 1.Keluarga
mampu prialku kekerasan
perilaku
menjelaskan pada Napza
kekerasan
masalah 3.Tanyakan
(pengertian, Kembali kepada
tanda keluarga
gejala&faktor mengenai resiko
penyebab napza) prilaku kekerasan
pada Napza
4.Berikan pujian
kepada keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


51

1.Gali tentang
b.Keluarga b.Tanda dan gejala
pengetahuan
mampu resiko perilaku
keluarga tentang
menyebutkan 3 kekerasan
tanda gejala
dari 5 tanda
1.Wajah merah Resiko prilaku
gejala prilaku
2.Agresif kekerasan pada
kekerasan pada
napza
Napza 3.Pandangan tajam 2.Diskusikan
1.Muka merah
4. Merusak barang bersama keluarga
2.Agresif
yang ada disekitar mengenai tanda
3.Pandangan Tajam
gejala Resiko
5. Mengancam prialku kekerasan
pada Napza
3.Tanyakan
Kembali kepada
keluarga
mengenai tanda
gejala resiko
prilaku kekerasan
pada Napza
4.Berikan pujian
kepada keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


52

c.Faktor penyebab 1.Gali tentang


c.Keluarga mampu
resiko perilaku pengetahuan
menyebutkan 3 dari 4
kekerasan pada Napza keluarga tentang
faktor penyebab
adalah faktor penyebab
prilaku kekerasan pada
1. Lingkungan yang Resiko prilaku
Napza
tidak baik kekerasan pada
1. Lingkungan yang
2. Ketidakmampuan napza
tidak baik
karna dorongan 2.Diskusikan
2.Ketidakmampuan
marah bersama keluarga
karna dorongan marah
3. Penyalahgunaan mengenai faktor
3.Penyalahgunaan
Narkoba/ alkohol penyebab Resiko
Narkoba/ alkohol
4. Putus obat prialaku kekerasan
pada Napza
3.Tanyakan
Kembali kepada
keluarga
mengenai faktor
penyebab resiko
prilaku kekerasan
pada Napza
4.Berikan pujian
kepada keluarga
2.Setelah Keluarga mampu Resiko Perilaku 1. Gali pengetauan
kunjungan menyebutkan 3 dari 3 kekerasan keluarga
selama akibat dari Resiko mengenai akibat
1. Menyebabkan resiko
1x30menit perilaku kekerasan dari resiko
tinggi melukai diri
diharapkan Perilaku
1.Menyebabkan resiko sendiri
keluarga mampu kekerasan
tinggi melukai diri
memutuskan 2. Menyebabkan resiko
sendiri 2.Diskusikan
tindakan yang tinggi melukai orang

Poltekkes Kemenkes Padang


53

tepat untuk lain bersama keluarga


2. Menyebabkan resiko
masalah resiko mengenai Resiko
tinggi melukai orang 3.Menyebabkan resiko
perilaku lain perilaku kekerasan
tinggi melukai
kekerasan
lingkungan 3.Beri pujian
dengan 3. Menyebabkan resiko
kepada keluarga
menyebutkan tinggi melukai
akibat dari lingkungan
resiko perilaku
kekerasan
Keluarga 1.Gali
3.Setelah kunjungan Perawatan resiko
mampu pengetahuan
selama 1x30menit perilaku kekerasan
menyebutkan 2 keluarga
diharapkan Keluarga 1.Pertahankan
dari 3 cara mengenai resiko
mampu melakukan lingkungan yang bebas
perawatan pada perilaku
perawatan pada remaja dari bahaya
remaja dengan kekerasan
dengan resiko perilaku 2.Melatih remaja untuk
resiko perilaku 2.Diskusikan
kekerasan mengungkapkan
kekerasan bersama keluarga
perasaan secara asertif
1.Pertahankan mengenai cara
3.Melatih mengurangi
lingkungan yang bebas perawatan pada
kemarahan secara
dari bahaya resiko perilaku
verbal dan non verbal
2.Melatih remaja untuk kekerasan
(mis. Relaksasi atau
mengungkapkan 3.Beri pujian atas
bercerita)
perasaan secara asertif jawaban yang
tepat

4.Mampu memodifikasi Keluarga memodifikasi Keluarga memodifikasi 1.Gali


lingkungan yang baik lingkungan dengan lingkungan dengan pengetahuan
pada resiko prilaku 1.Memanfaatkan sarana 1.Memanfaatkan sarana keluarga tentang
kekerasa pada remeja dan prasarana di dan prasarana di lingkungan yang
dengan Napza lingkungan rumah lingkungan rumah baik untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


54

2. Suasana rumah 2. Suasana rumah remaja dengan


tenang dan tidak ada tenang dan tidak ada resiko perilaku
konflik. konflik. kekerasan
3. Menciptakan 3. Menciptakan 2.Motivasi
lingkungan yang lingkungan yang keluarga untuk
nyaman untuk keluarga nyaman untuk menciptakan
serta bebas dari keluarga serta bebas lingkungan yang
ancaman bahaya dari ancaman bahaya yang aman serta
nyaman
3.Beri pujian atas
jawaban yang
benar
5.Keluarga Mampu Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 1.Gali
memanfaatkan fasilitas digunakan keluarga pengetahuan
memanfaatkan
kesehatan dalam mengatasi keluarga
dan memilih
masalah kesehatan tentng manfaat
fasilitas
anggota keluarganya : fasilitas
kesehatan yang
kesehatan
dapat
1. Rumah sakit 2.Motivasi
digunakan
2. Puskesmas keluarga untuk
3. Klinik membawa
1. Rumah sakit
4. Dokter praktek anggota
2. Puskesmas
keluarga yang
3. Klinik
sakit
4. Dokter praktek
kefasilitas
kesehatan
3.Memberi
dukungan kepada
keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


55

1.Gali tentang
Koping tidak efektif Setelah dilakukan Setelah dilakukan a.Keluarga mampu a.Pengertian koping
pengetahuan
berhubungan dengan tindakan tindakan tindakan keperawatan menjelaskan pengertian tidak efektif adalah
keluarga tentang
ketidak adekuatan keperawatan selama selama 1x30 menit koping tidak efektif ketidakmampuan
koping tidak
sistem pendukung 2 minggu diharapkan keluarga dengan bahasa sendiri: menilai atau merespon
efektif
(D.0096) diharapkan keluarga mampu mengenali stressor/
Ketidakmampuan 2.Diskusikan
dapat masalah kesehatan ketidakmampuan
menilai atau merespon bersama keluarga
memahamimasalah menggunakan sumber-
stressor/ mengenai koping
koping tidak efektif sumber untuk
ketidakmampuan tidak efektif
1.Keluarga dan memecahkan masalah
menggunakan sumber- 3.Tanyakan
klien mampu
sumber untuk Kembali kepada
mengenali apa
memecahkan masalah keluarga
itu koping tidak
efektif dan mengenai tanda
penanggulangan gejala gangguan
nya identitas diri
4.jangan lupa
Berikan pujian
kepada keluarga
klien

Poltekkes Kemenkes Padang


56

1.Gali tentang
b.Keluarga mampu b. Penangulangan pada
pengetahuan
menyebutkan 2 dari 2 remaja dengan koping
cara penanggulangan keluarga tentang
tidak efektif adalah
koping tidak
koping tidak efektif
1. Memperoleh efektif
1. Memperoleh dukungan yang 2.Diskusikan
dukungan yang kuat kuat dari keluarga bersama keluarga
dari keluarga mengenai
2. Mengajarkan
2. Mengajarkan teknik teknik pengelolaan penanggulangan
pengelolaan stres stres koping tidak
efektif
3. Tanyakan
Kembali kepada
keluarga
mengenai cara
penanggulangan
koping tidak
efektif
4. jangan lupa
Berikan pujian
kepada keluarga
klien
1.Gali tentang
2.Setelah Kunjungan Keluarga mampu Akibat dari masalah
pengetahuan
selama 1x30menit menyebutkan 2 dari koping tidak efektif
keluarga tentang
diharapkan keluarga 3akibat dari koping
1. Remaja tidak mampu koping tidak
mampu memutuskan tidak efektif pada
mengatasi masalahnya efektif
tindakan yang tepat remaja
untuk mengatasi koping 2. Tidak mampu 2.Diskusikan
1.Remaja tidak mampu
tidak efektif dengan memenuhi peran yang bersama keluarga
mengatasi masalahnya
menyebutkan akibat dari diharapkan sesuai mengenai akibat

Poltekkes Kemenkes Padang


57

koping tidak efektif usianya yang terjadi pada


2. Tidak mampu
remaja dengan
memenuhi peran yang
diharapkan sesuai koping tidak
efektif
usianya
3. jangan lupa
3. Perilaku tidak asertif Berikan pujian
kepada keluarga
klien
Keluarga mampu Cara perawatan masalah 1.Gali
3.Setelah kunjungan
melakukan cara koping tidak efektif pengetahuan
1x30menit di harapkan
Keluarga mampu merawat perawatan untuk pada remaja keluarga tentang
meningkatkan koping 1.Mengidentifikasi cara merawat
anggota keluarga dengan
tidak efektif dengan kemampuan yang anggota keluarga
koping tidak efektif
cara: dimiliki remaja 2.Diskusikan
1.Mengidentifikasi 2.mengembangkan bersama keluarga
kemampuan yang minat dan bakat pada mengenai
dimiliki remaja diri remaja tindakan yang
2.mengembangkan 3.Melatih keterampilan dapat dilakukan
minat dan bakat pada sosial pada diri remaja pada remaja
diri remaja dengan koping
3.Melatih keterampilan tidak efektif
sosial pada diri remaja 3.Beri pujian
kepada keluarga
Keluarga memodifikasi Keluarga memodifikasi 1.Gali
4.Setelah
lingkungan dengan cara lingkungan dengan cara pengetahuan
kunjungan
1.Memanfaatkan sarana 1.Memanfaatkan sarana keluarga
1x30menit
dan prasarana di dan prasarana di tentang
keluarga mampu
lingkungan rumah lingkungan rumah lingkungan
memodifikasi
2.Suasana rumah 2.Suasana rumah yang baik
lingkungan yang
tenang dan tidak ada tenang dan tidak ada 2.Motivasi
aman pada

Poltekkes Kemenkes Padang


58

remaja dengan konflik. konflik. keluarga


koping todak 3. Saling menghormati 3. Saling menghormati untuk
efektif dan menghargai antar dan menghargai antar mencipkan
anggota keluarga anggota keluarga lingkungan
4.Memberikan yang nyaman
4.Memberikan
dukungan lebih kepada untuk
dukungan
remaja dengan koping keluarga
lebih kepada
tidak efektif 3.Beri pujian
remaja dengan
kepada
koping tidak
keluarga dan
efektif
klien
Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 1.Gali
5.Keluarga
digunakan keluarga pengetahuan
mampu memanfaatkan
dalam mengatasi keluarga
memanfatkan dan memilih
masalah kesehatan tentng manfaat
fasilitas fasilitas
anggota keluarganya : fasilitas
pelayanan kesehatan yang
kesehatan
kesehatan pada dapat
1. Rumah sakit 2.Motivasi
remaja dengan digunakan
2. Puskesmas keluarga untuk
koping tidak
3. Klinik membawa
efektif 1. Rumah sakit
4. Dokter praktek anggota
2. Puskesmas
keluarga yang
3. Klinik
sakit
4. Dokter praktek
kefasilitas
kesehatan
3.Memberi
dukungan kepada
Keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


59

Manajemen a.Keluarga mampu a.Pengertian 1. Gali


Setelah Setelah
kesehatan keluarga menyebutkan pengertian manajemen kesehatan pengetahuan
dilakukan dilakukan
tidak efektif dari manajemen keluarga tidak efektif keluarga
tindakan tindakan
berhubungsn dengan kesehatan keluarga tidak adalah pola penanganan tentang
tindakan keperawatan
Konflik keluarga efektif dengan bahasa masalah kesehatan manajemen
keperawata selama 30 menit
D.0115 sendiri : dalam keluarga tidak kesehatan
n selama 2 diharapkan
Manajemen kesehatan memuaskan untuk keluarga tidak
minggu keluarga mampu
keluarga tidak efektif memulihkan kondisi efektif
diharapkan mengenali
adalah pola penanganan kesehatan anggota 2. Diskusikan
keluarga masalah
masalah kesehatan keluarga dengan
dapat kesehatan
dalam keluarga tidak keluarga
memahami
memuaskan untuk tentang
masalah
1.Keluarga dan memulihkan kondisi manajemen
manj.
klien mampu kesehatan anggota kesehatan
Kesehtan
mengenali apa keluarga keluarga tidak
keluarga
itu Manajemen efektif
tidak
kesehatan 3. Beri
efektif
keluarga tidak kesempatan
efektif dan pada keluarga
penanggulangan untuk bertanya
nya 4. Beri
reinforcment
positif atas
pertanyaan
yang diberikan

Poltekkes Kemenkes Padang


60

b.Keluarga mampu b.Penyebab terjadinya 1. Gali


menyebutkan 3 dari 5 masalah manajemen pengetahuan
penyebab terjadinya kesehatan keluarga keluarga tentang
masalah manajemen tidak efektif : penyebab
kesehatan keluarga tidak 1. Kompleksitas manajemen
efektif program kesehatan
1. Kompleksitas perawatan/pengoba keluarga tidak
program tan efektif
perawatan/pengo 2. Konflik 2.Diskusikan
batan pengambilan dengan keluarga
2. Konflik keputusan tentang penyebab
pengambilan 3. Kesulitan ekonomi manajemen
keputusan 4. Banyak tuntutan kesehatan
3. Kesulitan ekonomi 5. Konflik keluarga keluarga tidak
efektif
3.Beri kesempatan
pada keluarga
untuk bertanya
4.Beri
reinforcment
positif atas
pertanyaan yang
diberikan

2.Setelah kunjungan Keluarga mampu Akibat masalah 1. Jelaskan pada


selama 1x30 menit menyebutkan akibat manajemen kesehatan keluarga
diharapkan keluarga masalah manajemen keluarga tidak efektif: tentang akibat
mampu memutuskan kesehatan keluarga tidak 1. Kesulitan lanjut dari

Poltekkes Kemenkes Padang


61

tindakan yang tepat untuk efektif: menjalankan masalah


meningkatkan manajemen perawatan yang manajemen
kesehatan keluarga 1.Kesulitan menjalankan ditetapkan kesehatan
dengan menyebutkan perawatan yang keluarga
akibat dari manajemen ditetapkan tidak efektif
kesehatan keluarga tidak jika tidak
efektif diatasi
2. Beri
penjelasan,
beri
kesempatan
keluarga
untuk
bertanya
3. Bimbing
keluarga
untuk
mengulangi
apa yang
telah
dijelaskan
tadi
4. Beri
reinforcement
positif atas
apa yang
dijelaskan
keluarga

3.Setelah kunjungan Keluarga mampu Cara perawatan dalam 1. Diskusikan

Poltekkes Kemenkes Padang


62

selama 1x30 menit melakukan cara meningkatkan bersama


diharapkan keluarga perawatan untuk manajemen kesehatan keluarga cara
mampu merawat anggota meningkatkan keluarga: perawatan
keluarga dengan manajemen kesehatan 1. Memahami tentang untuk
manajemen kesehatan keluarga: program anggota masalah
keluarga tidak efektif 1. Memahami tentang keluarga yang sakit manajemen
pengobatan anggota 2. Meluangkan wakti kesehatan
keluarga yang sakit untuk keluarga keluarga
2. Meluangkan waktu 3. Memberikan kasih tidak efektif
untuk keluarga sayang serta 2. Motivasi
3. Memberikan kasih perhatian yang keluarga
sayang serta lebih untuk kelurga untuk
perhatian yang 4. Saling menyebutkan
lebih untuk berkomunikasi kembali cara
keluarga sesama anggota perawatan
4. Saling keluarga terhadap
berkommunikasi masalah
antar sesama manajemen
anggota keluarga kesehatan
keluarga
tidak efektif
3. Beri
reinforcement
positif atas
jawaban
keluarga
4. Evaluasi apa
yang telah
dilakukan
oleh anak dan

Poltekkes Kemenkes Padang


63

keluarga

Keluarga mampu Keluarga mampu 1. Diskusikan


4.Setelah
menerapkan cara menerapkan cara dengan
kunjungan
pemeliharaan pemeliharaan keluarga cara
selama 1x30
lingkungan yang aman lingkungan yang aman memelihara
menit
dan nyaman dan nyaman lingkungan
diharapkan
1. Menciptakan 1. Menciptakan aman
keluarga mampu
suasana yang jauh suasana yang jauh 2. Memotivasi
Memodifikasi
dari konflik dari konflik keluarga untuk
lingkungan yang
2. Menyayangi dan 2. Menyayangi dan menciptakan
baik dan nyaman
menghargai satu menghargai satu lingkungan
sama lain sama lain yang aman dan
3. Saling tolong 3. Saling tolong nyaman untuk
menolong antar menolong antar mengatasi
keluarga keluarga manajemen
kesehatan
kelurga tidak
efektif
3. Beri
reinforcement
positif atas hal
yang benar
yang dilkukan
lansia dan
keluarga

5.Keluarga mampu Keluarga mampu Fasilitas kesehatan 1.Pengetahuan


Memanfaatkan memanfaatkan dan yang dapat digunakan keluarga tentang
fasilitaskesehatan memilih fasilitas pada remaja denagn fasilitas kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


64

kesehatan yang dapat perilaku NAPZA dan manfaat


a. Menjelaskan
digunakan diantaranya : 1. Bidan fasilitas kesehatan
fasilitas
1. Rumah sakit 2. Puskesmas 2.Diskusikan
kesehatan yang
2. Puskesmas 3. Rumahsakit tentang fasilitas
dapat digunakan
3. Klinik kesehatan yang
4. Dokter praktek akan digunakan
dan manfaat yang
dirasakan
3.Motivasi
keluarga untuk
rutin
melakukan
pemeriksan
kesehatan
4.memberikan
reinforcemet
pada tindakan
yang benar
Mengenal masalah Gangguan pola tidur
Gangguan Setelah Setelah
gangguan pola tidur adalah gangguan 1. Gali
pola tidur dilakukan dilakukan
dengan bahasa sendiri : kualitas dan kuantitas pengetahuan
berhubungan tindakan tindakan
Gangguan waktu tidur waktu tidur akibat keluarga
dengan tindakan keperawatan
yang di akibat faktor faktor internal dan mengenai pola
kurangnya keperawata selama 30menit
internal dan eksternal eksternal tidur
control n selama 2 diharapkan
2. Diskusikan
Tidur minggu keluarga mampu
bersama keluarga
(D.0055) diharapkan mengenali
mengenai
keluarga masalah
gangguan pola
dapat kesehatan
tidur
memahami
3. Beri kesempatan
masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


65

gangguan pada keluarga


1.Keluarga dan
pola tidur untuk bertanya
klien mampu
4. Berikan pujian
mengenali tanda
atas jawaban yang
gejala gangguan
benar
pola tidur

b.Keluarga mampu Penyebab gangguan 1. Diskusikan


menyebutkan 4 dari 5 pola tidur bersama keluarga
penyebab gangguan pola 1. Hambatan mengenai
tidur lingkungan penyebab dari
1. Hambatan 2. Kurang kontrol gangguan pola
lingkungan tidur tidur
2. Kurang kontrol 3. Kurang Privasi 2. Beri kesempatan
tidur 4. Ketiadaan teman keluarga untuk
3. Kurang Privasi tidur bertanya
4. Ketiadaan teman 5. tidak familiar 3. Berikan pujian
tidur dengan peralatan atas jawaban yang
tidur benar

Poltekkes Kemenkes Padang


66

c.Tanda gejala 1. Diskusikan


c.Keluarga mampu
gangguan pol tidur bersama keluarga
menyebutkan 4 dari 5
mengenai tanda
tanda dan gejala 1.Mengeluh sulit tidur
gejala dari
gangguan pola tidur
2.Mengeluh sering gangguan pola
1.Mengeluh sulit tidur terjaga tidur
2.Mengeluh sering 3. Mengeluh tidak 2. Beri kesempatan
terjaga puas tidur keluarga untuk
bertanya
3. Mengeluh tidak puas 4. Pola tidur berubah 3. Berikan pujian
tidur atas jawaban yang
5.Mengeluh istirahat
4. Pola tidur berubah tidak cukup benar

Keluarga mampu Keluarga mampu 1.Gali


2.Setelah kunjungan
1x30menit diharapkan menyebutkan 4 dari 6 menyebutkan akibat Pengetahuan
akibat dari gangguan dari gangguan pola keluarga
keluarga mampu
pola tidur tidur mengenai
memutuskan tindakan
1.Sulit berkonsentrasi 1.Sulit berkonsentrasi gangguan pola
yang tepat dengan
mengetahui akibat yang 2.Mudah marah 2.Mudah marah tidur
3.Penurunan sistem 3.Penurunan sistem 2.memotivasi
ditimbulkan pada remaja
dengan gangguan pola imun imun keluarga untuk
4.Daya ingat menurun 4.Daya ingat menurun memilih tindakan
tidur
5.meningkatkan alternatif dalam
kecemasan mengatasi
6.meningkatkan resiko gangguan pola
kondisi medis tidur
3.memeberikan

Poltekkes Kemenkes Padang


67

pujian atas
jawaban yang
benar
Keluarga mampu Cara pencegahan/ 1. Kaji
3.Setelah kunjungan
menyebutkan 2 dari 3 penanganan remaja pengetahuan
1x30menit diharapkan
perawatan yang dapat dengan gangguan pola keluarga
keluarga Mampu merawat
dilakukan pada remaja tidur merawat
anggota keluarga dengan
dengan gangguan pola 1. Mengatur jadwal pasien dengan
gangguan pola tidur
tidur tidur dengan gangguan pola
1.Mengatur jadwal membuat catatan tidur
tidur dengan atau kegiatan 2. Diskusikan
membuat catatan sehari-hari dari pagi bersama
atau kegiatan sehari- hari hingga malam keluarga cara
hari dari pagi hari hari merawat
hingga malam hari 2. Kontrol anggota
2.Kontrol Lingkungan dengan keluarga
Lingkungan dengan membuat gangguan pola
membuat lingkungan lingkungan atau tidur dengan
atau kamar menjadi kamar menjadi lembar balik
nyaman untuk tidur nyaman untuk tidur 3. Evaluasi
3.mengatur suasana pengetahuan
dalam rumah yang keluarga
baik dengan merawat
menghindari anggota
konflik dalam keluarga
keluarga gangguan pola
tidur
4. Berikan
respon positif
terkait

Poltekkes Kemenkes Padang


68

pernyataan
benar keluarga

Keluarga mampu Lingkungan yang baik 1. Diskusikan


4.Setelah kunjungan
memodifikasi pada remaje dengan bersama dengan
1x30menit diharapkan
lingkungan dengan gangguan pola tidur keluarga dalam
keluarga Mampu
baik memodifikasi
Memodifikasi lingkungan
1.Memanfaatkan sarana 1. Keluarga yang taat lingkungan yang
yang baik dan nyaman
dan prasarana di melakukan kegiatan baik untuk
lingkungan rumah pendekatan kepada mencegah
2.Suasana rumah Allah gangguan pola
tenang dan tidak ada 2. keluarga tidur
konflik. Menyediakan fasilitas 2. memotivasi
3.Melakukan kegiatan dalamberolahraga keluarga untuk
rutin, dan pendekatan pemeliharaan
3. Keluarga
spiritual lingkungan yang
yang aktif
baik untuk remaja
dalam
dengan gangguan
lingkungan
pola tidur
masyarakat
3.mengevaluasi
atau
kemampuan
bersosislisasi
keluarga dalam
memelihara
lingkungan baik
4.memberikan
reinforcement
positif atas
jawaban dan
aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


69

keluarga.

5.Setelah kunjungan Keluarga mampu Fasilitas kesehatan 1. Gali


1x30menit diharapkan memanfaatkan fasilitas yang dapat digunakan pengetahuan
Keluarga mampu kesehatan yang pada remaja denagn keluarga tentang
Memanfaatkan dapatdigunakan: perilaku NAPZA fasilitas
fasilitaskesehatan 1. Puskesmas 1. Puskesmas kesehatan dan
2. Dokterpraktek 2. Rumahsakit manfaat fasilitas
a. Menjelaskan
3. Rumahsakit 3. Dokter Praktek kesehatan
fasilitas
kesehatan yang
2. Diskusikan
dapat digunakan
tentang fasilitas
kesehatan yang
akan digunakan
dan manfaat
yang dirasakan

3. Motivasi
keluarga untuk
rutin
melakukan
pemeriksan
kesehatan
4.memberikan
reinforcemet
pada tindakan
yang benar
Harga diri Setelah 1.Setelah Mengenal masalah harga HArga diri rendah 1.Gali
rendah dilakukan dilakukan diri rendah kronis kronis adalah evaluasi pengetahuan
kronis tindakan tindakan dengan bahasa sendiri : atau perasaan negatif keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


70

berhubungan tindakan keperawatan Harga diri rendah terhadap diri sendiri mengenai Harga
dengan keperawata selama 30menit kronis adalah perasaan atau kemampuan klien diri rendah
kurangnya n selama 2 diharapkan tidak berharga dan tidak seperti tidak berarti, kronis
pengakuan minggu keluarga mampu berarti yang tidak berharga, yang 2.menjelaskan
dari orang diharapkan mengenali berkepanjangan berlangsung dalam kepada keluarga
lain keluarga masalah waktu yang lama dan mengenai harga
(D.0086) dapat kesehatan terus menerus diri rendah
memahami kronis
masalah 3.Diskusikan
Harga diri kembali bersama
rendah keluarga
kronis mengaenai harga
diri rendah
kronis
4. berikan pujian
atas jawaban
yang benar

b.Keluarga dapat b.penyebab dari harga 1.Gali


menyebutkan 4 dari 6 diri rendah adalah pengetahuan
penyebab harga diri 1. Terpapar situasi keluarga
rendah kronis traunatis mengenai
1. Terpapar situasi 2. Kegagalan penyebab dari
traunatis berulang harga diri rendah
2. Kegagalan 3. Kurang mendapat kronis
berulang pengakuan dari 2.Menjelaskan
3. Kurang mendapat orang lain kepada keluarga
pengakuan dari 4. Ketidakefektifan mengenai

Poltekkes Kemenkes Padang


71

orang lain mengatasi masalah penyebab harga


4.Ketidakefektifan kehilangan diri rendah
mengatasi masalah 5.Penguatan negatif kronis
kehilangan yang berulang 3.Diskusikan
6. Ketidak sesuaian kembali bersama
budaya keluarga
mengenai
penyebab harga
diri rendah
kronis
4. Tanyakan
kembali kepada
keluarga
mengenai
penyebab harga
diri rendah
kronis
5. berikan pujian
atas jawaban
yang benar
Keluarga mampu Akibat dari harga diri 1. Berdiskusi
2.Mengambil keputusan
menyebutkan 3 dari 5 rendah kronis adalah bersama keluarga
dalam melakukan
akibat dari harga diri 1. Enggan untuk mengenai
tindakan pada masalah
rendah memulai hubungan Remaja dengan
harga diri rendah kronis
1. Enggan untuk atau pembicaraan harga diri rendah
memulai hubungan 2. Apatis 2. Berdiskusi
atau pembicaraan 3.Ekspresi wajah bersama keluarga
2. Apatis kosong mengenai akibat
3.Ekspresi wajah 4. Berbicara dengan yang ditimbulkan
kosong suara yang pelan dan pada harga diri

Poltekkes Kemenkes Padang


72

tidak ada kontak rendah kronis


mata 3.Memotivasi
5. Mengungkapkan keluarga untuk
rasa khawatir memutuskan
terhadap penolakan tindakan yang
ingin dilakukan
4.Memberikan
pujian atas
jawaban yang
benar
Keluarga mampu Keluarga mampu Dengan
3.Setelah kunjungan
melakukan perawatan melakukan perawatan menggunakan
selama 1x30 menit
pada remaja dengan pada masalah harga leflet dan lembar
diharapkan keluarga
harga diri rendah kronis: diri rendah kronis: balik
mampu melakukan
perawatan pada remaja 1.Mengidentifikasi 1.Mengidentifikasi 1.Diskusikan
kemampuaan yang kemampuaan yang bersama keluarga
dengan harga diri rendah
dimiliki dimiliki cara perawatan
2.Menerima diri 2.Menerima diri pada remaja
sediri dan menjadi sediri dan menjadi dengan harga diri
diri sendiri diri sendiri rendah
3.Melatih 3.Melatih 2.Motivasi
keterampilah sosial keterampilah sosial keluarga untuk
yang dimiliki remaja yang dimiliki remaja menyebutkan
4.Memotivasi remaja 4.Memotivasi remaja kembali cara
untuk terlibat untuk terlibat perawatan pada
dikegiatan sosial dikegiatan sosial remaja dengan
harga diri rendah
3.Beri
reinforcement
positif atas

Poltekkes Kemenkes Padang


73

jawaban keluarga
4.Evaluasi apa
yang telah
dilakukan oleh
penderita dan
keluarga
5.ulangi
penjelasan jika
ada hal-hal yang
terlupakan
Keluarga memodifikasi Cara memodifikasi Dengan
4.Setelah kunjungan
lingkungan dengan lingkungan yang baik menggunakan
selama 1x30 menit
1.Memanfaatkan untuk anak dengan Leflet dan lembar
keluarga mampu
sarana dan prasarana harga diri rendah 1.Diskusikan
modifikasi lingkungan
yang aman pada remaja di lingkungan rumah 1.Memanfaatkan bersama keluarga
2.Suasana rumah sarana dan prasarana mengenai
dengan harga diri rendah
kronis tenang dan tidak di lingkungan rumah lingkungan yang
ada konflik. 2.Suasana rumah nyaman
3.Menciptakan tenang dan tidak 2.memotivasi
lingkungan yang ada konflik. keluarga untuk
nyaman untuk 3.Menciptakan menciptakan
keluarga lingkungan yang lingkungan yang
nyaman untuk nyaman
keluarga 3.Evaluasi kepada
kelurga mengenai
memodifikasi
lingkungan
4. berikan pujian
pada tindakan
yang benar

Poltekkes Kemenkes Padang


74

Keluarga mampu Keluarga mampu 1. Gali


5.Keluarga
memanfaatkan dan memanfaatkan dan pengetahuan
mampu
memilih fasilitas memilih fasilitas keluarga tentang
memanfaatkan
kesehatan yang dapat kesehatan yang dapat fasilitas
fasilitas
digunakan digunakan kesehatan dan
pelayanan
1.Rumah Sakit 1.Rumah Sakit manfaat fasilitas
kesehatan bagi
2.Puskesmas 2.Puskesmas kesehatan
keluarga kelurga
3.Klinik 3.Klinik
4.Dokter Praktek 4.Dokter Praktek 2. Diskusikan
tentang fasilitas
kesehatan yang
akan digunakan
dan manfaat
yang dirasakan

3. Motivasi
keluarga untuk
rutin
melakukan
pemeriksan
kesehatan
memberikan
reinforcemet
pada tindakan
yang benar

Poltekkes Kemenkes Padang


75

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan perawatan adalah upaya perawat untukn membantu
kepentingan klien, keluarga, komunitas dengan tujuan untuk
meningkatkan kondisi fisik, emosional, serta budaya dan lingkungan,
tempat mereka mencari bentuan. Tindakan keperawatan adalah
implementasi/ pelaksaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan
keluarga berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui
pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi
diprioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang
dimiliki oleh keluarga (Jhonson&Leny, 2010).
Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi:
a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah penyakit dan kebutuhan kesehatan dengan cara
memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah penyakit yang diderita anggota keluarga
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan penyakit
yang tepat untuk individu dengan cara mengidentifikasi
konsekuensi jika tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimilki keluarga, mendiskusikan tentang
konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara mendemosntrasikan cara perawatan dan
pencegahan penyakit.
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaiama membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-
sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di

Poltekkes Kemenkes Padang


76

lingkungan keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas


kesehatan yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi keperawatan keluarga adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menilai keberhasilan rencanan tindakan yang telak dilakukan. Apabila
tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu
kali kunjungan kerumah keluarga. untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan ketersediaan keluarga yang telah
disepakati bersama (Widyanto, 2014).
Tujuan evaluasi adalahuntuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanankan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan untuk:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
c. Melanjutkan rencana tindakan keperawatan
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan
klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan
keluarga yang telah ditetapakan sebelumnya. Kegiatan evaluasi
meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu dan keluarga
dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta
kemajuan pencapaian tujuan keperawatan pada remaja dengan prilaku
Napza

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah Kualitatif. Desain penelitian yang digunakan


adalah penelitian Deskriptif yang berbentuk studi kasus yang betujuan
untuk menggambarkan dan melihat suatu kasus secara keseluruhan gejala,
fakta, atau realita untuk mencari ke-khasannya berdasarkan karakteristik
tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status
perkawinan, cara hidup (pola hidup) dan lain-lain. (Raco, 2010). Hasil
penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada remaja
dengan prilaku Napza diwilayah Kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dirumah keluarga pada remaja dengan
prilaku Napza di Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji 2021
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Kuranji Kota
Padang. Waktu penelitan dilakukan pada bulan Oktober 2020 sampai
dengan Juni 2021. Dengan Studi Kasus minimal 2 Minggu.

C. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah salah satu hal essensial yang perlu mendapatkan
perhatian dengan seksama apabila peneliti ingin menyimpulkan suatu
hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk daerah atau objek
penelitiannya (Yusuf A. M., 2014). Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh remaja yang mengkonsumsi NAPZA yang berada di Wilayah
Kerja Puskesmas Kuranji yaitu sebanyak 1 orang, yang berdasarkan
pada data Yayasan Pelita Jiwa Insani Kota Padang.

77 Poltekkes Kemenkes Padang


78

b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi
yang digunakan untuk penelitian. Pemilihan sampel mengacu pada
teknik sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu(Wiratna, 2014). Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Sampel yang didapat peneliti berdasarkan data dari Yayasan Pelita
Jiwa Insani yang beralamat tinggal diwilayah Kerja Puskesmas
Kuranji didapatkan 1 orang sampel. Oleh karna itu peneliti mengambil
sampel tersebut untuk menjadi responden dalam penelitian.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pengumpulan data
pada responden dimulai dengan melakukan pengkajian sampai evaluasi.
Instrument yang digunakan adalah format pengkajian asuhan keperawatan
keluarga. Data yang didapatkan melalui wawancara dan anamnesa antara
lain data umum, riwayat dan tahap perkembanagan keluarga, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stressor dan koping keluarga serta harapan
keluarga. Data yang didapatkan melalui observasi antara lain pemeriksaan
fisik dan perilaku remaja dengan NAPZA. Untuk melengkapi data
pengkajian awal pada responden, alat bantu yang digunakan peneliti
stetoskop, tensimeter, alat ukur BB dan TB(Wiratna, 2014).

E. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan


cara berupa observasi, pengukuran, wawancara, dan dokumentasi untuk
sumber data yang sama jelas.
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitianDapat dijelaskan bahwa
wawancara merupakan percakapan tatap muka ( face to face) antara

Poltekkes Kemenkes Padang


79

pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti


dan telah dirancang sebelumnya (Yusuf A. , 2017). Wawancara yang
digunakan dengan menggunakan format pengkajian keperawatan
keluarga pada remaja dengan perilaku Napza untuk mengetahui
kondisi secara jelas dan mendapatkan informasi mengenai penyebab
penyalahgunaan NAPZA dan akibat yang ia dirasakan. Setelah
dilakukan wawancara kepada responden didapatkan data yang akan
dimasukan kedalam format Asuhan Keperawatan Keluarga mulai dari
pengkajian sampai evaluasi.
2. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Hasil penelitian observasi berupa aktivitas kejadian
peristiwa, kondisi atau tertentu (Wiratna, 2014). Dalam observasi,
peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari klien dan lingkungan
sekitar klien, seperti pengaruh teman sebaya, dukungan dari keluarga,
sikap menerima dan mengambil keputusan serta penanganan dan
program pemerintah untuk mengatasi permasalahan penyalahgunaan
NAPZA.
3. Pengukuran
Penelitian melakukan pengukuran berupa tekanan darah,mengukur
suhu tubuh, nadi serta pernafasan serta pengukuran tinggi badan dan
berat badan responden.

F. Jenis – Jenis Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi : identitas pasien, riwayat
kesehatan pasien, pola makan , pola aktivitas sehari- hari dirumah dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


80

langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitian (Saryono, 2013).


Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung pada Puskesmas Kuranji, data sekunder umumnya diperoleh
dari keluarga pasien, rekam medis,data penunjang,catatan atau laporan
yang tersusun didalam arsip yang tidak dipublikasikan.

G. Prosedur Penelitian
Adapun langkah – langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti:
1. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin
penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang ke
Dinas Kesehatan Kota Padang
2. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan
surat izin peneliti dari institusi untuk mendapatkan surat rekomendasi
ke Puskesmas Kuranji Kota Padang
3. Peneliti mendatangi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatra
Barat dengan menyerahkan surat penelitian dari Poltekkes Kemenkes
RI Padang untuk meminta data Angka kejadian Napza di Sumatra
Barat selama tiga tahun terakhir
4. Peneliti mendatangi Puskesmas Kuranji Kota Padang dan
menyerahkan surat rekomendasi dan surat izin penelitian dari Dinas
Kota Padang
5. Peneliti meminta izin ke Kepala Puskesmas Kuranji Kota Padang
6. Penulis mendatangi untuk mengetahui hasil skrining penyalahgunaan
napza dalam 3 bulan terakhir diwilayah kerja Puskesmas Kuranji Kota
Padang
7. Peneliti mendatangi Yayasan Pelita Jiwa Insani untuk mengetahui
jumlah data pada 3 tahun terakhir serta 3 bulan terkahir yang berada
diwilayah Kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang

Poltekkes Kemenkes Padang


81

8. Peneliti melakukan pemilihan sampel seusia dengan kriteria yang


telah ditentukan yang mana sesuai dengan kriteria sampel yang telah
ditetapkan
9. Jika peneliti menemukan keluarga dengan tingkat kemandirian 1 dan
peneliti juga menemukan keluarga dengan tingkat kemandirian 2
maka diutamakan memilih keluarga dengan tingkat kemandirian 1.
10. Peneliti melakukan pendekatan pada 1 orang dengan penyalahgunaan
Napza yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang
11. Peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian
yang di lakukan
12. Peneliti mengunjungi rumah responden
13. Informed Consent diberikan kepada responden
Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan pengkajian
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan
teknik wawancara dan anamnesa. Peneliti juga melakukan observasi
dan pengukuran dengan melakukan pemeriksaan fisik secara head to
toe pada responden
14. Bersama keluarga penulis merumuskan dan menjelaskan intervensi
apa yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada keluarga responden.
15. Penulis melakukan implementasi dan evaluasi selama dua minggu
dengan dua belas kali kunjngan pada responden dan setelah itu
melakukan dokumentasi keperawatan dan terminasi terhadap
responden.

Poltekkes Kemenkes Padang


82

H. Hasil Analisis
Data yang peneliti temukan saaat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif yang ditemukan dengan membuat
analisa data. Setelah membuat analisa data penulis langsung merumuskan
diagnosis keperawatan, setelah itu melakukan prioritas masalah untuk
menyusun dan menentukan diagnosis yang diutamakan. Setelah itu peneliti
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
dan dilanjutkan dengan melakukan evaluasi keperawatan. Setelah itu
peneliti melakukan dokumentasi keperawatan. Analisis selanjutnya
peneliti membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan sesuai
dengan teori dan penelitian terdahulu.

Poltekkes Kemenkes Padang


83

BAB IV
DESKRIPSIKAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga ibu A
khususnya pada anak F dengan prilaku Napza pada remaja. Kunjungan
dimulai pada tanggal 19 April 2021 sampai dengan 6 Mei 2021dengan
kunjungan 1 kali sehari selama 12 hari. Berikut peneliti akan
mendeskripsikan hasil penelitian secara narasi.

1. Pengkajian Keperawatan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 april 2021 dirumah
ibu A didapatkan data, anak F berusia 14 tahun yang tinggal bersama
dengan ibu dan ke tiga saudaranya, anak F adalah anak ke 4 dari 5
bersaudara. Anak pertama sudah menikah dan tinggal bersama
suaminya, anak ke dua masih tinggal bersama ibu A dan mempunyai
usaha menjahit dirumahnya yang dilakukan bersama dengan ibunya,
anak ke tiga bekerja sebagai buruh harian lepas bersama dengan
ayahnya, anak ke 4 yaitu anak F yang sudah tidak bersekolah dan
anak ke lima masih bersekolah disalah satu sekolah dasar
ditempatnya.

Peran anak F dalam keluarga sampai saat ini masih berjalan dengan
baik. Klien memiliki hubungan yang cukup baik dengan anggota
keluarga, ibu A mengatakan hubungan anak F dengan lingkungannya
kurang berjalan dengan baik dikarnakan anak F yang kurang
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dikarnakan anak F yang
jarang pulang kerumah dan lebih memilih bermain dengan teman-
temannya atau pergi bermain game online di warnet.

Anak F mulai mengkonsumsi Napza pada usia 13 tahun saat ia masih


kelas 1 SMP, ia mengatakan jenis Napza yang digunakan adalah

Poltekkes Kemenkes Padang


84

ganja, anak F mengatakan saat menggunakan ganja terdapat


kepuasan tersendiri saat menggukannya, salah satu faktor yang
menyebabkan anak F melakukan penyalahgunaan Napza adalah
ketidak utuhan dalam keluarga,kurangnya komunikasi antar
keluarga, serta faktor ekonomi dan pengaruh dari teman sebaya yang
kurang baik.

Pada saat dilakukan pengkajian anak F mengatakan bahwa ia sudah


tidak bersekolah, dikarnakan anak F yang suka bolos pada saat
sekolah dan menghabisakan waktunya untuk bermain game online di
warnet. Ibu A juga mengatakan bahwa anaknya jarang pulang
kerumah, sering berbohong dan melawan kepada ibu A jika sedang
dinasehati.

Keluarga anak F memiliki tipe keluarga adalah Single Parent yaitu


suatu rumah tangga yang terdiri dari salah satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/ angkat) yang disebabkan oleh perceraian
atau kematian. Keluarga anak F keturunan suku minang Keluarga
mengatakan masih memegang atau menganut kebiasaan dalam adat
mereka. Begitu juga dengan cara mendidik anak – anaknya.
Keluarga anak F memiliki agama islam, keluarga selalu menjalankan
kegiatan sholat 5 waktu sesuai dengan kaidah-kaidah dalam ajaran
agama islam. Keluarga anak F memiliki penghasilan kurang lebih
Rp. 3.000.000/ perbulan, yang ia gunakan untuk kebutuhan sehari-
hari.

Keluarga anak F berada pada tahap perkembangan kelima yaitu


tahap keluarga dengan anak remaja, tugas tahap perkembangan ini
yaitu memberi kebebasan dengan tanggung jawab kepada remaja.
Mengingat remaja sudah bertambah dewasa sehingga diperlukan
cara berkomunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Pada
saat ini tahap perkembangan pada keluarga Ny. A belum terjalin

Poltekkes Kemenkes Padang


85

begitu baik dikarnakan An. F sedari kecil diasuh dengan neneknya


sehingga An. F tidak merasakan kehangatan dari kedua orang tuanya
dan ditambah lagi dengan perceraian kedua orang tuanya serta
ditambah lagi dengan Ny. A yang harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sehari- hari membuat An. F bingung harus menceritakan
masalahnya kepada siapa, sehingga ia lebih banyak menghabiskan
waktunya diluar rumah seperti nongkrong dengan teman atau
bermain game di warnet yang membuat ia terpengaruh oleh teman
sebayanya ke dalam penyalahgunaan Napza. Riwayat kesehatan
keluarga anak F, Ny. A mengatakan bahwa ia memiliki penyakit
Asma sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu, An. F memiliki penyakit
asam lambung sedangkan untuk anak-anak yang lain tidak memiliki
riwayat penyakit yang serius.

Keluarga anak F mengatakan rumah yang dimiliki keluarganya


adalah sebuah kontrakan, dimana rumah tersebut terdiri dari 2 lantai.
Lantai 1 terdapat 1 ruang dapur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi serta
1 ruangan untuk usaha menjahit. Sedangkan dilantai 2 terdapat 3
kamar tidur dan 1 kamar mandi. Sumber air yang digunakan
keluarga adalah air PAM, jarak antar septic tank dengan wc kurang
lebih 10 meter, serta pembuangan limbah rumah tangga keluarga
mengalir dengan baik kedalam got yang kondisinya cukup baik.
Sebagian besar tetangga anak F berprofesi sebagai pedagang.
Interaksi dengan tetangga cukup baik.

Keluarga Ny. A mempunyai pola komunikasi yang terbuka dimana


dilakukan secara efektif, keluarga mengatakan jika ada masalah
yang sangat penting mereka selalu membicarakan dengan anggota
keluarga untuk menyelesaikannya secara bersama-sama. Tetapi
karna kesibukan Ny. A untuk bekerja membuat komunikasi antar
keluarga menjadi jarang dan juga membuat anak-anak sibuk dengan
urusannya masing-masing, ditambah lagi dengan An. F yang sulit

Poltekkes Kemenkes Padang


86

untuk diatur dan melawan kepada orangtua. Keluarga mengatakan


jika terdapat masalah yang sangat serius biasanya keluarga akan
menyelesaikannya dengan cara musyawarah. Keluarga anak F
memiliki peran disetiap anggota keluarga Ny. A berperan sebagai
ayah dan ibu untuk semua anak-anaknya, Ny.A juga berperan
sebagai pengatur dan pengontrol pemasukan dan pengeluaran
keluarga serta mengurus pekerjaan rumah. Sedangkan Anak- anak
membantu orang tua dan berperan dalam memperbaiki kehidupan
serta ekonomi dengan belajar dengan baik dan giat.

2. Diagnosis Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Ny.A khususnya anak F
perawat mendapatkan diagnosis pada anak A diantaranya :
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan Kurang informasi
keluarga dalam masalah remaja dengan perilaku NAPZA.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga pada Remaja dengan
perilaku NAPZA.
c. Manajement keluarga tidak efektif berhubungan dengan
banyaknya tuntutan dalam keluarga
Setelah didapatkan diagnosis keperawatan keluarga, selanjutnya
perawat memprioritaskan masalah berdasarkan sifat masalah,
kemungkinan masalah dapat diubah, potensial untuk dicegah dan
menonjolnya masalah dan didapatkan masalah utama adalah Koping
tidak efektif berhubungan dengan Kurang informasi keluarga
dalam masalah remaja dengan perilaku NAPZA. Data yang
mendukung diagnosa ini adalah data objektif di antaranya Anak F
memakai Napza jenis ganja (Penyalahgunaan Zat), Perilaku tidak
asertif pada anak F, Anak F mengatakan enggan untuk berpartisipasi
atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dan pada data
subjektif di dapatkan diantaranya Anak F mengatakan ia tidak
mampu mengatasi masalah yang ia hadapi, Keluarga Anak F

Poltekkes Kemenkes Padang


87

mengatakan khawatir dengan masa depann anak F, Keluarga Anak F


mengatakan anak F lebih suka bermain dibandingkan mengikuti
aktivitas sosial dilingkungan, Ny. A mengatakan anak F sering
berbohong kepada ibunya jika ditanya mengenai sekolahnya.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga pada Remaja dengan
perilaku NAPZA. Data yang mendukung diagnosa ini adalah data
objektif diantaranya, Mata tampak merah akibat pola tidur yang
tidak teratur,Anak F tampak kurangbergairah, Anak F tampak tidak
bersemangat melakukanaktivitas, wajah terlihat lemas. Dan pada
data subjektif didapatkan Anak F mengatakan sulit untuk tidur, Anak
F mengatakan sering terjaga dimalamhari, Anak F mengatakan jam
tidur tidak teratur dan sering merasa sakit kepala. Manajement
kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
banyaknya tuntutan dalam keluarga. Data yang mendukung
diagnosa ini adalah data objektif diantaranya Keluarga anak
Fkhususnyaibu A terlalu sibuk bekerja, Kurangnya komunikasi antar
keluarga, Keluarga terlihat tidak memahami cara merawat anggota
keluarga pada remaja dengan perilaku NAPZA. Dan pada data
subjektif didapatkan Keluarga mengatakan terlalu sibukbekerja untuk
memenuhi kebutuhan sehari, Keluarga mengatakan belum
mengetahui peran sebagai orang tua menyikapi perilakuanak-
anaknya, Keluarga mengatakan tidak mengetahui cara merawat
anggotakeluarga pada remaja dengan perilakuNAPZA

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawaran dibuat perawat berdasarkan diagnosa yang
telah didapatkan, lalu dibuat intervensi untuk memecahkan masalah
yang telah didapatkan, berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus
yang dilengkapi dengan kriteria.

Poltekkes Kemenkes Padang


88

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosis


yang pertama yaitu Koping tidak efektif berhubungan dengan
Kurang informasi keluarga dalam masalah remaja dengan
perilaku NAPZA. Tujuan dari diagnosis ini yaitu setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 1×30 menit keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan keluarga tentang penyalahgunaan
Napza pada anak F sesuai dengan tugas keperawatan keluarga yang
pertama mengenal masalah mengenai Napza yaitu dengan cara
mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian Napza
dengan cara mengkaji terlebih dahulu pengetahuan keluarga
mengenai Napza, mendiskusikan bersama keluarga mengenai Napza,
beri pujian atas jawaban yang benar. Selanjutnya penyebab
penyalahgunaan Napza dengan rencana kegiatan diantaranya
mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyebab penyalahgunaan
Napza, mengevaluasi kembali mengenai penyebab penyalahgunaan
Napza, memberikan pujian atas jawaban yang benar. Selanjutnya
tanda – tanda penyalahgunaan NAPZA dengan rencanakan kegiatan
diskusikan dengan keluarga terutama tanda dari penyalahgunaan
NAPZA, motivasi keluarga untuk meyebutkan tanda dan gejala, beri
pujian atas jawaban yang benar. Selanjutnya keluarga mengerti cara
pencegahan Napza pada remaja, disini juga digali mengenai
pergaulan anak F dengan teman- temannya dengan rencana kegiatan
dengan siapa ia bergaul.

Tujuan yang kedua yaitu mengambil keputusan dengan rencana


kegiatan kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien
penyalahgunaan NAPZA, motivasi keluarga untuk melakukan atau
menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari penyalahgunaan
Napza,evaluasi kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan
penyalahgunaan Napza, serta membantu kelurga memutuskan
tindakan yang dapat diambil seperti mengikuti kegiatan sosial dan
kegiatan spiritual.

Poltekkes Kemenkes Padang


89

Tujuan ketiga merawat anggota keluarga dengan rencana kegiatan


ajarkan keluarga bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan
penyalahgunaaan NAPZA, motivasi keluarga untuk melakukan atau
menyebutkan perawatan memberikan perawatan penyalahgunaan
NAPZA, beri reinforcement positif atas tindakan yang benar.

Rencana yang keempat memodifikasi lingkungan dengan rencana


kegiatan kaji pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga
tentang lingkungan yang baik beri pujian atas tindakan yang benar
dan evalusi kembali mengenai hal tersebut. Rencana yang terakhir
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan rencana kegiatan kaji
pengetahuan keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan anak F, diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
kesehatan, beri pujian dan evaluasi kembali tentang memanfaatkan
fasilitas kesehatan.

Diagnosis ke dua yaitu Gangguan pola tidur berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga pada
Remaja dengan perilaku NAPZA. Dengan tujuan setelah
dilakukan intervesi keperawatan selama 1×30 menit keluarga mampu
mengatasi gangguan pola tidur. Sebagaimana tugas keperawatan
keluarga yaitu mampu mengenal masalah tentang gangguan pola
tidur, diskusikan bersama keluarga mengenai apa itu gangguan pola
tidur, penyebab gangguan pola tidur, dan akibat dari gangguan pola
tidur, beri pujian atas jawaban yang benar,evaluasi kembali kepada
keluarga mengenai pengertian gangguan pola tidur, penyebab
gangguan pola tidur dan akibat dari gangguan pola tidur. Tugas
selanjutnya yaitu mengambil keputusan untuk anggota keluarga yang
mengalami gangguan pola tidur dengan cara membimbing keluarga
untuk mengambil keputusan dalam menghadapi masalah yang
dihadapinnya, memotivasi keluarga untuk melakukan keputusan

Poltekkes Kemenkes Padang


90

yang tepat, beri pujian terhadap keluarga yang telah memutuskan


akan mengambil tindakan yang tepat kepada anaknya. Tugas
selanjutnya memodifikasi lingkungan yang nyaman, dengan
mengkaji pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang nyaman
bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan pola tidur, beri
pujian atas jawaban yang benar dan evaluasi kembali. Tugas yang
terakhir adalah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengkaji pengetahuan keluarga tentang memanfaatkan fasilitas
kesehatan terhadap anggota keluarga, diskusikan kembali dengan
keluarga tentang memanfaatkan fasilitas kesehatan dan
mengevaluasi kembali bagaimana keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan bagi anggota keluarga yang mengalami ganguan pola
tidur.

Diagnosis ke tiga yaitu Manajemenkesehatan keluarga tidak


efektif berhubungan dengan banyaknya tuntutan dalam
keluarga.dengan tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 1×30 menit keluarga mampu mengerti mengenai Manajemen
keluarga tidak efektif. Sebagaimana tugas keperawatan keluarga
yaitu mampu mengenal masalah tentang Manajement keluarga tidak
efektif, diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian
Manajement keluarga tidak efektif, dan penyebab manajement
keluarga tidak efektif, beri pujian atas jawaban yang benar,evaluasi
kembali kepada keluarga mengenai pengertian Manajement keluarga
tidak efektif dan penyebabnya. Tugas selanjutnya yaitu mengambil
keputusan untuk anggota keluarga yang mengalami Manajement
keluarga tidak efektif dengan cara membimbing keluarga untuk
mengambil keputusan dalam menghadapi masalah yang
dihadapinnya, memotivasi keluarga untuk melakukan keputusan
yang tepat, beri pujian terhadap keluarga yang telah memutuskan
akan mengambil tindakan yang tepat dalam keluarga, diskusikan
bersama keluarga mengenai tindakan yang dapat dilakukan dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


91

mengatasi Manajemen keluarga tidak efektif seperti meluangkan


waktu untuk keluarga dan saling berkomunikasi antar keluarga untuk
mengatasi manajement keluarga tidak efektif, beri pujian atasa
tindakan yang benar. Tugas selanjutnya memodifikasi lingkungan
dengan rencana kegiatan diskusikan dengan keluarga tentang
memodifikai lingkungan, beri pujian kepada keluarga dan evaluasi
kembali kegiatan tersebut. Tugas yang terakhir adalah
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan rencana kegiatan adalah
mengkaji pengetahuan keluarga tentang memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk anggota keluarga, beri pujian kepada keluarga dan
evaluasi kembali masalah yang dibahas dengan keluarga.

4. Impelementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada keluarga ibu A khususnya anak I
yaitu berdasarkan intervensi yang telah dibuat berdasarkan diagnosis
yang ditetapkan. Diagnosis yang pertama yaitu Koping tidak efektif
berhubungan dengan Kurang informasi keluarga dalam
masalah remaja dengan perilaku NAPZA. Implememtasi yang
dilakukan pada tanggal 21 April 2021 yaitu menanyakan kepada
keluarga mengenai pengertian, penyebab, tanda gejala Napza, serta
membimbing keluarga bagaimana cara mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga yaitu dengan menjelaskan kepada
keluarga mengenai perawatan penyalahgunaan Napza, setelah itu
menjelaskan cara pencegahan penyalahgunaan Napza. Pada tanggal
22 April 2021 menjelasakan tentang cara mengembil keputusan pada
anggota keluarga yang melakukan penyalahgunaan Napza.
Selanjutnya pada tanggal 23 April 2021 perawat mengajarkan
keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mengikuti kegiatan spiritual didalam rumah, mengembangkan
potensi dan bakat anak, berbicara dan berkomunikasi dari hati ke
hati, memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya,
meluangkan waktu untuk anak, serta mengajarkan akhlak yang baik

Poltekkes Kemenkes Padang


92

kepada anak.Pada tanggal 26 April 2021 perawatan mejelasakan


mengenai memodifikasi lingkungan dengan menjelaskan kepada
keluarga ibu A khususnya anak Fmengenai lingkungan yang
baik,serta menjelaskan mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan oleh keluarga ibu A.

Diagnosis kedua Gangguan pola tidur berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga pada
Remaja dengan perilaku NAPZA. Implementasi yang dilakukan
pada tanggal 27 april 2021 yaitu menenyakan kepada keluarga
menegenai pengertian, penyebab, dan akibat dari gangguan pola
tidur, serta melakukan pendidikan kesehatan mengenai gangguan
pola tidur. Selanjutnya membimbing keluarga dalam mengambil
keputusan tindakan dalam mengahadapi masalah gangguan pola
tidur pada anak F. Pada tanggal 28 april 2021 perawat mengajarkan
keluarga cara mengatasi gangguan pola tidur yang dialami anak F
seperti mengatur jadwal tidur. Pada tanggal 30 april 2021
mengajarkan keluarga cara memodifikasi lingkungan yang baik pada
anak F yang mengalami gangguan pola tidur dan dilanjutkan dengan
menjelaskan kepada keluarga mengenai pentingnya membawa
anggota keluarga ke fasilitas kesehatan.

Diagnosis ketiga Manajement kesehatan keluarga tidak efektif


berhubungan dengan banyaknya tuntutan dalam keluarga.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 3 Mei 2021 yaitu
menanyakan kepada keluarga mengenai manajement keluarga tidak
efektif serta penyebab terjadinya Manajement keluarga tidak efektif.
Selanjutnya membimbing keluarga dalam pengambilan keputusan
untuk mengatasi manajement keluarga tidak efektif. Pada tanggal 4
mei 2021 mengejarkan keluarga cara mengatasi manajement
keluarga tidak efektif yaitu dengan cara menganjurkan keluarga
untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga.
Selanjutnya pada tanggal 6 mei 2021 mejelasakan mengenai
memodifikasi lingkungan dengan menjelaskan kepada keluarga ibu

Poltekkes Kemenkes Padang


93

A khususnya anak F mengenai lingkungan yang baik,serta


menjelaskan mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan oleh keluarga ibu A.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan, didapatkan


evaluasi terakhir pada keluarga anak F pada saat diagnosis pertama
dilakukan adalah hasil subjektif keluarga anak I mengatakan
keluarga mengerti tentang penegetian Napza, penyebab
penyalahgunaan Napza, tanda – tanda penyalahgunaan Napza dan
cara pencegahan Napza keluarga juga mengatakan sudah bisa
mengambil keputusan untuk keluarga yang mengalami
penyalahgunan Napza dan keluarga mengerti tentang perawatan
keluarga dengan riwayat penyalahgunaan Napza. Selanjutnya
keluarga mengatakan mengerti dan paham cara memodifikasi
lingkungan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hasil objektif
yang di dapatkan keluarga mengerti tentang pengertian Napza,
keluarga mengerti untuk mengambil keputusan dan cara merawat
keluarga,keluarga dapat menyebutkan cara memodifikasi lingkungan
dan mmanfaatkan fasilitas kesehatan. Hasil analisa yang didapatkan
maslah teratasi, planning selanjutnya lanjut diagnosa kedua.

Diagnosis kedua didapatkan hasil subjektif keluarga mengatakan


mengerti tentang pengertian gangguan pola tidur, penyebab
gangguan pola tidur dan akibat dari gangguan pola tidur, keluarga
mengatakan bahwa anak F sudah mengatur pola tidurnya, keluarga
mengatakan akan merawat dan mengontrol dengan sebaik mungkin
anggota keluarga yang mengalami gangguan pola tidur. Keluarga
mengatakan akan memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
kepada anggota keluarganya yang mengalami gangguan pola tidur
dan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Hasil
objektif yang didapatkan adalah keluarga mampu menyebutkan
kembali pengertian,penyebab dan akibat dari gangguan pola tidur,

Poltekkes Kemenkes Padang


94

keluarga tampak mengerti cara mengambil keputusan dan merawat


anggota keluarga yang mengalami gangguan pola tidur, keluarga
juga dapat menyebutkan bagaimana cara memodifikasi lingkungan
aman dan nyaman bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan
pola tidur, dan keluarga mampu untuk membawa kefasilits
kesehatan. Hasil analisa yang didapatkan masalah teratasi dan
palnning selanjutnya lanjutkan diagnosatiga.

Diagnosis ketiga didapatkan hasil subjektif keluarga mengatakan


mengerti mengenai pengertian dan penyebab manajement keluarga
tidak efektif, keluarga ibu A mengatakan sudah meluangkan waktu
untuk keluarganya, keluarga mengatakan akan lebih banyak
memberikan waktu kepada anak-anaknya serta memodifkasi
lingkungan yang nyaman untuk anak-anaknya agar anak-anak betah
berada dirumah, keluarga ibu A mengatakan akan merangkul dan
memberikan perhatian yang lebih untuk anak-anaknya. Keluarga
mengatakan akan memberikan lingkungan yang nyaman kepada
anggota keluarga untuk mengatasi manajement keluarga tidak efektif
dan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia bila
dibutuhkan. Hasil objektif yang didapatkan adalah keluarga mampu
menyebutkan kembali pengertian,penyebab Manajement keluarga
tidak efektif, keluarga tampak mengerti cara mengambil keputusan
dan merawat anggota keluarga dengan masalah manajement keluarga
tidak efektif, keluarga juga dapat menyebutkan bagaimana cara
memodifikasi lingkungan aman dan nyaman bagi anggota keluarga,
dan keluarga mampu untuk membawa kefasilits kesehatan.

B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga anka F
dengan masalah remaja dengan perilaku Napza diwilayah kerja
Puskesmas Kuranji kota padang, maka pada bab pembahasan ini penulis
akan menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


95

terdapat pada pasien antar teori dengan kasus. Tahap pembahasan


sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, merumuskan diagnose, merumuskan rencana keperawatan,
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
Pada pengkajian tanggal 19 april 2021 didapatkan hasil pada
keluarga ibu A khususnya anak F berusia 14 tahun, ia merupakan
anak ke empat dari lima bersaudara. Anak F sekarang sudah tidak
bersekolah, dikarnakan sering bolos sekolah, tidak belajar dengan
baik. Anak F mulai mengkonsumsi ganja saat berumur 13 tahun,
dikarnakan keluarga yang tidak utuh dan sibuk, keingintahuan yang
tinggi, faktor ekonomi serta pengaruh lingkungan dan ajakan teman.

Berdasarkan (Simangunsong, 2015) masa remaja adalah masa


peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini,
rasa keingintahuan anak sedang meningkat. Keingintahuan untuk
mencari jati diri dan mendapat pengakuan dari lingkungan sekitar
sedang tinggi-tingginya. Hal ini bisa dikarnakan dari beberapa hal
seperti rasa keingintahuan yang tinggi, solidaritas antar teman, ikut-
ikutan teman atau kurang mendapat perhatian dari keluarga. Pada
kasus An. F terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus yang
ditemukan oleh peneliti yaitu penyebab dari penyalahgunaan Napza
pada anak F adalah rasa keingintahuan yang tinggi serta mengikuti
ajakan dari teman pada saat bermain game online di warnet

(Asmoro & Melaniani, 2017), mengatakan bahwa faktor lingkungan


keluarga berpengaruh terhadap remaja dengan penyalahgunaan
Napza, remaja yang memiliki keluarga yang tidak haarmonis
beresiko lebih besar menjadi penyalahgunaan Napza dibandingkan
remaja yang memiliki keluarga yang harmonis. Kondisi keluarga
yang tidak harmonis biasanya sering terjadi pertengkaran antar

Poltekkes Kemenkes Padang


96

individu (suami-istri atau orangtua – anak). Serta pengaruh aktivitas


orang tua yang terlalu sibuk terhadap penyalahgunaan Napza pada
remaja memiliki dampak buruk bagi remaja. Remaja yang memiliki
orang tua yang terlalu sibuk akan beresiko 5,677 kali lebih besar
menjadi penyalagunaan Napza dibandingkan remaja yang memiliki
orangtua yang perhatian. Pada kasus An. F, terdapatkesesuaian
dengan teori bahwa faktor pemicu penyalahgunaan Napza pada
remaja diakibatkan oleh banyak faktor salah satunya adalah keluarga
yang tidak utuh An.F mengatakan kedua orangtuanya sudah bercerai,
dan orang tua yang terlalu sibuk memenuhi kebutuhan ekonomi
sehingga kurang memperhatikan anak-anaknya.

Ini juga didukung dengan penelitian(Zulfa & Purwandari, 2016)


yaitu, keluarga yang berlatar belakang positif tidak menjamin remaja
tidak beresiko penyalahgunaan Napza. Karna banyak faktor pemicu
yang bisa menyebabkan anak menjadi penyalahgunaan Napza seperti
pengaruh teman sebaya, cara mensiasati pengaruh teman teman
untuk mencegah perilaku beresiko penyalahgunaan Napza adalah
dengan cara memulai dari diri sendiri dengan memberi contoh yang
baik, mengingatkan, meningkatkan kegiatan positif seperti ibadah
dan belajar serta lebih peka terhadap lingkungan sekitar.

Saat dilakukan pengkajian pada anak F ia mengatakan bahwa ia


lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah seperti bermain
game online disalah satu warnet. Ia juga mengatakan bahwa ia jarang
pulang kerumah karna sibuk berkumpul dengan teman-temannya
hingga larut malam, keluarganya mengatakan bahwa anak F sering
berbohong kepada keluarga, keluarga mengatakan jika anak F berada
dirumah ia lebih memilih menyediri didalam kamar. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan mata klien tampak merah, konjungtiva
anemis, mukosa bibir kering dan badan kurus.

Poltekkes Kemenkes Padang


97

(Arbiah, 2021) mengatakan bahwa faktor dukungan teman sabaya


memiliki pengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan napza,
sebagianbesar remaja penyalahguna napza mendapat ajakan dan
rayuan dari teman sebaya untuk menggunakan Napza. Terdapat
kesesuaian antara teori dengan kasus yang ditemukan oleh peneliti
mengenai faktor pemicu penyalahgunaan napza pada remaja yaitu
An. F yang terbujuk oleh rayuan atau mengikuti ajakan dari temen
sebayanya.

(Alifia, 2020) mengatakan tanda- tanda pengguna Napza adalah


Apatis, denyut nadi lambat, mata terkesan sayu dan berair, suka
menyendiri, wajah pucat, mukosa bibir kering, sering pulang larut
malam, sering berbohong dan mencuri, tampak murung dan badan
kurus. Pada kasus An. F terdapat kesesuaian antara teori dengan
kasus yang ditemukan peneliti yaitu anak F tampak apatis terhadap
lingkungan sekitar, lebih suka menyendiri dan sering pulang larut
malam, keluarga mengatakan bahwa anak F suka berbohong, tampak
murung dan mengalami penurunan berat badan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga mengacu pda P-E-S dimana untuk


(p) dapat digunakan tipologi dari (PPNI, 2016) dan etiologi (E)
berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan atau
keperawatan menurut (Friedman, 2010). Pada perumusan diagnosis
yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data subjektif dan
objektif. Diagnosa yang dijumpai pada kasus ini yaitu:

a. Koping tidak efektif berhubungan dengan Kurang informasi


keluarga dalam masalah remaja dengan perilaku NAPZA

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga pada Remaja dengan perilaku
NAPZA.

Poltekkes Kemenkes Padang


98

c. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan


dengan banyaknya tuntutan dalam keluarga

dari beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan 3


diganosis yang dipilih berdasarkan prioritas masalah. Diagnosa yang
muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus mengenai
masalah remaja dengan perilaku Napza terdapat sedikit perbedaan.
Dalam teori terdapat 4 diagnosa keperawatan, tetapi dikasus terdapat
3 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam
tinjauan teori, yaitu :

a. Resiko perilaku kekerasan

b. Koping tidak efektif

c. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif

d. Gangguan pola tidur


Diagnosa pertama yaitu Koping tidak efektif berhubungan dengan
Kurang informasi keluarga dalam masalah remaja dengan
perilaku NAPZA. Masalah ini didukung oleh kurangnya informasi
keluarga tentang masalah remaja dengan prilaku Napza dikarnakan
dari data yang didapatkan, anak F mengatakan tidak mampu
mengatasi masalah yang ia hadapi, anak F lebih suka menghabiskan
waktunya diluar rumah, keluarga anak F mengatakan anak F sering
berbohong kepada orangtuanya, anak F enggan untuk bersosialisasi
dilingkungan sekitar, anak F lebih suka menyediri.

Setelah melakukan prioritas masalah, diagnosa ini diangkat menjadi


diagnosa pertama terhadap partisipan. Sesuai yang disampaikan
(Partodiharjo, 2009)mengatakan bahwa ciri-ciri anak yang
menggunakan napza adalah sikap anak menjadi lebih tertutup,
banyak hal yang tadinya terbuka kini menjadi rahasia, jiwa anak
menjadi resah, gelisah,kurang tenang, dan lebih sensitif. Hubungan
dengan orangtua dan saudara-saudaranya menjadi renggang, tidak
lagi riang dan lebih suka menghabiskan waktu diluar rumah

Poltekkes Kemenkes Padang


99

berkumpul dengan teman-teman akrab.Pada kasus An. F terdapat


kesesuaian anatar teori dengan kasus yang ditemukan pada anak F
seperti anak F yang menjadi tertutup, gelisah dan lebih sensitif.
Ini didukung dengan penelitian (Mindiono, 2020) yang mengatakan
bahwa pentingnya faktor pendukung untuk meningkatkan koping
penyalahgunaan Napza adalah dukungan dari pada keluarga, teman
serta lingkungan selama menjalani proses rehabilitasi.

Diagnosa kedua yaitu Gangguan pola tidur berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga pada
Remaja dengan perilaku NAPZA. Diagnosa ini didukung oleh
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khusunya
remaja dengan prilaku Napza. Anak F mengatakan sulit untuk tidur,
sering terjaga dimalam hari, anak F sering merasakan sakit kepala,
anak F mengatakan jam tidur tidak teratur dan sering tidak pulang
kerumah karna lebih memilih bermain dengan kawan-kawannya.

Setelah melakukan penilaian prioritas masalah, diagnosa ini diangkat


menjadi diagnosa kedua terhadap partisipan sesuai yang diutarakan
oleh (Marlina et al., 2014) bahwa pengaruh pemakaian jenis Napza
tertentu dapat mengubah perilaku dan perasaan remaja tersebut,
salah satu alasan remaja melakukan penyalahgunaan Napza adalah
sebagai bentuk solidaritas antar teman dan terpengaruh ajakan
teman.
Ini diperkuat oleh (Badan Narkotika Nasional, 2020) yang
mengatakan bahwa cirri-ciri dari penyalahgunaan Napza adalah
terjadinya perubahan prilaku seperti prestasi disekolah yang
menurun, terjadi gangguan pola tidur seperti malam suka begadang
dan pagi sulit untuk dibangunkan, banyak menghindari pertemuan
dengan keluarga dan bersikap lebih kasar. Pada kasus An. F, sesuai
dengan teori bahwa kelaurga mengatakan anak F mengalami
perubahan perilaku seperti bersikap lebih kasar, kurang bersosialisasi
dalam keluarga, serta anak F mengatakan bahwa ia mengalami

Poltekkes Kemenkes Padang


100

gangguan pola tidur serta prestasi disekolah yang menurun ini


dibuktikan dengan anak F yang sudah tidak lagi bersekolah.

Diagnosa ketiga yaitu Manajement kesehatan keluarga tidak


efektif berhubungan dengan banyaknya tuntutan dalam
keluarga. Masalah ini didukung oleh ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga khusunya remaja dengan prilaku Napza
diakibatkan oleh banyaknya tuntutan faktor ekonomi dalam
keluarga, kurangnya komunikasi dalam keluarga, keluarga yang
tidak utuh, keluarga yang kurang memahami cara merawat anggota
keluarga khusunya remaja dengan prilaku Napza.
Setelah melakukan penilaian prioritas masalah, diagnosa ini diangkat
menjadi diagnosa ketiga terhadap partisipan sesuai dengan(Mei
Wulandari et al., 2015)mengatakan bahwa Faktor Internal yang
mempengaruhi penyalahgunaan Napza pada masyarakat adalah
pengertian yang salah bahwa Napza tidak membuat ketagihan dan
ingin mencoba kembali, suka mengikuti gaya dan trend terbaru,
memiliki sifat yang mudah terpengaruh dengan orang lain, ingin
mendapat pujian atau pengakuan dari teman setelah menggunakan
Napza, tidak percaya diri dengan keadaan yang dimiliki. Sedangkan
Faktor Eksternal yaitu keluarga yang tidak utuh (Broken Home),
keluarga tidak menerapkan nilai agama dari kecil, komunikasi antar
keluarga tidak berjalan baik, keadaan ekonomi yang kurang
membuat frustasi dan berteman dengan pengguna Napza.

Ini didukung dengan penelitian (Hasan, 2021) yang mengatakan


bahwa faktor yang mempengatuhi anak terjerumus kedalam
penyalahgunaan Napza adalah kurangnya komunikasi antar keluarga
dan konflik keluarga, konflik keluarga yang dimaksud adalah
perceraian dalam sebuah pernikahan yang tidak bisa dilepaskan dari
pengaruhnya terhadap anak. Anak yang sudah menginjak remaja dan
mengalami perceraian orangtua cenderung mengingat konflik yang

Poltekkes Kemenkes Padang


101

terjadi pada orangtuanya sehingga mereka tampak kecewa dengan


keadaan mereka yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh. Ini
sesuai dengan kasus yang ditemukan peneliti pada anak F yaitu
keluarga mengatakan bahwa ia memang kurang komunikasi antar
anak-anaknya disebabkan karna banyaknya tuntutan dalam keluarga
yang harus ibu A penuhi terutama untuk masa depan anaknya
terlebih lagi ibu A yang sudah lama bercerai dengan suaminya
Faktor pendukung tegaknya diagnosis yaitu terdapat kaitan antara
problem, etiologi, dan symptom sehingga memudahkan penulis
menegakkan diagnose. Faktor penghambat yaitu penulis masih
belum dapat menegakkan diagnosa tanpa melihat buku sumber,
untuk mengatasi masalah ini peneliti menggunakan beberapa buku
panduan saat menegakkan diagnosa keperawatan.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosa keperawatan, pernyataan keluarga dan perencanaan
keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi
intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,
intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang
bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja
(Friedman, 2010). Pembahasan intervensi dalam keperawatan
keluarga meliputi tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil dan
kriteria standar. Dalam mengatasi masalah ini peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut ( Friedman,2010).

Intervensi dari diagnosis pertama Koping tidak efektif


berhubungan dengan Kurang informasi keluarga dalam
masalah remaja dengan perilaku NAPZA. Yaitu sesuai dengan
tugas keperawatan yang pertama yaitu mengenal masalah, dengan
cara melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan bersama

Poltekkes Kemenkes Padang


102

anggota keluarga agar keluarga paham mengenai masalah dengan


prilaku Napza yang dialami keluarga ibu A khususnya anak F, yang
terdiri dari pengertian Napza yaitu bahan/zat/obat yang apabila
masuk ke dalam tubuh dapat merusak system saraf pusat dan
menyebabkan ketergantungan(Alifia, 2020), mejelasakan penyebab,
tanda gejala dan cara pencegahan Napza kepada keluarga.
selanjutnya, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah remaja
dengan prilaku Napza dengan mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga. selanjutnya merawat
anggota keluarga dengan melakukan penyuluhan mengenai remaja
dengan prilaku Napza dan mendiskusikan cara memantau anak
dirumah. Lalu memodifikasi lingkungan rumah yang aman dan
nyaman untuk mengatasi masalah remaja dengan prilaku Napza.
Selanjutnya memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
puskesmas,bidan, klinik, rumah sakit untuk memperoleh informasi
yang lebih tepat yang dapat digunakan keluarga(Friedman, 2010).

Intervensi dari diagnosis kedua Gangguan pola tidur berhubungan


dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
pada Remaja dengan perilaku NAPZA. Yaitu sesuai dengan tugas
keperawatan keluarga pertama menurut (Friedman, 2010)yaitu
mengenal masalah kesehatan pada keluarga yaitu keluarga mampu
mengenal masalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan
bersama anggota keluarga mengenai pengertian gangguan pola tidur,
penyebab dan akibat dari gangguan pola tidur. Selanjutnya
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah remaja dengan
prilaku Napza dan keluarga mengetahui bagaimana cara merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan pola tidur bisa dengan
cara membuat jadwal keseharian. Tugas keluarga selanjutnya yaitu
keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan dengan
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anggota
keluarga yang mengalami gangguan pola tidur. Selanjutnya

Poltekkes Kemenkes Padang


103

melakukan diskusi dan memotivasi agar keluarga mampu


memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat untuk mengatasi remaja
dengan perilaku NAPZA.

Intervensi dari diagnosis ke tiga Manajemenkesehatan keluarga


tidak efektif berhubungan dengan banyaknya tuntutan dalam
keluarga. sesuai dengan tugas keperawatan keluarga pertema yaitu
mengenal masalah kesehatan pada keluarga, yaitu keluarga mampu
mengenal masalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan
bersama anggota keluarga mengenai Manajemnt keluarga tidak
efektif dan penyebab manajement keluarga tidak efektif.
Selanjutnya, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
Manajement keluarga tidak efektif bisa melalui peran keluarga
seperti meluangkan waktu kepada anak, berkomunikasi dengan baik
bersama anak mengenai bahaya Narkoba, member pujian dan
dorongan kepada anak, bertindak secara baik dan sabar, menunjukan
rasa sayang dan perhatian kepada anak (Alifia, 2020). Selanjutnya
keluarga mengetahui bagaimana cara merawat anggota keluarga
yang mengalami manajement kesehatan keluarga tidak efektif.
Selanjutnya kelurga mampu memodifikasi dan menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman untuk menunjang perkembangan
yang lebih baik bagi keluarga. Serta keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia jika dibutuhkan.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi dari diagnosis pertama yaitu Koping tidak efektif
berhubungan dengan Kurang informasi keluarga dalam
masalah remaja dengan perilaku NAPZA.Pada partisipan yaitu
sesuai dengan TUK 1 mengenal masalah kesehatan, Pada tanggal 21
April 2021 dilakukan kunjungan kerumah keluarga ibu A yaitu
melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang remaja
dengan prilaku Napzayaitu yaitu bahan/zat/ obat yang bila masuk

Poltekkes Kemenkes Padang


104

kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan


saraf pusat serta menyebabkan ketergantungan (Alifia, 2020)
Dengan menggunakan leaflet atau lembar balik. Selanjutnya pada
tanggal 22 April 2021 sesuai TUK 2 yaitu melakukan diskusi
pengambilan keputusan untuk mengatasi remaja dengan prilaku
Napza. Pada tanggal 23 April 2021 dilakukan kunjungan kerumah
ibu A untuk menjelaskan mengenai TUK 3 yaitu melakukan diskusi
cara merawat anggota keluarga pada remaja dengan prilaku Napza,
dengan cara kegiatan spiritual didalam rumah, mengembangkan
potensi dan bakat anak, berbicara dan berkomunikasi dari hati ke
hati, memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya,
meluangkan waktu untuk anak, serta mengajarkan akhlak yang baik
kepada anak. Selanjutnya pada tanggal 26 April 2021 TUK 4 dan
TUK 5 mengajarkan keluarga mengenai memodifikasi lingan yang
aman dan nyaman bagi anggota keluarga seperti suasana rumah yang
harmonis,saling tolong menolong sesame anggota keluarga serta
menghindari konflik. Serta TUK 5 mendiskusikan dan memotivasi
keluarga untuk memanfaatkan fasilotas kesehatan yang tersedia bagi
anggota keluarga yang membutuhkannya.

Implementasi dari diagnosis ini sesuai menurut teori Friedman


(2010), yaitu memberikan penyuluhan, mengajarkan keluarga, dan
mendemontrasi cara perawatan anggota anggota keluarga dengan
remaja dengan perilaku NAPZA dengan cara memberikan
pengawasan pergaulan, memberikan perhatian dan kasih sayang
yang lebih, serta memberikan kebebasan untukmengungkapkan
pendapat sehingga terjalin komunikasi yang terbuka antara orang tua
dan anak.

Implementasi dari diagnosis ke dua yaitu Gangguan pola tidur


berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga pada Remaja dengan perilaku NAPZA. Pada

Poltekkes Kemenkes Padang


105

partisipan yaitu sesuai dengan TUK 1 mengenal masalah


kesehatanImplementasi yang dilakukan pada tanggal 27 april 2021
yaitu menenyakan kepada keluarga menegenai pengertian, penyebab,
dan akibat dari gangguan pola tidur, serta melakukan pendidikan
kesehatan mengenai gangguan pola tidur. TUK 2 Selanjutnya
membimbing keluarga dalam mengambil keputusan tindakan dalam
mengahadapi masalah gangguan pola tidur pada anak F. TUK 3 Pada
tanggal 28 april 2021 perawat mengajarkan keluarga cara mengatasi
gangguan pola tidur yang dialami anak F seperti mengatur jadwal
tidur. TUK 4 Pada tanggal 30 april 2021 mengajarkan keluarga cara
memodifikasi lingkungan yang baik pada anak F yang mengalami
gangguan pola tidur seperti membatasi aktivitas dimalam hari,
membuat suasana didalam rumah menjadi nyaman dan menghindari
kebisinga. Dilanjutkan TUK 5 dengan menjelaskan kepada keluarga
mengenai pentingnya membawa anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan. (Setiyani & Keliat, 2019)Mengatakan penyalahguna
Napza mengalami perubahan kognitif seperti penurunan
konsentrasi,dan tidak dapat membuat perencanaan yang realistis,
sedangkan respon fisiologis remaja yang mengalami penyalahgunaan
Napza merasakan perubahan pola tidur dan pola makan.

Implementasi dari diagnosis ke tiga yaitu Manajement kesehatan


keluarga tidak efektif berhubungan dengan banyaknya tuntutan
dalam keluarga. Pada partisipan yaitu sesuai dengan TUK 1
mengenal masalah kesehatan, Implementasi yang dilakukan pada
tanggal 3 Mei 2021 yaitu menanyakan kepada keluarga mengenai
manajement keluarga tidak efektif serta penyebab terjadinya
Manajement keluarga tidak efektif. Selanjutnya TUK 2 membimbing
keluarga dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi
manajement keluarga tidak efektif. Pada tanggal 4 mei 2021 TUK 3
mengejarkan keluarga cara mengatasi manajement keluarga tidak
efektif yaitu dengan cara menganjurkan keluarga untuk lebih banyak

Poltekkes Kemenkes Padang


106

menghabiskan waktu bersama keluarga dan berkomunikasi dengan


baik. Selanjutnya pada tanggal 6 mei 2021 mejelasakan mengenai
TUK 4 memodifikasi lingkungan dengan menjelaskan kepada
keluarga ibu A khususnya anak F mengenai lingkungan yang untuk
masalah manajement kesehatan tidak efektif seperti menghindari
konflik anatar keluarga, menciptakan kedamaian didalam rumah.
serta menjelaskan TUK 5 mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan oleh keluarga ibu A.

Dalam teori Carmen (2010) mengatakan bahwa, terdapat faktor


penyebab terjadinya penyalahgunaan NAPZA, salah satunya faktor
internal yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang, seperti
kurang menghayati nilai-nilai agama, konsep diri yang negative,
perasaan tidak mampu, perasaan tidak percaya diri, sering gagal,
keingin tahuan yang tinggi terhadap NAPZA, dan juga terdapat
faktor eksternal yaitu seperti keluarga yang tidak utuh (broken
home), orang tua yang bekerja terlalu sibuk diluar rumah, hubungan
antara orang tua dan anak tidak harmonis, apabila seseorang telah
masuk kedalam lembah penyalahgunaan NAPZA, hal ini akan
mengakibatkan ketergantungan.

5. Evaluasi Keperawatan
Pada diagnosis pertama Koping tidak efektif berhubungan dengan
Kurang informasi keluarga dalam masalah remaja dengan
perilaku NAPZA.Saat dilakukan evaluasi kepada klien dan keluarga
mengatakan sudah mengetahui pengertian, tanda gejala, dan
pencegahan penyalahgunaan Napza. Terlihat anak F dan keluarga
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan setelah diberkan
penyuluhan mengenai Napza. Partisipan mengatakan sudah mampu
untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah remaja
dengan perilaku NAPZA seperti kegiatan spiritual didalam rumah,
mengembangkan potensi dan bakat anak, berbicara dan

Poltekkes Kemenkes Padang


107

berkomunikasi dari hati ke hati, memberikan perhatian yang lebih


kepada anak-anaknya, meluangkan waktu untuk anak, serta
mengajarkan akhlak yang baik kepada anak (Lisa dan Sutrisnawati,
2016). tapi terkadang masih mengalami kesulitan dalam
menjalankannya karena anak yang masih sulit bisa diarahkan dan
diberitau. Anak masih belum biasa meneriam secara cepat perubahan
tersebut. Klien dan keluarga juga dapat menyebutkan bagaimana
memodifikasi lingkungan yang aman dan nyaman bagi anggota
keluarga dengan remaja perilaku NAPZA. Klien dan keluarga dapat
membawa kefasilitas kesehatan yang ada untuk menunjang
kesehatan anggota keluarga. Hasil analisa bahwa masalah teratasi
sebagian dan untuk menindak lanjuti tersebut telah diambil
keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Pada diagnosis kedua Gangguan pola tidur berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga pada
Remaja dengan perilaku NAPZA.Saat dilakukan evaluasi kepada
klien dan keluarga mengatakan sudah mengetahui pengertian,
penyebab dan akibat dari gangguan pola tidur. Terlihat klien dan
keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan setelah
penyuluhan. Klien dan keluarga juga telah mampu membuat
keputusan mengenai cara perawatan anggota keluarga yang
mengalami gangguan pola tidur. Klien dan keluarga juga dapat
menyebutkan bagaiman memodifikasi lingkungan yang aman dan
nyamn bagi anggoat keluarga yang mengalami gangguan pola tidur.
Dan keluarga mampu memanfaatkan pelayan kesehatan untuk
meunjang kesehatan keluarga. Hasil analisa bahwa masalah teratasi
sebagian dan untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil
keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Pada diagnosis ke tiga Manajemenkesehatan keluarga tidak


efektif berhubungan dengan banyaknya tuntutan dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


108

keluarga.saat dilakukan evaluasi kepada klien dan keluarga


mengatakan mengerti mengenai pengertian dan penyebab
manajemen keluargatidak efektif. Terlihat klien dan keluarga dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan setelah penyuluhan. Klien dan
keluarga juga telah mampu membuat keputusan mengenai cara
menghadapi manajemen keluarga tidak efektif yaitu seperti
meluangkan waktu kepada anak, berkomunikasi dengan baik
bersama anak mengenai bahaya Narkoba, member pujian dan
dorongan kepada anak, bertindak secara baik dan sabar, menunjukan
rasa sayang dan perhatian kepada anak (Alifia, 2020). Klien dan
keluarga juga dapat menyebutkan bagaiman memodifikasi
lingkungan yang aman dan nyamn bagi anggoat keluarga yang
mengalami gangguan pola tidur. Dan keluarga mampu
memanfaatkan pelayan kesehatan untuk meunjang kesehatan
keluarga. Hasil analisa bahwa masalah teratasi sebagian dan untuk
menindak lanjuti hal tersebut telah diambil keputusan untuk
melanjutkan intervensi.

Berdasarkan hasil evaluasi Berdasarkan hasil evaluasi dapat


disimpulkan partisipan sudah mampu mengenal masalah yang ada
pada keluarga, mampu mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan fasilitas kesehatan. Klien dan keluarga sudah mampu
menerapkan demontrasi yang telah diajarkan selama
kunjungan.Setelah dilakukan evaluasi didapatkan hasil tingkat
kemandirian pada partisipan dari tingkat kemandirian pertama yaitu
menerima petugas perawat kesehatan masyarakat dan menerima
pelayanan keperawatan yang sesuai dengan rencana keperawatan,
mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
kepada petugas kesehatan secara baik dan benar serta memanfaatkan
fasilitas kesehatan sesuai anjuran.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan keluarga
pada keluarga ibu A khusunya anak F dengan masalah prilaku Napza
pada remaja diwilayah kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang tahun
2021, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian yang telah peneliti teliti pada tanggal 19 April


2021 pada keluarga ibu A khusunya anak F, memiliki tipe
keluarga single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari salah satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/
angkat) yang disebabkan oleh perceraian atau kematian. Salah
satu anggota keluarga yaitu anak F mengalami masalah
penyalahgunaan Napza dikarnakan faktor keluarga yang tidak
utuh, ajakan kawan serta masalah ekonomi. Hasil pengkajian
terdapat kesamaan data kasus yang diangkat dengan teori yang
sudah ada. Dimana keluarga mengeluhkan anaknya lebih
memilih menghabiskan waktu diluar rumah, malas sekolah,
sering berbohong, lebih memilih mengurung diri di kamar, dan
sering bolos sekolah.

2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada teori terdapat 4


diagnosa keperawatan, pada kasus ini diagnose keperawatan
yang muncul hanya 3 diagnosa utama yang muncul berdasarkan
prioritas masalah Koping tidak efektif berhubungan dengan
Kurang informasi keluarga dalam masalah remaja dengan
perilaku Napza.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada


masalah keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang

109 Poltekkes Kemenkes Padang


110

dilakukandirumuskan berdasarkan 5 tugas khusu keluarga yaitu


mengenal masalah, memutuskan tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan

4. Implementasi dimulai dari tanggal 21 April 2020, implementasi


yang telah dilakukan pada diagnose pertama yaitu melakukan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang prilaku Napza,
melakukan diskusi mengenai meutuskan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah penyalahgunaan Napza pada remaja,
mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan yang nyaman
serta pemanfaaatn pelayanan fasilitas kesehatan.Implementasi
diagnosa kedua yaitu melakukan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan mengenai pengertian, penyebab dan akibat dari
gangguan pola tidur, membimbing keluarga dalam pengambilan
keputusan bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan
pola tidur. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan pola tidur,
Memotivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan bagi anggota keluarga yang
mengalami gangguan pola tidur. Implementasi diagnosa ketiga
yaitu melakukan penyuluhan atau pankes mengenai pengertian
dan penyebab manajemen keluarga tidak efektif, membimbing
keluarga dalam pengambilan keputusan yang tepat serta
mengajarkan keluarga mencegah manajemen keluarga tidak
efektif selanjutnya Memotivasi keluarga untuk memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

5. Evaluasi, pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada pasien


dan keluarga mulai tanggal 6 mei 2021, mengenai tindakan
keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan catatan

Poltekkes Kemenkes Padang


111

perkembangan. Evaluasi yang didapatkan tingkat kemandirian


keluarga pertama berubah menjadi tingkat kemandirian keluarga
kedua. Keluarga anak F memahami tentang perilaku NAPZA
pada remaja dan cara merawat anggota keluarga khususnya anak
F dengan penyalahgunaan NAPZA. Keluarga termotivasi untuk
memodifikasi lingkungan yang aman dan nyaman bagi anggota
keluarga dengan penyalahguaan NAPZA serta akan
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengobati anaknya
dengan maslahpenyalahgunaanNAPZA

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Institusi Puskesmas Kuranji Kota Padang
Melalui institusi pelayanan kesehatan Puskesmas Kuranji Kota
Padang diharapkan agar dapat melanjutkan tindakan keperawatan
dalam pemeliharaan kesehatan remaja dengan penyalahgunaan
Napza, misalnya seperti melakukan penyuluhan kepada sekolah-
sekolah mengenai bahaya Napza atau bisa melakukan kunjungan
kerumah wargauntuk meningkatkan mekanisme koping pada
remaja dengan menggali hal-hal posistif dalam remaja atau
pengembangan minat dan bakat pada remaja, serta
mengoptimalkan melakukan edukasi kepada keluarga untuk
menciptakan lingkungan yang baik aman dan nyaman untuk anak,
melakukan edukasi kepada keluarga untuk lebih memahami masa
perkembangan remaja dengan lebih meningkatkan komunikasi
antar keluarga dan menerapkan hal-hal positif yang diajarkan
kepada anak, sehingga anak-anak paham cara mensiasati atau
mencegah bahaya Napza dikalangan remaja.

Poltekkes Kemenkes Padang


112

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga pada remaja dengan
prilaku Napza

3. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan pada peneliti selanjutnya setelah dilakukannya
penelitian ini dapat melakukan asuhan keperawatan yang lebih
komprehensif dan mendalam pada remaja dengan prilaku Napza,
serta dapat mengungkap lebih banyak faktor penyebab dan
penanganan yang lebih baik pada lingkup keluarga mengenai
penyalahgunaan Napza pada remaja secara luas.

Poltekkes Kemenkes Padang


113

DAFTAR PUSTAKA

Alifia, U. (2020). Apa itu Narkotika dan Napza (A. T. Editor (ed.)). PT. Bengawan
Ilmu.

Arbiah, M. (2021). Analisa Kepribadian dan Kehidupan Sosial Remaja dengan


Orangtua dan Teman pergaulan bagi Penyalahgunaan Napza di Lembaga
Permasyarakatan Kelas II B Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 7, 43.

Asmoro, D. O. S., & Melaniani, S. (2017). Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap


Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan.
https://doi.org/10.20473/jbk.v5i1.2016.80-87

Badan Narkotika Nasional. (2020). AWAS NARKOBA MASUK DESA. BNN RI.
Efendi. (2015). Keperawatan Kesehatan Komunitas. In Salemba Medika, Jakarta.
Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
EGC.
Friedman. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset , Teori dan Praktik. In
Majalah Kedokteran Andalas.
Harnilawati. (2013a). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. pustaka As Salam.
Harnilawati. (2013b). Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi: Pustaka As
Salam.
Hasan, M. (2021). Hubungan Antara Faktor teman sebaya dengan Penyalagunaan
Napza di Kota Batu. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9, 483.

Herlina. (2013). PERKEMBANGAN MASA REMAJA (Usia 11/12 – 18 tahun).


Mengatasi Masalah Anak Dan Remaja.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jvoice.2013.08.014

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang


Kehidupan. In Psikologi Perkembangan.

IPKKI. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan


Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas
dan Masyarakat. Panduan.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkebangan. In Kencana.


Jhonson&Leny. (2010). Keperawatan Keluarga: plus contoh askep keluarga. Nuha
Medika.

Kartini, K. (1990). Psikologi Perkembangan Anak. CV.Mandar.


Kartono. (2003). Kenakalan Remaja. Jurnal Inovasi.
Marlina, A. S., Hernawaty, T., & Fitria, N. (2014). Pengalaman Residivis Remaja
114

Ketika Melakukan Tindakan Kriminal di Bawah Pengaruh NAPZA di Daerah


Kiaracondong Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan.

Mei Wulandari, C., Ajeng Retnowati, D., Judi Handojo, K., Farmasi Jember, A., Jl
Pangandaran No, I., & Indonesia, J. (2015). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA MASYARAKAT
DI KABUPATEN JEMBER. Jurnal Farmasi Komunitas.

Mindiono, I. A. (2020). Mekanisme Koping Penyalahguna NAPZA yang Menjalani


Rehabilitasi di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) At - Tauhid Jepara (Studi
Fenomenologi). PHILANTHROPY: Journal of Psychology.
https://doi.org/10.26623/philanthropy.v1i2.1069
Nations, U. (2018). World Drug Report 2018. United Nations Office on Drugs and
Crime.

Ningsih, F. K. (2019). Pengaruh Dukungan Teman Dan Keluarga Terhadap Perilaku


Pencegahan Penggunaan Napza Remaja. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah.
https://doi.org/10.30651/jkm.v4i1.1987

Octavia, S. A. (2020). Motivasi Belajar Dalam Perkembangan Remaja. In Motivasi


Belajar Dalam Perkembangan Remaja.
Partodiharjo, S. (2009). Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Esensi.
PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. In Psikologi Remaja.
https://doi.org/10.1108/09513551011032482.Bastian

Setiyani, A., & Keliat, B. A. (2019). Motivasi Remaja untuk Mengikuti Program
Rehabilitasi Napza. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
https://doi.org/10.48144/jiks.v12i2.169
Simangunsong, J. (2015). Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja (Studi Kasus
pada Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang). E-Journal UMRAH.
Sofiyah. (2011). Mengenal Napza dan Bahayanya. Be Champion.
Sudarsono. (1989). Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja.
Sudiharto. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural.
Surbakti. (2018). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. PT Elex
Media Komputindo.

Suryani, K., Hardika, B. D., & Rini, M. T. (2020). Studi Fenomenologi: Pengalaman
Remaja dalam Menggunakan Narkoba. Jurnal Keperawatan Silampari.
https://doi.org/10.31539/jks.v4i1.1601

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. In DPP
PPNI.
115

Widyanto, C. F. (2014). Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis. Nuha


Medika.

Wiratna, S. (2014). Metodologi penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami.


Pt.Pustaka Baru.

Wirdhana, I., Muin, M, E., Windrawati, W., Hendardi, A., Nuranti, A., Trihantoro, D.,
Angkawijaya, A., Isyanah, A., Suparyati, R., Marifah, K., Kusumastuti, I.,
Suharno, R., Soetriningsih, Zuhdi, A., Setiadi, E., & Susilo, P. (2013). Delapan
Fungsi Keluarga. In Direktorat Bina Ketahanan Remaja.
Zaidin, A. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga.
Zulfa, K., & Purwandari, E. (2016). Pola Keluarga Remaja Berisiko Penyalahgunaan
Napza. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi.
https://doi.org/10.23917/indigenous.v1i1.3716
116

Lampiran 1
117

Lampiran 2
118

Lampiran 3
119

Lampiran 4
120

Lampiran 5
121
122

Lampiran 6
123

Lampiran 7
124
125

Lampiran 8
126

Lampiran 9
127

Lampiran 10
128

Lampiran 11
PENGKAJIAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Ny. A
2. Alamat dan telepon : Korong Gadang, Kuranji Kota Padang
3. Komposisi Keluarga
No. Nama Hub dg KK TTL/Umur Pendidikan
1. Ny. A Ibu 23-11-1974 SLTA
2. An.A Anak 29-06-1998 SLTA
3. An. Z Anak 22-03-2003 SLTA

4. An. F Anak 17-03-2007 SD

5. An.O Anak 07-07-2010 Belum tamat


SD

Genogram :
129

Keterangan :
: : Laki-laki : Klien

: Perempuan : Cerai

: : Laki-laki meninggal : Tinggal satu rumah

: Perempuan meninggal

4. Tipe keluarga
Tipe keluarga Ny. A adalah Single Parent yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari salah satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/ angkat)
yang disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5. Suku
Keluarga An. F Memiliki suku minang. Keluarga mengatakan masih
memegang atau menganut kebiasaan dalam adat mereka. Begitu juga
dengan cara mendidik anak – anaknya.
6. Agama
Keluarga Ny. A memiliki agama islam, serta rajin melaksanakan sholat 5
waktu sesuai dengan kaidah-kaidah dalam agama islam
7. Status Sosek Keluarga
Ny. A memiliki 5 orang anak. Anak pertama sudah berkeluarga dan
tinggal bersama suaminya, anak ke 2 mempunyai usaha menjahit yang
dikerjakan bersama dengan ibunya dirumah dengan penghasilan kurang
lebih Rp. 2.000.000 /bulan, anak ke 3 terkadang membantu ibunya dengan
bekerja sebagai buruh harian lepas bersama ayah kandungnya dengan
penghasilan kurang lebih Rp. 1.000.000/bulan, sedangkan anak ke 4 yaitu
An. F sudah berenti sekolah sejak SMP dan anak ke 5 masih bersekolah.

8. Aktifitas Rekreasi Keluarga


Keluarga mengatakan untuk aktivitas rekreasi keluarga mereka tidak
terjadwal. Keluarga biasanya berkumpul sambil menonton televisi. Karena
130

keluarga Ny. A sibuk bekerja jadi untuk waktu libur digunakan untuk
beristirahat. An. F mengatakan orang tua terlalu sibuk sehingga waktu
untuk bercengkrama tidak ada, sehingga An.F lebih sering menghabiskan
waktu diluar. Anggota keluarga sibuk dengan urusan masing - masing
sehingga waktu untuk menyampaikan masalah tidak ada.

II. RIWAYAT & TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ny. A berada pada tahap perkembangan ke
-5 yaitu tahap keluarga dengan anak remaja, tugas tahap perkembangan
ini yaitu memberi kebebasan dengan tanggung jawab kepada remaja.
Mengingat remaja sudah bertambah dewasa sehingga diperlukan cara
berkomunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Pada saat ini tahap
perkembangan pada keluarga Ny. A belum terjalin begitu baik dikarnakan
An. F sedari kecil diasuh dengan neneknya sehingga An. F tidak
merasakan kehangatan dari kedua orang tuanya dan ditambah lagi dengan
perceraian kedua orang tuanya serta ditambah lagi dengan Ny. A yang
harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari membuat An. F
bingung harus menceritakan masalahnya kepada siapa, sehingga ia lebih
banyak menghabiskan waktunya diluar rumah seperti nongkrong dengan
teman atau bermain game di warnet yang membuat ia terpengaruh oleh
teman sebayanya ke dalam penyalahgunaan Napza.

2. Tugas Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi


Ny. A mengatakan bahwa ada tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi yaitu memberikan waktu dan kasih sayang untuk anak-anaknya
terutama pada An. F yang sedari kecil tinggal dengan neneknya dan
ditamabah lagi dengan perceraian kedua orangtuanya serta kesibukan
ibunya yang bekerja, sehingga anak-anaknya tidak terperhatikan
khususnya An. F yang terjerumus oleh penyalahgunaan Napza.

3. Riwayat Kesehatan keluarga inti


Pada saat pengkajian pada hari senin 19 April 2021 Ny. A mengatakan
bahwa An. F jarang pulang kerumah, susah untuk diatur, sering berbohong
131

serta melawan kepada orangtua. An. F mengatakan ia sudah tidak


bersekolah sejak kelas 1 SMP dikarnakan ia sering tidak masuk sekolah
dan lebih sering pergi dengan teman-temannya. Ia mengatakan pada saat
mengkonsumsi ganja ia merasa tenang, sulit untuk tidur, sering terbangun
dimalam hari dan lebih sering menyendiri atau menghabiskan waktu
diluar.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. A mengatakan bahwa ia memiliki
penyakit Asma sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu, An. F memiliki
penyakit asam lambung sedangkan untuk anak-anak yang lain tidak
memiliki riwayat penyakit yang serius.

III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah (Termasuk Denah)
Keluarga mengatakan rumah yang dimilikinya keluarga Ny.A adalah
sebuah kontrakan, dimana rumah tersebut terdiri dari 2 lantai. Lantai 1
terdapat 1 ruang dapur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi serta 1 ruangan
untuk usaha menjahit. Sedangkan dilantai 2 terdapat 3 kamar tidur dan 1
kamar mandi. Sumber air yang digunakan keluarga adalah air PAM, jarak
antar septic tank dengan wc kurang lebih 10 meter, serta pembuangan
limbah rumah tangga keluarga mengalir dengan baik kedalam got yang
kondisinya cukup baik.
Lantai I Lantai II

R4
R3 R5 R6
R8

R2 R1
Keterengan :
Tangga R7

R1 : Ruang usaha menjahit R5 : Kamar 1


R2 : Ruang Tamu R6 : Kamar 2
R3 : Dapur R7 : Kamar 3
132

R4 : Kamar mandi R8 : Kamar Mandi

2. Karakteristik tetangga & Komunitas RW


Tipe lingkungan keluarga Ny. A adalah lingkungan yang cukup nyaman,
jarak rumah dengan tetangganya cukup dekat dan rapat, tetangga dengan
mayoritas warganya bersuku minang dan beragama islam. Tipe pekerjaan
komunitas tetangga Ny. A mayoritas bekerja sebagai pedagang.

3. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga mengatakan bahwa ia sering berpindah-pindah atau nomaden dan
rumah yang saat ini ditempati menurutnya sudah cukup nyaman dan
ditambah lagi dengan usaha yang ia kerjakan dirumah.

4. Perkumpulan keluarga & Interaksi dengan masyarakat


Keluarga mengatakan hubungan dengan masyarakat cukup baik antar
sesama tetangga, keluarga mengatakan sering mengikuti kegiatan yang ada
dilingkungan tempat tinggalnya seperti bergotong-royong atau pengajian
yang ada di lingkungannya, namun semenjak terjadi pandemi sudah jarang
warga yang mengadakan kegiatan dilingkungan sekitar, sedangkan
keluarga Ny. A mengatakan bahwa An. F sangat susah dan tidak mau
diajak berpartisipasi di acara kegiatan yang ada di lingkungannya , ia lebih
memilih untuk pergi menghabiskan waktu bersama teman-temannya atau
bermain game di warnet.

5. Sistem Pendukung Keluarga


Keluarga mengatakan memiliki sistem keluarga yang cukup erat, apabila
ada anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain
memberikan dorongan atau mengingatkan serta mengantar berobat ke
pelayanan kesehatan. Keluarga juga mempunyai kartu jaminan kesehatan
yang bisa digunakan sebagai pendukung keluarga dalamberobat.
133

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola Komunikasi keluarga
Keluarga Ny. A mempunyai pola komunikasi yang terbuka dimana
dilakukan secara efektif, keluarga mengatakan jika ada masalah yang
sangat penting mereka selalu membicarakan dengan anggota keluarga
untuk menyelesaikannya secara bersama-sama. Tetapi karna kesibukan
Ny. A untuk bekerja membuat komunikasi antar keluarga menjadi jarang
dan juga membuat anak-anak sibuk dengan urusannya masing-masing,
ditambah lagi dengan An. F yang sulit untuk diatur dan melawan kepada
orangtua.

2. Struktur kekuatan keluarga


Pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah oleh keluarga,
keluarga mengatakan berusaha saling menghargai pendapat setiap anggota
keluarga.

3. Struktur peran
Ny. A berperan sebagai ayah dan ibu untuk semua anak-anaknya, Ny.A
juga berperan sebagai pengatur dan pengontrol pemasukan dan
pengeluaran keluarga serta mengurus pekerjaan rumah. Sedangkan Anak-
anak membantu orang tua dan berperan dalam memperbaiki kehidupan
serta ekonomi dengan belajar dengan baik dan giat. Keluarga Ny. A belum
mengetahui peran peran sebagai orang tua denggan remaja perilaku
NAPZA.

4. Nilai dan Norma Budaya


Keluarga An.F menganggap nilai dan norma dalam keluarga sesuai dengan
apa yang ada pada masyarakat seperti sopan santun dengan sesama
manusia, saling menghargai dan menghormati.
134

V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga mengatakan mereka menghargai satu sama lain dimana mereka
sama-sama merasakan perasaan memiliki dan saling menjaga dan
mendukung satu sama lain.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga mengatakan hubungan keluarga dengan tetangga berjalan dengan
baik dan lancar serta tidak ada masalah, keluarga juga sering mengikuti
kegiatan yang ada dirumahnya, tetapi An. F mengatakan ia jarang bahkan
tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada dilingkungannya ia lebih
memiih pergi berkumpul dengan teman-temannya atau bermain game
diwarnet atau mengurung diri dikamar, terkadang ia juga merasa malu
dengan teman-teman yang lain karna ia sudah berhenti sekolah.
3. Fungsi Ekonomi
Ny.A mengatakan penghasilannya hanya cukup untuk kehidupan sehari-
hari, Ny. A mengatakan akan membeli sesuatu berdasarkan kebutuhkan
bukan karena keinginan.
4. Fungsi Reproduksi
Ny. A mengatakan ia memiliki 5 orang anak dari pernikahan dengan Tn.
H sebelum akhirnya mereka berpisah. Sebelumnya tidak ada anggota
keluarga yang mengalami masalah penyalahgunaan Napza
5. Fungsi Perawatan Keluarga (5 Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga)

Keluarga Ny.A mengatakan sehat adalah apabila keluarga masih dapat


melakukan aktivitas dengan normal dan tanpa gangguan, dan sedangkan
sakit adalah dimana jika anggota keluarga tidak dapat melakukan aktivitas
secara normal karena sakit. Keluarga Ny. A mengatakan belum tau cara
merawat anggota keluarga dengan remaja perilakuNAPZA

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek
Ny. A mengatakan ia merasa cemas tidak bisa memenuhi kebutuhan anak-
anaknya, ia juga merasa cemas pada An. F jika terjerumus kembali ke
135

dalam penyalahgunaan Napza dan anak F mengatakan bahwa ia merasa iri


melihat remaja seumur dia sedang bersekolah
2. Stressor Jangka Panjang
Ny. A mengatakan ia merasa cemas karna belum bisa memiliki rumah
tetap dan juga kebutuhan yang semakin meningkat, Ny. A juga
mencemaskan masa depan anak-anaknya terutama pada An. F yang
berhenti sekolah dan lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah ia
mencemaskan jika anaknya makin terjerumus kedalam penyalahgunaan
Napza.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap Masalah
Keluarga Ny. A mengatakan tindakan untuk stressor jangka pendek adalah
keluarga berusahan selalu untuk mengingatkan An. F dengan masalah
NAPZA, sedangkan untuk stressor jangka panjang keluarga mengatakan
masih melakukan konsultasi kepada pihak yayasan rehabilitasi.
4. Strategi Koping yang digunakan
Keluarga Ny. A selalu berusaha memberikan dukungan dan perhatian
kepada anggota keluarga yang sedang mengalami masalah khususnya pada
An. F dengan perilaku NAPZA
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga mempunyai adaptasi disfungsional karena keluarga
menggunakan kekerasan verbal dalam menghadapi masalah seperti akan
memarahi anaknya jika tidak mendengarkan perkataan orang tua dan
marah apabila anak tidak menurut dengan perkataan orang

VII. HARAPAN KELUARGA

Harapan dari keluarga Ny. A semoga An. F bisa lebih bertanggung jawab atas
dirinya sendiri, tidak mencoba kembali dengan penyalahgunaan Napza, dan
tidak terjerumus didalam hal dengan perilaku menyimpang yang tidak baik.
An.F berharap semoga ia tidak menggunakan zat-zat berbahaya lainnya. An.
F ingin sembuh dan menjalankan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya
serta dapat bersekolah kembali.
136

VIII. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA


No Pemeriksaa Ny. A An. A An. Z
. n fisik
1. Keadaan TB:154cm TB:156cm TB:160cm
umum BB : 50kg BB : 55kg BB : 65kg
TD:130/70mmH TD:110/80mmH TD:120/80mmH
g N :80 x/i g N :80 x/i g N :85 x/i
P:19 x/i P:19 x/i P:19 x/i
S:36,4c S:36,4c S:36,4c
2. Kepala Bersih, benjolan Bersih, benjolan Bersih, benjolan
tidak ada , kulit tidak ada, kulit tidak ada, kulit
kepala bersih kepala bersih kepala bersih
3. Rambut Bersih, pendek, Bersih Bersih, pendek,
hitam hitam
4. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak
ikhterik ikhterik ikhterik
5. Hidung Bersih, penciuman Bersih, penciuman Bersih, penciuman
baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada
sekret sekret sekret
6. Telinga Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan
kanan, ada sedikit kanan, tidak ada kanan, tidak ada
serumen, serumen, serumen,
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik
7. Mulut Lidah bersih, Lidah bersih, Lidah bersih,
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
lembab lembab lembab
8. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjaran tiroid
9. Dada Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan
kanan, tidak ada kanan, tidak ada kanan, tidak ada
tanpak luka lecet tanpak luka lecet tanpak luka lecet
10. Paru I : pergerakan dada I : pergerakan dada I : pergerakan dada
kiri dan kanan kiri dan kanan kiri dan kanan
P : fremitus kiri dan P : fremitus kiri dan P : fremitus kiri dan
kanan kanan kanan
P : sonor P : sonor P : sonor
A : tidak ada bunyi A : tidak ada bunyi A : tidak ada bunyi
nafas tambahan nafas tambahan nafas tambahan
11. Jantung I : iktus cordis tidak I : iktus cordis tidak I : iktus cordis tidak
terlihat terlihat terlihat
P : iktus cordis P : iktus cordis P : iktus cordis
teraba teraba teraba
P : redup P : redup P : redup
A: irama jantung A: irama jantung A: irama jantung
teratur teratur teratur
12. Abdomen I : tidak ada I : tidak ada I : tidak ada
pembesaran pada pembesaran pada pembesaran pada
137

abdomen abdomen abdomen


P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri
tekan tekan tekan
P : timpani P : timpani P : timpani
A : bising usus A : bising usus A : bising usus
normal normal normal
13. Ekstremitas Tidak ada masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
14. Genitalia Tidak ada masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
138

No. Pemeriksaan fisik An. F An. O


1. Keadaan umum TB: 150 cm TB:130cm
BB : 37kg BB : 40 kg
TD:110/80mmHg TD:100/90mmHg
N :70 x/i N :78 x/i
P:19 x/i P:19 x/i
S:36,4c S:36,4c
2. Kepala Bersih, benjolan tidak ada, Bersih, benjolan tidak ada,
kulit kepala bersih kulit kepala bersih
3. Rambut Bersih, ikal, hitam Bersih
4. Mata Konjungtiva anemis, Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikhterik sklera tidak ikhterik
5. Hidung Bersih, penciuman baik, Bersih, penciuman baik, tidak
tidak ada s ekret ada sekret
6. Telinga Simetris kiri dan kanan, Simetris kiri dan kanan, tidak
ada sedikit serumen, ada serumen, pendengaran
pendengaran baik baik
7. Mulut Lidah bersih, mukosa bibir Lidah bersih, mukosa bibir
kering lembab
8. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
9. Dada Simetris kiri dan kanan, Simetris kiri dan kanan, tidak
tidak ada tanpak luka lecet ada tanpak luka lecet
10. Paru I : pergerakan dada kiri I : pergerakan dada kiri dan
dan kanan kanan
P : fremitus kiri dan kanan P : fremitus kiri dan kanan
P : sonor P : sonor
A : tidak ada bunyi nafas A : tidak ada bunyi nafas
tambahan tambahan
11. Jantung I : iktus cordis tidak I : iktus cordis tidak terlihat
terlihat P : iktus cordis teraba
P : iktus cordis teraba P : redup
P : redup A: irama jantung teratur
A: irama jantung teratur
12. Abdomen I : tidak ada pembesaran I : tidak ada pembesaran pada
pada abdomen abdomen
P : tidak ada nyeri tekan P : tidak ada nyeri tekan
P : timpani P : timpani
A : bising usus normal A : bising usus normal
13. Ekstremitas Tidak ada masalah Tidak ada masalah
14. Genitalia Tidak ada masalah Tidak ada masalah
139

ANALISA DATA
No. Data Masalah Penyebab
1. Data Subjektif Koping tidak Kurang informasi
 Anak F mengatakan ia tidak efektif keluarga dalam
mampu mengatasi masalah masalah remaja
yang ia hadapi dengan perilaku
 Keluarga Anak F NAPZA
mengatakan khawatir dengan
masa depann anak F
 Keluarga Anak F
mengatakan anak F lebih
suka bermain dibandingkan
mengikuti aktivitas sosial
dilingkungan
 Ny. A mengatakan anak F
sering berbohong kepada
dirinya jika ditanya mengenai
sekolahnya
 Keluarga mengatakan jika
dirumah anak F lebih suka
menyediri dikamar
dibandingkan berkumpul
dengan keluarganya
Data Objektif
 Anak F memakai Napza jenis
ganja (Penyalahgunaan Zat)
 Perilaku tidak asertif
 Anak F mengatakan enggan
untuk berpartisipasi atau
bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar
2. Data Subjektif Gangguan pola Ketidakmampuan
 Anak F mengatakan sulit tidur keluarga
untuk tidur merawat anggota
 Anak F mengatakan sering keluarga pada
terjaga dimalamhari Remaja dengan
 Anak F mengatakan jam perilaku NAPZA
tidur tidak teratur dan
sering tidak pulang
kerumah akibat ajakan
temannya untuk berkumpul
hingga larut malam
 Sering merasakan sakit
kepala
Data objektif
 Mata tampak merah akibat
pola tidur yang tidak teratur
 Anak F tampak
140

kurangbergairah
 Anak F tampak tidak
bersemangat
melakukanaktivitas
 Wajah tampak lemas
3. Data subjektif : Manajemen Banyaknya
kesehatan keluarga tuntutan dalam
 Keluarga mengatakan
tidak efektif keluarga
terlalu sibukbekerja
 Keluarga mengatakan
belum mengetahui peran
sebagai orang tua
menyikapi perilakuanak
– anaknya
 Keluarga mengatakan tidak
mengetahui cara merawat
anggota keluarga pada
remaja dengan
perilakuNAPZA
Data objektif :
 Keluarga anak F
khususnyaibu A terlalu
sibuk bekerja
 Kurangnya komunikasi
antar keluarga
 Keluarga yang tidak utuh
 Keluarga terlihat tidak
memahami cara merawat
anggota keluarga pada
remaja dengan perilaku
NAPZA.
141

PRIORITAS MASALAH
1. DX : Koping tidak efektif berhubungan dengan kurang informasi
keluarga dalam masalah remaja dengan prilaku Napza
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat Masalah 1 3/3x1 =1 Anak F mengatakan
 Aktual = 3 ia tidak mampu
 Resiko = 2 mengatasi masalah
 Potensial = 1 yang ia hadapi

2. Kemungkinan Masalah Dapat 2 2/2x2 =2 Kemungkinan


Diubah masalah ini dapat
 Tinggi = 2 diubah jika anak F
 Sedang = 1 mendapatkan
 Rendah = 0 motivasi dan
semangat dari
keluarga
3. Potensial untuk dicegah 1 3/3x1 =1 Potensial masalah ini
 Mudah = 3 dapat dicegah tinggi
 Cukup = 2 jika anak Fmengikuti
 Tidak dapat = 1 dengan benar cara
mengatasi koping
tidak efektif
4. Menonjolnya masalah 1 2/2x1=1 Keluarga melihat
 Masalah dirasakan, dan adanya permasalahan
perlu segera ditangani = 2 pada anak F jika
 Masalah dirasakan = 1 tidak segera
 Masalah tidak dirasakan = ditangani maka dapat
0 menyebabkan
kepada masalah yang
lebih serius
Total Skore 4
142

2. DX : Gangguan pola tidur berhubungan dengan Ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga pada Remaja dengan perilaku
Napza

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat Masalah 1 3/3x1 =1 Masalah ini
 Aktual = 3 dikatakan actual,
 Resiko = 2 dibuktikan oleh
 Potensial = 1 anak Fmengatakan
sulit tidur, merasa
tidak puas setelah
tidur, dan sering
terbangun tengah
malam

2. Kemungkinan Masalah Dapat 2 1/2x2: 1 Kemungkinan


Diubah masalah ini dapat
 Tinggi = 2 diubah jika anak F
 Sedang = 1 mendapatkan
 Rendah = 0 motivasi dan
semangat dari
keluarga
3. Potensial untuk dicegah 1 2/3x1 =0.66 Potensial masalah ini
 Mudah = 3 cukup dapat dicegah
 Cukup = 2 jika anak Fmengikuti
 Tidak dapat = 1 dengan benar cara
mengatasi gangguan
pola tidur
4. Menonjolnya masalah 1 2/2x1=1 Keluarga melihat
 Masalah dirasakan, dan adanya permasalahan
perlu segera ditangani = 2 pada anak F jika
 Masalah dirasakan = 1 tidak segera
 Masalah tidak dirasakan = ditangani maka dapat
0 menyebabkan
gangguan fisik dan
psikologis pada anak
F
Total Skore 3.66
143

3. DX : Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


Banyaknyatuntutan dalam keluarga

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat Masalah 1 2/3x1 = 0.66 Masalah ini
 Aktual = 3 dikatakan resiko,
 Resiko = 2 dibuktikan oleh
 Potensial = 1 anak F
mengatakan bahwa
orangtuanya terlalu
sibuk

2. Kemungkinan Masalah Dapat 2 1/2x2: 1 Kemungkinan


Diubah masalah ini
 Tinggi = 2 diubah sebagian
 Sedang = 1 jika keluaga
 Rendah = 0 memberikan
perhatikan
dan semangat kepada
anak F
3. Potensial untuk dicegah 1 2/3x1 = 0.66 Potensial masalah
 Mudah = 3 anak F cukup dapat
 Cukup = 2 dicegah karena
 Tidak dapat = 1 informasi yang telah
diterima oleh
keluarga
4. Menonjolnya masalah 1 2/2x1=1 Keluarga
 Masalah dirasakan, dan merasakan adanya
perlu segera ditangani = 2 masalah pada anak
 Masalah dirasakan = 1 F dan menyadari
 Masalah tidak dirasakan = bila ini tidak
0 segera ditangani
akan berakibat
pada tugas dan
perkembangan
keluarga tidak
tercapai dengan
baik
Total Skore 3.32
144

PRIORITAS MASALAH DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Koping tidak efektif berhubungan dengan kurang informasi keluarga dalam masalah
remaja dengan perilaku Napza
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga pada Remaja dengan perilaku Napza
3. Menejement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan banyaknya
tuntutandalam keluarga
145

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Rencana Evaluasi Rencana
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Tidakan
Koping tidak Setelah Dalam 1. Keluarga mampu 1.Napza adalah singkatan 1) Membina
efektif dilakukan kunjungan menyebutkan pengertian dari hubungan
berhubungan tindakan selama 1x 30 NAPZA (Narkotika,Psikotropika salingpercaya
dengan kurang keperawata menit NAPZA yaitu obat yang dan Zat Adiktif lainnya) 2) Gali
informasi n selama 2 keluarga terbuat dari tumbuhan adalah bahan/zat/obat yang pengetahuan
keluarga dalam minggu, dapat : apabila disalagunakan bila masuk ke dalam tubuh tentangNAPZA
masalah remaja diharapkan 1.Mengenal akan menimbulkan dapat merusak system saraf 3) Diskusikan
dengan perilaku keluarga masalah gangguan pada sistem dan menyebabkan bersama keluarga
Napza klien dapat tentang syaraf otak dan ketergantungan mengenai
memahami NAPZA organtubuh pengertian,
NAPZA dan a. penyebab, tanda
akibatnya Menyebutkan dan gejala,
pengertian penyebab, akibat,
NAPZA, tanda dan cara
gejala, pencegahan
penyebab, NAPZA
akibat, dan 4) Tanyakan
cara kembali kepada
pencegahan keluarga
penyalahgunaa mengenai
n NAPZA pengertian,
penyebab,
tanda, akibat, dan
cara pencegahan
NAPZA
5) Berikan pujianatas
146

jawaban keluarga
danklien
6) Edukasi
tentang
penyalahgunaan
NAPZA,tanda
gejala dan
upaya pencegahan

2. Keluarga mampu 2. Tanda-tanda fisik 1) Gali kembali


menyebutkan 5 dari pengguna dengan Pengetahuan
10 tanda dan gejala perilaku NAPZA keluarga dan
NAPZA Seperti: ialah sebagai berikut: klien tentang
a. Matamerah a. Matamerah tanda dan
b. Mulutkering b. Mulutkering gejalaNAPZA
c. Dayaingat c. Bibir 2) Diskusikan
menurun berwarna coklat Kembali
d. Bibir berwarna d. Perilaku tidakwajar pengertian
coklat e. Daya ingat dan tanda
e. Wajahpucat menurun gejala
f. Mudah marah f. Mataberair NAPZA
g. Badanlesu 3) Diskusikan
h. Mudahmarah kembali
i. Wajahpucat tentang tanda
j. Cenderung dan gejala
menarikdiri NAPZA.
147

4) Berikan
Reinforcement
positif kepada
keluarga

3. Kelurga mampu 3. Faktor penyebab 1) Gali kembali


menyebutkan faktor remaja dengan Pengetahuan
penyebab perilaku NAPZA keluarga
penyalahgunaan dipengaruhi oleh faktor
NAPZA a. Factorinternal penyebab dari
a. Kurang a) Kurang perilakuNAPZ
menghayati menghayati nilai- A
nilai agama nilaiagama 2) Diskusikan
b. Keluarga b) Keluarga dapat kembali
menyadi faktor menjadi factor mengenai faktor
penyalahgunaa n penyalahgunaan penyebab dari
NAPZA, sepeti NAPZA pada perilakuNAPZA
keluarga remaja seperti 3) Tanyakan
brokenhome keluarga broken kembali faktor
c. Pergaulan home, penyebab dari
bebas ketidakutuhan perilakuNAPZA
keluarga, 4) Berikan
hubungan yang reinforcemen
tidak harmonis positif terhadap
dengananak tindakan keluarga
c) Ekonomi, yangbenar
148

ekonomi
tercukupi tetapi
seorang remaja
kurang
memperoleh
perhatian yang
cukup
darikeluarga
b.Faktor ekternal
a) Pergaulan, teman
sebaya
mempunyai
pengaruh yang
kuat bagi
terjerumusnya
seorang remaja
kedalam lembah
NAPZA
b) Sosial masyarakat
yang berpengaruh
terhadaplingkungan

4. Keluarga mempu 4. Cara pencegahan yang 1. Gali kembali


menyebutkan cara dapat dilakukan pada Pengetahuan keluarga
pencegahan NAPZA perilaku mengenai pencegahan
a. Sikap dan NAPZA adalah Napza pada remaja
tingkah laku a. Sikap dan tingkah
laku remaja 2. Diskusikan kembali
149

remaja dibutuhkan mengenai cara


dibutuhkan perhatian dan pencegahan Napza
perhatian dan Bimbingan dari 3.Tanyakan kembali
bimbingan dari orangtua kepada keluarga
orangtua b. Emosional Untuk mengenai cara
b. Emosional, mendapatkan pencegahan Napza
untuk kebebasan 4. Berikan
mendapatkan emosional, reinforcemen positif
kebebasan dibutuhkan terhadap tindakan
emosional, bimbingan dari keluarga yangbena
dibutuhkan keluarga secara
bimbingan dari bertahap dalam
keluarga secara menentukan
bertahap dalam keputusannya.
menentukan c. SosialUntuk
keputusannya. mencapai tujuan
c. Sosial, untuk perkembangan,
mencapai tujuan remaja harus
perkembangan belajar bergaul
remaja harus dengan semua
belajar bergaul orang dan orang
dengan semua tua harus
orang dan orang memberika contoh
tua membantu yang baik dalam
dalam bersosialisasi
menanamkan d. Pembentukan
budi pekerti dan identitas diri.
akhlak yang baik. Orang tua
memiliki peran
penting dalam
150

proses identifikasi
ini karna
pembentukan
identitas diri
sangat
berpengaruh pada
kehidupan remaja
nantinya

2. Mengambil 1. Keluarga mampu 1.Akibat dari 1) Jelaskan pada


keputusan menyebutkan penyalahgunaan Napza keluarga tentang
dalam akibat yang pada remaja akibat dari
melakukan ditimbulkan dari a.Prestasi anak disekolah penggunaan
tindakan penyalahgunaan menurun penyalahgunaan
kesehatan Napza pada remaja b. Bersikap Apatis NAPZA
untuk c.Sering berbohong untuk 2) Motivasi
mengatasi mendapatkan sesuatu keluarga untuk
penyalahgunaa d.Pulang larut malam memutuskan
n NAPZA tindakan.
3) Beri
reinforcement
positif atas
2. Keluarga mampu jawaban.
memutuskan
tindakan yang dapat
diambil dalam
mengatasi perilaku
penyalahgunaan
NAPZA : Seperti
mengikuti kegiatan
151

sosial, meningkatan
kegiatan spiritual
3.Keluarga 3. Keluargamampu Cara penanganan dan 1) Jelaskan pada
mampu menyebutkan 3 dari 4 pencegahan remaja Keluarga tentang
melakukan perawatan yang dapat dengan perilaku NAPZA Perawatan dan
perawatan dilakukan pada remaja dapat dilakukan sebagai pencegahan
terhadap berperilaku NAPZA berikut: penyalahgunaan
remaja yang a. Keluarga a. Keluarga dapat NAPZA
berperilaku dapat meningkatkan 2) Diskusikan
NAPZA meningkatkan kegiatan spiritual dengan keluarga
a. kegiatan dalam kelurga untuk
Menjelaskan spiritual dalam b. Melakukan memutuskan apa
cara merawat kelurga kegiatan kegiatan yang akan
remaja dengan b. Melakukan sosial dan dilakukan
perilaku kegiatan kegiatan pengembangan padapencegahan
NAPZA sosial dan bakat Dan perawatan
pengembangan perilakuNAPZA
bakat 3) Motivasi keluarga
untuk melakukan
perawatan
4) Berikan
reinforcement
positif atas
jawaban dan
aktivitas keluarga.
4.Keluarga Keluarga mampu Lingkungan yang baik 1) Diskusikan
dapat memodifikasi lingkungan bagi penyalahgunaan dengan keluarga
Memodifikasi dengan baik NAPZA cara memelihara
lingkungan a. Memanfaatkan a) Keluarga yang taat lingkungan yang
yang baik sarana dan melakukan kegiatan nyaman dan
152

prasarana pendekatamspiritual tenang


dilingkungan b) Keluarga yang 2) Motivasi
rumah memberi dukungan keluarga untuk
b. Suasana rumah kepada anggota memodifikasi
tenang dan tidak keluarga lingkungan
ada konflik. c) Keluarga dan 3) Berikan
c. Melakukan masyarakat yang reinforcement
kegiatan rutin, aktif dalam kegiatan positifterhada
dan pendekatan sosial p tindakan
spiritual tentangkesehatan yang benar.
5. Keluaga Keluarga mampu Fasilitas kesehatan 1) Gali pengetahuan
mampu memanfaatkan fasilitas yang keluarga tentang
memanfaa kesehatan yang dapat Dapat digunakan pada fasilitas kesehatan
tkan digunakan: remaja dengan dan manfaat
fasilitas a. Puskesmas perilaku fasilitas kesehatan
kesehatan b. Dokterpraktek NAPZA 2) Diskusikan tentang
c. Puskesmas 1. Bidan fasilitas kesehatan
d. Rumahsakit 2. Pustu yang akan
3. Puskesmas digunakan dan
4. Rumahsakit manfaat yang
dirasakan
3) Motivasi keluarga
untuk rutin periksa
kesehatan

Gangguan pola Setelah Dalam 1. keluarga dapat mengerti 1.Gangguan pola tidur 1. Gali pengetahuan
tidur dilakukan kunjungan mengenai gangguann pola adalah kesukaran dalam keluarga mengenai
berhubungan tindakan selama 1x 30 tidur memulai dan gangguan pola tidur
dengan keperawata menit a. Gangguan pola tidur mempertahankan tidur yang terjadi didalam
Ketidakmampu n selama 3 keluarga adalah gangguan kualitas sehingga tidak dapat keluarga
153

an keluarga minggu, dapat : dan kwantitas waktu tidur memenuhi kebutuhan tidur 2. gali pengetahuan
merawat diharapkan 1.Keluarga akibat dari faktor yang adekuat keluarga mengenai
anggota keluarga dank lien eksternal pengertian gangguan
keluarga pada Klien dapat dapa pola tidur, penyebab,
Remaja dengan memahami Mengenal tanda gejala dan akibat
perilaku Napza gangguan masalah dari gangguan pola
pola tidurdan tentang tidur
akibatnya gangguan 3. Diskusikan bersama
pola tidur keluarga mengenai
gangguan pola tidur
a.Keluarga 4. Berikan
dapat reinforcement
menyebutkan positifpada jawaban
apa itu yang tepat
gangguan
pola tidur,
penyebab
gangguan
pola tidur,dan
akibat dari
gangguan
pola tidur
154

b.Keluarga mampu b.Penyebab gangguan pola 1. Gali pengetahuan


menyebutkan 4 dari 6 tidur keluarga mengenai
penyebab gangguan pola a) Gangguan fisik gangguan pola tidur
tidur b) Hambatan lingkungan 2. Diskusikan bersama
a) Gangguan fisik c) Pengaruh Obat-obatan keluarga mengenai
b) Hambatan lingkungan d) Kurangnya Kontrol tidur penyebab gangguan
c) Pengaruh Obat-obatan e) Kurang privasi pola tidur
d) Kurangnya Kontrol f) gangguan kejiawaan 3. Memotivasi Keluarga
tidur untuk meningkatkan
pola tidur yang baik
4.Berikan
reinforcement
positifpada jawaban
yang tepat

c.Keluarga mampu c.Akibat dari gangguan 1. Gali pengetahuan


menyebutkan 4 dari 6 pola tidur keluarga mengenai
akibat gangguan pola tidur a) sulit untuk akibat gangguan pola
a) sulit untuk berkonsentrasi tidur
berkonsentrasi b) mudah marah 2. Diskusikan bersama
b) mudah marah c) penurunan system imun keluarga mengenai
c) penurunan system imun d) daya ingat menurun akibat gangguan pola
d) daya ingat menurun e) meningkatkan tidur
kecemasan 3. Memotivasi Keluarga
155

f) meningkatkan resiko untuk meningkatkan


kondisi medis pola tidur yang baik
4.Berikan
reinforcement
positifpada jawaban
yang tepat
2.Keluarga 1. keluarga mampu Keluarga menyatakan 1. Jelaskan pada
dapat menyebutkan akibat dari keputusan dalam mengatasi Keluarga tentang
Mengambil gangguan pola tidur remaja dengan gangguan dampak dari gangguan
keputusan pola tidur pola tidur
dalam 2. keluarga mampu 2. Jelaskan pada
melakukan memutuskan tindakan keluarga bahwa
tindakan yang bisa diambil dalam gangguan pola tidur
kesehatan pengambilan keputusan berdampak pada
untuk adalah dengan membuat kesehatan remaja
mengatasi jadwal kegiatan sehari- tersebut
gangguan pola hari, Kontrol lingkungan, 3. Motivasi keluarga
tidur mengatur suasana untuk memutuskan
komunikasi keluarga yang tindakan
baik untuk meningkatkan 4. Beri reinforcement
kualitas tidur positif atasjawaban
3.Keluarga Keluarga mampu Cara pencegahan/ 1. Gali pengetahuan
mampu menyebutkan 2 dari 3 penanganan remaja dengan keluarga mengenai
melakukan perawatan yang dapat gangguan pola tidur cara pencegahan
perawatan dilakukan pada remaja a.Mengatur jadwal tidur gangguan pola tidur
terhadap dengan gangguan pola dengan membuat catatan 2. diskusikan kembali
remaja yang tidur atau kegiatan sehari-hari bersama keluarga
mengalami a.Mengatur jadwal tidur dari pagi hari hingga mengenai gangguan
gangguan pola dengan membuat catatan malam hari pola tidur
tidur atau kegiatan sehari-hari b. Kontrol Lingkungan 3. Tanyakan
156

dari pagi hari hingga dengan membuat kembali kepada


malam hari lingkungan atau kamar klien dan keluarga
b. Kontrol Lingkungan menjadi nyaman untuk cara perawatan
dengan membuat tidur gangguan pola
lingkungan atau kamar c. mengatur suasana dalam tidur
menjadi nyaman untuk rumah yang baik dengan 4.Berikan pujian
tidur menghindari konflik dalam atas jawaban
keluarga keluarga
yangbenar.
4. keluarga Keluarga mampu Lingkungan yang baik 1.Diskusikan
mampu memodifikasi lingkungan bagi remaja dengan dengan keluarga
Memodifikasi dengan baik gangguan pola tidur cara memelihara
lingkungan a. Memanfaatkan a.Keluarga yang taat lingkungan yang
yang baik dan sarana dan melakukan kegiatan nyaman dan tenang
nyaman prasarana pendekatan spiritual 2.Motivasikeluarga
dilingkungan b.Keluarga yang untuk memodifikasi
rumah memberi dukungan lingkungan
b. Suasana rumah tenang kepada remaja 3.Lakukan kunjungan
dan tidak ada konflik c Keluarga dengan suasana untuk mengevaluasi
c. Melakukan kegiatan rumah yang tenang tanpa kemampuan keluarga
rutin dan pendekatan konflik dalam memelihara
spritual lingkunganyang baik
4.Berikan
reinforcement positif
terhadap tindakan yang
benar.
5.Keluarga Keluarga mampu Fasilitas kesehatan yang 1.Gali pengetahuan
mampu dalam memanfaatkan fasilitas dapat digunakan pada keluarga tentang
memanfaatkan kesehatan yang keluarga fasilitas kesehatan
fasilitas dapatdigunakan : 1. Bidan 2.Diskusikan tentang
157

kesehatan a. Puskesmas 2. Pustu fasilitas kesehatan yang


b. Dokterpraktek 3. Puskesmas akan digunakan dan
c. Bidan 4. Rumahsakit manfaat yang dirasakan
d. Puskesmas 3.Motivasi keluarga
e. Rumahsakit untuk rutin periksa
kesehatan
4.Berikan
reinforcement positif
terhadap tindakanbenar
Menejement Setelah Dalam 1. keluarga dapat mengerti a.manajement kesehatan 1. gali pengetahuan
kesehatan dilakukan kunjungan mengenai Manajement keluarga tidak efektif keluarga tentang
keluarga tidak tindakan selama 1x 30 keluarga tidak efektif a.adalah pola penanganan manajement keluarga
efektif keperawata menit a. manajement keluarga masalah kesehatan dalam tidak efektif
berhubungan n selama 3 keluarga tidak efektif adalah keluarga tidak memuaskan 2. diskusikan bersama
dengan minggu, dapat : ketidakmampuan keluarga untuk memulihkan kondisi keluarga mengenai
banyaknya diharapkan 1.Keluarga dalam mengidentifikasi, kesehatan anggota keluarga manajement keluarga
tuntutan dalam keluarga dan klien mengelola dan atau tidak efektif
keluarga Klien dapat dapat menemukan bantuan 3. motivasi keluarga
memahami Mengenal untuk mempertahankan untuk meningkatkan
manajement masalah kesehatan manajement keluarga
kesehatan manajemen 4.Berikan
keluarga kesehatan reinforcement positif
tidak efektif keluarga terhadap tindakanbenar
tidak efektif
a.keluarga
dapat
menyebutkan
pengertian
manajement
keluarga
158

tidak efektif,
penyebab
manajement
keluarga
tidak efektif b.Keluarga mampu b.Penyebab Manajement 1. gali pengetahuan
menyebutkan 4 dari 7 kesehatan keluarga tidak keluarga tentang
Penyebab Manajement efektif manajement keluarga
keluarga tidak efektif a)kompleksitas system tidak efektif beserta
a)kompleksitas system pelayanan kesehatan penyebabnya
pelayanan kesehatan b)kompleksitas program 2. diskusikan bersama
b)kompleksitas program perawatan/pengobatan keluarga mengenai
perawatan/pengobatan c)konflik pengambilan manajement keluarga
c)konflik pengambilan keputusan tidak efektif beserta
keputusan d)kesulitas ekonomi penyebabnya
d)kesulitas ekonomi e)banyak tuntutan 3. motivasi keluarga
f) konflik keluarga untuk meningkatkan
g) ketidakadekuatan manajement keluarga
keterampilan komunikasi 4.Berikan
reinforcement positif
terhadap tindakanbenar
2.Mengambil keluarga mampu Keluarga menyatakan 1. Gali pengetahuan
keputusan memutuskan tindakan keputusan dalam mengatasi keluarga mengenai
dalam yang bisa diambil dalam Manajemen keluarga tidak Manajemen keluarga
melakukan pengambilan keputusan efektif. Yaitu dengan tidak efektif
tindakan adalah dengan meluangkan waktu untuk 2. Jelaskan kepada
kesehatan meluangkan waktu untuk keluarga,seling keluarga mengenai
untuk keluarga, saling berkomunikasi antar manajemen keluarga
manajemen berkomunikasi antar keluarga,serta saling tidak efektif dan
keluarga tidak keluarga dan saling menghargai dan membimbing keluarga
efektif menghormati antar menghormati dalam mengambil
159

sesama keluarga keputusan


3. motivasi keluarga
untuk memutuskan
tindakan yang dapat
diambil pada keluarga
4. berikan
reinforcement positif
pada keluarga
3.Keluarga Keluarga mampu Cara penanganan 1. Gali pengetahuan
mampu menyebutkan 2 dari 3 Manajemen keluarga tidak keluarga mengenai
melakukan perawatan yang dapat efektif manajemen keluarga
perawatan dilakukan untuk a.Meluangkan waktu untuk tidak efektif
pada mengatasi Manajemen keluarga 2. Diskusikan
Manajemen keluarga tidak efektif b.saling berkomunikasi mengenai tindakan
keluarga tidak a. Meluangkan waktu antar sesama keluarga yang dapat diambil
efektif untuk keluarga c. saling menghormati dan dalam Manajemen
b. saling berkomunikasi menghargai antar sesama keluarga tidak efektif
antar sesama keluarga anggota keluarga 3. Tanyakan
kembali kepada
klien dan keluarga
mengenai cara
perawatan
manajemen keluara
tidak efektif
4. Berikan pujian atas
jawaban keluarga
yangbenar.

4.Keluarga Keluarga mampu Lingkungan yang baik 1.Diskusikan


mampu memodifikasi lingkungan a.Keluarga yang taat dengan keluarga
160

Memodifikasi dengan baik melakukan kegiatan cara memelihara


lingkungan a. Memanfaatkan pendekatan spiritual lingkungan yang
yang baik dan sarana dan b.Keluarga yang nyaman dan tenang
nyaman prasarana memberi dukungan 2.Motivasikeluarga
dilingkungan kepada remaja untuk memodifikasi
rumah c Keluarga dengan suasana lingkungan
b. Suasana rumah tenang rumah yang tenang tanpa 3.Lakukan kunjungan
dan tidak ada konflik konflik untuk mengevaluasi
c. Melakukan kegiatan kemampuan keluarga
rutin dan pendekatan dalam memelihara
spritual lingkunganyang baik
4.Berikan
reinforcement positif
terhadap tindakan yang
benar.
5.Keluarga Keluarga mampu Fasilitas kesehatan yang 1.Gali pengetahuan
mampu dalam memanfaatkan fasilitas dapat digunakan pada keluarga tentang
memanfaatkan kesehatan yang keluarga fasilitas kesehatan
fasilitas dapatdigunakan : 1. Bidan 2.Diskusikan tentang
kesehatan a. Puskesmas 2. Pustu fasilitas kesehatan yang
b. Dokterpraktek 3. Puskesmas akan digunakan dan
c. Puskesmas 4. Rumahsakit manfaat yang dirasakan
d. Rumahsakit 3.Motivasi keluarga
untuk rutin periksa
kesehatan
4.Berikan
reinforcement positif
terhadap tindakanbenar
161

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Tanggal
1. Koping tidak efektif berhubungan TUK 1 : S: 21 April 2021
 Mendiskusikan dengan  Keluarga dapat
dengan Kurang informasi
keluarga tentang pengertian menyebutkan
keluarga dalam masalah remaja Napza, tanda gejala, pengertian dari
penyebab, akibat, dan cara NAPZA, tanda dan
dengan perilaku Napza
pencegahan penyalahgunaan gejala, faktor penyebab,
Napza dampak yang
 Memberikan pendidikan ditimbulkan NAPZA.
kesehatan tentang bahaya  Anak F mengatakan ia
dan dampak Napza pada sudah tidak lagi
remaja mengonsumsi napza
 Memberikan kesempatan  Keluarga mengatakan
kepada keluarga untuk sudah mengerti
mengevaluasi tentang mengenai Napza
penyalahgunaanNAPZA. O:
 Memberikan pujian positif  Keluarga memperhatikan
atas jawaban yang benar. saat diskusi
 Terdapat kontak
mata saat
diskusi berlangsung
 Keluarga aktif bertanya

A:
Masalah teratasi, dimana
162

keluarga dapat mengenal


masalah tentang Napza pada
remaja
P:
Lanjutkan TUK 2 yaitu
memutusakan tindakan yang
tepat untuk remaja dengan
perilaku napza
TUK 2 : S: 22 April 2021
 Menjelaskan kepada  Keluarga dapat
keluarga mengenai akibat menyebutkan akibat
yang ditimbulkan dari yang ditimbulkan dari
penyalahgunaan Napza penyalahgunaan Napza.
 Memotivasi keluarga untuk  Keluarga dapat
memutuskan tindakan yang memutuskan tindakan
dapat keluarga lakukan yang dapat dilakukan
dalam mengatasi remaja pada remaja seperti
dengan prilaku Napza mengikuti kegiatan
 Menanyakan kembali sosial atau spiritual
kepada keluarga tentang O:
akibat yang ditimbulkan  Keluarga memperhatikan
oleh NAPZA. saat diskusi.
 Memberikan pujian atas  Terdapat kontak mata
jawaban yangbenar saatdiskusi
 Keluarga tampak aktif
163

bertanya saat diskusi.


A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga memutuskan
tindakan yang dipilih dalam
mengatasi perilaku beresiko
NAPZA pada remaja yaitu
dengan kegiatan sosial dan
spiritual
P:
Lanjut ke TUK 3, Keluarga
mampu merawat anggota yang
sakit
TUK 3 : S: 23 April 2021
 Keluarga dapat
 Mendiskusikan bersama
menyebutkan beberapa
keluarga cara mengatasi dan
hal untuk mengatasi dan
merawat remaja dengan
merawat remaja dengan
perilaku NAPZA.
perilaku
 Mendiskusikan dengan beresikoNAPZA.
keluarga tindakan perawatan
 Keluarga dapat
remaja dengan perilaku menyebutkan tindakan
NAPZA. yang dipilih dalam
 Motivasi keluarga untuk perawatan remaja
melakukan perawatan pada dengan perilaku napza
remaja dengan perilaku Yaitu kegiatan spiritual
NAPZA. O:
 Mengevaluasi keluarga apa  Keluarga memperhatikan
yang telah dilakukan dalam
saat diskusi
164

perawatan remaja dengan  Terdapat kontak mata


perilaku NAPZA. saatdiskusi.
 Memberikan pujian positif  Keluarga aktif dalam
atas jawabankeluarga. bertanya
A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga dapat merawat
anggota keluarga yang sakit
dengan cara melakukan
kegiatan spiritual dirumah
P:
Lanjut ke TUK 4, keluarga
dapat memodifikasi lingkungan
yang aman dan nyaman .bagi
anggota keluarga
TUK 4 : S: 26 April 2021
 Menjelaskan kepada  Keluarga dapat
keluarga tentang cara menyebutkan cara
memodifikasilingkungan memodifikasi
 Memotivasi keluarga untuk lingkungan yang baik
memodifikasi lingkungan. O:
 Memberikan pujian positif  Keluarga memperhatikan
atas jawaban keluarga. saat diskusi.
 Mengevaluasi keluarga apa  Keluarga aktif bertanya
yang telah dilakukan dalam A:
cara memodifikasi Masalah teratasi, dimana
lingkungan yang baik. keluarga mampu
menjaga lingkungan
165

dengan nyaman dan


aman bagi remaja
dengan perilaku napza
P:
Lanjut ke TUK 5, keluarga
dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan
TUK 5 : S: 26 April 2021
 Menggali pengetahuan Keluarga dapat menyebutkan
keluarga tentang fasilitas manfaat fasilitaskesehatan.
kesehatan dan manfaat O:
pelayanankesehatan  Keluarga memperhatikan
 Mendiskusikan dengan saatdiskusi
keluarga tentang fasilitas  Keluarga aktif
kesehatan dan dalamberdiskusi.
memanfaatkan A:
fasilitaskesehatan. Masalah teratasi,
 Motivasi keluarga keluarga mengerti ketika
dalam memanfaatkan dilanjutkan untuk
pelayanankesehatan memanfaatkan fasilitas
 Berikan pujian pada tindakan kesehatan.
yang benar P : Intervensi dilanjutkan,
Lakukan evaluasi
2. Gangguan pola tidur TUK 1 S: 27 April 2021
 Mendiskusikan bersama  Keluarga dapat
berhubungan dengan
keluarga mengenai menyebutkan pengertian,
Ketidakmampuan keluarga pengertian, penyebab dan penyebab dan akibat dari
akibat dari gangguan pola gangguan pola tidur
merawat anggota keluarga pada tidur  Anak F mengatakan pola
166

Remaja dengan perilaku Napza  Memberikan kesempatan tidurnya tidak teratur


kepada keluarga untuk akibat pergi bersama
mengevaluasi tentang teman-temannya
gangguan pola tidur  Anak F mengeluh sulitt
 Memberika pujian positif tidur
atas jawaban yang benar O:
 Keluarga memperhatikan
saat diskusi
 Keluarga aktif bertanya
A:
Masalah teratasi dimana
keluarga dapat mengenal
masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga
P:
Lanjutkan TUK 2, keluarga
dapat memutuskan cara
mengatasi gangguan pola tidur
pada remaja dengan perilaku
napza
TUK 2 S: 27 April 2021
 Menjelaskan kepada  Keluarga dapat
keluarga tindakan apa saja memutuskan tindakan
yang dapat di pilih dalam yang ingin dilakukannya
mengatasi gangguan pola yaitu membuat jadwal
tidur pada anak F kegiatan atau
 Memotivasi keluarga untuk memodifikasi suasana
memutuskan tindakan yang lingkungan rumah yg
ingin dipilih nyaman dan tentram
 Melakukan evaluasi kepada O:
keluarga  Keluarga memperhatikan
167

 Memberikan pujian atas saat diskusi


jawaban yang benar  Keluarga tampak aktif
 Keluarga tampak
mengerti dengan apa
yang sudah dijelaskan
A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga mampu memutuskan
tindakan yang baik untuk
anggota keluarga
P:
Lanjut TUK 3, keluarga
mampu merawat anggota
keluarga yang mengalami
gangguan pola tidur

TUK 3 S: 28 April 2021


 Keluarga mampu  Keluarga dapat
menyebutkan tindakan menyebutkan beberapa
perawatan yang dapat tindakan pada gangguan
dilakukan pada anak F pola tidur
 Mendiskusikan bersama O:
keluarga cara mengatasi  Keluarga memperhatikan
gangguan pola tidur pada saat diskusi berlangsung
anak F  Keluarga tampak aktif
 Motivasi keluarga untuk dalam bertanya
melakukan perawatan pada  Keluarga mengatakan
anak F sudah paham dalam
 Mengevalusi kembali mengatasi gangguan pola
tindakan yang sudah tidur
dilakukan A:
168

Masalah teratasi , keluarga


dapat mengerti mengenai
perawatan pada remaja dengan
gangguan pola tidur yaitu
dengan membuat jadwal
keseharian
P:
Lanjut TUK 4, keluarga dapat
memodifikasi lingkungan yang
aman dan nyaman bagi anak F
yang mengalami gangguan pola
tidur
TUK 4 S: 30 April 2021
 Menjelaskan kepada  Keluarga dapat mengerti
keluarga tentang mengenai cara
memodifikasi lingkungan memodifikasi
yang baik lingkungan pada
 Memotivasi keluarga untuk gangguan pola tidur
memodifikasi lingkungan yaitu menghindari
untuk mengurangi gangguan kegaduhan didalam
pola tidur pada anggota rumah, menciptakan
keluarga suasana rumah yang
 Memberikan pujian pada aman dan tentram,
tindakan yang benar menghindari konflik
serta saling menghargai
O:
 Keluarga tampak
memperhatikan saat
diskusi
 Keluarga aktif dalam
bertanya
169

 Keluarga dapat
menerima hal yang
sudah dijelaskan perawat
kepada keluarga
A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga mampu menjaga
lingkungan dengan
nyaman dan aman untuk
anak F yang mengalami
gangguan pola tidur
P:
Lanjut ke TUK 5, keluarga
dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
TUK 5 S: 30 April 2021
 Menggali pengetahuan  Keluarga dapat
keluarga tentang fasilitas menyebutkan manfaat
kesehatan dan manfaat fasilitaskesehatan.
pelayanankesehatan  Keluarga dapat
 Mendiskusikan dengan mengetahui saat diskusi
keluarga tentang fasilitas untuk memanfaatkan
kesehatan dan fasilitaskesehatan.
memanfaatkan O:
fasilitaskesehatan.  Keluarga memperhatikan
 Motivasi keluarga saatdiskusi
dalam memanfaatkan  Keluarga aktif
pelayanan kesehatan dalamberdiskusi.
secararutin.  Terdapat kontak mata
 Memberikan pujian positif saatberdiskusi.
170

atas tindakan yangbenar.  Keluarga tersenyum


saat diberi pujian.
A:
Masalah teratasi, keluarga
mau ketika dilanjutkan
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
P : Lakukan evaluasi kepada
keluarga
3. Menejement keluarga tidak TUK 1 S: 3 Mei 2021
 Mendiskusikan bersama Keluarga dapat menyebutkan
efektif berhubungan dengan pengertian dan penyebab
keluarga mengenai
banyaknya tuntutan dalam pemgertian dan penyebab manajemen keluarga tidak
manajemen keluarga tidak efektif
keluarga efektif O:
 memberikan kesempatan  Keluarga memperhatikan
kepada keluarga untuk saat diskusi
mengevaluasi mengenai  Keluarga tampak aktif
manajemen keluarga tidak dalam bertanya
efektif  Keluarga mengatakan
 memberikan pujian kepada mengerti tentang
keluarga manajemen keluarga
tidak efektif
A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga dapat mengenal
masalah tentang manajemen
keluarga tidak efektif
P:
Lanjut pada TUK 2, keluarga
dapat memutuskan tindakan
171

mengatasi masalah manj.


Kesehatan keluarga
TUK 2 S: 3 Mei 2021
 Menjelaskan kepada  Keluarga mengerti
keluarga mengenai tindakan mengenai tindakan yang
yang dapat keluarga pilih akan dipilih seperti
dalam memutuskan tindakan meluangkan waktu
 Memotivasi keluarga untuk kepada keluarga, saling
memutuskan tindakan yang berkomunikasi antar
ingin keluarga pilih dalam sesama keluarga, saling
mengatasi manajemen menghargai
keluarga tidak efektif O:
 Memberikan pujian kepada  Keluarag tampak
keluarga memperhatikan jalannya
diskusi
 Terdapat kontak mata
saat diskusi
 Keluarga tampak aktif
bertanya
A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga memutuskan tindakan
yang akan dipilih dalam
mengatasi manajemen keluarga
tidak efektif
P:
Lanjut TUK 3, keluarga dapat
merawat anggota keluarga yang
sakit
TUK 3 S: 4 Mei 2021
 Mendiskusikan bersama  Keluarga mengerti
172

keluarga mengenai mengenai perawatan


perawatan yang dapat dalam mengatasi
dipilih keluarga dalam manajemen keluarga
manajemen keluarga tidak tidak efektif seperti
efektif meluangkan waktu
 Memotivasi keluarga untuk untuk keluarga dan
melakukan perawatan menjalin komunikasi
dalam mengatasi yang baik antar
manajemen keluarga tidak keluarga
efektif O:
 Mengevaluasi tindakan  Keluarga tampak paham
yang telah dilakukan dengan apa yang sudah
 Memberikan pujian pada dijelaskan
tindakan yang benar  Keluarga tampak aktif
dan bertanya
 Keluarga
memperhatikan saat
diskusi
A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga dapat mengerti dalam
merawat anggota keluarga yang
sakit
P:
Lanjut TUK 4, kelurga dapat
memodifikasi lingkungan yang
baik bagi anggota keluarga
TUK 4 S: 6 Mei 2021
 Menjelaskan kepada  Keluarga dapat mengerti
keluarga tentang mengenai cara
memodifikasi lingkungan memodifikasi
173

yang baik lingkungan pada


 Memotivasi keluarga untuk manajemen keluarga
memodifikasi lingkungan tidak efektif yaitu
yang nyaman dalam menciptakan suasana
mengurangi manajemen rumah yang aman dam
keluarga tidak efektif menghindari konflik
 Memberikan pujian pada O:
tindakan yang benar  Keluarga tampak
memperhatikan saat
diskusi
 Keluarga aktif dalam
bertanya
 Keluarga dapat
menerima hal yang
sudah dijelaskan perawat
kepada keluarga
A:
Masalah teratasi, dimana
keluarga mampu menjaga
lingkungan dengan nyaman
dan aman

P:
Lanjut ke TUK 5, keluarga
dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
TUK 5 S: 6 Mei 2021
 Menggali pengetahuan  Keluarga dapat
keluarga tentang fasilitas menyebutkan manfaat
kesehatan dan manfaat fasilitaskesehatan.
pelayanankesehatan  Keluarga dapat
174

 Mendiskusikan dengan mengetahui saat diskusi


keluarga tentang fasilitas untuk memanfaatkan
kesehatan dan fasilitaskesehatan.
memanfaatkan O:
fasilitaskesehatan.  Keluarga memperhatikan
 Motivasi keluarga saatdiskusi
dalam memanfaatkan  Keluarga aktif
pelayanan kesehatan dalamberdiskusi.
secararutin.  Terdapat kontak mata
 Memberikan pujian positif saatberdiskusi.
atas tindakan yangbenar. A:
Masalah teratasi, keluarga
mau ketika dilanjutkan
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
P : Lakukan evaluasi, intervensi
dihentikan
175

Lampiran 12
Lampiran 13
APA SAJA FAKTOR BERISIKO
APA ITU NAPZA??? TERHADAP PENYAAHGUNAAN
UPAYA PENYELAMATAN GENERASI NAPZA??
MUDA MELALUI PENYULUHAN

PENYALAHGUNAAN NARKOBA

A. Faktor Internal
1) Kurang menghayati nilai-nilai
agama
2) Ketidakutuhan keluarga (broken
home by death)
Napza (singkatan dari 3) Ekonomi cukup, tetapikurang
narkotika, psikotropika memperoleh perhatian yang
dan bahan adiktif cukup dari keluarga
ANNISA RATU SALMA
183110164 berbahaya lainnya) adalah
3A bahan/zat yang jika
dimasukkan dalam tubuh
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG manusia, baik secara
oral/diminum, dihirup,
PRODI D-III KEPERAWATAN
maupun disuntikan, dapat
TAHUN 2020 mengubah pikiran, suasana
B. Faktor Eksternal
hati atau perasaan, dan 1) Pergaulan
perilaku seseorang. 2) Social/masyarakat
DAMPAK PENYALAHGUNAAN
CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA NAPZA UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU NAPZA

A. Pada fisik yaitu :


1. Pendekatan Agama, dengan
 Gangguan pada system menanamkan ajaran-ajaran agama.

syaraf (neurologis) seperti:


kejang-kejang, halusinasi
 Gangguan pada kulit :
alergi
2. Pendekatan Psikologis, dengan
 Gangguan pada paru-paru mengenali dan memahami karakteristik
kepribadian
 Sulitbernapas
 Sering sakit kepala,mual
dan muntah
B. Pada Psikis
 Gelisah
3. Pendekatan Sosial, dengan menciptakan
 Hilang kepercayaan diri lingkungan keluarga dan masyarakat yang
 Agitatif (brutal) positif. menghormati pendapat anak

C. Dampak dibidang social


 Dikucilkan oleh
masyarakat
 Pendidikan terganggu

Anda mungkin juga menyukai