Anda di halaman 1dari 84

PROPOSAL

PENGARUH TERAPI BERMAIN BERCERITA


TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF ANAK USIA
PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI

LITERATUR REVIEW

HILDA FIRDAUS R
P17220182029

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Literatur Review oleh Hilda Firdaus R


NIM. P17220182029 dengan judul “Pengaruh Terapi Bermain Bercerita
Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi ini telah
disetujui pada
tanggal 2020

Oleh :
Pembimbing Utama

Kasiati S.Kep., Ns., M.Kep.


NIP. 196608161988032001

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III dan D-IV
Keperawatan Lawang

Budiono, S.Kp., M.Kes.


NIP. 196907122001121001

i
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Literatur Review ini diajukan oleh


Nama : Hilda Firdaus R
NIM : P17220182029
Program Studi : D-III Keperawatan Lawang
Judul : Pengaruh Terapi Bermain Bercerita
Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah

Proposal Karya Tulis Ilmiah Literatur Review ini telah diuji dan dinilai :
Oleh panitia penguji pada
Program Studi D-III Keperawatan Lawang
Poltekkes Kemenkes Malang
Pada tanggal…………………….

Panitia Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota

Ni Wayan D R A.Per.Pen, M.Kes. Kasiati, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIP. 196611151986032001 NIP. 196608161988032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Malang

Imam Subekti, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom.


NIP. 196512051989121001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas kasih-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah Studi Literatur ini
dengan baik. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk salah satu persyaratan dalam menempuh Ujian Akhir di Program Studi
Diploma Tiga Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
Atas terselesainya proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang.
2. Imam Subekti, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Budiono, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga dan
Sarjana Terapan Keperawatan Lawang.
4. Kasiati S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dalam
menyusun karya tulis ilmiah ini dan telah memberikan bimbingan dengan
sabar, tekun, bijaksana, dan sangat cermat memberikan masukan serta motivasi
kepada penulis.
5. Ni Wayan D R A.Per.Pen, M.Kes. selaku Dosen Penguji Ketua dan
Pembimbing Akademik yang bersedia menguji penulis, memberikan saran,
bimbingan, arahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Kampus II Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang Kampus Lawang yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan penelitian.
7. Keluarga Besar dan Rekan-rekan seperjuangan Diploma Tiga Keperawatan
Angkatan 2018,Blackpink, Park Jimin,Haruto Watanabe dan semua pihak yang
telah memberikan dukungan selama penyusunan proposal ini.

iii
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis. Semoga amal ibadah dan budi baik bapak ibu, orang tua
serta rekan-rekan mendapat rahmat yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis
berharap skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

Lawang, Oktober 2020


Penulis

iv
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
1.4. Manfaat......................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Konsep Anak Usia Prasekolah..................................................................4
2.2. Tingkat Kooperatif Anak..........................................................................8
2.3. Konsep Bermain......................................................................................11
BAB III..................................................................................................................21
METODE PENELITIAN.......................................................................................21
3.1. Desain Studi Literatur.............................................................................21
BAB IV..................................................................................................................39
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................68

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. salah satunya yaitu anak
usia 3-5 tahun atau yang bisa disebut anak usia prasekolah, pada masa ini anak
dipersiapkan untuk sekolah, dimana panca indra dan sistim reseptor penerima
rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik, proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Anak pada usia 3-5 tahun atau anak usia prasekolah pada umumnya sering
mengalami krisis dan mempengaruhi kesehatan dikarenakan perubahan
lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa
faktor seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit,
dan ancaman perawatan. Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei
Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok
usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun
sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21
tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak
yang sedang menjalani perawatan dirumah khususnya di rumah sakit akan
berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan
hospitalisasi (Apriany 2013).
Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit ataupun dirumah
perlu mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak
mengetahui dan meningkatkan kooperatif menghadapi permasalahan yang terjadi
saat dirawat maupun dalam kegiatan sehari-hari, Salah satu cara untuk
menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi
rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima,khusunya dengan metode terapi
bermain bercerita yang dapat meningkatkan stimulus pikiran seorang anak akan
banyak hal. Anak yang mengalami stress akan mengalami peningkatan kortisol,
yang mana kortisol tersebut akan menghambat pembentukan antibody,
menurunkan sel darah putih dan imunitas tubuh. Adanya penekanan system imun

1
inilah nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan,
sehingga memerlukan waktu perawatan yang cukup lama dan bahkan akan
menimbulkan terjadinya komplikasi selama perawatan (Tjahjono, 2014).
Khususnya pada masa prasekolah (3-6tahun) reaksi anak terhadap
perawatan dan hospitalisasi adalah menolak makan,sering bertanya,
menangis,tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sering sekali perawatan
atau hospitalisasi dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman, sehingga ada
perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak
mau bekerja sama dengan perawat. Setiap anak meskipun sedang dalam
perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan secara normal
dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah
terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999 dalam Maria 2016).
Bermain ialah cara alamiah dan salah satu solusi bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh
kesenangan. Bermain merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak
yang tidak disadari serta dialami dengan suatu kepuasan . Bermain merupakan
sarana bagi anak–anak untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada
saat bermain, anak–anak mencobakan gagasan–gagasan mereka, bertanya serta
mempertanyakan berbagai persoalan, dan memperoleh jawaban atas persoalan –
persoalan mereka.
Mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali dapat mengasah
perkembangan bahasa, penambahan kosa kata, dapat mendorong motivasi,
membantu perkembangan kognitif, membantu berkembangnya interpersonal dan
berkembangnya aspek sosial. Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar
pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari
perkembangan bahasanya, meningkatkan tingkat kooperatif pada anak ,sehingga
anak akan mampu mengembangkan aspek perkembangan lain dengan teknik
bercerita.

2
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul "Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap
Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi" .

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh terapi bermain bercerita terhadap
tingkat kooperatif anak usia prasekolah Akibat Hospitalisasi.

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap Tingkat
Kooperatif Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi
1.3.2. Tujuan Khusus
Menjelaskan Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap Tingkat
Kooperatif Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi
1.4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam pendidikan keperawatan anak sehingga dapat
mengembangkan penelitian pengaruh terapi bermain metode bercerita terhadap
tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu
keperawatan yang diperoleh mengenai pengaruh terapi bermain bercerita
terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah akibat hospitalisasi
b. Bagi Perawat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang
keperawatan anak untuk seluruh mahasiswa kesehatan khususnya
keperawatan anak mengenai mengenai pengaruh terapi bermain bercerita
terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah akibat hospitalisasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Anak Usia Prasekolah
2.1.1. Pengertian Anak Usia Prasekolah
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/toddler (1-2,5 tahun), usia prasekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11
tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun
menguatkan rasa identitas jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jenis
kelamin yang didefinisikan secara sosial serta mengamati perilaku orang
dewasa, mulai untuk menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama,
dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan
balik orangtua (Potter & Perry, 2005 dalam Rizaldi,2011)
Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian
besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan
stres dan perubahan yang moderat (Wong, 2008 dalam Anita,2016). Anak usia
prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal, yaitu berada pada usia tiga
sampai enam tahun (Potter & Perry, 2005 dalam Anita,2016). Anak usia
prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-
potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut
berkembang secara optimal. Di usia ini anak mengalami banyak perubahan
baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut, berkembangnya
konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi, belajar
menimbang rasa, munculnya kontrol internal (tubuh), belajar dari
lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan
berbahasa, dan munculnya perilaku (Wong, 2008).

2.1.2. Ciri-Ciri Anak Usia Prasekolah


Snowman (dalam Patmonodewo, 2008) mengemukakan ciri-ciri anak
usia prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya berada di Taman Kanak-Kanak.
Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif

4
anak.
1. Ciri Fisik
Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka memiliki
penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan
kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah melakukan berbagai kegiatan, anak
usia prasekolah membutuhkan istirahat yang cukup. Otot-otot besar pada
anak usia prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan
tangan. Oleh karena itu, mereka biasanya belum terampil dalam melakukan
kegiatan yang agak rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak usia prasekolah
juga sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan perhatiannya
pada objek-objek yang kecil ukurannya. Walaupun tubuh anak ini lentur,
tetapi tengkorak kepala mereka masih lunak. Selain itu, walaupun anak laki-
laki lebih besar, akan tetapi anak perempuan lebih terampil dalam tugas
yang praktis
2. Ciri Sosial
Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat,
tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan
tidak terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang lebih muda sering kali
bermain bersebelahan dengan anak yang lebih tua. Selain itu permainan
mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan gender. Sering terjadi
perselisihan tetapi kemudian berbaikan kembali. Pada anak usia prasekolah
juga sudah menyadari peran jenis kelamin dan sextyping.
3. Ciri Emosional
Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara
bebas dan terbuka. Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak usia
prasekolah pada umumnya sering kali merebut perhatian guru.
4. Ciri Kognitif
Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam berbahasa.
Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, memahami dan kasih sayang.

5
2.1.3. Karakteristik Anak Usia Prasekolah
1. Perkembangan Motorik
Pada saat anak mencapai tahapan usia prasekolah (4-6 tahun) ada ciri
yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah.
Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang
badan dan keterampilan yang mereka miliki. Bertambahnya usia,
perbandingan antar bagian tubuh akan berubah. Gerakan anak usia
prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola.
Perkembangan lain yang terjadi pada anak usia prasekolah , umumnya ialah
jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan tanggal pada
akhir masa usia prasekolah. Gigi yang permanen tidak akan tumbuh
sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus
berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah
mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah.
Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.
Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi
otot- otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan naik.
Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus,
seperti ; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain
sebagainya.
2. Perkembangan Kognitif
Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir.
Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati,
jadi kognitif merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan
orang memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan
perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk
mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai
masalah dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan.
Piaget (Patmonodewo, 2008) menjelaskan perkembangan kognitif terdiri
dari empat tahapan perkembangan yaitu tahapan sensorimotor, tahapan
praoperasional, tahapan kongkret operasionaldan tahapan formal
operasional

6
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat
diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang
memiliki aturan sendiri yang berkembang menjadi komunikasi melalui
ujaran yang tepat dan jelas. Dalam membicarakan perkembangan bahasa
terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan (Patmonodewo, 2008), yaitu:
a. Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa
biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat
semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam
bentuk kata- kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat
dekat hubungannya tapi keduanya berbeda.
b. Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat
pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan/ekspresif (producing).
Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca) menunjukkan
kemampuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi
yang ditujukan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan
tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada
orang lain.
c. Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan
berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat
merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan
mereka. Anak usia prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan
keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain.
Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara, antara lain
dengan bertanya, melakukan dialog dan menyanyi.
4. Perkembangan Psikososial
Merupakan perkembangan yang membahas tentang perkembangan
kepribadian manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan
perkembangan kepribadian.

7
2.2. Tingkat Kooperatif Anak
2.2.1. Definisi Perilaku Anak
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada
manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan
bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat
diamati secara langsung dan tidak langsung. Perilaku anak dalam lingkungan
kesehatan didefinisikan sebagai kemampuan seorang anak untuk bekerjasama
dan menerima seluruh prosedur perawatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dengan terbuka.

2.2.2. Tipe - Tipe Perilaku Anak


Dalam sebuah penelitian oleh Christina M. pada tahun 2007 disebutkan
bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan sosial - emosional, perilaku
berdasarkan usia balita secara umum diklasifikasikan sebagai berikut ;
1. Eksternalisasi, meliputi sikap agresi, masalah perhatian, hiperaktivitas.
Contoh perilaku spesifik jenis eksternalisasi ditunjukkan oleh anak yang
berdebat ketika menolak keinginan, kontrol diri kurang, tidak mampu untuk
menunggu giliran mereka, dan merampas mainan oranglain.
2. Internalisasi, meliputi depresi, penarikan diri, kecemasan, dan somatisasi.
Jenis perilaku internalisasi yang ditunjukkan oleh anak dapat berupa
kecemasan (misalnya khawatir dan takut), tekanan (misalnya, tidak dapat
ditenangkan), rasa malu (misalnya menempel, malu dengan orang dewasa)
dan kesedihan.
3. Adaptif, meliputi keterampilan sosial, kemampuanberadaptasi. Perilaku
adaptif atau prososial khas balita adalah kerja sama, kemampuan untuk
mematuhi aturan orang dewasa, dan kemampuan spontan untuk membantu
dan berbagi.
Tingkah laku seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh umur, tetapi
juga dapat dibentuk oleh pola asuh dan lingkungan yang saling mempengaruhi.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada 3 tipe umum tingkah laku anak
(Thomas, 2007 dalam Anita, 2015) :

8
1. Tipe pertama ditandai dengan tingkah laku yang positif pada keadaan
tertentu. Anak-anak ini menunjukkan keteraturan fungsi- fungsi tubuh,
reaksi-reaksi intensitas yang cukup sedang. Mempunyai kemampuan untuk
beradaptasi dan tidak menarik diri dari suatu situasi baru yang
sedangdihadapinya.
2. Tipe kedua adalah sifat-sifat yang digambarkan sebagai anak yang sulit
dengan ketidakteraturan fungsi tubuh, reaksi berlebihan, cenderung menarik
diri dari sutu rangsangan dan situasi yang baru dihadapinya, dan lamban
beradaptasi dengan perubahan – perubahan lingkungan.
3. Tipe ketiga digambarkan sebagai anak-anak yang lambat untuk memulai
sesuatu. Mereka mempunyai tingkat aktifitas yang rendah, cenderung
menarik diri pada saat pertama kali bertemu dengan rangsangan yang baru,
lambat beradaptasi dengan pikiran agak negative serta memberi respon
dengan intensitas yang rendah (Piaget, 2005 dalam Anita, 2015)
Untuk mengklasifikasikan perilaku anak-anak dalam lingkungan
kesehatan berbagai sistem telah dikembangkan. Pengetahuan tentang sistem ini
dan dalam beberapa cara dapat membantu dalam mengarahkan metode
manajemen, dapat memberikan sarana sistematis untuk merekam perilaku, dan
dapat membantu dalam mengevaluasi validitas penelitian saat ini. Klasifikasi
secara klinis menurut Wright dalam Ralph Mcdonald tahun 2004 menempatkan
penderita anak dalam tiga kategori, yaitu :
1. Kooperatif, yaitu bila anak bersikap rileks, rasa takutnya minimal dan
antusias dengan perawatan yang diberikan. Penangananya yaitu tetap
mempertahankan tehnik perawatan yang ideal.
2. Tidak kooperatif yaitu anak –anak yang masih kecil, belum bisa diajak
berkomunikasi dan belum mengerti tentang perawatan yang akan dilakukan,
serta anak –anak yang mempunyai kondisi yang lemah atau cacat.
Penangananya yaitu dapat memakai bahasa isyarat pada anak yang belum
mampu berkomunikasi serta dapat dilakukan dengan pertolongan
premedikasi serta anastesi umum untuk anak yangcacat.

9
3. Berpotensi untuk kooperatif adalah anak-anak yang dapat diberikan
pandangan dan arahan sehingga mereka dapat berubah tingkah lakunya dari
tidak atau kurang kooperatif menjadi kooperatif.

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kooperatif Anak


Karakteristik kepribadian khas yang berkaitan dengan usia kronologis
spesifik yang memiliki relevansi dengan perilaku anak dalam perawaatan
Misalnya, pada usia 2 tahun hubungan simbiosis sangat erat antara anak
dengan orang tua, di mana dalam usia ini anak-anak dianggap telah memasuki
fase prekooperatif (Piaget, 2005 dalam Anita, 2015)
1. Jenis Kelamin.
dikatakan bahwa anak perempuan menunjukkan skor kecemasan dan
perilaku yang lebih tinggi secara signifikan dibanding anak laki-laki. Hal ini
juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya. Penyebab utama
mungkin disebabkan oleh fakta bahwa perempuan lebih rentan untuk
memiliki tingkat neurotisisme yang lebih tinggi, dimana tingkat neurotisme
berkorelasi kuat dengan kecemasan dan perilaku anak
2. Perkembangan Fisik Danmental.
Anak-anak yang memiliki kondisi fisik dan mental yang lemah atau
cacat memiliki tingkat kooperatif yang lebih randah dibanding dengan anak
normal. Contohnya intervensi bantuan yang ditawarkan kepada bayi
sindrom down, yang memiliki perkembangan motorik lambat. Beberapa
anak dengan keterbelakangan motorik mungkin gagal untuk menunjukkan
dominasi manual spesifik otak kanan atau kiri sehingga kemampuan
koordinasi menjadi berkurang. Kondisi anak seperti ini menuntut kerjasama
dalam cara yang tidak biasa. Kadang-kadang, teknik manajemen perilaku
khusus digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan pada anak-
anakini
3. Sikap Dan Pola Asuh Orangtua.
Tenaga kesehatan dihadapkan dengan tantangan dari peningkatan
jumlah anak-anak sakit dilengkapi dengan keterampilan dan disiplin diri
yang diperlukan untuk menangani pasien dan orang tua dengan pengalaman

10
baru dalam perawatan . Beberapa orang tua seringkali menuntut dan
mengancam anak untuk tidak menangis dalam perawatan, bahkan mungkin
mencoba untuk menentukan pengobatan, meskipun pemahaman mereka
tentang prosedur kurang. Hal tersebut secara tidak langsung justru akan
semakin menyulitkan perawatan pada pasienanak.
4. Kondisi Psikologis Dan Kepribadiananak.
Dalam lingkungan perawatan, secara empiris diketahui bahwa pasien
yang menunjukkan kecemasan atau ketakutan perawatan akan
menunjukkan perilaku tidak kooperatif terhadap perawat selama perawatan.
Watak dan kepribadian anak juga berpengaruh terhadap tingkat
kooperatifnya dalam klinik. Misalnya anak-anak dengan temperamen yang
lebih tinggi akan merasa lebih sulit untuk menghadapi masalah dan stress
yang diterima sehingga membutuhkan kesabaran yang lebih dalam
melakukan perawatan. Sedangkan anak dengan kepercayaan diri dan
kemampuan sosialisasi yang tinggi akan mudah untuk mengotrol diri dan
beradaptasi dengan lingkungannya, hal ini akan memudahkan perawat untuk
bekerja sama dengan mereka.
5. Sikap Dan Penampilan Perawat
Anak-anak sering membuat penilaian tentang perawat mereka
berdasarkan penampilannya dan sering merekam dan menganalisis perawat
mereka setiap kata, gerakan dan isyarat selama perawatan. Hal yang
terpenting bagi perawat untuk memperoleh kerja sama yang baik dan untuk
memperoleh hasil perawatan yang efektif adalah bersikap ramah dan
menyenangkan serta bersahabat, terutama pada pasien anak-anak (Piaget,
2005 dalam Anita, 2015)

2.3. Konsep Bermain


2.3.1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, memersiapkan diri untuk berperan dan menjadi dewasa. (Aziz
Alimul Hidayat,2008 dalam Rizaldi,2011).

11
Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan
konflik dalam dirinya yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane, 1983 dalam
Anna,2013).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri
untuk memperoleh kesenangan,Bermain adalah cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar
memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan,
dan mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2011).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah
aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres
anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak.
Anak dalam keadaan sakit atau yang mendapat perawatan dirumah sakit
umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan lingkungan yang terjadi
pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti usia
perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan rasa
terancam karena perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah
sakit perlu mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat
seorang anak mengetahui dan kooperatif menghadapi permasalahan yang
terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan tersebut
adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif
yang diterima.
Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang bermanfaat
untuk mengurangi rasa stress anak, yaitu:
1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang yaitu
bermain bemain spontan yang tidak terstruktur.
2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas untuk
tujuan tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan
3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan

12
meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan intervensi
yang sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk memberikan
pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik internal, dan tipe ini
merupakan komponen penting pendekatan psikososial untuk merawat anak.

2.3.2. Metode Bermain


Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang sulit dijangkau
tempatnya apalagi harganya. Cukup dengan barang-barang atau alat-alat di
sekitar kita bisa kita gunakan untuk memperkaya permainan anak. Misal ; bola,
lompat tali, kertas origami, dan lain-lain. Yang terpenting kita bisa meramu dan
menggunakan alat sesuai dengan keinginan anak.
Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton film dan diskusi dapat
membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat
menghargai orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.
Acara pementasan juga dapat menjadi salah satu pilihan yang sangat efektif
untuk membentuk kerja sama anak, mengekspresikan diri, dan anak dapat
memberikan apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan
dalam model pendidikan ini dapat diterapkan oleh anak dalam kegiatan sehari-
hari.

2.3.3. Tahapan Perkembangan Bermain


a. Tahap Eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama
terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk
menggapai benda yang diasungkan dihadapannya. Selanjutnya mereka akan
mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk
mengambil, memegang dan memperlajari benda kecil. Setelah mereka dapat
merangkak atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam
jarak jangkauannya
b. Tahap Permainan
Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai
puncaknya pada usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya

13
mengeksplorasi mainannya. Antara 2 dan 3 tahun mereka membayangkan
bahwa mainannya mempunyai sifat hidup, dapat bergerak, berbicara dan
merasakan. Dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak
lagi mengangap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini
mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong
penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permaianan itu
sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk
sekolah, kebanyakan anak mengangap bermaian barang sebagai
“permaianan bayi”
c. Tahap Bermain
Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam.
Semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila
sendirian, selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olahraga,
hobi dan bentuk permaianan matang lainnya.
d. Tahap Melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat pada
peramainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktu
dengan melamun. Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja adalah
saat berkorban, saat mereka mengangap dirinya tidak diperlakukan dengan
baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.

2.3.4. Fungsi Bermain Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga
tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).

2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain Pada Anak


1. Status kesehatan, pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotorik/
kognitif terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada

14
permainannya dan ada saat-saatanak sama sekali tidak punya keinginan
untuk bermaian.
2. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan bermain
dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunikasi
sendiri, dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki
bermain sesama laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda,
misalnya anak laki-laki suka bermain bola, pada anak permpuan suka main
boneka.Lingkungan, lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola
permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-
layangan. Paling mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada
tanah lapang/lapangan untuk bermain, berbeda dengan yang masih terdapat
tanah-tanah kosong.
3. Alat permainan yang cocok, disesuaikan dengan tahap perkembangan
sehingga anak menjadi senang untuk menggunakannya.

15
2.3.6. Karakteristik dan Klasifikasi Dari Bermain
1. Menurut karakteristik sosial
a. Solitary Play
Bermaian sendiri walaupun disekitarnya orang lain. Misalnya pada
bayi dan toddler, dia akan asyik dengan mainnya sendiri tanpa
menghiraukan orang-orang yang ada disekitarnya.
b. Pararel Play
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing-
masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi di
antara mereka. Mereka tidak ketergantungan antara satu dengan yang
lainnya. Misalnya, masing-masing anak punya bola, maka dia akan
bermain dengan bolanya sendiri tanpa menghiraukan bola temannya.
Biasanya terjadi pada usia toddler dan pre school.
c. Associative Play
Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama tetapi
masih belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain
sesuai keinginannya. Misalnya, anak bermain hujan- hujanan di teras
rumah, berlari-lari dan sebagainya. Hal ini banyak dialami pada anak pre
school.
d. Cooperative Play
Anak bermain secara bersama-sama, permaianan sudah terorganisir
dan terencana, didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya, anak
bermain kartu, petak umpet, terjadi pada usia sekolad dan adolescent.
2. Menurut Isi
1. Sosial Afektive Play
Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa
dengan cara merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan
tertawa.
2. Sense Of Pleasure Play
Anak mendapatkan kesenagan dari suatu objek disekelilingnya.
Misalnya, anak bermain pasir atau air sehingga anak tertawa bahagia.
3. Skill Play

16
Memperoleh keterampilan sehingga anak akan melaksanakannya
secara berulang-ulang. Misalnya, anak bermain sepeda-sepedaan dan
sedikit mulai merasa bisa, maka dia akan berusaha untuk mencobanya
lagi
4. Dramatic Play
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia
lihat dan dia dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari
permaianan itu. Misalnya, anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu
salah satu tetangganya sakit, dia melihat perawat dan dokter .
sesampainya dirumah dia berusaha untuk memerankan dirinya sebagai
seorang perawat maupun dokter, sesuai dengan apa yang dia lihat dan
diterima tentang peran tersebut.

2.3.7. Pedoman Untuk Keamanan Bermain


Agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-
hal seperti (Soetjiningsih,1995 dalam Maria 2016) :
1. Ekstra Energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
2. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
3. Alat Permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang Untuk Bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
5. Pengetahuan Cara Bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.

17
6. Teman Bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak
menjadi lebih akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE
merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara
optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak
akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan
kognitifnya,dan adaptasi sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan
secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai
dengan usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada
masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua
membeli permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu
mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya
mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis
permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan
sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini
mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik
kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini
dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan
buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-
lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau
kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah,
radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju,
sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola
dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk
mengembangkan tingkah laku social.

18
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran
orang tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan
tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak
memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus
berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.

2.3.8. Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan
aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk
menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun koping
terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari
hospitalisasi (Mott, 1999 dalam Maria 2016).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan
memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan
prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap
hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak
lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit (Mott, 1999 dalam
Maria 2016).
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain
dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan dan prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang

19
positif terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,2001 dalam
Anita Fadhila,2016).

20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Studi Literatur
Dalam penelitian ini menggunakan metode Systematic literatue review atau
sering disingkat SLR atau dalam bahasa Indonesia disebut tinjauan pustaka
sistematis adalah metode literature review yang mengidentifikasi, menilai, dan
menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian, untuk
menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang telah ditetapkan
sebelumnya (Kitchenham & Charters, 2007). Metode SLR dilakukan secara
sistematis dengan mengikuti tahapan dan protokol yang memungkinkan proses
literature review terhindar dari bias dan pemahaman yang bersifat subyektif dari
penelitinya. SLR adalah metode literature review yang biasa dilakukan peneliti di
bidang kesehatan, terutama kedokteran dan farmasi, Setelah itu mulai booming
karena banyak journal terindeks SCOPUS dan ISI mulai merekomendasikan para
penulis survey paper untuk menggunakan metode SLR.
Tahapan-Tahapan SLR sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan topik yang dipilih.
2. Search Process, proses pencarian digunakan untuk mendapatkan sumber
referensi.
3. Inclusion and Exclusion Criteria, tahapan untuk memutuskan apakah data yang
ditemukan apakah layak digunakan.
4. Quality Assesment, data yang ditemukan akan dievaluasi berdasarkan kriteria
penilain kualitas.
5. Data collection. Data Collection atau pengumpulan data adalah tahap dimana
data-data untuk penelitian dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
6. Data Analysis

21
3.2. Langkah-Langkah Penelusuran Literatur
1. Menentukan Topik
Penulis mengangkat topik seputar Tingkat Kooperatif Anak Usia
Prasekolah, dengan judul “ Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap
Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah “ Adapun yang pertama dilakukan
adalah memilih sesuai keinginan dan kemampuan yang diminati. Setelah itu
mengisi form peminatan Karya Tulis Ilmiah dan kemudian pengajuan judul
kepada dosen pembimbing.

2. Merumuskan PICO
Pada anak usia prasekolah dengan tingkat
P
kooperatif rendah saat perawatan
I Melakukan Terapi Bermain Bercerita
C Tidak ada pembanding
O Meningkatkan Tingkat Kooperatif anak

3. Membuat keywords (MeSH term/Medical Subject Heading Term)


Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan Boolean
operator (AND) yang digunakan untuk memperluas atau menspesifikan
pencarian, sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang
digunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan Medical
Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut.

Tabel 1. Kunci Literatur Review


Terapi Bermain Tingkat Kooperatif Usia Prasekolah
OR OR AND
Playing Theraphy Cooperatif Level Pre-School
AND AND
Storytelling Theraphy anxiety about hospitalization
AND
Reading Playing Theraphy

22
4. Mendokumentasikan Hasil Pencarian Dalam Prisma Flow Chart
Penelitian identifikasi
melalui database
Google Schoolar (45),
Pub Med (42)

catatan setelah inklusi (n=6)


duplikat Partisipan
dihapus (n=56) fokus pada terapi bermain terhadap
tingkat kooperatif anak (n=7)
Intervensi
Menggunakan teknik bermain
bercerita (n= 4)
Judul
Hasil
diidentifikasi
Membahas tingkat kooperatif anak
dan disaring
(n=3)
(n=31)

Full text diambil Eklusi (n=15)


dan dinilai Partisipan
kelayakan (n=15) Tidak fokus pada terapi bermain
terhadap tingkat kooperatif anak
(n=6 )
Intervensi
Tidak Menggunakan teknik
bermain bercerita (n= 4)
Studi termasuk Hasil
dalam sintesis Tidak membahas tingkat
(n= 10) kooperatif anak (n=5)

5. Kriteria Insklusi dan Eksklusi


Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICO
framework yang terdiri dari :
1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan dianalisis
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus
perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang pentalaksanaan
studi sesuai tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

23
3. Comparation yaitu intervensi atau pentalaksanaan lain yang digunakan
sebagai pembanding, jika tidak ada bias menggunakan kelompok control
dalam studi yang dipilih.
4. Outcome yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang
akan direview.
Tabel 2. Tabel Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi Ekslusi

Population Anak usia prasekolah yang Anak usia prasekolah yang


mengalami masalah tidak tidak mengalami masalah
kooperatif saat perawatan kooperatif saat perawatan

Intervention Intervensi yang diberikan Intervensi yang tidak


Terapi Bermain Bercerita diberikan Terapi Bermain
Bercerita

Comparators Tidak ada pembanding

Outcomes Meningkatkan Tingkat Tidak dijelaskan


Kooperatif anak Meningkatkan Tingkat
Kooperatif anak

Tahun publikasi Rentang waktu penerbitan Rentang waktu penerbitan


jurnal setelah tahun 2010- jurnal sebelum tahun 2010-
2020 2020

Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Selain Bahasa Indonesia dan


Inggris Bahasa Inggris

6. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas


Berdasarkan hasil pencarian literatur melalui publikasi di empat database
dan menggunakan kata kunci terapi bermain,kecemasan,Terapi
Bercerita,tingkat kooperatif Anak (((Playing Theraphy AND Storrytelling
Theraphy AND Reading Playing Theraphy)) AND Cooperatif ) AND (No OR

24
Control)) AND (Increase OR Enhance)), peneliti mendapatkan artikel yang
sesuai dengan kata kunci. Hasil pencarian yang sudah didapatkan 87 artikel
kemudian di kategorikan ekslusi 5 tahun terakhir menjadi 56 kemudian
didentifikasi kembali menjadi 31 kemudian di saring kembali menjadi 15
peneliti melakukan skrining berdasarkan judul 10 full text dipilih 6 jurnal yang
sesuai dengan tema dan inklusi literature review.
The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal untuk beberapa jenis
Studi Quasi-experimental studies, cross-sectional dan artikel review digunakan
untuk menganalisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n = 5). Checklist
daftar penilaian berdasarkan The JBI Critical Appraisal telah tersedia beberapa
pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya',
'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya'
diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian
dihitung dan dijumlahkan. Risiko bias dalam literature review ini
menggunakan asesmen pada metode penelitian masing-masing studi, yang
terdiri dari:
Teori : Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas
yang kurang
Desain : Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian
Sample : Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu Populasi, sampel,
sampling, dan besar sampel yang tidak sesuai dengan kaidah
pengambilan sampel
Variabel : Variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi jumlah,
pengontrolan variabel perancu, dan variabel lainya
Instrumen : Instrumen yang digunakan tidak memeliki sensitivitas,
pesivikasi dan dan validatas- reliablitas
Analisis Data : Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang sesuai
dengan standar

25
3.3. Melakukan Review
Pengaruh Story Telling Terhadap Tingkat Kecemasan Anak
Judul
Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rsup Dr. M. Djamil
Jurnal
Padang Tahun 2017
Praeksperiment dengan pendekatan one group pretest posttest
Desain
Design.
Jumlah sampel adalah 10 orang anak usia prasekolah yang menjalani
Sampel hospitalisasi di ruang akut dan kronik di RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Untuk mengetahui pengaruh Terapi Story Telling Terhadap Tingkat
Tujuan Kecemasan Responden Di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun
2017
Analisa data secara univariat dan bivariat yang dianalisis dengan
statistic wilcoxon. Analisa univariat ini digunakan untuk melihat
distribusi frekuensi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah Terapi
Analisis Storry Telling pada anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi di
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017. Kemudian, analisis bivariat
bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah diberikan terapi Story Telling.
Terletak pada pengaruh story telling terhadap tingkat kecemasan
Persamaan
anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi
Terletak pada hasil yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikat antara sebelum dan setelah dilakuan pada pengaruh story
telling terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah yang menjalani
hospitalisasi. ditemukan sebagian besar anak yang menjalani
Perbedaan hospitalisasi yaitu sebanyak 8 orang (80.0%) anak mengalami tingkat
kecemasan rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Ada
pengaruh story telling terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah
yang menjalani hospitalisasi di RSUP Dr.M.DJAMIL Padang Tahun
2017 (p = 0,007).

Judul Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia

26
Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Rsud Dr. Soekardjo Kota
Jurnal
Tasikmalaya
Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian quasy experiment.
Desain Pendekatan penelitian dengan pre-test dan post test design pada
kelompok eksperimen.
Jumlah sampel 20 anak usia pra sekolah. Populasi: Populasi dalam
Sampel penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah (3-6 tahun) di Ruang
Melati Lantai V RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Untuk melihat tingkat kecemasan dengan Faces Anxiety Scale
Tujuan
(FAS) Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi
Analisis data menggunakan uji statistic dengan tingkat
kebermaknaan 0,05 dengan menggunakan Wilcoxon Test. Analisis
yang digunakan ada 2 yaitu analisis univariat tentang karakteristik
Analisis anak usia prasekolah dan tingkat kecemasan berdasarkan tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi bermain.
Lalu, analisis bivariat mengenai distribusi pengaruh terapi bermain
terhadap respon kecemasan sebelum dan sesudah.
Untuk mengetahui anak usia prasekolah yang di rawat dirumah sakit
mengalami respon kecemasan sebelum diberi terapi bermain. Dan
Persamaan
anak prasekolah yang dirawat dirumah sakit mengalami penurunan
kecemasan setelah diberi terapi bermain
Terletak pada hasil yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikat antara sebelum dan setelah diberikan terapi bermain respon
Perbedaan kecemasan tersebut menurun dari cemas berat ke cemas sedang dan
ringan. Keadaan ini menunjukan bahwa ada pengaruh penurunan
kecemasan pada anak setelah diberikan terapi bermain (mewarnai).

Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap Kecemasan Pada


Judul
Anak Usia Prasekolah Di Ruang Rawat Inap Rsud Patut Patuh Patju
Jurnal
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018

Desain Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan one group

27
pretest and post test designt.
Sampel penelitian ini yaitu anak usia prasekolah yang dirawat di
Sampel ruang IRNA Anak RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok
Barat sebanyak 16 orang.
Untuk melihat Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap
Tujuan Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah selama menjalani
hospitalisasi
Analisis data menggunakan 2 bentuk yaitu univariat dan bivariat.
Uji statistic menggunakan parametrik dengan nilai p value =
Analisis
0,000(<α =0,05), pengolahan serta analisis data dilakukan kemudian
dengan menggunakan komputer dengan program SPSS.16.
Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak usia prasekolah sebelum
Persamaan
dan setelah diberikan terapi bermain hospital story
di dapatkan hasil kecemasan ringan tidak ditemukan, kecemasan
sedang berjumlah 3 orang dan kecemasan berat sekitar 16 orang.
Lalu, tingkat kecemasan anak usia prasekolah setelah dilakukan
terapi bermain hospital story diperoleh tidak ada kecemasan
berjumlah 2 orang, kecemasan ringan 7 orang, dan kecemasan
Perbedaan sedang 10 orang serta kecemasan berat tidak ditemukan. Sementara
itu, dari hasil uji statistic Paired T-test diperoleh nilai p = 0,000< α
=0,05, maka hipotesa diterima dengan adanya pengaruh terapi
bermain hospital story terhadap kecemasan anak usia prasekolah di
Ruang Anak RSUD Patut Patuh Patju Gerung Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2018.

Judul Pengaruh Terapi Bermain dalam Menurunkan Kecemasan Pada


Jurnal Anak Sebagai Dampak Hospitalisasi di RSUD Ambarawa
Desain Quasy eksperiment
Jumlah sampel penelitian yaitu sejumlah 30 subjek terdiri atas 16
Sampel anak perempuan dan 14 anak laki-laki

Tujuan Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Bermain dalam Menurunkan

28
Kecemasan Pada Anak Sebagai Dampak Hospitalisasi di RSUD
Ambarawa
Analisis data menggunakan uji wilcoxon. Analisa bivariat digunakan
untuk mengetahui pengaruh Terapi Bermain terhadap kecemasan
sebagai dampak hospitalisasi di RSUD Ambarawa. Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dengan Shapiro wilk
didapatkan nilai sig pre = 0.156 dan post =0.002, dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi tidak normal, oleh karena itu pengujian
dilanjutkan dengan uji wilcoxon dengan α sebesar 0.05. Dari hasil
analisis diketahui p value = 0.003. (< 0.05) yang artinya bahwa p
value < 0.05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima dimana
secara statistik dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan
Analisis kecemasan anak yang dihospitalisasi setelah diberikan terapi bermain
di RSUD Ambarawa. Sedangkan, analisis univariat pada anak
hospitalisasi yang belum diberikan terapi bermain bisa saja anak
mengalami kecemasan dan stress dimana hal itu diakibatkan karena
adanya perpisahan, kehilangan control, ketakutan mengenai
kesakitan pada tubuh, serta nyeri dimana kondisi tersebut belum
pernah dialami sebelumnya dimana hal itu juga akan dapat
menimbulkan gangguan perkembangan. Sementara responden
setelah diberikan terapi bermain didapatkan hasil adanya penurunan
kecemasan pada anak hospitalisasi sebelum dan sesudah, sehingga
terdapat pengaruh.
Terletak pada Terapi bermain dalam menurunkan kecemasan pada
Persamaan
anak sebagai dampak hospitalisasi di RSUD Ambarawa
Perbedaan Terletak pada hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata rata
kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain di RSUD Ambarawa
didapatkan bahwa nilai rata rata sebesar 20.77, nilai minimum 5,
nilai maksimum 34 dan standardeviasi 8.310. Namun, setelah
dilakukan terapi bermain di RSUD Ambarawa kecemasannya
didapatkan nilai rata rata sebesar 14.87, nilai minimum 7, nilai
maksimum 24 dan standardeviasi 5.290. Hasil akhir penelitian ini

29
adalah ada pengaruh terapi bermain terhadap penurunan kecemasan
anak sebagai dampak hospitalisasi di RSUD Ambarawa dengan P-
value =0.003< α=0.05.

Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan


Judul
Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud
Jurnal
Kota Kotamobagu
Penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan
Desain penelitian pre eksperimental design dengan rancangan one grup
pretest-postest.
Sampel Jumlah sampel yaitu 110 pasien atau rata-rata 37 pasien/bulan.
Untuk melihat Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat
Tujuan
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi
Analisis data menggunakan 2 bentuk yaitu univariat dan bivariat.
Analisis univariat ini dilakukan terhadap variabel dependen yaitu
tingkat kecemasan anak sebelum dilakukan terapi bermain puzzle
dan tingkat kecemasan anak setelah dilakukan terapi bermain puzzle.
Untuk data yang terdiri dari jenis kelamin dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi, sedangkan untuk data numerik yaitu usia
Analisis digunakan nilai mean atau rata-rata. Pada analisis bivariat dilakukan
uji untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap
tingkat kecemasan anak akibat hospitalisasi diruang anak RSUD
Kota Kotamobagu dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank
untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas dan variabel terikat
dimana untuk menganalisa sebelum dan setelah perlakuan dengan
tingkat kemaknaan ɑ=0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.
Terletak dalam menurunkan kecemasan pada anak sebagai dampak
Persamaan
hospitalisasi
Perbedaan berdasarkan analisis bivariat diperleh hasil penelitian dengan
menggunakan uji stasistik Wilcoxon menunjukkan terdapat pengaruh
terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia
prasekolah diruang anak RSUD Kota Kotamobagu P Value sebesar

30
0,000 atau lebih kecil dari nilai α 0,05. Data yang diperoleh
berjumlah 30 responden setelah diberikan terapi bermain puzzle
tingkat kecemasan berat 22 responden turun menjadi kecemasan
sedang 22 responden, lalu kecemasan sedang 6 responden turun
menjadi kecemasan ringan 8 responden. sebagian besar tingkat
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah diruang
anak RSUD Kota Kotamobagu sebelum diberikan 7 terapi bermain
puzzle berada pada kategori kecemasan berat. Sementara itu, setelah
diberikan terapi bermain puzzle berada pada kategori kecemasan
sedang. Selain itu, pada penelitian ini terdapat pengaruh terapi
bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah
akibat hospitalisasi diruang anak RSUD Kota Kotamobagu.

Pengaruh Terapi Bermain Storytelling Dengan Media Hand Puppet


Judul
Terhadap Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD
Jurnal
Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif menggunakan desain
Desain pra eksperimental dengan pendekatan one group pre test - post test
design.
Jumlah sampel penelitian yaitu sejumlah 30 subjek terdiri atas 16
Sampel
anak perempuan dan 14 anak laki-laki.
Untuk melihat Pengaruh Terapi Bermain Storytelling Dengan Media
Tujuan Hand Puppet Terhadap Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra
Sekolah
Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat
Analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden dan
analisa bivariat menggunakan uji paired sample test.
Terletak dalam menurunkan kecemasan pada anak sebagai dampak
Persamaan
hospitalisasi dengan media bercerita atau storytelling hand puppet
Perbedaan penelitian ini terdapat pengaruh terapi bermain storytelling dengan
media hand puppet terhadap kecemasan hospitalisasi pada anak usia
pra sekolah di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

31
menunjukkan didapatkan nilai p-value = 0,0001 yang berarti p-value
kurang dari 0,05 (p-value 0,0001 < 0,05). Tingkat kecemasan anak
sesudah dilakukan terapi bermain storytelling dengan media hand
puppet menunjukkan penurunan yaitu sebagian besar dalam kategori
tidak cemas sebanyak 16 anak (53,3%), kategori cemas ringan
sebanyak 10 anak (33,3%), kategori cemas sedang sebanyak 3 anak
(10,0%) dan kategori cemas berat sebanyak 1 anak (3,3%).
Sedangkan dengan uji bivariat hasil penelitian ini membuktikan
adanya pengaruh terapi bermain storytelling dengan media hand
puppet pada anak usia pra sekolah, dengan hasil uji statstik
menunjukkan didapatkan nilai p-value = 0,000 yang berarti p-value
kurang dari 0,05 (p-value 0,000 < 0,05). Berdasarkan hasil hipotesis
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara analisis statistik ada pengaruh yang
signifikan terapi bermain storytelling dengan media hand puppet
terhadap kecemasan hospitalisasi anak usia pra sekolah di RSUD dr.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Jurnal yang ditemukan diseleksi berdasarkan judul dan informasi abstrak


untuk melihat apakah artikel memenuhi kriteria inklusi penulis untuk dijadikan
sebagai literatur dalam literature review, didapatkan 6 jurnal yang dianalisa.
Intisari yang diambil dari penelitian yaitu judul penelitian, nama peneliti, tahun
publikasi, tempat penelitian, sampel, metode, hasil penelitian dengan nilai
signifikasinya. . Melakukan analisi yaitu penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk
memperoleh

32
3.4. Rencana Penyajian
Pengaruh Story Telling Terhadap Tingkat Kecemasan Anak
Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rsup Dr. M. Djamil
Judul
Padang Tahun 2017
Jurnal,
Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK)
Vol, No,
Vol. 1, No. 1 Oktober, 2017
Tahun
P-ISSN : 2597-8594
E-ISSN : 2580-930X
Metode Desain: Praeksperiment dengan pendekatan one group pretest
(Desain, posttest Design.
Kriteria, Sampel: Jumlah sampel adalah 10 orang anak usia prasekolah yang
Sampel, menjalani hospitalisasi di ruang akut dan kronik di RSUP Dr. M.
Populasi, Djamil Padang.
Variabel, Populasi: Populasi dalam penelitian ini bersifat infinit.
Instrumen) Instrumen: Lembar observasi dan wawancara
Untuk mengetahui pengaruh Terapi Story Telling Terhadap Tingkat
Tujuan Kecemasan Responden Di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun
2017
Analisa data secara univariat dan bivariat yang dianalisis dengan
statistic wilcoxon. Analisa univariat ini digunakan untuk melihat
distribusi frekuensi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah Terapi
Analisis Storry Telling pada anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi di
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017. Kemudian, analisis bivariat
bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah diberikan terapi Story Telling.

Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia


Judul
Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Rsud Dr. Soekardjo Kota
Jurnal,
Tasikmalaya
Vol, No,
Jurnal Bimtas, Vol. 2 No. 1
Tahun
E-ISSN: 2622-075X

33
Desain: Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian quasy
experiment. Pendekatan penelitian dengan pre-test dan post test
Metode design pada kelompok eksperimen.
(Desain, Sampel: Jumlah sampel 20 anak usia pra sekolah. Populasi: Populasi
Kriteria, dalam penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah (3-6 tahun) di
Sampel, Ruang Melati Lantai V RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Populasi, Variabel: Teknik pengumpulan data observasi dilakukan sebanyak
Variabel, dua kali yaitu sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Kuesioner
Instrumen) yang digunakan untuk melihat tingkat kecemasan anak usia
prasekolah dengan Faces Anxiety Scale (FAS).
Instrumen: Lembar kuisioner dan observasi
Untuk melihat tingkat kecemasan dengan Faces Anxiety Scale
Tujuan
(FAS) Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi
Analisis data menggunakan uji statistic dengan tingkat
kebermaknaan 0,05 dengan menggunakan Wilcoxon Test. Analisis
yang digunakan ada 2 yaitu analisis univariat tentang karakteristik
Analisis anak usia prasekolah dan tingkat kecemasan berdasarkan tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi bermain.
Lalu, analisis bivariat mengenai distribusi pengaruh terapi bermain
terhadap respon kecemasan sebelum dan sesudah.

Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap Kecemasan Pada


Judul
Anak Usia Prasekolah Di Ruang Rawat Inap Rsud Patut Patuh Patju
Jurnal,
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018
Vol, No,
Jurnal Prima Vol. 5 No. 1 2019
Tahun
e-ISSN : 2621-5152 ISSN : 2477-0604
Metode Desain: Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan one
(Desain, group pretest and post test designt.
Kriteria, Sampel: Sampel penelitian ini yaitu anak usia prasekolah yang
Sampel, dirawat di ruang IRNA Anak RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten
Populasi, Lombok Barat sebanyak 16 orang.
Variabel, Populasi: Populasi dari penelitian ini adalah semua anak usia

34
prasekolah yang dirawat di IRNA Anak RSUD Patut Patuh Patju
Kabupaten Lombok Barat dengan estimasi 19 orang yang didapat
dari ratarata jumlah anak usia prasekolah yang dirawat selama 3
bulan terakhir tahun 2017.
Instrumen) Variabel: Teknik Pengambilan sampel dengan teknik Purposive
Sampling, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi responden
berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dan melakukan
inform consent.
Instrumen: Lembar kuisioner
Untuk melihat Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap
Tujuan Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah selama menjalani
hospitalisasi
Analisis data menggunakan 2 bentuk yaitu univariat dan bivariat.
Uji statistic menggunakan parametrik dengan nilai p value =
Analisis
0,000(<α =0,05), pengolahan serta analisis data dilakukan kemudian
dengan menggunakan komputer dengan program SPSS.16.

...........................................
Pengaruh Terapi Bermain dalam Menurunkan Kecemasan Pada
Judul Anak Sebagai Dampak Hospitalisasi di RSUD Ambarawa
Jurnal, Indonesian Journal of Midwivery (IJM)
Vol, No, Vol. 2, No. 1 Maret, 2019
Tahun P-ISSN : 2597-8594
E-ISSN : 2580-930X
Desain: Quasy eksperiment
Metode
Sampel: Jumlah sampel penelitian yaitu sejumlah 30 subjek terdiri
(Desain,
atas 16 anak perempuan dan 14 anak laki-laki.
Kriteria,
Populasi: Semua anak berumur 0-1 tahun yang dirawat di ruang anak
Sampel,
di RSUD Ambarawa.
Populasi,
Variabel: Teknik pengambilan sampel adalah teknik non probability
Variabel,
sampling dengan accidental sampling.
Instrumen)
Instrumen: Lembar kuisioner

35
Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Bermain dalam Menurunkan
Tujuan Kecemasan Pada Anak Sebagai Dampak Hospitalisasi di RSUD
Ambarawa
Analisis data menggunakan uji wilcoxon. Analisa bivariat digunakan
untuk mengetahui pengaruh Terapi Bermain terhadap kecemasan
sebagai dampak hospitalisasi di RSUD Ambarawa. Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dengan Shapiro wilk
didapatkan nilai sig pre = 0.156 dan post =0.002, dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi tidak normal, oleh karena itu pengujian
dilanjutkan dengan uji wilcoxon dengan α sebesar 0.05. Dari hasil
analisis diketahui p value = 0.003. (< 0.05) yang artinya bahwa p
value < 0.05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima
dimana secara statistik dapat dikatakan terdapat perbedaan yang
Analisis signifikan kecemasan anak yang dihospitalisasi setelah diberikan
terapi bermain di RSUD Ambarawa. Sedangkan, analisis univariat
pada anak hospitalisasi yang belum diberikan terapi bermain bisa
saja anak mengalami kecemasan dan stress dimana hal itu
diakibatkan karena adanya perpisahan, kehilangan control, ketakutan
mengenai kesakitan pada tubuh, serta nyeri dimana kondisi tersebut
belum pernah dialami sebelumnya dimana hal itu juga akan dapat
menimbulkan gangguan perkembangan. Sementara responden
setelah diberikan terapi bermain didapatkan hasil adanya penurunan
kecemasan pada anak hospitalisasi sebelum dan sesudah, sehingga
terdapat pengaruh.

Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan


Judul
Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud
Jurnal,
Kota Kotamobagu
Vol, No,
Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Graha Medika
Tahun
KotamobaguVol. 2 No. 2 September, 2019 p-ISSN 2655-0288
Metode Desain: Penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan
(Desain, rancangan penelitian pre eksperimental design dengan rancangan

36
one grup pretest-postest.
Sampel: Jumlah sampel yaitu 110 pasien atau rata-rata 37
pasien/bulan.
Kriteria, Populasi: Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien anak usia
Sampel, prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat diruang anak RSUD Kota
Populasi, Kotamobagu pada bulan Oktober-Desember 2018.
Variabel, Variabel: Teknik Pengambilan sampel dengan accidental sampling
Instrumen) yang dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada
atau tersedia diruang rawat inap anak sesuai dengan konteks
penelitian.
Instrumen: Lembar kuisioner
Untuk melihat Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat
Tujuan
Hospitalisasi dengan metode bermain
Analisis data menggunakan 2 bentuk yaitu univariat dan bivariat.
Analisis univariat ini dilakukan terhadap variabel dependen yaitu
tingkat kecemasan anak sebelum dilakukan terapi bermain puzzle
dan tingkat kecemasan anak setelah dilakukan terapi bermain puzzle.
Untuk data yang terdiri dari jenis kelamin dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi, sedangkan untuk data numerik yaitu usia
Analisis digunakan nilai mean atau rata-rata. Pada analisis bivariat dilakukan
uji untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap
tingkat kecemasan anak akibat hospitalisasi diruang anak RSUD
Kota Kotamobagu dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank
untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas dan variabel terikat
dimana untuk menganalisa sebelum dan setelah perlakuan dengan
tingkat kemaknaan ɑ=0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.

Pengaruh Terapi Bermain Storytelling Dengan Media Hand Puppet


Judul
Terhadap Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah Di
Jurnal,
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Vol, No,
Jurnal Keperawatan Muhamma-diyah, Vol. 1, No. 1. September
Tahun
2020

37
Desain: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
menggunakan desain pra eksperimental dengan pendekatan one
group pre test - post test design.
Sampel: Jumlah sampel penelitian yaitu sejumlah 30 subjek terdiri
Metode
atas 16 anak perempuan dan 14 anak laki-laki.
(Desain,
Populasi: Populasi dari penelitian ini adalah semua anak berumur 3-6
Kriteria,
tahun yang dirawat di ruang anak di RSUD Dr. R. Goeteng
Sampel,
Taroenadibrata Purbalingga
Populasi,
Variabel: Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
Variabel,
menggunakan teknik consecutive sampling yaitu pengambilan
Instrumen)
sampel dilakukan dengan mengambil semua subyek yang telah
memenuhi kriteria inklusi penelitian.
Instrumen: Lembar kuesioner kecemasan anak FAS (Faces Anxiety
Scale).
Untuk melihat Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Tujuan
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi
Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat
Analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden dan
analisa bivariat menggunakan uji paired sample test.

38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Literatur Review
4.1.1 Karateristik Studi
Terdapat 6 Jurnal yang dipilih. Faktor yang berkontribusi dalam
pengaruh terapi bermain bercerita terhadap tingkat kooperatif anak usia
prasekolah akibat hospitalisasi sebagian besar quasi-eksperimen dan
Praeksperiment. Jumlah rata-rata sampel yang diambil dalam penelitian ini
diatas 10 responden membahas pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kooperatif dan kecemasan pada anak akibat hospitalisasi. Kualitas studi adalah
pengaruh terapi bermain bercerita terhadap tingkat kooperatif anak usia
prasekolah akibat hospitalisasi. Studi yang sesuai dengan tinjauan sistematis ini
dilakukan diberbagai tempat, yaitu di Padang (Amelia Susanti,Hendrika
Safitri),Tasikmalaya (Sri Mulyanti,Tatang Kusmana), Lombok Barat (Indah
Putri Noviyanti,Indah Wasliah,Ernawati),Purbalingga (Ferra Dita
Larasaty,Sodikin) dan Kotamobagu (Thalia Kusmi,Amatus Y Ismanto,
Heriyana Amir). Tujuan untu mengetahui pengaruh terapi bermain bercerita
terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah akibat hospitalisasi.

39
1. Tabel Hasil Literature Review
Metode
Nama Jurnal (Desain, Kriteria,
No Author Vol, No, Judul Sampel, Populasi, Hasil Penelitian Kesimpulan Database
Tahun Variabel, Instrumen,
Analisis)
1. Erna Indonesian Pengaruh Terapi Desain: Quasy Dari hasil penelitian Terdapat penurunan Google
Setiawati Journal of Bermain dalam eksperiment diperoleh bahwa tingkat kecemasan pada Scholar
dan Midwivery Menurunkan Sampel: Jumlah sampel responden yang anak akibat hospitalisasi
Sundari (IJM) Kecemasan Pada penelitian yaitu sejumlah diberikan terapi bermain antara sebelum dan
Vol. 2, No. 1 Anak Sebagai 30 subjek terdiri atas 16 didapatkan hasil adanya sesudah dilakukan terapi
Maret, 2019 Dampak anak perempuan dan 14 penurunan kecemasan bermain RSUD
P-ISSN : Hospitalisasi di anak laki-laki. pada anak hospitalisasi Ambarawa yaitu nilai
2597-8594 RSUD Ambarawa Populasi: Semua anak sebelum dan sesudah. rata rata sebesar 20.77,
E-ISSN : berumur 0-1 tahun yang Terapi bermain yang nilai minimum 5, nilai
2580-930X dirawat di ruang anak di dilakukan dalam maksimum 34 dan
RSUD Ambarawa. penelitian ini yaitu untuk standar deviasi 8.310
Variabel: Teknik anak usia 0-1 tahun menjadi nilai rata rata
pengambilan sampel menggunakan terapi sebesar 14.87, nilai

40
adalah teknik non bermain berupa minimum 7, nilai
probability sampling menyusun donat warna- maksimum 24 dan
dengan accidental warni, untuk usia 1-3 standar deviasi 5.290.
sampling. tahun menggunakan Ada pengaruh terapi
Instrumen: Lembar terapi bermain bermain terhadap
kuisioner menyusun puzzle, untuk penurunan kecemasan
Analisis: Analisis data anak usia 4-6 tahun anak sebagai dampak
menggunakan uji menggunakan boneka hospitalisasi di RSUD
wilcoxon. Analisa tangan, dan 6-12 bisa Ambarawa dengan P-
bivariat digunakan untuk dengan menggunakan value = 0.003 < α = 0.0.
mengetahui pengaruh puzzle dan mewarnai
Terapi Bermain terhadap gambar. Hal ini sejalan
kecemasan sebagai dengan Wong, et al
dampak hospitalisasi di (2008) yang
RSUD Ambarawa. menyebutkan bahwa
Sebelum dilakukan bermain sangat penting
pengujian hipotesis bagi mental, emosional
terlebih dahulu dengan dan kesejahteraan sosial
Shapiro wilk didapatkan anak. Kebutuhan

41
nilai sig pre = 0.156 dan bermain tidak berhenti
post =0.002, dapat saat anak sakit atau
disimpulkan bahwa data dirumah sakit, karena
berdistribusi tidak bermain dapat
normal, oleh karena itu meminimalkan masalah
pengujian dilanjutkan perkembangan anak.
dengan uji wilcoxon Terapi bermain
dengan α sebesar 0.05. diharapkan dapat
Dari hasil analisis menjadi alternative
diketahui p value = dalam menangani
0.003. (< 0.05) yang kecemasan anak. Agar
artinya bahwa p value < anak dapat bermain
0.05, sehingga hipotesis secara efektif dirumah
dalam penelitian ini sakit. Hal ini didukung
diterima dimana secara oleh berbagai penelitian
statistik dapat dikatakan yang dilakukan
terdapat perbedaan yang diantaranya oleh Kaluas
signifikan kecemasan I, Ismanto dan Kundre
anak yang dihospitalisasi (2015) didapatkan hasil

42
setelah diberikan terapi bahwa terapi bermain
bermain di RSUD puzzle dan bercerita juga
Ambarawa. Sedangkan, efektif dalam penurunan
analisis univariat pada kecemasan anak usia
anak hospitalisasi yang prasekolah selama
belum diberikan terapi hospitalisasi di ruang
bermain bisa saja anak anak manado. Hasil
mengalami kecemasan penelitian juga
dan stress dimana hal itu menunjukkan bahwa rata
diakibatkan karena rata kecemasan sebelum
adanya perpisahan, dilakukan terapi bermain
kehilangan control, di RSUD Ambarawa
ketakutan mengenai didapatkan bahwa nilai
kesakitan pada tubuh, rata rata sebesar 20.77,
serta nyeri dimana nilai minimum 5, nilai
kondisi tersebut belum maksimum 34 dan
pernah dialami standardeviasi 8.310.
sebelumnya dimana hal Namun, setelah
itu juga akan dapat dilakukan terapi bermain

43
menimbulkan gangguan di RSUD Ambarawa
perkembangan. kecemasannya
Sementara responden didapatkan nilai rata rata
setelah diberikan terapi sebesar 14.87, nilai
bermain didapatkan hasil minimum 7, nilai
adanya penurunan maksimum 24 dan
kecemasan pada anak standardeviasi 5.290.
hospitalisasi sebelum dan Hasil akhir penelitian ini
sesudah, sehingga adalah ada pengaruh
terdapat pengaruh. terapi bermain terhadap
penurunan kecemasan
anak sebagai dampak
hospitalisasi di RSUD
Ambarawa dengan P-
value =0.003< α=0.05.
2 Amelia Jurnal Ilmu Pengaruh Story Desain: Praeksperiment Hasil penelitian tentang Setelah dilakukan Google
Susanti, Kesehatan Telling Terhadap dengan pendekatan one tingkat kecemasan penelitian pada 10 orang Scholar
Hendika (JIK) Tingkat group pretest posttest sebelum terapi Storry responden tentang
Safitri Vol. 1, No. 1 Kecemasan Anak Design. Telling ditemukan pengaruh story telling

44
Oktober, Prasekolah Yang Sampel: Jumlah sampel sebanyak 6 orang terhadap tingkat
2017 Menjalani adalah 10 orang anak dengan presentase kecemasan anak
P-ISSN : Hospitalisasi Di usia prasekolah yang (60.0%) mengalami prasekolah yang
2597-8594 Rsup Dr. M. menjalani hospitalisasi di tingkat kecemasan menjalani hospitalisasi
E-ISSN : Djamil Padang ruang akut dan kronik di sedang di RSUP Dr. M. di RSUP Dr. M.
2580-930X Tahun 2017 RSUP Dr. M. Djamil Djamil Padang tahun DJAMIL Padang Tahun
Padang. 2017. Sementara itu, 2017 diperoleh
Populasi: Populasi hasil penelitian tingkat kesimpulan bahwa
dalam penelitian ini kecemasan sesudah sebelum diberikan terapi
bersifat infinit. terapi Storry Telling Storry Telling
Instrumen: Lembar ditemukan sebanyak 2 ditemukan lebih dari
observasi dan wawancara orang dengan presentase separuh dari anak yang
Analisis: Analisa data (20.0%) anak mengalami menjalani hospitalisasi
secara univariat dan tingkat kecemasan yaitu 6 orang (60.0%)
bivariat yang dianalisis sedang dan sebanyak 8 anak mengalami tingkat
dengan statistic orang (80.0%) anak kecemasan sedang di
wilcoxon. Analisa mengalami tingkat RSUP Dr. M. Djamil
univariat ini digunakan kecemasan rendah di Padang tahun 2017.
untuk melihat distribusi RSUP Dr. M. Djamil Sesudah diberikan terapi

45
frekuensi tingkat Padang tahun 2017. Storry Telling
kecemasan sebelum dan Kemudian, mengenai ditemukan sebagian
sesudah Terapi Storry pengaruh Terapi Story besar anak yang
Telling pada anak Telling Terhadap menjalani hospitalisasi
prasekolah yang Tingkat Kecemasan yaitu sebanyak 8 orang
menjalani hospitalisasi di Responden Di RSUP (80.0%) anak
Dr. M. Djamil Padang DR. M. Djamil Padang mengalami tingkat
Tahun 2017. Kemudian, Tahun 2017 hasil kecemasan rendah di
analisis bivariat penelitian menunjukkan RSUP Dr. M. Djamil
bertujuan untuk melihat bahwa uji statistik Padang tahun 2017. Ada
perbedaan tingkat dengan uji wilcoxon pengaruh story telling
kecemasan antara didapatkan nilai p value terhadap tingkat
sebelum dan sesudah = 0,007 (p < 0,05). kecemasan anak
diberikan terapi Story Dengan demikian, ada prasekolah yang
Telling. pengaruh storry telling menjalani hospitalisasi
terhadap tingkat di RSUP Dr.M.DJAMIL
kecemasan akibat Padang Tahun 2017 (p =
hospitalisasi pada anak 0,007).
usia prasekolah

46
3 Sri Jurnal Pengaruh Terapi Desain: Penelitian Anak yang dirawat di Anak prasekolah yang Google
Mulyanti Bimtas, Vol. Bermain kuantitatif dengan desain rumah sakit mengalami di rawat dirumah sakit Scolar
dan 2 No. 1 Terhadap Tingkat penelitian quasy kecemasan, tetapi mengalami respon
Tatang E-ISSN: Kecemasan Anak experiment. Pendekatan setelah diberikan terapi kecemasan sebelum
Kusmana 2622-075X Usia Prasekolah penelitian dengan pre- bermain respon diberi terapi bermain
Akibat test dan post test design kecemasan tersebut (mewarnai). Dan anak
Hospitalisasi Di pada kelompok menurun dari cemas prasekolah yang dirawat
Rsud Dr. eksperimen. berat ke cemas sedang dirumah sakit
Soekardjo Kota Sampel: Jumlah sampel dan ringan. Keadaan ini mengalami penurunan
Tasikmalaya 20 anak usia pra sekolah. menunjukan bahwa ada kecemasan setelah
Populasi: Populasi pengaruh penurunan diberi terapi bermain
dalam penelitian ini kecemasan pada anak (mewarnai). Selain itu,
adalah seluruh anak setelah diberikan terapi terdapat pengaruh
prasekolah (3-6 tahun) di bermain (mewarnai). adanya terapi bermain
Ruang Melati Lantai V Stres dan kecemasan (mewarnai) terhadap
RSUD Dr. Soekardjo anak yang menjalani tingkat kecemasan anak
Kota Tasikmalaya. hospitalisasi dipengaruhi pra sekolah akibat
Variabel: Teknik oleh karakteristik hospitalisasi Di RSUD
pengumpulan data personal anak, yang Dr. Soekardjo Kota

47
observasi dilakukan meliputi umur, jenis Tasikmalaya.
sebanyak dua kali yaitu kelamin, budaya,
sebelum intervensi dan pengalaman
sesudah intervensi. hospitalisasi, dan
Kuesioner yang pengalaman medis
digunakan untuk melihat sebelumnya. Anak yang
tingkat kecemasan anak menjalani hospitalisasi
usia prasekolah dengan dapat bereaksi terhadap
Faces Anxiety Scale perpisahan dengan
(FAS). menunjukkan
Instrumen: Lembar kesendirian, kebosanan,
kuisioner dan observasi isolasi dan depresi.
Analisis: Analisis data Berdasarkan uji
menggunakan uji statistic Wilcoxon diperoleh hasil
dengan tingkat (p= 0,008) dimana ada
kebermaknaan 0,05 pengaruh derajat
dengan menggunakan kecemasan anak sebelum
Wilcoxon Test. Analisis dan sesudah terapi
yang digunakan ada 2 bermain berarti nilai p

48
yaitu analisis univariat lebih kecil dari α (0,05)
tentang karakteristik yang menunjukkan ada
anak usia prasekolah dan perubahan respon
tingkat kecemasan kecemasan anak sebelum
berdasarkan tingkat dan setelah diberi terapi
kecemasan sebelum dan bermain. Untuk rumah
sesudah dilaksanakan sakit agar menerapkan
terapi bermain. terapi bermain untuk
Lalu, analisis bivariat menurunkan tingkat
mengenai distribusi kecemasan pada anak
pengaruh terapi bermain dan penelitian ini dapat
terhadap respon bermanfaat bagi
kecemasan sebelum dan responden khususnya
sesudah. orang tua bahwa terapi
bermain sangat
bermanfaat bagi anak
dalam mengurangi
tingkat kecemasan.

49
4 Thalia Jurnal Pengaruh Terapi Desain: Penelitian ini Hasil penelitian yang Kesimpulan yang Google
Kusmia Sekolah Bermain Puzzle adalah eksperimental dilakukan pada 30 diperoleh, antara lain Scholar
A. Sulae Tinggi Ilmu Terhadap Tingkat dengan menggunakan responden yang sebagian besar tingkat
man, Kesehatan Kecemasan Anak rancangan penelitian pre merupakan anak usia kecemasan akibat
Amatus (STIK) Graha Usia Prasekolah eksperimental design prasekolah yang hospitalisasi pada anak
Y Medika Akibat dengan rancangan one mengalami kecemasan usia prasekolah diruang
IsmantO, Kotamobagu Hospitalisasi Di grup pretest-postest. akibat hospitalisasi di anak RSUD Kota
dan Vol. 2 No. 2 Ruang Anak Rsud Sampel: Jumlah sampel ruang anak RSUD Kota Kotamobagu sebelum
Heriyana September, Kota Kotamobagu yaitu 110 pasien atau Kotamobagu pada diberikan 7 terapi
Amir 2019 p-ISSN rata-rata 37 pasien/bulan. sebagian besar bermain puzzle berada
2655-0288 Populasi: Populasi dari responden berumur 3 pada kategori
penelitian ini adalah tahun yaitu terdiri atas, kecemasan berat.
seluruh pasien anak usia 12 responden (40,0%), Sementara itu, setelah
prasekolah (3-6 tahun) yang berumur 4 tahun diberikan terapi bermain
yang dirawat diruang sebanyak 10 responden puzzle berada pada
anak RSUD Kota (33,3%), yang berumur 5 kategori kecemasan
Kotamobagu pada bulan tahun sebanyak 2 sedang. Selain itu, pada
Oktober-Desember 2018. responden (6,7%), dan penelitian ini terdapat
Variabel: Teknik yang berumur 6 tahun pengaruh terapi bermain

50
Pengambilan sampel sebanyak 6 responden puzzle terhadap tingkat
dengan accidental (20,0%). Lalu untuk data kecemasan anak usia
sampling yang dilakukan yang terdiri dari jenis prasekolah akibat
dengan mengambil kelamin menggunakan hospitalisasi diruang
responden yang distribusi frekuensi hasil anak RSUD Kota
kebetulan ada atau penelitiannya diperoleh Kotamobagu.
tersedia diruang rawat bahwa anak usia
inap anak sesuai dengan prasekolah yang
konteks penelitian. mengalami kecemasan
Instrumen: Lembar akibat hospitalisasi
kuisioner diruang anak RSUD
Analisis: Analisis data Kota Kotamobagu pada
menggunakan 2 bentuk sebagian besar
yaitu univariat dan responden adalah
bivariat. Analisis berjenis kelamin
univariat ini dilakukan perempuan yaitu, 16
terhadap variabel responden (53,3%) dan
dependen yaitu tingkat jenis kelamin laki-laki
kecemasan anak sebelum sebanyak 14 responden

51
dilakukan terapi bermain (46,7%). Sedangkan,
puzzle dan tingkat berdasarkan analisis
kecemasan anak setelah bivariat diperleh hasil
dilakukan terapi bermain penelitian dengan
puzzle. Untuk data yang menggunakan uji
terdiri dari jenis kelamin stasistik Wilcoxon
dianalisis menggunakan menunjukkan terdapat
distribusi frekuensi, pengaruh terapi bermain
sedangkan untuk data puzzle terhadap tingkat
numerik yaitu usia kecemasan anak usia
digunakan nilai mean prasekolah diruang anak
atau rata-rata. Pada RSUD Kota
analisis bivariat Kotamobagu P Value
dilakukan uji untuk sebesar 0,000 atau lebih
mengetahui pengaruh kecil dari nilai α 0,05.
terapi bermain puzzle Data yang diperoleh
terhadap tingkat berjumlah 30 responden
kecemasan anak akibat setelah diberikan terapi
hospitalisasi diruang bermain puzzle tingkat

52
anak RSUD Kota kecemasan berat 22
Kotamobagu dengan responden turun menjadi
menggunakan uji kecemasan sedang 22
Wilcoxon Signed Rank responden, lalu
untuk mengetahui kecemasan sedang 6
pengaruh antar variabel responden turun menjadi
bebas dan variabel terikat kecemasan ringan 8
dimana untuk responden.
menganalisa sebelum dan
setelah perlakuan dengan
tingkat kemaknaan
ɑ=0,05 dan tingkat
kepercayaan 95%.
5 Indah Jurnal Prima Pengaruh Terapi Desain: Penelitian ini Berdasarkan hasil Berdasarkan penelitian Google
Putri Vol. 5 No. 1 Bermain Hospital adalah penelitian quasi penelitian yang telah ini diperoleh kesimpulan Scholar
Noviyan 2019 Story Terhadap eksperimen dengan one dilakukan terhadap 19 bahwa tingkat
ti, Indah e-ISSN : Kecemasan Pada group pretest and post responden sebelum kecemasan anak usia
Wasliah, 2621-5152 Anak Usia test designt. diberikan terapi bermain prasekolah sebelum
dan ISSN : 2477- Prasekolah Di Sampel: Sampel diperoleh data sebanyak diberikan terapi bermain

53
Ernawati 0604 Ruang Rawat penelitian ini yaitu anak 16 responden (84,2%) hospital story di
Inap Rsud Patut usia prasekolah yang memiliki tingkat dapatkan hasil
Patuh Patju dirawat di ruang IRNA kecemasan yang berat kecemasan ringan tidak
Kabupaten Anak RSUD Patut Patuh dan 3 responden (15,8%) ditemukan, kecemasan
Lombok Barat Patju Kabupaten Lombok memiliki tingkat sedang berjumlah 3
Tahun 2018 Barat sebanyak 16 orang. kecemasan yang sedang. orang dan kecemasan
Populasi: Populasi dari Tingginya persentase berat sekitar 16 orang.
penelitian ini adalah jumlah responden yang Lalu, tingkat kecemasan
semua anak usia memiliki tingkat anak usia prasekolah
prasekolah yang dirawat kecemasan yang berat setelah dilakukan terapi
di IRNA Anak RSUD dapat disebabkan oleh bermain hospital story
Patut Patuh Patju berbagai faktor seperti diperoleh tidak ada
Kabupaten Lombok dampak dari kecemasan berjumlah 2
Barat dengan estimasi 19 hospitalisasi yang di orang, kecemasan
orang yang didapat dari alami oleh anak karena ringan 7 orang, dan
ratarata jumlah anak usia menghadapi stressor kecemasan sedang 10
prasekolah yang dirawat yang ada di lingkungan orang serta kecemasan
selama 3 bulan terakhir sekitar rumah sakit. berat tidak ditemukan.
tahun 2017. Kemudian, hasil Sementara itu, dari

54
Variabel: Teknik penelitian setelah hasil uji statistic Paired
Pengambilan sampel kecemasan anak diberi T-test diperoleh nilai p
dengan teknik Purposive terapi bermain diperoleh = 0,000< α =0,05, maka
Sampling, dengan suatu penurunan dari hipotesa diterima
terlebih dahulu tinggi ke rendah dan dengan adanya pengaruh
mengidentifikasi terdapat 2 orang dari 19 terapi bermain hospital
responden berdasarkan yang mengalami story terhadap
kriteria inklusi yang kecemasan. Kemudian, kecemasan anak usia
telah ditetapkan dan mengenai analisa prasekolah di Ruang
melakukan inform bivariat diperoleh Anak RSUD Patut Patuh
consent. pembahasan dengan Patju Gerung Kabupaten
Instrumen: Lembar berdasarkan pada hasil Lombok Barat Tahun
kuisioner uji statistic 2018.
Analisis: Analisis data menggunakan uji T-test
menggunakan 2 bentuk diperoleh nilai p =
yaitu univariat dan 0,000< α =0,05, maka
bivariat. Uji statistic hipotesa diterima yaitu
menggunakan parametrik ada pengaruh terapi
dengan nilai p value = bermain hospital story

55
0,000(<α =0,05), terhadap kecemasan
pengolahan serta analisis anak usia prasekolah di
data dilakukan kemudian Ruang Anak RSUD
dengan menggunakan Patut Patuh Patju
komputer dengan Gerung Kabupaten
program SPSS.16. Lombok Barat Tahun
2018.

6 Ferra Jurnal Pengaruh Terapi Desain: Penelitian ini Hasil penelitian uji Kesimpulan penelitian
Dita Keperawatan Bermain menggunakan metode univariat dapat dilihat ini terdapat pengaruh
Larasaty Muhamma- Storytelling kuantitatif menggunakan bahwa tingkat terapi bermain
dan diyah, Vol. 1, Dengan Media desain pra eksperimental kecemasan pada anak storytelling dengan
Sodikin No. 1. Hand Puppet dengan pendekatan one pra sekolah yang media hand puppet
September Terhadap group pre test - post test dilakukan terapi bermain terhadap kecemasan
2020s Kecemasan design. storytelling dengan hospitalisasi pada anak
Hospitalisasi Sampel: Jumlah sampel media hand puppet di usia pra sekolah di
Anak Usia Pra penelitian yaitu sejumlah ruang Cempaka RSUD RSUD dr. R. Goeteng
Sekolah Di 30 subjek terdiri atas 16 dr. R. Goeteng Taroenadibrata
RSUD Dr. R. anak perempuan dan 14 Taroenadibrata Purbalingga

56
Goeteng anak laki-laki. Purbalingga. Intervensi menunjukkan
Taroenadibrata Populasi: Populasi dari sebelum dilakukan terapi didapatkan nilai p-value
Purbalingga penelitian ini adalah bermain didapatkan = 0,0001 yang berarti p-
semua anak berumur 3-6 kategori terbanyak yaitu value kurang dari 0,05
tahun yang dirawat di kategori cemas berat (p-value 0,0001 < 0,05).
ruang anak di RSUD Dr. sebanyak 15 anak
R. Goeteng (50,0%), cemas sedang
Taroenadibrata sebanyak 11 anak
Purbalingga (36,7%) dan kategori
Variabel: Teknik cemas ekstrim sebanyak
pengambilan sampel 4 anak (13,3%). Skor
dalam penelitian ini rata-rata kecemasan pre
menggunakan teknik intervensi didapatkan
consecutive sampling 3,76 ± sd, 67891 dan
yaitu pengambilan skor rata-rata kecemasan
sampel dilakukan dengan post intervensi 1,63 ± sd,
mengambil semua 80872 . Tingkat
subyek yang telah kecemasan anak sesudah
memenuhi kriteria dilakukan terapi bermain

57
inklusi penelitian. storytelling dengan
Instrumen: Lembar media hand puppet
kuesioner kecemasan menunjukkan penurunan
anak FAS (Faces Anxiety yaitu sebagian besar
Scale). dalam kategori tidak
Analisis: Analisa data cemas sebanyak 16 anak
pada penelitian ini (53,3%), kategori cemas
menggunakan analisa ringan sebanyak 10 anak
univariat untuk (33,3%), kategori cemas
mengetahui distribusi sedang sebanyak 3 anak
frekuensi karakteristik (10,0%) dan kategori
responden dan analisa cemas berat sebanyak 1
bivariat menggunakan uji anak (3,3%). Sedangkan
paired sample t test. dengan uji bivariat hasil
penelitian ini
membuktikan adanya
pengaruh terapi bermain
storytelling dengan
media hand puppet pada

58
anak usia pra sekolah,
dengan hasil uji statstik
menunjukkan didapatkan
nilai p-value = 0,000
yang berarti p-value
kurang dari 0,05 (p-
value 0,000 < 0,05).
Berdasarkan hasil
hipotesis menunjukkan
bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima sehingga
dapat disimpulkan
bahwa secara analisis
statistik ada pengaruh
yang signifikan terapi
bermain storytelling
dengan media hand
puppet terhadap
kecemasan hospitalisasi

59
anak usia pra sekolah di
RSUD dr. Goeteng
Taroenadibrata
Purbalingga.

60
4.2 Karateristik Responden Studi
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak usia prasekolah yang
mengalami masalah tidak kooperatif atau mengalami kecemasan akibat
hospitalisasi disemua wilayah di Indonesia. Mayoritas responden dalam studi
berjumlah diatas 10 orang dengan usia rata-rata 3-5 tahun. Jenis kelamin
responden mayoritas laki-laki 59,7% dengan tingkat kecemasan sedang 48,5%
dari total keseluruhan responden ,terdapat beberapa faktor-faktor utama yang
mempengaruhi tingkat kooperatif anak atau kecemasan anak
1. Jenis Kelamin.
dikatakan bahwa anak perempuan menunjukkan skor kecemasan dan
perilaku kooperatif yang lebih tinggi secara signifikan dibanding anak laki-
laki. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya. Penyebab
utama mungkin disebabkan oleh fakta bahwa perempuan lebih rentan untuk
memiliki tingkat neurotisisme yang lebih tinggi, dimana tingkat neurotisme
berkorelasi kuat dengan kecemasan dan perilaku pada anak
2. Perkembangan Fisik Danmental.
Anak-anak yang memiliki kondisi fisik dan mental yang lemah atau
cacat memiliki tingkat kooperatif yang lebih rendah dibanding dengan anak
normal. Contohnya intervensi bantuan yang ditawarkan kepada bayi
sindrom down, yang memiliki perkembangan motorik lambat. Beberapa
anak dengan keterbelakangan motorik mungkin gagal untuk menunjukkan
dominasi manual spesifik otak kanan atau kiri sehingga kemampuan
koordinasi menjadi berkurang. Kondisi anak seperti ini menuntut kerjasama
dalam cara yang tidak biasa. Kadang-kadang, teknik manajemen perilaku
khusus digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan pada anak-
anakini
3. Sikap Dan Pola Asuh Orangtua.
Tenaga kesehatan dihadapkan dengan tantangan dari peningkatan
jumlah anak-anak sakit dilengkapi dengan keterampilan dan disiplin diri
yang diperlukan untuk menangani pasien dan orang tua dengan pengalaman
baru dalam perawatan . Beberapa orang tua seringkali menuntut dan
mengancam anak untuk tidak menangis dalam perawatan, bahkan mungkin

61
mencoba untuk menentukan pengobatan, meskipun pemahaman mereka
tentang prosedur kurang. Hal tersebut secara tidak langsung justru akan
semakin menyulitkan perawatan pada pasienanak.
4. Kondisi Psikologis Dan Kepribadiananak.
Dalam lingkungan perawatan, secara empiris diketahui bahwa pasien
yang menunjukkan kecemasan atau ketakutan perawatan akan
menunjukkan perilaku tidak kooperatif terhadap perawat selama perawatan.
Watak dan kepribadian anak juga berpengaruh terhadap tingkat
kooperatifnya dalam klinik. Misalnya anak-anak dengan temperamen yang
lebih tinggi akan merasa lebih sulit untuk menghadapi masalah dan stress
yang diterima sehingga membutuhkan kesabaran yang lebih dalam
melakukan perawatan. Sedangkan anak dengan kepercayaan diri dan
kemampuan sosialisasi yang tinggi akan mudah untuk mengotrol diri dan
beradaptasi dengan lingkungannya, hal ini akan memudahkan perawat untuk
bekerja sama dengan mereka.
5. Sikap Dan Penampilan Perawat
Anak-anak sering membuat penilaian tentang perawat mereka
berdasarkan penampilannya dan sering merekam dan menganalisis perawat
mereka setiap kata, gerakan dan isyarat selama perawatan. Hal yang
terpenting bagi perawat untuk memperoleh kerja sama yang baik dan untuk
memperoleh hasil perawatan yang efektif adalah bersikap ramah dan
menyenangkan serta bersahabat, terutama pada pasien anak-anak (Piaget,
2005 dalam Anita, 2015)

4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan hasil enam literature yang
memenuhi kriteria inklusi yang semuanya membahas tentang pengaruh
terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak akibat hospitalisasi.
Adapun solusi yang dapat mengurangi masalah terhadap tingkat kooperatif
anak akibat hospitalisasi tersebut,adalah dengan menerapkan terapi
bermain bercerita terhadap anak usia prasekolah akibat hospitalisasi. Dari

62
keenam jurnal yang telah dianalisis didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh dalam penerapan terapi bermain bercerita terhadap tingkat
kooperatif anak usia prasekolah akibat hospitalisasi.
Hasil penelitian pertama yang dilakukan oleh Erna Setiawati dan
Sundari melalui jurnal “Pengaruh Terapi Bermain dalam Menurunkan
Kecemasan Pada Anak Sebagai Dampak Hospitalisasi di RSUD
Ambarawa” Ditemukan hasil penelitian tentang penurunan tingkat
kecemasan pada anak akibat hospitalisasi antara sebelum dan sesudah
dilakukan terapi bermain RSUD Ambarawa yaitu nilai rata rata sebesar
20.77, nilai minimum 5, nilai maksimum 34 dan standar deviasi 8.310
menjadi nilai rata rata sebesar 14.87, nilai minimum 7, nilai maksimum 24
dan standar deviasi 5.290. Ada pengaruh terapi bermain terhadap
penurunan kecemasan anak sebagai dampak hospitalisasi di RSUD
Ambarawa dengan P-value = 0.003 < α = 0.0. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa responden yang diberikan terapi bermain didapatkan hasil
adanya penurunan kecemasan pada anak hospitalisasi sebelum dan
sesudah. Terapi bermain yang dilakukan. Hal ini didukung oleh berbagai
penelitian yang dilakukan diantaranya oleh Kaluas I, Ismanto dan Kundre
(2015) didapatkan hasil bahwa terapi bermain puzzle dan bercerita juga
efektif dalam penurunan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata
rata kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain di RSUD Ambarawa
didapatkan bahwa nilai rata rata sebesar 20.77, nilai minimum 5, nilai
maksimum 34 dan standardeviasi 8.310. Namun, setelah dilakukan terapi
bermain di RSUD Ambarawa kecemasannya didapatkan nilai rata rata
sebesar 14.87, nilai minimum 7, nilai maksimum 24 dan standardeviasi
5.290. Hasil akhir penelitian ini adalah ada pengaruh terapi bermain
terhadap penurunan kecemasan anak sebagai dampak hospitalisasi di
RSUD Ambarawa dengan P-value =0.003< α=0.05
Pada penelitian kedua yang dilakukan Amelia Susanti, Hendika
Safitri melalui jurnal “Pengaruh Story Telling Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rsup Dr.
M. Djamil Padang Tahun 2017” Ditemukan hasil penelitian tentang

63
tingkat kecemasan sebelum terapi Storry Telling ditemukan sebanyak 6
orang dengan presentase (60.0%) mengalami tingkat kecemasan sedang di
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Sementara itu, hasil penelitian
tingkat kecemasan sesudah terapi Storry Telling ditemukan sebanyak 2
orang dengan presentase (20.0%) anak mengalami tingkat kecemasan
sedang dan sebanyak 8 orang (80.0%) anak mengalami tingkat kecemasan
rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Kemudian, mengenai
pengaruh Terapi Story Telling Terhadap Tingkat Kecemasan Responden
Di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2017 hasil penelitian
menunjukkan bahwa uji statistik dengan uji wilcoxon didapatkan nilai p
value = 0,007 (p < 0,05). Dengan demikian, ada pengaruh storry telling
terhadap tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah.
Keadaan ini menunjukan bahwa ada pengaruh penurunan kecemasan pada
anak setelah diberikan terapi bermain.Stres dan kecemasan anak yang
menjalani hospitalisasi dipengaruhi oleh karakteristik personal anak, yang
meliputi umur, jenis kelamin, budaya, pengalaman hospitalisasi, dan
pengalaman medis sebelumnya. Anak yang menjalani hospitalisasi dapat
bereaksi terhadap perpisahan dengan menunjukkan kesendirian,
kebosanan, isolasi dan depresi.
Hasil penelitian ketiga yang dilakukan oleh Sri Mulyanti dan
Tatang Kusmana melalui jurnal ”Pengaruh Terapi Bermain Terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Rsud
Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya” Ditermukan Anak prasekolah yang di
rawat dirumah sakit mengalami respon kecemasan sebelum diberi terapi
bermain (mewarnai). Dan anak prasekolah yang dirawat dirumah sakit
mengalami penurunan kecemasan setelah diberi terapi bermain. Selain itu,
terdapat pengaruh adanya terapi bermain terhadap tingkat kecemasan dan
kooperatif anak prasekolah akibat hospitalisasi Di RSUD Dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya. Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh hasil (p= 0,008)
dimana ada pengaruh derajat kecemasan anak sebelum dan sesudah terapi
bermain berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05) yang menunjukkan ada
perubahan respon kecemasan anak sebelum dan setelah diberi terapi

64
bermain. Untuk rumah sakit agar menerapkan terapi bermain untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada anak dan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi responden khususnya orang tua bahwa terapi bermain
sangat bermanfaat bagi anak dalam mengurangi tingkat kecemasan.
Pada penelitian keempat yang dilakukan oleh Thalia Kusmia A.
Sulaeman, Amatus Y Ismanto,dan Heriyana Amir melalui jurnal
“Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Anak
Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud Kota
Kotamobagu” dijelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada responden yang merupakan anak usia prasekolah yang
mengalami kecemasan akibat hospitalisasi di ruang anak RSUD Kota
Kotamobagu pada sebagian besar responden berumur 3-6 tahun, Lalu
untuk data yang terdiri dari jenis kelamin menggunakan distribusi
frekuensi hasil penelitiannya diperoleh bahwa anak usia prasekolah yang
mengalami kecemasan akibat hospitalisasi diruang anak RSUD Kota
Kotamobagu pada sebagian besar responden adalah berjenis kelamin
perempuan yaitu, 16 responden (53,3%) dan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 14 responden (46,7%). Sedangkan, berdasarkan analisis bivariat
diperleh hasil penelitian dengan menggunakan uji stasistik Wilcoxon
menunjukkan terdapat pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah diruang anak RSUD Kota Kotamobagu P
Value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai α 0,05. Kesimpulan yang
diperoleh, antara lain sebagian besar tingkat kecemasan akibat
hospitalisasi pada anak usia prasekolah diruang anak RSUD Kota
Kotamobagu sebelum diberikan 7 terapi bermain berada pada kategori
kecemasan berat. Sementara itu, setelah diberikan terapi bermain puzzle
berada pada kategori kecemasan sedang. Selain itu, pada penelitian ini
terdapat pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan anak
usia prasekolah akibat hospitalisasi diruang anak RSUD Kota
Kotamobagu.
Hasil penelitian kelima yang dilakukan oleh Indah Putri Noviyanti,
Indah Wasliah, dan Ernawati melalui jurnal “Pengaruh Terapi Bermain

65
Hospital Story Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Di
Ruang Rawat Inap Rsud Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2018” dijelaskan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan
terhadap 19 responden sebelum diberikan terapi bermain diperoleh data
sebanyak 16 responden (84,2%) memiliki tingkat kecemasan yang berat
dan 3 responden (15,8%) memiliki tingkat kecemasan yang sedang.
Tingginya persentase jumlah responden yang memiliki tingkat kecemasan
yang berat dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti dampak dari
hospitalisasi yang di alami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada
di lingkungan sekitar rumah sakit.Kemudian, hasil penelitian setelah
kecemasan anak diberi terapi bermain diperoleh suatu penurunan dari
tinggi ke rendah dan terdapat 2 orang dari 19 yang mengalami kecemasan.
Kemudian, mengenai analisa bivariat diperoleh pembahasan dengan
berdasarkan pada hasil uji statistic menggunakan uji T-test diperoleh nilai
p = 0,000< α =0,05, tingkat kecemasan anak usia prasekolah sebelum
diberikan terapi bermain hospital story di dapatkan hasil kecemasan ringan
tidak ditemukan, kecemasan sedang berjumlah 3 orang dan kecemasan
berat sekitar 16 orang. Lalu, tingkat kecemasan anak usia prasekolah
setelah dilakukan terapi bermain hospital story diperoleh tidak ada
kecemasan berjumlah 2 orang, kecemasan ringan 7 orang, dan kecemasan
sedang 10 orang serta kecemasan berat tidak ditemukan. maka hipotesa
diterima dengan adanya pengaruh terapi bermain hospital story terhadap
kecemasan anak usia prasekolah di Ruang Anak RSUD Patut Patuh Patju
Gerung Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018.
Hasil penelitian keenam yang dilakukan oleh Ferra Dita Larasaty
dan Sodikin melalui jurnal “Pengaruh Terapi Bermain Storytelling Dengan
Media Hand Puppet Terhadap Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra
Sekolah Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga” di
dapatkan hasil jika tingkat kecemasan anak sesudah dilakukan terapi
bermain storytelling dengan media hand puppet menunjukkan penurunan
yaitu sebagian besar dalam kategori tidak cemas sebanyak 16 anak
(53,3%), kategori cemas ringan sebanyak 10 anak (33,3%), kategori cemas

66
sedang sebanyak 3 anak (10,0%) dan kategori cemas berat sebanyak 1
anak (3,3%). Sedangkan dengan uji bivariat hasil penelitian ini
membuktikan adanya pengaruh terapi bermain storytelling dengan media
hand puppet pada anak usia pra sekolah, dengan hasil uji statstik
menunjukkan didapatkan nilai p-value = 0,000 yang berarti p-value kurang
dari 0,05 (p-value 0,000 < 0,05). Seperti yang sudah dijelaskan bahwa
bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri
untuk memperoleh kesenangan,Bermain adalah cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata,
belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong,
2011).hal ini mendukung penuh terhadap pengaruh yang signifikan
melalui terapi bermain storytelling dengan media hand puppet terhadap
kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah.

67
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian systematic literature review dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara setelah dan sesudah dilakukan

terapi bermain bercerita pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi.

Hasil penelitian pada penerapan terapi bermain terhadap tingkat

kooperatif anak usia prasekolah yaitu sebagian besar responden yang diberikan

perlakuan atau diberikan terapi bermain mengalami penurunan kecemasan dan

peningkatan dalam tingkat kooperatif saat menjalani prosedur yang diberikan di

Rumah Sakit

5.2 Saran

a. Bagi Responden

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan diterapkan dalam

menangani penurunan tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah yang

mengalami hospitalisasi

b. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Malang

Memberikan masukan-masukan khususnya dalam penanganan dalam

pemberian terapi bermain bercerita terhadap tingkat kooperatif anak usia

prasekolah akibat hospitalisasi

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan rujukan sebuah

penelitian di bidang keperawatan anak dan untuk memperdalam penelitian

mengenai pengaruh terapi bermain bercerita terhadap tingkat kooperatif anak usia

prasekolah akibat hospitalisasi

68
d. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat dan pelayanan

kesehatan mengenai pemberian terapi bermain bercerita terhadap tingkat

kooperatif anak usiaprasekolah akibat hospitalisasi

69
JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies
Reviewer : Hilda Firdaus R Date : Tuesday, 12-11-2020
Author : Amelia Susanti Hendika Safitri Year : 2017
Record Number : 2
Not
YesNoUnclear
applicable
1. Were the criteria for inclusion in the sample clearly
 □ □ □
defined?
2. Were the study subjects and the setting described in
 □ □ □
detail?
3. Was the exposure measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
4. Were objective, standard criteria used for
 □ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding factors
 □ □ □
stated?
7. Were the outcomes measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
8. Was appropriate statistical analysis used?  □ □ □
Overall appraisal: Include  Exclude □ Seek further info □
Comments (Including reason for exclusion)

70
JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies
Reviewer : Hilda Firdaus R Date : Tuesday, 12-11-2020
Author : Indah Putri,Indah Wasliha dan Ernawati Year : 2019
Record Number : 5
Not
YesNoUnclear
applicable
1. Were the criteria for inclusion in the sample clearly
 □ □ □
defined?
2. Were the study subjects and the setting described in
 □ □ □
detail?
3. Was the exposure measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
4. Were objective, standard criteria used for
 □ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding factors
 □ □ □
stated?
7. Were the outcomes measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
8. Was appropriate statistical analysis used?  □ □ □
Overall appraisal: Include  Exclude □ Seek further info □
Comments (Including reason for exclusion)

71
JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies
Reviewer : Hilda Firdaus R Date : Tuesday, 12-11-2020
Author : Sri Mulyanti dan Tatang Kusuma Year : 2020
Record Number : 3
Not
YesNoUnclear
applicable
1. Were the criteria for inclusion in the sample clearly
 □ □ □
defined?
2. Were the study subjects and the setting described in
 □ □ □
detail?
3. Was the exposure measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
4. Were objective, standard criteria used for
 □ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding factors
 □ □ □
stated?
7. Were the outcomes measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
8. Was appropriate statistical analysis used?  □ □ □
Overall appraisal: Include  Exclude □ Seek further info □
Comments (Including reason for exclusion)

72
JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies
Reviewer : Hilda Firdaus R Date : Tuesday, 12-11-2020
Author : Erna Setiawati dan Sundari Year : 20219
Record Number : 4
Not
YesNoUnclear
applicable
1. Were the criteria for inclusion in the sample clearly
 □ □ □
defined?
2. Were the study subjects and the setting described in
 □ □ □
detail?
3. Was the exposure measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
4. Were objective, standard criteria used for
 □ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding factors
 □ □ □
stated?
7. Were the outcomes measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
8. Was appropriate statistical analysis used?  □ □ □
Overall appraisal: Include  Exclude □ Seek further info □
Comments (Including reason for exclusion)

73
JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies
Reviewer : Hilda Firdaus R Date : Tuesday, 12-11-2020
Author : Thalia,Amatus dan Heriyana Year : 2019
Record Number : 5
Not
YesNoUnclear
applicable
1. Were the criteria for inclusion in the sample clearly
 □ □ □
defined?
2. Were the study subjects and the setting described in
 □ □ □
detail?
3. Was the exposure measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
4. Were objective, standard criteria used for
 □ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding factors
 □ □ □
stated?
7. Were the outcomes measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
8. Was appropriate statistical analysis used?  □ □ □
Overall appraisal: Include  Exclude □ Seek further info □
Comments (Including reason for exclusion)

74
JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies
Reviewer : Hilda Firdaus R Date : Tuesday, 12-11-2020
Author : Ferra Dita dan Sodikin Year : 2020
Record Number : 6
Not
YesNoUnclear
applicable
1. Were the criteria for inclusion in the sample clearly
 □ □ □
defined?
2. Were the study subjects and the setting described in
 □ □ □
detail?
3. Was the exposure measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
4. Were objective, standard criteria used for
 □ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding factors
 □ □ □
stated?
7. Were the outcomes measured in a valid and reliable
 □ □ □
way?
8. Was appropriate statistical analysis used?  □ □ □
Overall appraisal: Include  Exclude □ Seek further info □
Comments (Including reason for exclusion)

75
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, A., & Christiani, N. (2019). Pengaruh Hipnoterapi dan Healing Touch
Terhadap Perilaku Hiperaktif pada Anak Autis di SLB N Ungaran.
Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 2(2), 95–99.
https://doi.org/10.35473/ijm.v2i2.284
Apriani, V. (2017). Terapi Bermain Terhadap Perilaku Kooperatif Pada Anak
Usia Pra Sekolah. Ilmu Keperawatan Inodonesia, 7(3).
Aristina, T., Wardhaningsih, S., & Affandi, M. (2018). Pengaruh Pelatihan
Pendidikan Karakter Terhadap Self Confidence Mahasiswa Di Akper
“YKY” Yogyakarta. Journal of Health, 5(1), 12.
https://doi.org/10.30590/vol5-no1-p12-16
El-Dairi, M., & House, R. J. (2019). Optic nerve hypoplasia. In Handbook of
Pediatric Retinal OCT and the Eye-Brain Connection (pp. 285–287).
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-60984-5.00062-7
Fetriani, R. (2018). Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekola (3-5 Tahun) Akibat Hospitalisasi.
Jurnal Media Kesehatan, 10(2), 179–184.
https://doi.org/10.33088/jmk.v10i2.343
Fitriani, R. (2016). Anak dalam Melindungi dan Memenuhi Hak-hak Anak. Jurnal
Hukum : Samudra Keadilan, 11(2), 250–258.
Hasnita, E., & Gusvianti, S. (2018). Meningkatkan Kooperatif Selama Menjalani
Perawatan Pada Anak Usia Prasekolah ( 3-5 Tahun ). Jurnal Mutiara Ners,
24–30.
Infus, P. (2019). Journal of Telenursing. 1, 168–177.
Nursalam, 2016, metode penelitian, & Fallis, A. . (2013). 済無No Title No Title.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Pamungkas, Wahyu Tatang, Sri Hartini, R. A. (2016). Pengaruh Terapi Bermain
Origami dan Bercerita Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Ambarawa. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 9, 1–10.
Ramadhani Khija, ludovick Uttoh, M. K. T. (2015). No TitleÉ?__. Ekp, 13(3),
1576–1580.

76
susanti, amelia, & safitri, hendika. (2017). Pengaruh Story Telling Terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di
Rsup Dr.M.Djamil Padang Tahun 2017. Jik- Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1),
44–50. https://doi.org/10.33757/jik.v1i1.26
Wolling, I. B. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat
Kecemasan Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun). Tunas
Riset Kesehatan, 9(November), 369–373.
Yusuf, A. S. H. (2013). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat
Kooperatif Anak Usia 3-5 Tahun Dalam Perawatan Gigi Dan Mulut.

77
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Utama : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112
Telp (0341) 566075, 571388 Fax (0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember, Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp. (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp. (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp. (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LAWANG

NAMA : Hilda Firdaus R


NIM : P17220182029
JUDUL KTI : Pengaruh Terapi Bermain Bercerita
Terhadap Tingkat Anak Usia Prasekolah
PEMBIMBING : Kasiati, S.Kep. Ns., M.Kep

TANDA TANGAN
NO TANGGAL URAIAN
PEMBIMBING MAHASISWA
1 15/09/2020 Bimbingan dan pengarahan melalui Zoom Metting

2 23/09/2020 Konsultasi judul melalui WA Group + Acc judul

3 07/10/2020 Konsul Bab 1-2


Bimbingan melalui Zoom Metting dan
4 09/10/2020
Revisi Bab 1-2 dan melanjutkan Bab 3
5 27/11/2020 Revisi Bab 1-3

Mengetahui
Ketua Program Studi D-III dan D-IV Pembimbing
Keperawatan Lawang

Budiono, S.Kp., M.Kes. Kasiati, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIP. 196907122001121001 NIP. 196608161988032001

78

Anda mungkin juga menyukai