(Literature Review)
Oleh
RICHELA B. LANGOY
NIM. 7114 3011 6057
Kepada:
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2020
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : 711430116057
Jurusan : Keperawatan
ProgramStudi : Diploma IV
Menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
hasil karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan maka saya
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN ISPA PADA KELUARGA
DENGAN ANAK BALITA
LITERATUR REVIEW
Pembimbing Pertama
Pembimbing Kedua
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Ini telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian Akhir
Program Pendidikan Diploma IV Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan
Keperawatan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma IV
pada tanggal ………………………………………………...2020
Ketua Penguji
Anggota Penguji
Penguji 2 Penguji 3
Mengetahui,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari tidak akan dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik tanpa bimbingan, saran, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak.
Kemenkes Manado.
membimbing peniliti dari awal sampai akhir dari penulisan skripsi ini.
6. Lorien G. Runtu, S.Pd, S.Si.T, MPH selaku Dosen Pembimbing II yang telah
penyelesaian skripsi.
v
7. Herlina P. Memah, SKM, M.Kes Sebagai ketua Penguji atau Penguji 1 dan Jane
bimbingan, masukan dan arahan dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.
9. Teristimewa kepada orang tua yang saya cintai yaitu Papa Risart Langoy dan
Mama Irenne Mokolinu (+), Bunda Deisy Keintjem, Kakak Rio Langoy, Adik
Willy dan velly, Oma dan Muda Riko yang telah memberikan motivasi, doa dan
dukungan dana sehingga penulisan skripsi berjalan dengan baik dan lancar.
10. Sandi, Edwella, Rilly, Velicya, Sanchia yang selalu mendukung dan
Kemenkes Manado yang telah bersama sama melewati masa pendidikan selama
untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar skripsi ini
dapat selesai dengan maksimal. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun
para pembaca.
Richela B. Langoy
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN…………………………………... ii
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………….. iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………........... iv
KATA PENGANTAR………………………………………………................... v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. vii
ABSTRAK………………………………………………………………………. ix
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………................. 5
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………... 5
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………............................. 6
BAB II : METODE PENELITIAN
2.1 Strategi Pencarian Literatur…………………………………………... 7
2.2 kriteria Inklusi dan Ekslusi…………………………………………… 8
2.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas………………………………...... 10
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Richela Brenda Langoy 2020.Faktor-faktor yang menyebabkan ISPA pada
keluarga dengan anak balita. (Dibimbing oleh Yanni Karundeng, SKM, M.Kes
sebagai pembimbing 1 dan Lorrien G. Runtu, S.Pd, S.Si.T, MPH sebagai
pembimbing II)
ABSTRAK
Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Menurut
WHO diperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara
berkembang mencapai 15 % -20 % pertahun, dengan jumlah balita yang
meninggal mencapai ± 13 juta setiap tahun, dimana ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kematian yang membunuh ± 4 juta balita setiap tahun
(Agustina, 2013). Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau
bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala:
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak Secara
umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak serta faktor perilaku (Asih, Y. 2017). Berdasarkan data
Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan insiden ISPA (per 1000
balita) di Indonesia sebesar 20,54%. Angka kematian akibat infeksi saluran
pernapasan akut pada balita tahun 2016 sebesar 0,22% pada tahun 2017 menjadi
0.34% (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan ISPA Balita. Penelitian ini
menggunakan literature review yaitu menggunakan hasil penelitian terdahulu
maupun buku teks atau jurnal penelitian. Pencarian database yang digunakan
termasuk yaitu google schoolar,pubmed,dan directory of open access journal.
Kata kunci yang digunakan faktor risiko ispa dan ispa balita. Dengan ketentuan
jurnal yaitu sejak tahun 2011-2020 dan peneliti mendapat 8 junal yang
digunakan untuk literature review. Berdasarkan delapan literature review
dengan hasil menyatakan bahwa merokok, pencemaran udara, kepdatan hunian
dan ventilasai sangat berdampak pada kesehatan baita sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut.
Kata kunci : Faktor risiko infeksi saluran pernapasan akut balita, ISPA Balita
x
Richela Brenda Langoy 2020. Factors that cause ISPA in families with
toddlers. (Guided by Yanni Karundeng, SKM, M.Kes as 1st mentor and Lorrien
G. Runtu, S.Pd, S.Si.T, MPH as guide II)
ABSTRACT
Acute respiratory infections are caused by viruses or bacteria. According to
WHO, it is estimated that the incidence of Acute Respiratory Infection (ISPA)
in developing countries reaches 15% -20% per year, with the number of
children under five who die reaching ± 13 million each year, where ARI is one
of the main causes of death that kills ± 4 million children under five every year.
(Agustina, 2013). Acute respiratory infections are caused by viruses or bacteria.
This disease begins with fever accompanied by one or more symptoms: sore
throat or swallowing pain, runny nose, dry cough or with phlegm. In general,
there are three risk factors for ARD, namely environmental factors, individual
child factors and behavioral factors (Asih, Y. 2017) . Based on the data from the
2017 ISPA Sub-Directorate Routine Report, it was found that the ARI incidence
(per 1000 children under five) in Indonesia was 20.54%. The death rate due to
acute respiratory infections in children under five in 2016 was 0.22% in 2017 to
0.34% (Indonesian Ministry of Health, 2017). This study aims to explain the
factors that cause ARI in toddlers. This study uses a literature review, namely
using the results of previous research or textbooks or research journals.
Database searches used include google schoolar, pubmed, and directory of open
access journals. Keywords: risk factors for ispa and ispa under five. With the
provisions of the journal, namely from 2011-2020 and researchers got 8 journals
used for literature review. Based on eight literature reviews, the results state that
smoking, air pollution, occupancy density and ventilation greatly affect the
health of the child so that it can lead to acute respiratory infections.
Keywords : Risk factor Acute respiratory tract infection toddler, ISPA Toddler
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Menjadi seorang perokok pasif dapat menimbulkan berbagai penyakit
karena dalam asap rokok terkandung lebih dari 4000 bahan kimia. Salah satu
penyakit yang dapat ditimbulkan yaitu ISPA yang menyerang saluran
pernafasan manusia dengan jumlah penderita infeksi kebanyakan pada anak
(Hartono & Rahmawati, 2012).
Menurut data dari IDAI (2016), sebanyak 165.000 orang anak di dunia
meninggal setiap tahun karena penyakit paru terkait dengan paparan asap
rokok. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), presentase seorang
perokok di ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), Filipina (16,62%),
Vietnam (14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90%),
Kamboja (2,07%), Laos (1,23%), Singapura (0,39%) dan Brunei (0,04%).
Berdasarkan data hasil Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKESNAS)
pada tahun 2016, prevalensi merokok nasional adalah 28,5%. Prevalensi
merokok berdasarkan jenis kelamin, ditemukan prevalensi pada laki-laki 59%
dan perempuan 1,6%. Menurut kelompok umur, prevalensi tertinggi pada usia
40-49 tahun sebesar 39,5% sedangkan pada usia muda atau perokok pemula
≤18 tahun sebesar 8,8% (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
2
Penelitian yang dilakukan oleh Lebuan & Somia (2014), asap rokok baik
dari orang tua atau penghuni rumah satu atap dapat mencemari udara, dan
apabila terhirup oleh anak dapat merusak pertahanan saluran pernapasan,
sehingga patogen penyebab ISPA mudah masuk dan menginfeksi anak yang
menimbulkan manifestasi klinis ISPA.
Secara umum ada 3 (tiga) faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor
lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan
meliputi pencemaran udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan kepadatan
hunian rumah. Faktor individu anak meliputi umur anak, berat badan lahir,
status gizi, vitamin A, dan status imunisasi. Sedangkan faktor perilaku
berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada
bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga
baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya(Christy, dkk.
2015).
3
kurangnya oksigen dalam ruangan sehingga daya tahan tubuh penghuninya
menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluranpernafasan seperti ISPA
(Afandi, 2012). Dari hasil penelitian Fidiani 2011, terdapat hubungan yang
bermakna antara ventilas rumah dengan kejadian ISPA pada balita, bahwa
balita yang rumahnya mempunyai ventilasi dengan kategori tidak memenuhi
syarat berisiko 4,58 kali menderita ISPA dibandingkan dengan balita yang
rumahnya mempunyai ventilasi rumah kategori memenuhi syarat.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Institusi pendidikan
4
Sebagai referensi di perpustakaan untuk pengembangan dalam
bidang penelitian terkait dengan Faktor-faktor yang menyebabkan ISPA
pada keluarga dengan anak balita
5
BAB II
METODE PENELITIAN
b. Database Pencarian
c. Kata Kunci
6
disesuaikan dengan Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai
berikut:
d. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi terdahulu yang
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
e. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan di
review.
7
2.2 Tabel kriteria inklusi dan ekslusi
KRITERIA INKLUSI EKSLUSI
Populasi Populasi yang digunakan Yang tidak termasuk
adalah balita yang menderita balita
ISPA
Perencanaan Intervensi ada faktor-faktor Bukan Faktor-faktor
yang menyebabkan ISPA yang menyebabkan
pada keluarga dengan anak ISPA pada keluarga
balita dengan anak balia
Pembanding Tidak ada -
Hasil Terdapat faktor-faktor yang Yang tidak termasuk
menyebabkan ISPA pada faktor-faktor yang
kelurga dengan anak balita menyebabkan ISPA
pada keluarga dengan
anak balita
Desain, studi dan Desain penelitian yang Tanpa pengecualian
jenis publikasi digunakan adalah analitik
korelasi, observasional
analitik, desain studi
perbandingan, survei analitik
dengan pendekatan studi
case-control dan cross-
sectional
Tahun publikasi Sesudah 2015 Sebelum 2015
Bahasa Indonesia dan inggris Yang tidak termasuk
bahasa Indonesia dan
inggris
8
Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di tiga database dan
menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan, peneliti menemukan 520
jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Assessment yang dilakukan
berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan
sebanyak 8 jurnal yang bisa dipergunakan dalam literature review.
↓
Abstract screened for
eligibility (n=102)
↓
Papers that satisfied inclusion Records excluded (n=80)
criteria (n=22)
→
↓
Full text articles assessed for
eligibility (n=7)
↓
Studies included in synthesis
(n=8)
Gambar 1. Diagram Flow literature review berdasarkan PRISMA 2009
2. Penilaian Kualitas
9
Artikel yang digunakan dalam literature review terdapat 8 buah. Risiko bias
dalam literature review ini menggunakan asesmen pada metode penelitian
masing-masing studi, yang terdiri dari:
1) Teori: Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas yang
kurang
6) Analisis Data: Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang
sesuai dengan satandar.
10
BAB III
1. Karakteristik Studi
Penelitian literature review diseleksi dari beberapa jumlah artikel dan yang
memenuhi syarat kriteria ada 8 artikel memenuhi kriteria inklusi terbagi
menjadi dua tema besar yaitu berkaitan dengan Faktor-faktor yang
menyebabkan ISPA pada keluarga dengan anak balita. Metode yang
berkontribusi dalam studi faktor-faktor yang menyebabkan ISPA pada
keluarga dengan anak balita sebagian besar Case-control dan cross-sectional.
Jumlah rata-rata peserta lebih lima ratus; Secara keseluruhan, setiap
penelitian membahas tentang Faktor-faktor ISPA balita.
11
tahun (20.0%).
Karakteristik jenis
kelamin responden
dapat dilihat bahwa
responden
perempuan lebih
banyak (54%) dari
pada responden laki-
laki (45.3%).
Karakteristik tempat
tinggal balita dilihat
bahwa responden
desa Ritei lebih
banyak (25.3%), dan
paling sedikit
responden (5.3%)
bertempat di desa
Lopana dan Lopana
1.
Hasil penelitian
menggunakan uji
statistic chi square
menghasilkan nilai
probabilitas (pvalue)
sebesar 0.006 dengan
α = 0,05 (p < α) dan
diperoleh nilai OR>1
yaitu 2,26 (CI 95% =
1.306-5.27). Hasil
analisis tersebut
menunjukan bahwa
terdapat hubungan
yang bermakna
antara merokok
dengan kejadian
ISPA pada responden
di wilayah kerja
Puskesmas Amurang
Timur dan responden
yang tindakan
pencegahannya tidak
baik berpeluang 2.26
kali lebih besar
menderita ISPA
dibandingkan
responden yang
12
tindakan
pencegahannya baik.
Hasil penelitian yang
diperoleh yaitu (p-
value) sebesar 0.021
dengan α = 0,05 (p <
α) dan diperoleh nilai
OR>1 yaitu 0.32 (CI
95% = 0.11-0.87).
dengan demikian
terdapat hubungan
antara kepadatan
hunian dengan
kejadian infeksi
saluran pernapasan
akut pada balita di
wilayah kerja
Puskesmas Amurang
Timur, dengan kata
lain kepadatan
hunian terbukti
merupakan faktor
risiko terjadi
penyakit ISPA pada
anak balita.
Hasil penelitian
Perhitungan dengan
menggunakan uji
statistic chi square
menghasilkan nilai
probabilitas (pvalue)
sebesar 0.04 dengan
α = 0,05 (p < α) dan
diperoleh nilai OR>1
yaitu 0.38 (CI 95% =
0.14-0.98). Hasil
analisis tersebut
menunjukan bahwa
terdapat hubungan
yang bermakna
antara ventilasi
dengan kejadian
ISPA pada responden
di wilayah kerja
Puskesmas Amurang
Timur dan responden
13
yang tindakan
pencegahannya tidak
baik berpeluang 0.38
kali lebih besar
menderita ISPA
dibandingkan
responden yang
tindakan
pencegahannya baik.
Jurnal 2
Tahun : 2019 Metode Hasil Penelitian
Author : Design : Pada penelitian ini
Wildani Dwi Diniyah, Observasional sampel dibagi
Firdaus J Kunoli, Finta analitik dengan menjadi 2 kelompok
Amalinda pendekatan case yaitu kasus sebanyak
Volume Dan Nomor : control 56 responden dan
Sample : kontrol sebanyak 56
Data Base : 112 responden responden, dimana
Google Scholar Variable : perbandingan jumlah
Judul : Faktor risiko kasus dan kontrol
Faktor risiko kejadian kejadian pada anak adalah 1 : 1, jadi
ISPA pada anak balita balita jumlah seluruh
Di Wilayah Kerja Instrumen : responden adalah
Puskesmas Sangurara Kuesioner 112 responden.
Kelurahan Duyu Kota Analisis : Hasil penelitian
Palu software Statical menunjukkan bahwa
Program For Social ada hubungan antara
(SPSS) paparan asap rokok
dan kejadian
penyakit ISPA pada
anak balita
dibuktikan dengan
uji statistik dengan
nilai nilai P = 0,018
P < 0,05, dan
paparan asap rokok
merupakan faktor
risiko terhadap
kejadian ISPA Odds
Ratio (OR=3,133).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
ada hubungan antara
ASI Eksklusif
dengan kejadian
ISPA pada anak
14
balita dengan nilai
P= 0,000 < P 0,05
dan bukan faktor
risiko tetapi sebagai
faktor protektif
terjadinya penyakit
ISPA (OR= 0,124;
95% CI= 0,048-
0,32).
Sedangkan Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan
bermakna antara
riwayat BBLR
dengan kejadian
ISPA pada anak
balita dengan uji
statistik dengan nilai
nilai P= 0,742 0.05
˃ 0.05 , dilihat dari
nilai Odds Ratio
(OR = 0,641) berarti
BBLR bukan
merupakan faktor
risiko terjadinya
penyakit ISPA pada
anak balita.
Jurnal 3
Tahun : 2016 Metode Hasil Penelitian
Author : Design : Hasil penelitian in
Patmawati Dongky, dan penelitian analitik jumlah responden
Kadrianti dengan desain studi sebesar 60 orang
Volume Dan Nomor : cross sectional dengan jumlah
Sample : persentase balita
Data Base : 60 responden yang mengalami
Google Scholar Variable : ISPA sebesar 38
Judul : Faktor risiko balita (63,3%) dan
Faktor risiko lingkungan lingkungan fisik sebanyak 22 balita
fisik rumah dengan rumah (36,7%) yang tidak
kejadian ISPA balita Di Instrumen : mengalami ISPA.
Keluraha Takatidung Berdasarkan hasil
Polewali Mandar Analisis : penelitian didapatkan
Univariat dan bahwa responden
bivariat memiliki rumah
15
dengan kepadatan
hunian yang tidak
memenuhi syarat
yaitu 44 (73,3%).
Kondisi kepadatan
hunian rumah
penduduk di lokasi
peneltiian sebagian
besar masih dihuni 3-
5 kepala keluarga
yang masing-masing
terdiri dari 4-5 orang
anggota keluarga,
menempati ruang
tidur yang sama
kurang dari 9 m2.
Kepadatan penghuni
dalam satu rumah
tinggal akan
menyebabkan
kurangnya konsumsi
oksigen.
Hasil setelah
dilakukan uji statistik
diperoleh nilai
p=0,017 (p>0,05)
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
ada hubungan
bermakna antara
kepadatan hunian
dengan kejadian
ISPA pada balita
Jurnal 4
Tahun : 2020 Metode Hasil Penelitian
Author : Design : Hais penelitian ini
T. Alamsyah penelitian yang berjumlah 63 orang.
Volume Dan Nomor : bersifat deskriptif Hasil penelian Ada
Volume 3, Nomor 1 Analitik dengan hubungan antara
Data Base : pendekatan pencemara nudara,
Google Scholar crossectional study dengan hasil uji
Infeksi saluran Sample : statistik P Value =
pernapasan akut pada 63 reponden 0,000, ventilasi
balita Di Rural area Variable : dengan hasil uji
Kecamatan Darul Infeksi saluran statistik P Value =
16
Imarah Aceh Besar pernapasan akut 0,002, kebiasaan
balita merokok dengan hasi
Instrumen : luji statistik P Value
Kuesioner = 0,003,6 sanitasi
Analisis : lingkungan dengan
chi-square hasil uji statistik P
Value = 0,001
dengan kejadian
penyakit ispa pada
balita di Kecamatan
Darul Imarah Aceh
Besar
Jurnal 5
Tahun : 2020 Metode Hasil Penelitan
Author : Design : Hasil penelitian
Ni Made Heni Wahyuni, Analitik korelasi didapatkan dari 68
Ni Ketut Ayu dengan pendekatan responden, sebesar
Mirayanti , Niken Ayu cross sectional 75% orang tua
Merna Eka Sari Sample : merokok dan
Volume Dan Nomo : 68 responden kejadian ISPA pada
Vol. 7 No. 1 Variable : balita sebesar 63,2%.
Data Base : Peilaku merokok , Berdasarkan hasil
Google Scholar Infeksi saluran penelitian ini dari
Judul : pernapasan balita hasil uji Chi Square
Hubungan perilaku Instrumen : diperoleh nilai
merokok orang tua Kuesioner Asymp. Sig (2-sided)
dengan kejadian infeksi Analisis : adalah 0,029 <a
saluran pernapasan akut Chi Square (0,05) yang berarti
pada balita di UPTD Ho ditolak dan Ha
Puskesmas Tabanan III diterima sehingga
terdapat hubungan
antara perilaku
merokok orang tua
dengan kejadian
infeksi saluran
pernapasan akut pada
balita di UPTD
Puskesmas Tabanan
III.
Jurnal 6
Tahun : 2018 Metode Hasil Penelitian
Author : Design : Hasil dari penelitian
Hadi Syahputra, Ns. Studi perbandingan ini, Dari 68 keluarga
Febriana Sabrian, dengan pendekatan responden yang
Wasisto Utomo case-control terdiri dari 34
17
Volume Dan Nomor : Sample : keluarga responden
68 responden perokok di dalam
Data Base : Variable : rumah dan 34
Google Scholar ISPA balita, keluarga responden
Judul : merokok yang tidak terdapat
Perbandingan kejadian Instrumen : perokok sama sekali,
ISPA balita pada Kuesioner didapatkan hasil
keluarga yang merokok Analisis : bahwa dari 34
didalam rumah dan Analisa data secara keluarga yang
keluarga yang tidak univariat dan merokok didalam
merokok Di Pekan Baru bivariat. rumah terdapat 20
Wilayah Kerja Rejosari keluarga (58,8%)
yang balita nya
sering terserang
ISPA dan 14
keluarga (41,2%)
balita mereka tidak
sering terserang
ISPA. Sedangkan
dari 34 keluarga
yang tidak memiliki
perokok sama sekali,
24 diantaranya
(70,6%) memiliki
balita yang tidak
sering menderita
ISPA dan hanya 10
keluarga (29,4%)
yang memiliki balita
yang sering
menderita ISPA.
Berdasarkan hasil
analisa dengan
menggunakan uji
Chi-Square
menunjukkan p
value sebesar 0,028
dimana p value <
0,05. Hal ini berarti
Ho ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan
kejadian ISPA balita
antara keluarga yang
merokok didalam
rumah dengan yang
18
tidak merokok. Dari
hasil analisis
diperoleh pula nilai
OR=3,429, artinya
keluarga yang
memiliki anggota
keluarga yang
merokok didalam
rumah, balita mereka
beresiko 3,4 kali
terserang ISPA
dibandingkan
keluarga yang tidak
merokok sama
sekali.
Jurnal 7
Tahun : 2019 Metode Hasil Penelitian
Author : Design : Berdasarkan hasil
Rahman Sabri1, Ismail Survei analitik analisis univariat
Effendi, Nur Aini dengan pendekatan menunjukkan bahwa
Volume Dan Nomor : Cross sectional dari 69 responden,
Sample : sebanyak 33
Data Base : 69 responden responden (47,8%)
Jurnal DOAJ ( Directory Variable : memiliki
of Open Access Faktor yang pengetahuan yang
Journal ) mempengaruhi baik dan 36
Judul : tingginya ISPA responden (52,2%)
Faktor yang Instrumen : memiliki
mempengaruhi tingginya Kuesioner pengetahuan yang
penyakit ISPA pada Analisis : kurang baik.
balita Di Puskesmas Chi-squere Sebanyak 34
Deleng Pokhikisen responden (49,3%)
Kabupaten Aceh memiliki sikap yang
Tenggara positif dan 35
responden (50,7%)
memiliki sikap yang
negatif. Sebanyak 28
responden (40,6%)
memberikan ASI
eksklusif dan 41
responden (59,4%)
tidak memberikan
ASI eksklusif.
Sebanyak 31
responden (44,9%)
memiliki ventilasi
19
yang memenuhi
syarat dan 38
responden (55,1%)
memiliki ventilasi
yang tidak memenuhi
syarat. Sebanyak 34
responden (49,3%)
memiliki kepadatan
hunian yang
memenuhi syarat dan
35 responden
(50,7%) memiliki
kepadatan hunian
yang tidak memenuhi
syarat. Selanjutnya
sebanyak 32
responden (46,4%)
mengalami
pneumonia dan 37
responden (53,6%)
mengalami
pneumonia berat
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel pengetahuan
memiliki nilai sig-p
0,016 < 0,05 artinya
pengetahuan
memiliki pengaruh
secara signifikan
terhadap tingginya
penyakit ISPA pada
balita di Puskesmas
Deleng Pokhkisen
Kabupaten Aceh
Tenggara. Hasil OR
pada variabel
pengetahuan
menunjukkan bahwa
pengetahuan yang
kurang baik
cenderung 6 kali
lipat memiliki
pengaruh terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita.
20
Nilai B = Logaritma
Natural dari 6,434 =
1,862. Oleh karena
nilai B bernilai
positif, maka
pengetahuan
mempunyai
pengaruh positif
terhadap tingginya
penyakit ISPA pada
balita.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel sikap
memiliki nilai sig-p
0,610 > 0,05 artinya
sikap tidak memiliki
pengaruh secara
signifikan terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita di
Puskesmas Deleng
Pokhkisen
Kabupaten Aceh
Tenggara. Hasil OR
pada variabel sikap
menunjukkan bahwa
sikap yang negatif
cenderung 1 kali
lipat memiliki
pengaruh terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita.
Nilai B = Logaritma
Natural dari 0,673 =
-0,396. Oleh karena
nilai B bernilai
positif, maka sikap
mempunyai
pengaruh positif
terhadap tingginya
penyakit ISPA pada
balita.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel pemberian
21
ASI eksklusif
memiliki nilai sig-p
0,004 < 0,05 artinya
pemberian ASI
eksklusif memiliki
pengaruh secara
signifikan terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita di
Puskesmas Deleng
Pokhkisen
Kabupaten Aceh
Tenggara. Hasil OR
pada variabel
pemberian ASI
eksklusif
menunjukkan bahwa
ibu yang tidak
memberikan ASI
eksklusif cenderung
10 kali lipat memiliki
pengaruh terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita.
Nilai B = Logaritma
Natural dari 9,833 =
2,286. Oleh karena
nilai B bernilai
positif, maka
pemberian ASI
eksklusif mempunyai
pengaruh positif
terhadap tingginya
penyakit ISPA pada
balita.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel ventilasi
memiliki nilai sig-p
0,040 < 0,05 artinya
ventilasi memiliki
pengaruh secara
signifikan terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita di
Puskesmas Deleng
22
Pokhkisen
Kabupaten Aceh
Tenggara. Hasil OR
pada variabel
ventilasi
menunjukkan bahwa
ventilasi yang tidak
memenuhi syarat
cenderung 6 kali
lipat memiliki
pengaruh terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita.
Nilai B = Logaritma
Natural dari 5,706 =
1,742. Oleh karena
nilai B bernilai
positif, maka
ventilasi mempunyai
pengaruh positif
terhadap tingginya
penyakit ISPA pada
balita.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel kepadatan
hunian memiliki nilai
sig-p 0,014 < 0,05
artinya kepadatan
hunian memiliki
pengaruh secara
signifikan terhadap
tingginya penyakit
ISPA pada balita di
Puskesmas Deleng
Pokhkisen
Kabupaten Aceh
Tenggara. Hasil OR
pada variabel
kepadatan hunian
menunjukkan bahwa
kepadatan hunian
yang tidak memenuhi
syarat cenderung 6
kali lipat memiliki
pengaruh terhadap
23
tingginya penyakit
ISPA pada balita.
Nilai B = Logaritma
Natural dari 6,587 =
1,885. Oleh karena
nilai B bernilai
positif, maka
kepadatan hunian
mempunyai
pengaruh positif
terhadap tingginya
penyakit ISPA pada
balita.
Jurnal 8
Tahun : 2015 Metode Hasil Penelitian
Habtamu Sanbata, Araya Design : Hampir 253 (60%)
Asfaw dan Abera Kumie Study Cross- anak-anak tinggal di
Volume Dan Nomor : sectional rumah tangga yang
Vol 1, No. 1 Sample : didominasi
Data Base : sampel pada menggunakan bahan
Google Scholar penelitian ini bakar biomassa.
Judul : berjumlah 422 Prevalensi dua
Association of biomass rumah tangga dan minggu infeksi
fuel use with acute anak-anak dibawah pernapasan akut
respiratory infections lima tahun adalah 23,9%. Rasio
among under-five Variable : odds infeksi
children in a slum urban Instrumen : pernapasan akut
of Addis Ababa, kuesioner dan adalah 2,97 (95% CI:
Ethiopia pretest 1,38-3,87) dan 1,96
Analisis : (95% CI: 0,78-4,89)
Analisis data pada di rumah tangga
penelitian ini masing-masing
menggunakan Crude menggunakan bahan
Odds Ratio (OR) bakar biomassa dan
dengan 95% minyak tanah, relatif
Confidence Intervals terhadap bahan bakar
(CI) yang lebih bersih.
Kesimpulan: Ada
hubungan antara
penggunaan bahan
bakar biomassa dan
infeksi pernapasan
akut pada anak-anak.
Hubungan tersebut
membutuhkan
penyelidikan yang
24
mengukur polusi
udara dalam ruangan
dan ukuran klinis
infeksi pernapasan
akut
Dari artikel diatas BBLR, Pengetahuan, Sikap dan Asi tidak dibahas
karena masalah waktu yang tidak memungkingkan sehingga penulis tidak dapat
membahasnya.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
merokok tidak hanya bagi perokok sendiri tetapi bagi orang yang ada disekitarnya
termasuk balita. Menurut Milo et al., 2015 mengatakan semakin banyak rokok
yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan risiko terhadap kejadian
dikeluarkan dahulu keudara bebas sebelum dihisap perokok pasif, tetapi karena
kadar bahan berbahayanya lebih tinggi daripada asap utamanya, maka perokok
pasif tetap menerima akibat buruk dari kebiasaan merokok orang sekitarnya.
Menurut peneliti Kandungan zat berbahaya dalam asap rokok seperti nikotin,
karbon monoksida dan karsinogen berat. Kandungan yang terdapat dalam asap
penyakit lainnya.
memasak, asap dari penerangan yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan
26
bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan komposisi
beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu
udara dan lingkungan sekitarnya. Udara yang dihirup balita setiap hari di dalam
rumah maupun luar rumah belum tentu bersih. Paparan didalam rumah lebih
berbahaya dari polusi diluar rumah, dan balita lebih banyak berada didalam rumah
sehingga mudah terkena infeksi saluran pernapasan akut dengan gejala seperti
demam, batuk, sesak, flu akibat dari udara yang sudah tercemar dan dihirup sangat
penyakit paru-paru.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2018) bahwa banyaknya orang
yang tinggal di dalam rumah dapat meningkatkan suhu ruangan namun jika
dan sering menghabiskan waktu lebih lama ditempat jualan dibandingkan dirumah
maka akan berdampak terhadap penularan ISPA pada balita. Menurut peneliti
rumah yang terdapat banyak penghuni menyebabkan ruangan menjadi panas maka
semakin cepat udara tercemar yang dapat mengganggu kesehatan balita. Padatnya
sebuah rumah dapat juga mempercepat proses penularan penyakit ISPA antara
27
4. Ventilasi dengan kejadian ISPA balita
Ventilasi rumah merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah rumah.
ventilasi, suhu dan pencahayaan ikut berpengaruh pada kejadian penyakit ISPA
menunjukkan bahwa ventilasi kamar balita yang baik akan dapat mencegah ISPA
4 kali dibandingkan kamar balita dengan ventilasi kurang baik. Menurut peneliti
ventilasi rumah memiliki peranan penting dalam pertukaran udara dari luar
kedalam. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan
manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai system ventilasi yang
baik maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan. Dampak
faktor yang menyebabkan ISPA pada keluarga dengan anak balita, seperti yang
dilakukan oleh:
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Maria Martha Manese, Budi T.
Ratag, A. J. M. Rattu (2019) dengan judul “Faktor risiko kejadian ISPA pada
28
menggunakann teknik Total sampling. Dari hasil penelitian ini menggunakan uji
statistic chi square menghasilkan nilai probabilitas (pvalue) sebesar 0.006 dengan
α = 0,05 (p < α) dan diperoleh nilai OR>1 yaitu 2,26 (CI 95% = 1.306-5.27).
antara merokok dengan kejadian ISPA. Menurut penelitian yang dilakukan oleh,
Ni Made Heni Wahyuni, Ni Ketut Ayu Mirayanti, Niken Ayu Merna Eka Sari,
2020 dengan Hasil penelitian didapatkan dari 68 responden, sebesar 75% orang
tua merokok dan kejadian ISPA pada balita sebesar 63,2%. Berdasarkan hasil
penelitian ini dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided)
adalah 0,029 <a (0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat
hubungan antara perilaku merokok orang tua dengan kejadian infeksi saluran
2. Wildani Dwi Diniyah, Firdaus J Kunoli, Finta Amalinda, 2019 dengan judul
“Faktor risiko kejadian ISPA pada anak balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sangurara Kelurahan Duyu Kota Palu” dengan desain penelitian yang digunakan
sampel dengan simple random sampel dengan jumlah 112 responden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara paparan asap rokok dan
kejadian penyakit ISPA pada anak balita dibuktikan dengan uji statistik dengan
nilai nilai P = 0,018 P < 0,05, dan paparan asap rokok merupakan faktor risiko
bahwa ada hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak
balita dengan nilai P= 0,000 < P 0,05 dan bukan faktor risiko tetapi sebagai
29
faktor protektif terjadinya penyakit ISPA (OR= 0,124; 95% CI= 0,048-0,32).
antara riwayat BBLR dengan kejadian ISPA pada anak balita dengan uji statistik
dengan nilai nilai P= 0,742 0.05 ˃ 0.05 , dilihat dari nilai Odds Ratio (OR =
0,641) berarti BBLR bukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit ISPA
3. Menurut Patmawati Dongky, dan Kadrianti, 2016 dengan judul Faktor risiko
penduduk di lokasi peneltiian sebagian besar masih dihuni 3-5 kepala keluarga
yang masing-masing terdiri dari 4-5 orang anggota keluarga, menempati ruang
tidur yang sama kurang dari 9 m2. Kepadatan penghuni dalam satu rumah
uji statistik diperoleh nilai p=0,017 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan bermakna antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada
balita.
Infeksi saluran pernapasan akut pada balita Di Rural area Kecamatan Darul
Imarah Aceh Besar. Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitik
30
dengan pendekatan crossectional study. Total sampel 63. Hasil penelitan Ada
hubungan antara pencemara nudara, dengan hasil uji statistik P Value = 0,000,
ventilasi dengan hasil uji statistik P Value = 0,002, kebiasaan merokok dengan
hasi luji statistik P Value = 0,003,6 sanitasi lingkungan dengan hasil uji statistik
P Value = 0,001 dengan kejadian penyakit ispa pada balita di Kecamatan Darul
5. Menurut Ni Made Heni Wahyuni, Ni Ketut Ayu Mirayanti , Niken Ayu Merna
Eka Sari, 2020 dengan judul “Hubungan perilaku merokok orang tua dengan
Tabanan III”. Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik korelasi dengan
sampling Berdasarkan hasil penelitian ini dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai
Asymp. Sig (2-sided) adalah 0,029 <a (0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha
diterima sehingga terdapat hubungan antara perilaku merokok orang tua dengan
Tabanan III.
6. Menurut Hadi Syahputra, Ns. Febriana Sabrian, Wasisto Utomo, 2018 dengan
judul ”Perbandingan kejadian ISPA balita pada keluarga yang merokok didalam
rumah dan keluarga yang tidak merokok Di Pekan Baru Wilayah Kerja Rejosari”.
menunjukkan p value sebesar 0,028 dimana p value < 0,05. Hal ini berarti Ho
31
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kejadian ISPA balita
antara keluarga yang merokok didalam rumah dengan yang tidak merokok. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,429, artinya keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang merokok didalam rumah, balita mereka beresiko 3,4 kali
7. Menurut Rahman Sabri1, Ismail Effendi, Nur Aini, 2019 dengan judul “Faktor
adalah Survei analitik dengan pendekatan Cross sectional. Teknik sampel yang
menunjukkan bahwa variabel pengetahuan memiliki nilai sig-p 0,016 < 0,05
pengetahuan yang kurang baik cenderung 6 kali lipat memiliki pengaruh terhadap
tingginya penyakit ISPA pada balita. Nilai B = Logaritma Natural dari 6,434 =
pengaruh positif terhadap tingginya penyakit ISPA pada balita. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel sikap memiliki nilai sig-p 0,610 > 0,05 artinya
Hasil OR pada variabel sikap menunjukkan bahwa sikap yang negatif cenderung
1 kali lipat memiliki pengaruh terhadap tingginya penyakit ISPA pada balita
32
Nilai B = Logaritma Natural dari 0,673 = -0,396. Oleh karena nilai B bernilai
ISPA pada balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pemberian ASI
eksklusif memiliki nilai sig-p 0,004 < 0,05 artinya pemberian ASI eksklusif
pada variabel pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa ibu yang tidak
tingginya penyakit ISPA pada balita. Nilai B = Logaritma Natural dari 9,833 =
2,286. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka pemberian ASI eksklusif
mempunyai pengaruh positif terhadap tingginya penyakit ISPA pada balita. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel ventilasi memiliki nilai sig-p 0,040 <
tingginya penyakit ISPA pada balita. Nilai B = Logaritma Natural dari 5,706 =
1,742. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka ventilasi mempunyai pengaruh
menunjukkan bahwa variabel kepadatan hunian memiliki nilai sig-p 0,014 < 0,05
33
kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat cenderung 6 kali lipat memiliki
Natural dari 6,587 = 1,885. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka kepadatan
balita.
8. Menurut Habtamu Sanbata, Araya Asfaw dan Abera Kumie, 2015 dengan judul
“Association of biomass fuel use with acute respiratory infections among under-
five children in a slum urban of Addis Ababa, Ethiopia” Desain yang digunakan
adalah Study Cross-sectional dengan jumlah sampel 422 rumah. Hasil penelitian
akut adalah 23,9%. Rasio odds infeksi pernapasan akut adalah 2,97 (95% CI:
menggunakan bahan bakar biomassa dan minyak tanah, relatif terhadap bahan
bakar yang lebih bersih. Kesimpulan: Ada hubungan antara penggunaan bahan
bakar biomassa dan infeksi pernapasan akut pada anak-anak. Hubungan tersebut
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mencari
literature jurnal di ambil kesimpulan.
Merokok adalah suatu kebiasaan yang masih dilakukan banyak orang tanpa
terpikir hal-hal yang akan mengakibatkan dampat terhapap kesehatan orang
sekitar termasuk balita.
5.2 Saran
35
mendalam dan untuk institusi pendidikan dapat dijadikan sebagai referensi di
perpustakaan untuk pengembangan bidang penelitian terkait mata kuliah
komunitas.
Daftar Pustaka
Asih, Y. (2017). Hubungan Status Gizi dan Paparan Rokok dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Sukaraja Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Metro Sai
Wawai. Volume.7 No.1, 41-47.
Habtamu sanbata, araya Asfaw dan abera kumie 2015. Association of biomass
fuel use with acute respiratory infections mong under. Fire children. Vol.1
Hasan, K. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Balita, Paritas dan Status
Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di
36
Puskesmas Kalumata Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Serambi Sehat, 10(3), 1–
10.
Maria Martha manese, budi T ratag, A. j. M rattu. 2017. Faktor risiko kejadian
ISPA balita. Vol.5
Ni Made Heni wahyuni, Ni ketuk ayu mirayati, Niken ayu, Merna eka sari 2020.
Hubungan perilaku merokok orang tua dengan kejadian infeksi saluran
pernafasan akut pada balita. Jurnal Keperawatan. Vol.7
Patmawati dongky, dan kadrianti. 2016. Faktor risiko lingkungan fisik rumahnya
dengan kejadian ISPA balita di kelurahan takahdung polewali mandar.
Unnes journal of public health.
Rahman Sabril, ismail effendi, nur aini 2019 Volume 1. No.2 Faktor yang
mempengaruhi tingginya penyakit ISPA Pada balita. Journal Of public
health and Coastal Health, 69-82
Wildani Dwi Diniyah , Firdaus J, Kunoli, Finta Amalinda (2019). Faktor risiko
kejadian ISPA Pada anak balita. Jurnal Kolaboratif Sains, Vol.1
37
WHO. (2016). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Journal of Mo2lecular Structure, 97(C), 285–288.
https://doi.org/10.1016/0022-2860(83)90204-1
38
Pembimbing I
39
Lorrien G. Runtu, S.Pd, S.SiT, MPH
NIP. 19680405 198803 2 001
40
pada keluarga
dengan anak balita
dan dilanjutkan
dengan pembahasan
5. Selasa, Konsul Perbaiki dan
24 skripsi lanjutkan
Agustus
2020
41
LEMBAR KONSUL SKRIPSI
Nama : Richela Brenda Langoy
NIM : 711430116057
Pembimbing II : Lorrien G. Runtu, S.Pd, S.SiT, MPH
NO Hari/ Materi Hasil Konsul Paraf
Tanggal Konsul
1. Kamis, Penulisan Mencantumkan
04 Juni Judul penulisan judul
2020 sesuai dengan
panduan
42
4. Senin, 13 Penulisan Bab Spasi yang
Juli 2020 III digunakan dalam
tabel 1
43
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS
Nama : Richela Brenda Langoy
NIM : 7114 3011 6057
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Tempat/Tanggal lahir : Amurang, 09 September 1998
Alamat : Uwuran Dua, Kec.Amurang, Kabupaten Minahasa
Selatan
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Warga Negara : Indonesia
Nomor handphone : 0896 8159 3414
Email : richelabrenda@gmail.com
44
RIWAYAT PENDIDIKAN
2005-2010 : SD Inpres Amurang
2010-2013 : SMP Negeri 1 Amurang
2013-2016 : SMK 1 Amurang
2016-2020 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Keperawatan
45