Taufik Hidayat
P07520118049
Taufik Hidayat
P07520118049
Menyetujui
Pembimbing
(Sri Siswati,Sst.,S.Pd.,M.Psi)
NIP. 196010201989032001
NIP. 19650512199903200
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
2021
Penguji I Penguji II
NIP. 196505121999032001
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam KARYA TULIS ILMIAH ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka .
6000
( Taufik Hidayat )
P07520118049
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
Taufik Hidayat
ABSTRAK
i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
Taufik Hidayat
ABSTRACK
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan berkat-Nya yang memberikan kesehatan, kesabaran, kelancaran,
kemudahan, dan kekuatan terhadap penulis sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Literatur review : Hubungan Kebiasaan
Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi” yang disusun untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Medan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak memperoleh
bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Siswati, Sst., S.Pd., M.Psi
selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah dengan kebaikan hatinya
meluangkan waktu, sabar dalam membimbing dan memberikan pengarahan
serta nasehat, sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Medan.
2. Ibu Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Medan.
3. Ibu Afniwati,S.Kep, Ns, M.Kes selaku Kaprodi di D-III Jurusan Keperawatan.
4. Ibu Suriani Ginting S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Adelima Simamora S.Kep, Ns,
M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, motivasi, dan
saran-saran mulai dari perencanaan penelitian sampai dengan selesainya
penulisan karya tulis ilmiah ini.
5. Seluruh staf pengajar Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Medan.
6. Ucapan terima kasih yang sangat teristimewa kepada kedua orang tua saya
Syafrizal dan Maiyarah S.Pd yang begitu mengasihi dan menyayangi
penulis, tulus dan sabar membimbing penulis, begitu kuat dan tabah
membiayai perkuliahan penulis dan dengan tidak henti-hentinya berdoa
kepada Allah SWT demi kesehatan, kemudahan, kelancaran, dan
kesuksesan penulis. Penulis mengucapkan terima kasih atas do’a dan
iii
dukungan yang begitu kuat yang diberikan kepada penulis selama
perkuliahan dan dalam penyelesaian Literature Review ini.
7. Seluruh mahasiswa tingkat III angkatan XXXII prodi D-III Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Medan atas kebersamaan selama 3
tahun yang selalu berjuang dan pantang menyerah untuk dapat
menyelesaikan perkuliahan ini.
8. Buat teman-teman satu bimbingan saya Petrus Manasye, Chairi Annisya,
Mila dan Cindy yang selalu memberikan masukkan dalam penyusunan KTI
ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan sekali kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
( Taufik Hidayat )
P07520118049
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 5
A. HIPERTENSI ........................................................................................................5
1. Pengertian .....................................................................................................5
2. Penyebab .......................................................................................................6
5. Pengobatan ...................................................................................................8
6. Pencegahan...................................................................................................9
B. MEROKOK ......................................................................................................... 10
1. Kebiasaan Merokok........................................................................................ 10
v
DEFENISI OPERASIONAL ................................................................................... 20
BAB III ............................................................................................................... 21
METODE PENELITIAN...................................................................................... 21
BAB IV ............................................................................................................... 22
A. Hasil Jurnal........................................................................................................ 22
1. Persamaan ...................................................................................................... 33
2. Perbedaan....................................................................................................... 34
3. Kelebihan ........................................................................................................ 35
B. Pembahasan ...................................................................................................... 37
BAB V ................................................................................................................ 41
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 41
B. Saran................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 437
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal. Hipertensi disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah kebiasaan merokok. Hipertensi adalah
keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan
belanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung ), ginjal dan hipertropi ventrikel
kiri/left ventrice hypertrophy ( untuk otot jantung ) (Putu A dan Wayan S,
2013).
Tingginya angka kejadian hipertensi di dunia, dipengaruhi oleh dua
jenis faktor, yaitu yang tidak bisa diubah seperti umur, jenis kelamin, dan ras.
Faktor yang bisa diubah diantaranya obesitas, konsumsi alkohol, kurang
olahraga, konsumsi garam yang berlebihan, dan kebiasaan merokok
(Setyanda, 2015).
Salah satu faktor risiko hipertensi adalah kebiasaan merokok. Faktor
risiko hipertensi lainnya antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan
genetic (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), serta kebiasaan
mengonsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, obesitas, kurang
estrogen/kontrasepsi pil KB (Kemenkes RI, 2014).
Menurut WHO dan The Internasional Society of Hypertension (ISH),
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. (Putu A dan Wayan S 2013 )
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31- 44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
1
Merokok merupakan masalah yang terus berkembang dan belum
dapat ditemukan solusinya di Indonesia sampai saat ini. Menurut data WHO
tahun 2011, pada tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-5 dengan
jumlah perokok terbanyak di dunia. Merokok dapat menyebabkan hipertensi
akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau yang merusak
lapisan dalam dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan
plak (arterosklerosis). ( Yashinta O, dkk. 2015 )
Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila di gunakan
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Perokok
aktif memiliki prevalensi lebih tinggi mengalami gejala respiratorik,
abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi pada orang yang
tidak merokok (Perdanakusuma, 2012)
Derajat merokok seseorang adalah nilai hitung jumlah rokok yang
dikonsumsi selama satu tahun, semakin tinggi derajat merokok seseorang
maka jumlah batang rokok yang dihisap dalam satu harinya lebih dari 10
batang perhari atau telah lama merokok dalam hitungan tahun
(Perdanakusuma, 2012).
Jumlah perokok remaja di berbagai Negara di dunia juga meningkat.
Secara keseluruhan jumlah perokok di dunia adalah 41,6% dari jumlah total
perokok di dunia. Penelitian yang di lakukan Global Youth Tobacco Surveys
di Baghdad Irak tahun 2007, terhadap 269.990 dengan umur 13-15 tahun,
menunjukkan bahwa 39,5% anak laki-laki dan 16,1% perempuan sudah
mencoba rokok. Kebiasaan merokok dengan jumlah rokok 10-20 batang
perhari dapat mempengaruhi tekanan darah dan meningkatkan resiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Hal ini memaksa
jantung bekerja lebih keras sehingga mendorong naiknya tekanan darah
(Apriana K, dkk. 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Irene, dkk (2019) tentang Hubungan
Antara Merokok Dengan Hipertensi di Puskesmas Kawangkoan didapatkan
dari 74 responden yang diteliti sebagian besar perokok sedang hipertensi
derajat I 19 responden, hipertensi normal tinggi 13 reponden, hipertensi
derajat II 11 responden. Perokok berat hipertensi derajat II 18 responden,
hipertensi derajat I 9 responden, hipertensi normal tinggi 4 responden,
2
dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%, didapat
bahwa nilai p-value adalah 0,016 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian Saiful Nurhidayat (2018) tentang
Hubungan Frekuensi Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat, di dapatkan 30 responden. Hasil penelitian frekuensi merokok
sebagian besar (63,3%) atau 19 orang kategori sedang.
Berdasarkan penelitian Susi dan David D, (2019) tentang Hubungan
Antara Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi Essensial pada
Laki-laki usia di atas 18 tahun di RW 06, Kelurahan Medan Satria, Kota
Bekasi dengan jumlah sampel 102 responden di dapatkan 17 responden
(16,7%) penderita hipertensi.
Berdasarkan latar belakang data dan fakta diatas, peneliti tertarik
untuk mengambil judul “HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP
KEJADIAN HIPERTENSI”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penetian
ini adalah bagaimana “Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian
Hipertensi berdasarkan Literature Review”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dengan
pendekatan literature review.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menelaah persamaan beberapa jurnal yang terkait hubungan
kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi dengan pendekatan
literature review.
b. Untuk melihat dan menelaah kelebihan beberapa jurnal yang terkait
hubungan kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi dengan
pendekatan literature review.
3
c. Untuk melihat dan menelaah perbandingan beberapa jurnal yang
terkait hubungan kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi
dengan pendekatan literature review
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan atau pengetahuan penting nya bahaya merokok
dengan prilaku merokok pada usia remaja.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai masukkan bagi perawat atau petugas kesehatan lain dalam
melakukan edukasi atau pendidikan kesehatan kepada para perokok
dalam memberikan informasi tentang bahaya merokok.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Di harapkan dapat memberikan informasi dan masukkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan
memberi gejala lanjut kesuatu organ target seperti stroke (untuk otak),
penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi
ventrikel kanan/left ventrikel hipertrophy (untuk otot jantung). Dengan target
organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke
yang membawa kematian yang tinggi (Nadjib Bustan, 2019)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
lebih dari sistolik 140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat atau tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada
ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai (Depkes RI, 2013, dalam Olivia, dkk, 2017).
Secara umum hipertensi menurut patofisilogi hipertensi di bagi menjadi
dua golongan, yaitu:
Hipertensi Essensial (Primer)
Penyebabnya tidak di ketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik. Sistem renin angiotensin, efek dari sekresi Na,
obesitas, merokok dan stress. Hingga saat ini, penyebab hipertensi
primer belum di ketahui.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder di sebabkan adanya penyakit lain, misalnya
pada gangguan ginjal, penyempitan pembuluh darah terutama
ginjal, tumor tertentu, atau gangguan hormon. Gangguan tersebut
mengakibatkan gangguan aliran darah sehingga jantung harus
5
bekerja lebih keras sehingga tekanan darah meningkat. Hingga
saat ini, jumlah penderita hipetensi sekunder mencapai lebih dari
90% dari seluruh hipertensi. (Sutanto, 2010)
2. Penyebab
a. Usia yang semakin tua
Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium)
terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar besama darah.
Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan lebih padat,
sehingga tekanan darah menjadi meningkat.
b. Stres dan Tekanan Mental
Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon
adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan
menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Hal ini bisa mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan darah.
c. Makan yang Berlebihan
Makan yang berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).
Kegemukan lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan
olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak jahat
(seperti kolestrol), dapat menyebabkan penimbunan lemak di sepanjang
pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah
menjadi kurang lancar. Pada orang yang memiliki kelebihan lemak
(hyperlipidemi), dapat menyebabkan penyumbatan darah sehingga
menggangu suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh.
d. Merokok
Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, sepeti
tar, nikotin dan gas karbon monoksida.Selain orang yang merokok (perokok
aktif), orang yang tidak merokok tetapi mengisap asap rokok juga memiliki
resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko perokok pasif
bahayanya 2X dari perokok aktif.
e. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf
simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami
6
gangguan pula. Pada seorang yang sering minum minuman dengan kadar
alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat
tinggi.
f. Konsumsi Garam
Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung
natrium, berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang
mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas,
pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada.
Pada kelompok lain,terlalu banyak natrium akan menyebabkan kenaikan
darah yang juga memicu terjadinya hipertensi.
g. Stres
Stres adalah suatu kondisi yang di sebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan
yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis,
psikologis dari seseorang.
h. Lainnya
Hipertensi disebabkan pula karena kebiasaan minum minuman yang
mengandung kafein (dalam kopi), menggunakan alat kontrasepsi oral (pil KB)
dan menjalankan pola hidup pasif (kurang gerak). Tekanan darah dapat
meningkat jika seseorang sering minum kopi. Kafein dalam kopi memacu
kerja jantung dalam memompa darah. Peningkatan tekanan dari jantung ini
juga diteruskan pada arteri, sehingga tekanan darah meningkat (AS, 2018)
7
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Faktor resiko
Orang yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi berpotensi penyakit
penyakit berikut, antara lain:
Stroke, Serangan jantung, Gagal ginjal, Kebutaan, Payah jantung (Pudiastuti,
2019)
5. Pengobatan
Pengobatan pada hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan
mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan hipertensi dan 2
cara yaitu: penobatan non farmakologik (perubahan gaya hidup) dan pengobatan
farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
Pengobatan ini dilakukan dengan cara :
a. Pengurangan berat badan
b. Penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan
membatasi
asupan kalori dan peningkatan pemakain kalori dengan latihan latihan
fisikyang
teratur.
c. Menghentikan merokok
Merokok tidak berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi sebaiknya
penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
d. Menghindari alkohol
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan presistensi
terhadap obat anti hipertensi
e. Melakukan aktivitas fisik
8
Penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas fisik
secara aman
f. Membatasi asupan garam
Kurangi asupan garam sampai kurang dari 100 mmol/ hari atau <2,3 gr
natrium atau < 6 gr Nacl. Penderita hipertensi dianjurkan juga untuk
menjaga asupan kalsium dan magnesium (Pudiastuti, 2019)
2. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat:
A. Diuretik (Tablet Hydrochlothiazide (HCT), lasix (Furosemide)
Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses penularan cairan
tubuh via urine. Tetapi, karena potasium berkemungkinan terbuang
dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus
dilakukan.
B. Beta-blockers (Atenolol (Tenorim), capoten (captropril)
Merupakan obat yang di pakain dalam upaya pengontrolan tekanan
darah memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi)
pembuluh darah.
C. Calcium chanel blokers {norvasc (amlopide)
Angiotensinconverting enzyme (ACE) merupakan salah satu obat yang
biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau hipertensi melalui
proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh
darah (Pudiastuti, 2019)
6. Pencegahan
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan Berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
2. Merubah pola makan pada penderita hipertensi, yaitu mengurangi
pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium
klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan
kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.Olahraga aerobik yang tidak
terlalu berat. Penderita hipertensi asensial tidak perlu membatasi aktifitasnya
selamna tekanan darahnya tidak terkendali (Pudiastuti, 2019).
9
B. MEROKOK
1. Kebiasaan Merokok
Menurut PDPersi ( Pusat Data dan Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia) seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal
100 batang rokok. Merokok mengganggu kesehatan, banyak penyakit yang telah
terbukti sebagai akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang di hasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (UU No. 19
Tahun 2003 pasal 1 ayat 1).
Menurut Silvan Tomkins dalam Al Bachri, 1991 ( dalam Poltekkes Depkes
Jakarta 1, 2012 ), berdasarkan management of affect theory, ada empat tipe
prilaku kebiasaan merokok. Empat hal yang di maksud adalah:
a. Perokok yang di pengaruhi oleh perasaan positif:
Mereka berpendapat bahwa dengan merokok seseorang akan merasakan
penambahan rasa yang positif. Green (dalam Triyanti, 2006) Psychological
Factor in Smoking menambahkan 3 subtipe:
Pleasurerelaxation, prilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah di dapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan
Stimulation topick themup, prilaku merokok hanya di lakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan
Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang di peroleh
dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa.
Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan
tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya di butuhkan waktu
beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama
memainkan rokok nya dengan jari-jarinya lama sebelum dia
menyalakan dengan api.
b. Prilaku merokok dengan di pengaruhi oleh perasaan negatif:
10
Bannyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan
negatif, misalnya bila marah, cemas atau gelisah. Rokok di
anggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila
perasaan tidak enak, sehingga terhindar dari perasaan yang
lebih tidak enak.
c. Prilaku merokok yang adiktif:
Green menyebutkan sebagai kecanduan serta psikologis
(psychological addiction). Mereka yang sudah kecanduan
cenderung akan menambah dosis rokok yang di gunakan setiap
saat setelah efek dari rokok yang di hisapnya berkurang. Mereka
umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah
malam sekali pun, karena khawatir rokok tidak tersedia saat ia
menginginkan nya.
d. Prilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan:
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk
mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar
sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok
merupakan suatu prilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa
di pikirkan dan tanpa di sadari. Ia menghidupkan lagi api rokok
nya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
Tahap Preparatory:
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan,
sehingga menimbulkan niat untuk merokok.
Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak terhadap prilaku merokok.
Tahap Becoming A Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang
per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
Tahap Maintaining Of Smoker
11
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self regulating). Merokok di lakukan untuk memperoleh
efek yang menyenangakan.
12
dalam iklan tersebut. (Juniarti, 1991 dalam Poltekkes Depkes Jakarta 1,
2012)
Hipertensi:
Merokok di kaitkan dengan efek pressor dengan peningkatan tekanan
darah sekitar 10/7 mmHg pada pasien hipertensi 15 menit setelah
merokok sebanyak dua batang. Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak
jantung 5-20 kali per-menit. Hal ini dapat di simpulkan bahwa merokok
dapat memicu hipertensi.
Kanker Paru:
Kanker paru sering di hubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai
penyebab utamanya. Hal ini terbukti dari penelitian-penelitian yang
berada di luar negeri maupun dalam negeri. Selain di karenakan
kebiasaan merokok, faktor lain yang berperan dalam meningkat nya
resiko kanker paru seperti pencemaran udara dalam industri dan
pertembangan. Beberapa bahan pencemar yang di hubungkan dengan
meningkatnya resiko kanker paru adalah asbes, arsen, berlium,
cadmium, gas murtard, chromium, dan nikel. Bahan pencemar ini hanya
meningkatnya resiko kanker paru sekitar 10-20%. Jadi, faktor penyebab
utama kanker paru adalah kebiasaan merokok.
Penyakit Jantung:
Bahan dalam asap rokok yang meningkatkan resiko penyakit jantung
yaitu nikotin dan gas karbon monoksida (CO). Nikotin dapat
mengganggu jantung, membuat irama jantung menjadi tidak teratur,
mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari
pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah. Gas CO akan
mengganggu kemampuan darah untuk berkaitan dengan oksigen
karena gas CO mempunyai kemampuan mengikat zat hemoglobin di
dalam darah 200 kali lebih kuat dari pada oksigen. Hal ini
mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen yang merupakan suatu
bahan utama bagi kehidupan manusia. Kebiasaan merokok
berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah malalui mekanisme
13
aterosklerotik, gangguan metabolisme lemak, gangguan sistem
hemoestatik, gangguan irama jantung, serta penurunan kemampuan
untuk oksigenisasi.
Kehamilan:
Calon ibu memiliki kebiasaan merokok akan membawa akibat buruk
untuk bayi yang di kandungnya. Wanita hamil yang merokok berisiko
lebih besar melahirkan bayi yang meninggal di bandingkan wanita hamil
yang bukan merokok. Jika wanita itu melahirkan normal, maka bayi
wanita perokok lebih sering meninggal di bulan-bulan pertama
kehidupan nya. Hal ini di karenakan berat badan bayi dari ibu yang
merokok umumnya kurang dan bayi mudah menjadi sakit. Ibu yang
memiliki kebiasaan merokok juga menyababkan kelainan bawaan pada
bayi yang di lahirkan nya seperti kelainan katup jantung. Hal ini semua
terjadi akibat pengaruh bahan-bahan dalam asap rokok.
2. Kategori Perokok
a. Perokok Pasif
Perokok Pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang
yang tidak merokok ( Pasive Smoker ). Asap rokok merupakan polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitar nya. Asap rokok lebih berbahaya
terhadap perokok pasif dari pada perokok aktif. Menurut Wardoyo
(1996), asap rokok yang di hembuskan oleh perokok aktif dan terhirup
oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon
monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.
1. Mata pedih
2. Hidung beringus
3. Tekak yang serak
4. Pening / pusing kepala
b. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan
perokok atau asap utama pada rokok yang dihirup ( Mainstream ). Dari
14
pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah
orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan
sekitar (Bustan,2007)
15
Menurut Buston (2007) lamanya sesorang merokok dapat di
klasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun.
Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok.
Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia
merokok akan semakin besar pengaruhnya. Apabila prilaku merokok di
mulai sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan
tingkat arterosclerosis. Resiko kematian bertambah sehubungan dengan
banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini.
3. Jenis Rokok yang Dihisap
Rokok tidak dapat di pisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu
tembakau. Di Indonesia tembakau di tambah cengkeh dan bahan-bahan
lain di campur untuk di buat rokok. Berdasarkan bahan pembungkus rokok
di bedakan menjadi tiga yaitu:
a. Kawung, adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
b. Sigaret, adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
c. Cerutu, adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau.
Berdasarkan bahan baku dan isi rokok juga di bedakan menjadi tiga:
a. Rokok putih, yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang di beri saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
b. Rokok kretek, yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang di beri saus untuk mendapatakan efek
rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok klembak, yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh dan menyan yang di beri saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
a. Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
penyaring.
b. Rokok nonfilter (RNF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat penyaring. ( Aula, 2010 )
16
4. Bahan-bahan yang Terkandung dalam Rokok
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 di antaranya bersifat
racun antara lain Karbon Monoksida dan Polycylic Aromatic Hydrokarbon
yang mengandung zat-zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar,
byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (PDPersi, 2003)
Diantara sekian banyak zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok,
ada tiga yang paling penting yaitu tar, nikotin dan karbon monoksida. Tar
mengandung ratusan zat kimiawi yang kebanyakan bersifat karsinogenik.
Nikotin merangsang pelepasan katekolamin yang bisa meningkatkan denyut
jantung.
Karbon Monoksida merupakan 15% dari asap rokok. Zat ini mengusung
oksigen dalam darah (eritrosit) dan membentuk karboksihemoglobin lebih
tinggi dari orang normal, sekitar 0,5-2%. Selain itu karbon monoksida
merusak dinding arteri yang akhirnya dapat menyebabkan atherosclerosis
dan penyakit jantung coroner ( Bustan, 2007 ).
b. Tar
Adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini,
sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel
pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya
kanker. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen.
17
c. Karbon Monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan
kendaraan bermotor. Unsur ini di hasilkan oleh pembakaran yang tidak
sempurna dari unsur zat arang atau karbon. CO menggantikan 15%
oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. CO juga
dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan
endapan lemak pada dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh
darah tersumbat ( Tirtosastro, 2010 )
18
juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
tekanan darah dan kebutuhan oksigen jantung serta menyebabkan gangguan
irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja otak, saraf dan bagian tubuh
yang lain.
Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombo
(penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, karbon monoksida dan
bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding endotel ( dinding
dalam pembuluh darah ), dan mempermudah penggumpalan darah. Akibat
penggumpalan (trombosi) akan merusak pembuluh darah perifer. Merokok
sebatang setiap hari akan mengakibatkan tekanan darah sistol 10-25 mgHg
dan menambah detak jantung 5-20 kali persatu menit ( Sitoepoe, 1997 )
KERANGKA KONSEP
Dari kerangka konsep penelitian tentang Gambaran Kebiasaan
Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi diatas variabel untuk
penelitian dapat menjadi 2 yaitu:
KETERANGAN :
Variabel ini di bagi menjadi 2 variable yaitu variabel independen
dan variable dependen :
1. Variabel independen
Variable independen adalah variable yang bila ia berubah akan
mengakibatkan perubahan variable lain. Variable independen dalam
penelitian ini yang menjadi variable independen yaitu (perokok
ringan, perokok sedang, perokok berat).
19
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau variable
akibat dari variabel bebas. Yang menjadi variable dependen dari
penelitian ini adalah kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi.
DEFENISI OPERASIONAL
20
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis data
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh dengan cara melakukan literatur riview 10 jurnal yang
berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.
21
BAB IV
A. Hasil Jurnal
Desain
Nama,
dan
Tahun & Tujuan
No Masalah Jenis Sampel Hasil
Judul Penelitian
Penelitia
Penelitian
n
22
Kota Padang kebiasaan kecamat hubungan
merokok an antara
harus di terpilih di jumlah rokok
The lakukan Kota dengan
Association Padang kejadian
Of Smoking hipertensi
With the (p=0,412)
Incidence
Of
Hypertensi
on In Men
Aged 35-65
Years in
Padang
City
23
Kota s berpeluang
Bandung seseorang. 3,4 kali
menderita
hipertensi
Relationshi dibandingkan
p Of dengan
Smoking warga yang
Behavior tidak
With merokok.
Hypertensi
on Events
in Neglasari
Health
Center
Bandung
City
24
The Relation kejadian ringan
ship hipertensi
Between pada
Smoking masyarakat
Frequency
and the
Incidence Of
Hypertensio
n in the
Community
25
Satria, meliputi (PR=1.613)
Kecamatan kebiasaan terhadap
Medan merokok, kejadian
Satria, Kota lama hipertensi
Bekasi merokok, essensial
dan jumlah memiliki
rokok yang resiko lebih
di hisap tinggi untuk
terhadap mengalami
hipertensi hipertensi
26
Tompaso adalah Wilayah kerja
Kabupaten kebiasaan Puskesmas
Minahasa merokok. Tompaso
Kecamatan
Tompaso
Kabupaten
Minahasa.
27
hipertensi
normal tinggi
4 responden,
dengan
menggunaka
n uji chi-
square pada
tingkat
kemaknaan
95%, didapat
bahwa nilai p
adalah 0,016
lebih kecil
dari nilai
signifikan
0,05.
28
Saturasi
Oksigen
Dalam
Darah
29
usia variabel yang
tersebut tidak
merupakan berhubungan
rata-rata yaitu
usia siswa pekerjaan
SMA/SMK/ orang tua (p=
sederajat. 0,344),
jumlah
perokok di
keluarga
(p=0,842),
jumlah uang
saku (p=
0,387),
pengalaman
merokok
(p=0,123),
dan persepsi
manfaat
(p=0,378).
30
Prilaku Universitas i sudah responde dengan skor
Merokok esa Unggul mempunya n, tinggi 17
Pada Staf i menggun orang
Administras pengetahu akan (14.28%),
i an tinggi. metode skor sedang
Universitas Simple 54 orang
Esa Unggul Random (45.36%), dan
Sampling. skor rendah
13 orang
(10.92%).
Rata-rata
perilaku
merokok
pada staf
administrasi
Universitas
Esa Unggul
(14.93 ±
2.497)
dengan skor
tinggi 8 orang
(9.52%), skor
sedang 66
orang
(78.57%) dan
skor rendah
10 orang
(11.9%).
31
antara menyebab sectional menggun signifikan
obesitas, kan akan antara
2014
dan morbiditas teknik obesitas
merokok dan pengacak dengan
terhadap mortalitas an kejadian
Hubungan
kejadian sebesar sederhan hipertensi (p
Antara
hipertensi. 20–50% a dari =0,014)
Obesitas
dari total pasien dengan kuat
dan
kematian. yang hubungan
Perilaku
Obesitas berobat disebesar
Merokok
dan poli 0,299.
Terhadap
merokok jantung Riwayat
Kejadian
merupakan Rumah merokok (p =
Hipertensi
faktor risiko Sakit 0,211),
kejadian Umum penggunaan
hipertensi. Haji filter (p =
Surabaya 0,378), lama
pada merokok (p =
bulan Mei 1,000),
tahun kriteria
2014. perokok (p =
0,848) dan
jenis rokok (p
= 0,673)
menunjukkan
tidak adanya
hubungan
yang
signifikan.
32
B. Persamaan, Perbedaan dan Kelebihan Jurnal
1. Persamaan
Berdasarkan studi literatur didapatkan 10 jurnal yang mempunyai persamaan
yaitu:
a. 10 jurnal yang di telaah memiliki tujuan penelitian yang sama, yaitu: Untuk
mengetahui hubungan bahaya nya rokok jika di konsumsi terhadap hipertensi
b. Persamaan dalam metode penelitian yaitu menggu nakan cross sectional ada 8
jurnal yaitu:
Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi dengan laki-laki usia 35-
65 tahun di kota Padang. Oleh Yashinta Oktavian Gita Setyanda, Delmi
Sulastri dan Yuniar Lestari. Tahun 2015
Hubungan prilaku merokok dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas
Neglasari Kota Bandung. Oleh Agung Sutriyawan dan Putri Anyelir.
Tahun 2019
Hubungan frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi pada
masyarakat. Oleh Saiful Nurhidayat. Tahun 2018
Hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi
essensial pada laki-laki usia di atas 18 tahun di RW o6, Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi. Oleh Susi dan David Dwi
Ariwibowo. Tahun 2019
Hubungan antara merokok dengan hipertensi di puskesmas kawangkoan.
Oleh Irene Megawati Umbas, Josef Tuda dan Muhammad Numansyah.
Tahun 2019
Hubungan antara derajat merokok aktif, ringan, sedang dan berat dengan
kadar saturasi oksigen dalam darah. Oleh Wahyu Tri Sudaryanto. Tahun
2015
Hubungan pengetahuan tentang rokok dan prilaku merokok pada staf
Administrasi Universitas Esa Unggul. Oleh Imelda Lianzi dan Erlina
Pitaloka. Tahun 2014
Hubungan antara obesitas dan perilaku merokok terhadap kejadian
hipertensi. Oleh Tifani Lasianjayani dan Santi Martini. Tahun 2014
33
c. Terdapat 7 jurnal yang memiliki hasil penelitian yang sama berdasarkan faktor
yang memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi yaitu:
Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 35-
65 tahun di Kota Padang. Oleh Yashinta Oktavian Gita Setyanda,
Delmi Sulastri dan Yuniar Lestari. Tahun 2015
Hubungan prilaku merokok dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
Neglasari Kota Bandung. Oleh Agung Sutriyawan dan Putri Anyelir.
Tahun 2019
Hubungan frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi pada
masyarakat. Oleh Saiful Nurhidayat. Tahun 2018
Hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi
essensial pada laki-laki usia di atas 18 tahun di RW 06, Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi. Oleh Susi dan
David Dwi Ariwibowo. Tahun 2019
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso Kabupaten
Minahasa. Oleh Pratiwi, dkk. Tahun 2014
Hubungan antara merokok dengan hipertensi di puskesmas
kawangkoan. Oleh Irene Megawati Umbas, Josef Tuda dan
Muhammad Numansyah. Tahun 2019
Hubungan antara obesitas dan perilaku merokok terhadap kejadian
hipertensi. Oleh Tifani Lasianjayani dan Santi Martini. Tahun 2014
2. Perbedaan
Berdasarkan studi literatur di dapatkan 10 jurnal yang mempunyai perbedaan
yaitu:
a. Pada jurnal yang di telaah ada 2 jurnal yang tidak memakai desain penelitian
cross sectional yaitu:
Jurnal Anisa Maulidea Binita, Tinuk Istiarti dan Laksmono Widagdo
(2016) menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan
kuantitatif
Jurnal Pratiwi, dkk (2014) menggunakan penelitian observasional
analitik dengan desain case control (kasus kontrol)
34
b. Perbedaan dari jurnal penelitian yang telah di telaah oleh peneliti berdasarkan
studi literature di lihat dari jumlah responden sebagai berikut:
Pada penelitian Yashinta, dkk (2015) mencantumkan jumlah sampel
sebanyak 92 responden
Pada penelitian Agung Sutriyawan dan Putri Anyelir (2019)
mencantumkan jumlah sampel sebanyak 74 responden
Pada penelitian Saiful Nurhidayat (2018) mencantumkan jumlah
sampel sebanyak 30 responden
Pada penelitian Susi dan David (2019) mencantumkan jumlah sampel
sebanyak 102 responden
Pada penelitian Pratiwi, dkk (2014) mencantumkan jumlah sampel
sebanyak 100 responden
Pada penelitian Irene, dkk (2019) mencantumkan jumlah sampel
sebanyak 74 responden
Pada penelitian Wahyu Tri Sudaryanto (2015) mencantumkan jumlah
sampel sebanyak 90 responden
Pada penelitian Anisa, dkk (2016) mencantumkan jumlah sampel
sebanyak 85 responden
Pada penelitian Imelda dan Erlina (2014) mencantumkan jumlah
sampel sebanyak 84 responden
Pada penelitian Tifani Lasianjayani dan Santi Martini (2014)
mencantumkan jumlah sampel sebanyak 75 responden
c. Hasil penelitian menunjukkan tentang perbedaan antara kategori perokok,
jenis perokok, jenis rokok yang di hisap, dan bahan-bahan yang terkandung
dalam rokok
d. Dalam hasil penelitian Wahyu Tri Sudaryanto (2015) di dapat perbedaan
dengan jurnal lainnya yaitu dalam penelitian ini lebih meneliti tentang derajat
merokok seperti perokok aktif, perokok ringan, perokok sedang dan perokok
berat.
3. Kelebihan
a) Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Yashinta, dkk (2015) Penelitian ini
mengenai latar belakang isi jurnal cukup jelas. Penggunaan kata yang baku
dan tepat. pada bagian kesimpulan dibuat dalam bentuk hasil penelitian
35
sehingga lebih muda dibaca dan di mengerti oleh pembaca dan metode
penelitian ini sesuai dengan yang saya teliti dengan menggunakan metode
deskriptif.
b) Pada jurnal penelitian Agung Sutriyawan dan Putri Anyelir (2019) Penelitian
ini mengenai latar belakang yg cukup lengkap dan jelas, menggunakan kata
yang baku dan tepat. Peneliti mencantumkan jumlah populasi dan sampel
yang diteliti sehingga pembaca mudah memahaminya. Hasil penelitian
mampu menjawab tujuan dari penelitian tersebut, jurnal yang ditelaah di
publikasikan dalam waktu 8 tahun terakhir.
c) Pada jurnal penelitian Saiful Nurhidayat (2018) Penulisan abstrak jurnal
lengkap dari tujuan penelitian, metode penelitian dan hasil penelitian,
latarbelakang nya cukup jelas dan lengkap dengan pembahasan nya,
metode penelitian ini sesuai dengan yang saya gunakan menggunakan
metode deskriptif.
d) Pada jurnal penelitian Susi dan David (2019) Penulisan abstrak jurnal
lengkap dan latar belakang peneliti cukup jelas, peneliti ini mencantumkan
jumlah populasi dan sampel yang diteliti sehingga pembaca dapat mudah
memahami, peneliti ini mencantumkan data yang cukup lengkap dengan apa
yang diteliti jurnal yang ditelaah di publikasikan dalam waktu 2 tahun
terakhir.
e) Pada jurnal penelitian Pratiwi, dkk (2014) penulisan abstrak jurnal lengkap
dan cukup jelas, dan latar belakang cukup jelas dan tepat, metode penelitian
sesuai dengan yang saya teliti dengan menggunakan metode deskriptif.
f) Pada jurnal penelitian Irene, dkk (2019) pengambilan data menggunakan
data primer dan data sekunder, di mana data yang di dapat bisa di pastikan
akurat yang berasal dari kuesioner yang telah di bagikan kepada responden.
g) Pada jurnal penelitian Wahyu Tri Sudaryanto (2015) memiliki kelebihan pada
bagian pendahuluan peneliti memaparkan teori yang sangat lengkap dan
jelas.
h) Pada jurnal penelitian Anisa, dkk (2016) pengambilan sampel di lakukan
dengan teknik total sampling, teknik pengambilan ini paling sederhana di
mana seluruh populasi di ambil sebagai sampel dan jumlah responden
sudah di ketahui.
36
i) Pada jurnal penelitian Imelda dan Erlina (2014) pengambilan sampel di
lakukan dengan teknik simple random sampling yang di dukung oleh
pengumpulan data primer dan sekunder.
j) Pada jurnal penelitian Tifani Lasianjayani dan Santi Martini (2014) pada
bagian abstrak sudah mencangkup komponen latar belakang, metode
penelitian, hasil dan kesimpulan yang cukup jelas.
B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Yashinta, dkk (2015),
mengatakan bahwa di dapatkan ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan hipertensi. Dimana dalam artikel menyebutkan bahwa di pengaruhi oleh
lama merokok dan jenis rokok, tetapi tidak terdapat hubungan antara jumlah
rokok dengan kejadian hipertensi.
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi.
Karna kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah terhadap
penderita hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok, tetapi tidak terdapat
hubungan antara jumlah rokok dengan kejadian hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Agung Sutriyawan dan Putri
Anyelir (2019), mengatakan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Neglasari
Kota Bandung (p=0,008) dan POR = 3,436 artinya warga yang merokok
berpeluang 3,4 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan warga yang tidak
merokok.
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
di Puskesmas Neglasari Kota Bandung mempunyai hubungan merokok dengan
hipertensi, dan warga yang merokok 3,4 kali lebih menderita hipertensi di
bandingkan dengan warga yang tidak merokok.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Saiful Nurhidayat (2018),
mengatakan bahwa frekuensi merokok sebagian besar (63,3%) atau 19 orang
kategori sedang.
37
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
responden yang merokok sebanyak 63,3%. Sampel berjumlah 30 responden dan
sebanyak 19 orang di kategorikan sebagai perokok sedang.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Susi dan David (2019),
mengatakan bahwa di dapatkan 17 responden (16,7%) menderita hipertensi.
Dari penelitian ini tidak di dapatkan hubungan bermakna antara kebiasaan
merokok (p=2.092), lama merokok (p=0.670), jumlah rokok di hisap per hari
(PR=1.613) terhadap kejadian hipertensi essensial memiliki resiko lebih tinggi
untuk mengalami hipertensi.
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
sebanyak 17 responden yang menderita hipertensi dari 102 responden yang
mengkonsumsi rokok. Arti nya tidak terdapat hubungan antara kebiasaan
merokok, lama merokok dan jumlah rokok yang di hisap terhadap resiko lebih
tinggi untuk mengalami hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Pratiwi, dkk (2014), mengatakan
bahwa hasil uji statistik menunjukkan faktor resiko kebiasaan merokok
mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kejadian hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso
Kabupaten Minahasa.
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi.
Karna kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah terhadap
penderita hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok.s
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Irene, dkk (2019), mengatakan
bahwa dari penelitian ini didapatkan dari 74 responden yang diteliti sebagian
besar perokok sedang hipertensi derajat I 19 responden, hipertensi normal tinggi
13 reponden, hipertensi derajat II 11 responden. Perokok berat hipertensi derajat
II 18 responden, hipertensi derajat I 9 responden, hipertensi normal tinggi 4
responden, dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%,
didapat bahwa nilai p adalah 0,016 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05.
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
dari penelitian ini terdapat hubungan antara Merokok dengan Hipertensi di
Puskesmas Kawangkoan.
38
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Wahyu Tri Sudaryanto (2015),
mengatakan bahwa dari hasil uji korelatif Somers’d test mendapatkan hasil p <
0,05 pada hubungan antara derajat merokok dengan nilai saturasi oksigen.
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
penelitian ini mendapatkan data dengan menggunakan alat bantu kuisioner dan
penelitian mendapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 90 orang. Dalam
derajat merokok aktif, ringan, sedang dan berat memilki hubungan antara derajat
merokok dengan nilai saturasi oksigen.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Anisa, dkk (2016), mengatakan
bahwa sebagian besar responden berstatus perokok ringan (85,9%). Variabel
yang berhubungan dengan tipe perilaku merokok pada siswa SMK “X” yaitu usia
(p=0,032), persepsi keseriusan (p=0,030), persepsi kerentanan (p=0,035), serta
persepsi hambatan (p= 0,045). Sementara variabel yang tidak berhubungan yaitu
pekerjaan orang tua (p= 0,344), jumlah perokok di keluarga (p=0,842), jumlah
uang saku (p= 0,387), pengalaman merokok (p=0,123), dan persepsi manfaat
(p=0,378).
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
sebanyak 85 siswa sebagian besar responden berstatus perokok ringan (85,9%).
Variabel yang berhubungan dengan tipe perilaku merokok yaitu seperti usia,
persepsi kerutinan dalam merokok, serta hambatan dalam persepsi merokok.
Dan variabel yang tidak berhubungan yaitu seperti jumlah perokok dalam
keluarga dan pengalaman merokok.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Imelda dan Erlina (2014),
mengatakan bahwa rata-rata pengetahuan tentang rokok staf administrasi
Universitas Esa Unggul dengan skor tinggi 17 orang (14.28%), skor sedang 54
orang (45.36%), dan skor rendah 13 orang (10.92%). Rata-rata perilaku merokok
pada staf administrasi Universitas Esa Unggul dengan skor tinggi 8 orang
(9.52%), skor sedang 66 orang (78.57%) dan skor rendah 10 orang (11.9%).
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
Perilaku merokok terjadi karena salah satu faktornya yaitu kurangnya
pengetahuan, yang seharusnya staf administrasi sudah mempunyai
pengetahuan tinggi.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Tifani Lasianjayani dan Santi
Martini (2014), mengatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
39
obesitas dengan kejadian hipertensi (p = 0,014) dengan kuat hubungan sebesar
0,299. Riwayat merokok (p = 0,211), penggunaan filter (p = 0,378), lama
merokok (p = 1,000), kriteria perokok (p = 0,848) dan jenis rokok (p = 0,673)
menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan.
Asumsi peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
obesitas dapat menyebabkan kejadian hipertensi karena kegemukan
menyebabkan seseorang memerlukan tekanan darah lebih tinggi dari pada
kondisi normal untuk mempertahankan keseimbangan antara asupan dan
ekskresi natrium di ginjal. Pada orang kegemukan, ginjal bekerja lebih keras dan
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
40
BAB V
A. Kesimpulan
Penelitian dengan studi literature review merupakan sebuah penelitian
yang sumber dan metode pengumpulan data di lakukan dengan mengambil data
dari pustaka atau jurnal yang akan di telaah oleh peneliti. Sumber data untuk
penelitian studi literature review dapat berupa sumber resmi laporan, tulis-tulisan
resmi terbitan pemerintah maupun lembaga-lembaga lain baik dalam bentuk
buku maupun jurnal.
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai
faktor-faktor resiko merokok terhadap kejadian hipertensi berdasarkan literature
review dapat di ambil dari 10 jurnal (7 jurnal nasional dan 3 jurnal internasional),
di dapatkan kesimpulan bahwa responden umur dan merokok memiliki pengaruh
besar terhadap kejadian hipertensi. Maka dari itu, petugas kesehatan dan
keluarga sangat memiliki peran yang penting untuk menjaga kesehatan diri
seperti menjaga hidup sehat di umur tua, makan-makanan yang sehat, olahraga
secara teratur, menjaga makan-makanan yang menyebabkan hipertensi, dan
mengurangi rokok atau lebih baik jangan mengonsumsi rokok.
41
B. Saran
Saran yang di berikan peneliti yaitu:
1. Kepada peneliti selanjutnya, jika menggunakan studi literature di perlukan
ketelitian yang benar selama melakukan penelitian agar mendapatkan hasil
yang akurat dan meningkatkan teknik dalam menerapkan faktor-faktor resiko
terhadap
kejadian hipertensi
2. Di harapkan masyarakat dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi dan masyarakat bisa
menjauhi rokok karna merokok bisa mendatangkan penyakit
3. Di harapkan petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan edukasi agar
berperan lebih baik dalam menerapkan faktor-faktor merokok terhadap
kejadian hipertensi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Apriana, K., dkk. 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1 Nomor 2, Tahun
1.undip.ac.id/index.php/jkm
I Putu, A., I Wayan, S., 2013. Gambaran Kebiasaan Merokok dan Kejadian
Hipertensi pada Masyarakat Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekutatan I Tahun 2013.
Susi, David, A., 2019. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian
Hipertensi Esensial pada Laki-laki Usia di atas 18 tahun Di RW 06,
Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi.
43
Tirtosastro, 2010. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat dan MInyak Industri, 2 (1), pp. 33-43.
Yashinta O., dkk. 2015. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada
Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang.
44
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
REKOMENDASI PARAF
NO TGL
PEMBIMBING Dosen
Mahasiswa
Pembimbing
1 5 September Konsultasi judul KTI
2020
45
10 4 Maret 2021 Konsultasi revisi
proposal KTI
46
Medan, 02 Juni 2021
Mengetahui
Ketua Prodi DIII
47