Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN PERAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU

MEROKOK PADA REMAJA DI SMP ALWAHAB


CENGKARENG JAKARTA BARAT

Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar

Sarjana Keperawatan

Oleh:

FITROTUL AENI

11202087

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok pada Remaja
di SMP Al-Wahab Cengkareng Jakarta Barat”.

Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir pada Program S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti menyadari banyak
pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai selesainya penelitian
ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. DR. Dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B., Sp., BTKV (K) selaku Direktur
Utama PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefuddin, S.H., MM., CHRP., CHRA, Selaku Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, S.Kp, MSi, M. Kep selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM selaku Wakil Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Achirman SKM., M.Kep., Selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M. Si., M. Kep, selaku Kepala Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Heny Fitriany, SAB., SKM., M. Kes selaku Pembimbing Skripsi yang dengan
kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses
penelitian ini.
9. selaku Kepala Sekolah SMP Setia Gama Jakarta Barat tempat penelitian
dilakukan.
10. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.

I
11. Suami saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam melakukan
penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
12. Para responden atas keikutsertaan dan kerja samanya, sehingga laporan
peneliti ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
13. Sahabat seperjuangan laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi dalam pembuatan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini banyak sekali


kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan dan penyusunan hasil penelitian di masa mendatang.

Jakarta,... Januari 2021

Peneliti

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Perumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Teori dan konsep terkait................................................................................7
B. Penelitian terkait..........................................................................................21
C. Kerangka teori.............................................................................................24
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
29
A. Kerangka Konsep.............................................................................................25
B. Hipotesis...........................................................................................................27
C. Definisi Operasional.........................................................................................28
BAB IV METODELOGI PENELITIAN 29
A. Desain Penelitian..............................................................................................29
B. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan sampel.........................................30
C. Tempat Penelitian.............................................................................................32
D. Waktu Penelitian...............................................................................................32
E. Etika Penelitian.................................................................................................32
F. Alat Pengumpulan Data....................................................................................33
G. Prosedur Pengumpulan Data............................................................................36
H. Analisa Data.....................................................................................................38

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak kedewasa, seorang
remaja tidak bisa dikatakan anak-anak lagi namun belum cukup untuk
dikatakan dewasa. Masa ini dimana remaja mencari pola hidup yang paling
sesuai dengan pola hidupnya dan umumnya banyak melakukan metode coba-
coba dengan tingginya rasa ingin tau. Pergaulan remaja dengan lingkungan
sekitarnya sangat berkontribusi terhadap masalah psikologis remaja sehingga
tapat terjadi penyimpangan terhadap permasalahan kesehatan. Adapun prilaku
menyimpang seperti perilaku seks sebelum menikah, penggunaan zat adiktif
narkotika (NAPZA), dan yang paling umum di jumpai adalah prilaku merokok
(Etrawati, 2014).

Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari
70.000 artikel ilmiah telah membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok
dan paparan terhadap asap rokok berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan
kematian. Di dalam produk tembakau terbakar terutama rokok, terdapat lebih
dari 4.000 zat kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif
(dapat menyebabkan ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik.
Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena
dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Prilaku manusia
adalah aktifitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sutama, 2008).

Perilaku merokok sendiri adalah suatu proses melibatkan proses membakar


tembakau yang kemudian dihisap hasapnya, asap rokok sendiri mengandung
lebih dari 4000 zat kimia berbahaya serta lebih dari 43 zat penyebab kanker.
Prilaku ini bahkan tidak hanya dikalangan dewasa namun juga banyak di

4
kalangan remaja, bahkan beberapa kasus pada anak –anak akibat salah
mencontoh orang tua yang akhirnya menjadi kecanduan. Tinjauan
farmokologis nikotin yang terkandung dalam rokok menimbulkan efek adiktif
atau ketergantungan. Inilah menjadi penyebab merokok menjadi masalah
karena bersifat merusak secara terus-menerus (Aula dkk, 2018).

Merokok menjadi penyebab utama munculnya berbagai penyakit sehingga


meningkatkan angka kesakitan dan kematian yang dapat dicegah. Menurut
world health organization (WHO) tahun 2018 rokok membunuh lebih dari 7
juta orang setiap tahun lebih dari 6 juta sebagai pemakai langsung dan 890.000
kasus karena terpapar (perokok pasif). Peningkatan prilaku merokok
berdampak pada tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya
angka kematian akibat rokok mencapai 30% pada tahun 2030. Prevalansi
merokok di Indonesi umur >15 tahun berdasarkan RISKESDAS tahun 2018
mencapai 40.2 %. Dampak yang ditimbulkan dari merokok tidak hanya dari
segi kesehatan perokok maupun yang terpapar (perokok pasif) tetapi juga
mengancam ekonomi keluarga masyarakat miskin (Depkes, 2018).

Data terbaru tahun 2020 menunjukan bahwa kematian yang disebabkan oleh
penyakit paru-paru atau lebih dikenal dengan nama PPOK (Penyakit paru-paru
obstruktif kronik) menduduki peringkat keemapat penyebab kematian. Ahli
paru-paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta mendata
penyakit paru-paru mencatat peringkat 10 besar penyebab kesakitan dan
kematian utama tidak menular didunia. survey WHO didapatkan kematian
remaja diperkirakan mencapai 10 juta orang pertahunnya pada tahun 2030.
Sedangkan di Indonesia survey demografi universitas Indonesia sebanyak
427.948 orang remaja meninggal rata-rata pertahunnya akibat berbagai
penyakit yang disebabkan oleh rokok. DKI Jakarta sendiri merupakan wilayah
dengan angka perokok yang meningkat tinggi tiap tahunnyab sekitar 2,9%
perhari (Kemenkes, 2018).

5
Pemerintah membuat kebijakan dan strategi pengendalian terhadap konsumsi
produk tembakau antara lain, monitoring konsumsi produk tembakau,
perlindungan terhadap paparan asap rokok, upaya pelayanan berhenti merokok,
iklan layanan bahaya merokok. Selain itu juga pemerintah menetapkan
landasan hukum pengendalian dampak rokok untuk kesehatan. UU
NO.36/2009 Tentang kesehatan, PP NO.109/2012 tentang pengamanan bahan
yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan,
Permenkes No.40/2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi
rokok bagi kesehatan dan yang terakhir Permenkes No.28/2013 tentang
pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan
produk tembakau. Peraturan Ini membuktikan bahwa pemerintah juga berperan
aktif dalam mengurangi dampak kesehatan dari penggunaan rokok di Indonesia
(RISKESDAS, 2018).

Beberapa penelitian menemukan bahwa merokok dimulai saat remaja diawali


dengan rasa ingin tahu, dan pengaruh teman sebaya. Awal mencoba rokok
untuk pertama kali akan membuat orang akhirnya menjadi ketagihan, dan
dilanjutkan dengan alasan sudah terbiasa, mampu menurunkan kecemasan dan
merasa lebih tenang. Komponen psikoaktif berupa nikotin pada rokok mampu
membuat pengguna akan merasakan perasaan rileks dan keinginan untuk
mencoba kembali hingga berlanjut menjadi pecandu serta ketergantungan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok adalah pengaruh
lingkungan, teman sebaya, pola asuh orang tua, pola yang paling dominan
adalah melihat teman sebaya (Sarwono, 2010).

Usia remaja memungkinkan individu menghabiskan banyak waktu dengan


teman seusianya dibandingkan keluarga. Teman sebaya adalah teman yang
mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan
membuatnya merasa aman. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
permulaan dari hubungan peer. Peers adalah individu-individu dengan
kematangan usia yang sama (Handayani & Abdullah, 2018). Kebutuhan social
pada masa ini adalah kebutuhan untuk diterima, pengakuan dan status dalam

6
kelompok sosialnya. Kelompok teman sebaya ini membantu individu dalam
menilai nilai-nilai yang akan dianut dan membantu menuntut remaja
menemukan identitasnya (Puspita, Agushybana, & Dharminto, 2019).

Keperawatan menydari pentingnya keberadaan remaja bagi bangsa Indonesia,


maka perawat diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi remaja terutama
terkait hubungan teman sebaya dengan prilaku merokok. Dikaranekan perilaku
merokok pada remaja akan berdampak buruk untuk kesehatan jangka pendek
maupun jangka panjang pada remaja tersebut. Keperawatan sebagai bagian
integral dari sistem kesehatan diindonesia yang turut menentukan dan
menanggulangi masalah kesehatan pada remaja sehingga dianggap perlu untuk
melakukan pengkajian lebih lanjut tentang masalah ini. Hubungan teman
sebaya terhadap perilaku merokok dianggap penting dalam menurunkan jumlah
perokok dari kalangan remaja (Priyoto, 2018).

Sekolah Menengah Pertama Al-Wahab Cengkareng merupakan sekolah


menengah pertama dengan lokasi strategis di Jakarta barat. Sekolah ini berdiri
sejak tahun 2006 hingga sekarang. Memiliki visi terwujudnya prestrasi warga
madrasah yang berkompeten dan Islami serta Beriman, Bertaqwa, dan
berahlaq mulia menyongsong masa depan . salah satu misi yang sangat
menonjol adalah meningkatkan disiplin siswa dan guru serta karyawan. Ini
mengacu pentingnya larangan merokok pada siswa yang selanjutnya penulis
ingin ketahui. Berdasarkan pengamatan sekolah SMP AL Wahab berada di
sebelah jalan besar dengan akses mudah dan di depan sekolah terdapat banyak
warung makan yang biasa di jadikan tempat makan atau bersantai saat istirahat
atau pulang. Anak yang berkumnpul dengan teman-temannya ditempat tersebut
sering mencoba-coba untuk merokok karena ajakan teman.

Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti melakukan studi pendahuluan di


SMP Al-Wahab Cngkareng Jakarta Barat pada tanggal 30 oktober 2021 dengan
mewawancarai beberapa murid kok karena pengaruh teman sebaya. sebanyak
yang berhasil ditemui saat wawancara menyatakan pernah merokok atau

7
sekedar coba-coba merokok. Hasil wawancara disimpulkan, jumlah
keseluruhan murid ingin mencoba merokok sebanayak 16 murid dari 30 murid
yang diwawancara dan berdasarkan wawancara 50% dari mereka merokok
diajak atau dikenalkan oleh teman sebaya sehingga menjadi ikut merokok.
Sedangkan 14 siswa lagi sama sekali tidak mmencoba meskipun teman
sekitarnya mengajak untuk mencoba.

Timbulnya perilaku merokok itu sendiri menjadi masalah yang terjadi pada
remaja, salah satunya di SMP Al wahab Islam Cengkareng Jakarta Barat
karena pengaruh teman sebaya. Berdasarkan data-data dan dari beberapa alasan
tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang “Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok pada
Remaja di SMP Al-Wahab Cengkareng Jakarta Barat”.

B. Perumusan Masalah
Remaja adalah usia transisi dari anak-anak menuju dewasa dan masa mencari
jati diri. Sering berada di luar rumah dan menghabiskan waktu dengan teman
sebayanya. Remaja akan cenderung ingin di terima dalam kelompoknya,
sehingga remaja akan berpotensi meniru apa yang dilakukan oleh teman
sebayanya (Siotopo 2018). Demikian pula jika anggota kelompok memiliki
perilaku merokok, maka remaja akan cenderung mengikuti hal yang sama pula
tanpa memperdulikan akibatnya (Depkes, 2010).

Seseorang dengan lingkungan teman sebaya yang buruk akan berpotensi


mengikuti tingkah atau prilaku tersebut. Sehingga peran teman sebaya sangat
mempengaruhi prilaku seorang remaja baik atau buruk. Beberapa siswa atau
sekitar 50% dari 30 siswa yang diwawancarai yang ditemukan di SMP Al-
Wahab Cengkareng Jakarta memiliki kecendrungan merokok karena ajakan
teman sebaya Bedasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan peran teman sebaya dengan
perilaku merokok pada Remaja di SMP .... Jakarta Barat?”.

8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan peran teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP ...... Jakarta Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi: usia,
Jenis kelamin , lingkungan (sekolah dan keluarga), dan pendidikan orang
tua pada remaja SMP ......... Jakarta Barat.
b. ....
c. Diketahui kejadian perilaku merokok pada remaja di SMP ....... Jakarta
Barat.
d. Diketahui hubungan peran teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP ........ Jakarta Barat.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan diharapkan
kepada petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai pandangan peran teman sebaya dan perilaku merokok kepada
remaja dan masyarakat.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan dan referensi yang
bermanfaat pada bidang Ilmu Keperawatan terutama terkait dengan
pembahasan mengenai peran teman sebaya dan perilaku merokok pada
remaja.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAAN

A. Deskripsi Teoritik dan Hasil Penelitian Terkait


1. Konsep Remaja
a. Pengartian remaja
Remaja adalah peralihan dari fase anak-anak menuju ke dewasa yakni
pada umur antara 10-24 tahun. Menurut WHO remaja adalah periode
usia seseorang saat mencapai usia antara 10-19 tahun. Sedangkan
menurut persatuan dokter anak Amerika Serikat, usia remaja yakni
antara 11-21 tahun dan di bagi menjadi tiga tahapan yakni usia 11-14
tahun yang disebut remaja awal, usia 15-17 tahun yang disebut remaja
menengah, dan usia 18-21 tahun disebuk sebagai remaja akhir
(Proverawati, 2012). Remaja atau adolescent adalah periode
perkembangan selama dimana individu mengalamni perubahan dari
masa kanak-kanak menjadi dewasa, biasanya diantara usia 13 dan 20
tahun (Marselina, 2014).

Istilah adolescent biasanya menunjukan maturasi psikologis, individu,


ketika pubertas menunjukan titik dimana reproduksi mungkin akan
terjadi WHO memberikan definisi tentang remaja yang bersifat lebih
konseptual, dimana didalamnya dikemukakan 3 kriteria, yaitu: bilogik,
psikologik, dan social ekonomi dengan menetapkan batas usia 10-20
tahun sebagai batasan usia remaja (Sarwono, 2010). Beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan remaja adalah rentan usia 10- 20 tahun dan
merupakan masa transisi sebelum dewasa dan menjadi titik perubahan
yang dapat membentuk karakter pada usia dewasa.
b. Batasan usia remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-
kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB
untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan menurut

10
Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,
definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah
mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Batasan
usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun.
Menurut Deswita (2006) rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga yaitu:
1) 12-15 tahun: masa remaja awal.
2) 15-18 tahun: masa remaja pertengahan.
3) 18-21 tahun: masa remaja akhir.

c. Tahap pertumbuhan dan perkembangan remaja


Pertumbuhan dan perkembangan remaja menurut (wong, 2004).
1) Pertumbuhan
a) Pertumbuhan melambat pada anak perempuan
b) Bentuk tubuh mencapai 95% tinggi orang dewasa.
c) Karakteristik skunder tercapai dengan baik.
2) Kognitif
a) Mengembangkan kapasitas berpikir abstrak
b) Menikmati kekuatan intelektual, idealistis
c) Perihatin dengan filosofi, politis dan masalah sosial.
3) Identitas
a) Mengubah citra diri
b) Sangat focus pada diri sendiri, narsisme meningkat
c) Kecenderungan kearah pengalaman didalam dan penemuan diri
d) Mempunyai banyak fantasi kehidupan
4) Idealistis
a) Mampu menerima keadaan masa depan tentang perilaku dan
keputusan baru, penerapan bervariasi.

Tugas perkembangan remaja menurut havighrust (Hurlock, 2021)

11
1) Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
baik itu pria maupun wanita
2) Mencapai peran social pria dan wanita
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif
4) Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ediologi.

d. Ciri-ciri remaja
Menurut ciri-ciri remaja sebagai berikut:
1) Mengalami kegelisahan dalam hidupnya.
2) Adanya pertentangan dengan orang dewasa.
3) Keinginan untuk mencoba hal yang belumdi ketahuinya
4) Keinginan mencoba fungsi organ tubuhnya.
5) Suka berkhayal dan berfantasi tentang prestasi dan karier.

Yudrik Jahja. Mengemukakan Psikologi perkembangan. Munculnya


sifat-sifat khas anak laki-laki dan anak perempuan.

1) Sifat khas pada anak laki-laki:


a) sifat aktif berbuat
b) Penampilan tingkah lakunya lebih hebat dan meledak
c) Rasa bimbang dan takut mulai hilang dikit demi sedikit dan
mulai timbul rasa keberanian berbuat
d) Menentukan hak-hak untuk menentukan nasib sendiri dan ikut
menentukan segala keputusan
e) Ingin memperlihatkan tingkah laku kepahlawanan

12
f) Minatnya lebih terarah kepada hal-hal yang abstrak dan
intelaktual

2) Sifat khas pada anak perempuan:


a) Sifat pasif menerima
b) Prilakunya tampak lebih terkendali oleh tradisi dan peraturan
keluarga
c) Rasa bimbang dan takut mulai hilang dikit demi sedikit dan
timbul keberanian untuk berbuat
d) Anak berusaha keras untuk lebih di sayang oleh siapapun juga
e) Lebih menampakkan kemauan dan rasa kekaguman terhadap
sifatsifat kepahlawanan.

e. Karakteristik perkembangan pada masa remaja


Setiap individu yang memasuki usia remaja akan mengalami berbagai
perkembangan pada dirinya. Berikut adalah berbagai perkembangan yang
dialami oleh remaja:
1) Perkembangan fisik
Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil perubahan
hormonal yang berada di bawah pengaruh sistem saraf pusat.
Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan fisik
serta pada penampakan dan perkembangan karakteristik seks
sekunder. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan
berdasarkan dua karakteristik, yaitu: karakteristik seks primer
merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi
reproduktif (misal: ovarium, uterus, payudara, penis) dan
karakteristik seks sekunder yang merupakan perubahan di seluruh
tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misal: perubahan
suara, munculnya rambut pubertas, penumpukan lemak, timbulnya
jerawat) tetapi tidak berperan langsung dalam fungsi reproduksi(Ali,
2012).

13
2) Perkembangan emosional
Remaja seringkali dijuluki sebagai orang yang labil, tidak
konsisten dan tidak dapat diterka. Hal ini dikarenakan status
emosional remaja masih belum stabil. Remaja awal bereaksi cepat
dan emosional sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan
emosi hingga mendapatkan situasi dan kondisi yang tepat untuk
mengekspresikan dirinya(Ali, 2012).

3) Perkembangan kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada remaja
mencapai puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak. Remaja
sudah memiliki pola pikir sendiri sebagai upaya untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan abstrak (Ali, 2012).

4) Perkembangan moral
Masa remaja mulai terbentuk sikap autonomi. Remaja sudah
memiliki suatu prinsip yang diyakini, mulai memikirkan keabsahan
dari pemikiran yang ada serta mencari dan mempertimbangkan cara-
cara alternatif untuk mencapai tujuan(Ali, 2012).

5) Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan munculnya
pertanyaan terkait nilai-nilai yang dianut keluarga. Remaja akan
mengeksplorasi keberadaan Tuhan dan membandingkan agamanya
dengan agama orang lain. Hal ini dapat menyebabkan remaja
seringkali mempertanyakan kepercayaan yang dianut oleh diri remaja
sendiri(Ali, 2012).

6) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat, mulai membebaskan diri dari dominasi

14
keluarga serta menetapkan identitas yang mandiri dari wewenang
orang tua(Ali, 2012).

7) Perkembangan psikososial
Tugas utama masa remaja adalah memecahkan “krisis”
identitas versus kebingungan identitas. Tahap ini merupakan tahap
pertama perkembangan psikososial Erikson, dimana remaja berusaha
mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren,
termasuk peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Tahap ini
kemudian dikenal juga dengan identitas versus kebingungan peran.
Selama tahap ini, remaja harus berhadapan dengan keputusan siapa
diri mereka, apa diri mereka dan kemana mereka akan melangkah
dalam hidup (Ali, 2012).

f. Tugas perkembangan masa remaja


Menurut Ali & Asrori (2006) tugas perkembangan masa
remajadifokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku
kekanakkanakanserta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap
dan berperilaku secaradewasa. Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2006)
jugamenambahkan bahwa tugas-tugasperkembangan masa
remajaadalah berusaha:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompokyang
berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian emosional.
5) Mencapai kemandirian ekonomi.
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yangsangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggotamasyarakat.

15
Kay (dalam Jahja, 2011) mengemukakan tugas-tugas perkembangan
remaja adalah sebagai berikut:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal danbelajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secaraindividual
maupun kolompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5) Menerima dirinya sendiridan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.

g. Karakristik Sosial Remaja


1) Lingkungan Keluarga
a) Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga
(orang tua & saudara).
b) Menerima otoritas orang tua (mau menaati peraturan yang
ditetapkan keluarga
c) Menerima tanggung jawab dan batasan norma-norma keluarga
d) Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu
maupun kelompok dan mencapaikan tujuannya.
2) Lingkungan Sekolah
a) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah
b) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
c) Menjalin persahabatan dengan teman- teman disekolah
d) Bersikap hormat terhadap guru, pimpinan sekolah dan staff
lainnya.
e) Membantu sekolah dan merealisasikan tujuan-tujuannya
3) Lingkungan Masyarakat
a) Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain
b) Memelihara jelainan persahabatan dengan orang lain
c) Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain.

16
d) Bersikap respek terhadap nilai-nilai hokum, tradisi, dan
kebijakan-kebijakan masyarakat (Alaxander 1964, dalam
Gunawan 2013).

2. Perilaku merokok
a. Pengartian perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(notoatmojo 2016). Menurut Sunaryo (2018), perilaku merupakan tanggapan
individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri
individu tersebut.Ada banyak hal yang dapat mendorong seseorang
melakukan perilaku pengambilan risiko. Dari penjelasan diatas diketahui
faktor-faktor yang berperan dalam perilaku pengambilan risiko individu
adalah faktor perkembangan, sosial, biologis atau genetika, dan faktor
kognitif.
Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap). Definisi
perilaku yang dapat disimpulkan adalah segala tindakan individu dalam
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, mulai dari perilaku yang
paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang paling dirasakan oleh
manusia sampai yang tidak dirasakan dampaknya oleh manusia itu sendiri.

b. Pengartian Perilaku Merokok


Menurut Aritonang (dalam Perwitasari, 2016) merokok adalah perilaku
yang komplek, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi
psikologis, dan keadaan fisiologis. Pendapat lain dari pengartian perilaku
merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini
merokok disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan
sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari
setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang
disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku

17
merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas
merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
(Komalasari & Helmi, 2018).

2626c. Dimensi - Dimensi Perilaku Merokok

Menurut Haynes dan O’Brien (2015: 152) menyebutkan bahwa dimensi


perilaku ada 6 yaitu frequency (frekuensi), duration (durasi), magnitude
(besarnya), cyclicity, variability (variabilitas), dan rate (menilai).

1) Frekuensi (frequency) Frekuensi mengacu pada berapa kali (banyaknya)


perilaku terjadi.
2) Durasi (duration) Durasi melibatkan jumlah waktu bahwa respon target
dilakukan.
3) Latensi (latency) Latensi memiliki sifat tersembunyi atau tidak diketahui
oleh orang yang bertindak. Latensi terdiri dari stimulus dan respon dari
ketertarikan.
4) Intensitas (Intensity) Intensitas melibatkan besar, kekuatan, amplitudo,
atau upaya tanggapan

Menurut Martin dan Pear (2015) menyatakan bahwa alasan individu


melakukan perilaku merokok antara lain:

1) Pengaruh oleh perasaan positif Individu melakukan perilaku merokok


karena mendapatkan manfaat positif dari merokok. Misalnya menjadi
tenang, senang dan nyaman.
2) Pengaruh oleh perasaan negatif Individu merokok karena rokok dapat
meredakan emosi-emosi negatif yang dihadapinya. Misalnya ketika
seseorang cemas menunggu proses kelahiran anaknya, seseorang
tersebut merokok sehingga membuat kondisinya fisiknya menjadi santai,
rileks dan tenang (tidak cemas lagi), ingin diterima dengan lingkungan
pada remaja sehingga menjadi merokok karena faktor teman sebaya.
3) Habitual (ketergantungan fisiologis) Kondisi dimana individu merokok
menjadi sebuah kebiasaan (life style). Secara fisik individu merasa

18
ketagihan dan tidak dapat menghindar atau menolak permintaan yang
berasal dari dalam tubuhnya.
4) Ketergantungan psikologis Kondisi ketika individu merasakan,
memikirkan dan memutuskan untuk merokok terus-menerus. Dalam
keadaan dimana saja dan seperti apa, individu tersebut selalu merokok

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Menurut Atkinson, dkk (2018) menyatakan bahwa perilaku merokok
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Pengaruh Orang tua
Orang tua adalah Dimana nilai-nilai orang tua memainkan peran
penting dalam penggunaan obat. Remaja yang berasal dari keluarga
yang tidak bahagia, yang orang tuanya tidak memperhatikan anak-
anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah
melakukan perilaku merokok dibandingkan remaja yang berasal dari
keluarga yang bahagia (Baer dan Corrado, 2019).
2) Pengaruh Teman
Teman pada masa remaja mungkin yang melakukan perilaku merokok
mungkin saja mempengaruhi teman-temannya untuk mencoba atau
remaja tersebut mulai merokok kemudian memiliki teman-teman yang
merokok pula.
3) Faktor Kepribadian Hal ini tidak dipengaruhi dari orang lain tetapi
dalam diri individu itu sendiri. Dimana orang yang memiliki
konformitas rendah akan sulit terkena dampak dari perilaku merokok
begitu pun sebaliknya.

Menurut Sarafino (dalam Aula, 2010: 38-43) menyebutkan bahwa perilaku


merokok dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu;
1) Faktor Sosial Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor
sosial atau lingkungan. Karakter seseorang dibentuk oleh lingkungan
sekitarnya. Faktor sosial disini meliputi keluarga, teman-teman
(konformitas), dan tetangga

19
2) Faktor Psikologis Merokok dilakukan agar seseorang mendapatkan
relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan. Berikut ini
merupakan gejala-gejala dari alasan seseorang merokok:
b) Ketagihan adanya rasa ingin merokok yang menggebu, Merasa tidak
bisa hidup selama setengah hari tanpa rokok, Merasa tidak bila
kehabisan rokok, Kesemutan di lengan dan kaki, Gelisah, sulit tidur,
sulit konsentrasi, lelah dan pusing.
c) Kebutuhan Mental disartikan Merokok merupakan kenikmatan,
adanya dorongan merokok ketika tidak merokok, merasa lebih rileks
d. Merasa lebih konsentrasi sewaktu bekerja dengan merokok,
Keinginan merokok ketika ada masalah
d) Kebiasaan contohnya Kebiasaan merokok setelah makan, kebiasaan
merokok sambil minum kopi, merasa kehilangan benda yang
dimainkan ditangan, kadang-kadang menyalakan rokok tanpa sadar.

3) Faktor Genetika Faktor genetik atau biologis dipengaruhi juga oleh


faktor-faktor lain, seperti faktor sosial dan psikologi. Menurut
Feldman (2012) menyatakan bahwa, faktor-faktor perilaku merokok
meliputi:
a) Faktor Genetika Genetik mempengaruhi seberapa rentan
seseorang melakukan perilaku merokok. Apakah seseorang akan
menjadi perokok, seberapa banyak melakukan perilaku merokok
dan seberapa mudah individu untuk berhenti merokok
b) Faktor Lingkungan Lingkungan memiliki penyebab utama dari
perilaku merokok. Iklan menjadi salah satu maraknya pengaruh
media terhadap perilaku merokok. Selain itu pengaruh teman
(konformitas) menjadi penyebab seorang remaja merokok,
ditambah dengan pengakuan dari teman jika merokok merupakan
suatu bentuk kedewasaan.

Berdasarkan dari faktor-faktor penyebab munculnya perilaku merokok


ialah faktor sosial, dan faktor psikologis, maka penelitian ini peneliti
memilih pengaruh faktor sosial berupa teman atau biasa disebut

20
konformitas sebagai variabel bebas yang mempengaruhi perilaku
merokok.

3. Teman Sebaya
a. Pengartian teman sebaya
Menurut Santrock (2017) sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan
kedewasaan yang kira-kira sama. Teman sebaya bisa juga diartikan
bahwa sebaya adalah mereka yang lahir pada waktu yang sama dan
memiliki usia yang sama. Teman sebaya menurut Mohd. Sharani Ahmad
(2014) adalah kelompok anak-anak atau remaja yang sama umur atau
peringkat perkembangannya. Teman sebaya pada umumnya adalah
teman sekolah dan atau teman bermain di luar sekolah. Kelompok
sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama,
yaitu individu-individu yang mempunyai persamaan dalam berbagai
aspek, terutama persamaan usia dan status sosialnya (Vembriarto, 2011).

Secara umum dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah orang yang
memiliki status, pemikiran, usia, dan tingkat kedewasaan yang hampir
sama. Orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan temannya
biasanya juga mempunyai tingkat perkembangan atau tingkat
kedewasaan yang tidak jauh berbeda. Teman sebaya yang dipilih
biasanya adalah teman yang memiliki kesamaan status sosial dengan
dirinya. Misalnya siswa yang duduk di bangku SD kebanyakan
temannya juga sesama siswa, baik yang satu sekolah maupun berbeda
sekolah. Jarang ditemui seorang siswa SD berteman akrab dengan orang
yang berbeda status sosial dengan dirinya. Teman sebaya tersebut
merupakan orang yang sering terlibat dalam melakukan tindakan secara
bersama-sama dalam pergaulan.

b. Faktor-faktor penerimaan dan penolakan teman sebaya

21
Faktor yang menyebabkan anak diterima oleh teman sebayanya meliputi:
1) Penampilan (performance) dan perbuatan antara lain berprilaku baik
dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
2) Kemampuan berfikir antara lain mempunyai inisiatif atau ide-ide
yang positif dan selalu mementingkan kepentingan kelompok.
3) Sikap, sifat, dan perasaan antara lain bersikap sopan, peduli terhadap
orang lain, sabar dan tidak egosentris.
4) Pribadi antara lain bertanggung jawab dan dapat menjalankan
pekerjaan dengan baik, menaati peraturan-peraturan kelompok, dan
mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan pergaulan
sosial.

Faktor-faktor yang menyebabkan anak ditolak oleh teman sebayanya


meliputi:

1) Penampilan (performance) dan perbuatan antara lain sering


menentang, pemalu, dan senang menyendiri.
2) Kemampuan berfikir antara lain malas
3) Sikap dan sifat antara lain egosentris, suka melanggar peraturan dan
suka menguasai anak lain

Penerimaan atau penolakan dalam kelompok teman sebaya memiliki arti


penting bagi seorang anak atau remaja yaitu mempunyai pengaruh kuat
terhadap pikiran,sikap, perasaan dan perbuatan anak. Seorang anak akan
merasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya jika
diterima dalam kelompok sebayanya, begitupun sebaliknya bagi anak
yang ditolak oleh kelompoknya akan menimbulkan rasa kecewa akibat
penolakan dan pengabaian tersebut

c. Ciri-ciri teman sebaya


Selain itu, Slamet Santosa (2016) menjelaskan ciri-ciri kelompok sebaya
sebagai berikut:
1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena terbentuk secara
spontan. Namun demikian, ada satu diantara anggota kelompok yang

22
dianggap sebagai pemimpin yang disegani sedangkan anggota yang
lainnya memiliki kedudukan dan fungsi yang sama.
2) Bersifat sementara karena tidak ada struktur organisasi yang jelas
sehingga tidak dapat bertahan lama.
3) Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas, misalnya teman
sebaya di sekolah terdiri dari individu yang berbeda lingkungannya
sehingga berbeda pula kebiasaan atau aturannya, kemudian mereka
memasukkannya dalam kelompok teman sebaya sehingga mereka dapat
saling belajar secara tidak langsung.
4) Beranggotakan individu yang sebaya, misalnya kelompok anak-anak
usia SD yang memiliki keinginan, tujuan, dan kebutuhan yang sama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri


pergaulan teman sebaya adalah anak bermain dalam kelompok. Hal ini
disebabkan karena berubahnya minat anak untuk bermain dan bergaul
secara lebih luas dengan anak-anak lain dari luar lingkungan rumah.
Kelompok yang dibentuk oleh anak-anak tersebut memiliki ciri-ciri antara
lain terdiri dari jenis kelamin yang sama, anggota kelompok memiliki
tanda keanggotaan (misalnya gelang, topi, atau bandana), bersifat
sementara (hanya sebagai kelompok bermain), serta tidak memiliki
struktur organisasi yang jelas namun memiliki pemimpin kelompok yang
disegani.

d. Pengelompokan Teman Sebaya


Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi
dalam grub atau kelompok, sehingga periode ini disebut “usia kelompok”.
Pada masa ini anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah, atau
melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga. hal ini adalah
karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.
Dalam menentukan sebuah kelompok teman, anak sekolah dasar ini lebih
menekankan pada pentingnya aktivitas bersama-sama seperti berbicara,
berkeluyuran, berjalan ke sekolah, berbicara melalui telepon,
mendengarkan musik, bermain game, dan melucu. (suryabrata, 2012).

23
Tinggal di lingkungan yang sama, bersekolah di sekolah yang sama, dan
berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang sama, merupakan dasar
bagi kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya Salah satu cara
untuk mengetahui tingkat penerimaan seorang siswa oleh teman sebayanya
adalah dengan teknik sosiometrik, yang memberikan gambaran kategori
penerimaan sosial.

Hethrington Parke mengkategorikan tingkat penerimaan sosial sebagai


berikut:
1) popular children, yaitu siswa yang banyak disukai tema sebayanya dan
sedikit yang tidak menyukainya.
2) average children, yaitu siswa yang memeiliki beberapa teman tidak
juga ditolak oleh teman sebayanya.
3) controversial children yaitu siswa yang disukai dan tidak disukai
beberapa teman sebayanya.
4) neglected children, yaitu siswa yang cenderung disisihkan secara
sosial, memiliki sedikit teman, dan sering tidak disukai oleh orang lain.
5) rejected chidren, yaitu siswa yang tidak disukai oleh teman sebayanya
6) aggressive rejected children, yaitu siswa yang ditolak, ditandai dengan
perilaku agresif yang tinggi, kurang kontrol diri dan menunjukakan
masalah pribadi.
7) nonaggresive rejected chidren, yaitu siswa yang ditolak, cenderung
menyendiri, cemas dan tidak terampil secara sosial.

Pengelompokan pada teman sebaya terjadi secara alami oleh lingkungan


sosial di sekitarnya. Maka dalam hal ini teman sebaya merupakan salah
satu posisi strategis dalam membentuk karakter siswa lainnya. Terutama
teman sebaya yang termasuk dalam kategori popular children. Namun
peran teman sebaya akan dapat diterapkan dengan baik dan maksimal
ketika peran teman sebaya tersebut tetap berada pada pada pengawasan
guru atau pendidik.

4. Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok

24
Teman sebaya sangat mempengaruhi dan memiliki derajat tinggi pada
seorang remaja. Pada fase ini persentase berkumpul dan menghabiskan
waktu dengan teman seusianya sangat tinggi bahkan melibihi waktu dengan
keluarga. Hal ini sesuai dengan ciri remaja yaitu ingin diakui oleh
komunitasnya (Nurfaidah & Yulianti,2017). Remaja sering kali
beranggapan suatu kelompok akan sangat menarik dan memenuhi
kebutuhan mereka atas hubugan dekat dan bersamaan. Mereka bergabung
dengan suatu kelompok karena akan memiliki kesempatan untuk menerima
penghargaan baik berupa materi ataupun psikologi (Samium, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Molina (2017) didapatkan hasil yang
signifikan antara teman sebaya dengan perilaku merokok karena adanya
rasa takut akan penolakan suatu kelompok. Perilaku ini membuat remaja
cendrung mengikuti suatu perilaku dalam kelompok tersebut. Inilah yang
menyebabkan perilaku merokok atau kenakalan remaja lainnya sangat
berpengaruh dengan peran teman sebaya. Remaja yang memiliki teman
merokok akan mendapatkan tekanan-tekanan dari sekitarnya untuk
membuat teman sebayanya merokok. Tekanan tersebut biasanya berupa
celaan jika remaja tidak merokok dan jika merokok cendrung mendapat
pujian sehingga perilaku tersebut bertahan dan menjadi kebiasaan. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran teman sebaya terhadap prilaku
merokok sangat besar pada usia remaja.

A. Penelitian Terkait
1. Hastin fitria A. dengan judul “Hubungan Teman Sebaya Dengan Prilaku
merokok Pada Remaja Awal” Penelitian ini menggunakan korelasional
dengan desain Cosectional. Sampel berjumlah 36 orang dan
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proposional random
sampling. Dari hasil analisis data uji korelasi Rank Spearman dengan
program SPSS 20 diperoleh, nilai signifikan p=0,022 < 0,05
(Alpha/Taraf nyata). Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan

25
bermakna antara prilaku merokok dengan peran teman sebaya pada
remaja awal.

2. Amelia dan sunarti dengan judul “Hubungan dukungan teman sebaya


dengan prilaku merokok Pada Remaja dii smp negri 29 samarinda”.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian rancangan cross sectional
dengan jumlah sampel 49 orang. Hasil penelitian menunjukkan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,449 dimana nilai ini menujukkan hubungan
negatif antara dukungan teman sebaya dengan prilaku merokok dan dari
nilai koefisien korelasi 0,144 maka hubungan antara kedua variabel
sangat lemah dengan nilai signifikansi 0,103 > 0,05 yang berarti tidak
terdapat hubungan signifikan antara dukungan teman sebaya dengan
prilaku merokok pada remaja .

3. Goa dan bossa dengan judul “Hubungan peran teman sebaya Dengan
prilaku merokok Pada Remaja Di kota kupang”. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Sampel Sampel dalam penelitian ini
berjumlah sekitar 91 Remaja, dengan metode random sampling dalam
metode pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai ρ
value (ρ=0,009) terdapat hubungan antara peran teman sebaya dengan
prilaku merokok remaja dikota kupang.

4. Pratama, triana dan martini dengan judul “interaksi teman sebaya


berpengaruh terhadap prilaku merokok remaja kelas IX di SMP Dewan
klungkung”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian ini kuantitatif
dengan desain penelitian korelasi dengan pendekatan Cross-Sectional.
Sampel penelitian terdiri dari 183 siswa-siswi kelas X dan XI, terdiri
dari 64 siswa dan 127 responden. Metode pengambilan sampel adalah
total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai ρ value= 0,000,
(ρ<0,05) dan nilai yang berarti adanya hubungan signifikan antara
interaksi teman sebaya pada prilaku merokok pada remaja putra.

26
5. Salim (2018) dengan judul “Hubungan antara perilaku merokok dengan
kepercayaan diri pada mahasiswa Raden Intan Lampung”. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain penelitian
korelasi dengan pendekatan Cross-Sectional. Sampel penelitian terdiri
dari 65 Responden. Metode pengambilan sampel adalah Quota
Sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai ρ value= 0,000,
(ρ<0,05) dan nilai yang berarti adanya hubungan signifikan antara
semakin tinggi perilaku merokok mahasiswa dengan tingkat kepercayaan
diri pada mahasiswa.

27
B. Kerangka Teori

Karakteristik remaja
1. Pertumbuhan fisik
2. Kemampuan berfikir
3. Identitas diri
4. Hubungan dengan keluarga dan orang tua ‘
5. Hubungan social dengan teman sebaya

Membentuk perilaku
1. Faktor-faktor yang mebentuk perilaku
2. Ciri-ciri pembentuk perilaku
3. Dimensi perilaku merokok

Perilaku positif Perilaku Negatif

Hasil dari perilaku positif: Hasil dari perilaku negatif:


1. Prestasi belajar 1. Kenakalan remaja
2. Religious a. Merokok
3. Dekat dengan keluarga dan orang b. Menonton video porno
tua c. Menggunakan NAPZA
4. Kelompok teman sebaya yang 2. Melawan orang tua
positif

Sumber : Rochyati (2015) , Sarwono (2018)

28
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi terhadap penelitian yang
dilakukan sesuai dengan identifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus
didukung landasan teori yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang
bersumber pada bebrbagai ilmiah, hasil penelitian, jurnal penelitian dan lain-
lain. Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmojo,
2010). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tetang
hal tersebut, kemdian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Pada penelitian
ini peneliti mengelompokan variabel menjadi variabel Independent, dependent
dan confounding.

Variabel independent disebut juga sebagai variabel sebab yaitu karakteristik


sebagai subjek yang dengan keberadaanya menyebabkan perubahan pada
variabel yang lainya (Fahrudiana, 2016). Variabel dependent adalah variabel
akibat atau yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi
pada variabel independent, variabel confonding adalah variabel yang
menggaggu terhadap hubungan antara variabel independent dengan variabel
dependent. (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini yang termasuk kedalam
variabel independent adalah peran teman sebaya, sedangkan variabel dependen
adalah perilaku merokok pada remaja dan variabel confonding dalam
penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin, Lingkungan (keluarga dan
sekolah), Tipe keluarga dan Pendidikan Orang Tua.

25
Kerangka Konsep Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku merokok
pada Remaja

Variabel independen Variabel


dependen

Peran Teman Sebaya Perilaku Merokok pada


remaja

Karakteristik responden:
Usia
Jenis Kelamin
Lingkungan ( keluarga dan masyarakat )
Pendidikan Orang Tua

Efektifkan/ rapihkan skema


Beri penomoran pada karakteristik responden 1. Usia, 2 Jenis Kelamin ...dst

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Skema 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku
merokok pada Remaja

B. Hipotesis
Hipotesa berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara atau lemah
kebenarannya dan thesis artinya pernyataan atau teori. Dengan demikian,
hipotesis berarti pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.Untuk

26
menguji kebenarannya sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut
pengujian hipotesis (Sabri & Hastono, 2014).

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variable


yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian.
Didalam pertanyaan hipotesis terkandung variabel yang akan diteliti dan
hubungan antar variable-variabel tersebut (Kelana, 2011).

Hipotesis berdasarkan rumusan pernyataan dibagi menjadi 2, yaitu: hipotesis


alternatif dan hipotesis null (Kelana, 2011). Hipotesis alternatif adalah
pernyataan tentang prediksi hasil penelitian berupa hubungan antar variabel
yang diteliti, pernyataan dalam hipotesis alternatif menyatakan secara langsung
tentang prediksi hasil penelitian. Hipotesis null adalah pernyataan hipotesis
yang digunakan untuk kepentingan uji statistik terhadap data hasil penelitian,
dirumuskun untuk menyatakan kesamaan, tidak adanya perbedaan atau tidak
adanya hubungan antar variabel (Kelana, 2011). Pada penelitian ini hipotesis
yang dirancang oleh peneliti adalah:
1. Hipotesis alternative
Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan suatu kejadian antara kedua
kelompok atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan variabel satu
dengan variabel lain. Hipotesis alternative dalam penelitian ini yaitu:
Ha: Ada hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku merokok pada
remaja di SMP Al Wahab Cengkareng Jakarta Barat.
2. Hipotesis null (Ho)
Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan suatu kejadian antara kedua
kelompok atau hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan variabel satu
dengan variabel lain. Hipotesis null dalam penelitian ini yaitu:
Ho: Tidak ada hubungan peran teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP Al- Wahab Cengkareng Jakarta Barat.

C. Definisi Operasional

27
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
bertujuan untuk membuat variabel menjadi lebih konkrit dan dapat diukur
secara cermat terhadap suatu objek. Suatu definisi yang diberikan pada suaru
variabel dengan memberikan arti yang terspesifikasi kegiatan yang terdiri dari
variabel penelitian, definisi varibel-variabel penelitian, cara ukur, alat ukur,
hasil ukur dan skala ukur (Kelana, 2011).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

VARIAB DEFINISI CARA ALAT HASIL UKUR SKAL


EL UKUR UKUR A
UKUR

Variabel Dependen (y)

Peran Peran teman Pengisian Kuesioner 1. Tinggi ordinal


sebaya adalah kuesioner 2.Sedang
teman
pengaruh dalam bentuk 3.rendah
sebaya yang skala guttman (Goa &
diberikan yaitu dengan Bossa
oleh teman memberikan 2020).
yang biasa alternatif
bermain pilihan
bersama , jawaban “ya”
berkumpul dan “tidak”.
bersama dan
bercerita
bersama
disekolah
atau
lingkungan
keluarga
Variabel Independen (x)
Perilaku Prilaku Kuisioner dan Kuisioner 1.Tinggi ordinal
Merokok merokok wawancara 2.Sedang
Merupakan pada lembar 3.rendah
kebiasaan kuisioner
remaja yang
membahayak dalam bentuk (Goa & Bossa
an kesehatan skala guttman 2020).
dan yaitu dengan
memberikan

28
merugikan alternatif
pilihan
jawaban “ya”
dan “tidak”.

Batasan Karakteristik
Usia Lama waktu Responden Kuesioner Umur Ordinal
seseorang mengisi dikategorikan
sejak dari lembar menjadi:
lahir sampai kuesioner
dilakukan yang telah 1. 12-13 tahun.
penelitian, diberikan 2. 14-15 tahun.
dihitung
dalam tahun (Deswita,
2006)
Jenis Perbedaan Responden Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin seks dilihat mengisi
secara fisik lembar 2. Perempuan
dan biologis kuesioner
yang telah
diberikan
Tipe Perbedaan Responden Kuisioner 1. Nuclear Nominal
keluarga tipe keluarga mengisi family
dilihat dari lembar
keadaan kuesioner 2. Extanded
keluarga yang telah family
diberikan

29
Pendidika Perbedaan Responden Kuisioner 1.Tidak ordinal
n orang pendidikan mengisi Sekolah
tua orang tua lembar
dilihat dari kuesioner 2.Sekolah
keadaan yang telah Dasar
keluarga diberikan 3.Sekolah
Menenga
h Pertama
4.Sekolah
Menenga
h Atas
5.Perguruan
Tinggi

30
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif dengan desain


cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan
variabel terikat atau variabel akibat, akan disimpulkan bersamaan (Notoatmodjo,
2012) dengan menggunakan data dari murid SMP al wahab cengkareng tahun
ajaran 2021/2022. Desain penelitian ini merupakan metode atau cara yang
digunakan dalam penelitian. Karena dalam uraian tersebut tercermin langkah–
langkah teknis dan operasional penelitian yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo,
2012). Rancangan ini mengindentifikasi hubungan kedua variabel yaitu peran
teman sebaya sebagai variabel independen, prilaku merokok sebagai variabel
dependen dan usia, jenis kelamin, pendidikan keluarga dan tipe keluarga sebagai
variabel confonding.

B. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau objek dengan karakteristik yang akan
diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tapi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Sugiyono,
2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh murid
yang di SMP Al-wahab cengkareng Jakarta Barat sebanyak 157 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya kita ukur
dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakterisktik populasi (Luknis
dan Hastanto, 2014). Saat dilakukan studi pendahuluan sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh murid SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat
sebanyak 157 orang serta telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dimana
kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh setiap
anggota populasinya yang dapat diambil sebagai sampel.

36
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2008).
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai
berikut:

Keterangan:
n : Jumlah elemen/anggota sampel
N : Jumlah elemen/anggota populasi
e : error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1% atau
0,01, 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,1)

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 157 responden dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,05 maka besarnya sampel
pada penelitian ini adalah:

n=

n=

=112,746858 dibulatkan menjadi 112+10% = 112,1 dibulatkan menjadi 112.

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 112


responden. Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap reguler
dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih
proporsional dengan cara:

Jumlah sampel setiap reguler = × jumlah setiap reguler

37
Kelas 7 = 112
X 54 = 38,5 Atau dibulatkan 38
157
Kelas 8 = 112
157 X 60 = 42,8 Atau dibulatkan 43
Kelas 9A = 112
157 X 43 = 30,6 Atau dibulatkan 31

Sehingga jumlah sampel adalah 38+43+31 adalah 112 responden.

3. Tehnik pengambilan sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability
sampling menurut (Sugiyono, 2010) yaitu pengambilan sampel yang
memberikan kesempatan atau peluang yang sama kepada setiap individu dalam
populasi tersebut untuk menjadi sampel penelitian dengan menggunakan rumus
slovin. Pengambilan sampel akan dipilih secara acak dengan menggunakan
teknik systematic random sampling dengan alasan untuk memilih sampel dari
populasinya secara sistematis dengan mengurutkan anggota populasi kemudian
dipilih urutan tertentu secara sistematis dari daftar populasi. Langkah-langkah
yang ditempuh pengambilan sampel secara systematic random samplingadalah:
1) Populasi pada penelitian ini adalah murid yang bersekolah di SMP Al-
wahab Cengkareng Jakarta Barat.
2) Berdasarkan pendataan murid yang aktif sebanyak: 157 responden.
3) Berdasarkan perhitungan statistik, sampel yang dianggap representatif
adalah 101 responden.
4) Cara pengambilan sampel adalah “Propotional stratified random”
berdasarkan masing-masing kelas yakni: kelas 7A, 7B, 7C, 7D, 7E, 8A,
8B, 8C, 9A, 9B dan 9C.
5) Maka sampel akan diambil dari masing-masing kelas tersebut kelas 7A=
8, 7B=7, 7C=8, 7D=8, 7E=8, kelas 8A=8, 8B=8, BC=7, kelas 9A=15,
9B=12, 9C=12.
kriteria eklusi yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel, Kriteria inklusi penentuan responden pada penelitian ini
sebagai berikut
1) Usia remaja awal (12-15 tahun)

38
2) Siswa-siswi aktif SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat
3) Murid yang bersedia menjawab kuesioner
Sedangkan kriteria eklusi responden pada penelitian ini yaitu:
1) Usia bukan remaja awal
2) Murid yand tidak hadir saat pengambilan data

C. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat yang
beralamat di Jl. Kayu Besar Raya No. 168 RT. 11/RW.11. Cengkareng, Kota
Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan disekolah ini berdasarkan data saat studi
pendahuluan ditemukan fenomena penelitian trdapat disekolah ini dan keadaan
sekolah yang mudah diakses oleh peneliti serta sekolah belum pernah dilakukan
penelitian dengan fenomena serupa. Setelah mengumpulkan data tersebut peneliti
memilih tempat SMP AL-WAHAB Cengkareng sebagai lokasi penelitian.

D. Waktu Penelitian
1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut,

Melakukan bimbingan dan pengajuan fenomena dengan dosen pembimbing

setelah dosen pembimbing memberikan persetujuan dilanjutkan dengan

Mengurus surat studi pendahuluan untuk memastikan jika fenomena

penelitian benar ada. Melakukan studi pendahuluan di SMP AL-WAHAB

Cengkareng Jakarta Barat. Peneliti melakukan studi ini untuk memperoleh

data dasar untuk mencari tempat penelitian dan menunjang hipotesis. Tahap

selanjutnya yaitu Menyusun proposal dan konsultasi dengan pembimbing dan

mendapat arahan dalam membentuk alur penelitian. Mempresentasikan

proposal peneltiian. Melakukan revisi pada proposal penelitian sesuai dengan

saran dan masukan dari pembimbing dan penguji. Tahap akhir pada

persiapana adalah menyiapkan segala kebutuhan penelitian.

39
2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pembuatan surat ijin

validitas dan reliabilitas, surat ijin Penelitian dan pengajuan surat etik

penelitian dilanjutkan dengan proses penelitian. Pengumpulan data untuk

validitas dan reliabilitas dimulai setelah sidang proposal, kemudian dilakukan

validitas dan reabilitas setelah jumlah 30 responden tercukupi. Pengumpulan

data dilakukan setelah kuisioner saat uji validitas dianggap valid.

3. Tahap Akhir

Tahap terakhir yaitu menganalisa data dan pembahasan dengan selalu

memperhatikan etika penelitian yaitu menjaga kerahasian data yang telah

didapatkan. Peneliti menganalisa data dimulai dari tahap editing dimana

peneliti mengecek kembali data-data agar tidak terjadi kesalahan. Selanjutnya

yaitu coding dimana peneliti memberikan kode tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah penelitian. Tahap selanjutnya yaitu scoring dimana kuesioner

yang telah dijawab diberi skor sesuai aturannya. Tahap selanjutnya adalah

dengan mentabulasi data dan dilanjutkan pada tahap analisis data di komputer

hingga menemukan hasil.

Hasil pengolahan data pada penelitian dilanjutkan dengan

menampilkan dalam bentuk tabel agar mudah dimengerti dan dilanjutkan

dengan penyusunan bab IV dan V. Konsultasi bab IV dan V dilakukan

dengan dosen pembimbing. Melakukan seminar hasil penelitian kemudian

Melakukan perbaikan (revisi). penjilitan dan pengumpulan hasil penelitan.

40
E. Etika Penelitian
Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, subjek penelitian dan
masyarakat yang memiliki dampak dari penelitian tersebut. Etika penelitian
bertujuan untuk melindungi subjek penelitian dari kemungkinan bahaya atau
hal-hal yang merugikan selama prosedur penelitian berlangsung. Etika
penelitian dilakukan dengan memberikan informed consent kepada calon
responden sebelum dilakukan penelitian. Terdapat empat prinsip dasar etika
riset, yaitu menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi
dan kerahasaan subjek riset, keadilan dan inklusivitas dan memperhitungkan
manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
Menurut Notoatmodjo (2010) hubungan antara peneliti dengan yang

diteliti adalah sebagai hubungan antara mereka yang memerlukan informasi

dan mereka yang memberi informasi. Peneliti sebagai pihak yang memerlukan

informasi seyogyanya menempatkan diri lebih rendah dari pihak yang memberi

informasi atau responden. Sebagai perwujudan hak-hak responden perlu

dilakukan pengambilan data atau wawancara kepada responden terlebih dahulu

dimintai informed consent. Hak dan kewajiban peneliti yang diteliti adalah

sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti menghormati harkat dan martabat subyek penelitian, peneliti

seharusnya mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Pertanyaan

dalam informed consent mencangkup penjelasan manfaat penelitian,

kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang

29
didapatkan, persetujuan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan untuk

kepentingan penelitian, subyek dapat mengundurkan diri sebagai subyek

penelitian jika penelitian dianggap melanggar norma yang ada, jaminan

kerahasiaan informasi yang diberikan. Tujuan dari informed consent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subyek atau disebut prinsip tanpa nama (Anonimity)

subjek penelitian cukup memberikan inisial pada peneliti. Berikutnya

menjaga kerahasian (confidentially)

3. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

gender, agama, etnis, dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Peneliti hendaknya meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau

paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres maupun kematian subyek

penelitian.

5. Hak dan kewajiban responden

Hak responden antara lain: Hak untuk dihargai privasinya, hak untuk

merahasiakan informasi yang diberikan, hak untuk memperoleh jaminan

keamanan, hak memperoleh imbalan atau kompensasi. Kewajiban

30
responden setelah adanya informed consent dari responden, responden

sudah memiliki keterikatan dengan peneliti berupa kewajiban responden

untuk memberikan informasi yang diperlukan peneliti.

6. Hak dan kewajiban peneliti

Responden yang bersedia diminta informasinya, berarti peneliti mempunyai

hak memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya dan selengkap-

lengkapnya dari responden. Kewajiban peneliti adalah menjaga privasi

responden, menjaga kerahasian responden, memberikan kompensasi.

F. Alat Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena
ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2012). Peneliti menggunakan lembar
kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Daftar pernyataan yang ada pada
kuesioner merupakan pernyataan dari penelitian sebelumnya dan mengacu
pada konsep dan teori yang diuraikan dalam studi pustaka.

Cara ukur yang peneliti pakai dalam pengisian kuesioner adalah dengan
menggunakan Skala Likert sifat dari skala tersebut adalahfavourable yaitu butir
pernyataan yang mendukung objek penelitian danunfavourable yaitu butir
pernyataan yang tidak mendukung objek penelitian.Skala tersebut mempunyai
empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS),Setuju (S),Tidak Setuju
(TS) dan Sangat Tidak Setuju(STS). Sistem penilaian untuk favorable adalah
Sangat Setuju (4), Setuju (3),Tidak Setuju (2) dan Sangat Tidak Setuju (1).
Padapernyataan unfavorable berlaku penskoran Sangat Setuju (1), Setuju (2),
Tidak Setuju (3), dan Sangat Tidak Setuju (4).

Kuesioner berisi kata pengantar yang membantu murid memahami pernyataan


yang diajukan terutama tentang prilaku merokok pada masing-masing murid

31
SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat. Alat pengumpulan data yang
digunakan peneliti antara lain lembar kuisioner Data umum, Kuisioner Teman
Sebaya dan kuisioner Prilaku merokok.

a. Uji Validitas
Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan
dalam suatu pengukuran. Agar instrumen penelitian mempunyai validitas
dan reabilitas yang tinggi, sebaiknya instrumen yang sudah dibuat diuji
cobakan kepada populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
populasi yang diteliti.

Uji instrument akan dilakukan di SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat


murid kelas VII, VIII dan IX, dengan alasan karakteristik yang akan diteliti
sama dengan murid kelas VII, VIII dan IX di SMP Al-Wahab Cengkareng
Jakarta Barat dengan sayrat responden validitas tidak akan menjadi
responden penelitian.Uji validitas dilakukan di SMP Al-Wahab Cengkareng
Jakarta Barat sebanyak 30 responden (Jumlah responden uji coba n=30; r
tabel=0,361) dibantu oleh bagian kesiswaan sehingga data yang didapat
akurat dan sesuai dengan target. Responden yang berjumlah 30 orang sudah
mewakili untuk uji validitas yang sesuai dengan kriteria sampel pada
penelitian ini.Uji validitas akan digunakan metode korelasi Product Moment
yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
r = Koefisien korelasi antara x dan y
x = Skor yang diperoleh subjek tiap item
y = Skor total yang diperoleh subjek
N = Jumlah responden

32
∑x= Jumlah skor dalam Variabel x
∑y= Jumlah skor dalam Variabel y
∑x2= Jumlah kuadrat masing-masing skor X
∑y2= Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
∑xy= Jumlah perkiraanVariabel XY
Menentukan Valid atau Tidaknya dapat dilihat melalui indeks r dari taraf
Signifikan 5%. Apabila harga indeks r lebih rendah daripada harga r yang
ditetapkan oleh taraf signifikan 5% dan jumlah sampel 30 yaitu sebesar
0,361 maka butir pertanyaan dinyatakan valid. Demikian pola sebaliknya
apabila harga indeks r kurang dari hasil perhitungan, maka instrument itu
dinyatakan tidak valid gugur, sehingga harus drop (dihilangkan/direvisi).

b. Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reabilitas data, apakah
alat ukur dapat digunakan atau tidak (Hidayat, 2009). Reabilitas adalah
indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan atau
dipercaya. Hal ini berarti hasil pengukuran itu akan tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan gejala yang sama
menggunakan alat ukur yang sama (Noatmodjo, 2012). Pertanyaan yang
sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel
dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah alpha yang terletak diawal output
dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap pertanyaan kuesioner
dikatakan valid jika r alpha lebih besar dari konstanta (0,6) maka pertanyaan
tersebut reliabel. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur
berdasarkan skala Alpha 0-1.

Tabel reliabilitas 4.1


Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 Kurang reliable

>0,20 s.d 0,40 Agak reliable

>0,40 s.d 0,60 Cukup reliable

>0,60 s.d 0,80 Reliabel

33
>0,80 s.d 1,00 Sangat reliable

Sumber. Sugiyono, 2009

r 11 = ( )

Keterangan:

r 11 : Reliabilitas instrument

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : Jumlah varian butir item

: Varian total

G. Prosedur Pengolahan Data


Pengumpulan data dilakukan di tempat penelitian dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Prosedur adiministratif
a. Pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui oleh
pembimbing, kemudian mengajukan surat izin ke Ketua Stikes S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKAuntuk
melakukan penelitian dan pengambilan data.
b. Setelah izin penelitian yang telah dikeluarkan oleh Ketua Stikes S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA untuk
digunakan peneliti dalam melakukan penelitian.
c. Peneliti menyerahkan surat izin penelitian pada kepala sekolah SMP Al-
Wahab Cengkareng Jakarta Barat.

2. Prosedur teknis

34
a. Peneliti mengajukan surat dari pihak instansi terkait dan
memperkenalkan diri kepada responden.
b. Menjelaskan tujuan penelitian dan jaminan terhadap hak-hak responden
c. Meminta responden untuk mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan penelitian (Informed Consent).
d. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden yang
memenuhi kriteria dan menjelaskan cara pengisian kuesioner.
e. Responden mengisi lembar kuesioner. Peneliti akan mendampingi
responden selama pengisian kuesioner untuk memudahkan responden
bertanya jika ada yang tidak dipahami.
f. Setelah selesai, peneliti memeriksa kelengkapan dan kejelasan jawaban
kuesioner dari responden. Apabila terdapat data yang tidak lengkap,
peneliti akan meminta responden untuk melengkapi. Setelah selesai,
peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden.

Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data diolah dengan


menggunakan komputer melalui beberapa tahap, yaitu (Notoadmojo, 2012):

a. Editing (pengeditan)
Peneliti melakukan penyuntingan (editing) pada hasil kuesioner yang telah
terkumpul.Secara umum, editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian kuesioner. Apabila ada lembar kuesioner yang belum terisi,
maka peneliti mengembalikan kuesioner tersebut kepada responden untuk
melengkapi isi kuesioner tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan,
maka peneliti memasukkan kuesioner yang jawabannya tidak lengkap ke
dalam pengolahan “data missing”.

b. Coding data (pengkodean)


Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini
sangat berguna dalam memasukkan (data entry).

35
c. Memasukkan data (data entry) atau processing
Pada tahap ini, peneliti memasukan data yang telah melewati proses coding
ke dalam program SPSS, untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
penghitungan data.

d. Pembersihan data (cleaning)


Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau korelasi. Proses ini disebut juga pembersihan
data (data cleaning).

H. Tehnik Analisa Data


Analisa data dilakukan untuk memudahkan interprestasi dan menguji hipotesis
penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan analisa
bivariat.
1. Analisa Univariat
Menurut Notoadmojo (2010), penelitian analisa univariat adalah analisa
yang dilakukan untuk menganalisis setiap variabel dari hasil penelitian.
Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel dan grafik. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Rumus
yang akan digunakan pada analisa univariat:

X 100%

Keterangan:
x : Hasil persantase
f : frekuensi hasil pencapaian

36
n : total seluruh observasi

Analisis univariat meliputi distribusi dan presentasi dari tiap tiap variable
bebas

2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara
variabel independen dan dependen. Pemilihan uji statistik ini digunakan
berdasarkan pada jenis serta jumlah variabel yang diteliti adalah uji kendall
tau karena untuk menguji hubungan antara variable independen dan
dependen berskala ordinal.

∑A-∑B
Π= N(N-1
2

Keterangan:
π
= Koifisien kendall tau
∑A = Jumlah Rangking atas
∑B = Jumlah Rangking Bawah
N = Anggota sampel

37
36

Anda mungkin juga menyukai