Sarjana Keperawatan
Oleh:
FITROTUL AENI
11202087
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok pada Remaja
di SMP Al-Wahab Cengkareng Jakarta Barat”.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir pada Program S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti menyadari banyak
pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai selesainya penelitian
ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. DR. Dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B., Sp., BTKV (K) selaku Direktur
Utama PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefuddin, S.H., MM., CHRP., CHRA, Selaku Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, S.Kp, MSi, M. Kep selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM selaku Wakil Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Achirman SKM., M.Kep., Selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M. Si., M. Kep, selaku Kepala Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Heny Fitriany, SAB., SKM., M. Kes selaku Pembimbing Skripsi yang dengan
kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses
penelitian ini.
9. selaku Kepala Sekolah SMP Setia Gama Jakarta Barat tempat penelitian
dilakukan.
10. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
I
11. Suami saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam melakukan
penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
12. Para responden atas keikutsertaan dan kerja samanya, sehingga laporan
peneliti ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
13. Sahabat seperjuangan laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi dalam pembuatan proposal ini.
Peneliti
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Perumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Teori dan konsep terkait................................................................................7
B. Penelitian terkait..........................................................................................21
C. Kerangka teori.............................................................................................24
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
29
A. Kerangka Konsep.............................................................................................25
B. Hipotesis...........................................................................................................27
C. Definisi Operasional.........................................................................................28
BAB IV METODELOGI PENELITIAN 29
A. Desain Penelitian..............................................................................................29
B. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan sampel.........................................30
C. Tempat Penelitian.............................................................................................32
D. Waktu Penelitian...............................................................................................32
E. Etika Penelitian.................................................................................................32
F. Alat Pengumpulan Data....................................................................................33
G. Prosedur Pengumpulan Data............................................................................36
H. Analisa Data.....................................................................................................38
III
BAB I
PENDAHULUAN
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari
70.000 artikel ilmiah telah membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok
dan paparan terhadap asap rokok berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan
kematian. Di dalam produk tembakau terbakar terutama rokok, terdapat lebih
dari 4.000 zat kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif
(dapat menyebabkan ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik.
Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena
dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Prilaku manusia
adalah aktifitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sutama, 2008).
4
kalangan remaja, bahkan beberapa kasus pada anak –anak akibat salah
mencontoh orang tua yang akhirnya menjadi kecanduan. Tinjauan
farmokologis nikotin yang terkandung dalam rokok menimbulkan efek adiktif
atau ketergantungan. Inilah menjadi penyebab merokok menjadi masalah
karena bersifat merusak secara terus-menerus (Aula dkk, 2018).
Data terbaru tahun 2020 menunjukan bahwa kematian yang disebabkan oleh
penyakit paru-paru atau lebih dikenal dengan nama PPOK (Penyakit paru-paru
obstruktif kronik) menduduki peringkat keemapat penyebab kematian. Ahli
paru-paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta mendata
penyakit paru-paru mencatat peringkat 10 besar penyebab kesakitan dan
kematian utama tidak menular didunia. survey WHO didapatkan kematian
remaja diperkirakan mencapai 10 juta orang pertahunnya pada tahun 2030.
Sedangkan di Indonesia survey demografi universitas Indonesia sebanyak
427.948 orang remaja meninggal rata-rata pertahunnya akibat berbagai
penyakit yang disebabkan oleh rokok. DKI Jakarta sendiri merupakan wilayah
dengan angka perokok yang meningkat tinggi tiap tahunnyab sekitar 2,9%
perhari (Kemenkes, 2018).
5
Pemerintah membuat kebijakan dan strategi pengendalian terhadap konsumsi
produk tembakau antara lain, monitoring konsumsi produk tembakau,
perlindungan terhadap paparan asap rokok, upaya pelayanan berhenti merokok,
iklan layanan bahaya merokok. Selain itu juga pemerintah menetapkan
landasan hukum pengendalian dampak rokok untuk kesehatan. UU
NO.36/2009 Tentang kesehatan, PP NO.109/2012 tentang pengamanan bahan
yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan,
Permenkes No.40/2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi
rokok bagi kesehatan dan yang terakhir Permenkes No.28/2013 tentang
pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan
produk tembakau. Peraturan Ini membuktikan bahwa pemerintah juga berperan
aktif dalam mengurangi dampak kesehatan dari penggunaan rokok di Indonesia
(RISKESDAS, 2018).
6
kelompok sosialnya. Kelompok teman sebaya ini membantu individu dalam
menilai nilai-nilai yang akan dianut dan membantu menuntut remaja
menemukan identitasnya (Puspita, Agushybana, & Dharminto, 2019).
7
sekedar coba-coba merokok. Hasil wawancara disimpulkan, jumlah
keseluruhan murid ingin mencoba merokok sebanayak 16 murid dari 30 murid
yang diwawancara dan berdasarkan wawancara 50% dari mereka merokok
diajak atau dikenalkan oleh teman sebaya sehingga menjadi ikut merokok.
Sedangkan 14 siswa lagi sama sekali tidak mmencoba meskipun teman
sekitarnya mengajak untuk mencoba.
Timbulnya perilaku merokok itu sendiri menjadi masalah yang terjadi pada
remaja, salah satunya di SMP Al wahab Islam Cengkareng Jakarta Barat
karena pengaruh teman sebaya. Berdasarkan data-data dan dari beberapa alasan
tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang “Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok pada
Remaja di SMP Al-Wahab Cengkareng Jakarta Barat”.
B. Perumusan Masalah
Remaja adalah usia transisi dari anak-anak menuju dewasa dan masa mencari
jati diri. Sering berada di luar rumah dan menghabiskan waktu dengan teman
sebayanya. Remaja akan cenderung ingin di terima dalam kelompoknya,
sehingga remaja akan berpotensi meniru apa yang dilakukan oleh teman
sebayanya (Siotopo 2018). Demikian pula jika anggota kelompok memiliki
perilaku merokok, maka remaja akan cenderung mengikuti hal yang sama pula
tanpa memperdulikan akibatnya (Depkes, 2010).
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan peran teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP ...... Jakarta Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi: usia,
Jenis kelamin , lingkungan (sekolah dan keluarga), dan pendidikan orang
tua pada remaja SMP ......... Jakarta Barat.
b. ....
c. Diketahui kejadian perilaku merokok pada remaja di SMP ....... Jakarta
Barat.
d. Diketahui hubungan peran teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja di SMP ........ Jakarta Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan diharapkan
kepada petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai pandangan peran teman sebaya dan perilaku merokok kepada
remaja dan masyarakat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAAN
10
Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,
definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah
mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Batasan
usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun.
Menurut Deswita (2006) rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga yaitu:
1) 12-15 tahun: masa remaja awal.
2) 15-18 tahun: masa remaja pertengahan.
3) 18-21 tahun: masa remaja akhir.
11
1) Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
baik itu pria maupun wanita
2) Mencapai peran social pria dan wanita
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif
4) Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ediologi.
d. Ciri-ciri remaja
Menurut ciri-ciri remaja sebagai berikut:
1) Mengalami kegelisahan dalam hidupnya.
2) Adanya pertentangan dengan orang dewasa.
3) Keinginan untuk mencoba hal yang belumdi ketahuinya
4) Keinginan mencoba fungsi organ tubuhnya.
5) Suka berkhayal dan berfantasi tentang prestasi dan karier.
12
f) Minatnya lebih terarah kepada hal-hal yang abstrak dan
intelaktual
13
2) Perkembangan emosional
Remaja seringkali dijuluki sebagai orang yang labil, tidak
konsisten dan tidak dapat diterka. Hal ini dikarenakan status
emosional remaja masih belum stabil. Remaja awal bereaksi cepat
dan emosional sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan
emosi hingga mendapatkan situasi dan kondisi yang tepat untuk
mengekspresikan dirinya(Ali, 2012).
3) Perkembangan kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada remaja
mencapai puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak. Remaja
sudah memiliki pola pikir sendiri sebagai upaya untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan abstrak (Ali, 2012).
4) Perkembangan moral
Masa remaja mulai terbentuk sikap autonomi. Remaja sudah
memiliki suatu prinsip yang diyakini, mulai memikirkan keabsahan
dari pemikiran yang ada serta mencari dan mempertimbangkan cara-
cara alternatif untuk mencapai tujuan(Ali, 2012).
5) Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan munculnya
pertanyaan terkait nilai-nilai yang dianut keluarga. Remaja akan
mengeksplorasi keberadaan Tuhan dan membandingkan agamanya
dengan agama orang lain. Hal ini dapat menyebabkan remaja
seringkali mempertanyakan kepercayaan yang dianut oleh diri remaja
sendiri(Ali, 2012).
6) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat, mulai membebaskan diri dari dominasi
14
keluarga serta menetapkan identitas yang mandiri dari wewenang
orang tua(Ali, 2012).
7) Perkembangan psikososial
Tugas utama masa remaja adalah memecahkan “krisis”
identitas versus kebingungan identitas. Tahap ini merupakan tahap
pertama perkembangan psikososial Erikson, dimana remaja berusaha
mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren,
termasuk peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Tahap ini
kemudian dikenal juga dengan identitas versus kebingungan peran.
Selama tahap ini, remaja harus berhadapan dengan keputusan siapa
diri mereka, apa diri mereka dan kemana mereka akan melangkah
dalam hidup (Ali, 2012).
15
Kay (dalam Jahja, 2011) mengemukakan tugas-tugas perkembangan
remaja adalah sebagai berikut:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal danbelajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secaraindividual
maupun kolompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5) Menerima dirinya sendiridan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
16
d) Bersikap respek terhadap nilai-nilai hokum, tradisi, dan
kebijakan-kebijakan masyarakat (Alaxander 1964, dalam
Gunawan 2013).
2. Perilaku merokok
a. Pengartian perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(notoatmojo 2016). Menurut Sunaryo (2018), perilaku merupakan tanggapan
individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri
individu tersebut.Ada banyak hal yang dapat mendorong seseorang
melakukan perilaku pengambilan risiko. Dari penjelasan diatas diketahui
faktor-faktor yang berperan dalam perilaku pengambilan risiko individu
adalah faktor perkembangan, sosial, biologis atau genetika, dan faktor
kognitif.
Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap). Definisi
perilaku yang dapat disimpulkan adalah segala tindakan individu dalam
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, mulai dari perilaku yang
paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang paling dirasakan oleh
manusia sampai yang tidak dirasakan dampaknya oleh manusia itu sendiri.
17
merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas
merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
(Komalasari & Helmi, 2018).
18
ketagihan dan tidak dapat menghindar atau menolak permintaan yang
berasal dari dalam tubuhnya.
4) Ketergantungan psikologis Kondisi ketika individu merasakan,
memikirkan dan memutuskan untuk merokok terus-menerus. Dalam
keadaan dimana saja dan seperti apa, individu tersebut selalu merokok
19
2) Faktor Psikologis Merokok dilakukan agar seseorang mendapatkan
relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan. Berikut ini
merupakan gejala-gejala dari alasan seseorang merokok:
b) Ketagihan adanya rasa ingin merokok yang menggebu, Merasa tidak
bisa hidup selama setengah hari tanpa rokok, Merasa tidak bila
kehabisan rokok, Kesemutan di lengan dan kaki, Gelisah, sulit tidur,
sulit konsentrasi, lelah dan pusing.
c) Kebutuhan Mental disartikan Merokok merupakan kenikmatan,
adanya dorongan merokok ketika tidak merokok, merasa lebih rileks
d. Merasa lebih konsentrasi sewaktu bekerja dengan merokok,
Keinginan merokok ketika ada masalah
d) Kebiasaan contohnya Kebiasaan merokok setelah makan, kebiasaan
merokok sambil minum kopi, merasa kehilangan benda yang
dimainkan ditangan, kadang-kadang menyalakan rokok tanpa sadar.
20
konformitas sebagai variabel bebas yang mempengaruhi perilaku
merokok.
3. Teman Sebaya
a. Pengartian teman sebaya
Menurut Santrock (2017) sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan
kedewasaan yang kira-kira sama. Teman sebaya bisa juga diartikan
bahwa sebaya adalah mereka yang lahir pada waktu yang sama dan
memiliki usia yang sama. Teman sebaya menurut Mohd. Sharani Ahmad
(2014) adalah kelompok anak-anak atau remaja yang sama umur atau
peringkat perkembangannya. Teman sebaya pada umumnya adalah
teman sekolah dan atau teman bermain di luar sekolah. Kelompok
sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama,
yaitu individu-individu yang mempunyai persamaan dalam berbagai
aspek, terutama persamaan usia dan status sosialnya (Vembriarto, 2011).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah orang yang
memiliki status, pemikiran, usia, dan tingkat kedewasaan yang hampir
sama. Orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan temannya
biasanya juga mempunyai tingkat perkembangan atau tingkat
kedewasaan yang tidak jauh berbeda. Teman sebaya yang dipilih
biasanya adalah teman yang memiliki kesamaan status sosial dengan
dirinya. Misalnya siswa yang duduk di bangku SD kebanyakan
temannya juga sesama siswa, baik yang satu sekolah maupun berbeda
sekolah. Jarang ditemui seorang siswa SD berteman akrab dengan orang
yang berbeda status sosial dengan dirinya. Teman sebaya tersebut
merupakan orang yang sering terlibat dalam melakukan tindakan secara
bersama-sama dalam pergaulan.
21
Faktor yang menyebabkan anak diterima oleh teman sebayanya meliputi:
1) Penampilan (performance) dan perbuatan antara lain berprilaku baik
dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
2) Kemampuan berfikir antara lain mempunyai inisiatif atau ide-ide
yang positif dan selalu mementingkan kepentingan kelompok.
3) Sikap, sifat, dan perasaan antara lain bersikap sopan, peduli terhadap
orang lain, sabar dan tidak egosentris.
4) Pribadi antara lain bertanggung jawab dan dapat menjalankan
pekerjaan dengan baik, menaati peraturan-peraturan kelompok, dan
mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan pergaulan
sosial.
22
dianggap sebagai pemimpin yang disegani sedangkan anggota yang
lainnya memiliki kedudukan dan fungsi yang sama.
2) Bersifat sementara karena tidak ada struktur organisasi yang jelas
sehingga tidak dapat bertahan lama.
3) Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas, misalnya teman
sebaya di sekolah terdiri dari individu yang berbeda lingkungannya
sehingga berbeda pula kebiasaan atau aturannya, kemudian mereka
memasukkannya dalam kelompok teman sebaya sehingga mereka dapat
saling belajar secara tidak langsung.
4) Beranggotakan individu yang sebaya, misalnya kelompok anak-anak
usia SD yang memiliki keinginan, tujuan, dan kebutuhan yang sama.
23
Tinggal di lingkungan yang sama, bersekolah di sekolah yang sama, dan
berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang sama, merupakan dasar
bagi kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya Salah satu cara
untuk mengetahui tingkat penerimaan seorang siswa oleh teman sebayanya
adalah dengan teknik sosiometrik, yang memberikan gambaran kategori
penerimaan sosial.
24
Teman sebaya sangat mempengaruhi dan memiliki derajat tinggi pada
seorang remaja. Pada fase ini persentase berkumpul dan menghabiskan
waktu dengan teman seusianya sangat tinggi bahkan melibihi waktu dengan
keluarga. Hal ini sesuai dengan ciri remaja yaitu ingin diakui oleh
komunitasnya (Nurfaidah & Yulianti,2017). Remaja sering kali
beranggapan suatu kelompok akan sangat menarik dan memenuhi
kebutuhan mereka atas hubugan dekat dan bersamaan. Mereka bergabung
dengan suatu kelompok karena akan memiliki kesempatan untuk menerima
penghargaan baik berupa materi ataupun psikologi (Samium, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Molina (2017) didapatkan hasil yang
signifikan antara teman sebaya dengan perilaku merokok karena adanya
rasa takut akan penolakan suatu kelompok. Perilaku ini membuat remaja
cendrung mengikuti suatu perilaku dalam kelompok tersebut. Inilah yang
menyebabkan perilaku merokok atau kenakalan remaja lainnya sangat
berpengaruh dengan peran teman sebaya. Remaja yang memiliki teman
merokok akan mendapatkan tekanan-tekanan dari sekitarnya untuk
membuat teman sebayanya merokok. Tekanan tersebut biasanya berupa
celaan jika remaja tidak merokok dan jika merokok cendrung mendapat
pujian sehingga perilaku tersebut bertahan dan menjadi kebiasaan. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran teman sebaya terhadap prilaku
merokok sangat besar pada usia remaja.
A. Penelitian Terkait
1. Hastin fitria A. dengan judul “Hubungan Teman Sebaya Dengan Prilaku
merokok Pada Remaja Awal” Penelitian ini menggunakan korelasional
dengan desain Cosectional. Sampel berjumlah 36 orang dan
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proposional random
sampling. Dari hasil analisis data uji korelasi Rank Spearman dengan
program SPSS 20 diperoleh, nilai signifikan p=0,022 < 0,05
(Alpha/Taraf nyata). Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan
25
bermakna antara prilaku merokok dengan peran teman sebaya pada
remaja awal.
3. Goa dan bossa dengan judul “Hubungan peran teman sebaya Dengan
prilaku merokok Pada Remaja Di kota kupang”. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Sampel Sampel dalam penelitian ini
berjumlah sekitar 91 Remaja, dengan metode random sampling dalam
metode pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai ρ
value (ρ=0,009) terdapat hubungan antara peran teman sebaya dengan
prilaku merokok remaja dikota kupang.
26
5. Salim (2018) dengan judul “Hubungan antara perilaku merokok dengan
kepercayaan diri pada mahasiswa Raden Intan Lampung”. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain penelitian
korelasi dengan pendekatan Cross-Sectional. Sampel penelitian terdiri
dari 65 Responden. Metode pengambilan sampel adalah Quota
Sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai ρ value= 0,000,
(ρ<0,05) dan nilai yang berarti adanya hubungan signifikan antara
semakin tinggi perilaku merokok mahasiswa dengan tingkat kepercayaan
diri pada mahasiswa.
27
B. Kerangka Teori
Karakteristik remaja
1. Pertumbuhan fisik
2. Kemampuan berfikir
3. Identitas diri
4. Hubungan dengan keluarga dan orang tua ‘
5. Hubungan social dengan teman sebaya
Membentuk perilaku
1. Faktor-faktor yang mebentuk perilaku
2. Ciri-ciri pembentuk perilaku
3. Dimensi perilaku merokok
28
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi terhadap penelitian yang
dilakukan sesuai dengan identifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus
didukung landasan teori yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang
bersumber pada bebrbagai ilmiah, hasil penelitian, jurnal penelitian dan lain-
lain. Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmojo,
2010). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tetang
hal tersebut, kemdian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Pada penelitian
ini peneliti mengelompokan variabel menjadi variabel Independent, dependent
dan confounding.
25
Kerangka Konsep Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku merokok
pada Remaja
Karakteristik responden:
Usia
Jenis Kelamin
Lingkungan ( keluarga dan masyarakat )
Pendidikan Orang Tua
Keterangan:
Skema 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku
merokok pada Remaja
B. Hipotesis
Hipotesa berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara atau lemah
kebenarannya dan thesis artinya pernyataan atau teori. Dengan demikian,
hipotesis berarti pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.Untuk
26
menguji kebenarannya sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut
pengujian hipotesis (Sabri & Hastono, 2014).
C. Definisi Operasional
27
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
bertujuan untuk membuat variabel menjadi lebih konkrit dan dapat diukur
secara cermat terhadap suatu objek. Suatu definisi yang diberikan pada suaru
variabel dengan memberikan arti yang terspesifikasi kegiatan yang terdiri dari
variabel penelitian, definisi varibel-variabel penelitian, cara ukur, alat ukur,
hasil ukur dan skala ukur (Kelana, 2011).
28
merugikan alternatif
pilihan
jawaban “ya”
dan “tidak”.
Batasan Karakteristik
Usia Lama waktu Responden Kuesioner Umur Ordinal
seseorang mengisi dikategorikan
sejak dari lembar menjadi:
lahir sampai kuesioner
dilakukan yang telah 1. 12-13 tahun.
penelitian, diberikan 2. 14-15 tahun.
dihitung
dalam tahun (Deswita,
2006)
Jenis Perbedaan Responden Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin seks dilihat mengisi
secara fisik lembar 2. Perempuan
dan biologis kuesioner
yang telah
diberikan
Tipe Perbedaan Responden Kuisioner 1. Nuclear Nominal
keluarga tipe keluarga mengisi family
dilihat dari lembar
keadaan kuesioner 2. Extanded
keluarga yang telah family
diberikan
29
Pendidika Perbedaan Responden Kuisioner 1.Tidak ordinal
n orang pendidikan mengisi Sekolah
tua orang tua lembar
dilihat dari kuesioner 2.Sekolah
keadaan yang telah Dasar
keluarga diberikan 3.Sekolah
Menenga
h Pertama
4.Sekolah
Menenga
h Atas
5.Perguruan
Tinggi
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
36
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2008).
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai
berikut:
Keterangan:
n : Jumlah elemen/anggota sampel
N : Jumlah elemen/anggota populasi
e : error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1% atau
0,01, 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,1)
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 157 responden dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,05 maka besarnya sampel
pada penelitian ini adalah:
n=
n=
37
Kelas 7 = 112
X 54 = 38,5 Atau dibulatkan 38
157
Kelas 8 = 112
157 X 60 = 42,8 Atau dibulatkan 43
Kelas 9A = 112
157 X 43 = 30,6 Atau dibulatkan 31
38
2) Siswa-siswi aktif SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat
3) Murid yang bersedia menjawab kuesioner
Sedangkan kriteria eklusi responden pada penelitian ini yaitu:
1) Usia bukan remaja awal
2) Murid yand tidak hadir saat pengambilan data
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat yang
beralamat di Jl. Kayu Besar Raya No. 168 RT. 11/RW.11. Cengkareng, Kota
Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan disekolah ini berdasarkan data saat studi
pendahuluan ditemukan fenomena penelitian trdapat disekolah ini dan keadaan
sekolah yang mudah diakses oleh peneliti serta sekolah belum pernah dilakukan
penelitian dengan fenomena serupa. Setelah mengumpulkan data tersebut peneliti
memilih tempat SMP AL-WAHAB Cengkareng sebagai lokasi penelitian.
D. Waktu Penelitian
1. Tahap persiapan
data dasar untuk mencari tempat penelitian dan menunjang hipotesis. Tahap
saran dan masukan dari pembimbing dan penguji. Tahap akhir pada
39
2. Tahap Pelaksanaan
validitas dan reliabilitas, surat ijin Penelitian dan pengajuan surat etik
3. Tahap Akhir
yaitu coding dimana peneliti memberikan kode tertentu pada kuesioner untuk
yang telah dijawab diberi skor sesuai aturannya. Tahap selanjutnya adalah
dengan mentabulasi data dan dilanjutkan pada tahap analisis data di komputer
40
E. Etika Penelitian
Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, subjek penelitian dan
masyarakat yang memiliki dampak dari penelitian tersebut. Etika penelitian
bertujuan untuk melindungi subjek penelitian dari kemungkinan bahaya atau
hal-hal yang merugikan selama prosedur penelitian berlangsung. Etika
penelitian dilakukan dengan memberikan informed consent kepada calon
responden sebelum dilakukan penelitian. Terdapat empat prinsip dasar etika
riset, yaitu menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi
dan kerahasaan subjek riset, keadilan dan inklusivitas dan memperhitungkan
manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
Menurut Notoatmodjo (2010) hubungan antara peneliti dengan yang
dan mereka yang memberi informasi. Peneliti sebagai pihak yang memerlukan
informasi seyogyanya menempatkan diri lebih rendah dari pihak yang memberi
dimintai informed consent. Hak dan kewajiban peneliti yang diteliti adalah
sebagai berikut:
29
didapatkan, persetujuan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan untuk
dampaknya
subyek. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau
paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres maupun kematian subyek
penelitian.
Hak responden antara lain: Hak untuk dihargai privasinya, hak untuk
30
responden setelah adanya informed consent dari responden, responden
Cara ukur yang peneliti pakai dalam pengisian kuesioner adalah dengan
menggunakan Skala Likert sifat dari skala tersebut adalahfavourable yaitu butir
pernyataan yang mendukung objek penelitian danunfavourable yaitu butir
pernyataan yang tidak mendukung objek penelitian.Skala tersebut mempunyai
empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS),Setuju (S),Tidak Setuju
(TS) dan Sangat Tidak Setuju(STS). Sistem penilaian untuk favorable adalah
Sangat Setuju (4), Setuju (3),Tidak Setuju (2) dan Sangat Tidak Setuju (1).
Padapernyataan unfavorable berlaku penskoran Sangat Setuju (1), Setuju (2),
Tidak Setuju (3), dan Sangat Tidak Setuju (4).
31
SMP Al-wahab Cengkareng Jakarta Barat. Alat pengumpulan data yang
digunakan peneliti antara lain lembar kuisioner Data umum, Kuisioner Teman
Sebaya dan kuisioner Prilaku merokok.
a. Uji Validitas
Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan
dalam suatu pengukuran. Agar instrumen penelitian mempunyai validitas
dan reabilitas yang tinggi, sebaiknya instrumen yang sudah dibuat diuji
cobakan kepada populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
populasi yang diteliti.
Keterangan:
r = Koefisien korelasi antara x dan y
x = Skor yang diperoleh subjek tiap item
y = Skor total yang diperoleh subjek
N = Jumlah responden
32
∑x= Jumlah skor dalam Variabel x
∑y= Jumlah skor dalam Variabel y
∑x2= Jumlah kuadrat masing-masing skor X
∑y2= Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
∑xy= Jumlah perkiraanVariabel XY
Menentukan Valid atau Tidaknya dapat dilihat melalui indeks r dari taraf
Signifikan 5%. Apabila harga indeks r lebih rendah daripada harga r yang
ditetapkan oleh taraf signifikan 5% dan jumlah sampel 30 yaitu sebesar
0,361 maka butir pertanyaan dinyatakan valid. Demikian pola sebaliknya
apabila harga indeks r kurang dari hasil perhitungan, maka instrument itu
dinyatakan tidak valid gugur, sehingga harus drop (dihilangkan/direvisi).
b. Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reabilitas data, apakah
alat ukur dapat digunakan atau tidak (Hidayat, 2009). Reabilitas adalah
indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan atau
dipercaya. Hal ini berarti hasil pengukuran itu akan tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan gejala yang sama
menggunakan alat ukur yang sama (Noatmodjo, 2012). Pertanyaan yang
sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel
dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah alpha yang terletak diawal output
dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap pertanyaan kuesioner
dikatakan valid jika r alpha lebih besar dari konstanta (0,6) maka pertanyaan
tersebut reliabel. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur
berdasarkan skala Alpha 0-1.
33
>0,80 s.d 1,00 Sangat reliable
r 11 = ( )
Keterangan:
r 11 : Reliabilitas instrument
: Varian total
2. Prosedur teknis
34
a. Peneliti mengajukan surat dari pihak instansi terkait dan
memperkenalkan diri kepada responden.
b. Menjelaskan tujuan penelitian dan jaminan terhadap hak-hak responden
c. Meminta responden untuk mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan penelitian (Informed Consent).
d. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden yang
memenuhi kriteria dan menjelaskan cara pengisian kuesioner.
e. Responden mengisi lembar kuesioner. Peneliti akan mendampingi
responden selama pengisian kuesioner untuk memudahkan responden
bertanya jika ada yang tidak dipahami.
f. Setelah selesai, peneliti memeriksa kelengkapan dan kejelasan jawaban
kuesioner dari responden. Apabila terdapat data yang tidak lengkap,
peneliti akan meminta responden untuk melengkapi. Setelah selesai,
peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden.
a. Editing (pengeditan)
Peneliti melakukan penyuntingan (editing) pada hasil kuesioner yang telah
terkumpul.Secara umum, editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian kuesioner. Apabila ada lembar kuesioner yang belum terisi,
maka peneliti mengembalikan kuesioner tersebut kepada responden untuk
melengkapi isi kuesioner tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan,
maka peneliti memasukkan kuesioner yang jawabannya tidak lengkap ke
dalam pengolahan “data missing”.
35
c. Memasukkan data (data entry) atau processing
Pada tahap ini, peneliti memasukan data yang telah melewati proses coding
ke dalam program SPSS, untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
penghitungan data.
X 100%
Keterangan:
x : Hasil persantase
f : frekuensi hasil pencapaian
36
n : total seluruh observasi
Analisis univariat meliputi distribusi dan presentasi dari tiap tiap variable
bebas
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara
variabel independen dan dependen. Pemilihan uji statistik ini digunakan
berdasarkan pada jenis serta jumlah variabel yang diteliti adalah uji kendall
tau karena untuk menguji hubungan antara variable independen dan
dependen berskala ordinal.
∑A-∑B
Π= N(N-1
2
Keterangan:
π
= Koifisien kendall tau
∑A = Jumlah Rangking atas
∑B = Jumlah Rangking Bawah
N = Anggota sampel
37
36