Anda di halaman 1dari 138

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-


TIPE MEROKOK DI SMP PGRI 2 CILEDUG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :
Lisanti
NIM : 11151071

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2019
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-
TIPE MEROKOK DI SMP PGRI 2 CILEDUG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu


syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :
Lisanti
NIM : 11151071

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul :


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-TIPE
MEROKOK DI SMP PGRI 2 CILEDUG TAHUN 2019

Laporan hasil penelitian ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Program S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
Jakarta, 4 Februari 2019

Menyetujui,
Pembimbing Skripsi

(Wardani Arsyad, Ns.,S.Kep.,M.Kep)

Mengetahui,
Kepala Program Studi S1 Keperawatan

(Wasijati, S.Kp.,M.Si.,M.Kep)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil penelitian dengan judul “ FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-TIPE MEROKOK DI SMP PGRI 2
CILEDUG TAHUN 2019” ini telah diujikan dan dinyatakan Lulus dalam ujian
sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 4 Februari 2019

Penguji I ,

(Wardani Arsyad, Ns,. S.Kep., M.Kep)

Penguji II ,

(Alfonsa Reni, Ns. S.Kep,. M.Kes.)

Penguji III

(Hj. Ety Ernawati, S.Kep., M.Kep.)

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA PROGRAM
S1 KEPERAWATAN

Riset, Januari 2019

LISANTI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-TIPE


MEROKOK DI SMP PGRI 2 CILEDUG

VII + 106 halaman + 14 tabel + 5 gambar + 8 lampiran

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa


dewasa yang mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat.
Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GATS) 2011 menunjukkan
prevalensi perokok usia 15 tahun sangat tinggi, antara lain perokok laki-laki
(67,4%) dan wanita (2,7%), sedangkan menurut data World Health
Organization (WHO), pada tahun 2012 persentase prevalensi perokok pria
yaitu, 67% jauh lebih besar daripada perokok wanita yaitu 2,7%. Diantara para
perokok tersebut terdapat 56,7% pria dan 1,8% wanita merokok setiap hari
(Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).Pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada
siswa di SMP PGRI 2 Ciledug.Desain penelitian ini menggunakan pendekatan
Cross-Sectional. Jumlah sampel sebanyak 72 responden, teknik pengambilan
sampel Stratified Random Samplin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dari 7 faktor yang diteliti didapatkan pada factor kepercayaan dengan perilaku
merokok didapatkan p-value=0,067 >0,05, pada factor teman sebaya dengan
prilaku merokok didapatkan data bahwa p-value=1,000 >0,05, pada factor
orangtua dengan perilaku merokok didapatkan data bahwa p-value=0,177
>0,05, factor sarana dan prasarana didapatkan hasil bahwa p-value=0,287 atau
>0,05 yang berarti tidak ada hubungannya atau H0 diterima.

Kata Kunci : perilaku merokok


Daftar Pustaka : 18 (1999-2017)

iv
HIGH SCHOOL SCIENCE PROGRAM S1 PERTAMEDIKA HEALTH
NURSING

Research, January 2019

LISANTI

FACTORS RELATED TO THE TYPE OF SMOKING BEHAVIOUR IN


JUNIOR HIGH SCHOOL 2 CILEDUG IN 2019

VII + 106 pages + 14 tables + 5 + 8 attachment image

ABSTRACT

Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood are


experiencing growth and change very rapidly. According to data from the
Global Youth Tobacco Survey (GATS) in 2011 showed that the prevalence of
smokers aged 15 years is very high, such as male smokers (67.4%) and women
(2.7%), while according to data from the World Health Organization (WHO),
in 2012 the percentage of male smoking prevalence that is, 67% is much larger
than female smokers is 2.7%. Among the smokers are 56.7% of men and 1.8%
of women smoke daily (Promkes Center MoH RI, 2013) .In this study aims to
determine the factors associated with smoking behavior of students in SMP
PGRI 2 Ciledug. this study design using Cross-Sectional approach. The total
sample of 72 respondents, stratified random sampling technique samplin. The
results showed that of the seven factors were studied obtained the confidence
factor and smoking behavior was obtained p-value = 0.067> 0.05, the factor
peers in smoking behavior data obtained that p-value = 1.000> 0.05, the factor
parental smoking behavior data obtained that p-value = 0.177> 0.05, facilities
and infrastructure factors showed that p-value = 0,287 or> 0.05, which means
there is nothing or H0.

Keywords: smoking behavior


Bibliography: 18 (1999-2017)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tipe-Tipe Merokok Di SMP
PGRI 2 Ciledug, Tahun 2018”.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar skripsi pada
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA. Peneliti menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak
awal penyusunan sampai selesainya penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc, selaku Direktur Utama
PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Asep Saepudin, SH, MM, CHRP, CHRA, selaku Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, S.KM, M.Kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M. Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE, MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
6. Hj. Maryati, S.Sos., MARS, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Ns. Wardhani Arsyad, Ns,. S.Kep ., M.Kep , selaku Penguji I dan
Pembimbing Skripsi yang dengan kesabaran dan kebaikannya telah
membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan persidangan hasil
penelitian..
9. Ns. Alfonsa Rani Oktavia, S.kep, M.KM, selaku Penguji II yang telah
membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan persidangan hasil
penelitian.

vi
10. Hj. Ety Ernawati, S.Kep., M.Kep., selaku Penguji III yang telah membimbing
dan membantu saya dalam menyelesaikan persidangan hasil penelitian
11. Ns. Yudha Anggit Jiwantoro, S.Kep, M.Kes, selaku Pembimbing Akademik
dari semester 1 sampai dengan 6.
12. Ns. Ricca Olivia, S.Kep, selaku Pembimbing Akademik Reguler 8B.
13. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
14. Bp. Dr. Marsono, M.pd selaku kepala sekolah SMP PGRI 2 Ciledug yang
telah mengizinkan saya untuk penelitian di SMP PGRI 2 Ciledug.
15. Orang tua tercinta, Ayahanda Mursan dan Ibunda Suryati yang penuh cinta
kasih selalu mendukung, mendoakan, dan menuntun saya dalam proses
melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai tepat
waktu.
16. Kakak, Riswadi, Rusdi, Sri Herawati, dan Fahrul Hidayat yang selalu
mendukung dan mendoakan saya dalam proses melakukan penelitian ini,
sehingga laporan penelitian ini dapat selesai tepat waktu.
17. Saudara-saudara yang selalu mendoakan dan memberikan semangat yang
tiada henti kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
18. Rendi Sadewa Urbaningrum yang selalu mendukung, dan mendoakan saya
dalam proses melakukan penelitian ini.
19. Annisa Setya Haningtyas, Hilda Novianti, Bella Auliarahma, Astrid Dara
Qonita, Marifa Trisnawardani, Rizqia Maulida sahabat-sahabat terkasih sejak
semester 1 sampai dengan saat ini yang selalu mendukung dan mendoakan
saya dalam proses melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini
dapat selesai tepat waktu.
20. Teman-teman satu kelompok bimbingan Citra Putri Ananda, Novita Dewi
Lestusen dan Nurul Arifiyanti atas kerjasama yang kompak dan saling
mendukung dan menyelesaikan penelitian ini.
21. Teman-teman angkatan S1 Reguler 8B Program Studi Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
22. Nafa Chairunnisa, Nadya Elvia Yusuf Panjaitan, Mazeda Labib, Rumaisha
Nurrahma, Fathiyah Maulida, Belinda Octara yang sudang mendukung dan
mendoakan saya dalam proses melakukan penelitian ini.

vii
23. Semua pihak terkait yang turut berpartisipasi yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu sehingga selesainya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih memiliki


kekurangan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penelitian dan penyusunan hasil penelitian dimasa mendatang.

Jakarta, 4 Januari 2018

Peneliti

(LISANTI)

viii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Lisanti
NPM : 11151071
Mahasiswa S1 Keperawatan/Angkatan : REGULER ANGKATAN 8
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penuisan
Laporan Penelitian Mata Ajar Riset Keperawatan saya yang berjudul :
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-TIPE
MEROKOK DISMP PGRI 2 CILEDUG TAHUN 2019”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sangsi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 4 Februari 2019


Yang Membuat
Pernyataan

Materai 6000

(LISANTI)

ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA


(STIKes PERTAMEDIKA), saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : LISANTI
NPM : 11151071
Program Studi : S1 Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul
:
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-TIPE
MEROKOK DI SMP PGRI 2 CILEDUG TAHUN 2019”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Noneksklusif ini STIKes PERTAMEDIKA berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : Februari
2019
Yang menyatakan

LISANTI

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR SKEMA ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7


A. Konsep Teori ................................................................................... 7
B. Penelitian Terkait........................................................................... 32
C. Kerangka Teori .............................................................................. 34

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL .................................................................................. 35
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 35
B. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 35
C. Definisi Operasional ...................................................................... 39

xi
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 43
A. Desain Penelitian ........................................................................... 43
B. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan sampel........................ 43
C. Tempat Penelitian .......................................................................... 48
D. Waktu Penelitian ........................................................................... 48
E. Etika Penelitian .............................................................................. 48
F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 50
G. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 54
H. Teknik Analisa Data ...................................................................... 55

BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................................... 62


A. Analisa Univariat ........................................................................... 62
B. Hasil Bivariat ................................................................................. 65

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................. 70


A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ....................................................... 70

BAB VII PENUTUP ............................................................................................ 79


A. Kesimpulan .................................................................................... 79
B. Saran .............................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81


LAMPIRAN .......................................................................................................... 84

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok


pada remaja .........................................................................................40

Tabel 4.1 Besar Sampel .......................................................................................45

Tabel 4.2 Hasil Uji Kuesioner Validitas di SMP PGRI 2 CILEDUG .................52

Tabel 4. 3 Hasil Uji Rebilitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG .................54

Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG .............58

Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG .............59

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tipe Tentang Perilaku


Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 ..................................62

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Tentang Perilaku


Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 ..................................62

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Tentang Perilaku


Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 (n=72) ......................63

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepercayaan Tentang Perilaku


Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 (n=72) ......................63

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Teman Sebaya Tentang


Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 (n=72) ........64

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang Tua Tentang Perilaku


Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 (n=72) ......................64

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sarana dan Prasarana Tentang


Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 (n=72) ........65

Tabel 5. 8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di


SMP PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019 (N=72) .................................65

Tabel 5. 9 Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2


Ciledug Tangerang 2019 (N=72) .......................................................66

Tabel 5. 10 Hubungan Kepercayaan dengan Perilaku Merokok di SMP


PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019 (N=72) ..........................................66

xiii
Tabel 5. 11 Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok di SMP
PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019 (N=72) ..........................................67

Tabel 5. 12 Hubungan Orang Tua dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2


Ciledug Tangerang 2019 (N=72) .......................................................68

Tabel 5. 13 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok di


SMP PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019 (N=72) .................................69

xiv
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tipe-Tipe Merokok


Pada Siswa SMP .................................................................................34
Skema 3.1 Faktor – faktor yang berhubungan dengan tipe-tipe merokok
pada remaja .........................................................................................37

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden / Informed Concent
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 Hasil Output SPSS
Lampiran 5 Riwayat Hidup

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat.
Perkembangan menuju dewasa, anak mengalami berbagai perubahan meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis dan perubahan sosial. Perubahan
tersebut mempengaruhi perilaku anak di lingkungan masyarakat. Perubahan
perilaku anak, ada yang mengarah ke arah positif dan ada yang ke arah negatif.
Perilaku negatif salah satu diantaranya adalah remaja dengan perilaku merokok
(Sofia & Adiyanti, 2013).

Remaja dengan perilaku merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang
wajar di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga
terjadi pada anak usia remaja. Perilaku merokok adalah gaya hidup yang
merugikan kesehatan diri sendiri dan orang lain (Durkin dan Helmi, 2010).

Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GATS) 2011 menunjukkan


prevalensi perokok usia 15 tahun sangat tinggi, antara lain perokok laki-laki
(67,4%) dan wanita (2,7%), sedangkan menurut data World Health
Organization (WHO), pada tahun 2012 persentase prevalensi perokok pria
yaitu, 67% jauh lebih besar daripada perokok wanita yaitu 2,7%. Diantara para
perokok tersebut terdapat 56,7% pria dan 1,8% wanita merokok setiap hari
(Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).

Saat ini, Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif
terbanyak di dunia (61, 4 juta perokok), setelah China dan India. Tingginya
jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker
yang terpapar asap rokok orang lain (second-hand smoke) yang semakin
bertambah (97 juta penduduk Indonesia). Sebanyak 43 juta anak-anak
Indonesia terpapar asap rokok (Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).

1
2

Kecenderungan peningkatan jumlah perokok remaja dan semakin mudanya


usia mulai merokok tersebut menjadi keprihatinan tersendiri karena membawa
konsekuensi jangka panjang yang nyata yakni dampak negatif rokok itu sendiri
terhadap kesehatan yang telah di ketahui sejak dahulu. Ada ribuan artikel
membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan
terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem saluran
pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini tidak
mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan
toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik). Saat ini semakin banyak
generasi muda yang terpapar dengan asap rokok dan tanpa disadari terus
menumpuk zat toksik dan karsinogenik tersebut (Depkes, 2011)

Dibalik tingginya angka remaja yang terpapar asap rokok, kita juga dihadapkan
pada kenyataan yang lebih memprihatinkan lagi adalah dimana banyak remaja
berpikir bahwa merokok tidak akan menimbulkan efek pada tubuh mereka
sampai mereka mencapai usia middle age. Padahal faktanya hampir 90%
remaja yang merokok secara regular dilaporkan sudah mulai merasakan efek
negatif jangka pendek dari rokok (Doe dan Desanto, 2009).

Seseorang yang pertama kali mengkomsumsi rokok mengalami gejala- gejala


seperti batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual, namun demikian,
sebagian dari pemula yang mengabaikan gejala-gejala tersebut biasanya
berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan.
Ketergatungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan
kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco depency
(ketergantungan tembakau). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku
yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal
ini disebabkan oleh sifat nikotin yang adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba
akan menimbulkan stres (Nasution, 2007).

Perilaku remaja yang sudah mulai aktif merokok ini dipengaruhi oleh banyak
faktor. Remaja mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial.
3

Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam
memulai perilaku merokok (Nasution, 2007). Oskamp dalam Nasution (2007)
menyatakan bahwa setelah mencobah rokok pertama, seorang individu menjadi
ketagihan merokok, dengan alasan-alasan seperti kebiasaan, menurunkan
kecemasan, dan mendapatkan penerimaan.

Merokok merupakan masalah yang terus berkembang dan belum dapat


ditemukan solusinya di Indonesia sampai saat ini. Merokok dapat
menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam
tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri, sehingga arteri
lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini terutama
disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga
memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan oksigen dalam
darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (Setyanda,
2015).

Sebagian besar penduduk di Provinsi Banten yang berusia 10 tahun ke atas


merokok setiap hari dengan Persentase tertinggi pada usia produktif (25 – 54
tahun), terutama di pedesaan. Perokok laki-laki 20 kali lebih banyak
dibandingkan perokok perempuan. Kebanyakan perokok laki-laki saat ini di
Banten yang berpendidikan kurang (tidak sekolah dan tidak tamat SD) serta
tinggal di pedesaan, rata-rata menghisap 10,3 batang rokok/hari. Prevalensi
perokok saat ini di Banten terbanyak berprofesi sebagai petani, nelayan, atau
buruh. Sebagian besar perokok di Provinsi Banten pertama kali merokok dan
mulai merokok setiap hari pada usia remaja, 15 – 19 tahun (Depkes, Tangerang
Banten 2007).

Syaiful Ikhwandi (April,2016). Dengan judul “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja Perokok Di Kecamatan Padang
Utara Tahun 2015. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional
Study. Populasi semua remaja perokok yang berdomisili di Kecamatan Padang
4

Utara dengan jumlah sampel 95 orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner,


dengan teknik pengambilan sampel Proportional Random Sampling. Analisis
data dengan univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji Pearson
Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (p value< 0,05). Hasil penelitian
didapatkan remaja perokok aktif berat sebesar 46,3%, tingkat pengetahuan
tinggi sebesar 73,6%, sikap negatif responden sebesar 50,6%, persepsi positif
terhadap peringatan bahaya rokok sebesar 69,4%, dan adanya kebiasaan
anggota keluarga yang merokok sebesar 70,5%. Dari hasil uji statistik
didapatkan faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku
merokok siswa laki-laki yang memenuhi syarat yaitu sikap (p=0,000) dan
persepsi tehadap peringatan kesehatan bergambar (p=0,000). Sedangkan
tingkat pengetahuan dan kebiasaan anggota keluarga yang merokok tidak
memiliki hubungan yang bermakna.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian kesiswaan yang dilakukan pada


tanggal 13 desember. Mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil rata-rata 5
siswa yang merokok masih dilingkungan sekolah upaya yang dilakukan oleh
pihak sekolah dikumpulkan setiap hari diberikan pasnisme diberikan oleh
kesiswaan berupa merokok dengan 5 jari. Upaya yang dilakukan ini tidak
membuat siswa jera..

Dan berdasarkan hasil wawancara yang didapat oleh siswa pada tanggal 23
november didapatkan data 10 orang siswa yang berperilaku menjadi perokok
aktif sebanyak 7 mengatakan karena ajakan teman sebaya dan lingkungan
pergaulan, 3 orang siswa diantaranya tidak merokok atau menjadi perokok
pasif.

Saat penelitian menyatakan tentang bahaya merokok siswa mengetahuinya


namun pada saat di tanyakan tentang adakah upaya untuk menghentikan
merokok atau tidak, 7 siswa tersebut mengatakan tidak karena disaat mereka
tidak merokok mulut meraka asam, mood kurang bagus dan terasa ada yang
kurang jika belum merokok.
5

Rata-rata siswa yang dilakukan wawancara mengatakan bahwa mereka


merokok dalam sehari bisa mencapai 5 sampai 6 batang. Mereka melakukan
pada saat pulang sekolah dan lingkungan sekolah karena dilingkungan sekolah
terdapat tulisan dilarang merokok. Berdasarkan fenomena diatas ditemukan
bahwa ada saja siswa.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti baik secara wawancara
kepada bagian kesiswaan, observasi (pengamatan langsung) dengan cara
observasi yang dilanjutkan dengan wawancara yang ditemukan fakta bahwa
ada 70% (data berdasarkan observasi) tanggal 23 November. Berdasarkan data
yang ada 70% siswa bahwa dilingkungan sekolah ada banyak siswa yang
merokok dan cenderung meningkat setiap tahunnya dan ada juga siswa yang
tampak adiktif dengan rokok ini dibuktikan dengan data saat bahwa setiap hari
senin. Siswa yang merokok 2 sampai 3 orang adalah siswa yang sama dengan
demikian peneliti ingin mengetahui tipe perilaku merokok di smp PGRI 2
Ciledug dan beberapa faktor-faktor

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku


merokok pada siswa di SMP PGRI 2 Ciledug.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tipe perilaku merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
b. Mengetahui gambaran faktor predisposisi berdasarkan: pengetahuan,
sikap, kepercayaan pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
c. Mengetahui gambaran faktor penguat berdasarkan: pengaruh teman
sebaya, dukungan orang tua pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
6

d. Mengetahui gambaran faktor pemungkin berdasarkan: sarana dan


prasarana pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
e. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan prilaku merokok
pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
f. Mengetahui hubungan sikap dengan prilaku merokok pada siswa SMP
PGRI 2 Ciledug.
g. Mengetahui hubungan tingkat kepercayaan dengan dengan prilaku
merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
h. Mengetahui hubungan teman sebaya dengan prilaku merokok pada
siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
i. Mengetahui hubungan orang tua dengan prilaku merokok pada siswa
SMP PGRI 2 Ciledug.
j. Mengetahui hubungan sarana dan prasarana dengan prilaku merokok
pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pelayanan
kesehatan dalam memberikan pengetahuan tentang faktor – faktor perilaku
merokok.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti
berikutnya terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Konsep perilaku
a. Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Notoatmodjo, 2010)

b. Bentuk respons perilaku


Notoatmodjo (2010) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa Perilaku
manusia terjadi melalu proses : Stimulus → Organisme → Respons,
sehingga teori oleh Skiner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus –
organisme – respons). Selanjutnya teori ini menjelaskan adanya dua
jenis respons, yaitu :
1) Respondent respons atau reflexive Respon yang ditimbulkan
oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut
eliciting stimulus, karena menimbulkan respons – respons yang
relatif tetap.
2) Operant respons atau instrumental respons Respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau forcing
stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat
respons.

7
8

c. Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :


1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas - fasilitas
atau sarana – sarana.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

d. Macam – macam perilaku


Pengelompokkan perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” menjadi
dua, yaitu :
1) Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila
respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati
orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang
dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
2) Perilaku terbuka (overt behavor) Perilaku terbuka ini terjadi
bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable behavior”.

e. Domain perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku
itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian
kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut,
9

yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah afektif (affectife
domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam
perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi
Notoatmodjo (2003).
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.

c. Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

e. Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
baru.
10

f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1937)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :


a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.

c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior) (Rogers, E.M., 2003), Untuk mewujudkan sikap menjadi
suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
11

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor


dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sepengaruh dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.

b. Respon terpimpin (guide response)


Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
kedua.

c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran
perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan
atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers, E.M. (2003) mengungkapkan bahwa


sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses berurutan yakni :
a. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek)
12

b. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

c. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Menerima (adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Konsep Merokok
a. Definisi Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap isinya,
baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Saleh, 2011).
Subanada (2004) menyatakan merokok adalah sebuah kebiasaan yang
dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri
maupun orang-orang disekitarnya.

b. Definisi Perilaku Merokok


Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor – faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara
langsung (istiqomah,2003).

Munculnya perilaku ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima,


baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya
perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor
internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perlaku merokok
13

dilakukan untuk mengurangi stress) dan faktor eksternal (faktor


lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari, dkk
(2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas
menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa arau
rokok.

Lawrence Green (1991) dalam herawani (2001) mencoba menganalisis


perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor luar lingkungan (nonbehavior causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor,
yaitu :
1) Faktor–faktor predisposisi (predisposising factors), merupakan faktor
internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat yang memperoleh individu untuk berperilaku yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, tindakan, kepercayaan,
keyakinan, nilai– nilai, dan sebagainya (Herawani, 2001).
2) Faktor–faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors), yang
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana–sarana kesehatan (Herawani, 2001).
3) Faktor–faktor pendorong (reinforcing factors) merupakan faktor yang
menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, teman sebaya, orangtua, yang merupakan
kelompok referensi dan perilaku masyarakat (Herawani, 2001).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku


merokok adalah suatu kegiatan membakar rokok dan menghisapnya
kemudian dihembuskan keluar daan menimbulkan asap yang dapat
terhirup oleh orang sekitarnya. Perilaku ini secara umum dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
pendorong.
14

c. Tahap Perilaku Merokok


Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly dalam Triastera
(2009) terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi
perokok yaitu :

1. Tahap prepator
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan,
hal- hal tersebut menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak dalam perilaku merokok.

3. Tahap becoming a smoker


Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat
batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada
dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami
ketergantungan pada rokok.

4. Tahap maintenance of smoking


Tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan
menjadi suatu pola perilaku merokok. Tahap ini sudah menjadi salah
satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok
dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

d. Kalsifikasi Perilaku Merokok


Bustan (2007) mengelompokkan perokok menjadi 3 kategori
berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, yaitu :
1) Perokok Ringan, seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang dari
10 batang perhari
15

2) Perokok Sedang, seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 10–20


batang perhari
3) Perokok Berat, seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20
batang perhari.

e. Tipe Perilaku Merokok


Menurut Tomkins (1962) dalam Mu’tadin (2002) ada empat tipe
perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, yaitu :
1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah
atau meningkatkan kenikmatan yang didapat, misalnya merokok
setelah makan atau sambil minnumm kopi.
b) Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh
dari memegang rokok.

2) Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif


Masing – masing orang memmpunyai cara masing – masing untuk
mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya merokok bila
marah, cemas, bosan, gelisah. Merekan menggunakan rokok bila
perasaan tidak enak muncul, sehingga terhindar dari perasaan yang
lebih tidak enak.

3) Perilaku merokok yang adiktif


Perokok yang sudah asiksi, akan menambah dosis rokok yang
digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang.
16

4) Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan


Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk
mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi
kebiasaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok


digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok
yang dihisap, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari – hari.

Menurut penelitian Leffondre dkk. Mengenai model – model riwayat merokok,


status merokok seseorang dapat dibagi menjadi tidak pernah merokok dan
sering merokok. Never smoke adalah orang yang selama hidupnya tidak pernah
merokok atau seseorang selama kurang dari 1 tahun (Indeks Brinkman 0).
Smoker adalah seseorang yang mempunyai riwayat merokok sedikitnya satu
batang tiap hari selama sekurang – kurangnya satu tahun baik yang masih
merokok ataupun yang sudah berhenti. Derajat hisapan merokok :
a) Berat (menghisap dalam) : cara menghisap rokok yang dibakar dan
dirasakan sampai masuk ke saluran napas bawah.
b) Ringan (menghisap dangkal) : cara menghisap rokok yang dibakar dan
hanya dirasakan dimulut saja kemudian di keluarkan.

f. Motif Perilaku Merokok


Leventhal & Cleary (1980, dalam Oskamp, 1984) menyatakan motif
seseorang merokok terbagi menjadi dua motif utama, yaitu (Nasution,
2007) :
1) Faktor psikologis
Pada umumnya faktor – faktor tersebut terbagi kedalam lima bagian,
yaitu :
1. Kebiasaan
Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap
dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif maupun
17

positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya


tanpa tujuan tertentu.
2. Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif,
misalnya rasa senang, relaksasi, kenikmatan rasa. Merokok juga
dapat menunjukkan kejantanan dan menunjukkan kedewasan diri.
3. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan
biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi
dengan orang lain.
4. Alasan sosial
Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok
(umumnya pada remaja dan anak - anak), identifikasi dengan
perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang.
Merokok pada anak – anak juga dapat disebabkan adanya paksaan
dari temannya.

5. Kecanduan atau ketagihan


Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan.
Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di
dalam rokok. Awalnya hanya coba – coba tetapi akhirnya tidak
dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh
akan nikotin.

2) Faktor biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam
rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada
rokok secara biologis.

g. Dampak Perilaku Merokok


Ogden (2000) dalam nasution (2007) membagi dampak perilaku merokok
menjadi dua, yaitu :
18

1) Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak psoitif yang sangat sedikit bagi
kesehatan. Ogden (2000) dalam Nasution (2007) menyatakan bahwa
perokok mengatakan dengan merokok dapat menghasilkan mood
positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan – keadaan
yang sulit. Smet (1994) dalam Nasution (2007) menyebutkan
keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi
ketegangan, membantu konsenterasi, menghilangakan kegelisahan dan
menyenangkan.

2) Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat
berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000 dalam Nasution, 2007).
Merokok bukanah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu
jenis penyakit sehngga bisa dikatakan merokok tidak dapat
menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong munculnya jenis
penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Bahaya merokok bagi
kesehatan menurut Tendra (2003) dalam Poltekkes Depkes Jakarta I
(2012) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit
telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

h. Penyakit Akibat Perilaku Merokok


Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokok yang
mungkin saja tidak terjadi dalam waktu singkat namun memberikan
perokok potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya adalah :
1) Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke
penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
19

2) Osteoporosis
Karbon monokksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang
sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama
untuk penyembuhan.

3) Pada kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat
dan dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Resiko keguguran pada wanita perokok 2 – 3 kali lebih sering karena
karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.

4) Jantung koroner
Merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit
Pembuluh Darah Perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri
dan vena di tungkai bawah atau tangan yang sering ditemukan pada
dewasa muda perokok berat, biasanya akan berakhir dengan amputasi
(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012).

5) Sistem pernapasan
Kerugian jangka pendek pada sistem pernapasan akibat rokok adalah
kemampuan rokok untuk membunuh serabut getar (silia) disaluran
pernpasan. Ini adalah awal bronkitis, iritasi, batuk, sedangkan untuk
jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya elasitas
paru – paru dan bronkitis kronis

i. Kebijakan Pemerintah Terhadap Permasalahan Merokok


Dalam rangka mengatasi permasalaha tembakau di dunia, Sidang Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) ke 56 pada bulan mei 2003, menetapkan Kerangka
Konvensi Pengendalian Tembakau (Famework Convention on Tobacco
Control – FCTC) yang diadopsi oleh 192 negara anggota WHO. FCTC
bertujuan untuk melindungi generasi dari kerusakan kesehatan, sosial,
20

lingkungan, dan konsekuensi ekonomi dari konsumsi tembakau. Hingga 31


mei 2005, tercatat 168 negara telah mendatangi FCTC dan hanya 66 negara
yang sudah meratifikasi. Namun sayangnya, indonesia termasuk salah satu
negara yang belum menandatangani dan meratifikasi
(Dept.Perindustrian,2009)

pada hari tanpa tembakau sedunia tahun 2010 yang diperingati tiap tanggal
31 mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema “Gender And
Tobacco With An Emphasis On Marketing To Women”. Hal ini dirancang
untuk menganntisipasi efek bahaya dari pemasaran tembakau khususnya
kepada perempuan dan gadis remaja.

Di Indonesia, langkah pengamanan masalah rokok telah dilakukan oleh


pemerintahan RI dan Departemen Kesehatan (Depkes RI) dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan instruksi, diantaranya peraturan
pemerintah (PP) No.81 tahun 1999 yang kini telah direvisi PP No.19 tahun
2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, instruksi Mentri Kesehatan
No.459/Inst/1999 tentang Kawasan Bebas Rokok pada sarana Kesehatan dan
No.48/Menkes/innst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja

3. Konsep Rokok
a. Definisi Rokok
Rokok adalah gulungan tembakau (kira – kira sebesar jari kelingking)
yang dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2016). Menurut PP. RI.
No. 109, 2012) rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya
dengan cara dibakar dan dihisap asapnya dan/atau dihirup asapnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia rustica, dan spesies
lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan.
Pengertian rokok menurut Heryani adalah hasil olahan tembakau yang
terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
21

Rustica dan spesia lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin


dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryan, 2014).

Pengertian rokok menurut PP. No.19 Tahun 2013 adalah hasil olahan
tembakau dibungkus termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan
spesies lainnya atau sistetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan
atau tanpa bahan.

b. Bahan Baku Rokok


Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai
berikut:

1) Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia
termasuk dalam spesies Nicotiana tabacum (Santika, 2011).

2) Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar.
Bunga cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian cengkeh ditimbang
dan dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran
tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim, 2013).

c. Zat-Zat Yang Ada Di Dalam Rokok


Rokok mengandung kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan
setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama
pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam
sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah
beracunnya:
22

1) Tar
Tar inilah yang menyebabkan noda pada gigi, jari dan bahkan paru-
paru dari orang yang merokok. Banyak orang percaya bahwa dalam
sebatang rokok terkandung sejumlah besar zat berbahaya ini.
Meskpiun saat ini banyak perusahaan rokok telah membuat rokok
dengan kandungan tar rendah, tapi tetap tidak mengubah kepercayaan
orang bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. Tar adalah
zat berhaya yang aktif pada saat rokok dinyalakan. Perlu diketahui
bahwa sebenarnya jalan yang selalu kita lalui itu dibuat dengan
menggunakan tar. Tidak bisa dibayangkan ternyata zat yang dibuat
untuk aspal jalan ternyata terdapat pada rokok.

2) Nitrogen Oksigen
Kandungan nitrogen oksida banyak ditemukan dalam gas emisi
pembuangan dari kendaraan bermotor dimana asap kendaraan
bermotor merupakan zat utama yang menyebabkan pencemaran
lingkungan. Di dalam tubuh, kandungan zat nitrogen oksida yang
terdapat dalam rokok dapat menyebabkan masalah paru-paru seperti
radang paru-paru. Pada umumnya tubuh manusia memproduksi
nitrogen oksida dalam jumlah yang kecil untuk membantu aliran
udara lebih lancar dengan cara mengembangkan paru-paru. Namun
jumlah nitrogen oksida yang besar dalam rokok membuat paru-paru
mengembang lebih besar sehingga membuat paru-paru menghisap
nikotin dan zat berbahaya lain lebih banyak.

3) Amonia
Bagi kalian yang di masa SMA aktif belajar kimia tentunya mengenal
zat yang dinamakan amonia. Jika dimanfaatkan dengan benar, amonia
dapat digunakan sebagai bahan pembersih toilet yang efektif. Dalam
industri rokok, amonia ini dimasukan ke dalam sebatang rokok untuk
menambah efek ketergantungan terhadap nikotin. Kandungan amonia
yang terdapat pada rokok mengubah nikotin dalam bentuk gas
23

sehingga dapat lebih mudah diserap oleh paru-paru dan juga aliran
darah. Sama berbahayanya dengan karbon monoksida dan hidrogen
sianida, amonia juga dapat menyebabkan kerusakan pada cilia.

4) Karbon Monoksida
Zat berwujud gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Zat
berbahaya yang terkandung dalam rokok ini memiliki presentasi 3-
5% dapat ditemukan dalam asap rokok. Jika zat ini terhirup oleh
manusia, maka zat berbahaya ini akan menempel pada sel darah
merah. Zat ini akan menggantikan posisi oksigen yang memang
seharusnya menempel pada sel darah merah. Karbon monoksida yang
menempel pada sel darah akan membuat peredaran oksigen dalam
tubuh menjadi terganggu. Kekurangan oksigen dalam tubuh dapat
mengakibatkan masalah yang serius bagi kesehatan. Karena itulah
diharapkan orang tidak mendekati orang yang sedang merokok
karena dapat membahayakan kesehatan mereka juga.

5) Hidrogen Sianida
Hidrogen Sianida merupakan zat yang sangat berbahaya yang
berwujud gas yang dapat ditemukan dalam sebatang rokok. Gas
hidrogen sianida memiliki efek yang sangat buruk bagi tubuh dimana
dapat mengakibatkan kerusakan yang serius pada jantung dan
pembuluh darah. Walaupun tidak secara langsung menyebabkan
kanker, kandungan hidrogen sianida dapat meningkatkan persentase
terserang kanker dengan menyerang cilia (rambut kecil yang berguna
untuk menyaring udara yang masuk ke dalam tubuh). Dengan
merusak cilia, tubuh menjadi lebih mudah dimasuki oleh racun yang
masuk ke dalam paru-paru.

6) Arsenik
Zat berbahaya inilah yang terkandung dalam rokok inilah yang
menjadi penyebab kanker, merusak jantung dan juga pembuluh darah
24

dalam tubuh. Merokok dalam jangka waktu yang lama dapat


membuat penumpukan arsenik dalam tubuh. Selain kandungan zat
yang telah disebutkan diatas, sebatang rokok yang menganndung
arsenik dikatakan dapat memperburuk pengaruh dari zat berbahaya
lain yang terkandung dalam rokok. Arsenik dapat menimbulkan
masalah dalam tubuh dimana tubuh menjadi kesulitan untuk
memperbaiki DNA yang rusak akibat rokok.

7) Benzena
Benzena merupakan salah satu zat yang terkandung dalam minyak
bumi dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar
serta pelarut yang penting dalam dunia industri. Dalam kehidupan
sehari-hari, zat benzena dapat ditemukan pada produk seperti
pestisida dan juga bahan bakar kendaraan bermotor.Kandunagn
benzena dalam sebatang rokok inilah yang dapat menyebabkan
munculnya karsinogen yang berpengaruh dalam kemunculan kanker.
Benzena juga diperkirakan merupakan zat berbahaya yang menjadi
penyebab terjadinya leukimia. Terpapar dalam jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan anemia, kerusakan genetik, dan
pendarahan berlebihan.

8) Formaldehida
Untuk membuat mayat menjadi lebih awet dan membunuh mikroba,
biasanya orang menggunakan zat kimia berbentuk cairan yang
bernama formaldehida atau yang lebih dikenal dengan nama
formalin. Jika kalian merasakan mata perih dan batuk, itulah efek
yang diakibatkan oleh zat berbahaya satu ini. Masalah mata perih dan
batuk tersebut bisa dihindari dengan tidak berada di sekitar orang
yang sedang merokok. Jika di sekitar Anda terdapat banyak orang
yang menghisap sebatang atau beberapa batang rokok. hal tersebut
bisa membuat efek negatif dari zat tersebut bisa menjadi lebih parah.
25

9) Kadmium
Kadmium yang masih termasuk dalam golongan logam ini adalah
kandungan zat berbahaya yang juga dapat ditemukan dalam baterai.
Zat kadmium masuk ke dalam sistem tubuh manusia melalui asap
rokok yang dihirup melalui hidung. Zat logam berbahaya ini juga
merupakan penyebab utama penyakit kanker yang menyerang
manusia. Tidak hanya dapat mengakibatkan kanker, kandungan zat
kadmium juga dapat merusak ginjal dan menutup aliran darah di
arteri. Normalnya tubuh manusia dirancang untuk dapat
mengeluarkan racun ini dalam tubuh, tapi karena jumlah rokok yang
dihisap terlalu banyak maka mengakibatkan terjadinya penumpukan
kadmium dalam tubuh.

10) Kromium
Salah satu zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok adalah zat
kromium. Zat kromium inilah yang patut disalahkan jika
menyebabkan karsinogen menempel pada DNA manusia dan
merusaknya. Karsinogen yang disebabkan oleh kromium inilah
yang menjadi biang keladi dari munculnya penyakit kanker. Zat
kromium yang terkandung dalam rokok ini biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk membuat zat perwarna, bahan cat, dan
paduan logam. Dan tentunya menghisap zat berbahaya ini dapat
membahayakan kesehatan tubuh.

d. Pembagian Rokok
Rokok merupakan produk utama dari hasil pengolahan tembakau yang
diramu dan dibentuk secara khusus dari berbagai jenis dan mutu tembakau.
Teknik pencampuran, pengolahan, dan pemberian bahan tambahan juga
bervariasi. Berdasarkan bahan – bahan tambahan tersebut dikenal jenis rokok
putih dan rokok kretek (Pratama, 1989).
26

Disamping memproduksi rokok putih, indonesia juga memproduksi rokok


kretek, yang menurut standar industri indonesia dari departemen
perindustrian, rokok kretek dapat didefinisikan sebagai rokok dengan atau
tanpa filter yang menggunakan tembakau rajangan, dicampur dengan
cengkeh rajangan, digulung dengan kertas sigaret, boleh memakai bahan
tambahan kecuali yang tidak diizinkan (Departemen perindustrian, 1984).
Rokok kretek dicirikan oleh bau dan rasanya yang khas serta bunyi
mengeretek yang timbul dari hasil pembakaran cengkeh yang terkandung
dalam rokok kretek tersebut. Sifat – sifat khas tersebut dapat dihasilkan
apabila kadar cengkeh dalam rokok kretek cukup tinggi (Samosir, dkk 1979).

4. Konsep Perokok
a. Definisi Perokok
Perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila
orang tersebut yang merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila
orang tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas
merokok sendiri (KBBI, 2012).

b. Klasifikasi Perokok
Menurut National Clearinghouse on Smoking and Health 1955, perokok
adalah yang semasa hidupnya mengkonsumsi 100 batang rokok atau lebih
dan masih mengkonsumsinya hingga saat ini. Definisi ini terus berkembang
hingga pada tahun 1999 WHO memberikan definisi perokok adalah
seseorang yang pada saat dilakukan survey menghisap produk tembakau
apapun, baik setiap hari maupun terkadang – kadang. Klasifikasi perokok
menurut WHO antara lain :
1) Perokok harian (daily smoker) yaitu seseorang yang merokok apapun
jenis produk tembakau, setidaknya sekali dalam sehari.

2) Perokok sesekali (occasional smoker) yaitu seseorang yang merokok


tetapi tidak setiap hari. Occasional smoker dibagi menjadi :
27

a) Reducers yaitu seseorang yang dulunya merokok setiap hari tetapi


sekarang tidak merokok setiap hari.

b) Continuing occasional yaitu seseorang yang telah merokok 100


batang atau lebih tetapi tidak merokok setiap hari dan saat ini tidak
merokok setiap hari.
c) Experimenters yaitu seseorang yang telah merokok kurang dari
100 batang dan saat ini tidak merokok setiap hari.

c. Klasifikasi Non Perokok


Seorang non perokok adalah seseorang yang pada saat dilakukan survey
tidak merokok produk tembakau sama sekali. Klasifikasi non perokok
menurut WHO antara lain :
1) Ex smokers yaitu seseorang yang dulunya merokok setiap hari tetapi
saat in tidak merokok sama sekali.

2) Never smoker yaitu tidak pernah merokok sama sekali atau tidak pernah
merokok setiap hari atau pernah merokok kurang dari 100 batang
sepanjang hidupnya

3) Ex occasional smokers yaitu seseorang yang dulunya pernah merokok


sesekali tetapi tidak setiap hari dan pernah merokok 100 batang atau
lebih sepanjang hidupnya.

5. Konsep Sikap
a. Definisi Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1937) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek


b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
28

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :


a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

b. Tingkatan sikap
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah adalah orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
29

5. Tindakan atau praktik


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo,
2003) Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
a) Persepsi (perception) Praktek tingkat pertama adalah mengenal
dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
b) Respon Terpimpin (guided response) Praktek tingkat kedua adalah
dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
c) Mekanisme (mecanism) Praktek tingkat ketiga adalah apabila
seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktek tingkat tiga.
d) Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan
yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain
dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan
kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks
sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih
memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih
dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).

d. Sarana dan Prasarana


Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang merupakan penunjang utamaterselenggaranya suatu proses
(KBBI).
30

6. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Sejumlah studi menyebutkan sebagian besar perilaku merokok dimulai di
usia remaja (Doe dan DeSanto, 2009). Data global youth tobacco survey
(GYTS) hampir sebanyak 25% remaja GYTS mempunyai akses terhadap
rokok sejak usia dibawah 10 tahun.

Selain faktor – faktor diatas, individu juga dapat merokok dengan alasan
sebagai alat dalam mengatasi stress (sarafino, 1994 dalam Nasution, 2007).
Sebuah studi menemukan bahwa bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang
mereka konsumsi berkaitan dengan stress yang mereka alami, semakin besar
stress yang dialami semakin banyak rokok yang mereka konsumsi (Nasution,
2007). Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok
antara lain:
1) Pengaruh orangtua
menurut Baer & corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan remaja yang berasal
dari lingkungan keluarga yang bahagia. Remaja yang berasal dari
keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun
obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang
paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur.
Contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali
untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).

2) Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga
dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta
tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temanya atau
sebaliknya.
31

3) Faktor Kepribadian
Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahuatau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian
yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas social. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang
menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes
konformitas social lebih menjadi perokok dibandingkan dengan mereka
yang memiliki skor yang rendah.

4) Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambing kejantanan atau glamour,
membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada dalam iklan tersebut.

Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh (sarafino, 1994 dalam Nasution,


2007). Tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :

1) Faktor biologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Pendapat ini didukung aditama (1995) yang mengatakan nikotin
dalam darah perokok cukup tinggi.

2) Faktor psikologis
Merokok dapat meningkatkan konsenterasi saat mengalami kesulitan
belajar, menghilangkan rasa kantuk, juga dapat memberikan kesan
modern dan berwibawa sehingga bagi individu yang sering bergaul
perilaku merokok sulit untuk dihindari.

3) Faktor lingkungan sosial


Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian
individu pada perokok.
32

4) Faktor demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin.

5) Faktor sosio-kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan
gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu.

6) Faktor sosial politik


Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara
berkembang seperti indonesia, karena di negara maju pemerintahnya
menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik
yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku
merokok.

B. Penelitian Terkait
Samratul Fikriah, Yoyok Febrijanto (Juli, 2012) dengan judul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki Diasrama
Putra”. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik deskriptif.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji
statistik regresi linier dengan tingkat signifikansi α ≤ 0.05. Hasil penelitian
terhadap 33 responden didapatkan data kurang dari 50% responden yang
memiliki faktor psikologi beresiko rendah dan perilaku merokok yang ringan
yaitu 11 responden (33.3%). Setelah dilakukan uji statistik Regresi Linier
Ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05)
didapatkan p = 0,007 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya ada
pengaruh faktor psikologi terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-
laki di asrama putra STIKES RS Baptis Kediri

Syaiful Ikhwandi (April,2016). Dengan judul “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja Perokok Di Kecamatan Padang”
Utara Tahun 2015. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional
33

Study. Populasi semua remaja perokok yang berdomisili di Kecamatan Padang


Utara dengan jumlah sampel 95 orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner,
dengan teknik pengambilan sampel Proportional Random Sampling. Analisis
data dengan univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji Pearson
Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (p value< 0,05). Hasil penelitian
didapatkan remaja perokok aktif berat sebesar 46,3%, tingkat pengetahuan
tinggi sebesar 73,6%, sikap negatif responden sebesar 50,6%, persepsi positif
terhadap peringatan bahaya rokok sebesar 69,4%, dan adanya kebiasaan
anggota keluarga yang merokok sebesar 70,5%. Dari hasil uji statistik
didapatkan faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku
merokok siswa laki-laki yang memenuhi syarat yaitu sikap (p=0,000) dan
persepsi tehadap peringatan kesehatan bergambar (p=0,000). Sedangkan
tingkat pengetahuan dan kebiasaan anggota keluarga yang merokok tidak
memiliki hubungan yang bermakna.
34

C. Kerangka Teori

Skema 2.1
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tipe-Tipe Merokok Pada Siswa
SMP
c
Faktor Predisposisi
Faktor Pemungkin Faktor Pendorong
a. Pengetahuan
b. Sikap a. Fasilitas a. Orang Tua
c. Tindakan b. Sarana dan b. Teman
d. Kepercayaan Prasarana Sebaya
e. Nilai-nilai

Motif Perilaku Merokok


Perilaku Merokok
1. Faktor psikologi
a. Kebiasaan
Tahap Perilaku Merokok
b. Reaksi emosi yang positif
1. Tahap Prepator c. Reaksi untuk penurunan emosi
2. Tahap Initiation d. Alasan sosial
3. Tahap becoming a smoker e. Kecenderungan/kecanduan
4. Tahap maintenance of smoking 2. Biologis

Tipe Perilaku Merokok


1. Dipengaruhi oleh perasaan positif
a. Pleasure relaxation
b. Stimulation to pick them up
c. Pleasure of handling the cigaretie
2. Dipengaruhi perasaan negatif
3. Dipengaruhi merokok yang adiktif
4. Dipengaruhi perilaku merokok menjadi kebiasaan

Penyakit Akibat Perilaku Merokok


1. Impotensi 4. Jantung Koroner
2. Osteoporosis 5. Sistem
Pernafasan
3. Pada kehamilan (BBLR)
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
suatu pengetian. Konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, agar
dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke
dalam variabel – variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan
diukur.

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2012). Penyusunan kerangka konsep akan membantu kita untuk membuat
hipotesis, menguji hubungan tertentu, dan membantu peneliti dalam
menggabungkan hasil penemuan dengan teori yang dapat diamati atau diukur
melalui konstruk atau variabel (Nursalam, 2008).

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dilihat dari hubungan variabel satu
dengan variabel yang lain, maka macam – macam variabel dalam penelitian
ini dibedakan menjadi variabel independent dan variabel dependent (sugiyono,
2011).

Variabel independen menurut Sugiyono (2013:39) adalah variabel yang


mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependen). Variabel independendalam penelitian ini adalah
faktor – faktor yang terdiri dari faktor predisposisi, faktor pemungkin dan
faktor pendorong.

35
36

variabel dependen menurut Sugiyono (2013:39) adalah variabel yang


dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen.
1. Variabel independen/ variabel bebas (X)
Menurut Sugiyono (2016:39), Variabel Independen/Variabel bebas adalah
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen adalah
variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain.
Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2016).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor perilaku
merokok pada remaja.

2. Variabel Dependen
Variabel Dependen/Variabel Terikat adalah Variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2016:39) Variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain dan
merupakan variabel yang ingin dijelaskan oleh peneliti (Nursalam, 2016).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku merokok.
37

Skema 3.1
Faktor – faktor yang berhubungan dengan tipe-tipe merokok pada remaja

Variabel Independen Variabel dependen

Faktor – faktor perilaku


merokok pada remaja :
A. Predisposisi factors Tipe Perilaku
1. Pengetahuan Merokok :
2. Sikap
1. Dorongan
3. Kepercayaan
Perasaan
B. Enabling Factors
2. Dorongan
1. Sarana Dan
kepuasan
Prasarana
C. Renforcing Factors
1. Orangtua
2. Teman Sebaya

Green (1991)

Dilakukan penggabungan tipe-tipe perilaku merokok menurut tomkins (1962) ada


empat tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, yaitu :

Tipe perilaku dipengaruhi perasaan positif dan perilaku merokok dipengaruhi


perasaan negatif dikatagorikan menjadi Dorongan Perasaan, perilaku merokok
yang adiktif dan perilaku merokok menjadi kebiasaan di katagorikan menjadi
Dorongan Kepuasan.

B. Hipotesis Penelitian
Hasil dari suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian.
Mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka perencanaan penelitian perlu
dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini, jawaban sementara dari
38

penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Hipotesis dalam suatu penelitian


berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Pembuktian dari
hasil penelitian maka menghasilkan hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat
diterima atau ditolak (Notoadmodjo, 2012).

Hipotesis Alternati (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungannya


antara variabel X dan Y, atau perbedaanya antara dua kelompok (Arikunto,
2010). Hipotesis Alternati (Ha) dalam penelitian ini adalah
1. Ada hubungan tipe perilaku merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
2. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa
SMP PGRI 2 Ciledug.
3. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku merokok pada siswa SMP
PGRI 2 Ciledug
4. Ada hubungan kepercayaan dengan perilaku merokok pada siswa SMP
PGRI 2 Ciledug.
5. Ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan perilaku merokok pada
siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
6. Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya, dengan perilaku merokok
pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
7. Ada hubungan dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada siswa
SMP PGRI 2 Ciledug.

Hipotesis Nol (Ho) sering disebut juga hipotesis nihil atau hipotesis statistik
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya
pengaruh variabel X terhadap Y (Arikunto,2010). Hipotesis Nol (Ho) dalam
penelitian ini adalah
1. Tidak ada hubungan antara tipe perilaku merokok pada siswa SMP PGRI 2
Ciledug.
2. Tidak ada hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku merokok pada
siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
39

3. Tidak ada hubungan antara Sikap dengan perilaku merokok pada siswa
SMP PGRI 2 Ciledug.
4. Tidak ada hubungan antara Kepercayaan dengan perilaku merokok pada
siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
5. Tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan perilaku antara
perilaku merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
6. Tidak ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku
merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
7. Tidak ada hubungan anatara dukungan orang tua dengan perilaku merokok
pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.

C. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2012: 31), definisi operasional adalah penentuan


konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang
dapat diukur.

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan


ukuran dalam penelitian. Cara pengukuran merupakan cara dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2007).

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat


ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional
atau definisi operasional variabel. Definisi operasional itu penting dan
diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) .

Konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden


yang lain. Definisi operasional juga perlu dijelaskan caraatau metode
pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta skala ukur yang
digunakan (Notoatmodjo, 2012).
40

Tabel 3.1
faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja

Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Dependen Operasional Ukur Ukur
1. Tipe Kebiasaan Responden Kuesioner Perilaku merokok Ordinal
Merokok merokok mengisi dikatagorikan atas

yang kuesioner dasar:

mempunya dengan 1. Dorongan


tipe tipe pada total Perasaan
perilaku pertanyaan bila skor ≥
merokok 19 30-40
mengguna 2. Dorongan
kan skala kepuasan
likert bila skor >
28-36

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Penelitian Oprasional Pengukura
n
Variabel Indenpenden
1. Pengetahu Pemahaman Responden kuesioner Pengetahuan Ordinal
dikatagorikan bila
an reponden mengisi
:
terhadap kuesioner
1. Baik, bila
rokok, dengan total skor 76-
bahaya serta pertanyaan 100%
41

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Penelitian Oprasional Pengukura
n
kandungan 8 2. Cukup
dalam menggunak bila skor
rokok an skala 56-75%
guttma 3. Kurang
bila <56%

2. Sikap
Tingkah Responden Kuesioner Sikap Ordinal
laku mengisi dikatagorikan :
seseorang kuesioner
1. Baik jika
dengan
skor ≤
total
19,49
pertanyaan
2. Buruk jika
menggunak
skor >
an skala
19,49
Likert
3. Keperca Kepercayaa Responden Kuesioner Kepercayaan Ordinal
yaan n seseorang mengisi dikatagorikan :
apabila kuesioner
1. Percaya jika
perokok dengan total
skor ≤ 16,11
tersebut pertanyaan
2. Tidak
sudah 5
percaya jika
merasa menggunak
skor > 16,11
dewasa an skala
Likert
42

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Penelitian Oprasional Responden Pengukuran

Teman Responden Kuesioner Ordinal


4. Teman Sepermaina mengisi Pengaruh teman
sebaya n atau kuisioner dikatagorikan:
Sekelompo dengan total
1. Baik Tidak
k yang pertanyaan
terpengaruh
memiliki 5
jika skor
kebiasaan menggunak
≤10,78
merokok an skala
2. Tidak baik
likerty
jika skor >
10,78
5. Pengaruh Melihat Responden Kuesioner Ordinal
Orang Tua orang tua mengisi
Pengaruh orang
merokok kuesioner
tua
dengan total
dikatagorikan:
pertanyaan
5 dengan 1. Baik jika

skala likert skor ≤ 16,10


2. Tidak baik
jika skor >
16,10

6. Sarana ketersediaa Responden Ordinal


dan n uang saku mengisi Kuesioner
Prasara dan tempat kuesioner Saran dan
prasarana
na merokok dengan total
dikatagorikan :
pertanyaan
1. Baik jika skor
5 ≤ 2,82
menggunak 2. Tidak baik
an skala jika skor >
Guttman 2,82
43

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan
strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian
hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk
mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2010).

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif


analitik, deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara obyektif kemudian dianalisa untuk mencari hubungan antara
dua variabel. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo,
2005).

Penelitian yang digunakan yaitu cross sectional, cross sectional adalah suatu
penelitian non-eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Notoatmodjo,2010).

B. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang berdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Yudha,
44

2017). Populasi dalam penelitian adalah subjek yang telah memenuhi


kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian
ini adalah kelas VII, dan VIII PGRI 2 Ciledug yang berjumlah 425
responden dan yang merokok adalah 182 responden.

2. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh Sugiyono (2012).
Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi, kenyataan-
kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan
dalam populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
dan siswi yang merokok kelas VII, dan VIII PGRI 2 Ciledug.

3. Besar sampel
Besar sampel adalah menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu
penelitian tergantung pada dua hal, yaitu : pertama, adanya sumber –
sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari
besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang
menentukan batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2012).
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N= Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan 10%

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 182 responden dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,1 maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
45

203
𝑛=
1 + 182 (0,1)²

203
𝑛=
1 + 182 (0, 01)

203
𝑛=
2,82

== 71,98 dibulatkan menjadi 72

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 65


responden. Untuk mengantisipasi adanya data yang tidak lengkap maka
sampel ditambah ± 10% dari jumlah sampel, sehingga didapatkan 72
sampel responden.

Tabel 4.1
Besar Sampel
Kelas Total Hasil
VII. 1 65 6
x 15
182

VII. 2 65 6
x 14
182

VII. 3 65 6
x 11
182

VII. 4 65 6
x 18
182

VII. 5 65 6
x 14
182

VII. 6 65 6
x 13
182

VIII. 1 65 6
x 17
182

VIII. 2 65 6
x 15
182

VIII. 3 65 6
x 16
182

VIII. 4 65 6
x 16
182

VIII. 5 65 6
x 17
182

VIII. 6 65 6
x 16
182
46

Total 203 72

4. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang
berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling
dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel
dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode
sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika
(wikipedia, 2017).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability


sampling yaitu proportionate stratified random sampling. Menurut
Sugiyono (2010), probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (angora) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Pengambilan sampel akan dipilih secara acak dengan menggunakan teknik


stratified random sampling yaitu proses pengambilan sampel melalui
proses pembagian populasi kedalam strata, memilih sampel acak
sederhana dari setiap stratum, dan menggabungkannya ke dalam sebuah
sampel untuk menaksir parameter populasinya (Sugiyono, 2012: 93).

Langkah-langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara stratified


adalah:
a. Populasi suatu penelitian adalah siswa SMP PGRI 2 Ciledug
Tangerang
b. Berdasarkan pendataan siswa SMP PGRI 2 Ciledug Tangerang
sebanyak 203 populasi.
c. Berdasarkan perhitungan statistic, sampel yang dianggap
representative adalah 72 responden.
d. Cara pengambilan sampel adalah “stratified random” berdasarkan
strata program studi yakni : Kelas VII dan VIII.
47

Penentuan sampel penelitian didapat dari daftar absensi siswa seluruh


kelas setiap tingkat. Lalu peneliti mengambil nomor absensi siswa yang
genap di setiap kelas hingga terpenuhi kuota sampel yang di inginkan.

5. Kriteria Sampel
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi
maupun eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri yang anggota populasi yang


tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010).
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini:
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2009).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Siswa SMP PGRI 2 Ciledug yang memiliki karakteristik dalam
perilaku merokok.
2) Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian
sampai tahap akhir penelitian.

b. Kriteria Eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel dapat


memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitaian
(Nursalam,2009).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
1) Responden yang bukan siswi kelas VII dan VIII PGRI 2 Ciledug.
2) Responden tidak hadir pada saat pengumpulan data
3) Responden tidak berada ditempat saat penelitian berlangsung
4) Responden Tidak bersedia menjadi responden
5) Responden yang tidak masuk di karenakan sakit atau izin.
48

C. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciledug Tangerang karena menurut
hasil wawancara dengan bagian kesiswaan, mengungkapkan bahwa
berdasarkan hasil rata-rata 5 siswa yang merokok sudah dilakukan upaya oleh
pihak sekolah memberikan pasnisme berupa merokok 5 jari, upaya yang
dilakukan tidak membuat siswa jera dan tempat tersebut belum pernah
dilakukan penelitian tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok pada siswa di SMP PGRI 2 Ciledug.

D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian terdiri dari waktu persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan
laporan dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai Januari 2019.
Sedangkan pelaksanaan pengambilan data dengan kuesioner pada responden
pada tanggal 8-9 Januari pada pukul 09 : 00 WIB.

E. Etika Penelitian
Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, subjek penelitian,
dan masyarakat yang memiliki dampak dari penelitian tersebut. Etika
penleitian bertujuan untuk melindungi subjek penelitian dari kemungkinan
bahaya atau hal-hal yang merugikan selama prosedur penelitian berlangsung.
Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan
dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi
hasil penelitian (Notoadmodjo, 2012). Secara umum terdapat empat prinsip
utama dalam etik penelitian keperawatan yaitu :

Prinsip-prinsip etika dalam penelitian ini:


1. Informed concent
Memberikan penjelasan kepada calon responden mengenai tujuan dan
prosedur pelaksanaan penelitian. Jika calon responden bersedia, ia
dipersilahkan menandatangani informed concent. Calon responden yang
49

tidak bersedia dapat menolak dan mengundurkan diri. Dalam penelitian


ini prinsip informed consent diterapkan dengan cara:
a. Peneliti memberikan penjelasan langsung kepada responden
mencakup seluruh penjelasan yang tertulis dalam lembar persetujuan
responden dan penjelasan lain yang diperlukan untuk pemahaman
responden tentang pelaksanaan penelitian.
b. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya
tentang aspek- aspek yang belum dipahami dari penjelasan peneliti
dan menjawab seluruh pertanyaan seubjek dengan terbuka
c. Peneliti memberika waktu yang cukup kepada responden untuk
menentukan pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai
sampel penelitian.
d. Peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar
persetujuan, jika responden menyetujui untuk ikut serta dalam
penelitian .

2. Anonymity (tanpa nama)


Masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data. Dalam
penelitian ini prinsip Anonymity diterapkan dengan cara:
a. Peneliti tidak meminta responden untuk menampilkan identitas atau
menuliskan nama asli pada lembar kueisoner

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian.
Semua informasi dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan data-data
yang diperoleh dari responden digunakan untuk kepentingan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini prinsip Confidentiality
diterapkan dengan cara :
50

a. Peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas (nama


dan alamat) responden pada lembar kuesioner yang dibagikan
b. Peneliti hanya menggunakan coding sebagai pengganti identitas
responden.
c. Informasi yang diberikan oleh responden hanya diiketahui oleh
peneliti.

F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2012). Peneliti
menggunakan lembar kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner
adalah suatu alat pengumpul data dalam assessment non tes,berupa
serangkaian yang diajukan kepada responden (peserta didik,orang tua atau
masyarakat) (Gantina komalasari,dkk, 2011:81). Dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah kuesioner :
1. Kuesioner ini terdiri dari beberapa bagian”
a. Bagian a adalah petunjuk pengisian.
b. Bagian b adalah identitas responden
c. Pertanyaan untuk mengukur variabel tipe terdiri dari 18 pertanyaan
yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
d. Pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan terdiri dari 8
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas
e. Pertanyaan untuk mengukur variabel sikap terdiri dari 7 pertanyaan
yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
f. Pertanyaan untuk mengukur variabel kepercayaan terdiri dari 5
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
g. Pertanyaan untuk mengukur variabel teman sebaya terdiri dari 5
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
h. Pertanyaan untuk mengukur variabel Orang tua terdiri dari 5
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
51

i. Pertanyaan untuk mengukur variabel saran dan prasarana terdiri dari


5 pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas.

Jumlah total pertanyaan kuesioner sebanyak 53 pertanyaan mengenai


faktor – faktor yang berhubungan dengan tipe-tipe merokok.

2. Hasil Uji Instrumen


Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian uji validitas dan
reabilitas. Kuesioner tersebut harus diuji coba “trial” di lapangan, agar
diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka jumlah
responden dalam uji coba kuesioner ini paling sedikit 30 orang. Suatu alat
ukur harus mempunyai kriteria “validitas” dan “reliabilitas”. Uji coba
instrumen penelitian dilakukan di SMP PGRI 1 CILEDUG, karena
memiliki karakteristik yang sama dengan SMP PGRI 2 CILEDUG.
a. Hasil uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang akan diukur. Kuesioner perlu diuji dengan uji
korelasi antara skors tiap item dengan skors total kuesioner tersebut.
Semua item yang ada didalam kuesioner mengukur konsep yang kita
ukur apabila kuesioner tersebut memiliki validitas konstruk. Table
product moment digunakan untuk mengetahui apakah nilai korelasi
pernyataan itu signifikan (Sutanto, 2010).
Rumus

n. ∑XY) – (∑X.∑Y)
r=
√[n.∑X2− (∑X)2] [n.∑Y2− (∑Y)2]

Keterangan:

r : Koefisien korelasi
n : Jumlah responden uji coba
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Skor total seluruh pertanyaan
52

Keputusan Uji :
Bila rhitung lebih besar dari rtabel artinya variabel valid
Bila rhitung lebih kecil dari rtabel artinya variabel tidak valid
(Hastanto, 2007).

Tabel 4.2
Hasil Uji Kuesioner Validitas di SMP PGRI 2 CILEDUG
Variabel Jumlah Pertanyaan Pertanyaan Valid Nilai r Hitung

Tipe Perilaku 20 19 (0,185 – 0,835)


Merokok

Pengetahuan 10 8 (-0,047 – 0,902)

Sikap 8 7 (-0,070 – 0,929)

Kepercayaan 6 5 (-0,039 – 0,785)

Teman Sebaya 5 5 (0,609 – 0,808)

Orang Tua 5 5 (0,753 – 0,907)

Sarana dan 5 5 (0,632 – 0,872)


Prasarana

b. Hasil Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Menguji reliabilitas
adalah dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Tingkat
reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala
Alpha 0-1 (Notoatmodjo, 2010).
53

Rumus:

𝑘 1 − ∑ ơb2
𝑟=[ ][ ]
𝑘−1 ơ𝑡 2

Keterangan:

R : Reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan

∑ơb2 : Jumlah varians butir

ơt 2 : Varians total

Menurut Kelana (2011), kriteria suatu instrumen penelitian


dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini untuk uji
reliabilitas antar observer diinterpretasikan sebagai berikut :

Rendah : 0,00 – 0,40

Sedang : 0,41 – 0,59

Baik : 0,60 – 0,74

Sangatbaik : 0,75 – 1,00


54

Tabel 4. 3
Hasil Uji Rebilitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
Variabel Nilai alpha cronbach Keterangan

Tipe Perilaku Merokok 0,919 Data Berdistribusi Sangat


Baik

Pengetahuan 0,898 Data Berdistribusi Sangat


Baik

Sikap 0,900 Data Berdistribusi Sangat


Baik

Kepercayaan 0,762 Data Berdistribusi Sangat


Baik

Teman Sebaya 0,875 Data Berdistribusi Sangat


Baik

Orang Tua 0,943 Data Berdistribusi Sangat


Baik

Sarana dan Prasarana 0,898 Data Berdistribusi Sangat


Baik

G. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Prosedur Administratif
a. Sebelum pengumpulan data proposal disetujui oleh pembimbing,
kemudian mengajukan surat izin ke pihak STIKes Pertamedika untuk
melakukan penelitian dan pengambilan data.
b. Setelah surat permhonan penelitian dikeluarkan oleh ketua STIKes
Pertamedika, peneliti mengajukan surat tersebut ke SMP PGRI 2
Ciledug.
c. Setelah izin penelitian telah dikeluarkan dari SMP PGRI 2 Ciledug.
55

peneliti melakukan pengambilan data untuk penelitian

2. Prosedur Teknis
a. Sebelum kuesioner disebarkan, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta menjamin kerahasiaan
identitas responden dan hasil kuesioner kepada calon responden.
b. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi baik
yang merokok.
c. Bagi calon responden yang terlibat dalam penelitian diberikan
lembar persetujuan untuk dibaca dan ditanda tangani.
d. Setelah responden setuju, maka peneliti memberikan kuesioner
kepada responden dan menjelaskan cara mengisi kuesioner.
e. Selama pengisian kuesioner, peneliti memberikan kesempatan
kepada responden untuk mengundurkan diri apabila responden tidak
bersedia untuk mengisi kuesioner
f. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk menjawab
seluruh pertanyaan kuesioner
g. Peneliti mengumpulkan kuesioner, jika seluruh pertanyaan sudah
diisi lengkap oleh responden dan periksa kelengkapannya.
h. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah
mengisi lembar kuesioner.

H. Teknik Analisa Data


1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data bertujuan mengubah data menjadi informasi
(Wais, 2006). Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah
satu langkah yang penting. Data yang diperoleh langsung dari penelitian
masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap
untuk disajikan (Notoatmodjo, 2010). Langkah-langkah pengolahan data
secara manual adalah :
56

a. Editing, Peneliti melakukan pengecekan kuesioner yang sudah diisi,


kemudian memasukan data dengan memeriksa jawaban dari
pertanyaan pada kuesioner secara keseluruhan untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh telah terisi semua dengan baik, konsisten,
relevan, dan dapat dibaca. Dari hasil pengecekkan tidak didapatkan
kuesioner dengan jawaban yang tidak lengkap.

b. Coding, Coding atau pengkodean merupakan kegiatan mengubah data


yang diperoleh menjadi angka, atau kode yang telah disusun. Dengan
tujuan untuk mempermudah saat analisis dan mempercepat entry data.
Proses coding yang dilakukan peneliti yaitu mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka pada lembar kuesioner. Pada
penelitian ini coding yang digunakan :
1. Tipe : Perasaan dan Perilaku
2. Pengetahuan : Baik, Cukup, Kurang
3. Sikap : Baik dan Buruk
4. Kepercayaan : Percaya dan Tidak Percaya
5. Teman Sebaya : Baik dan Tidak Baik
6. Orang Tua : Baik dan Tidak Baik
7. Sarana dan Prasarana : Mendukung dan Tidak Mendukung

c. Entry data, Peneliti memasukan jawaban dari masing-masing


responden yang telah dilakukan coding kedalam program perhitungan
komputer. Peneliti menggunakan program SPSS 22 dalam melakukan
perhitungan. Variabel tipe, pengetahuan, sikap, kepercayaan, teman
sebaya, orang tua, dan sarana prasarana dimasukkan dengan data yang
sudah di coding.

d. Tabulasi, Setelah semua data responden selesai dimasukkan dan


peneliti mengecek kembali hasil data yang telah dimasukan untuk
melihat kemungkinan terjadinya kesalahan. Setelah semua sudah
57

dilakukan dan sudah dipastikan tidak ada kesalahan, proses


selanjutnya adalah analisa data.
2. Teknik analisa data
Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual ataupun
menggunakan bantuan computer, tidak akan ada maknanya tanpa di
analisis. Keluaran akhir dari analisis data harus memperoleh makna atau
arti dari hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian dimana peneliti ingin mengetahui
apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi
normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik
adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal (Santoso,
2009).
Metode untuk menguji normalitas data adalah dengan menghitung rasio
skewness, yaitu dengan membagi nilai skewness dengan nilai standar
error skewness. Sebelum dilakukan uji Chi Square, peneliti terlebih
dahulu melakukan uji normalitas data. Uji normalitas data menggunakan
nilai Z skewness dengan keputusan uji bila hasil ukur didapatkan nilai
antara ± 1,96 maka data dinyatakan berdistribusi normal (Jiwantoro,
2017).

Rumus skewness

X-Mod = 3(𝑋̅ − 𝑀𝑒𝑑)

Maka skewness juga dapat dihitung dengan rumus

3(𝑋̅−𝑀𝑒𝑑)
Sk =
𝑠
58

Keterangan:

𝑋̅ : Rata-rata hitung
Mod: Modus
Med : Median
S : Simpangan baku

a.Variabel Independen

Tabel 4. 4
Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
(n = 30)

Variabel Nilai Standar Nilai Keterangan


skewness Eror
Pengetahuan -0,290 0,283 -1,024 Data Berdistribusi
Normal

Sikap -0,450 0,283 1,590 Data Berdistribusi


Normal

Kepercayaan -0,384 0,283 1,356 Data Berdistribusi


Normal

Teman 342 0,283 1,208 Data Berdistribusi


Sebaya Normal

Orang Tua -0,487 0,283 1,720 Data Berdistribusi


Normal

Saranan dan -0,264 0,283 0,932 Data Berdistribusi


Prasarana Normal
59

b. Variabel Dependen
Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
(n = 70)

Variabel Nilai Standar Nilai Keterangan


skewness Eror
Tipe Perilaku 0,405 0,283 1,685 Data Berdistribusi
Merokok Normal

2. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2010). Untuk
mendeskripsikan semua variabel bebas (support system) dan variabel
terikat (motivasi belajar) dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
narasi. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui sebaran
(distribusi) dari frekuensi jawaban responden terhadap kuesioner yang
telah diisi.
1. Variabel Perilaku Merokok dikategorikan dalam data kategorik
dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel
60

2. Variabel faktor predisposisi dikategorikan dalam data kategorik


dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi

𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel

3. Variabel faktor pemungkin dikategorikan dalam data kategorik


dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel

4. Variabel faktor penguat dikategorikan dalam data kategorik


dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel
61

3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
behubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Dalam analisis bivariat dilakukan analisa tabulasi silang pada masing-
masing variabel bebas dan variabel terikat untuk mencari hubungan
yang bermakna. Proses analisis ini dapat menggunakan uji chi square
untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat.
Pada penelitian ini uji chi square digunakan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa SMP
PGRI 2 CILEDUG dikarenakan chi square mencari ada tidaknya
hubungan antara kedua variabel
.
(𝑂−𝐸)2
X2 = ∑ 𝐸

X2 = Uji chi square


O = Nilai Observasi
E = nilai ekspektasi (harapan)
E = Frekuensi yang diharapkan

Uji kemaknaan digunakan batas kemaknaan sebesar 5% (0.05) :


1) Nilai P value < 0.05, maka H0 ditolak yang artinya data
sampel mendukung adanya perbedaan bermakna atau
signifikan.
2) Nilai P value > 0.05, maka H0 ditolak yang artinya data
sampel tidak mendukung adanya perbedaan bermakna
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat
1. Variabel Dependen

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tipe Tentang Perilaku Merokok di
SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=70)
Tipe Frekuensi Presentase (%)

Perasaan 43 59,7

Perilaku 29 40,3

Total 72 100,0

Tabel 5.1 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
59,7% (43 siswa) yang memiliki tipe perilaku merokok dengan katagorik
perasaan.

2. Variabel Independen

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Tentang Perilaku
Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Pengetahuan Frekuensi Presentase%

Baik 38 52,8

Cukup 3 4,2

Kurang 31 43,1

Total 72 100,0

62
63

Tabel 5.2 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
52,8% (38 siswa) yang memiliki pengetahuan perilaku merokok dengan katagorik
baik.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Tentang Perilaku Merokok di
SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 (n=72)
Sikap Frekuensi Presentase (%)

Baik 39 54,2

Kurang Baik 33 45,8

Total 72 100,0

Tabel 5.3 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
54,2% (39 siswa) yang memiliki Sikap perilaku merokok dengan katagorik baik.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepercayaan Tentang Perilaku
Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Kepercayaan Frekuensi Presentase (%)

Percaya 38 52,8

Tidak Percaya 34 47,2

Total 72 100,0

Tabel 5.4 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
52,8% (38 siswa) yang memiliki kepercayaan perilaku merokok dengan katagorik
percaya
64

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Teman Sebaya Tentang Perilaku
Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Teman Sebaya Frekuensi Presentase (%)

Baik 37 51,4

Tidak Baik 35 48,6

Total 72 100,0

Tabel 5.5 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
51,4% (37 siswa) yang memiliki teman sebaya perilaku merokok dengan
katagorik baik

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang Tua Tentang Perilaku Merokok
di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Orang Tua Frekuensi Presentase (%)

Baik 34 47,2

Tidak baik 38 52,8

Total 72 100,0

Tabel 5.6 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
52,8% (38 siswa) yang memiliki orang tua merokok dengan katagorik tidak baik.
65

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sarana dan Prasarana Tentang
Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Sarana dan Prasarana Frekuensi Presentase (%)

Mendukung 39 54,2

Tidak Mendukung 33 45,8

Total 72 100,0

Tabel 5.7 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
54,2% (39 siswa) yang memiliki sarana dan prasarana merokok dengan katagorik
mendukung.

B. Hasil Bivariat
Tabel 5. 8
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di SMP
PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tingkat Tipe Perilaku Merokok Total
Pengetahuan
Dorongan Dorongan
Perasaan Kenikmata P Value
n

N % N % N %

Baik 25 65,8 13 34,2 38 100,0

Cukup 2 66,7 1 33,3 3 100,0


0,475
Kurang 16 51,6 15 48,4 31

Total 40 32 72

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki tingkat pengetahuan
dengan kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 25 orang (65,8%) dan perilaku sebanyak 13 orang (34,2) dan
total yang didapatkan sebanyak 38 orang (100,0%). Tingkat pengetahuan dengan
katagori cukup didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 2 orang (66,7%) dan perilaku sebanyak 1 (33,3%) dan total
yang didapatkan sebanyak 3 orang (100,0%). Tingkat pengetahuan dengan
66

katagori kurang didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 16 orang (51,6) dan perilaku sebanyak 15 orang (48,4) dan
total yang didapatkan sebanyak 31 orang (100,0). Tidak didapatkan OR, dan nilai
p value=0,475.

Tabel 5. 9
Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug
Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total

Dorongan Dorongan P
Sikap OR (95% CI)
Perasaan kepuasan Value

N % N % N %
Baik 21 53,8 18 46,2 39 100,0 (0,224-1,522)

Buruk 22 66,7 11 33,1 33 100,0 0,583 0,388

Total 40 32 72 72

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki Sikap dengan
kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 21 orang (53,8%) dan perilaku sebanyak 18 orang (46,2%) dan
total yang didapatkan sebanyak 39 orang (100,0%). Sikap dengan katagori kurang
baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori dorongan
perasaan 22 orang (66,7%) dan perilaku sebanyak 11 (33,1%) dan total yang
didapatkan sebanyak 33 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 0,583 (nilai normal = 0,244 – 1,522), dan nilai p
value=0,388.

Tabel 5. 10
Hubungan Kepercayaan dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2
Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total

Dorongan Dorongan P
Kepercayaan OR (95% CI)
Perasaan Kepuasan Value

N % N % N %
67

Percaya 27 71,1 11 28,9 38 100,0 (0,137-0,957)

Tidak Percaya 16 47,1 18 52,9 34 100,0 0,362 0,067

Total 40 32 72 72

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki kepercayaan dengan
kategori percaya didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 27 orang (71,1%) dan perilaku sebanyak 11 orang (28,9%) dan
total yang didapatkan sebanyak 38 orang (100,0%). kepercayaan dengan katagori
tidak percaya didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 16 orang (47,1%) dan perilaku sebanyak 18 (42,9%) dan total
yang didapatkan sebanyak 34 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 0,362 (nilai normal = 0,137 – 0,957), dan nilai p
value=0,067

Tabel 5. 11
Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2
Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total

Dorongan Dorongan P
Teman Sebaya OR (95% CI)
Perasaan Kepuasan Value

N % N % N %
Baik 22 59,5 15 40,5 37 100,0 (0,399-2,624)

Tidak Baik 21 60,0 14 40,0 35 100,0 1,023 1,000

Total 40 32 72 72

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki teman sebaya
dengan kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 22 orang (59,5%) dan perilaku sebanyak 15 orang (40,5%) dan
total yang didapatkan sebanyak 37 orang (100,0%). Teman sebaya dengan
katagori tidak baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 21 orang (60,0%) dan perilaku sebanyak 14 (40,0%) dan total
yang didapatkan sebanyak 35 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 1,023 (nilai normal = 0,399 – 2,624), dan nilai p
value=1,000.
68

Tabel 5. 12
Hubungan Orang Tua dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug
Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total

Dorongan Dorongan P
Orang Tua OR (95% CI)
Perasaan Kepuasan Value

N % N % N %

Baik 17 50,0 17 50,0 34 100,0 (0,830-5,653)

Tidak Baik 21 68,4 12 31,6 38 100,0 2,167 0,177

Total 40 32 72 72

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki orang tua dengan
kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 17 orang (50,0%) dan perilaku sebanyak 17 orang (50,0%) dan
total yang didapatkan sebanyak 34 orang (100,0%). Orang tua dengan katagori
terpengaruh didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori dorongan
perasaan 21 orang (68,4%) dan perilaku sebanyak 12 (31,6%) dan total yang
didapatkan sebanyak 38 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 2,167 (nilai normal = 0,830 – 5,653), dan nilai p
value=0,177.
69

Tabel 5. 13
Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok di SMP
PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total

Sarana dan Dorongan Dorongan P


OR (95% CI)
Prasarana Perasaan Kepuasan Value

N % N % N %

Mendukung 26 66,7 13 33,3 39 100,0 (0,205-1,379)

Tidak 17 51,5 16 48,5 33 100,0 0,531


0,287
Mendukung

Total 40 32 72 72

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki sarana dan prasarana
dengan kategori mendukung didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan
katagori dorongan perasaan 26 orang (66,7%) dan perilaku sebanyak 13 orang
(33,3%) dan total yang didapatkan sebanyak 39 orang (100,0%). Sarana dan
prasarana dengan katagori tidak mendukung didapatkan data dari tipe perilaku
merokok dengan katagori dorongan perasaan 17 orang (51,5%) dan perilaku
sebanyak 16 (48,5%) dan total yang didapatkan sebanyak 39 orang (100,0%).
Didapatkan nilai OR (tingkat kepercayaan) berjumlah 0,531 (nilai normal = 0,205
– 1,379), dan nilai p value=0,287.
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil


Pada penelitian ini akan diidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan tipe-tipe merokok di SMP PGRI 2 Ciledug.

2) Hasil Analisa Univariat


a. Tipe Perilaku Merokok
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 72 responden sebanyak 43
siswa (59,7%) dikatagorikan dorongan perasaan, sedangkan sebanyak 29
siswa (40,3%) dengan tipe yang dikatagorikan perilaku
Secara teori Menurut Tomkins (1962) dalam Mu’tadin (2002) ada empat
tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, yaitu :
Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, tipe perokok yang
dipengaruhi oleh perasaan negatif, perilaku merokok yang adiktif, dan
perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Haeni
Hartini, dengan tipe perilaku merokok pada remaja perokok di smp
negeri 1 jatinangor. Hasil menunjukan jumlah responden dengan tipe
perasaan sebanyak 29 siswa (58,0%) dari total sampel penelitian
sejumlah 50 responden.

b. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 72 responden
sebanyak 38 siswa (52,8%) berpengetahuan baik, sedangkan sebanyak 3
siswa (4,2%) dengan pengetahuan kuran, sedangkan sebanyak 72 siswa
(43,1).

Secara teori, Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil

70
71

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi


Notoatmodjo (2003).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Devita
Rosalin Maseda dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap tentang
bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja putra di sma
negri 1 tompasobaru. Hasil menunjukan jumlah responden dengan
tingkat pengetahuan baik sebanyak 110 siswa (85,8%) dari total sampel
penelitian sejumlah 128 responden.

c. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 72 responden sebanyak 39
siswa (54,2%) mempunyai sikap baik, sedangkan sebanyak 33 siswa
(45,8%) mempunyai sikap kurang baik.
Secara teori Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1937)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek, kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk
bertindak (tend to behave)
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Devita
Rosalin Maseda dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap tentang
bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja putra di sma
negri 1 tompasobaru. Hasil menunjukan jumlah responden dengan sikap
baik 37 siswa (28,9%) dari total sampel penelitian sejumlah 128
responden.
72

d. Kepercayaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 72 responden sebanyak 38
siswa (52,8%) mempunyai katagori percaya, sedangkan sebanyak 34
siswa (47,2%) mempunyai kepercayaan dengan katagori tidak percaya.
Secara teori Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu
pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan
konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia
akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang
yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai
(Moorman, 1993).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Hasil menunjukan jumlah responden
dengan kepercayaan dengan katagori percaya 132 siswa (58,4%) dari
total sampel penelitian sejumlah 226 responden.

e. Teman sebaya
Berdasarkan hasil peneliti diketahui dari 72 responden sebanyak 37
siswa (51,4%) mempunyai katagori baik, sedangkan sebanyak 35 siswa
(48,6) mempunyai teman sebaya dengan katagori tidak baik.
Secara teori teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki
usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling
berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan
memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. (John w.
santrock, 2015).
73

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Hasil menunjukan jumlah responden
dengan teman sebaya dengan katagori baik 119 siswa (52,7%) dari total
sampel penelitian sejumlah 226 responden.

f. Orang Tua
Berdasarkan hasil peneliti diketahui dari 72 responden sebanyak 34
siswa (47,2%) mempunyai katagori baik, sedangkan sebanyak 38 siswa
(52,8%) mempunyai orang tua dengan katagori tidak baik.
Secara teori menurut Baer & corado, remaja perokok adalah anak-anak
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua
tidak begitu memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan remaja
yang berasal dari lingkungan keluarga yang bahagia. Remaja yang
berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang
permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri
menjadi figur. Contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan
mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak
didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfia
Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan jaringan
di smk pgri 11 ciledug. Hasil menunjukan jumlah responden dengan
orang tua dengan katagori baik 136 siswa (60,2%) dari total sampel
penelitian sejumlah 226 responden.
74

g. Sarana dan prasarana


Berdasarkan hasil peneliti diketahui dari 72 responden sebanyak 39
siswa (54,2%) mempunyai katagori mendukung, sedangkan sebanyak 33
siswa (45,8%) mempunyai sarana dan prasarana dengan katagori tidak
mendukung.
Secara teori Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai
alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu
proses (KBBI).
Mayoritas siswa dikategorikan memiliki sarana dan prasarana baik
karena sarana dan prasarana tersebut dapat didukung oleh gaya hidup di
lingkungan perkotaan sehingga mudah untuk menemukan apa yang
dibutuhkan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Hasil menunjukan jumlah responden
dengan sarana dan prasarana dengan katagori baik 125 siswa (55,3%)
dari total sampel penelitian sejumlah 226 responden.

3) Hasil Analisa Bivariat


a. Hubungan tingkat pengetahuan dengan Tipe merokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan dengan
nilai (0,475) antara pengetahuan dengan tipe merokok.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
devita rosalin maseda, dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap
tentang bahaya merokok dengan perilaku pada remaja putra di sma
negeri 1 tompasobaru. Dari hasil penelitiannya, Dengan dengan nilai
signifikansi 0,015 < 0,005.
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
75

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan,


pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata
dan telinga. Perilaku pengetahuan biasanya bersifat langgeng
(Notoatmodjo,2010).

b. Hubungan Sikap Dengan Tipe Merokok


Hubungan tingkat sikap dengan perilaku merokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan dengan
nilai (0,388) antara sikap dengan tipe merokok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Devita Rosalin Maseda Baithesda Suba Djon Wongkar (2013) dengan
judul hubungan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok
dengan perilaku merokok pada remaja putra di SMA Negeri 1
Tomposbaru. Dari hasil penelitiannya, terdapat hubungan antara sikap
dengan perilaku merokok. Dengan dengan nilai signifikansi 0,000 <
0,005.
Menurut (Notoatmodjo, 2010) dengan memiliki sikap yang positif
atau pengalaman yang positif yang sudah ada dalam diri kita atau
yang diperoleh dari orang lain yang ada disekitar kita maka kita akan
terpengaruh untuk cenderung berperilaku baik, hal ini didukung oleh
pernyataan bahwa sikap merupakan reaksi atau respons yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan sikap sering diperoleh
dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.
76

c. Hubungan Kepercayaan Dengan Tipe Merokok


Hubungan tingkat kepercayaan dengan tipe merokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan dengan
nilai (0,067) antara kepercayaan dengan perilaku merokok.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Dari hasil penelitiannya, terdapat
hubungan anatara kepercayaan dengan perilaku merokok dengan nilai
signifikasi 0,000 < 0,005
Secara teori kepercayaan adalah kemampuan dasar individu untuk
dapat menentukan arah dan tujuan hidup serta merasa yakin akan
kemampuan dirinya. Individu dapat menyesuaikan masalah yang
dihadapinya, karena tau apa yang dibutuhkan, serta mempunyai sikap
positif yang didasari keyakinan akan kemampuannya. Adanya
kepercayan diri ini dapat dilihat dalam hubungan remaja dengan
teman sebaya dan lingkungannya (Hikma, 2009). Hurlock (1997)
mengatakan bahwa remaja cenderung mudah kehilangan kepercayaan
diri berkaitan dengan perkembangan sosial yang semakin luas dan
kompleks.

d. Hubungan Teman sebaya Dengan Tipe Merokok


Hubungan tingkat teman sebaya dengan tipe merokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan dengan
nilai (1,000) antara teman sebaya dengan perilaku merokok.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Dari hasil penelitiannya, terdapat
hubungan anatara teman sebaya dengan perilaku merokok dengan
nilai signifikasi 0,000 < 0,05
77

Secara teori teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki
usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling
berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan
memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. (John w.
santrock, 2003). Sesuai dengan pernyataan Soetjiningsih (2010) yang
menyatakan bahwa kelompok teman sebaya dapat mengembangkan
hubungan baru antara individu satu dengan lainnya. Hubungan yang
dikembangkan tersebut dapat mengarah pada hal yang positif ataupun
negatif.

e. Hubungan Orang Tua Dengan Tipe Merokok


Hubungan tingkat orang tua dengan perilaku merokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan dengan
nilai (0,177) antara orang tua dengan perilaku merokok.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Dari hasil penelitiannya, terdapat
hubungan anatara teman sebaya dengan perilaku merokok dengan nilai
signifikasi 0,034 < 0,05
Secara teori Orang tua adalah ayah dan ibu adalah figur atau contoh
yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya (Mardiya, 2000). selain itu
orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang
terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang
tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima
oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat
kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan
alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian
hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan
hidupnya dahulu.
78

f. Hubungan Sarana dan Prasarana Dengan Tipe Merokok


Hubungan tingkat sarana dan prasarana dengan perilaku merokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan dengan
nilai (0,282) antara sarana dan prasarana dengan perilaku merokok.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Dari hasil penelitiannya, terdapat
hubungan anatara sarana dan prasarana dengan perilaku merokok
dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05
Peneliti berpendapat bahwa munculnya faktor orangtua sangat berperan
pada masa ini, pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada
perilaku remaja, pola asuh keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain.
Namun, dalam penelitian ini orangtua responden terhadap perilaku
merokok baik tetapi masih ada yang melakukan perilaku merokok.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa dari 7 faktor yang dilakukan uji analisis

1. Berdasarkan Distribusi Frekuensi Tipe Tentang Perilaku yang terdiri


dari 72 Responden sebanyak 43 siswa (59,7%) yang memiliki tipe
perilaku merokok dengan katagorik Dorongan Perasaan.
2. Berdasarkan Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Perilaku yang
terdiri dari 72 responden sebanyak 38 siswa (52,8%) yang memiliki
pengetahuan perilaku merokok dengan katagorik baik. Berdasarkan
Distribusi Frekuensi tentang Sikap Tentang Prilaku yang terdiri dari
72 Responden sebanyak 39 siswa (54,2%) memiliki sikap perilaku
merokok dengan kategorik baik. Berdasarkan Distribusi Frekuensi
Kepercayaan Tentang Perilaku Merokok yang terdiri dari 72
responden sebanyak 38 siswa (52,8%) memiliki kepercayaan perilaku
merokok dengan kategorik percaya.
3. Berdasarkan Distribusi Frekuensi Berdasarkan Teman Sebaya Tentang
Perilaku merokok dari 72 responden, didapatkan sebesar 51,4% (37
siswa) yang memiliki teman sebaya perilaku merokok dengan
katagorik baik. Berdasarkan distribusi frekuensi dukungan orang tua
tentang perilaku merokok dari 72 responden, didapatkan sebesar
52,8% (38 siswa) yang memiliki orang tua merokok dengan katagorik
tidak baik.
4. Berdasarkan Distribusi Frekuensi berdasarkan sarana dan prasarana
Tentang Perilaku merokok dari 72 responden, didapatkan sebesar
54,2% (39 siswa) yang memiliki sarana dan prasarana merokok
dengan katagorik mendukung.

79
80

5. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari uji analisis pada factor tingkat
pengetahuan dengan perilaku merokok didapatkan p-value=0,475
>0,05 yang artinya tidak ada hubungan atau H0 diterima.
6. Berdasarkan hasil dari uji analisis pada factor sikap dengan prilaku
merokok didapatkan p-value=0,388 >0,05 yang artinya tidak ada
hubungan atau H0 diterima.
7. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor kepercayaan dengan perilaku
merokok didapatkan p-value=0,067 >0,05 yang berarti tidak ada
hubungan antar variable atau H0 diterima.
8. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor teman sebaya dengan prilaku
merokok didapatkan data bahwa p-value=1,000 >0,05 atau H0 ditolak
atau tidak ada hubungan antar variable.
9. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor orangtua dengan perilaku
merokok didapatkan data bahwa p-value=0,177 >0,05 atau tidak ada
hubungan antar variable.
10. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor sarana dan prasarana
didapatkan hasil bahwa p-value=0,287 atau >0,05 yang berarti tidak
ada hubungannya atau H0 diterima.

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada
pelayanan kesehatan dalam memberikan pengetahuan tentang faktor –
faktor perilaku merokok.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti
berikutnya terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2004). Dampak Tembakau Indonesia : Data Empiris untuk Strategi


Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.

Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Departemen Kesehatan


RI, 2007.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Doe, J., DeSanto, C., Grenger, D., Cohn, S., Tamamoto, B. and Smith, S. (2009).
Campaign for Tobacco – Freekids.
http://www.tobaccofreekids.org/
facts_issues/fact_sheets/toll /products diakses pada
tanggal 08 Oktober 2017

Fikriah Samrotul. (20012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Pada Mahasiswa Laki-Laki Diasrama Putra. Dibuka
21 November, 2018, dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122462-S%205279-
Faktor-faktor%20yang-Lampiran.pdf

Hastono, S.P., & Sabri, L. (2010) “Statistik Kesehatan”, (Jakarta: Penerbit PT.
Raya Grafindo Persada).

Istiqomah, U. (2003). Upaya Menuju Generasi Tanpa Merokok Pendekatan


Analisis Untuk Menangulangi Dan Mengantisipasi
Remaja Merokok. Surakarta: CV. SETIA AJI.

Ichwandi Syaiful. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Remaja Perokok Di Kecamatan Padang. Dibuka 21
november 2018, dari
http://eprints.ums.ac.id/28616/24/NASKAH_PUBLIK
ASI.pdf

Jiwantoro Yudha Anggit (2017) “Riset Keperawatan: Analisa Data Statistik


Menggunakan SPPSS”, (Jakarta: Mitra Wacana
Media).

Mu’tadin, Z. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.


Yogyakarta. Andi Offset

.(2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja.


Internet. Dibuka 20 November, 2018 dari http://www.e-
psikologi.com/remaja.050602

81
82

.(2002). Remaja dan Rokok. Internet. Dibuka 20 November, 2018,


dari http://www.epsikologi.com/remaja.050602

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

.(2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rineka

Nasution, I. K. (2007). Perilaku Merokok pada Remaja. Naskah Publikasi. Medan:


Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Dibuka 17 November, 2018, dari
http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/n
askah-publikasi-04320175.pdf

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.


Jakarta

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta
LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED


CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama Responden :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta jawaban terhadap pertanyaan


yang saya ajukan mengenai penelitian ini, saya memahami tujuan penelitian ini
untuk mengetahui “faktor-faktor yang berhubungan dengan tipe-tipe merokok
dismp pgri 2 ciledug”. Saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan
menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dan saya menyadari penelitian
ini tidak berdampak negatif bagi saya.

Dengan ditandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan untuk


berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jakarta, Januari 2018


Peneliti, Yang menyatakan,

(Lisanti) (………………….)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nomor Responden :
Nama Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :

Setalah membaca dan mendapatkan penjelasan serta jawaban terhadap pertanyaan


yang saya ajukan mengenai penelitian ini, saya memahami tujuan penelitian ini
untuk mengetahui “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan tipe-tipe Merokok
Di SMP PGRI 2 Ciledug”. Saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan
menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dan saya menyadari penelitian
ini tidak berdampak negatif bagi saya.

Dengan ditandangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan untuk


berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jakarta, Januari 2019
Peneliti, Yang Menyatakan,

Lisanti (...........................)
Lampiran 3

KUESIONER

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIPE-TIPE


MEROKOK PADA SISWA SMP PGRI 2 CILEDUG
Tujuan : Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tipe Merokok Pada Siswa SMP PGRI 2 Ciledug.

A. Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pertanyaan dibawah ini harap diisi semua sesuai keadaan yang sebenarnya
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda benar dengan memberikan
tanda ( √ )

B. Identitas Responden

1. Nama Responden : (inisial)


2. Umur :
3. Kelas : VII ( ) VIII ( )
4. Uang Saku :

*ceklis (√) jawaban


C. Tipe Perilaku

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 Merokok membuat saya


lebih nikmat

2. Merokok membuat saya


lebih rilex

3. Merokok membuat
perasaan saya menjadi
senang

4. Setiap saya merokok dan


memegang rokok ada rasa
kenikmatan

5. Merokok membuat saya


lebih percaya diri

6. Saya merokok setelah


makan

7. Saya merokok bila saya


merasa cemas

8, Saya merokok bila saya


merasa bosan

9. Setiap saya merasa gelisah


saya akan merokok

10. Merokok bisa merendamkan


amarah saya

11. Saya akan menambahkan


dosis rokok bila efek rokok
yang saya hisap berkurang

12. Kalau saya tidak merokok,


mulut saya terasa asam

13. Semakin hari jumlah rokok


yang saya hisap semakin
bertambah

14. Saya sudah merokok kurang


lebih 1 tahun

15. Saya menghisap rokok


kurang lebih 1 bungkus
perhari

16. Merokok sudah menjadi


kebiasaan saya

17. Saya merokok setiap hari

18. Saya merokok 3-6 batang


perhari

19. Saya merokok setiap pulang


sekolah

20. Saya merokok pada saat


saya BAB

D. Pengetahuan

No Pertanyaan Benar Salah


1. Zat-zat racun yang dikandung rokok dapat
membahayakan kesehatan
2. Rokok mengandung 4000 bahan kimia yang
berbahaya. Beberapa bahan kimia berbahay
yang terkandung pada rokok diantaranya
adalah: tar, nikotin, karbon monoksida, fenol,
hidrogen sianida
3. Kecanduan rokok akibat kebiasaan merokok
4. Efek yang dialami oleh perokok tidak akan
dialami oleh orang yang berdekatan dengan
perokok yang menghisap asap rokok (perokok
pasif)
5. Merokok dapat menyebabkan bau pada
rongga mulut
6. Merokok mecegah terjadinya karang gigi
7. Merokok dapat menyebabkan kanker paru-
paru
8. Merokok dapat menjaga kebersihan gigi
E. Sikap
Ket : SS= Sangat Setuju, S= Setuju, TS= Tidak Setuju, STS= Sangat
Tidak Setuju

No Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya akan tetap merokok walaupun ada


orang yang terganggu dengan asap rokok
saya
2. Pemerintah sebaiknya menaikan harga
rokok.
3. Menghirup udara bebas rokok merupakan
hak asasi manusia
4. Berhenti merokok tidak mudah, namun
tidak mustahil
5. Jika ada orang disamping meminta
mematikan rokok saya matikan
6. Jika saya merokok, teman saya akan
menasehati
7. Saya tidak merokok ditempat umum dan
sekolah

F. Kepercayaan

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1. Saya merasa bangga jika merokok


2. Merokok membuat penampilan saya
terlihat lebih baik
3. Saya orang yang menghormati orang
lain, maka saya tidak akan merokok
disekitar orang lain
4. Merokok membuat wajah saya terlihat
lebih segar
5. Jika keluarga saya melarang merokok,
saya tidak akan merokok
G. Teman Sebaya

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1. Teman yang pertama kali mengenalkan


saya rokok
2. Saya merokok karena mengikuti teman
3. Saya menerima ajakan teman untuk
merokok
4. Apakah anda tidak merokok didepan
teman-teman
5. Apakah anda tidak ikut merokok saat
teman anda merokok

H. Orang Tua

No Pertanyaan Ya Tidak Jarang Tidak


Pernah

1. Apakah orang tua anda merokok


2. Apakah anda pernah diminta tolong
untuk membeli rokok
3. Apakah anda pernah mengambil rokok
milik orang tua anda untuk merokok
4. Apakah ada larangan merokok dari orang
tua anda
5. Apakah orang tua anda memberikan
informasi tentang bahaya merokok
I. Sarana dan Prasarana

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1. Apakah dilingkungan mu menyediakan


saranan khusus utuk merokok
2. Apakah lingkungan sekitarmu dekat
dengan toko/ warung yang menjual rokok
3. Apakah jika anda tidak bisa merokok di
lingkungan sekolah, akan mencari tempat
merokok pada saat jam sekolah
4. Apakah di kantin sekolah anda bisa
merokok
5. Apakah jika anda tidak boleh merokok
dirumah, anda akan keluar mencari
tempat tongkrongan untuk merokok
Lampiran 4
Hasil Output SPSS

A. Hasil Uji Univariat

Statistics

KODINGTIPE KODINGSIKAP KODINGPERCAYA KODINGTEMAN KODINGORTU KODINGSARANA JMLTAHU

N Valid 72 72 72 72 72 72 72

Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,40 1,46 1,53 1,51 1,47 1,54 4,51
Median 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 2,00 7,00
Mode 1 1 2 2 1 2 8
Std.
,494 ,502 ,503 ,503 ,503 ,502 3,615
Deviation
Skewness ,405 ,171 -,114 -,057 ,114 -,171 -,290
Std. Error
of ,283 ,283 ,283 ,283 ,283 ,283 ,283
Skewness
Minimum 1 1 1 1 1 1 0
Maximum 2 2 2 2 2 2 8

Statistics
KODINGTAHU

N Valid 72

Missing 0

KODINGTAHU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 38 52,8 52,8 52,8

CUKUP 3 4,2 4,2 56,9

KURANG 31 43,1 43,1 100,0

Total 72 100,0 100,0


KODINGTIPE

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perasaan 43 59,7 59,7 59,7

perilaku 29 40,3 40,3 100,0

Total 72 100,0 100,0

KODINGSIKAP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 39 54,2 54,2 54,2

BURUK 33 45,8 45,8 100,0

Total 72 100,0 100,0

KODINGPERCAYA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK PERCAYA 34 47,2 47,2 47,2

PERCAYA 38 52,8 52,8 100,0

Total 72 100,0 100,0

KODINGTEMAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK BERPENGARUH 35 48,6 48,6 48,6

BERPENGARUH 37 51,4 51,4 100,0

Total 72 100,0 100,0


KODINGORTU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK TERPENGARUH 38 52,8 52,8 52,8

TERPENGARUH 34 47,2 47,2 100,0

Total 72 100,0 100,0

KODINGSARANA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK MENDUKUNG 33 45,8 45,8 45,8

MENDUKUNG 39 54,2 54,2 100,0


Total 72 100,0 100,0
Hasil Uji Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KODINGTAHU *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGSIKAP *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGPERCAYA *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGTEMAN *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGORTU *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGSARANA *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE

Crosstab

KODINGTIPE

Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total

KODINGTAHU BAIK Count 25 13 38

% within KODINGTAHU 65,8% 34,2% 100,0%

CUKUP Count 2 1 3

% within KODINGTAHU 66,7% 33,3% 100,0%

KURANG Count 16 15 31

% within KODINGTAHU 51,6% 48,4% 100,0%


Total Count 43 29 72

% within KODINGTAHU 59,7% 40,3% 100,0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1,489a 2 ,475


Likelihood Ratio 1,488 2 ,475
N of Valid Cases 72

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,21.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for


KODINGTAHU (BAIK / a

CUKUP)

a. Risk Estimate statistics cannot be


computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.

Crosstab

KODINGTIPE

Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total
KODINGSIKAP BAIK Count 21 18 39

% within KODINGSIKAP 53,8% 46,2% 100,0%

BURUK Count 22 11 33

% within KODINGSIKAP 66,7% 33,3% 100,0%


Total Count 43 29 72

% within KODINGSIKAP 59,7% 40,3% 100,0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,221a 1 ,269


Continuity Correctionb ,747 1 ,388
Likelihood Ratio 1,229 1 ,268
Fisher's Exact Test ,337 ,194
Linear-by-Linear Association 1,204 1 ,272
N of Valid Cases 72

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,29.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


KODINGSIKAP (BAIK / ,583 ,224 1,522
BURUK)
For cohort KODINGTIPE =
,808 ,554 1,178
perasaan
For cohort KODINGTIPE =
1,385 ,768 2,497
perilaku
N of Valid Cases 72

Crosstab

KODINGTIPE
Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total

KODINGPERCAYA TIDAK PERCAYA Count 16 18 34

% within KODINGPERCAYA 47,1% 52,9% 100,0%

PERCAYA Count 27 11 38

% within KODINGPERCAYA 71,1% 28,9% 100,0%


Total Count 43 29 72

% within KODINGPERCAYA 59,7% 40,3% 100,0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4,295a 1 ,038


Continuity Correctionb 3,355 1 ,067
Likelihood Ratio 4,330 1 ,037
Fisher's Exact Test ,054 ,033
Linear-by-Linear Association 4,235 1 ,040
N of Valid Cases 72

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,69.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


KODINGPERCAYA (TIDAK ,362 ,137 ,957
PERCAYA / PERCAYA)
For cohort KODINGTIPE =
,662 ,439 ,998
perasaan
For cohort KODINGTIPE =
1,829 1,013 3,301
perilaku
N of Valid Cases 72

Crosstab

KODINGTIPE

Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total

KODINGTEMAN TIDAK BERPENGARUH Count 21 14 35

% within KODINGTEMAN 60,0% 40,0% 100,0%

BERPENGARUH Count 22 15 37

% within KODINGTEMAN 59,5% 40,5% 100,0%


Total Count 43 29 72

% within KODINGTEMAN 59,7% 40,3% 100,0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,002a 1 ,963


Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,002 1 ,963
Fisher's Exact Test 1,000 ,577
Linear-by-Linear Association ,002 1 ,963
N of Valid Cases 72

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


KODINGTEMAN (TIDAK
1,023 ,399 2,624
BERPENGARUH /
BERPENGARUH)
For cohort KODINGTIPE =
1,009 ,690 1,475
perasaan
For cohort KODINGTIPE =
,987 ,562 1,732
perilaku
N of Valid Cases 72

Crosstab

KODINGTIPE

Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total

KODINGORTU TIDAK TERPENGARUH Count 26 12 38

% within KODINGORTU 68,4% 31,6% 100,0%

TERPENGARUH Count 17 17 34

% within KODINGORTU 50,0% 50,0% 100,0%


Total Count 43 29 72

% within KODINGORTU 59,7% 40,3% 100,0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2,531a 1 ,112


Continuity Correctionb 1,824 1 ,177
Likelihood Ratio 2,542 1 ,111
Fisher's Exact Test ,150 ,088
Linear-by-Linear Association 2,496 1 ,114
N of Valid Cases 72

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,69.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


KODINGORTU (TIDAK
2,167 ,830 5,653
TERPENGARUH /
TERPENGARUH)
For cohort KODINGTIPE =
1,368 ,918 2,041
perasaan
For cohort KODINGTIPE =
,632 ,355 1,124
perilaku
N of Valid Cases 72

Crosstab

KODINGTIPE

Doronga
n
Dorongan kepuasa
perasaan n Total

KODINGSARANA TIDAK MENDUKUNG Count 17 16 33

% within KODINGSARANA 51,5% 48,5% 100,0%

MENDUKUNG Count 26 13 39

% within KODINGSARANA 66,7% 33,3% 100,0%


Total Count 43 29 72
% within KODINGSARANA 59,7% 40,3% 100,0%
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,706a 1 ,192


Continuity Correctionb 1,134 1 ,287
Likelihood Ratio 1,708 1 ,191
Fisher's Exact Test ,232 ,143
Linear-by-Linear Association 1,682 1 ,195
N of Valid Cases 72

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,29.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


KODINGSARANA (TIDAK
,531 ,205 1,379
MENDUKUNG /
MENDUKUNG)
For cohort KODINGTIPE =
,773 ,519 1,151
perasaan
For cohort KODINGTIPE =
1,455 ,826 2,562
perilaku
N of Valid Cases 72
B. Hasil Uji Normalitas

Statistics
KODINGTIPE

N Valid 72

Missing 0
Mean 1,40
Median 1,00
Mode 1
Std. Deviation ,494
Skewness ,405
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 1
Maximum 2

KODINGTIPE

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 43 59,7 59,7 59,7

2 29 40,3 40,3 100,0

Total 72 100,0 100,0

Statistics
JMLTAHU

N Valid 72

Missing 0
Mean 4,51
Median 7,00
Mode 8
Std. Deviation 3,615
Skewness -,290
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 0
Maximum 8
JMLTAHU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 21 29,2 29,2 29,2

1 7 9,7 9,7 38,9

2 2 2,8 2,8 41,7

4 1 1,4 1,4 43,1

5 1 1,4 1,4 44,4

6 2 2,8 2,8 47,2

7 11 15,3 15,3 62,5

8 27 37,5 37,5 100,0

Total 72 100,0 100,0

Statistics
JMLSIKAP

N Valid 72

Missing 0
Mean 19,49
Median 18,00
Mode 24
Std. Deviation 4,488
Skewness -,450
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 12
Maximum 24
JMLSIKAP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12 12 16,7 16,7 16,7

13 1 1,4 1,4 18,1

14 1 1,4 1,4 19,4

17 2 2,8 2,8 22,2

18 23 31,9 31,9 54,2

20 1 1,4 1,4 55,6

22 1 1,4 1,4 56,9

23 2 2,8 2,8 59,7

24 29 40,3 40,3 100,0

Total 72 100,0 100,0

Statistics
JMLKEPERCAYAAN

N Valid 72

Missing 0
Mean 16,11
Median 17,00
Mode 19
Std. Deviation 3,019
Skewness -,384
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 10
Maximum 20
JMLKEPERCAYAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 2 2,8 2,8 2,8

11 6 8,3 8,3 11,1

12 1 1,4 1,4 12,5

13 6 8,3 8,3 20,8

14 11 15,3 15,3 36,1

15 7 9,7 9,7 45,8

16 1 1,4 1,4 47,2

17 7 9,7 9,7 56,9

18 6 8,3 8,3 65,3

19 18 25,0 25,0 90,3

20 7 9,7 9,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

Statistics
JMLTMNSEBAYA

N Valid 72

Missing 0
Mean 10,78
Median 11,00
Mode 6a
Std. Deviation 4,355
Skewness ,342
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 6
Maximum 19

a. Multiple modes exist. The smallest


value is shown
JMLTMNSEBAYA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 16 22,2 22,2 22,2

7 16 22,2 22,2 44,4

8 2 2,8 2,8 47,2

10 1 1,4 1,4 48,6

11 2 2,8 2,8 51,4

12 3 4,2 4,2 55,6

13 3 4,2 4,2 59,7

14 16 22,2 22,2 81,9

15 6 8,3 8,3 90,3

17 1 1,4 1,4 91,7

19 6 8,3 8,3 100,0

Total 72 100,0 100,0

Statistics
JMLORGTUA

N Valid 72

Missing 0
Mean 16,10
Median 15,00
Mode 20
Std. Deviation 3,693
Skewness -,487
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 10
Maximum 20
JMLORGTUA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 14 19,4 19,4 19,4

13 1 1,4 1,4 20,8

15 23 31,9 31,9 52,8

17 1 1,4 1,4 54,2

18 8 11,1 11,1 65,3

20 25 34,7 34,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

Statistics
JMLSARANA

N Valid 72

Missing 0
Mean 2,82
Median 4,00
Mode 5
Std. Deviation 2,210
Skewness -,264
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 0
Maximum 5

JMLSARANA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 22 30,6 30,6 30,6

1 4 5,6 5,6 36,1

2 7 9,7 9,7 45,8

3 1 1,4 1,4 47,2

4 8 11,1 11,1 58,3

5 30 41,7 41,7 100,0

Total 72 100,0 100,0


C. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,907 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

TIPE1 1,97 ,928 30


TIPE2 1,70 ,837 30
TIPE3 1,67 ,711 30
TIPE4 1,60 ,724 30
TIPE5 1,53 ,681 30
TIPE6 1,77 ,774 30
TIPE7 1,70 ,837 30
TIPE8 1,67 ,711 30
TIPE9 1,60 ,724 30
TIPE10 1,53 ,681 30
TIPE11 1,60 ,563 30
TIPE12 2,60 1,070 30
TIPE13 1,70 ,837 30
TIPE14 1,80 ,847 30
TIPE15 1,60 ,814 30
TIPE16 1,77 ,728 30
TIPE17 1,63 ,809 30
TIPE18 1,83 ,834 30
TIPE19 1,60 ,724 30
TIPE20 1,77 ,728 30
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

TIPE1 32,67 77,954 ,634 ,900


TIPE2 32,93 76,685 ,807 ,896
TIPE3 32,97 79,757 ,704 ,899
TIPE4 33,03 77,757 ,856 ,895
TIPE5 33,10 81,334 ,603 ,902
TIPE6 32,87 81,706 ,493 ,904
TIPE7 32,93 76,685 ,807 ,896
TIPE8 32,97 79,757 ,704 ,899
TIPE9 33,03 77,757 ,856 ,895
TIPE10 33,10 81,334 ,603 ,902
TIPE11 33,03 85,413 ,334 ,907
TIPE12 32,03 91,757 -,180 ,927
TIPE13 32,93 76,685 ,807 ,896
TIPE14 32,83 82,075 ,418 ,906
TIPE15 33,03 83,620 ,331 ,908
TIPE16 32,87 82,464 ,470 ,905
TIPE17 33,00 79,103 ,657 ,900
TIPE18 32,80 82,234 ,415 ,906
TIPE19 33,03 81,482 ,551 ,903
TIPE20 32,87 82,464 ,470 ,905

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

34,63 89,206 9,445 20

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,898 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pengetahuan responden ,53 ,507 30


tahu2 ,50 ,509 30
tahu3 ,60 ,498 30
tahu4 ,53 ,507 30
tahu5 ,63 ,490 30
tahu6 ,60 ,498 30
tahu7 ,50 ,509 30
tahu8 ,67 ,479 30
tahu9 ,50 ,509 30
tahu10 ,47 ,507 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

pengetahuan responden 5,00 10,207 ,808 ,876


tahu2 5,03 10,654 ,654 ,887
tahu3 4,93 9,995 ,902 ,870
tahu4 5,00 10,138 ,832 ,874
tahu5 4,90 10,507 ,736 ,881
tahu6 4,93 10,064 ,877 ,872
tahu7 5,03 12,999 -,047 ,930
tahu8 4,87 10,189 ,871 ,873
tahu9 5,03 10,447 ,724 ,882
tahu10 5,07 11,995 ,237 ,913

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

5,53 13,085 3,617 10


Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,900 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

sikap responden 3,23 ,774 30


sikap2 3,20 ,805 30
sikap3 3,17 ,791 30
sikap4 3,23 ,774 30
sikap5 3,17 ,913 30
sikap6 3,27 ,740 30
sikap7 3,20 ,887 30
sikap8 3,07 ,868 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

sikap responden 22,30 19,183 ,833 ,875


sikap2 22,33 18,368 ,929 ,865
sikap3 22,37 19,275 ,796 ,878
sikap4 22,30 19,321 ,810 ,877
sikap5 22,37 18,999 ,703 ,887
sikap6 22,27 19,099 ,895 ,871
sikap7 22,33 25,264 -,070 ,954
sikap8 22,47 18,464 ,832 ,874
Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

25,53 25,430 5,043 8

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,762 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

kepercayaan responden 3,03 ,890 30


percaya2 3,07 ,868 30
percaya3 3,07 ,785 30
percaya4 3,27 ,740 30
percaya5 3,47 ,629 30
percaya6 3,30 ,794 30
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

kepercayaan responden 16,17 6,351 ,689 ,671


percaya2 16,13 6,189 ,762 ,648
percaya3 16,13 7,499 ,493 ,730
percaya4 15,93 6,685 ,785 ,654
percaya5 15,73 9,995 -,039 ,832
percaya6 15,90 7,955 ,368 ,762

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

19,20 10,234 3,199 6

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,875 5
Item Statistics

Mean Std. Deviation N

teman sebaya 1,67 ,844 30


teman2 2,03 ,928 30
teman3 2,67 1,184 30
teman4 2,63 1,129 30
teman5 1,83 ,747 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

teman sebaya 9,17 11,385 ,686 ,854


teman2 8,80 11,338 ,609 ,869
teman3 8,17 8,902 ,807 ,823
teman4 8,20 9,200 ,808 ,821
teman5 9,00 12,000 ,667 ,861

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

10,83 16,006 4,001 5

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,943 5
Item Statistics

Mean Std. Deviation N

orang tua responden 3,30 ,794 30


ortu2 3,20 ,805 30
ortu3 3,27 ,785 30
ortu4 3,20 ,761 30
ortu5 3,10 ,759 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

orang tua responden 12,77 7,771 ,905 ,918


ortu2 12,87 7,706 ,907 ,918
ortu3 12,80 8,372 ,753 ,946
ortu4 12,87 8,051 ,875 ,924
ortu5 12,97 8,378 ,787 ,939

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

16,07 12,409 3,523 5

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,898 5
Item Statistics

Mean Std. Deviation N

sarana dan prasarana ,63 ,490 30


sarana2 ,47 ,507 30
sarana3 ,53 ,507 30
sarana4 ,47 ,507 30
sarana5 ,53 ,507 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
sarana dan prasarana 2,00 3,172 ,632 ,900
sarana2 2,17 2,833 ,834 ,857
sarana3 2,10 2,783 ,872 ,848
sarana4 2,17 2,971 ,736 ,879
sarana5 2,10 3,059 ,676 ,892

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

2,63 4,516 2,125 5


RIWAYAT HIDUP

Nama : Lisanti
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 12 Juli 1997
Alamat : Jl. Dr. Cipto Mangun Kusumo Rt o1/01 No.117
No. Telp / HP : 089612893829
Email : lisantiicha14@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Paninggilan 2 (2003 - 2009)
2. SMP PGRI 2 Ciledug (2009 - 2012)
3. SMK Kesehatan Asy-Syifa (2012 – 2015)
4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamina
Bina Medika Program Studi S1 Keperawatan
Tahun Ajaran 2015-2019 (sedang
berlangsung)

Anda mungkin juga menyukai