Oleh :
Lisanti
NIM : 11151071
Oleh :
Lisanti
NIM : 11151071
Laporan hasil penelitian ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Program S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
Jakarta, 4 Februari 2019
Menyetujui,
Pembimbing Skripsi
Mengetahui,
Kepala Program Studi S1 Keperawatan
(Wasijati, S.Kp.,M.Si.,M.Kep)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji I ,
Penguji II ,
Penguji III
iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA PROGRAM
S1 KEPERAWATAN
LISANTI
ABSTRAK
iv
HIGH SCHOOL SCIENCE PROGRAM S1 PERTAMEDIKA HEALTH
NURSING
LISANTI
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tipe-Tipe Merokok Di SMP
PGRI 2 Ciledug, Tahun 2018”.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar skripsi pada
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA. Peneliti menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak
awal penyusunan sampai selesainya penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc, selaku Direktur Utama
PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Asep Saepudin, SH, MM, CHRP, CHRA, selaku Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, S.KM, M.Kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M. Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE, MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
6. Hj. Maryati, S.Sos., MARS, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Ns. Wardhani Arsyad, Ns,. S.Kep ., M.Kep , selaku Penguji I dan
Pembimbing Skripsi yang dengan kesabaran dan kebaikannya telah
membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan persidangan hasil
penelitian..
9. Ns. Alfonsa Rani Oktavia, S.kep, M.KM, selaku Penguji II yang telah
membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan persidangan hasil
penelitian.
vi
10. Hj. Ety Ernawati, S.Kep., M.Kep., selaku Penguji III yang telah membimbing
dan membantu saya dalam menyelesaikan persidangan hasil penelitian
11. Ns. Yudha Anggit Jiwantoro, S.Kep, M.Kes, selaku Pembimbing Akademik
dari semester 1 sampai dengan 6.
12. Ns. Ricca Olivia, S.Kep, selaku Pembimbing Akademik Reguler 8B.
13. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
14. Bp. Dr. Marsono, M.pd selaku kepala sekolah SMP PGRI 2 Ciledug yang
telah mengizinkan saya untuk penelitian di SMP PGRI 2 Ciledug.
15. Orang tua tercinta, Ayahanda Mursan dan Ibunda Suryati yang penuh cinta
kasih selalu mendukung, mendoakan, dan menuntun saya dalam proses
melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai tepat
waktu.
16. Kakak, Riswadi, Rusdi, Sri Herawati, dan Fahrul Hidayat yang selalu
mendukung dan mendoakan saya dalam proses melakukan penelitian ini,
sehingga laporan penelitian ini dapat selesai tepat waktu.
17. Saudara-saudara yang selalu mendoakan dan memberikan semangat yang
tiada henti kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
18. Rendi Sadewa Urbaningrum yang selalu mendukung, dan mendoakan saya
dalam proses melakukan penelitian ini.
19. Annisa Setya Haningtyas, Hilda Novianti, Bella Auliarahma, Astrid Dara
Qonita, Marifa Trisnawardani, Rizqia Maulida sahabat-sahabat terkasih sejak
semester 1 sampai dengan saat ini yang selalu mendukung dan mendoakan
saya dalam proses melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini
dapat selesai tepat waktu.
20. Teman-teman satu kelompok bimbingan Citra Putri Ananda, Novita Dewi
Lestusen dan Nurul Arifiyanti atas kerjasama yang kompak dan saling
mendukung dan menyelesaikan penelitian ini.
21. Teman-teman angkatan S1 Reguler 8B Program Studi Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
22. Nafa Chairunnisa, Nadya Elvia Yusuf Panjaitan, Mazeda Labib, Rumaisha
Nurrahma, Fathiyah Maulida, Belinda Octara yang sudang mendukung dan
mendoakan saya dalam proses melakukan penelitian ini.
vii
23. Semua pihak terkait yang turut berpartisipasi yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu sehingga selesainya penelitian ini.
Peneliti
(LISANTI)
viii
SURAT PERNYATAAN
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sangsi yang telah ditetapkan.
Materai 6000
(LISANTI)
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
LISANTI
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR SKEMA ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
xi
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 43
A. Desain Penelitian ........................................................................... 43
B. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan sampel........................ 43
C. Tempat Penelitian .......................................................................... 48
D. Waktu Penelitian ........................................................................... 48
E. Etika Penelitian .............................................................................. 48
F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 50
G. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 54
H. Teknik Analisa Data ...................................................................... 55
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Hasil Uji Kuesioner Validitas di SMP PGRI 2 CILEDUG .................52
xiii
Tabel 5. 11 Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok di SMP
PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019 (N=72) ..........................................67
xiv
DAFTAR SKEMA
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Remaja dengan perilaku merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang
wajar di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga
terjadi pada anak usia remaja. Perilaku merokok adalah gaya hidup yang
merugikan kesehatan diri sendiri dan orang lain (Durkin dan Helmi, 2010).
Saat ini, Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif
terbanyak di dunia (61, 4 juta perokok), setelah China dan India. Tingginya
jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker
yang terpapar asap rokok orang lain (second-hand smoke) yang semakin
bertambah (97 juta penduduk Indonesia). Sebanyak 43 juta anak-anak
Indonesia terpapar asap rokok (Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).
1
2
Dibalik tingginya angka remaja yang terpapar asap rokok, kita juga dihadapkan
pada kenyataan yang lebih memprihatinkan lagi adalah dimana banyak remaja
berpikir bahwa merokok tidak akan menimbulkan efek pada tubuh mereka
sampai mereka mencapai usia middle age. Padahal faktanya hampir 90%
remaja yang merokok secara regular dilaporkan sudah mulai merasakan efek
negatif jangka pendek dari rokok (Doe dan Desanto, 2009).
Perilaku remaja yang sudah mulai aktif merokok ini dipengaruhi oleh banyak
faktor. Remaja mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial.
3
Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam
memulai perilaku merokok (Nasution, 2007). Oskamp dalam Nasution (2007)
menyatakan bahwa setelah mencobah rokok pertama, seorang individu menjadi
ketagihan merokok, dengan alasan-alasan seperti kebiasaan, menurunkan
kecemasan, dan mendapatkan penerimaan.
Dan berdasarkan hasil wawancara yang didapat oleh siswa pada tanggal 23
november didapatkan data 10 orang siswa yang berperilaku menjadi perokok
aktif sebanyak 7 mengatakan karena ajakan teman sebaya dan lingkungan
pergaulan, 3 orang siswa diantaranya tidak merokok atau menjadi perokok
pasif.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti baik secara wawancara
kepada bagian kesiswaan, observasi (pengamatan langsung) dengan cara
observasi yang dilanjutkan dengan wawancara yang ditemukan fakta bahwa
ada 70% (data berdasarkan observasi) tanggal 23 November. Berdasarkan data
yang ada 70% siswa bahwa dilingkungan sekolah ada banyak siswa yang
merokok dan cenderung meningkat setiap tahunnya dan ada juga siswa yang
tampak adiktif dengan rokok ini dibuktikan dengan data saat bahwa setiap hari
senin. Siswa yang merokok 2 sampai 3 orang adalah siswa yang sama dengan
demikian peneliti ingin mengetahui tipe perilaku merokok di smp PGRI 2
Ciledug dan beberapa faktor-faktor
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tipe perilaku merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
b. Mengetahui gambaran faktor predisposisi berdasarkan: pengetahuan,
sikap, kepercayaan pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
c. Mengetahui gambaran faktor penguat berdasarkan: pengaruh teman
sebaya, dukungan orang tua pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pelayanan
kesehatan dalam memberikan pengetahuan tentang faktor – faktor perilaku
merokok.
A. Konsep Teori
1. Konsep perilaku
a. Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Notoatmodjo, 2010)
7
8
e. Domain perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku
itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian
kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut,
9
yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah afektif (affectife
domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam
perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi
Notoatmodjo (2003).
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
e. Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
baru.
10
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1937)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sepengaruh dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran
perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan
atau kegiatan responden.
b. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
c. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Menerima (adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Konsep Merokok
a. Definisi Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap isinya,
baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Saleh, 2011).
Subanada (2004) menyatakan merokok adalah sebuah kebiasaan yang
dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri
maupun orang-orang disekitarnya.
1. Tahap prepator
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan,
hal- hal tersebut menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak dalam perilaku merokok.
2) Faktor biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam
rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada
rokok secara biologis.
1) Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak psoitif yang sangat sedikit bagi
kesehatan. Ogden (2000) dalam Nasution (2007) menyatakan bahwa
perokok mengatakan dengan merokok dapat menghasilkan mood
positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan – keadaan
yang sulit. Smet (1994) dalam Nasution (2007) menyebutkan
keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi
ketegangan, membantu konsenterasi, menghilangakan kegelisahan dan
menyenangkan.
2) Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat
berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000 dalam Nasution, 2007).
Merokok bukanah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu
jenis penyakit sehngga bisa dikatakan merokok tidak dapat
menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong munculnya jenis
penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Bahaya merokok bagi
kesehatan menurut Tendra (2003) dalam Poltekkes Depkes Jakarta I
(2012) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit
telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
2) Osteoporosis
Karbon monokksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang
sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama
untuk penyembuhan.
3) Pada kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat
dan dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Resiko keguguran pada wanita perokok 2 – 3 kali lebih sering karena
karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.
4) Jantung koroner
Merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit
Pembuluh Darah Perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri
dan vena di tungkai bawah atau tangan yang sering ditemukan pada
dewasa muda perokok berat, biasanya akan berakhir dengan amputasi
(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012).
5) Sistem pernapasan
Kerugian jangka pendek pada sistem pernapasan akibat rokok adalah
kemampuan rokok untuk membunuh serabut getar (silia) disaluran
pernpasan. Ini adalah awal bronkitis, iritasi, batuk, sedangkan untuk
jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya elasitas
paru – paru dan bronkitis kronis
pada hari tanpa tembakau sedunia tahun 2010 yang diperingati tiap tanggal
31 mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema “Gender And
Tobacco With An Emphasis On Marketing To Women”. Hal ini dirancang
untuk menganntisipasi efek bahaya dari pemasaran tembakau khususnya
kepada perempuan dan gadis remaja.
3. Konsep Rokok
a. Definisi Rokok
Rokok adalah gulungan tembakau (kira – kira sebesar jari kelingking)
yang dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2016). Menurut PP. RI.
No. 109, 2012) rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya
dengan cara dibakar dan dihisap asapnya dan/atau dihirup asapnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia rustica, dan spesies
lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan.
Pengertian rokok menurut Heryani adalah hasil olahan tembakau yang
terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
21
Pengertian rokok menurut PP. No.19 Tahun 2013 adalah hasil olahan
tembakau dibungkus termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan
spesies lainnya atau sistetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan
atau tanpa bahan.
1) Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia
termasuk dalam spesies Nicotiana tabacum (Santika, 2011).
2) Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar.
Bunga cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian cengkeh ditimbang
dan dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran
tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim, 2013).
1) Tar
Tar inilah yang menyebabkan noda pada gigi, jari dan bahkan paru-
paru dari orang yang merokok. Banyak orang percaya bahwa dalam
sebatang rokok terkandung sejumlah besar zat berbahaya ini.
Meskpiun saat ini banyak perusahaan rokok telah membuat rokok
dengan kandungan tar rendah, tapi tetap tidak mengubah kepercayaan
orang bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. Tar adalah
zat berhaya yang aktif pada saat rokok dinyalakan. Perlu diketahui
bahwa sebenarnya jalan yang selalu kita lalui itu dibuat dengan
menggunakan tar. Tidak bisa dibayangkan ternyata zat yang dibuat
untuk aspal jalan ternyata terdapat pada rokok.
2) Nitrogen Oksigen
Kandungan nitrogen oksida banyak ditemukan dalam gas emisi
pembuangan dari kendaraan bermotor dimana asap kendaraan
bermotor merupakan zat utama yang menyebabkan pencemaran
lingkungan. Di dalam tubuh, kandungan zat nitrogen oksida yang
terdapat dalam rokok dapat menyebabkan masalah paru-paru seperti
radang paru-paru. Pada umumnya tubuh manusia memproduksi
nitrogen oksida dalam jumlah yang kecil untuk membantu aliran
udara lebih lancar dengan cara mengembangkan paru-paru. Namun
jumlah nitrogen oksida yang besar dalam rokok membuat paru-paru
mengembang lebih besar sehingga membuat paru-paru menghisap
nikotin dan zat berbahaya lain lebih banyak.
3) Amonia
Bagi kalian yang di masa SMA aktif belajar kimia tentunya mengenal
zat yang dinamakan amonia. Jika dimanfaatkan dengan benar, amonia
dapat digunakan sebagai bahan pembersih toilet yang efektif. Dalam
industri rokok, amonia ini dimasukan ke dalam sebatang rokok untuk
menambah efek ketergantungan terhadap nikotin. Kandungan amonia
yang terdapat pada rokok mengubah nikotin dalam bentuk gas
23
sehingga dapat lebih mudah diserap oleh paru-paru dan juga aliran
darah. Sama berbahayanya dengan karbon monoksida dan hidrogen
sianida, amonia juga dapat menyebabkan kerusakan pada cilia.
4) Karbon Monoksida
Zat berwujud gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Zat
berbahaya yang terkandung dalam rokok ini memiliki presentasi 3-
5% dapat ditemukan dalam asap rokok. Jika zat ini terhirup oleh
manusia, maka zat berbahaya ini akan menempel pada sel darah
merah. Zat ini akan menggantikan posisi oksigen yang memang
seharusnya menempel pada sel darah merah. Karbon monoksida yang
menempel pada sel darah akan membuat peredaran oksigen dalam
tubuh menjadi terganggu. Kekurangan oksigen dalam tubuh dapat
mengakibatkan masalah yang serius bagi kesehatan. Karena itulah
diharapkan orang tidak mendekati orang yang sedang merokok
karena dapat membahayakan kesehatan mereka juga.
5) Hidrogen Sianida
Hidrogen Sianida merupakan zat yang sangat berbahaya yang
berwujud gas yang dapat ditemukan dalam sebatang rokok. Gas
hidrogen sianida memiliki efek yang sangat buruk bagi tubuh dimana
dapat mengakibatkan kerusakan yang serius pada jantung dan
pembuluh darah. Walaupun tidak secara langsung menyebabkan
kanker, kandungan hidrogen sianida dapat meningkatkan persentase
terserang kanker dengan menyerang cilia (rambut kecil yang berguna
untuk menyaring udara yang masuk ke dalam tubuh). Dengan
merusak cilia, tubuh menjadi lebih mudah dimasuki oleh racun yang
masuk ke dalam paru-paru.
6) Arsenik
Zat berbahaya inilah yang terkandung dalam rokok inilah yang
menjadi penyebab kanker, merusak jantung dan juga pembuluh darah
24
7) Benzena
Benzena merupakan salah satu zat yang terkandung dalam minyak
bumi dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar
serta pelarut yang penting dalam dunia industri. Dalam kehidupan
sehari-hari, zat benzena dapat ditemukan pada produk seperti
pestisida dan juga bahan bakar kendaraan bermotor.Kandunagn
benzena dalam sebatang rokok inilah yang dapat menyebabkan
munculnya karsinogen yang berpengaruh dalam kemunculan kanker.
Benzena juga diperkirakan merupakan zat berbahaya yang menjadi
penyebab terjadinya leukimia. Terpapar dalam jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan anemia, kerusakan genetik, dan
pendarahan berlebihan.
8) Formaldehida
Untuk membuat mayat menjadi lebih awet dan membunuh mikroba,
biasanya orang menggunakan zat kimia berbentuk cairan yang
bernama formaldehida atau yang lebih dikenal dengan nama
formalin. Jika kalian merasakan mata perih dan batuk, itulah efek
yang diakibatkan oleh zat berbahaya satu ini. Masalah mata perih dan
batuk tersebut bisa dihindari dengan tidak berada di sekitar orang
yang sedang merokok. Jika di sekitar Anda terdapat banyak orang
yang menghisap sebatang atau beberapa batang rokok. hal tersebut
bisa membuat efek negatif dari zat tersebut bisa menjadi lebih parah.
25
9) Kadmium
Kadmium yang masih termasuk dalam golongan logam ini adalah
kandungan zat berbahaya yang juga dapat ditemukan dalam baterai.
Zat kadmium masuk ke dalam sistem tubuh manusia melalui asap
rokok yang dihirup melalui hidung. Zat logam berbahaya ini juga
merupakan penyebab utama penyakit kanker yang menyerang
manusia. Tidak hanya dapat mengakibatkan kanker, kandungan zat
kadmium juga dapat merusak ginjal dan menutup aliran darah di
arteri. Normalnya tubuh manusia dirancang untuk dapat
mengeluarkan racun ini dalam tubuh, tapi karena jumlah rokok yang
dihisap terlalu banyak maka mengakibatkan terjadinya penumpukan
kadmium dalam tubuh.
10) Kromium
Salah satu zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok adalah zat
kromium. Zat kromium inilah yang patut disalahkan jika
menyebabkan karsinogen menempel pada DNA manusia dan
merusaknya. Karsinogen yang disebabkan oleh kromium inilah
yang menjadi biang keladi dari munculnya penyakit kanker. Zat
kromium yang terkandung dalam rokok ini biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk membuat zat perwarna, bahan cat, dan
paduan logam. Dan tentunya menghisap zat berbahaya ini dapat
membahayakan kesehatan tubuh.
d. Pembagian Rokok
Rokok merupakan produk utama dari hasil pengolahan tembakau yang
diramu dan dibentuk secara khusus dari berbagai jenis dan mutu tembakau.
Teknik pencampuran, pengolahan, dan pemberian bahan tambahan juga
bervariasi. Berdasarkan bahan – bahan tambahan tersebut dikenal jenis rokok
putih dan rokok kretek (Pratama, 1989).
26
4. Konsep Perokok
a. Definisi Perokok
Perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila
orang tersebut yang merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila
orang tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas
merokok sendiri (KBBI, 2012).
b. Klasifikasi Perokok
Menurut National Clearinghouse on Smoking and Health 1955, perokok
adalah yang semasa hidupnya mengkonsumsi 100 batang rokok atau lebih
dan masih mengkonsumsinya hingga saat ini. Definisi ini terus berkembang
hingga pada tahun 1999 WHO memberikan definisi perokok adalah
seseorang yang pada saat dilakukan survey menghisap produk tembakau
apapun, baik setiap hari maupun terkadang – kadang. Klasifikasi perokok
menurut WHO antara lain :
1) Perokok harian (daily smoker) yaitu seseorang yang merokok apapun
jenis produk tembakau, setidaknya sekali dalam sehari.
2) Never smoker yaitu tidak pernah merokok sama sekali atau tidak pernah
merokok setiap hari atau pernah merokok kurang dari 100 batang
sepanjang hidupnya
5. Konsep Sikap
a. Definisi Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1937) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
b. Tingkatan sikap
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah adalah orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah indikasi sikap tingkat ketiga.
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain
dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan
kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks
sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih
memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih
dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).
Selain faktor – faktor diatas, individu juga dapat merokok dengan alasan
sebagai alat dalam mengatasi stress (sarafino, 1994 dalam Nasution, 2007).
Sebuah studi menemukan bahwa bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang
mereka konsumsi berkaitan dengan stress yang mereka alami, semakin besar
stress yang dialami semakin banyak rokok yang mereka konsumsi (Nasution,
2007). Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok
antara lain:
1) Pengaruh orangtua
menurut Baer & corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan remaja yang berasal
dari lingkungan keluarga yang bahagia. Remaja yang berasal dari
keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun
obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang
paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur.
Contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali
untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).
2) Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga
dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta
tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temanya atau
sebaliknya.
31
3) Faktor Kepribadian
Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahuatau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian
yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas social. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang
menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes
konformitas social lebih menjadi perokok dibandingkan dengan mereka
yang memiliki skor yang rendah.
4) Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambing kejantanan atau glamour,
membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada dalam iklan tersebut.
1) Faktor biologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Pendapat ini didukung aditama (1995) yang mengatakan nikotin
dalam darah perokok cukup tinggi.
2) Faktor psikologis
Merokok dapat meningkatkan konsenterasi saat mengalami kesulitan
belajar, menghilangkan rasa kantuk, juga dapat memberikan kesan
modern dan berwibawa sehingga bagi individu yang sering bergaul
perilaku merokok sulit untuk dihindari.
4) Faktor demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin.
5) Faktor sosio-kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan
gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu.
B. Penelitian Terkait
Samratul Fikriah, Yoyok Febrijanto (Juli, 2012) dengan judul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki Diasrama
Putra”. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik deskriptif.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji
statistik regresi linier dengan tingkat signifikansi α ≤ 0.05. Hasil penelitian
terhadap 33 responden didapatkan data kurang dari 50% responden yang
memiliki faktor psikologi beresiko rendah dan perilaku merokok yang ringan
yaitu 11 responden (33.3%). Setelah dilakukan uji statistik Regresi Linier
Ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05)
didapatkan p = 0,007 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya ada
pengaruh faktor psikologi terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-
laki di asrama putra STIKES RS Baptis Kediri
C. Kerangka Teori
Skema 2.1
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tipe-Tipe Merokok Pada Siswa
SMP
c
Faktor Predisposisi
Faktor Pemungkin Faktor Pendorong
a. Pengetahuan
b. Sikap a. Fasilitas a. Orang Tua
c. Tindakan b. Sarana dan b. Teman
d. Kepercayaan Prasarana Sebaya
e. Nilai-nilai
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
suatu pengetian. Konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, agar
dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke
dalam variabel – variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan
diukur.
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2012). Penyusunan kerangka konsep akan membantu kita untuk membuat
hipotesis, menguji hubungan tertentu, dan membantu peneliti dalam
menggabungkan hasil penemuan dengan teori yang dapat diamati atau diukur
melalui konstruk atau variabel (Nursalam, 2008).
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dilihat dari hubungan variabel satu
dengan variabel yang lain, maka macam – macam variabel dalam penelitian
ini dibedakan menjadi variabel independent dan variabel dependent (sugiyono,
2011).
35
36
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen/Variabel Terikat adalah Variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2016:39) Variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain dan
merupakan variabel yang ingin dijelaskan oleh peneliti (Nursalam, 2016).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku merokok.
37
Skema 3.1
Faktor – faktor yang berhubungan dengan tipe-tipe merokok pada remaja
Green (1991)
B. Hipotesis Penelitian
Hasil dari suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian.
Mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka perencanaan penelitian perlu
dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini, jawaban sementara dari
38
Hipotesis Nol (Ho) sering disebut juga hipotesis nihil atau hipotesis statistik
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya
pengaruh variabel X terhadap Y (Arikunto,2010). Hipotesis Nol (Ho) dalam
penelitian ini adalah
1. Tidak ada hubungan antara tipe perilaku merokok pada siswa SMP PGRI 2
Ciledug.
2. Tidak ada hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku merokok pada
siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
39
3. Tidak ada hubungan antara Sikap dengan perilaku merokok pada siswa
SMP PGRI 2 Ciledug.
4. Tidak ada hubungan antara Kepercayaan dengan perilaku merokok pada
siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
5. Tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan perilaku antara
perilaku merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
6. Tidak ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku
merokok pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
7. Tidak ada hubungan anatara dukungan orang tua dengan perilaku merokok
pada siswa SMP PGRI 2 Ciledug.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja
2. Sikap
Tingkah Responden Kuesioner Sikap Ordinal
laku mengisi dikatagorikan :
seseorang kuesioner
1. Baik jika
dengan
skor ≤
total
19,49
pertanyaan
2. Buruk jika
menggunak
skor >
an skala
19,49
Likert
3. Keperca Kepercayaa Responden Kuesioner Kepercayaan Ordinal
yaan n seseorang mengisi dikatagorikan :
apabila kuesioner
1. Percaya jika
perokok dengan total
skor ≤ 16,11
tersebut pertanyaan
2. Tidak
sudah 5
percaya jika
merasa menggunak
skor > 16,11
dewasa an skala
Likert
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan
strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian
hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk
mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2010).
Penelitian yang digunakan yaitu cross sectional, cross sectional adalah suatu
penelitian non-eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Notoatmodjo,2010).
2. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh Sugiyono (2012).
Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi, kenyataan-
kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan
dalam populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
dan siswi yang merokok kelas VII, dan VIII PGRI 2 Ciledug.
3. Besar sampel
Besar sampel adalah menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu
penelitian tergantung pada dua hal, yaitu : pertama, adanya sumber –
sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari
besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang
menentukan batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2012).
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N= Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan 10%
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 182 responden dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,1 maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
45
203
𝑛=
1 + 182 (0,1)²
203
𝑛=
1 + 182 (0, 01)
203
𝑛=
2,82
Tabel 4.1
Besar Sampel
Kelas Total Hasil
VII. 1 65 6
x 15
182
VII. 2 65 6
x 14
182
VII. 3 65 6
x 11
182
VII. 4 65 6
x 18
182
VII. 5 65 6
x 14
182
VII. 6 65 6
x 13
182
VIII. 1 65 6
x 17
182
VIII. 2 65 6
x 15
182
VIII. 3 65 6
x 16
182
VIII. 4 65 6
x 16
182
VIII. 5 65 6
x 17
182
VIII. 6 65 6
x 16
182
46
Total 203 72
4. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang
berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling
dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel
dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode
sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika
(wikipedia, 2017).
5. Kriteria Sampel
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi
maupun eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciledug Tangerang karena menurut
hasil wawancara dengan bagian kesiswaan, mengungkapkan bahwa
berdasarkan hasil rata-rata 5 siswa yang merokok sudah dilakukan upaya oleh
pihak sekolah memberikan pasnisme berupa merokok 5 jari, upaya yang
dilakukan tidak membuat siswa jera dan tempat tersebut belum pernah
dilakukan penelitian tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok pada siswa di SMP PGRI 2 Ciledug.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian terdiri dari waktu persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan
laporan dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai Januari 2019.
Sedangkan pelaksanaan pengambilan data dengan kuesioner pada responden
pada tanggal 8-9 Januari pada pukul 09 : 00 WIB.
E. Etika Penelitian
Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, subjek penelitian,
dan masyarakat yang memiliki dampak dari penelitian tersebut. Etika
penleitian bertujuan untuk melindungi subjek penelitian dari kemungkinan
bahaya atau hal-hal yang merugikan selama prosedur penelitian berlangsung.
Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan
dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi
hasil penelitian (Notoadmodjo, 2012). Secara umum terdapat empat prinsip
utama dalam etik penelitian keperawatan yaitu :
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian.
Semua informasi dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan data-data
yang diperoleh dari responden digunakan untuk kepentingan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini prinsip Confidentiality
diterapkan dengan cara :
50
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2012). Peneliti
menggunakan lembar kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner
adalah suatu alat pengumpul data dalam assessment non tes,berupa
serangkaian yang diajukan kepada responden (peserta didik,orang tua atau
masyarakat) (Gantina komalasari,dkk, 2011:81). Dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah kuesioner :
1. Kuesioner ini terdiri dari beberapa bagian”
a. Bagian a adalah petunjuk pengisian.
b. Bagian b adalah identitas responden
c. Pertanyaan untuk mengukur variabel tipe terdiri dari 18 pertanyaan
yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
d. Pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan terdiri dari 8
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas
e. Pertanyaan untuk mengukur variabel sikap terdiri dari 7 pertanyaan
yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
f. Pertanyaan untuk mengukur variabel kepercayaan terdiri dari 5
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
g. Pertanyaan untuk mengukur variabel teman sebaya terdiri dari 5
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
h. Pertanyaan untuk mengukur variabel Orang tua terdiri dari 5
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reabilitas.
51
n. ∑XY) – (∑X.∑Y)
r=
√[n.∑X2− (∑X)2] [n.∑Y2− (∑Y)2]
Keterangan:
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah responden uji coba
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Skor total seluruh pertanyaan
52
Keputusan Uji :
Bila rhitung lebih besar dari rtabel artinya variabel valid
Bila rhitung lebih kecil dari rtabel artinya variabel tidak valid
(Hastanto, 2007).
Tabel 4.2
Hasil Uji Kuesioner Validitas di SMP PGRI 2 CILEDUG
Variabel Jumlah Pertanyaan Pertanyaan Valid Nilai r Hitung
Rumus:
𝑘 1 − ∑ ơb2
𝑟=[ ][ ]
𝑘−1 ơ𝑡 2
Keterangan:
R : Reliabilitas instrumen
ơt 2 : Varians total
Tabel 4. 3
Hasil Uji Rebilitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
Variabel Nilai alpha cronbach Keterangan
2. Prosedur Teknis
a. Sebelum kuesioner disebarkan, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta menjamin kerahasiaan
identitas responden dan hasil kuesioner kepada calon responden.
b. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi baik
yang merokok.
c. Bagi calon responden yang terlibat dalam penelitian diberikan
lembar persetujuan untuk dibaca dan ditanda tangani.
d. Setelah responden setuju, maka peneliti memberikan kuesioner
kepada responden dan menjelaskan cara mengisi kuesioner.
e. Selama pengisian kuesioner, peneliti memberikan kesempatan
kepada responden untuk mengundurkan diri apabila responden tidak
bersedia untuk mengisi kuesioner
f. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk menjawab
seluruh pertanyaan kuesioner
g. Peneliti mengumpulkan kuesioner, jika seluruh pertanyaan sudah
diisi lengkap oleh responden dan periksa kelengkapannya.
h. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah
mengisi lembar kuesioner.
Rumus skewness
3(𝑋̅−𝑀𝑒𝑑)
Sk =
𝑠
58
Keterangan:
𝑋̅ : Rata-rata hitung
Mod: Modus
Med : Median
S : Simpangan baku
a.Variabel Independen
Tabel 4. 4
Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
(n = 30)
b. Variabel Dependen
Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
(n = 70)
2. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2010). Untuk
mendeskripsikan semua variabel bebas (support system) dan variabel
terikat (motivasi belajar) dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
narasi. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui sebaran
(distribusi) dari frekuensi jawaban responden terhadap kuesioner yang
telah diisi.
1. Variabel Perilaku Merokok dikategorikan dalam data kategorik
dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel
60
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
behubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Dalam analisis bivariat dilakukan analisa tabulasi silang pada masing-
masing variabel bebas dan variabel terikat untuk mencari hubungan
yang bermakna. Proses analisis ini dapat menggunakan uji chi square
untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat.
Pada penelitian ini uji chi square digunakan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa SMP
PGRI 2 CILEDUG dikarenakan chi square mencari ada tidaknya
hubungan antara kedua variabel
.
(𝑂−𝐸)2
X2 = ∑ 𝐸
A. Analisa Univariat
1. Variabel Dependen
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tipe Tentang Perilaku Merokok di
SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=70)
Tipe Frekuensi Presentase (%)
Perasaan 43 59,7
Perilaku 29 40,3
Total 72 100,0
Tabel 5.1 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
59,7% (43 siswa) yang memiliki tipe perilaku merokok dengan katagorik
perasaan.
2. Variabel Independen
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Tentang Perilaku
Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Pengetahuan Frekuensi Presentase%
Baik 38 52,8
Cukup 3 4,2
Kurang 31 43,1
Total 72 100,0
62
63
Tabel 5.2 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
52,8% (38 siswa) yang memiliki pengetahuan perilaku merokok dengan katagorik
baik.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Tentang Perilaku Merokok di
SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019 (n=72)
Sikap Frekuensi Presentase (%)
Baik 39 54,2
Total 72 100,0
Tabel 5.3 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
54,2% (39 siswa) yang memiliki Sikap perilaku merokok dengan katagorik baik.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepercayaan Tentang Perilaku
Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Kepercayaan Frekuensi Presentase (%)
Percaya 38 52,8
Total 72 100,0
Tabel 5.4 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
52,8% (38 siswa) yang memiliki kepercayaan perilaku merokok dengan katagorik
percaya
64
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Teman Sebaya Tentang Perilaku
Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Teman Sebaya Frekuensi Presentase (%)
Baik 37 51,4
Total 72 100,0
Tabel 5.5 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
51,4% (37 siswa) yang memiliki teman sebaya perilaku merokok dengan
katagorik baik
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang Tua Tentang Perilaku Merokok
di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Orang Tua Frekuensi Presentase (%)
Baik 34 47,2
Total 72 100,0
Tabel 5.6 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
52,8% (38 siswa) yang memiliki orang tua merokok dengan katagorik tidak baik.
65
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sarana dan Prasarana Tentang
Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2019
(n=72)
Sarana dan Prasarana Frekuensi Presentase (%)
Mendukung 39 54,2
Total 72 100,0
Tabel 5.7 menunjukan dari 72 siswa di SMP PGRI 2 Ciledug, didapatkan sebesar
54,2% (39 siswa) yang memiliki sarana dan prasarana merokok dengan katagorik
mendukung.
B. Hasil Bivariat
Tabel 5. 8
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di SMP
PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tingkat Tipe Perilaku Merokok Total
Pengetahuan
Dorongan Dorongan
Perasaan Kenikmata P Value
n
N % N % N %
Total 40 32 72
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki tingkat pengetahuan
dengan kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 25 orang (65,8%) dan perilaku sebanyak 13 orang (34,2) dan
total yang didapatkan sebanyak 38 orang (100,0%). Tingkat pengetahuan dengan
katagori cukup didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 2 orang (66,7%) dan perilaku sebanyak 1 (33,3%) dan total
yang didapatkan sebanyak 3 orang (100,0%). Tingkat pengetahuan dengan
66
katagori kurang didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 16 orang (51,6) dan perilaku sebanyak 15 orang (48,4) dan
total yang didapatkan sebanyak 31 orang (100,0). Tidak didapatkan OR, dan nilai
p value=0,475.
Tabel 5. 9
Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug
Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total
Dorongan Dorongan P
Sikap OR (95% CI)
Perasaan kepuasan Value
N % N % N %
Baik 21 53,8 18 46,2 39 100,0 (0,224-1,522)
Total 40 32 72 72
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki Sikap dengan
kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 21 orang (53,8%) dan perilaku sebanyak 18 orang (46,2%) dan
total yang didapatkan sebanyak 39 orang (100,0%). Sikap dengan katagori kurang
baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori dorongan
perasaan 22 orang (66,7%) dan perilaku sebanyak 11 (33,1%) dan total yang
didapatkan sebanyak 33 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 0,583 (nilai normal = 0,244 – 1,522), dan nilai p
value=0,388.
Tabel 5. 10
Hubungan Kepercayaan dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2
Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total
Dorongan Dorongan P
Kepercayaan OR (95% CI)
Perasaan Kepuasan Value
N % N % N %
67
Total 40 32 72 72
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki kepercayaan dengan
kategori percaya didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 27 orang (71,1%) dan perilaku sebanyak 11 orang (28,9%) dan
total yang didapatkan sebanyak 38 orang (100,0%). kepercayaan dengan katagori
tidak percaya didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 16 orang (47,1%) dan perilaku sebanyak 18 (42,9%) dan total
yang didapatkan sebanyak 34 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 0,362 (nilai normal = 0,137 – 0,957), dan nilai p
value=0,067
Tabel 5. 11
Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2
Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total
Dorongan Dorongan P
Teman Sebaya OR (95% CI)
Perasaan Kepuasan Value
N % N % N %
Baik 22 59,5 15 40,5 37 100,0 (0,399-2,624)
Total 40 32 72 72
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki teman sebaya
dengan kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 22 orang (59,5%) dan perilaku sebanyak 15 orang (40,5%) dan
total yang didapatkan sebanyak 37 orang (100,0%). Teman sebaya dengan
katagori tidak baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 21 orang (60,0%) dan perilaku sebanyak 14 (40,0%) dan total
yang didapatkan sebanyak 35 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 1,023 (nilai normal = 0,399 – 2,624), dan nilai p
value=1,000.
68
Tabel 5. 12
Hubungan Orang Tua dengan Perilaku Merokok di SMP PGRI 2 Ciledug
Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total
Dorongan Dorongan P
Orang Tua OR (95% CI)
Perasaan Kepuasan Value
N % N % N %
Total 40 32 72 72
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki orang tua dengan
kategori baik didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori
dorongan perasaan 17 orang (50,0%) dan perilaku sebanyak 17 orang (50,0%) dan
total yang didapatkan sebanyak 34 orang (100,0%). Orang tua dengan katagori
terpengaruh didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan katagori dorongan
perasaan 21 orang (68,4%) dan perilaku sebanyak 12 (31,6%) dan total yang
didapatkan sebanyak 38 orang (100,0%). Didapatkan nilai OR (tingkat
kepercayaan) berjumlah 2,167 (nilai normal = 0,830 – 5,653), dan nilai p
value=0,177.
69
Tabel 5. 13
Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok di SMP
PGRI 2 Ciledug Tangerang 2019
(N=72)
Tipe Perilaku Merokok Total
N % N % N %
Total 40 32 72 72
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 72 orang yang memiliki sarana dan prasarana
dengan kategori mendukung didapatkan data dari tipe perilaku merokok dengan
katagori dorongan perasaan 26 orang (66,7%) dan perilaku sebanyak 13 orang
(33,3%) dan total yang didapatkan sebanyak 39 orang (100,0%). Sarana dan
prasarana dengan katagori tidak mendukung didapatkan data dari tipe perilaku
merokok dengan katagori dorongan perasaan 17 orang (51,5%) dan perilaku
sebanyak 16 (48,5%) dan total yang didapatkan sebanyak 39 orang (100,0%).
Didapatkan nilai OR (tingkat kepercayaan) berjumlah 0,531 (nilai normal = 0,205
– 1,379), dan nilai p value=0,287.
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
b. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 72 responden
sebanyak 38 siswa (52,8%) berpengetahuan baik, sedangkan sebanyak 3
siswa (4,2%) dengan pengetahuan kuran, sedangkan sebanyak 72 siswa
(43,1).
Secara teori, Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
70
71
c. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 72 responden sebanyak 39
siswa (54,2%) mempunyai sikap baik, sedangkan sebanyak 33 siswa
(45,8%) mempunyai sikap kurang baik.
Secara teori Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1937)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek, kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk
bertindak (tend to behave)
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Devita
Rosalin Maseda dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap tentang
bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja putra di sma
negri 1 tompasobaru. Hasil menunjukan jumlah responden dengan sikap
baik 37 siswa (28,9%) dari total sampel penelitian sejumlah 128
responden.
72
d. Kepercayaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 72 responden sebanyak 38
siswa (52,8%) mempunyai katagori percaya, sedangkan sebanyak 34
siswa (47,2%) mempunyai kepercayaan dengan katagori tidak percaya.
Secara teori Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu
pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan
konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia
akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang
yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai
(Moorman, 1993).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Hasil menunjukan jumlah responden
dengan kepercayaan dengan katagori percaya 132 siswa (58,4%) dari
total sampel penelitian sejumlah 226 responden.
e. Teman sebaya
Berdasarkan hasil peneliti diketahui dari 72 responden sebanyak 37
siswa (51,4%) mempunyai katagori baik, sedangkan sebanyak 35 siswa
(48,6) mempunyai teman sebaya dengan katagori tidak baik.
Secara teori teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki
usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling
berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan
memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. (John w.
santrock, 2015).
73
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfia Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan
jaringan di smk pgri 11 ciledug. Hasil menunjukan jumlah responden
dengan teman sebaya dengan katagori baik 119 siswa (52,7%) dari total
sampel penelitian sejumlah 226 responden.
f. Orang Tua
Berdasarkan hasil peneliti diketahui dari 72 responden sebanyak 34
siswa (47,2%) mempunyai katagori baik, sedangkan sebanyak 38 siswa
(52,8%) mempunyai orang tua dengan katagori tidak baik.
Secara teori menurut Baer & corado, remaja perokok adalah anak-anak
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua
tidak begitu memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan remaja
yang berasal dari lingkungan keluarga yang bahagia. Remaja yang
berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang
permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri
menjadi figur. Contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan
mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak
didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfia
Citra Prayitna dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada siswa jurusan teknologi komputer dan jaringan
di smk pgri 11 ciledug. Hasil menunjukan jumlah responden dengan
orang tua dengan katagori baik 136 siswa (60,2%) dari total sampel
penelitian sejumlah 226 responden.
74
Secara teori teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki
usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling
berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan
memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. (John w.
santrock, 2003). Sesuai dengan pernyataan Soetjiningsih (2010) yang
menyatakan bahwa kelompok teman sebaya dapat mengembangkan
hubungan baru antara individu satu dengan lainnya. Hubungan yang
dikembangkan tersebut dapat mengarah pada hal yang positif ataupun
negatif.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa dari 7 faktor yang dilakukan uji analisis
79
80
5. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari uji analisis pada factor tingkat
pengetahuan dengan perilaku merokok didapatkan p-value=0,475
>0,05 yang artinya tidak ada hubungan atau H0 diterima.
6. Berdasarkan hasil dari uji analisis pada factor sikap dengan prilaku
merokok didapatkan p-value=0,388 >0,05 yang artinya tidak ada
hubungan atau H0 diterima.
7. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor kepercayaan dengan perilaku
merokok didapatkan p-value=0,067 >0,05 yang berarti tidak ada
hubungan antar variable atau H0 diterima.
8. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor teman sebaya dengan prilaku
merokok didapatkan data bahwa p-value=1,000 >0,05 atau H0 ditolak
atau tidak ada hubungan antar variable.
9. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor orangtua dengan perilaku
merokok didapatkan data bahwa p-value=0,177 >0,05 atau tidak ada
hubungan antar variable.
10. Berdasarkan hasil uji analisis pada factor sarana dan prasarana
didapatkan hasil bahwa p-value=0,287 atau >0,05 yang berarti tidak
ada hubungannya atau H0 diterima.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada
pelayanan kesehatan dalam memberikan pengetahuan tentang faktor –
faktor perilaku merokok.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti
berikutnya terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Doe, J., DeSanto, C., Grenger, D., Cohn, S., Tamamoto, B. and Smith, S. (2009).
Campaign for Tobacco – Freekids.
http://www.tobaccofreekids.org/
facts_issues/fact_sheets/toll /products diakses pada
tanggal 08 Oktober 2017
Hastono, S.P., & Sabri, L. (2010) “Statistik Kesehatan”, (Jakarta: Penerbit PT.
Raya Grafindo Persada).
81
82
(Lisanti) (………………….)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONCENT)
Lisanti (...........................)
Lampiran 3
KUESIONER
A. Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pertanyaan dibawah ini harap diisi semua sesuai keadaan yang sebenarnya
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda benar dengan memberikan
tanda ( √ )
B. Identitas Responden
3. Merokok membuat
perasaan saya menjadi
senang
D. Pengetahuan
No Pertanyaan SS S TS STS
F. Kepercayaan
H. Orang Tua
Statistics
N Valid 72 72 72 72 72 72 72
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,40 1,46 1,53 1,51 1,47 1,54 4,51
Median 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 2,00 7,00
Mode 1 1 2 2 1 2 8
Std.
,494 ,502 ,503 ,503 ,503 ,502 3,615
Deviation
Skewness ,405 ,171 -,114 -,057 ,114 -,171 -,290
Std. Error
of ,283 ,283 ,283 ,283 ,283 ,283 ,283
Skewness
Minimum 1 1 1 1 1 1 0
Maximum 2 2 2 2 2 2 8
Statistics
KODINGTAHU
N Valid 72
Missing 0
KODINGTAHU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KODINGSIKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KODINGPERCAYA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KODINGTEMAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KODINGSARANA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
KODINGTAHU *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGSIKAP *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGPERCAYA *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGTEMAN *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGORTU *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
KODINGSARANA *
72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
KODINGTIPE
Crosstab
KODINGTIPE
Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total
CUKUP Count 2 1 3
KURANG Count 16 15 31
Risk Estimate
Value
CUKUP)
Crosstab
KODINGTIPE
Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total
KODINGSIKAP BAIK Count 21 18 39
BURUK Count 22 11 33
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
KODINGTIPE
Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total
PERCAYA Count 27 11 38
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,69.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
KODINGTIPE
Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total
BERPENGARUH Count 22 15 37
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,10.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
KODINGTIPE
Dorongan Dorongan
perasaan kepuasan Total
TERPENGARUH Count 17 17 34
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,69.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
KODINGTIPE
Doronga
n
Dorongan kepuasa
perasaan n Total
MENDUKUNG Count 26 13 39
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Statistics
KODINGTIPE
N Valid 72
Missing 0
Mean 1,40
Median 1,00
Mode 1
Std. Deviation ,494
Skewness ,405
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 1
Maximum 2
KODINGTIPE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
JMLTAHU
N Valid 72
Missing 0
Mean 4,51
Median 7,00
Mode 8
Std. Deviation 3,615
Skewness -,290
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 0
Maximum 8
JMLTAHU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
JMLSIKAP
N Valid 72
Missing 0
Mean 19,49
Median 18,00
Mode 24
Std. Deviation 4,488
Skewness -,450
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 12
Maximum 24
JMLSIKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
JMLKEPERCAYAAN
N Valid 72
Missing 0
Mean 16,11
Median 17,00
Mode 19
Std. Deviation 3,019
Skewness -,384
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 10
Maximum 20
JMLKEPERCAYAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
JMLTMNSEBAYA
N Valid 72
Missing 0
Mean 10,78
Median 11,00
Mode 6a
Std. Deviation 4,355
Skewness ,342
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 6
Maximum 19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
JMLORGTUA
N Valid 72
Missing 0
Mean 16,10
Median 15,00
Mode 20
Std. Deviation 3,693
Skewness -,487
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 10
Maximum 20
JMLORGTUA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
JMLSARANA
N Valid 72
Missing 0
Mean 2,82
Median 4,00
Mode 5
Std. Deviation 2,210
Skewness -,264
Std. Error of Skewness ,283
Minimum 0
Maximum 5
JMLSARANA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,907 20
Item Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Cronbach's
Alpha N of Items
,898 10
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,900 8
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,762 6
Item Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,875 5
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,943 5
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,898 5
Item Statistics
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
sarana dan prasarana 2,00 3,172 ,632 ,900
sarana2 2,17 2,833 ,834 ,857
sarana3 2,10 2,783 ,872 ,848
sarana4 2,17 2,971 ,736 ,879
sarana5 2,10 3,059 ,676 ,892
Scale Statistics
Nama : Lisanti
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 12 Juli 1997
Alamat : Jl. Dr. Cipto Mangun Kusumo Rt o1/01 No.117
No. Telp / HP : 089612893829
Email : lisantiicha14@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Paninggilan 2 (2003 - 2009)
2. SMP PGRI 2 Ciledug (2009 - 2012)
3. SMK Kesehatan Asy-Syifa (2012 – 2015)
4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamina
Bina Medika Program Studi S1 Keperawatan
Tahun Ajaran 2015-2019 (sedang
berlangsung)