Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S


DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL
PADA RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
GROGOL

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK CENDRAWASIH
A R I F A H
KELLY DHARMMA VICAHYA
NU R BAITI
SINTA WAHYU
SRI YATI MULYONO

PROFESI KEPERAWATAN JIWA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn. S dengan Masalah Utama Isolasi Sosial di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Dr, Soeharto Heerdjan“. Makalah seminar ini
merupakan salah satu bentuk penugasan dalam profesi keperawatan jiwa yang
kami laksanakan selama 3 minggu, dari tanggal 31 Oktober sampai dengan 18
November 2011.
Penyusunan makalah seminar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Bella Patriajaya, Sp.KJ selaku direktur Utama RS Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta.
2. Ns. Sukisno, SPd, S.Kep, MKes. selaku Kepala bidang keperawatan RS Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
3. Ibu Ns. Sri Supami, S.Kep, M.Kes selaku Pembimbing di RS Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta.
4. Kepala ruangan dan staff di ruangan elang dan cendrawasih di RS Jiwa Dr.
Soeharto.
5. Ibu Lenny Rosbi Rimbun, Skp selaku koordinator maja ajar Keperawatan
Jiwa.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pembimbing tim keperawatan jiwa yang secara
intensif membimbing selama praktik di ruangan.
7. Teman-teman kelompok Cendrawasih yang telah bekerja dan berusaha dengan
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah seminar
8. Rekan-rekan seangkatan yang mengikuti profesi keperawatan jiwa gelombang
I yang telah banyak memberikan dorongan, masukan dan bantuan.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak.
Jakarta, November 2011
Penulis

Kelompok Cendrawasih
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
memerlukan berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Hubungan interpersonal yang positif akan menghasilkan kepuasan dalam
kehidupan.

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi


dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlin, 1993).
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat menyebabkan individu tidak
percaya diri, ragu, takut bersalah, pesimis, putus asa terhadap berhubungan
dengan orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. Akibatnya individu akan beresiko
untuk terjadinya peruhaan persepsi sensori: halusinasi.

Pada waktu mahasiswa praktik selama dua minggu di ruang Cendrawasih


Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Grogol, tercatat ada 8 klien dari 10
klien yang mempunyai masalah menarik diri. Melihat fenomena dan data yang
telah diperoleh maka kelompok tertarik untuk memilih kasus menarik diri
sebagai klien kelolaan kelompok yang akan diseminarkan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam mengatasi permasalahan
kesehatan masalah utama isolasi sosial.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami lebih dalam mengenai konsep yang mendasari isolasi
sosial
b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi social
berdasarkan teori yang ada.
c. Dapat mendeskriminasikan asuhan keperawatan dengan masalah
utama isolasi sosial.

C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH


Kelompok praktik di ruang Cendrawasih selama 10 hari yaitu mulai tanggal 7
November 2011 dengan metode tim. Selama praktik mahasiswa
mengidentifikasi beberapa klien yang menunjukkan perilaku isolasi sosial dan
dari hasil identifikasi kelompok mempunyai kesepakan untuk memilih kasus
kelolaan kelompok adalah dengan masalah utama isolasi sosial. Kelompok
tertarik dengan kasus yang dialami oleh bapak S karena kasus yang dialami
oleh klien cukup kompleks. Bapak S masih berusia muda, sering merasa
sendiri, sering merasa kecewa karena ditinggal oleh orang yang dicintai,
didikan orang tua yang keras, dan klien pernah terlibat dalam penggunaan
minuman keras. Hal ini memacu kelompok untuk melakukan asuhan
keperawatan sesuai teori yang ada.

Asuhan keperawatan pada bapak S dilakukan sejak tanggal 07 November


2011. Strategi yang dilakukan kelompok adalah menunjuk salah satu anggota
kelompok untuk memulai interaksi untuk membina hubungan saling percaya
dengan klien. Selanjutnya implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai
masalah yang ditemukan secara bergantian oleh anggota kelompok yang lain.
Pada setiap terminasi, tim melakukan tindak lanjut pada klien dan evaluasi
oleh anggota kelompok yang selanjutnya kelompok melakukan diskusi untuk
membahas masalah keperawatan klien dan dikonsultasikan dengan
pembimbing akademik dan pembimbing ruangan untuk mendapat masukan
atau saran sehingga malakah / laporan ini diseminarkan. Setelah beberapa kali
konsultasi dengan pembimbing maka makalah seminar siap untuk
didesiminasikan pada tangggal 15 Nopember 2011 di ruang rehabilitasi
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Grogol.
BAB II
GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Bapak S umur 40 tahun, menikah, pendidikan SMP , alasan masuk rumah
sakit klien sering marah-marah, tersenyum dan tertawa sendiri. Saat
pengkajian diperoleh data klien suka menyendiri, malas bergaul dengan
teman-temanya, bicara hanya seperlunya dan klien selalu mengatakan biasa
saja. Kontak mata kurang dan sering menunduk. Klien mengatakan malas saja
keluar rumah, dirumah klien mengatakan tiduran saja dan sering melamun.
Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara. Klien di rumah sakit tidak
mau ngobrol dengan klien lain karena klien merasa malu.

Dari hasil wawancara dengan keluarga, klien anak pertama dari lima
bersaudara, sekarang tinggal dengan nenek, ibu dua orang adiknya dan anak
kandungnya yang sulung. Klien sudah menikah dan mempunyai dua orang
anak laki-laki, namun isterinya pergi membawa anaknya yang bungsu dengan
laki-laki laik penjaga WC umum didepan rumah klien. Sejak saat itu klien
menunjukkan gejala tidak mau keluar rumah, suka marah dan tersenyum
sendiri. Klien sudah tiga kali dirawat, awalnya klien menunjukkan gejala
gangguan jiwa sejak kepergian isterinya, kemudian disusul dengan adik
kandungnya. Keluarga mengatakan sejak saat itu klien suka menyendiri dan
cepat tersinggung. Keluarga mengatakan selama ayahnya masih hidup
mendidik klien cukup keras, sering dimarahi dan dicemooh karena klien lulus
SMA tidak murni, klien sering bertengkar dengan ayahnya. Keluarga klien
mengatakan klien sempat kuliah dua kali dan semua tidak ada yang selesai.
Kakak klien pernah memukul dan memarahi klien ketika klien kuliah di
Medan karena klien mulai menghisap ganja. Kakak klien mengatakan bahwa
klien tidak berguna. Keluarga klien mengatakan klien sudah pernah dirawat di
RSMM dan di yayasan Shalom, keluarga mengatakan setelah pulang dirumah
pengobatan kurang berhasil karena putus obat dan tidak kontrol. Keluarga
mengatakan membawa klien ke RSMM karena dirumah klien tidak bisa
dikontrol dan keluarga tidak mampu lagi merawat klien.
Klien mengatakan orang terdekat adalah mama dan adiknya yang
sekarang lagi bekerja diluar kota karena mereka perhatian terhadap klien.
Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena tidak nyambung.
Klien mengatakan lebih suka menyendiri. Klien mengatakan kuliah 2 kali tapi
tidak ada yang selesai karena marasa tida kuat lagi, klien merasa malu karena
kuliahnya tidak ada yang selesai dan hanya tinggal dirumah saja. Klien
mengatakan malas untuk mandi, mencuci rambut dan gosok gigi. Klien
mengatakan tidak mau ganti pakaian.
Hasil observasi didapatkan data klien selalu tampak duduk menyendiri,
tampak sering tiduran di tempat tidur, tidak mau interaksi dengan orang lain,
kontak mata kurang, bicara lambat dengan suara pelan dan seperlunya, tidak
mau memulai pembicaraan, sering menunduk, sering diam, badan klien kotor
dan bau, afek datar, ekspresi wajah tampak sedih.

B. MASALAH KESEHATAN
1. Isolasi sosial
Data Subyektif:
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri
- Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
karena tidak nyambung
Data Obyektif :
- Kontak mata kurang
- Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
(menyendiri)
- Tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
- Bicara lambat, pelan dan seperlunya
- Saat berinteraksi sering menunduk
- Tidak mau memulai pembicaraan
2. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi
Data Subyektif:
- Keluarga mengatakan klien suka tersenyum dan tertawa
sendiri saat dirumah
- Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara
Data Obyektif :
- Klien sering menyendiri tidak mau bergaul dengan orang
lain
- Klien sering mengatakan biasa saja, afek datar
- Klien tampak sering tiduran
- Sering diam
3. Harga diri rendah
Data Subyektif:
- Klien kuliah dua kali tidak ada yang lulus karena tidak
kuat
- Klien merasa malu karena tidak lulus kuliah dan hanya
tinggal dirumah saja.
Data Obyektif :
- Ekspresi tampak sedih
- Kontak mata kurang dan sering menunduk

4. Defisit Perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian


Data subyektif:
- Klien mengatakan malas untuk mandi, mencuci rambut
dan gosok gigi
- Klien mengatakan tidak mau ganti pakaian.
Data Obyektif :
- Badan terlihat kotor.
- Tercium bau badan
- Pakaian tidak rapi dan belum diganti
5. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
Data Subyektif:
- Keluarga mengatakan klien sudah pernah dirawat di
RSMM dan yayasan Shalom
- Keluarga mengatakan sejak pulang tidak pernah kontrol
dan putus obat
- Keluarga mengatakan sejak pulang tidak pernah kontrol
dan putus obat
Data Obyektif :
- Status: Riwayat MRS:
- Tahun …….
- Tahun ………
6. Koping keluarga inefektif
Data Subyektif:
- Keluarga mengatakan membawa klien ke RSMM karena
dirumah klien tidak bisa dikontrol dan keluarga tidak mampu lagi
merawat klien.
Data Obyektif :
- Keluarga tampak cemas

C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Pohon Masalah
Resiko gangguan sensori
persepsi: halusinasi
Defisit Perawatan diri:
kebersihan diri, berpakaian

Isolasi sosial

Penatalaksanaan regimen
terapeutik inefektif
Harga Diri Rendah

Koping keluarga inefektif

2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan sensori persepsi: halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Harga diri rendah
4) Defisit perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian
5) Koping keluarga inefektif
6) Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
BAB III
LANDASAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH


Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu membuat kontak
(Carpenito, 2000). Merupakan suatu sikap dimana individu menghindar dari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran,
prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain (Keliat,2000)
Klien Tn. S disebut mengalami isolasi social berdasarkan definisi di
atas, ditunjukkan dengan sering menyendiri, tidak mau bergaul dengan pasien
lainnya, kalau ditanya seringmenjawab tidak tahu, kontak mata kurang.

Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan


stresor presipitasi. Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan respon sosial
yang maladaptif adalah:
1. Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan
seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. Sistem
keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial
maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai
masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari
orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain diluar keluarga. Peran keluarga sering tidak
jelas, orang pecandu alkohol dan penganiayaan anak dapat juga
mempengaruhi seseorang berespon sosial maladaptif.
2. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Bukti
terdahulu tentang keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan
gangguan ini, namun tetap masih diperlukan lebih lanjut.
3. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti:
lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari
kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap
hubungan faktor lain yang berkaitan.

Pada klien Tn. S., factor predisposisinya adalah ….

Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian yang penuh stres


seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor presipitasi
dapat dikelompokkan dalam kategori:
1. Stresor sosiokultural
Stresor dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupan misalnya karena
dirawat dirumah sakit.
2. Stresor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi.

Pada Klien …., factor presipitasi adalah dari stressor …..


Respon sosial maladaptif dapat menimbulkan gangguan dengan
berbagai tingkat keparahan. Perawat harus mengkaji sifat kelainan pasien
dengan mempertimbangkan batasan perilaku yang ditunjukkan. Observasi
yang dilakukan pada klien akan ditemukan data obyektif antara lain: apatis,
ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri), klien
tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat, kontak mata tidak ada, klien lebih sering menunduk,
berdiam diri dikamar/tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya, menolak
berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,
tidur dengan posisi janin. Sedangkan data subyektif sukar dikaji jika klien
menolak berkomunikasi. Beberapa data subyektif adalah: menjawab singkat
dengan kata-kata”tidak”, “ya”, “tidak tahu”.

Pada klien …., pengkajian yang ditemukan sehingga klien


diklasifikasikan dalam diagnose keperawatan utama adalah ……

Masalah keperawatan pada klien dengan isolasi social adalah: 1).


Isolasi social 2) harga diri rendah, dan 3). Resiko gangguan persepsi sensori:
halusinasi. Berikut pohon masalah:

Prioritas Diagnosis keperawatan pada klien Isolasi Sosial adalah


sebagai berikut:
1.
2.
3.

B. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
Tujuan khusus :
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan:
1)Sapa klien dengan ramah baik verbal/non verbal
2)Perkenalkan diri dengan sopan
3)Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang
disukai klien
4)Jelaskan tujuan pertemuan
5)Jujur dan menepati janji
6)Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya
7)Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik
Tindakan keperawatan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
2) Berikan kesempatan kepada klien untuk megungkapkan
perasaan penyebab menarik diri.
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tanda serta penyebab menarik diri yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan keperawatan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
denganorang lain
5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila berhubungan dengan orang lain
7) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
8) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian berhubungan dengan
orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Tindakan keperawatan:
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
secara bertahap:
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain - K lain
K – Kel / Klp / Masy
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
4) Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
5) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam ruangan
e. Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan keperawatan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan, manfaat
berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan
orang lain
Tindakan keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
a) Salam, perkenalkan diri
b) Sampaikan tujuan
c) Buat kontrak
d) Eksplorasi perasaan keluarga
2) Diskusikan dengan keluarga tentang
a) Perilaku menarik diri
b) Penyebab perilaku menarik diri
c) Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
d) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
5) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

2. Harga diri rendah


Tujuan khusus :
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan:
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal/non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang
disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya
b. Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Setiap bertemu klien hindari dari memberi penilaian negatif
3) Utamakan memberikan pujian yang realistik
c. Menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan keperawatan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
2) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
pengguanaanya
d. Merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan:
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan keperawatan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilakukan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
f. Memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Tindakan keperawatan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN

A. Isolasi Sosial
Tujuan umum:
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal.

Tindakan yang telah dilakukan:


Membina hubungan saling percaya, mengkaji pengetahuan klien tentang
perilaku menarik diri dan tanda-tandanya, memberikan kesempatan kepada
klien untuk megungkapkan perasaan penyebab menarik diri, memberikan
pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya, mengkaji
pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain serta kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain, memberi
reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, mendorong dan membantu klien untuk
berhubungan dengan orang lain secara bertahap: klien-perawat dan klien
perawat-perawat lain, memberi reinforcement positif terhadap keberhasilan
yang telah dicapai.

Evaluasi:
Klien masih belum mau memulai pembicaraan, klien sudah mulai mau
beinteraksi dengan orang lain. Kadang kala klien masih tidak mau
berinteraksi dengan alasan malas dan mau tidur. Klien mengatakan dekat
dengan mamanya karena mama sayang dan perhatian. Klien mampu
mengenal penyebab menarik diri, mampu mengidentifikasi keuntungan
mempunyai teman, klien baru mampu berinteraksi dengan stu klien dan
perawat lain. Klien mampu mengungkapkan perasaannya selama berteman.
Rencana tindak lanjut untuk klien adalah mengingatkan dan mendorong klien
untuk terus berhubungan dengan orang lain baik dengan perawat maupun
dengan klien lain, sementara untuk perawat adalah diskusikan dengan klien
tentang jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan dan berdayakan sistem
pendukung (keluarga) dalam perawatan klien menarik diri. Pendidikan
kesehatan ini dilakukan saat keluarga berkunjung.
B. Harga Diri Rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal sehingga harga
diri dapat meningkat.

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah:


Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan klien
Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh
klien selama di rumah sakit.

Evaluasi:
Klien mau menceritakan kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya
seperti bermain musik yaitu gitar dan piano, dan olah raga renang, klien dapat
memelihara alat mandi dan mampu mandi melakukan kegiatan sehari-hari
seperti mandi dan sikat gigi.
Rencana tindakan lanjut terhadap klien adalah menganjurkan klien untuk
melakukan kegiatan lain yang dapat dilakukan dirumah sakit. Sedangkan
untuk perawat adalah mendiskusikan dengan klien untuk menyusun jadwal
kegiatan yang dapat dilakukan selama di rumah sakit, memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga saat berkunjung ke rumah sakit
tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

C. Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri, Berpakaian


Tujuan umum:
Klien dapat meningkatkan motivasi terhadap kebersihan diri sehingga
kebersihan diri menjadi meningkat.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
Mendiskusikan dengan klien tentang pentingnya kebersihan diri
Memotivasi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri seperti: mandi,
menggosok gigi, mengganti baju, memotong kuku, keramas dan merapikan
rambut setiap hari secara mandiri
Memberikan reinforcement positif atas keberhasilan klien merawat
kebersihan diri.

Evaluasi:
Klien sudah mampu mandi dua kali sehari dengan sabun dan menggosok gigi
dengan odol, klien masih belum mau ganti baju setiap hari, tidak menyisir
rambut dengan alasan klien tidak punya sisir. Klien menggunakan alas kaki
yang dibawa oleh keluarganya.
Rencana tindak lanjut untuk klien adalah mengingatkan klien untuk selalu
menjaga kebersihan diri secara rutin dan mendorong klien untuk mengganti
baju setiap haridan memotong kuku bila panjang. Sedangkan untuk perawat
rencana tindak lanjutnya adalah mendiskusikan kembali dengan klien tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri dan mendiskusikan dengan keluarga
tentang kemajuan yang telah dicapai klien dalam perawatan kebersihan diri
selama di RS saat keluarga berkunjung ke rumah sakit.

D. Koping Keluarga Inefektif


Tujuan umum:
Keluarga dapat merawat klien yang mengalami gangguan jiwa sehingga
penatalaksanaan regimen terapeutik efektif.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:


Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
Mengkaji persepsi keluarga tentang perilaku klien yang maladaptif: tidak mau
bergaul dengan orang lain
Mendiskusikan masalah-masalah yang menjadi faktor penyebab klien sakit
serta sikap yang harus diambil oleh keluarga terhadap perilaku maladaptif
klien
Menjelaskan akibat yang timbul bila klien tidak dirawat dengan tepat
Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat klien dirumah dan
menjelaskan support sistem yang ada dalam keluarga seperti sikap keluarga
yang positif
Mendorong keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat untuk merawat kesehatan klien.

Evaluasi:
Keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebab klien sakit
yaitu klien merasa kehilangan karena adiknya bekerja diluar daerah, dan klien
merasa gagal dalam pendidikan karena sudah dua kali kuliah tapi tidak ada
yang selesai. Keluarga mengatakan sekarang hanya tinggal bersama
mamanya, keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam merawat
klien dan dapat menyebutkan akibat yang timbul bila klien tidak dirawat
dengan tepat, keluarga dapat menyebutkan cara merawat klien dirumah.
Rencana tindak lanjut untuk keluarga yaitu mengingatkan keluarga untuk
terus memberi dukungan pada klien demi kesembuhan klien dan berkunjung
setiap minggu. Sedangkan untuk perawat adalah memberitahu keluarga
perkembangan klien selama dirawat pada kunjungan keluarga berikutnya.
BAB V
PEMBAHASAN

Bapak S mempunyai masalah utama isolasi sosial: menarik diri. Hal ini sesuai
dengan data yang ditemukan pada bapak S yaitu: klien apatis, ekspresi sedih, afek
tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri), bicara lambat. Klien tidak
tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat, kontak mata tidak ada, klien
lebih sering menunduk, tiduran dikamar dan duduk terpisah dengan klien lain,
aktivitas kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau tidak mau bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Klien menolak untuk diajak berkomunikasi dan sering mengatakan biasa saja.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 hari, klien mampu
menyebutkan penyebab menarik diri dan mampu berinteraksi dengan klien lain
dan dengan perawat lain. Hambatan yang ditemukan selama interaksi adalah
ketidakmauan klien untuk berinteraksi setelah klien pindah ke ruang Dewi Amba
dan perawat ke ruang bratasena. Hal ini perawat atasi dengan melakukan
komunikasi yang teraputik dengan mengadakan interaksi sering dan singkat secara
bertahap dengan pertanyaan yang terbuka, memulai pembicaraan dengan topik
yang disukai klien dan memperhatikan serta memenuhi kebutuhan dasar klien.
Namun hal itu juga tidak optimal karena kontrak yang telah dibuat sering tidak
dapat dilaksanakan oleh kelompok karena jadwal kegiatan yang sering berbeda
disamping itu tempat praktik yang berbeda dengan tempat klien dirawat sangat
mempengaruhi optimalisasi observasi dan interaksi dengan klien.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah isolasi sosial menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah pada bapak S muncul karena klien merasa
malu tidak dapat menyelesaikan kuliah. Kesenjangan pada diagnosa ini tidak
ditemukan, selama interaksi klien tidak mau kontak mata dengan perawat dan
sering menunduk, dan selalu mengatakan biasa saja. Hal ini diatasi dengan
menggali aspek positif klien dan kemampuan yang masih dapat dilakukan klien
selama dirawat, klien mampu memelihara/menyimpan barang milik pribadi,
merawat diri sendiri: mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun dan
menggosok gigi dan memberi reinforcement positif akan pencapaian klien dan
mendorong klien untuk meningkatkan melakukan kegiatan selama dirumah sakit.
Untuk diagnosa keperawatan defisit perawatan diri : kebersihan diri
berhubungan dengan penurunan kemampuan dan motivasi. Terdapat hambatan
yang cukup bermakna dimana perawat seharusnya dapat mengobservasi secara
langsung aktivitas perawatan diri, namun hal ini tidak dapat dilakukan karena
tempat dan jadwal yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut mahasiswa
menanyakan/melakukan operan kepada perawat ruangan yang bertanggungjawab
terhadap klien tentang aktivitas perawatan diri yang telah dilakukan klien sebelum
dan sesudah waktu dinas mahasiswa serta melakukan observasi penampilan klien.
Pada diagnosa keperawatan penatalaksaan regimen terapeutik inefektif
berhubungan dengan koping keluarga inefektif, ketidakmampuan. Tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan, dimana klien yang
sudah pernah dirawat di RS dan mengalami kekambuhan karena putus obat dan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit dirumah serta
keluarga mengatakan pernah diobati dengan pengobatan alternatif namun tidak
mengalami kesembuhan. Selama dirawat kelompok bertemu denga keluarga klien
selama dua kali. Hambatan yang dialami kelompok saat keluarga berkunjung tidak
selalu bertemu dan belum dilakukan kunjungan rumah.
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat menyebabkan individu tidak
percaya diri, ragu, takut bersalah, pesimis, putus asa terhadap berhubungan
dengan orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan
sehari-hari hampir terabaikan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah menarik diri adalah
membina hubungan saling percaya, mengkaji penyebab menarik diri dan tanda
tandanya, mendiskusikan dengan klien keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tida berhubungan dengan orang lain, mendorong dan
membantu klien untuk beriteraksi dengan orang lain secara bertahap,
mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi, dan
memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.
Pada klien bapak E dengan masalah menarik diri dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan kelompok menggunakan komunikasi yang teraputik
dengan mengadakan interaksi sering dan singkat secara bertahap dengan
pertanyaan yang terbuka, memulai pembicaraan dengan topik yang disukai
klien dan memperhatikan serta memenuhi kebutuhan dasar klien. Hambatan
dalam mengelola klien bapak E dapat diatasi dengan mengatur jadwal bagi
setiap anggota kelompok.
B. SARAN
Dalam rangka meningkatkan dan memperbaiaki mutu asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama menarik diri adalah:
1. Bagi klien
Mendorong klien untuk selalu berhubungan dengan orang lain secara
bertahap baik dengan klien lain, perawat dan keluarga.
2. Bagi keluarga
Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan dengan orang
lain dengan cara berkunjung setiap minggu untuk memberi support sistem
kepada klien dan memperoleh informasi tentang perawatan klien selama
dirawat dan seandainya pulang.
3. Bagi perawat
Lakukan kontak sering dan singkat, perhatikan dan penuhi kebutuhan
klien. Lakukan pendokumentasian dan delegasikan pencapaian
kemampuan klien kepada perawat ruangan sehingga asuhan keperawatan
dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. (1998). Kumpulan proses keperawatan masalah keperawatan jiwa:


asuhan klien gangguan hubungan sosial; menarik diri. Bagian
Keperawatan Jiwa Komunitas FIK-UI. Tidak dipublikasikan
Rawlins, P.R. & Haecock, P.E. (1993). Clinical manual of psychiatric nursing. 2nd
Ed. Philadelphia: Mosby-year Book, Inc.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. 3nd Ed.
Jakarta: EGC
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.SOEHARTO HEERDJAN

Nama : Tn. S Ruangan: Cendrawasih


No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Tgl 9 November pkl. 16.30 – S
16.45 - klien mengatakan ia
a. Mendiskusikan dengan mendengar suara-suara
klien: situasi yang yang membisikinya saat ia
menimbulkan /tidak sendiri
menimbulkan halusinasi, - Ia mendengar suara-suara
waktu & frekuensi itu siang & malam hari
halusinasi, apa yang klien - Ia mendengarnya selama 
rasakan saat halusinasi. 5 menit

b. Mengobservasi tingkah laku O


klien terkait halusinasinya - klien tampak sering bicara,
tersenyum sendiri
- mulut klien komat-kamit

A Tujuan tercapai (TUK 2)

P
(K) Ingatkan klien untuk
mencatat setiap kali ia
mendengar suara-suara
(P) Ajarkan cara mengontrol
halusinasi yaitu cara
menghardik & menemui orang
lain tgl 12-52005 pkl 10.00-
10.15 di ruangan

Paraf perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. SOEHARTO HEERDJAN

Nama : Tn. S Ruangan: Cendrawasih No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 12 April 2005 pkl. 10.00- S
Risiko mencedeari diri, 10.15 - klien mengatakan jika ia
orang lain & lingkungan a. Mengidentifikasi cara mendengar suara-suara ia
b. d. halusinasi dengar yang dilakukan jika diam saja
TUK 3 terjadi halusinasi - klien mengatakan saya tidak
mau dibisik-bisiki (setelah
b. Mendiskusikan manfaat diajarkan perawat)
cara yang dilakukan - klien mengatakan jika
mendengar suara ia akan
c. Mendiskusikan cara menemui perawat, keluarga
baru untuk memutus atau teman.
/mengontrol timbulnya
halusinasi yaitu : O
- saya tidak mau dengar - klien belum tepat dalam
kamu (pada saat melakukan cara menghardik
halusinasi terjadi ) - klien dapat menyebutkan
- menemui orang lain cara kedua yaitu menemui
(perawat/teman/anggota perawat
keluarga) untuk
bercakap-cakap / A Tujuan tercapai sebagian
mengatakan halusinasi (TUK 3)
yang terdengar P
(K) Ingatkan klien untuk
d. Memberi kesempatan melakukan cara yang telah
untuk melakukan cara diajarkan bila ia mendengar
yang telah dilatih suara-suara
(P) Ajarkan kembali cara
e. Mengevaluasi hasil cara mengontrol halusinasi yaitu
yang telah dilakukan & cara menghardik & menemui
memberikan pujian atas orang lain tgl 12-52005 pkl
keberhasilan yang telah 10.00-10.15 di ruangan
diraih
Paraf perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. SOEHARTO HEERDJAN

Nama : Tn. S Ruangan: Cendrawasih No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 13 April 2005 pkl. 11.30- S
Risiko mencedeari diri, 11.45 - Klien mengatakan jika
orang lain & lingkungan a. Megevaluasi cara-cara mendengar suara-suara
b. d. halusinasi dengar yang telah diajarkan untuk ia akan mengatakan
TUK 3 mengatasi halusinasi saya tidak mau dengar
b. Mengajarkan kembali kamu
cara menghardik - Klien mengatakan
c. Mengajarkan cara lain kalau ia bicara sendiri
untuk mengatasi halusinasi perawat disini akan
yaitu membuat jadwal menegurnya.
kegiatan sehari-hari dan
meminta keluarga/ teman O
/perawat menyapa jika - klien sudah dapat
tampak bicara sendiri melakukan cara
d. Meminta klien menyebutkan menghardik
kembali cara yang diajarkan - klien belum dapat
& memberikan pujian atas membuat jadwal
keberhasilan yang telah kegiatan sehari-hari.
diraih
A Tujuan tercapai sebagian
(TUK 3)
P
(K) Ingatkan klien untuk
mencoba membuat jawal
kegiatan sehari-hari
(P) Bantu klien membuat
jawal kegiatan sehari-hari tgl
14-4-2005 pkl 10.00-10.30 di
ruang pertemuan

Paraf perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. SOEHARTO HEERDJAN

Nama : Tn. S Ruangan: Cendrawasih No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 14 April 2005 pkl. 10.00- S
Risiko mencieerai diri, 10.15 - Klien mengatakan ia mau
orang lain & lingkungan a. Membantu klien ikut kegiatan kelompok
b. d. halusinasi dengar membuat jadwal kegiatan bersama klien lain.
TUK 3 sehari-hari O
- Klien dapat membuat
b. Menganjurkan klien jadwal kegiatan sehari-hari
mengikuti terapi aktifitas dibantu oleh perawat
kelompok stimulasi persepsi. - Kontak mata sedikit, klien
masih tampak sedikit
gemetar ketika menulis,
- Ekspresi wajah masih
terlihat tegang

A Tujuan tercapai (TUK 3)

P
(K) Ingatkan klien untuk
melaksanakan kegiatan sesuai
jadwal kegiatan yang telah
dibuat.
(P) Ikutkan klien dalam terapi
aktifitas kelompok stimulasi
persepsi (halusinasi) sesi 1 pkl
11.30-12.00 di ruang makan

Paraf perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. SOEHARTO HEERDJAN

Nama : Tn. S Ruangan: Cendrawasih No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 15 April 2005 pkl. 09.30-
Risiko menciderai diri, 09.45 S
orang lain & lingkungan - Klien mengatakan agar
b. d. halusinasi dengar a. Menjelaskan kepada cepat sembuh ia harus
TUK 5 klien tentang dosis, minum obat.
frekuensi dan manfaat obat - Klien mengatakan ia
yang ia minum minum obat 3 macam,
b. Menjelaskan kepada pagi, siang dan malam
klien prinsip 5 benar obat. warna orange supaya ia
c. Menganjurkan klien tenang, warna putih
berbicara dengan dokter kecil supaya ia tidak
tentang manfaat dan efek mendengar suara-suara
samping obat yang dan warna putih besar
dirasakan. agar badannya tidak
d. Meminta klien kaku
menyebutkan kembali
manfaat obat yang ia minum O
dan 5 prinsip benar - klien dapat
penggunaan obat menyebutkan 5 prinsip
benar obat dibantu
dengan perawat

A Tujuan tercapai (TUK5)


P
(K) Ingatkan klien untuk
meminum obatnya secara
teratur
(P) Ikutkan klien dalam terapi
aktifitas kelompok stimulasi
persepsi (halusinasi) sesi 2 tgl
pkl 10.30-11.00 di ruang
makan

Paraf perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. SOEHARTO HEERDJAN

Nama : Tn. S Ruangan: Cendrawasih No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 3 Tgl 13 April 2005 pkl. 10.30- S
Isolasi sosial: menarik 10.45 - Klien mengatakan ia
diri b.d harga diri rendah a. Mendiskusikan mempunyai hobi
TUK 2 kemampuan dan aspek menulis kaligrafi.
positif yang dimiliki klien - Klien meminta spidol
atau pena runcing
b. Memberi kesempatan khusus untuk menulis
kepada klien untuk kaligrafi
memperlihatkan
kemampuan yang dimiliki O
- Klien menulis
c. Memberikan beberapa ayat Al
reinforcement positif Qur’an dikertas yang
terhadap kemampuan positif diberikan perawat
yang ia miliki
A Tujuan tercapai (TUK2)

P
(K) Ingatkan klien akan
kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
(P) Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
digunakan selama sakit pada
tanggal 14-4-2005 pkl 09.00 -
09.15 bertempat di ruang
makan.

Paraf perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. SOEHARTO HEERDJAN

Nama : Tn. S Ruangan: Cendrawasih No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 3 Tgl 14 April 2005 pkl. 09.15- S
Isolasi sosial: menarik 09.30 -
diri b.d harga diri rendah -
TUK 3
O
a. Memberikan - Klien menulis
reinforcement positif beberapa ayat Al
terhadap kemampuan positif Qur’an dikertas yang
yang ia miliki diberikan perawat

A Tujuan tercapai (TUK2)

P
(K) Ingatkan klien akan
kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki

(P) Diskusikan dengan klien


kemampuan yang dapat
digunakan selama sakit pada
pukul 10.30-10.45 bertempat
di ruang makan.

Anda mungkin juga menyukai