Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. E dengan Masalah Utama Menarik Diri di Ruang Yudistira dan Dewi Amba Rumah
Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi “. Makalah seminar ini merupakan salah satu bentuk penugasan
dalam profesi keperawatan jiwa yang kami laksanakan selama 4 minggu, dari tanggal 28 Maret
Penyusunan makalah seminar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
1. Bapak Akemat, SKp. M.Kes. selaku Kepala Bidang Diklat Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.
2. Ibu Ria Utami Panjaitan, SKp. selaku Koordinator mata ajar keperawatan jiwa III
4. Bapak Saudi, AMK. selaku kepala ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor.
5. Ibu Ns. Desnelly, S. Kep. kepala ruang Dewi Amba Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pembimbing tim keperawatan jiwa yang secara intensif
7. Rekan-rekan perawat di ruangan Yudistira dan Dewi Amba Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.
8. Teman-teman kelompok B-2 yang telah bekerja dan berusaha dengan semaksimal mungkin
9. Rekan-rekan seangkatan yang mengikuti profesi keperawatan jiwa gelombang II yang telah
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Penulis
Kelompok B-2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan
berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan interpersonal yang
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlin, 1993). Terjadinya menarik diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
tidak percaya diri, ragu, takut bersalah, pesimis, putus asa terhadap berhubungan dengan orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. Akibatnya individu akan
Pada waktu mahasiswa praktik selama dua minggu di ruang Yudistira Rumah Sakit Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor, tercatat ada 10 klien dari 20 klien yang mempunyai masalah
menarik diri. Melihat fenomena dan data yang telah diperoleh maka kelompok tertarik untuk
memilih kasus menarik diri sebagai klien kelolaan kelompok yang akan diseminarkan.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan masalah
2. Tujuan Khusus
b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri berdasarkan teori
yang ada.
Kelompok praktik di ruang Yudistira selama 10 hari yaitu mulai tanggal 23 Mei 2005
dengan metode tim. Kelompok dibagi menjadi dua tim, tim I beranggotakan empat orang
mahasiswa dan tim II beranggotakan tiga orang mahasiswa. Pengelolaan klien yang
berjumlah 20 orang dibagi habis pada tiap-tiap tim, dimana setiap anggota tim mengelola
tiga sampai empat orang klien yang telah dibagikan sesuai timnya. Selama praktik
mahasiswa menidintifikasi beberapa klien yang menunjukkan perilaku menarik diri dan dari
hasil identifikasi kelompok mempunyai kesepakan untuk memilih kasus kelolaan kelompok
adalah dengan masalah utama menarik diri. Kelompok tertarik dengan kasus yang dialami
oleh bapak E karena kasus yang dialami oleh klien cukup kompleks. Bapak E masih berusia
muda, sering merasa sendiri, sering merasa kecewa karena ditinggal oleh orang yang
dicintai, didikan orang tua yang keras, dan klien pernah terlibat dalam penggunaan obat-
obatan terlarang. Hal ini memacu kelompok untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai
dilakukan kelompok adalah menunjuk salah satu anggota kelompok untuk memulai interaksi
untuk membina hubungan saling percaya dengan klien. Selanjutkanya implementasi dan
evaluasi dilakukan sesuai masalah yang ditemukan secara bergantian oleh anggota kelompok
yang lain. Pada setiap terminasi, tim melakukan tindak lanjut pada klien dan evaluasi oleh
anggota kelompok yang selanjutnya kelompok melakukan diskusi untuk membahas masalah
ruangan untuk mendapat masukan atau saran sehingga malakah/laporan ini diseminarkan.
Setelah beberapa kali konsultasi dengan pembimbing maka makalah seminar siap untuk
didesiminasikan pada tangggal 16 Juni 2005 di ruang Diklat Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Bapak E umur 23 tahun, belum menikah, pendidikan SMA (kuliah 2 kali tidak tamat),
alasan masuk rumah sakit klien sering marah-marah, tersenyum dan tertawa sendiri. Saat
pengkajian diperoleh data klien suka menyendiri, malas bergaul dengan teman-temanya,
bicara hanya seperlunya dan klien selalu mengatakan biasa saja. Kontak mata kurang dan
sering menunduk. Klien mengatakan malas saja keluar rumah, dirumah klien mengatakan
tiduran saja dan sering melamun. Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara. Klien di
rumah sakit tidak mau ngobrol dengan klien lain karena klien merasa tidak nyambung.
Dari hasil wawancara dengan keluarga, klien anak ketiga dari empat bersaudara,
sekarang hanya tinggal berdua dengan ibunya setelah adik kandung klien bekerja diluar kota
sekitar 3 bulan yang lalu. Sejak saat itu klien menunjukkan gejala tidak mau keluar rumah,
suka marah dan tersenyum dan tertawa sendiri. Klien sudah dua kali dirawat, awalnya klien
menunjukkan gejala gangguan jiwa sejak ayahnya meninggal dunia, kemudian disusul
dengan kakak kandungnya. Keluarga mengatakan sejak saat itu klien suka menyendiri dan
cepat tersinggung. Keluarga mengatakan selama ayahnya masih hidup mendidik klien cukup
keras, sering dimarahi dan dicemooh karena klien lulus SMA tidak murni, klien sering
bertengkar dengan ayahnya. Keluarga klien mengatakan klien sempat kuliah dua kali dan
semua tidak ada yang selesai. Kakak klien pernah memukul dan memarahi klien ketika klien
kuliah di Medan karena klien mulai menghisap ganja. Kakak klien mengatakan bahwa klien
tidak berguna. Keluarga klien mengatakan klien sudah pernah dirawat di RSMM dan di
yayasan Shalom, keluarga mengatakan setelah pulang dirumah pengobatan kurang berhasil
karena putus obat dan tidak kontrol. Keluarga mengatakan membawa klien ke RSMM
karena dirumah klien tidak bisa dikontrol dan keluarga tidak mampu lagi merawat klien.
Klien mengatakan orang terdekat adalah mama dan adiknya yang sekarang lagi bekerja
diluar kota karena mereka perhatian terhadap klien. Klien mengatakan malas bergaul dengan
orang lain karena tidak nyambung. Klien mengatakan lebih suka menyendiri. Klien
mengatakan kuliah 2 kali tapi tidak ada yang selesai karena marasa tida kuat lagi, klien
merasa malu karena kuliahnya tidak ada yang selesai dan hanya tinggal dirumah saja. Klien
mengatakan malas untuk mandi, mencuci rambut dan gosok gigi. Klien mengatakan tidak
Hasil observasi didapatkan data klien selalu tampak duduk menyendiri, tampak sering
tiduran di temapt tidur, tidak mau interaksi dengan orang lain, kontak mata kurang, bicara
lambat dengan suara pelan dan seperlunya, tidak mau memulai pembicaraan, apatis, sering
menunduk, sering diam, badan klien kotor dan bau. ekspresi wajah tampak sedih.
B. MASALAH KESEHATAN
Data Subyektif:
nyambung
Data Obyektif :
- Apatis
Data Subyektif:
dirumah
Data Obyektif :
- Sering diam
Data Subyektif:
- Klien kuliah dua kali tidak ada yang lulus karena tidak kuat
- Klien merasa malu karena tidak lulus kuliah dan hanya tinggal dirumah
saja.
Data Obyektif :
- Klien sering terlihat menyendiri tidak mau bergaul dengan orang lain
Data subyektif:
- Klien mengatakan malas untuk mandi, mencuci rambut dan gosok gigi
Data Obyektif :
Data Subyektif:
yayasan Shalom
- Keluarga mengatakan sejak pulang tidak pernah kontrol dan putus obat
tidak bisa dikontrol dan keluarga tidak mampu lagi merawat klien.
Data Obyektif :
1. Pohon Masalah
Penatalaksanaan regimen
terapeutik inefektif
2. Diagnosa keperawatan
BAB III
LANDASAN TEORI
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain (Rawlins, 1993 dalam Keliat 1998). Menurut Stuart (1998), perilaku yang teramati pada
respon sosial maladaptif mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan kesepian, rasa takut, malu, rasa bersalah, dan merasa tidak aman.
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stresor presipitasi.
Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan respon sosial yang maladaptif adalah:
1. Faktor perkembangan
sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu
bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung
hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga. Peran keluarga sering tidak jelas,
orang pecandu alkohol dan penganiayaan anak dapat juga mempengaruhi seseorang
2. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu
3. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif seperti: lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda
dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan faktor
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian yang penuh stres seperti kehilangan
yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
1. Stresor sosiokultural
Stresor dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang
2. Stresor psikologik
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tinggi.
batasan perilaku yang ditunjukkan. Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan
data obyektif antara lain: apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain
(menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
lain/perawat, kontak mata tidak ada, klien lebih sering menunduk, berdiam diri
lain, klien memutuskan percakapan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, tidur dengan posisi janin. Sedangkan data subyektif sukar
dikaji jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subyektif adalah: menjawab singkat
Masalah keperawatan pada klien dengan menarik diri adalah: 1). Resiko perubahan
persepsi sensori halusinasi, 2). Gangguan konsep diri: harga diri rendah, 3). Defisit
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan khusus :
Tindakan keperawatan:
1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal/non verbal
1.3. Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai klien
Tindakan keperawatan:
2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tanda
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
Tindakan keperawatan:
orang lain
3.5.Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
lain
Tindakan keperawatan:
4.2.Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap:
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain - K lain
4.5.Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
Tindakan keperawatan:
orang lain
Tindakan keperawatan:
- Sampaikan tujuan
- Buat kontrak
- Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
6.5.Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
Tujuan khusus :
Tindakan keperawatan:
1.3. Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai klien
Tindakan keperawatan:
Tindakan keperawatan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit
Tindakan keperawatan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan:
- Kegiatan mandiri
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Tindakan keperawatan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilakukan
Tindakan keperawatan :
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
Tujuan khusus :
Tindakan keperawatan:
Tindakan keperawatan:
2.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan atau pentingnya kebersihan diri
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan:
4.1. Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur, ingatkan klien
untuk mencuci rambut, menyisir, menggosok gigi, ganti baju dan pakai sandal
Tujuan khusus :
1.3. Diskusikan dengan keluarga beberapa masalah yang dapat menjadi faktor
- Mengisolasi klien
1.4. Diskusikan dengan keluarga tentang sikap yang harus dilakukan oleh keluarga,
1.5. Bantu keluarga mengenal sikap dan perilakunya yang dapat memicu klien
kambuh
Tindakan keperawatan:
cepat
Tindakan keperawatan:
demonstrasikan seperti :
teratur
Tindakan keperawatan:
4.1. Identifikasi dengan keluarga tentang pentingnya support sistem yang ada
dalam keluarga
dan keluarga:
Tindakan keperawatan:
5.1. Beri informasi kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada
5.3. Anjurkan pada keluarga sebagai alternatif pemecahan masalah bila klien
Tindakan keperawatan:
klien
PELAKSANAAN TINDAKAN
Tujuan umum:
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
diri.
orang lain serta kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
- mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap:
Evaluasi:
Klien masih belum mau memulai pembicaraan, klien sudah mulai mau beinteraksi
dengan orang lain. Kadang kala klien masih tidak mau berinteraksi dengan alasan malas dan
mau tidur. Klien mengatakan dekat dengan mamanya karena mama sayang dan perhatian.
mempunyai teman, klien baru mampu berinteraksi dengan stu klien dan perawat lain. Klien
Rencana tindak lanjut untuk klien adalah mengingatkan dan mendorong klien untuk terus
berhubungan dengan orang lain baik dengan perawat maupun dengan klien lain, sementara
untuk perawat adalah diskusikan dengan klien tentang jadwal kegiatan harian yang dapat
dilakukan dan berdayakan sistem pendukung (keluarga) dalam perawatan klien menarik
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal sehingga harga diri dapat
meningkat.
- Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien selama
di rumah sakit.
Evaluasi:
Klien mau menceritakan kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya seperti bermain
musik yaitu gitar dan piano, dan olah raga renang, klien dapat memelihara alat mandi dan
mampu mandi melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi dan sikat gigi.
Rencana tindakan lanjut terhadap klien adalah menganjurkan klien untuk melakukan
kegiatan lain yang dapat dilakukan dirumah sakit. Sedangkan untuk perawat adalah
mendiskusikan dengan klien untuk menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan selama
rumah sakit tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
dan motivasi.
Tujuan umum:
Klien dapat meningkatkan motivasi terhadap kebersihan diri sehingga kebersihan diri
menjadi meningkat.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
menggosok gigi, mengganti baju, memotong kuku, keramas dan merapikan rambut
Evaluasi:
Klien sudah mampu mandi dua kali sehari dengan sabun dan menggosok gigi dengan
odol, klien masih belum mau ganti baju setiap hari, tidak menyisir rambut dengan alasan
klien tidak punya sisir. Klien menggunakan alas kaki yang dibawa oleh keluarganya.
Rencana tindak lanjut untuk klien adalah mengingatkan klien untuk selalu menjaga
kebersihan diri secara rutin dan mendorong klien untuk mengganti baju setiap haridan
memotong kuku bila panjang. Sedangkan untuk perawat rencana tindak lanjutnya adalah
mendiskusikan kembali dengan klien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan
mendiskusikan dengan keluarga tentang kemajuan yang telah dicapai klien dalam perawatan
Tujuan umum:
Keluarga dapat merawat klien yang mengalami gangguan jiwa sehingga penatalaksanaan
- Mendiskusikan masalah-masalah yang menjadi faktor penyebab klien sakit serta sikap
- Menjelaskan akibat yang timbul bila klien tidak dirawat dengan tepat
- Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat klien dirumah dan menjelaskan support
sistem yang ada dalam keluarga seperti sikap keluarga yang positif
Evaluasi:
Keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebab klien sakit yaitu klien
merasa kehilangan karena adiknya bekerja diluar daerah, dan klien merasa gagal dalam
pendidikan karena sudah dua kali kuliah tapi tidak ada yang selesai. Keluarga mengatakan
sekarang hanya tinggal bersama mamanya, keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat
dalam merawat klien dan dapat menyebutkan akibat yang timbul bila klien tidak dirawat
Rencana tindak lanjut untuk keluarga yaitu mengingatkan keluarga untuk terus memberi
dukungan pada klien demi kesembuhan klien dan berkunjung setiap minggu. Sedangkan
untuk perawat adalah memberitahu keluarga perkembangan klien selama dirawat pada
PEMBAHASAN
Bapak E mempunyai masalah utama isolasi sosial: menarik diri. Hal ini sesuai dengan data
yang ditemukan pada bapak E yaitu: klien apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari
orang lain (menyendiri), bicara lambat. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, kontak mata tidak ada, klien lebih sering menunduk, tiduran dikamar dan duduk
terpisah dengan klien lain, aktivitas kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau tidak mau bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Klien menolak untuk diajak berkomunikasi dan sering mengatakan biasa saja.
Setelah dilakan tindakan keperawatan selama 8 hari, klien mampu menyebutkan penyebab
menarik diri dan mampu berinteraksi dengan klien lain dan dengan perawat lain. Hambatan
yang ditemukan selama interaksi adalah ketidakmauan klien untuk berinteraksi setelah klien
pindah ke ruang Dewi Amba dan perawat ke ruang bratasena. Hal ini perawat atasi dengan
melakukan komunikasi yang teraputik dengan mengadakan interaksi sering dan singkat secara
bertahap dengan pertanyaan yang terbuka, memulai pembicaraan dengan topik yang disukai
klien dan memperhatikan serta memenuhi kebutuhan dasar klien. Namun hal itu juga tidak
optimal karena kontrak yang telah dibuat sering tidak dapat dilaksanakan oleh kelompok karena
jadwal kegiatan yang sering berbeda disamping itu tempat praktik yang berbeda dengan tempat
klien dirawat sangat mempengaruhi optimalisasi observasi dan interaksi dengan klien.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah pada bapak E muncul karena klien merasa malu tidak dapat menyelesaikan
kuliah. Kesenjangan pada diagnosa ini tidak ditemukan, selama interaksi klien tidak mau kontak
mata dengan perawat dan sering menunduk, dan selalu mengatakan biasa saja. Hal ini diatasi
dengan menggali aspek positif klien dan kemampuan yang masih dapat dilakukan klien selama
dirawat, klien mampu memelihara/menyimpan barang milik pribadi, merawat diri sendiri: mandi
dua kali sehari dengan menggunakan sabun dan menggosok gigi dan memberi reinforcement
positif akan pencapaian klien dan mendorong klien untuk meningkatkan melakukan kegiatan
Untuk diagnosa keperawatan defisit perawatan diri : kebersihan diri berhubungan dengan
penurunan kemampuan dan motivasi. Terdapat hambatan yang cukup bermakna dimana
perawat seharusnya dapat mengobservasi secara langsung aktivitas perawatan diri, namun hal
ini tidak dapat dilakukan karena tempat dan jadwal yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut
mahasiswa menanyakan/melakukan operan kepada perawat ruangan yang bertanggungjawab
terhadap klien tentang aktivitas perawatan diri yang telah dilakukan klien sebelum dan sesudah
koping keluarga inefektif, ketidakmampuan. Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ditemukan, dimana klien yang sudah pernah dirawat di RS dan mengalami
kekambuhan karena putus obat dan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang
sakit dirumah serta keluarga mengatakan pernah diobati dengan pengobatan alternatif namun
tidak mengalami kesembuhan. Selama dirawat kelompok bertemu denga keluarga klien selama
dua kali. Hambatan yang dialami kelompok saat keluarga berkunjung tidak selalu bertemu dan
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Terjadinya menarik diri dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi
percaya diri, ragu, takut bersalah, pesimis, putus asa terhadap berhubungan dengan orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah menarik diri adalah membina
hubungan saling percaya, mengkaji penyebab menarik diri dan tanda tandanya,
mendiskusikan dengan klien keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tida
berhubungan dengan orang lain, mendorong dan membantu klien untuk beriteraksi dengan
orang lain secara bertahap, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
Pada klien bapak E dengan masalah menarik diri dalam pelaksanaan tindakan
interaksi sering dan singkat secara bertahap dengan pertanyaan yang terbuka, memulai
pembicaraan dengan topik yang disukai klien dan memperhatikan serta memenuhi
kebutuhan dasar klien. Hambatan dalam mengelola klien bapak E dapat diatasi dengan
C. SARAN
Dalam rangka meningkatkan dan memperbaiaki mutu asuhan keperawatan jiwa pada klien
1. Bagi klien
Mendorong klien untuk selalu berhubungan dengan orang lain secara bertahap baik
2. Bagi keluarga
Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan dengan orang lain dengan
cara berkunjung setiap minggu untuk memberi support sistem kepada klien dan
memperoleh informasi tentang perawatan klien selama dirawat dan seandainya pulang.
3. Bagi perawat
Lakukan kontak sering dan singkat, perhatikan dan penuhi kebutuhan klien. Lakukan
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. (1998). Kumpulan proses keperawatan masalah keperawatan jiwa: asuhan klien
gangguan hubungan sosial; menarik diri. Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas FIK-UI.
Tidak dipublikasikan
Rawlins, P.R. & Haecock, P.E. (1993). Clinical manual of psychiatric nursing. 2nd Ed.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. 3nd Ed. Jakarta: EGC
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
tersenyum sendiri
mendengar suara-suara
Paraf perawat
/mengontrol timbulnya
halusinasi yaitu : O
(perawat/teman/anggota perawat
keluarga) untuk
yang terdengar P
diraih
Paraf perawat
diraih
(TUK 3)
kegiatan sehari-hari
(P) Bantu klien membuat
ruang pertemuan
Paraf perawat
TUK 3 sehari-hari O
terlihat tegang
dibuat.
menyebutkan kembali
dengan perawat
teratur
makan
Paraf perawat
memperlihatkan
- Klien menulis
yang ia miliki
yang dimiliki
Paraf perawat
TUK 3
O
yang dimiliki
di ruang makan.