Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. E


DENGAN MASALAH UTAMA MENARIK DIRI
PADA RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

OLEH: KELOMPOK B-2


SUTRISNO
ORPA DIANA SUEK
RINA NURHIDAYATI
HEVI LASTYAWATI
DEWI FURIANTI ASRUL
MOCHSUDIN
WIDIASARI

PROFESI KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2005
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa

Pada Tn. E dengan Masalah Utama Menarik Diri di Ruang Yudistira dan Dewi Amba Rumah

Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi “. Makalah seminar ini merupakan salah satu bentuk penugasan

dalam profesi keperawatan jiwa yang kami laksanakan selama 4 minggu, dari tanggal 28 Maret

sampai dengan 22 April 2005.

Penyusunan makalah seminar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Akemat, SKp. M.Kes. selaku Kepala Bidang Diklat Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor.

2. Ibu Ria Utami Panjaitan, SKp. selaku Koordinator mata ajar keperawatan jiwa III

3. Ibu Ice Yulia Wardani, SKp. selaku pembimbing kelompok seminar

4. Bapak Saudi, AMK. selaku kepala ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor.

5. Ibu Ns. Desnelly, S. Kep. kepala ruang Dewi Amba Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pembimbing tim keperawatan jiwa yang secara intensif

membimbing selama praktik di ruangan.

7. Rekan-rekan perawat di ruangan Yudistira dan Dewi Amba Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor.
8. Teman-teman kelompok B-2 yang telah bekerja dan berusaha dengan semaksimal mungkin

untuk menyelesaikan makalah seminar

9. Rekan-rekan seangkatan yang mengikuti profesi keperawatan jiwa gelombang II yang telah

banyak memberikan dorongan, masukan dan bantuan.

10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Bogor, Juni 2005

Penulis

Kelompok B-2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan

berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan interpersonal yang

positif akan menghasilkan kepuasan dalam kehidupan.

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlin, 1993). Terjadinya menarik diri

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor

predisposisi terjadinya menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat menyebabkan individu

tidak percaya diri, ragu, takut bersalah, pesimis, putus asa terhadap berhubungan dengan orang

lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini menimbulkan

perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih

menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. Akibatnya individu akan

beresiko untuk terjadinya peruhaan persepsi sensori: halisinasi.

Pada waktu mahasiswa praktik selama dua minggu di ruang Yudistira Rumah Sakit Dr.

H. Marzoeki Mahdi Bogor, tercatat ada 10 klien dari 20 klien yang mempunyai masalah

menarik diri. Melihat fenomena dan data yang telah diperoleh maka kelompok tertarik untuk

memilih kasus menarik diri sebagai klien kelolaan kelompok yang akan diseminarkan.

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan masalah

utama menarik diri.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu:

a. Memahami lebih dalam mengenai konsep yang mendasari menarik diri.

b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri berdasarkan teori

yang ada.

c. Dapat mendesiminasikan asuhan keperawatan dengan masalah utama menarik diri.

B. PROSES PEMBUATAN MAKALAH

Kelompok praktik di ruang Yudistira selama 10 hari yaitu mulai tanggal 23 Mei 2005

dengan metode tim. Kelompok dibagi menjadi dua tim, tim I beranggotakan empat orang

mahasiswa dan tim II beranggotakan tiga orang mahasiswa. Pengelolaan klien yang

berjumlah 20 orang dibagi habis pada tiap-tiap tim, dimana setiap anggota tim mengelola

tiga sampai empat orang klien yang telah dibagikan sesuai timnya. Selama praktik

mahasiswa menidintifikasi beberapa klien yang menunjukkan perilaku menarik diri dan dari

hasil identifikasi kelompok mempunyai kesepakan untuk memilih kasus kelolaan kelompok

adalah dengan masalah utama menarik diri. Kelompok tertarik dengan kasus yang dialami

oleh bapak E karena kasus yang dialami oleh klien cukup kompleks. Bapak E masih berusia

muda, sering merasa sendiri, sering merasa kecewa karena ditinggal oleh orang yang

dicintai, didikan orang tua yang keras, dan klien pernah terlibat dalam penggunaan obat-

obatan terlarang. Hal ini memacu kelompok untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai

teori yang ada.


Asuhan keperawatan pada bapak E dilakukan sejak tanggal 31 Mei 2005. Strategi yang

dilakukan kelompok adalah menunjuk salah satu anggota kelompok untuk memulai interaksi

untuk membina hubungan saling percaya dengan klien. Selanjutkanya implementasi dan

evaluasi dilakukan sesuai masalah yang ditemukan secara bergantian oleh anggota kelompok

yang lain. Pada setiap terminasi, tim melakukan tindak lanjut pada klien dan evaluasi oleh

anggota kelompok yang selanjutnya kelompok melakukan diskusi untuk membahas masalah

keperawatan klien. dan dikonsultasikan dengan pembimbing akademik dan pembimbing

ruangan untuk mendapat masukan atau saran sehingga malakah/laporan ini diseminarkan.

Setelah beberapa kali konsultasi dengan pembimbing maka makalah seminar siap untuk

didesiminasikan pada tangggal 16 Juni 2005 di ruang Diklat Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor.
BAB II

GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Bapak E umur 23 tahun, belum menikah, pendidikan SMA (kuliah 2 kali tidak tamat),

alasan masuk rumah sakit klien sering marah-marah, tersenyum dan tertawa sendiri. Saat

pengkajian diperoleh data klien suka menyendiri, malas bergaul dengan teman-temanya,

bicara hanya seperlunya dan klien selalu mengatakan biasa saja. Kontak mata kurang dan

sering menunduk. Klien mengatakan malas saja keluar rumah, dirumah klien mengatakan

tiduran saja dan sering melamun. Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara. Klien di

rumah sakit tidak mau ngobrol dengan klien lain karena klien merasa tidak nyambung.

Dari hasil wawancara dengan keluarga, klien anak ketiga dari empat bersaudara,

sekarang hanya tinggal berdua dengan ibunya setelah adik kandung klien bekerja diluar kota

sekitar 3 bulan yang lalu. Sejak saat itu klien menunjukkan gejala tidak mau keluar rumah,

suka marah dan tersenyum dan tertawa sendiri. Klien sudah dua kali dirawat, awalnya klien

menunjukkan gejala gangguan jiwa sejak ayahnya meninggal dunia, kemudian disusul

dengan kakak kandungnya. Keluarga mengatakan sejak saat itu klien suka menyendiri dan

cepat tersinggung. Keluarga mengatakan selama ayahnya masih hidup mendidik klien cukup

keras, sering dimarahi dan dicemooh karena klien lulus SMA tidak murni, klien sering

bertengkar dengan ayahnya. Keluarga klien mengatakan klien sempat kuliah dua kali dan

semua tidak ada yang selesai. Kakak klien pernah memukul dan memarahi klien ketika klien

kuliah di Medan karena klien mulai menghisap ganja. Kakak klien mengatakan bahwa klien

tidak berguna. Keluarga klien mengatakan klien sudah pernah dirawat di RSMM dan di
yayasan Shalom, keluarga mengatakan setelah pulang dirumah pengobatan kurang berhasil

karena putus obat dan tidak kontrol. Keluarga mengatakan membawa klien ke RSMM

karena dirumah klien tidak bisa dikontrol dan keluarga tidak mampu lagi merawat klien.

Klien mengatakan orang terdekat adalah mama dan adiknya yang sekarang lagi bekerja

diluar kota karena mereka perhatian terhadap klien. Klien mengatakan malas bergaul dengan

orang lain karena tidak nyambung. Klien mengatakan lebih suka menyendiri. Klien

mengatakan kuliah 2 kali tapi tidak ada yang selesai karena marasa tida kuat lagi, klien

merasa malu karena kuliahnya tidak ada yang selesai dan hanya tinggal dirumah saja. Klien

mengatakan malas untuk mandi, mencuci rambut dan gosok gigi. Klien mengatakan tidak

mau ganti pakaian.

Hasil observasi didapatkan data klien selalu tampak duduk menyendiri, tampak sering

tiduran di temapt tidur, tidak mau interaksi dengan orang lain, kontak mata kurang, bicara

lambat dengan suara pelan dan seperlunya, tidak mau memulai pembicaraan, apatis, sering

menunduk, sering diam, badan klien kotor dan bau. ekspresi wajah tampak sedih.

B. MASALAH KESEHATAN

1. Isolasi sosial: Menarik diri

Data Subyektif:

- Klien mengatakan lebih suka menyendiri

- Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena tidak

nyambung

Data Obyektif :

- Kontak mata kurang


- Klien tampak memisahkan diri dari orang lain (menyendiri)

- Apatis

- Tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

- Bicara lambat, pelan dan seperlunya

- Saat berinteraksi sering menunduk

- Tidak mau memulai pembicaraan

2. Resiko perubahan sensori persepsi: halusinasi

Data Subyektif:

- Keluarga mengatakan klien suka tersenyum dan tertawa sendiri saat

dirumah

- Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara

Data Obyektif :

- Klien sering menyendiri tidak mau bergaul denga orang lain

- Klien tampak sering tiduran

- Sering diam

3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Data Subyektif:

- Klien kuliah dua kali tidak ada yang lulus karena tidak kuat

- Klien merasa malu karena tidak lulus kuliah dan hanya tinggal dirumah

saja.

Data Obyektif :

- Klien sering terlihat menyendiri tidak mau bergaul dengan orang lain

- Klien sering mengatakan biasa saja


- Ekspresi tampak sedih

- Kontak mata kurang dan sering menunduk

4. Defisit Perawatan diri: kebersihan diri

Data subyektif:

- Klien mengatakan malas untuk mandi, mencuci rambut dan gosok gigi

- Klien mengatakan tidak mau ganti pakaian.

Data Obyektif :

- Badan terlihat kotor.

- Tercium bau badan

- Pakaian tidak rapi dan belum diganti

5. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif,

Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit

Data Subyektif:

- Keluarga mengatakan klien sudah pernah dirawat di RSMM dan

yayasan Shalom

- Keluarga mengatakan sejak pulang tidak pernah kontrol dan putus obat

- Keluarga mengatakan membawa klien ke RSMM karena dirumah klien

tidak bisa dikontrol dan keluarga tidak mampu lagi merawat klien.

Data Obyektif :

- Keluarga tampak cemas


C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Pohon Masalah

Resiko perubahan sensori


persepsi: halusinasi
Defisit Perawatan diri:
kebersihan diri

Isolasi sosial: Kurang minat/


Menarik diri motivasi

Penatalaksanaan regimen
terapeutik inefektif

Gangguan konsep diri:


harga diri rendah

Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan


keluarga merawat anggota yang sakit

2. Diagnosa keperawatan

1) Perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

2) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3) Defisit perawatan diri: kebersihan diri berhubungan dengan kurang minat/motivasi


4) Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping keluarga

inefektif: ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit

BAB III

LANDASAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain (Rawlins, 1993 dalam Keliat 1998). Menurut Stuart (1998), perilaku yang teramati pada

respon sosial maladaptif mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang

berhubungan dengan kesepian, rasa takut, malu, rasa bersalah, dan merasa tidak aman.

Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stresor presipitasi.

Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan respon sosial yang maladaptif adalah:

1. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan seseorang

sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu

dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya

bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil

memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung

hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga. Peran keluarga sering tidak jelas,
orang pecandu alkohol dan penganiayaan anak dapat juga mempengaruhi seseorang

berespon sosial maladaptif.

2. Faktor biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu

tentang keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap

masih diperlukan lebih lanjut.

3. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma

yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota

masyarakat yang tidak produktif seperti: lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik.

Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda

dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan faktor

lain yang berkaitan.

Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian yang penuh stres seperti kehilangan

yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan

menyebabkan ansietas. Stresor presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori:

1. Stresor sosiokultural

Stresor dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang

yang berarti dalam kehidupan misalnya karena dirawat dirumah sakit.

2. Stresor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan

untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan

ansietas tinggi.

Respon sosial maladaptif dapat menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat

keparahan. Perawat harus mengkaji sifat kelainan pasien dengan mempertimbangkan

batasan perilaku yang ditunjukkan. Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan

data obyektif antara lain: apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain

(menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.

Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien

lain/perawat, kontak mata tidak ada, klien lebih sering menunduk, berdiam diri

dikamar/tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya, menolak berhubungan dengan orang

lain, klien memutuskan percakapan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak

melakukan kegiatan sehari-hari, tidur dengan posisi janin. Sedangkan data subyektif sukar

dikaji jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subyektif adalah: menjawab singkat

dengan kata-kata”tidak”, “ya”, “tidak tahu”.

Masalah keperawatan pada klien dengan menarik diri adalah: 1). Resiko perubahan

persepsi sensori halusinasi, 2). Gangguan konsep diri: harga diri rendah, 3). Defisit

perawatan diri kebersihan diri.

B. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial : menarik diri

Tujuan khusus :

1. Membina hubungan saling percaya

Tindakan keperawatan:
1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal/non verbal

1.2. Perkenalkan diri dengan sopan

1.3. Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai klien

1.4. Jelaskan tujuan pertemuan

1.5. Jujur dan menepati janji

1.6. Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya

1.7. Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik

Tindakan keperawatan:

2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2.2. Berikan kesempatan kepada klien untuk megungkapkan perasaan

penyebab menarik diri.

2.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tanda

serta penyebab menarik diri yang muncul

2.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian

tidak berhubungan dengan orang lain

Tindakan keperawatan:

3.1.Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan

orang lain

3.2.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

3.3.Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain


3.4.Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan denganorang lain

3.5.Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang

lain

3.6.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

kerugian bila berhubungan dengan orang lain

3.7.Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain

3.8.Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang kerugian berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

Tindakan keperawatan:

4.1.Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

4.2.Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap:

K–P

K – P – P lain

K – P – P lain - K lain

K – Kel / Klp / Masy

4.3.Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

4.4.Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang

4.5.Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi

waktu

4.6.Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan


4.7.Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain

Tindakan keperawatan:

5.1.Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

5.2.Diskusikan dengan klien tentang perasaan, manfaat berhubungan dengan

orang lain

5.3.Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan

manfaat berhubungan dengan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

Tindakan keperawatan:

6.1.Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

- Salam, perkenalkan diri

- Sampaikan tujuan

- Buat kontrak

- Eksplorasi perasaan keluarga

6.2.Diskusikan dengan keluarga tentang

- Perilaku menarik diri

- Penyebab perilaku menarik diri

- Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri


6.3.Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk

berkomunikasi dengan orang lain

6.4.Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien

minimal satu kali seminggu

6.5.Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan khusus :

1. Membina hubungan saling percaya

Tindakan keperawatan:

1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal/non verbal

1.2. Perkenalkan diri dengan sopan

1.3. Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai klien

1.4. Jelaskan tujuan pertemuan

1.5. Jujur dan menepati janji

1.6. Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya

1.7. Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya

2. Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki

Tindakan keperawatan:

2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

2.2. Setiap bertemu klien hindari dari memberi penilaian negatif

2.3. Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Menilai kemampuan yang digunakan

Tindakan keperawatan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama

sakit

3.2. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan pengguanaanya

4. Merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan keperawatan:

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan:

- Kegiatan mandiri

- Kegiatan dengan bantuan

- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Tindakan keperawatan:

5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilakukan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

6. Memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

Tindakan keperawatan :

6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan

harga diri rendah

6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah


3. Defisit perawatan diri: kebersihan diri

Tujuan khusus :

1. Klien dapat mengerti tentang perawatan diri

Tindakan keperawatan:

1.1. Diskusikan dengan klien tentang pengertian kebutuhan diri sehari-hari

1.2. Dengarkan ungkapan klien dengan penuh perhatian dan empati

1.3. Beri pujian pada klien

2. Klien dapat menyebutkan pentingnya kebersihan diri

Tindakan keperawatan:

2.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan atau pentingnya kebersihan diri

3. Klien dapat menyebutkan usaha-usaha untuk menjaga kebersihan diri

Tindakan keperawatan

3.1. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti

- Mandi 2 kali pagi dan sore

- Keramas dan menyisir rambut

- Gunting kuku bila panjang

4. Klien dapat mendiskusikan upaya menjaga kebersihan diri

Tindakan keperawatan:

4.1. Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur, ingatkan klien

untuk mencuci rambut, menyisir, menggosok gigi, ganti baju dan pakai sandal

4. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif

Tujuan khusus :

1. Keluarga dapat mengenal masalah yang menyebabkan klien kambuh


Tindakan keperawatan:

1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

- Sapa keluarga dengan ramah

- Jelaskan tujuan perawatan dan peranannya selama bersama klien

- Dorong keluarga untuk mengungkapkan masalah

1.2. Kaji persepsi keluarga tentang perilaku klien yang maladaptif

1.3. Diskusikan dengan keluarga beberapa masalah yang dapat menjadi faktor

penyebab klien kambuh, seperti:

- Tidak menghargai klien

- Mengisolasi klien

- Tidak memperhatikan klien

- Klien tidak diberi kegiatan selama di rumah

1.4. Diskusikan dengan keluarga tentang sikap yang harus dilakukan oleh keluarga,

masyarakat terhadap perilaku maladaptif dari klien

1.5. Bantu keluarga mengenal sikap dan perilakunya yang dapat memicu klien

kambuh

2. Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap klien

Tindakan keperawatan:

2.1. Diskusikan dengan keluarga bahwa keluarga penanggungjawab utama

dalam merawat klien dirumah

2.2. Jelaskan kepada keluarga bahwa keluarga merupakan pengambil

keputusan dalam keperawatan keluarga


2.3. Jelaskan kepada keluarga akibat bila masalah tidak ditangani dengan

cepat

2.4. Motivasi keluarga untuk memastikan hal yang menguntungkan klien

3. Keluarga dapat merawat klien merawat klien dirumah

Tindakan keperawatan:

3.1. Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dirumah dan

demonstrasikan seperti :

- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

- Libatkan klien dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan keluarga

- Dengarkan keluhan yang dirasakan klien

- Berikan jalan keluar setiap klien mengalami masalah

- Beri reinforcement positif bila klien dapat melakukan tugasnya

3.2. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya minum obat secara

teratur

4. Keluarga dapat mengidentifikasi support sistem yang ada didalam keluarga

Tindakan keperawatan:

4.1. Identifikasi dengan keluarga tentang pentingnya support sistem yang ada

dalam keluarga

4.2. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya partisipasi aktif dari

support sistem dalam perawatan klien

4.3. Diskusikan dengan keluarga tentang pentinya keluarga dalam menghargai

nilai positif klien


4.4. Anjurkan pada keluarga untuk mengidentifikasi aspek yang dimiliki klien

dan keluarga:

- Identifikasi bersama-sama keluarga tentang kondisi dan lingkungan keluarga

yang dapat mendukung kesehatan klien

- Ciptakan suasana keluarga yang tenang dan nyaman bagi klien

5. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang terapeutik dalam merawat klien

Tindakan keperawatan:

5.1. Beri informasi kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada

dimasyarakat dan dapat digunakan keluarga sebelum klien dibawa ke RS jiwa

bila mengalami kambuh

5.2. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas

tersebut serta tahu prosedur yang harus dilakukan oleh keluarga

5.3. Anjurkan pada keluarga sebagai alternatif pemecahan masalah bila klien

kambuh untuk memanfaatkan fasilitas yang ada didekat rumah

6. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat untuk

merawat kesehatan klien

Tindakan keperawatan:

6.1. Kaji pandangan keluarga tentang keberadaan Puskesmas dalam perawatan

klien

6.2. Dorong keluarga untuk memanfaatkan Puskesmas dalam perawatan klien


BAB IV

PELAKSANAAN TINDAKAN

1. Perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan umum:

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.

Tindakan yang telah dilakukan:

- Membina hubungan saling percaya

- Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya


- Memberikan kesempatan kepada klien untuk megungkapkan perasaan penyebab menarik

diri.

- Memberikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

- Mengkaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan

orang lain serta kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

- Memberi reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain

- mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap:

klien-perawat dan klien perawat-perawat lain

- Memberi reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

Evaluasi:

Klien masih belum mau memulai pembicaraan, klien sudah mulai mau beinteraksi

dengan orang lain. Kadang kala klien masih tidak mau berinteraksi dengan alasan malas dan

mau tidur. Klien mengatakan dekat dengan mamanya karena mama sayang dan perhatian.

Klien mampu mengenal penyebab menarik diri, mampu mengidentifikasi keuntungan

mempunyai teman, klien baru mampu berinteraksi dengan stu klien dan perawat lain. Klien

mampu mengungkapkan perasaannya selama berteman.

Rencana tindak lanjut untuk klien adalah mengingatkan dan mendorong klien untuk terus

berhubungan dengan orang lain baik dengan perawat maupun dengan klien lain, sementara

untuk perawat adalah diskusikan dengan klien tentang jadwal kegiatan harian yang dapat

dilakukan dan berdayakan sistem pendukung (keluarga) dalam perawatan klien menarik

diri. Pendidikan kesehatan ini dilakukan saat keluarga berkunjung.


2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal sehingga harga diri dapat

meningkat.

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah:

- Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

- Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan klien

- Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien selama

di rumah sakit.

Evaluasi:

Klien mau menceritakan kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya seperti bermain

musik yaitu gitar dan piano, dan olah raga renang, klien dapat memelihara alat mandi dan

mampu mandi melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi dan sikat gigi.

Rencana tindakan lanjut terhadap klien adalah menganjurkan klien untuk melakukan

kegiatan lain yang dapat dilakukan dirumah sakit. Sedangkan untuk perawat adalah

mendiskusikan dengan klien untuk menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan selama

di rumah sakit, memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga saat berkunjung ke

rumah sakit tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

3. Defisit perawatan diri: kebersihan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan

dan motivasi.

Tujuan umum:

Klien dapat meningkatkan motivasi terhadap kebersihan diri sehingga kebersihan diri

menjadi meningkat.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:

- Mendiskusikan dengan klien tentang pentingnya kebersihan diri

- Memotivasi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri seperti: mandi,

menggosok gigi, mengganti baju, memotong kuku, keramas dan merapikan rambut

setiap hari secara mandiri

- Memberikan reinforcement positif atas keberhasilan klien merawat kebersihan diri.

Evaluasi:

Klien sudah mampu mandi dua kali sehari dengan sabun dan menggosok gigi dengan

odol, klien masih belum mau ganti baju setiap hari, tidak menyisir rambut dengan alasan

klien tidak punya sisir. Klien menggunakan alas kaki yang dibawa oleh keluarganya.

Rencana tindak lanjut untuk klien adalah mengingatkan klien untuk selalu menjaga

kebersihan diri secara rutin dan mendorong klien untuk mengganti baju setiap haridan

memotong kuku bila panjang. Sedangkan untuk perawat rencana tindak lanjutnya adalah

mendiskusikan kembali dengan klien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan

mendiskusikan dengan keluarga tentang kemajuan yang telah dicapai klien dalam perawatan

kebersihan diri selama di RS saat keluarga berkunjung ke rumah sakit.

4. Penatalaksaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping keluarga

inefektif: ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Tujuan umum:

Keluarga dapat merawat klien yang mengalami gangguan jiwa sehingga penatalaksanaan

regimen terapeutik efektif.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:

- Membina hubungan saling percaya dengan keluarga


- Mengkaji persepsi keluarga tentang perilaku klien yang maladaptif: tidak mau bergaul

dengan orang lain

- Mendiskusikan masalah-masalah yang menjadi faktor penyebab klien sakit serta sikap

yang harus diambil oleh keluarga terhadap perilaku maladaptif klien

- Menjelaskan akibat yang timbul bila klien tidak dirawat dengan tepat

- Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat klien dirumah dan menjelaskan support

sistem yang ada dalam keluarga seperti sikap keluarga yang positif

- Mendorong keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

untuk merawat kesehatan klien.

Evaluasi:

Keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebab klien sakit yaitu klien

merasa kehilangan karena adiknya bekerja diluar daerah, dan klien merasa gagal dalam

pendidikan karena sudah dua kali kuliah tapi tidak ada yang selesai. Keluarga mengatakan

sekarang hanya tinggal bersama mamanya, keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat

dalam merawat klien dan dapat menyebutkan akibat yang timbul bila klien tidak dirawat

dengan tepat, keluarga dapat menyebutkan cara merawat klien dirumah.

Rencana tindak lanjut untuk keluarga yaitu mengingatkan keluarga untuk terus memberi

dukungan pada klien demi kesembuhan klien dan berkunjung setiap minggu. Sedangkan

untuk perawat adalah memberitahu keluarga perkembangan klien selama dirawat pada

kunjungan keluarga berikutnya.


BAB V

PEMBAHASAN

Bapak E mempunyai masalah utama isolasi sosial: menarik diri. Hal ini sesuai dengan data

yang ditemukan pada bapak E yaitu: klien apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari

orang lain (menyendiri), bicara lambat. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien

lain/perawat, kontak mata tidak ada, klien lebih sering menunduk, tiduran dikamar dan duduk

terpisah dengan klien lain, aktivitas kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, klien

memutuskan percakapan atau tidak mau bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

Klien menolak untuk diajak berkomunikasi dan sering mengatakan biasa saja.
Setelah dilakan tindakan keperawatan selama 8 hari, klien mampu menyebutkan penyebab

menarik diri dan mampu berinteraksi dengan klien lain dan dengan perawat lain. Hambatan

yang ditemukan selama interaksi adalah ketidakmauan klien untuk berinteraksi setelah klien

pindah ke ruang Dewi Amba dan perawat ke ruang bratasena. Hal ini perawat atasi dengan

melakukan komunikasi yang teraputik dengan mengadakan interaksi sering dan singkat secara

bertahap dengan pertanyaan yang terbuka, memulai pembicaraan dengan topik yang disukai

klien dan memperhatikan serta memenuhi kebutuhan dasar klien. Namun hal itu juga tidak

optimal karena kontrak yang telah dibuat sering tidak dapat dilaksanakan oleh kelompok karena

jadwal kegiatan yang sering berbeda disamping itu tempat praktik yang berbeda dengan tempat

klien dirawat sangat mempengaruhi optimalisasi observasi dan interaksi dengan klien.

Diagnosa keperawatan yang kedua adalah isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan

harga diri rendah pada bapak E muncul karena klien merasa malu tidak dapat menyelesaikan

kuliah. Kesenjangan pada diagnosa ini tidak ditemukan, selama interaksi klien tidak mau kontak

mata dengan perawat dan sering menunduk, dan selalu mengatakan biasa saja. Hal ini diatasi

dengan menggali aspek positif klien dan kemampuan yang masih dapat dilakukan klien selama

dirawat, klien mampu memelihara/menyimpan barang milik pribadi, merawat diri sendiri: mandi

dua kali sehari dengan menggunakan sabun dan menggosok gigi dan memberi reinforcement

positif akan pencapaian klien dan mendorong klien untuk meningkatkan melakukan kegiatan

selama dirumah sakit.

Untuk diagnosa keperawatan defisit perawatan diri : kebersihan diri berhubungan dengan

penurunan kemampuan dan motivasi. Terdapat hambatan yang cukup bermakna dimana

perawat seharusnya dapat mengobservasi secara langsung aktivitas perawatan diri, namun hal

ini tidak dapat dilakukan karena tempat dan jadwal yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut
mahasiswa menanyakan/melakukan operan kepada perawat ruangan yang bertanggungjawab

terhadap klien tentang aktivitas perawatan diri yang telah dilakukan klien sebelum dan sesudah

waktu dinas mahasiswa serta melakukan observasi penampilan klien.

Pada diagnosa keperawatan penatalaksaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan

koping keluarga inefektif, ketidakmampuan. Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

kasus yang ditemukan, dimana klien yang sudah pernah dirawat di RS dan mengalami

kekambuhan karena putus obat dan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang

sakit dirumah serta keluarga mengatakan pernah diobati dengan pengobatan alternatif namun

tidak mengalami kesembuhan. Selama dirawat kelompok bertemu denga keluarga klien selama

dua kali. Hambatan yang dialami kelompok saat keluarga berkunjung tidak selalu bertemu dan

belum dilakukan kunjungan rumah.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Terjadinya menarik diri dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi

terjadinya menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat menyebabkan individu tidak

percaya diri, ragu, takut bersalah, pesimis, putus asa terhadap berhubungan dengan orang

lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih

menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.

Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah menarik diri adalah membina

hubungan saling percaya, mengkaji penyebab menarik diri dan tanda tandanya,

mendiskusikan dengan klien keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tida

berhubungan dengan orang lain, mendorong dan membantu klien untuk beriteraksi dengan

orang lain secara bertahap, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah

berinteraksi, dan memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.

Pada klien bapak E dengan masalah menarik diri dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan kelompok menggunakan komunikasi yang teraputik dengan mengadakan

interaksi sering dan singkat secara bertahap dengan pertanyaan yang terbuka, memulai

pembicaraan dengan topik yang disukai klien dan memperhatikan serta memenuhi

kebutuhan dasar klien. Hambatan dalam mengelola klien bapak E dapat diatasi dengan

mengatur jadwal bagi setiap anggota kelompok.

C. SARAN

Dalam rangka meningkatkan dan memperbaiaki mutu asuhan keperawatan jiwa pada klien

dengan masalah utama menarik diri adalah:

1. Bagi klien

Mendorong klien untuk selalu berhubungan dengan orang lain secara bertahap baik

dengan klien lain, perawat dan keluarga.

2. Bagi keluarga
Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan dengan orang lain dengan

cara berkunjung setiap minggu untuk memberi support sistem kepada klien dan

memperoleh informasi tentang perawatan klien selama dirawat dan seandainya pulang.

3. Bagi perawat

Lakukan kontak sering dan singkat, perhatikan dan penuhi kebutuhan klien. Lakukan

pendokumentasian dan delegasikan pencapaian kemampuan klien kepada perawat

ruangan sehingga asuhan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. (1998). Kumpulan proses keperawatan masalah keperawatan jiwa: asuhan klien

gangguan hubungan sosial; menarik diri. Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas FIK-UI.

Tidak dipublikasikan

Rawlins, P.R. & Haecock, P.E. (1993). Clinical manual of psychiatric nursing. 2nd Ed.

Philadelphia: Mosby-year Book, Inc.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. 3nd Ed. Jakarta: EGC
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

C. DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.H MARZOEKI MAHDI

Nama : Tn. AW Ruangan: Kresna No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 11 April 2005 pkl. 12.00- S

Risiko menciderai diri, 12.15 - klien mengatakan ia

orang lain & a. Mendiskusikan dengan mendengar suara-suara


lingkungan b. d. klien: situasi yang yang membisikinya saat ia

halusinasi dengar menimbulkan /tidak sendiri

TUK 2 menimbulkan halusinasi, - Ia mendengar suara-suara

waktu & frekuensi itu siang & malam hari

halusinasi, apa yang klien - Ia mendengarnya selama 

rasakan saat halusinasi. 5 menit

b. Mengobservasi tingkah laku O

klien terkait halusinasinya - klien tampak sering bicara,

tersenyum sendiri

- mulut klien komat-kamit

A Tujuan tercapai (TUK 2)

(K) Ingatkan klien untuk

mencatat setiap kali ia

mendengar suara-suara

(P) Ajarkan cara mengontrol

halusinasi yaitu cara

menghardik & menemui orang

lain tgl 12-52005 pkl 10.00-


10.15 di ruangan

Paraf perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

D. DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.H MARZOEKI MAHDI

Nama : Tn. AW Ruangan: Kresna No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 12 April 2005 pkl. 10.00- S

Risiko mencedeari diri, 10.15 - klien mengatakan jika ia

orang lain & lingkungan a. Mengidentifikasi cara mendengar suara-suara ia


b. d. halusinasi dengar yang dilakukan jika diam saja

TUK 3 terjadi halusinasi - klien mengatakan saya tidak

mau dibisik-bisiki (setelah

b. Mendiskusikan manfaat diajarkan perawat)

cara yang dilakukan - klien mengatakan jika

mendengar suara ia akan

c. Mendiskusikan cara menemui perawat, keluarga

baru untuk memutus atau teman.

/mengontrol timbulnya

halusinasi yaitu : O

- saya tidak mau dengar - klien belum tepat dalam

kamu (pada saat melakukan cara menghardik

halusinasi terjadi ) - klien dapat menyebutkan

- menemui orang lain cara kedua yaitu menemui

(perawat/teman/anggota perawat

keluarga) untuk

bercakap-cakap / A Tujuan tercapai sebagian

mengatakan halusinasi (TUK 3)

yang terdengar P

(K) Ingatkan klien untuk

d. Memberi kesempatan melakukan cara yang telah

untuk melakukan cara diajarkan bila ia mendengar

yang telah dilatih suara-suara


(P) Ajarkan kembali cara

e. Mengevaluasi hasil cara mengontrol halusinasi yaitu

yang telah dilakukan & cara menghardik & menemui

memberikan pujian atas orang lain tgl 12-52005 pkl

keberhasilan yang telah 10.00-10.15 di ruangan

diraih

Paraf perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

E. DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.H MARZOEKI MAHDI

Nama : Tn. AW Ruangan: Kresna No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 13 April 2005 pkl. 11.30- S

Risiko mencedeari diri, 11.45 - Klien mengatakan jika

orang lain & lingkungan a. Megevaluasi cara-cara mendengar suara-suara


b. d. halusinasi dengar yang telah diajarkan untuk ia akan mengatakan

TUK 3 mengatasi halusinasi saya tidak mau dengar

b. Mengajarkan kembali kamu

cara menghardik - Klien mengatakan

c. Mengajarkan cara lain kalau ia bicara sendiri

untuk mengatasi halusinasi perawat disini akan

yaitu membuat jadwal menegurnya.

kegiatan sehari-hari dan

meminta keluarga/ teman O

/perawat menyapa jika - klien sudah dapat

tampak bicara sendiri melakukan cara

d. Meminta klien menyebutkan menghardik

kembali cara yang diajarkan - klien belum dapat

& memberikan pujian atas membuat jadwal

keberhasilan yang telah kegiatan sehari-hari.

diraih

A Tujuan tercapai sebagian

(TUK 3)

(K) Ingatkan klien untuk

mencoba membuat jawal

kegiatan sehari-hari
(P) Bantu klien membuat

jawal kegiatan sehari-hari tgl

14-4-2005 pkl 10.00-10.30 di

ruang pertemuan

Paraf perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

F. DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.H MARZOEKI MAHDI

Nama : Tn. AW Ruangan: Kresna No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 14 April 2005 pkl. 10.00- S

Risiko mencieerai diri, 10.15 - Klien mengatakan ia mau

orang lain & lingkungan a. Membantu klien ikut kegiatan kelompok


b. d. halusinasi dengar membuat jadwal kegiatan bersama klien lain.

TUK 3 sehari-hari O

- Klien dapat membuat

b. Menganjurkan klien jadwal kegiatan sehari-hari

mengikuti terapi aktifitas dibantu oleh perawat

kelompok stimulasi persepsi. - Kontak mata sedikit, klien

masih tampak sedikit

gemetar ketika menulis,

- Ekspresi wajah masih

terlihat tegang

A Tujuan tercapai (TUK 3)

(K) Ingatkan klien untuk

melaksanakan kegiatan sesuai

jadwal kegiatan yang telah

dibuat.

(P) Ikutkan klien dalam terapi

aktifitas kelompok stimulasi

persepsi (halusinasi) sesi 1 pkl

11.30-12.00 di ruang makan


Paraf perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

G. DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.H MARZOEKI MAHDI

Nama : Tn. AW Ruangan: Kresna No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 1 Tgl 15 April 2005 pkl. 09.30-

Risiko menciderai diri, 09.45 S

orang lain & lingkungan - Klien mengatakan agar


b. d. halusinasi dengar a. Menjelaskan kepada cepat sembuh ia harus

TUK 5 klien tentang dosis, minum obat.

frekuensi dan manfaat obat - Klien mengatakan ia

yang ia minum minum obat 3 macam,

b. Menjelaskan kepada pagi, siang dan malam

klien prinsip 5 benar obat. warna orange supaya ia

c. Menganjurkan klien tenang, warna putih

berbicara dengan dokter kecil supaya ia tidak

tentang manfaat dan efek mendengar suara-suara

samping obat yang dan warna putih besar

dirasakan. agar badannya tidak

d. Meminta klien kaku

menyebutkan kembali

manfaat obat yang ia minum O

dan 5 prinsip benar - klien dapat

penggunaan obat menyebutkan 5 prinsip

benar obat dibantu

dengan perawat

A Tujuan tercapai (TUK5)

(K) Ingatkan klien untuk


meminum obatnya secara

teratur

(P) Ikutkan klien dalam terapi

aktifitas kelompok stimulasi

persepsi (halusinasi) sesi 2 tgl

pkl 10.30-11.00 di ruang

makan

Paraf perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

H. DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.H MARZOEKI MAHDI

Nama : Tn. AW Ruangan: Kresna No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 3 Tgl 13 April 2005 pkl. 10.30- S

Isolasi sosial: menarik 10.45 - Klien mengatakan ia

diri b.d harga diri rendah a. Mendiskusikan mempunyai hobi

TUK 2 kemampuan dan aspek menulis kaligrafi.


positif yang dimiliki klien - Klien meminta spidol

atau pena runcing

b. Memberi kesempatan khusus untuk menulis

kepada klien untuk kaligrafi

memperlihatkan

kemampuan yang dimiliki O

- Klien menulis

c. Memberikan beberapa ayat Al

reinforcement positif Qur’an dikertas yang

terhadap kemampuan positif diberikan perawat

yang ia miliki

A Tujuan tercapai (TUK2)

(K) Ingatkan klien akan

kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki

(P) Diskusikan dengan klien

kemampuan yang dapat

digunakan selama sakit pada

tanggal 14-4-2005 pkl 09.00 -

09.15 bertempat di ruang


makan.

Paraf perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR.H MARZOEKI MAHDI

Nama : Tn. AW Ruangan: Kresna No.RM:

DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx. 3 Tgl 14 April 2005 pkl. 09.15- S

Isolasi sosial: menarik 09.30 -

diri b.d harga diri rendah -

TUK 3
O

a. Memberikan - Klien menulis

reinforcement positif beberapa ayat Al

terhadap kemampuan positif Qur’an dikertas yang

yang ia miliki diberikan perawat

A Tujuan tercapai (TUK2)

(K) Ingatkan klien akan

kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki

(P) Diskusikan dengan klien

kemampuan yang dapat

digunakan selama sakit pada

pukul 10.30-10.45 bertempat

di ruang makan.

Anda mungkin juga menyukai