Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN.N DENGAN MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH


DI RUANG MERAK RS JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
Beni Septio
Edi Sudrajat
Lisa Oktaviani
Maya Widyaningsih
Silviaty Solihin

KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG BANTEN
2012
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat serta hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Profesi Ners selama empat minggu dan dapat

menyelesaikan makalah seminar dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. T Dengan

Masalah Utama Harga Diri Rendah Di Ruang Merak RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

Dalam menyusun makalah ini penulis menemukan beberapa kendala, tetapi berkat bimbingan,

arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bella Patriajaya, Sp.KJ, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto

Heerdjan Jakarta

2. Bapak H. Maman Sutisna, SKM, M.Kes, sebagai ketua STIKes Faletehan Serang.

3. Bapak Ns. Nani Rukmanah, S.Kep, selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Jiwa

Soeharto Heerdjan dan Pembimbing Klinik

4. Ibu Deni Suwardiman, S.Kep, M.Kep selaku Koordinator dan Pembimbing Akademik

Praktek Profesi Ners Keperawatan Jiwa

5. Seluruh perawat dan staff Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
6. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi STIKes Faletehan Serang, yang turut membantu dalam

pembuatan makalah ini

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, baik isi

maupun susunannya. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan

pembaca umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Mei 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan kesehatan jiwa bukan hanya gejala kejiwaan saja tetapi sangat luas dari mulai
yang ringan seperti kecemasan dan depresi, malas bekerja, sering tidak bisakerja sama
dengan teman sekerja, sering marah-marah, ketagihan napza sampai yang berat sampai
skizofrenia (Administator, 2008).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa,
syaraf maupun jumlahnya semakin meningkat. Pada studi ternbaru WHO di 14 negara
menunjukan bahwa keadaan Negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan
jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun pertama (Hardian,2008).
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi
dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada di masyarakat (Azrul, 2001) krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa dunia, dan
indoneia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari penduduk
Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008). Gangguan jiwa menjadi masalah
serius di seluruh dunia. Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2007 menyatakan paling
tidak satu dari empat orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Di Indonesia
berdasarkan survey kesehatan mental rumah tangga pada setiap 1000 anggota rumah tangga
terdapat 185 orang mengalami gangguan terkait masalah kejiwaan. Menurut Hawari (2007)
bahwa jumlah penderita skizofrenia di Indonesia adalah 3-5 perseribu penduduk. Mayoritas
penderita berada di kota besar, ini terkait dengan tingginya stress yang muncul di daerah
perkotaan. Seiring dengan peradaban manusia masalah-masalah kehidupan semakin
kompleks pula, masalah tersebut bisa berasal dari diri manusia sendiri maupun dari faktor
luar. Manusia dapat mengalami perubahan bahkan gangguan pada fisik maupun mental
akibat kemunculan masalah tersebut. Gangguan fisik mungkin sudah umum terjadi dan
sarana penunjangnya juga telah banyak tersedia di berbagai tempat, sedangkan gangguan
mental lebih sering dianggap tidak perlu dirawat di pelayanan kesehatan dengan alasan
keterbatasan pengetahuan, sarana dan dana (Stuart dan Laraia, 2001)
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural, yang apabila salah satunya
terganggu, maka faktor yang lainnya akan terganggu pula. Salah satu gangguan itu dapat
berupa gangguan mental yang di sebabkan oleh berbagai faktor baik itu bio-psiko-sosial-
spiritual dan kultural.
Salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh lima faktor di atas adalah harga diri
rendah, konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal dan penguasaan lingkungan.
Gangguan konsep diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai suatu keinginan yang apabila tidak segera
ditangani akan timbul bahaya seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan serta tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan harga diri rendah meliputi peran
promotiv, plefentiv, kurativ dan rehabilitativ.pada peran promotiv perawat meningkatkan dan
memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan keluarga.
Dari aspek prefentiv yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan harga diri
rendah. Sedangkan pada peran kurativ perawat merencanakan dan melaksanakan rencana
tindakan keperawatan klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitativ berperan pada follow
up perawat dengan harga diri rendah melalui pelayanan di rumah atau home visite.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata di lapangan dan mampu merawat serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri : Harga
Diri Rendah sesuai dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan konsep diri / Harga Diri Rendah.
b. Menentukan masalah keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan konsep diri /
harga diri rendah.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri / harga
diri rendah.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri / harga
diri rendah.
e. Melaksanakan atau melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan konsep diri /
harga diri rendah.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada klien dengan
gangguan konsep diri / harga diri rendah.
g. Mengidentifikasi faktor faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari
solusinya.
h. Mendokumentasikan semua kegiatan dalam bentuk narasi.

C. Proses pembuatan makalah


Pengkajian dilakukan dimulai pada tanggal 16 April sampai dengan 23 April. Pada hasil
pengkajian didapatkan diagnosa isolasi sosial, harga diri rendah, dan resiko perilaku
kekerasan.Koping keluarga in efektif. Diskusi kelompok dilaksanakan untuk pembuatan
makalah ini.
BAB II
GAMBARAN KASUS

Ruang rawat : Merak


Tanggal dirawat : 28 Maret 2012

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Tn. N
Tanggal Pengkajian : 16 April 2012
Umur : 21 Tahun
RM No. : 018260
Informan : Klien dan Status Klien

2. Alasan Masuk
Klien mengatakan dirumah pernah memukul ayah dan kakaknya. Klien juga membakar
bantal bantal didalam kamarnya. Selain itu klien bicaranya kacau.

3. Faktor Predisposisi dan faktor presipitasi


Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa atau dirawat di Rumah Saki
Jiwa. Klien pernah melihat temannya memukul temannya yang lain, klien pernah
memukul ayahnya dan kakaknya laki-lakinya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

Klien pada saat sekolah di SMK pada usia 16 tahun merasa ada penolakan dari teman-
temannya.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

Ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, yaitu kakak laki-lakinya, dengan
gejala sering berbicara sendiri, pernah diobati pada tahun 2000 namun pengobatannya
kurang berhasil.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Inefektif

Pengalaman yang tidak menyenangkan terjadi pada saat klien sekolah. Saat akan
berangkat sekolah klien mengatakan tidak ada ongkos sehingga berangkat sekolah
dengan berjalan kaki, dank lien merasa malu pada teman-temannya.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

4. Fisik
a. Tanda-tanda fisik
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 360C
b. Antropometri
Tinggi badan : 170 Cm
Berat badan :55 Kg

5. Psikososial
a. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
Klien mengatakan komuniksi dikeluarganya kurang terjalin harrmonis, komunikasi di
keluarganya hanya seperlunya saja.

b. Konsep diri
Klien mengatakan area tubuh yang disukai adalah mata, karena matanya indah. Klien
mengatakan seorang laki-laki, belum menikah, sudah lulus sekolah menengah
kejuruan jurusan tataboga. Klien mengatakan saat sekolah, ada penolakan dari teman-
teman sekolahnya. Klien megatakan seorang anak dikeluarga, tugasnya sebagai anak
kurang maksimal karena ia belum bekerja. Klien mengatakan bercita-cita jadi polisi.
klien mengatakan ingin segera bekerja agar memiliki uang dan dapat membeli apa
saja yang diinginkannya. Klien mengatakan minder saat bersosialisasi
dilingkungannya karena merasa dirinya miskin.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

c. Hubungan sosial
Orang yang paling berarti baginya adalah ayahnya. Klien tidak pernah mengikuti
kegiatan sosial dilingkungannya. Klien mengatakan ada hambatan dalam
bersosialisasi dilingkungannya, yaitu karena klien seorang pendatang sehingga
kesulitas dalam berkomunikasi.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

d. Spiritual
Klien mengatakan beragama islam. Kegiatan ibadah yang dilakukannya yaitu sholat
dan mengaji. Tapi kegiatan tersebut sudah jarang dilakukannya.

6. Status mental
Penampian klien cukup rapih memakai pakaian sesuai. Saat diamati waktu klien bicara
yaitu lambat seperti berfikir. Saat bicara suaranya peran . Saat menjawab pertanyaan
klien ka Aktivitas motorik saat dikaji klien kadang tampak gelisah. Alam perasaan saat
dikaji tampak gembira. Afek klien saat dikaji tidak sesuai, yaitu saat menceritakan
perilaku kekerasannya klien tampak tersenyum. Interaksi saat wawancara tidak ada
masalah, klien cukup kooperatif.
Klien mengatakan dulu pernah mendengar suara-suara seperti ribut-ribut, biasanya terjadi
pada subuh, lamanya suara tersebut kurang lebih 1 jam, saat klien mendengar suara itu
klien menutup kupingnya dengan bantal. Tapi saat ini klien tidak pernah mendengar
suara itu lagi.
Saat dikaji proses fikir klien cukup baik. Saat dikaji isi fikir klien cukup baik. Tingkat
kesadaran klien baik, orientasi klien baik. Daya ingat klien baik saat dikaji baik ingatan
jangka panjang maupun ingatan jangka pendek.
Klien mampu berhitung dengan sederhana dengan cara menghitug jumlah temannya.
Tingkat konsentrasi klien baik dapat menjawab pertanyaan perawat.
Klien mampu member penilaian saat diberi penilaian. Saat diberi pilihan seperti makan
dulu atau mandi dulu atau mandi dulu, klien menjawab mandi dulu. Klien mengatakan
tidak mengerti yang dialami.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial, resiko Gsp halusinasi.

7. Kebutuhan Persiapan Pulang


Klien makan 3 kali sehari dengan porsi yang disediakan dan selalu habis. Klien mampu
makan secara mandiri. Untuk BAB/BAK klien mampu ke kamar mandi dan dapat
membersihkan diri sendiri, klien mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun. Dalam
berpakaian klien dapat secara mandiri. Mengganti pakaian setiap pagi.
Klien tidur siang dari pukul 13.00 sampai 16.00 WIB dan makan malam dari pukul 21.00
sampai dengan 05.00 WIB, Klien mengatakan dapat tidur dengan pulas.
Klien mengatakan minum obat 2 kali sehari pada pagi dan petang. Saat minum obat klien
datang ketempat pembagian obat saat perawat membawa kotak obat.
Kegiatan klien dirumah yaitu menyiapkan makanan, menjaga kerapihan rumah, mencuci
pakaian. Kegiatan diluar rumah yang klien lakukan yaitu belanja. Klien megatakan dapat
melakukan kegiatan dirumah dengan baik.
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping maladaptive yang dilakukan klien yaitu menghindar tidak pernah
menceritakan kepada orang lain. Saat bicara suaranya peran.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial.

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan adanya dukungan keluarga untuk segera bekerja. Klien mengatakan
tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di sekitar lingkungannya. Saat klien sekolah
SMK klien mengatakan tidak punya teman, karena merasa minder dirinya miskin. Klien
mengatakan belum mendapatkan pekerjaan, klien mengatakan ingin cepat bekerja agar
memiliki uang dan dapat membeli apa saja yang diinginkan. Klien mengatakan pernah
bertengkar dengan ayahnya karena ayahnya akan menjual rumah.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah, Resiko Perilaku
Kekerasan

10. Terapi Medik


- Resperidon 2 x 2mg
- THP 2 X 2 mg
- CPZ 1 x 100mg

B. Masalah Keperawatan

NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan pernah memukul ayah
dan kakanya karena kesal dihina terus
belum bekerja
- Klien mengatakan sebelum masuk
RSJSH memukul ayahnya sampai tak
sadarkan diri, beberapa hari setelah
kejadian itu klien membakar bantal di
dalam kamarnya
- Klien mengatakan pernah melihat
temannya memukul temannya yang lain
DO:
- Klien kadang nampak gelisah
- Saat menceritakan tentang ayahnya klien
tampak kesal.

2 DS: Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan saat sekolah, ada
penolakan dari teman-teman sekolahnya
- Kien mengatakan merasa malu
berangkat sekolah dengan berjalan kaki
- Klien mengatakan belum bekerja dan
ingin bekerja
- Klien mengatakan saat sekolah tidak
punya teman
- Klien mengatakan minder untuk bergaul
dengan teman-temannya karena merasa
paling miskin
DO:
- Saat dikaji klien mengulang kata-kata
Minder
- Klien kadang menunduk
3 DS: Koping keluarga inefektif
- Klien mengatakan kakaknya mengalami
gangguan jiwa dan keluarga tidak pernah
membawa kontrol secara teratur
- Klien mengatakan komuniksi
dikeluarganya kurang terjalin secara
harmonis, berkomuniksi seperlunya saja
DO:
- Tidak pernah melihat klien dijenguk
oleh keluarganya
4 DS: Isolasi Sosial
- Klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan sosial
dilingkungannya.
- Klien mengatakan seorang pendatang,
sehingga merasa sulit berkomunikasi
dengan lingkungannya
DO:
- Saat bicara klien lambat
- Saat bicara suaranya peran

Daftar Masalah Keperawatan


a. Harga diri rendah
b. Koping keluarga inefektif
c. Resiko perilaku kekerasan
d. Isolasi sosial

C. Pohon Masalah dan Susunan Diagnosis Keperawatan

1. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Koping keluarga
inefektif Harga Diri Rendah Resiko perilaku
kekerasan
Penolakan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri Rendah
b. Isolasi sosial
c. Koping keluarga inefektif
d. Resiko perilaku kekerasan
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian Diri
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan rasa
percaya diri, tidak berguna / berharga, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan
putus asa ( Tim Direktorat Kesehatan Jiwa, DepKes RI, 1996 ).
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku yang sesuai dengan ideal diri (Keliat BA. FKUI, 1998).
Gangguan harga diri dapat di gambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri
sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan merasa gagal dalam mencapai keinginan (Keliat
BA. FKUI, 1998).
Harga diri adalah keadaan dimana individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku sesuai dengan ideal diri ( Stuart dan Sundeen, 1998 ).
Konsep diri didefinisikan sebagai semua ide pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya, dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain.
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend Mery C,
1998, hal : 115 ).
Harga diri rendah adalah merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau
berada pada resiko suatu keadaan negatif dari perubahan perubahan mengenai perasaan,
pikiran atau pandangan mengenai dirinya ( Carpenito, Lyndajuall, 2001, hal : 345 ).
Dari pengertian yang ada, penulis dapat menyimpulkan bahwa harga diri rendah atau
gangguan konsep diri adalah penilaian individu terhadap diri sendiri tentang seberapa
jauh perilaku sesuai dengan harapan dan cita cita atau ideal diri, individu akan
mengalami gangguan harga diri yakni perasaan negative terhadap diri sendiri.
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a) Penolakan orang tua.
b) Harapan orang tua yang tidak realitas.
c) Kegagalan yang berulang kali.
d) Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
e) Ketergantungan pada orang lain.
f) Ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor Pencetus
a) Trauma
b) Ketegangan peran

Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara :


1. Situasional : terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya habis operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu terjadi pada
klien yang dirawat, sehingga dapat terjadi harga diri rendah, karena :
- Privasi yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, kontak dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat / sakit / penyakit.
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai.
2. Kronik : perasaan negative terhadap diri sendiri yang sudah berlangsung lama
yaitu sebelum sakit / dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif,
kejadian sakit dan dirawat akan menamah persepsi negatif pada dirinya.
b. Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kekacauan depersonalisasi


diri diri rendah identitas

Keterangan :
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
Konsep diri positif adalah kepercayaan tentang dirinya apabila individu
mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
maladaptif.
Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek identitas
masa kanak kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian
pada masa dewasa.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan orang lain.

c. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


1) Perasaan negatif pada diri sendiri.
2) Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu.
3) Menyatakan hal hal yang negatif terhadap keadaan tubuh.
4) Mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
5) Menarik diri dari kehidupan sosial.
6) Kritis terhadap diri sendiri atau orang lain.
7) Pembicaraan kacau.
8) Mempersepsikan adanya ketegangan peran.
9) Mudah tersinggung / mudah marah.
10) Produktivitas menurun.
11) Pandangan hidup ekstrim.
12) Penolakan terhadap diri sendiri.
13) Menolak diri sendiri terhadap realitas.
14) Mengatakan pesimis dalam mencapai kehidupan.
15) Merasa diri tidak adekuat.
16) Kelelahan fisik.
17) Penyalahgunaan zat.

3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan.

a. Perubahan jangka pendek.


1) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
(misalnya ikut serta dalam konser musik, pekerja keras, menonton TV secara
obsesif ).
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut
serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok / gers ).
3) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri ( misalnya olah raga
yang komprehensif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
4) Aktivitas yang memiliki upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu ( misalnya penyalahgunaan
obat).

b. Pertahanan jangka panjang


1) Penutup identitas adopsi prematur yang diinginkan oleh orang yang sangat
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi diri
individu tersebut.

2) Identitas negatif, asumsi yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat. Mekanisme koping pertahanan ego termasuk penggunaan
fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran ( displacement ), peretakan
(spiliting) berbalik marah terhadap diri sendiri dan amuk.

4. Penatalaksanaan Medis
a. Tes diagnostik atau penunjang ( W.F. Maramis, 1998 )
1) Tes Psikologi dan Psikotest.
- Tes Intelegensi
- Tes Kepribadian
3) EEG ( Elektro Encefalogram ).
Untuk mengetahui keadaan gangguan jiwa yang disebabkan Neurobiology.
4) Pemeriksaan Rontgent
Untuk mengetahui keadaan jiwa yang disebabkan kelainan struktur anatomi
tubuh.
5) Pemeriksaan Laboratorium, kromosom darah.
Untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan oleh faktor genetik.

b. Psikofarma
1) Haloperidol ( HLP )
a) Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam fungsi kehidupan sehari hari.
b) Mekanisme koping
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada receptor. Pasca
sinapik neuron di otak khususnya sistem limbic dan sistem ekstra pyramidal.
c) Efek Samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor.
Gangguan otonomik ( Hypotensi, Antikolinergik / Parasimpatis, mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, penglihatan
kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung ).

d) Kontra Indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit sistem saraf pusat, gangguan kesadaran.

2) Trihexypenidil ( THP )
a) Indikasi
Segala jenis penyakit Parkinson, termsuk pasca ensefalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat, misal : reserpina dan fenotiazin.
b) Mekanisme Kerja
Sinergis dengan kinidine obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik
lainnya.
c) Efek Samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardi, dilatasi ginjal, retensi urin.
d) Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap trihexypenidyl, glaucoma sudut sempit, psikosis
berat, psikoneurosis, hipertropi prostate, obstruksi saluran cerna.

3) Amitripiline
a) Indikasi
Trilin berkhasiat untuk segala bentuk dan tingkat kegawatan depresi,
termasuk depresi yang disertai kecemasan dan gangguan somatic.
b) Dosis
Untuk penderita berobat jalan :
Dosis permulaan :
2 tablet sehari kemudian berturut turut dapat ditambah atau dikurangi
sampai efek terapeutik tercapai.
Untuk anak anak dan orang tua, dosis rendah umumnya sudah mencukupi.
Untuk penderita yang dirawat di Rumah sakit :
Dosis permulaan :
3 6 X 1 tablet sehari, bila perlu ditambah sampai 8 tablet sehari.
Dosis maksimum : 12 tablet sehari.
Dosis pemeliharaan :
Dosis pemeliharaan tergantung kebutuhan perorangan, umumnya 1 4
tablet sehari.

B. Tindakan Keperawatan

1. Pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar awal pada proses keperawatan. Pengkajian
terdiri atas, pengumpulan data dan perumusan masalah atas permasalahan klien. Data
yang dikumpulkan meliputi : biologis, psikologis, dan spiritual pengelompokkan data
pada pengkajjian kesehatan jiwa, dapat berupa :
Faktor Predisposisi Menurut Larie T, Michale, 2001, yaitu :
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Faktor yang mempengaruhi harga diri mulai pada konsep diri yaitu masa anak anak.
Jika dalam pembentukan konsep diri mengalami hambatan seperti penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, gagal memberikan rasa cinta, maka akan
menyebabkan anak tidak yakin terhadap dirinya sendiri, tidak dapat mencintai orang
lain dan dirinya sendiri, dan merasa rendah diri serta frustasi diri.
b. Faktor yang mempengaruhi penonjolan peran
Faktor yang mempengaruhi penonjolan peran dicerminkan dari standard peran jenis
perilaku masyarakat, baik peran sebagai pria maupun wanita yaitu peran yang sesuai
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran sesuai dengan pekerjaan. Jika
seorang wanita mengadopsi perilaku pria, maka beresiko mengalami kegagalan
menjadi wanita yang feminim, dan sebaliknya juga pria mengadopsi perilaku wanita
maka akan mengalami kegagalan menjadi pria.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu : orang tua yang menanamkan
kecurigaan pada anak dapat menjadikan anak mengalami keraguan dalam memilih
dan mengambil keputusan, dan jika tidak mengikuti kemauan orang tua maka anak
memerankan suatu usaha untuk mencapai identitas diri. Selain orang tua, teman
sebaya, juga dapat menambahkan masalah dalam identitas diri.
d. Faktor yang mempengaruhi ideal diri.
Ideal diri yang tidak realistis dapat menyebabkan perasaan rendahnya harga diri
seseorang. Orang yang merasa kurang berkemaknaan dan tujuan dalam hidupnya juga
gagal menerima tanggung jawab untuk kesejahteraan dirinya dan untuk
mengembangkan kemampuan dan potensinya mengakibatkan hilangnya rasa percaya
diri dan harga diri rendah.
Faktor Presipitasi stressor pencetus yang ditimbulkan menurut Larie T, Michale 2001,
yaitu :
1) Trauma permasalahan konsep diri dapat disebabkan oleh situasi sulit yang
menyebabkan seseorang sulit untuk menyesuaikan diri dengan situasi trauma
yang dapat menyebabkan gangguan harga diri seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran atau frustasi dirasakan karena tidak ada kesesuaian dalam
menentukan peran tertentu. Ada 3 jenis transisi peran yang ditimbulkan akibat
ketegangan peran.
a) Transisi peran perkembangan, perubahan normatif yang berkaitan dengan
perubahan perubahan. Ini merupakan tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga, norma norma, nilai, dan tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi, terjadi karena bertambahnya atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran dan kematian.
c) Transisi peran sehat sakit, akibat dari pergeseran keadaan sehat sakit. Keadaan
sakit ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh dengan tumbuh kembang
normal, prosedur medis dan keperawatan.

2. Pohon Masalah ( Budi Ana Keliat, 1998 ).

Isolasi Sosial

Harga diri rendah Core problem

Gangguan Citra Tubuh

a. Masalah Keperawatan.
1) Isolasi Sosial
2) Harga Diri Rendah
3) Gangguan Citra Tubuh

b. Daftar Diagnosa Keperawatan.


Isolasi Sosial
Harga diri rendah

c. Rencana Tindakan Keperwatan.


1. DX I : Isolasi Sosial
Tujuan Umum : Klien dapat menimbulkan hubungan saling percaya
a) Tujuan Khusus 1 : Klien dapat menimbulkan hubunga saling percaya.
Kriteria hasil : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
membuat
kontrak dengan perawat, mau mengutarakan masalah keperawatan.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan cara menggunakan komunikasi
terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Selalu kontak mata dengan klien.
- Terima klien apa adanya.
- Beri perhatian pada klien dan penghargaaan, temani klien
walaupun tidak bisa menjawab.
2) Dengarkan klien dengan penuh empati dan beri kesempatan klien
untk bicara.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya.

b) Tujuan Khusus 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki.
Kriteria hasil : Klien dapat menyebutkan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki ; kemampuan yang dimiliki, aspek positif keluarga, aspek
positif lingkungan yang dimiliki.
Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan aspek yang dimiliki klien.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan seperti menilai realistik,
control diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar keperawatan.
2) Setiap bertemu dengan klien, hindarkan memberi penilaian negatif.
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
3) Utamakan memberikan pujian yang realistis.
Rasional :Pujian yang realistis tidak membuat klien melakukan
kegiatan, tetapi hanya ingin membuat pujian.

c) Tujuan Khusus 3 : Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Hasil : klien dapat menyebutkan satu persatu kegiatan sehari
hari, mulai dari kegiatan pagi sampai kegiatan sore hari.
Intervensi :
1) Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai dengan kemampuan, kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan
sebagian.
Rasional : Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.
2) Tingkatkan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Rasional : Klien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Rasional : Contoh peran klien yang dilihat klien untuk melaksanakan
kegiatan.

d) Tujuan Khusus 4 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit


dan kemampuan.
Kriteria hasil : Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuanya.
Intervensi :
1) Beri penjelasan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah di
rencanakan.
Rasional : memberikan kesempatan klien untuk mandiri di rumah.
2) Beri pujian terhadap kebersihan klien.
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional : Menjelaskan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

e) Tujuan Khusus 5 : Klien dapat memanfaatkan pendukung yang ada.


Intervensi :
1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
Rasional : mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri
di rumah.
2) Bantu keluarga memberi dukungan kepada klien.
Rasional : Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam
mempercepat penyembuhan klien.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di
rumah.

2. DX II Harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
a) Tujuan Khusus 1 : Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan
saling percaya.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya, salam terapeutik, komunikasi terbuka, jujur
dan simpati, sediakan waktu untuk mendengarkan klien, lakukan kontak
untuk program asuhan keperawatan.

b) Tujuan Khusus 2 : Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh.


Intervensi :
1) Diskusikan tentang perubahan struktur bentuk akan fungsi tubuh.
2) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.
c) Tujuan Khusus 3 : Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif
dimiliki.
Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien diluar perubahan
yang terjadi.
2) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuannya yang masih dimiliki
oleh klien.
d) Tujuan Khusus 4 : Klien dapat menerima realita perubahan struktur,
bentuk, atau fungsi tubuh.
Intervensi :
1) Dorong klien untuk merawat diri sendiri dan berperan serta dalam
asuhan klien secara bertahap.
2) Libatkan klien dalam dampak klien dengan masalah gangguan citra
tubuh.
3) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.
e) Tujuan Khusus 5 : Klien dapat menyusun rencana cara cara
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
1) Diskusikan cara cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
perubahan struktur, bentuk, atau fungsi tubuh.
2) Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien.
3) Bantu klien memilih cara yang dipilih.
f) Tujuan Khusus 6 : Klien dapat melakukan tindakan penyembuhan
integritas tubuh.
Intervensi :
1) Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh.
2) Rehabilitasi bagi klien.

d. Evaluasi.
1. DX I Isolasi Sosial
a. Klien telah membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien telah menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya.
c. Klien telah menyebutkan kegiatan sehari hari yang biasa dikerjakan di
rumah sakit.
d. Klien telah membuat rencana dan jadwal kegiatan sehari hari.
e. Klien telah menyebutkan kegiatan yang telah dilakukan sesuai jadwal
kegiatan dan kondisi sakit.
f. Klien telah mengetahui manfaat obat.
g. Klien telah mengetahui system pendukung yang ada dalam keluarga.

2. DX II Gangguan Konsep Diri


a. Klien telah menerima dan mengatasi perubahan tubuh yang terjadi.
b. Klien telah mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
c. Klien telah menyusun rencana cara cara menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
d. Klien telah melakukan tindakan penyembuhan integritas tubuh.
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN

Bab ini akan membahas mengenai pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan oleh kelompok pada Tn. N (21 th). Pelaksanaan pada tanggal 16 April 23 April di
Diruang Merak. Pelaksanaan tindakan akan dibahas sesuai dengan diagnosa keperawatan :

A. HARGA DIRI RENDAH


Implementasi :tglnya totong disebutkan.berapa kali pertemuan.sp 1 brp hari..sp 2 brp
hari.
Perawat mengajarkan klien cara mengenal kemampuan diri yang positif, membantu klien
menilai kemempuan yang masih bisa dilakukan di ruangan, membantu klien melatih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan yang dipilih ( merapihkan tempat tidur) dan
melatih kemampuan kedua yang dipilih klien ( menyikat WC ).
Evaluasi :soap.jabarkan..
setelah diberikan asuhan keperawatan selama tiga hari dan tiga kali interaksi klien mampu
memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien, klien mampu
melakukan kegiatan yang dipilih.
Rencana tindak lanjut :
Mengevaluasi perencanaan cara mengatasi harga diri rendah dan memasukannya kedalam
jadwal kegiatan harian klien.

B. ISOLASI SOSIAL
Implementasi :
Perawat mengajarkan cara mengenal penyebab isolasi sosial keuntungan berinteraksi dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Mengajarkan klien berkenalan dengan satu
orang. Memberikan kesempatan pada klien mempraktekan cara berkenalan dua orang atau
lebih.
Evaluasi :
Sudah diberikan asuhan keperawatan selama tiga hari dan lebih dari tiga kali berinteraksi
klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial, keuntungan berinteraksi dan kerugian
tidak berinteraksi, klien mampu mempraktekan cara berkenalan dengan lebih dari dua orang
Rencana tindak lanjut :
Mengevaluasi pelaksanaan cara mengatasi isolasi sosial dan memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian klien.

C. RESIKO PERILAKU KEKERASAN


Implementasi :
Perawat mengajarkan cara mengontrol kemarahan dengan (cara fisik satu tarik nafas dalam
dan hembuskan perlahan, cara fisik dua pukul kasur atau bantal atau mengungkapkan rasa
marah dengan baik, cara spiritual, serta patuh minum obat )
Evaluasi :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama tujuh hari dengan lebih dari lima kali
berinteraksi klien mampu mengontrol kemarahan dengan (cara fisik satu tarik nafas dalam
dan hembuskan perlahan, cara fisik dua pukul kasur atau bantal atau mengungkapkan rasa
marah dengan baik, cara spiritual, serta patuh minum obat )
Rencana tindaklanjut :
Mengevaluasi pelaksanaan cara mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan memasukan ke
dalam jadwal kegiatan harian klien.

D. KUNJUNGAN RUMAH
1. Harga diri rendah
Implementasi :
Perawat mengajarkan tanda dan gejala harga diri rendah, cara merawat harga diri rendah,
cara mengatasi harga diri rendah, bantu keluarga member dukungan selam klien dirawat,
bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Evaluasi :
Setelah dilakukan kunjungan rumah keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala
harga diri rendah, cara merawat dengan harga diri rendah. Keluarga mampu menyiapkan
lingkungan rumah. Menanyakan kepada keluarga tentang harapan dan keinginan
selanjtnya. Meminta keluarga menjelaskan kembali yang telah didiskusikan dan tetap
berkonsultasi dengan dokter.

Rencana tindak lanjut :


Tanyakan kepada keluarga tentang harapan dan keinginan selanjutnya. Meminta keluarga
menjelaskan kembali yang tadi telah didiskusikan dan tetap berkonsultasi dengan dokter.

2. Isolasi sosial
Implementasi :
Perawat mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.
Evaluasi :
Setelah dilakukan kunjungan keluarga mampu mendiskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien. Keluarga mamapu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
isolasi sosial beserta proses terjadinya. Keluarga mampu menjelaskan cara-cara merawat
pasien isolasi sosial.
Rencana tindak lanjut :
Tanyakan kepada keluarga tentang harapan dan keinginan selanjutnya. Meminta keluarga
menjelaskan kembali yang tadi telah didiskusikan dan tetap berkonsultasi dengan dokter.

3. Perilaku kekerasan
Implementasi :
Perawat mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
Menjelaskan pengertian prilaku kekerasan, tanda dan gejala serta proses terjadinya
prilaku kekerasan. Menjelaskan cara merawat pasien dengan prilaku kekerasan.
Evaluasi :
Setelah dilakukan kunjungan rumah keluarga mampu mendiskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat pasien prilaku kekerasan. Keluarga mampu menjelaskan
pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala perilaku kekerasan. Keluarga mampu
menjelaskan cara merawat pasien prilaku kekerasan.
Rencana tindak lanjut :
Tanyakan kepada keluarga tentang harapan dan keinginan selanjutnya. Meminta keluarga
menjelaskan kembali yang tadi telah didiskusikan dan tetap berkonsultasi dengan dokter
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan awal dari dasar utama dan proses keperawatan, tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan masalah ( Budi Anna Keliat, 1998 ). Data
diperoleh dari klien melalui interaksi dengan klien, perawat ruangan dan, dari status.
Berdasarkan teori, faktor yang dapat menyebabkan HDR adalah faktor predisposisi
yang terdiri dari faktor yang mempengaruhi harga diri, faktor yang mempengaruhi
penonjolan peran, faktor yang mempengaruhi identitas diri dan, faktor yang
mempengaruhi ideal diri. Sedangkan faktor presipitasi yang terdiri dari tahap
perkembangan, peran situasi dan, peran sehat sakit.
Etiologi dari harga diri yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi
yang menyebabkan Tn. N mengalami gangguan jiwa karena kurangnya komunikasi yang
berkualitas di lingkungan keluarga. Sedangkan dari faktor presipitasi sesuai dengan kondisi
klien adalah transisi situasi dikarenakan Nn. T. merasa adanya penolakan semasa duduk di
bangku sekolah menengah.
Mekanisme koping dari yang adaptif sampai maladaptif menurut teori yaitu aktualisasi
diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi.
Sedangkan mekanisme koping pada klien yang digunakan yaitu isolasi sosial dimana
saat klien mempunyai masalah lebih banyak di pendam sendiri dan tidak menceritakan
kepada orang lain. Maka tidak ada persamaan antara teori dan kasus.
Dari hasil pengkajian Tn. N, ditemukan data yang tidak sesuai dengan teori, yaitu klien
mengatakan minder karena dia menganggap teman-temannya adalah orang kaya
sedangkan dia orang miskin dan saat ini klien belum juga bekerja.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa, secara teori menurut Kelliat 1998, pada klien dengan harga diri rendah
terdapat 3 diagnosa, yaitu gangguan citra tubuh, harga diri rendah, Isolasi Sosial. Sedangkan
dalam kasus didapatkan isolasi sosial, hasrga diri rendah, resiko perilaku kekerasan, koping
keluarga inefektif.
Harga diri rendah ditandai dengan: Klien mengatakan saat sekolah, ada penolakan dari
teman-teman sekolahnya, Kien mengatakan merasa malu berangkat sekola dengan berjalan
kaki, Klien mengatakan belum bekerja dan ingin bekerja, Klien mengatakan saat sekolah
tidak punya teman, Klien mengatakan minder untuk bergaul dengan teman-temannya karena
merasa paling miskin, Saat dikaji klien mengulang kata-kata Minder, dan Klien kadang
menunduk.
Isolasi sosial ditandai dengan: Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosial
dilingkungannya, Klien mengatakan seorang pendatang, sehingga merasa sulit
berkomunikasi dengan lingkungannya, Saat bicara klien lambat, Saat bicara suaranya peran
Resiko perilaku kekerasan ditandai dengan:Klien mengatakan pernah memukul ayahnya dan
kakanya, Klien mengatakan sebelum masuk RSJSH memukul ayahnya sampai tak sadarkan
diri, beberapa hari setelah kejadian itu klien membakar bantal di dalam kamarnya, Klien
mengatakan pernah melihat temannya memukul teannya yang lain, Klien kadang nampak
gelisah, Saat menceritakan tentang ayahnya klien tampak kesal.
Koping keluarga inefektif ditandai dengan: Klien mengatakan kakaknya mengalami
gangguan jiwa dan keluarga tidak pernah membawa kontrol secara teratur, Klien mengatakan
komuniksi dikeluarganya kurang terjalin secara harmonis, berkomuniksi seperlunya saja,
Tidak pernah melihat klien dijenguk oleh keluarganya.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana tindakan dibuat sesuai dengan diagnosa keperawatan pada perumusan rencana
tindakan keperawatan penulis mengacu pada prinsip, sesuai dengan teori rencana tindakan
keperawatan untuk klien dengan Harga Diri rendah tindakan keperawatan yang dilakukan
adalah membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki, merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, melakukan
kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Dalam tindakan keparawatan kepada pasien sudah dilakukan SP 1P, SP 2P, dan SP 1K untuk
diagnosa harga diri rendah. SP 1P, SP 2P, SP3P, dan SP 1K untuk diagnosa isolasi sosial. SP
1P, SP 2P, SP 3P, SP 4P, SP 5P, dan SP1K untuk diagnosa resiko perilaku kekerasan.
Rencana cukup sebutkan apa sesuai dengan renpra..
D. Implementasi Keperawatan
Pada implementasi sudah dilakukan sesuai dengan perencanaan dalam rencana asuhan
keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap akhir yang dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang telah dilakukan pada pelaksanaan.

BAB VI
PENUTUP

E. Kesimpulan
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif. Seorang yang
mempunai harga diri rendah biasanya seorang tersebut akan merasa gagal mencapai
keinginannya dan merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat.
Secara garis besar bahwa harga diri rendah adalah penilaian individu yang negatif tentang
diri atau kemampuan diri yang disebabkan hilangnya kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai tujuan yang diinginkan.
Menumbuhkan dan meningkatnya kepercayaan agar dapat memperbaiki hubungan sosial
denganorang lain serta lingkungannya merupakan upaya luhur yang harus dilakukan pada
klien dengan harga diri rendah.
Pada kasus Tn.N diagnosa yang muncul yaitu isolasi sosial, harga diri rendah, Resiko
Perilaku Kekerasan. Dalam membuat perencanaan keperawatan pada kasus Tn.N, penulis
mengacu pada teori dan disesuaikan dengan kondisi klien.
Dalam tindakan keparawatan kepada pasien sudah dilakukan SP 1P, SP 2P, dan SP 1K untuk
diagnosa harga diri rendah. SP 1P, SP 2P, SP3P, dan SP 1K untuk diagnosa isolasi sosial. SP
1P, SP 2P, SP 3P, SP 4P, SP 5P, dan SP1K untuk diagnosa resiko perilaku kekerasan.

F. Saran
Untuk Mahasiswa
a. Dapat berinteraksi dengan klien agar menunjukkan sikap sabar, terbuka, jujur, dan
menerima klien apa adanya.
b. Untuk mendapatkan Asuhan Keperawatan yang berkualitas diharapkan lebih
meningkatkan pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan Jiwa dengan mempelajari
beberapa literature dengan baik.
c. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan konsep diri : harga diri
rendah. Perawat harus menggunakan prinsip interaksi sering, singkat, dan jelas.
d. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan konsep diri : harga diri
rendah, setiap bertemu klien hindari memberikan penilaian negative tentang dirinya.
LAMPIRAN
-
LAMPIRAN
STRATEGI PELAKSANAAN
(SP 1P)

Nama : Pertemuan :
Hari/Tanggal : Ruangan :

I. Proses Keperawatan sebutkan tglkapan


a. Kondisi Klien
DS:
- Klien mengatakan saat sekolah, ada penolakan dari teman-teman sekolahnya
- Kien mengatakan merasa malu berangkat sekola dengan berjalan kaki
- Klien mengatakan belum bekerja dan ingin bekerja
- Klien mengatakan saat sekolah tidak punya teman
- Klien mengatakan minder untuk bergaul dengan teman-temannya karena merasa
paling miskin
DO:
- Saat dikaji klien mengulang kata-kata Minder
Klien kadang menunduk

b. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah

c. Tujuan Keperawatan
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
- Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
- Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
- Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang diperbuat

d. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
3. Bantu klien menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4. Bantu Klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
5. Latih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
6. Berikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
7. Anjurkan pklien memasukan dalah jadwal kegiatan harian
8. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang diperbuat

II. Proses Pelaksanaan Tindakan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi ! nama saya M, saya perawat yang akan merawat Bapak. Nama Bapak
siapa? Senagn dipanggil apa? Saya akan merawat bapak selama 5 hari dari hari senin
sampai hari jumat, dari pukul 08.00 sampai 14.00 WIB.
b. Evaluasi validasi
Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakaptentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat T lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih
satu kegiatan untuk kita latih.
Tempat : Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Waktu : Berapa lama? Bagaimana kalau 20 meniit?

2. Kerja
N, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang bisa N lakukan? Bagaimana dengan merapikan
kamar? Menyapu? Menyikat WC? Memasak dan seterusnya. Wah, Bagus sekali ada
empat kemampuan dan kegiatan yang T miliki!
N, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit? (mis, ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini!
Sekarang coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapikan tempat tidur N. Mari kita lihat tempat tidur N! Coba lihat, sudah
rapikah tempat tidurnya?
Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimuty! Bagus!
N sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhtikan bedakan
dengan sebelum dirapikan! Bagus!
Coba N lakukan dan jangan lupa member tanda dikertas daftar kegiatan, tulis M
(mandiri) kalau N lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T melakukan dengan
dibantu, dan tulis N (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat member kertas berisis
daftar kegiatan harian).

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan N setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Objektif
Apa saja yang sudah kita lakukan hari ini?
c. Rencana tindak lanjut
Ya, N ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukuan di rumah sakit
ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah N praktikan dengan baik
sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang. Sekarang,
mari kita masukkan pada jadwal harian. N mau berapa kali sehari merapikan tempat
tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jamberapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.
d. Kontrak akan dating
Topik :Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur? Ya bagus, Menyikat WC.,.
Waktu : kalau begitu kita akan latihan Menyikat WC besok jam 8 pagi
Tempat : di ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya !
STRATEGI PELAKSANAAN
(SP 2P)

Nama : Pertemuan :
Hari/Tanggal : Ruangan :

I. Proses Keperawatan
a. Tujuan Keperawatan
- Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
- Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang diperbuat

b. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Melatih kemampuan kedua: menyikat WC
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

II. Proses Pelaksanaan Tindakan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi!
b. Evaluasi validasi
bagaimana perasaan N hari ini? Wah, T tampak cerah! Bagaimana N, sudah mencoba
merapikan tempat tidur tadi pagi? Bagus kalau sudah dilakukan (jika pasian belum
mampu melakukannya, ulang dan bantu kembali)
c. Kontrak
Topik : sekarang kita akan latih kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu
N?
Tempat : Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Waktu : Berapa lama? Bagaimana kalau 15 meniit?

2. Fase Kerja
N, sebelum menyikat WC kita perlu siapkan dulu perlengkapannyya, yaitu sabun,
sikat, dan air untuk membilas, N dapat menggunakan air yang mengalir dari keran ini.
Sekarang saya jelaskan caranya. Setalah semuanya perlengkapan tersedia, sikat
diberi sabun, kemudian digosokan pada lantai WC sampai bersih kemudian bilas dengan
air sampai tidak licin. Nah selesai!
Bagus sekali, N dapat mempraktikan cuci piring dengan baik! Sekarang dilap
tangannya.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan N setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Objektif
Coba jelaskan lagi apa yang sudah kita lakukan tadi?
c. Rencana tindak lanjut
Bagaimana jika kegiatan menyikat WC ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari.
N. mau berapa kali N menyikat WC? Bagus sekali N menyikat WC 1 kali sebelum
mandi.
d. Kontrak akan datang
Topik : besok kita bertemu lagi ya N, kita akan membicarakan kegiatan yang
telah dilakukan.
Waktu : Mau jam berapa? Sama seperti sekarang?
Tempat : bertemu disini lagi ya..

STRATEGI PELAKSANAAN
(SP 1P)

Nama : Pertemuan :
Hari/Tanggal : Ruangan :

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
DS:
- Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosial dilingkungannya.
- Klien mengatakan seorang pendatang, sehingga merasa sulit berkomunikasi
dengan lingkungannya
DO:
- Saat bicara klien lambat
Saat bicara suaranya peran

b. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
c. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik
diri

d. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi penyebab isolasi sosial klien
3. Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Ajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
5. Anjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang- bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian.

2. Proses pelaksanaan Tindakan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi ! nama saya M, saya perawat yang akan merawat Bapak. Nama Bapak
siapa? Senagn dipanggil apa? Saya akan merawat bapak selama 5 hari dari hari senin
sampai hari jumat, dari pukul 08.00 sampai 14.00 WIB.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini?
c. Kontrak
Topik : Bagaimana ibu, kalau sekarang kita berbincang- bincang tentang apa yang
bapak rasakan selama ini?.
Waktu : ibu maunya berbincang- bincang berapa lama 10 atau 15 menit?
Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat : ibu maunya kita berbincang- bincang dimana? Disini saja ya pak..!!
Tujuan : ibu, Bincang- bincang kita kali ini yaitu agar ibu dapat mengetahui
penyebab menarik diri ibu dan bisa menyebutkan keuntungan dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain dan melatih ibu cara berkenalan
dengan orang lain
2. Fase Kerja
Bapak suster mau nanya kenapa ibu selalu menyendiri? Sekarang suster tanya kalau ibu
banyak teman dan sering berbincang- bincang apa keuntungannya buat ibu? Nah sekarang
suster lihat ibu sering sendiri kalau tidak ibu sering telihat mondar- mandir apa
keuntungannya buat ibu? Coba sebutkan kerugian jika ibu tidak banyak teman dan tidak
berbincang- bincang dengan teman- teman ibu? Bagus itu ibu mengetahuinya. Jadi ibu mau
pilih mana mau banyak teman atau menyendiri? Kalau suster lihat ibu suka menyendiri dan
menunduk, sekarang suster akan mengajarkan cara berkenalan dengan orang lain. Pertama
kita dekati oramg yang akan kita ajak berkenalan kemudian ucapkan salam sambil berjabat
tangan, sebutkan nama kita, alamat kita, dan hobi kita. Terus tanyakan namanya, dan
alamatnya, hobinya apa. Nah begitu caranya bisa ibu melakukannya bagus ibu bisa
melakukannya.

4. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang- bincang dan berkenalan dengan orang
lain?
b. Evaluasi Objektif
Coba sekarang ibu praktekkan cara berkenalan dengan suster,bagus ibu bisa
melakukannya..Coba bapak sebutkan keuntungan dan kerugian jika ibu tidak berinteraksi
dengan orang lain.
c. Tindakan lanjut
Suster harap ibu dapat mempraktekkan cara berkenalan dan memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian ibu.
d. Kontrak yang akan datang
Topik : ibu....Bagaimana kalau besok kita berbincang- bincang lagi,cara berkenalan
dengan satu orag yang belum ibu kenal
Waktu : Jam berapa besok kita berbincang- bincang ? bagaimana kalau jam 09.00
09.15 wib?
Tempat : Dimana tempatnya disini lagi mau?

STRATEGI PELAKSANAAN
(SP 2P)

Nama : Pertemuan :
Hari/Tanggal : Ruangan :

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
DS:
- Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosial dilingkungannya.
- Klien mengatakan seorang pendatang, sehingga merasa sulit berkomunikasi
dengan lingkungannya
DO:
- Saat bicara klien lambat
Saat bicara suaranya peran

b. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

c. Tujuan Khusus
1. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
2. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial

d. Tindakan Keperawatan
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Berikan kesempatan pada klien mempraktekan cara berkenalan dengan satu orang
3. Bantu klien memasukkan kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian

2. Proses pelaksanaan Tindakan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi ibu..!!
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Kemarin suster sudah mengajarkan ibu cara
berkenalan bapak masih ingat? Bagus ibu masih ingat..!! ibu sudah masukkan
kedalam jadwal kegiatan harian ibu apa belum?
c. Kontrak
Topik : Baiklah pertemuan kita hari ini yaitu suster akan memberikan kesempatan
kepada ibu untuk mempraktekkan berkenalan dengan satu orang yang ada
disini. Yang belum ibu kenal sebelumnya
Waktu : ibu maunya berbincang- bincang berapa lama 10 atau 15 menit?
Bagaimana kalau 15 menit?
Tempat : ibu maunya kita berbincang- bincang dimana? Disini saja ya bu..!!
Tujuan : ibu, Bincang- bincang kita kali ini yaitu agar ibu bisa mengetahui cara
mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain sehingga ibu banyak
teman.
3. Fase Kerja
ibu sekarang tarik napas dalam dulu agar ibu tidak grogi, bapak sudah siap? Bagus, sekarang
ibu mau berkenalan dengan yang mana? Bagaimana kalau berkenalan dengan ibu yang
memakai baju merah? Sekarang ibu hampiri dia dan ajak berkenalan. Bagus bu..ibu sudah
mempraktekkannya dengan baik. ibu juga sudah bisa berbincang- bincang. ibu mana lembar
kegiatannya nah...perkenalan tadi jangan lupa ya dimasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian ibu.

4. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dan berbincang- bincang dengan orang
lain?
b. Evaluasi Objektif
Coba ibu praktekkan cara berkenalan dengan suster bagus ibu bisa
melakukannya..sekarang ibu bertambah satu lagi temannya.

c. Tindakan lanjut
Suster harap ibu dapat mempraktekkan cara berkenalan dan berbincang- bincang tadi.
d. Kontrak yang akan datang
Topik : Bagaimana kalau besok suster lihat lagi ibu berkenalan lagi dengan orang
yang ada disini minimal 2 orang ibu setuju?
Waktu : Jam berapa besok kita berbincang- bincang ? bagaimana kalau jam 09.00
09.15 wib?
Tempat : Dimana tempatnya disini lagi mau?
STRATEGI PELAKSANAAN
(SP 3P)

Nama : Pertemuan :
Hari/Tanggal : Ruangan :

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
DS:
- Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosial dilingkungannya.
- Klien mengatakan seorang pendatang, sehingga merasa sulit berkomunikasi
dengan lingkungannya
DO:
- Saat bicara klien lambat
Saat bicara suaranya peran

b. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

c. Tujuan Khusus
1. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
2. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial

d. Tindakan Keperawatan
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Berikan kesempatan pada klien mempraktekan cara berkenalan dengan satu orang
3. Bantu klien memasukkan kegiatan berbincang- bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian

2. Proses pelaksanaan Tindakan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bu..!!
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Kemarin suster memberikan kesempatan pada
bapak untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan salah satu orang yang ada
disini, ternyata ibu dapat melakukannya bagus sekali...bagaimana sudah berkenalan
lagi dengan yang lain ibu? Bagus... sudah dimasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian bagus..!!
c. Kontrak
Topik : Sekarang suster akan memberikan kesempatan lagi pada ibu untuk
berkenalan lagi, tapi berkenalannya dengan lebih dari 2 orang atau
minimal 2 orang yang belum ibu kenal.
Waktu : Seperti janji kita kemarin jam 10.00 selama 15 menitkan??
Tempat : Seperti janji kita kemarin kita berbincang- bincang diteras.
Tujuan : Tujuan pertemuan kita kali ini yaitu sama seperti sekarng agar ibu
mempunyai banyak teman, mempunyai rasa percaya diri dan keberanian.
2. Fase Kerja
Sekarang ibu mau berkenalan dengan siapa? Apa suster saja yang memilih ya sudah
kalau begitu suster saja yang memilih. Sekarang ibu berkenalan dengan ibu yang duduk
didepan yang pakai baju biru. Bagus...!! sudah dilakukan. Bagaimana perasaannya
senang?? Nah sekarang ibu berkenalan lagi ya? Sekarang terserah ibu mau berkenalan
dengan siapa? Oh dengan ibu yang sedang merokok ya sudah ibu dekati bagus..ibu
sekarang sudah tidak grogi lagi..tapi suster minta ibu jangan banyak menunduk lagi.
Kalau bicara tatap matanya. Masih mau berkenalan dengan yang lain? Ya sudah ibu pilih
saja sama yang mana? yang sedang duduk sendiri disofa ya sudah ibu silahkan sekarang
dekati lagi...bagus...sekarang ibu sudah banyak temannya...perkenalan tadi jangan lupa
dimasukkan dalam jadwal harian ya.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dan berbincang- bincang dengan teman-
teman ibu tadi?bagus...!!
b. Evaluasi Objektif
Suster tanya lagi ya ...praktekkan lagi cara berkenalan yang tadi dengan suster
bagus....
c. Rencana Tindak lanjut
Suster harap ibu berkenalan lagi dengan yang lainnya supaya ibu kenal semua dengan
yang ada disini, lebih banyak temannya.
4. Kontrak
Topik : Besok kita bertemu lagi ya... untuk melihat sejauh mana ibu melakukan
interaksi dengan orang lain,
Waktu : Jam berapa besok kita berbincang- bincang ? bagaimana kalau jam 09.00
09.15 wib?
Tempat : Dimana tempatnya disini lagi mau?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP I P)
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama :
Hari/tanggal :
Pertemuan :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Pada saat dikaji klien mengatakan pernah memukul ayahnya hingga pingsan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus

4. Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala prilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi prilaku kekerasan yang sudah dilakukan
5. Mengidentifikasi akibat prilaku kekerasan
6. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
7. Membantu klien mempraktekan latihan cara fisik 1 : Nafas dalam
8. Menganjurkan pasien memasukan dalan jadwal kegiatan harian
B. Fase oerientasi
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya MW, saya senang dipanggil M, saya
dari STIKes Faletehan, saya peraswat yang akan merawat bapak selama 2 minggu
dari hari senin sampai jumat dari 08:00-14:00 wib. Nama bapak siapa? Senang di
panggil apa?
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah masih ada ras kesal atau marah?
c. Kontrak
Topic : Baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
bapak?
Waktu : Berapa lama bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit
saja?
d. Tempat : dimana kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja?
e. Tujuan : suopaya bapak bisa mengatasi rasa marah bapak

Fase Kerja
Apakah yang menyebabkan bapak matrah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Jika marah, marahnya seperti apa? Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak
rasakan? Apa yang bapak lakukan? Apakah bapak merasa kesal kemudian dada bapak
berdebar-debar, mata melotot, tangan mengepal? Setelahn itu apa yang bapak
lakukan? Bagaiman perasaan bapak setelah melakukan tindakan itu?
Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan, Pak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Yaitu jika tanda-tanda itu dating bapak tarik nafas dari hidung tahan sebentar
lalu keluarkan / tiup perlahan-lahan lewat mulut.

FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?
b. Evaluasi Objektif
Sekarang coba bapak lakukan lagi, yang tadi saya ajarkan, bagus ya!
c. Rencana Tindak Lanjut
Bapak nanti jika rasa marah bapak muncul, lakukan tindakan yang saya ajarkan tadi ya
d. Kontrak
Topik : bagaimana kalau besok kita latihan lagi ya pak, cara lain untuk mencegah marah
Waktu : besok kita berbincang-bincang jam 09:00 wib ya pak
Tempat : Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di tempat ini lagi
ya?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP II P)
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama :
Hari/tanggal :
Pertemuan :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds : Klien mengatakan pernah memukul ayahnya dan kakanya
Klien mengatakan sebelum masuk RSJSH memukul ayahnya sampai tak sadarkan
diri, beberapa hari setelah kejadian itu klien membakar bantal d
Do : Klien kadang nampak gelisah
Saat menceritakan tentang ayahnya klien tampak kesal.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus
Klian dapat mengontrol PK dengan cara fisik : Pukul bantal/kasur
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih cara fisik yang kedua : Pukul bantal/kasur
c. Anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak, masih ingatkan dengan saya? Bagus
b. Evaluasi validasi
Topik : sesuai janji kita kemarin ya pa, sekarang kita akan mendiskusikan cara
lain untuk mengontrol marah
Waktu : bapak berapa lama kita mau berbincang-bincang? Bagaiman kalau 15
menit saja
Tempat : mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaimna kalau disini saja
Tujuan : untuk mengatasi masalah yang bapak hadapi

2. Fase Kerja
Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, jantung
berdebar-debar, mata melotot
sekarang, mari kita melakukuan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak?Jadi,
nanti kalau bapak kesal dan marah langsung kekamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal.Nah , coba bapak lakukan, pukul kasur
dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya.
kekesalan lampiaskan kekasur dan bantal.
Nah cara ini pun bisa dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapihkan tempat tidurnya.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaiman perasaan bapak setelah latihan cara yang tadi?
b. Evaluasi Objektif
Sebelum istirahat, coba bapak sebutkan cara mengontrol yang sudah kita lakukan!
Bagus .. mari kita masukkan kejadwal kegiatan sehari-hari
c. Rencana Tindak Lanjut
Bapak kita berbincang-bincang sudah 15 menit, besok kita berbincang-bincang
lagi ya.
d. Kontrak
Topic : bapak bagaimana kalau besok kita berbncang-bincang cara mengontrol
marah dengan berbicara yang baik
Waktu : besok kita berbincang-bincang jam 09:00 wib lagi ya pak.
Tempat : bapak mau berbincang-bincang dimana? Disini lagi saja ya
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP III P)
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama :
Hari/tanggal :
Pertemuan :
Ruangan :

I. Proses keperawatan
A. Kondisi klien
DS : klien mengatakan pernah melihat temannya dipukuli oleh orang lain
DO : klien tampak gelisah

B. Diagnose keperawatan
Resiko prilaku kekerasan

C. Tujuan khusus
1. Klien dapat memebina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kiekerasan
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4. Klien dapat mendeomnstrasikan tanda-tandas perilaku kekerasan
5. Klien dapat mengidentifikasikan cara konstruktif dalam mengungkapkan prilaku
kekerasan
6. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan

D. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal : meminta atau
menolak atau mengungkapkan dengan asertif
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

II. Proses pelaksanaan tindakan


1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak
b. Evaluasi validasi
Topic : sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan mendiskusikan cara lain untuk
mengontrol marah
Waktu : bapak sekarang kita berbincang-bincang lagi yah. 10 menit sajah
Tempat : bapak mau berbincang-bincang di mana??? Bagaimana kalau di sini sajah
2. Fase kerja
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik, untuk menjaga marah bapak yah. Kemarin
sudah saya kasih tau, kalau marah bapak harus tarik nafas dalam, pukul bantal/ kasur
sampai lega.
Sekarang kita perlu bicara dengan baik dengan orang yang membuat kita marah, ada tiga
cara yah pak.
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara rendah tidak menggunakan
kata kasar, misalnya : ibu saya mau beli rokok saya minta uang dong ?
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak mau melakukannya,
bapak bisa berkata map saya tidak bisa
c. Mengungkapkan rasa kesal, jika ada orang lain yang memebuat kesal. Bapa bisa
katakana saya jadi ingin marah dengan perkataanmu .
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan
marah dengan cara yang baik
b. Evaluasi objektif
Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari tadi.
Bagus!!!!!

c. Rencana tindak lanjut


Topic : bagaimana kalau besok kita membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah bapak, yaitu dengan cara ibadah dan berdoa, bapak setuju ???
Waktu : berapa lama bapak mau berbincang-bincang ??
Bagaimana kalau 10 menit ajah yah pak.
Tempat : bapak mau dimana bincang-bincangnya ???
Bagaimana kalau di sini lagi ajah yah pak??
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP IV P)
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama :
Hari/tanggal :
Pertemuan :
Ruangan :

I. Proses keperawatan
A. Kondisi klien
DS : klien mengatakan rasa marahnya sudah jarang muncul
DO :klien tampak gelisah

B. Diagnose keperawatan
Resiko perilaku kekerasan

C. Tujuan khusus
Klien dapat mengontrol prilaku kekerasan dengan cara spiritual : beribadah dan berdoa

D. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual : beribadah dan
berdoa
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

II. Proses pelaksanaan tindakan


1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak..
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ???
Bagaimana pak latihan apa saja yang sudah di lakukan ??
c. Kontrak
Topic : bagaiman kalau kita berbincang-bincang cara lain mencegah marah yaitu
dengan ibadah sesuai dengan kepercayaan bapak.
Waktu : berapa lama kita mau berbincang-bincang??? bagaimana kalau 10 menit ..??
Tempat : dimana kita mau berbincang-bincang?? Bagaimana kalu disini sajah.
Tujuannya agar membantu mengendalikan prilaku kekerasan secara spiritual
2. Fase kerja
Coba ceritakan kegiatan ibadah apa saja yang biasa bapak kerjakan??
Baguss !!!! Baik, yang mana yang mau bapak coba ?
Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam.
Lanjutkan jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.
Apa kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan ?? kegiatan ibadah mana yang mau bapak
laksanakan selama di rumah sakit ?? coba pilih dua kegiatan yang ingin bapak lakukan ?
mari coba lakukan, bagus sekali.
Bapak bisa melakukan ibadah secara teratur untuk meredahkan kemarahan.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang cara yang ini ?
b. Evaluasi objektif
Sudah berapa cara mengendalikan marah yang kita pelajariu ?
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan saat bapak merasa
marah ?

c. Rencana tindak lanjut


Baiklah bapak kita akan berbincang-bincang lagi cara berikutnya untuk
mengendalikan marah dengan patuh minum obat.
d. Kontrak
Topic : berbincang-bincang cara lain untuk mengendalikan marah dengan patuh
minum obat
Waktu : kita akan bertemu dua jam lagi ya
Tempat : dimana kita bertemu ? bagaimana kalau di sini saja.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP V P)
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama :
Hari/tanggal :
Pertemuan :
Ruangan :

I. Proses keperawatan
A. Kondisi klien
DS : klien mengatakan rasa marahnya sudah mulai berkurang
DO : klien tampak tenang

B. Diagnose keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
C. Tujan keperawatan

D. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

II. Proses Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak, sesuai dengan janji kita dua jam yang lalu kita bertemu lagi

b. Evaluasi validasi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan nafas dalam, pukul bantal, bicara baik, dan
beribadah ? apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ?
c. Kontrak
Topic : bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan cara minum obat yang benar
untuk mengendalikan marah !!
Waktu : berapa lama kita mau berbincang-bincang, bagaimana kalau 15 menit saja.
Tempat : dimana kita berbincang-bincang pak ? bagaimana kalau di sisni saja
Tujuan : membantu latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan patuh minum
obat.
2. Fase kerja
Bapak sudah dapat obat dari dokter ? berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya
apa saja? Jam berapa bapak minum obat nya? Ada dua macam ya pak, yang warna biru
namanya RISP gunanya agar pikiran tenang, dan yang warna putih namanya THP agar
bapak rileks dan tidak tegang, semuanya ini harus bapak minum 3x sehari pukul 7 pagi 1
siang dan 6 sore
Jika nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering untuk bisa membantu
mengatasinya bapak minum air putih, dan jika mata bapak terasa berkunang-kunang
bapak sebaiknya istirahat dulu dan jangan beraktifitas lagi.
Nanti dirumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama bapak tetulis di label itu, berapa dosis yang harus di munum, jam berapa saja yang
harus di minum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar. Jangan menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter, karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukan kedalam jadwal harian, masukan waktu minum obat ya pak.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara minum obat
yang benar ?
b. Evaluasi objektif
Coba bapak sebutkan jenis obat yang bapak minum? Bagaimana cara minum obat
yang benar? Sudah berapa cara yang kita pelajari
c. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita masukan kedalam jadwal kegiatan ya minum obat
d. Kontrak
Topic : besok kita bertemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah
Waktu : besok kita bertemu lagi ya jam 09.00? 15 menit saja ya pak?
Tempat : dimana kita akan berbincang-bincang?? Bagaimana kalau disini saja.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ruangan : No.RM:
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Harga diri rendah 1. Membina hubungan saling percaya S:
SP 1P 2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek - Klien menyebutkan nama
positif yang dimiliki pasien - Klien mengatakan kegiatan
3. Membantu pasien menilai kemampuan pasien dirumah yaitu: memasak,
yang masih dapat dilakukan mencuci baju,
4. Membantu pasien menulis kegiatan yang akan membersihkan rumah,
dilatih sesuai dengan kemampuan pasien merapikan tempat tidur,
5. Melatih sesuai kemampuan yang dipilih dan menyikat WC
6. Memberikan pujian yang wajar - Klien mengatakan di
7. Menganjurkan klien memasukan dalam rumah sakit dapat
jadwal kegiatan harian melakukan kegiatan
merapihkan tempat tidur
dan menyikat WC
O:
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau merapihkan
tempat tidur
- Klien mampu memilih
kegiatan sesuai
kemampuan
A:
- Klien mampu memilih
kegiatan sesuai
kemampuan
Pp:
- Optimalkan Perencanaan
- Melatih kemampuan yang
dimiliki klien
- Evaluassi jadwal kegiatan
harian
Pk:
- Diharapkan klien mampu
membereskan tempat tidur
sesuai jadwal
- Anjurkan untuk
memasukan kedalam
jadwal kegiatan harian
Harga Diri Rendah 1. Mengevalusi jadwal kegiatan harian klien S:
SP 2P 2. Melatih kemampuan kedua - Klien mengatakan mengisi
3. Menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
jadwal kegiatan harian klien O:
- Klien dapat menjelaskan
cara membersihkan WC
A:
- Klien mampu menjelaskan
cara membersihkan WC
Pp:
- Evaluassi jadwal kegiatan
harian
Pk:
- Diharapkan klien dapat
membersihkan WC sesuai
jadwal
- Anjurkan untuk
memasukan kedalam
jadwal kegiatan harian

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ruangan : No.RM:
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Resiko Perilaku 1. Membina hubungan saling percaya S:
Kekerasan 2. Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan - Klien menyebutkan nama
SP 1P 3. Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku - Klien mengatakan perilaku
kekerasan kekerasan dikarenakan
4. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa belum mendapat pekerjaan
dilakukan - Klien mengatakan suka
5. Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan memukul ayah dan
6. Melatih mencegah perilaku kekerasan dengan kakanya
cara fisik 1 (tarik napas dalam) - Klien mengatakan setelah
7. Memasukan dalam jadwal kegiatan harian dipukul ayahnya kesakitan
O:
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau belajar
mengontrol marah dengan
tarik napas dalam
- Klien mau memasukan
latihan kedalam jadwal
kegiatan harian
A:
- Klien mampu melatih /
mengontrol marah dengan
cara fisik: tarik napas
dalam
Pp:
- Optimalkan Perencanaan
- Melatih mengontrol marah
dengan cara pukul bantal /
kasur
- Evaluassi jadwal kegiatan
harian
Pk:
- Diharapkan klien dapat
melatih / mengontrol
marah dengan tarik napas
dalam
Resiko Perilaku 1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian dalam S:
Kekerasan mencegah perilaku kekerasan secara fisik - Klien mengatakan mau
SP 2P 2. Melatih pasien mengontrol perilaku menerapka kegiatan harian
kekerasan dengan cara fisik kedua: pukul O:
bantal/kasur - Klien mau melatih
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam mengontrol perilaku
jadwal kegiatan harian kekerasan dengan pukul
bantal / kasur
A:
- Klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara fisik; pukul
bantal/kasur
Pp:
- Melatih mengontrol marah
dengan cara yang asertif
- Evaluasi jadwal kegiatan
harian
Pk:
- Diharapkan klien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
fisik kedua: pukul
bantal/kasur
- Anjurkan untuk
memasukan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Resiko Perilaku 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian S:
Kekerasan 2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan - Klien mengatakan jika
(SP 3P) dengan cara verbal: meminta menolak atau meminta sesuatu akan
mengungkapkan dengan asertif meminta dengan baik
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam - Klien mengatakan jika
jadwal kegiatan harian meminta sesuatu tidak
akan baik-baik
O:
- Klien mengisi jadwal
kegiatan harian
- Klien mau mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara verbal: meminta
menolak atau
mengungkapkan dengan
asertif
A:
- Klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara verbal: meminta
menolak atau
mengungkapkan dengan
asertif
Pp:
- Melatih mengontrol marah
dengan cara ibadah
- Evaluasi jadwal kegiatan
harian
Pk:
- Diharapkan klien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan cara verbal:
meminta menolak atau
mengungkapkan dengan
asertif
- Anjurkan untuk
memasukan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Resiko Perilaku 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian S:
Kekerasan 2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan - Klien mengatakan jika
(SP 4P) dengan spiritual: beribadah marah itu muncul klien
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam akan berdoa dengan cara
jadwal kegiatan harian menenangkan fikiran dan
akan berdoa semoga
dihilangkannya rasa marah
O:
- Klien mempraktekan cara
berdoa
- Klien kooperatif
A:
- Klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara spiritual: berdoa
Pp:
- Melatih mengontrol marah
dengan patuh minum obat
- Evaluasi jadwal kegiatan
harian
Pk:
- Diharapkan klien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
spiritual
- Anjurkan untuk
memasukan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Resiko Perilaku 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian S:
Kekerasan 2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan - Klien mengatakan dalam 1
(SP 5P) dengan patuh minum obat hari minum obat 2 kali
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam - Klien mengatakan minum
jadwal kegiatan harian obat berwarna orange,
putih, merah muda
O:
- Klien menjawab setiap
menjawab pertanyaan
- Klien menyebutkan 5
benar minum obat
A:
- Klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan dengan
patuh minum obat
Pp:
- Evaluasi jadwal kegiatan
harian
- Evaluasi kegiatan mana
dari ke 5 cara yang efektif
membantu klien
Pk:
- Diharapkan klien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan dengan patuh
minum obat
- Anjurkan untuk
memasukan ke dalam
jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Ruangan : No.RM:


Diagnosa
Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Isolasi Sosial Jam : 09.00-09.15 wib S:
SPI - Klien mengatakan tidak
1. Mengidentifikasi penyebab berinteraksi karena
isolasi social klien malu
2. Berdiskusi dengan klien tentang - Klien mengatakan
keuntungan berinteraksi dengan keuntungan berinteraksi
orang lain ada yang membantu
3. Berdiskusi dengan klien tentang - Klien mengatakan
kerugian tidak berinteraksi kerugian tidak
dengan orang lain berinteraksi hdala
4. Mengajarkan klien cara tidak memiliki teman
berkenalan dengan 1 orang - Klien mengatakan
5. Mengajarkan klien memasukkan namanya Tn. U
kegiatan latihan berbincang- O:
bincang dengan orang lain - Klien mau berjabat
dalam jadwal kegiatan harian tangan dan
menyebutkan nama
A:
- Klien mampu
berkenalan dan
berbincang- bincang
P:
- Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan 1
orang
- Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
K:
- Diharapkan klien mau
berkenalan dan
berbincang- bincang
sesuai dengan kegiatan
harian klien
Isolasi Sosial Jam : 09.00-09.15 wib S:
SP2 Klien mengatakan sudah
- Mengevaluasi jadwal kegiatan berkenalan denagn Tn. J
harian klien Klien mengatakan
- Mempraktekkan kepada klien senang
cara berkenalan dengan klien O:
lain Klien terlihat
- Membantu klien memasukkan berbincang- bincang
cara berkenalan dalam jadwal dengan Tn. J
kegiatan harian Klien terlihat tersenyum
A:
Klien mampu
berkenalan dan
berbincang- bincang
P:
Membantu Klien
mempraktekkan cara
berkenalan dengan
orang lain yang belum
dikenal
Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
K:
Diharapkan klien
memasukkan cara
berkenalan kedalam
jadwal kegiatan harian
Isolasi Sosial Jam : 09.00-09.15 wib S:
SP3 Klien mengatakan hari
Mengevaluasi jadwal kegiatan ini perasaannya senang
harian klien Klien mengatakan
Mempraktekkan kepada klien temannya bertambah 1
cara berkenalan dengan klien lagi
lain Klien mengatakan
Membantu klien memasukkan sudah berkenalan
cara berkenalan kedalam jadwal dengan Tn. A dan Tn R
kegiatan harian O:
Klien terlihat
berbincang- bincang
Klien terlihat sedang
berjabat tangan dengan
Tn. A
Ada kontak mata
A:
Klien sudah mampu
berkenalan tanpa
bantuan perawat

P:
Memotivasi klien agar
mau berkenalan dan
berbincang- bincang
dengan orang yang
belum dikenal
K:
Diharapkan klien
memasukkan cara
berkenalan kedalam
jadwal kegiatan harian
klien

Anda mungkin juga menyukai