Anda di halaman 1dari 4

NASKAH ROLEPLAY

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN JIWA HALUSINASI

Dosen Pembimbing : Ns. Tesha Hestyana S.Kep M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Alip Nurhuda (P031814401042)


Devi Junita (P031814401048)
Indah Putri Mayma (P031814401057)
Miftahul Jannah (P031814401059)
Pricilla Kartika (P031814401068)
Reza Arizka Andriani (P031814401070)
Salsa Adelia Rahmadani (P031814401071)
Tasya Putri Widyastika (P031814401076)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2019/2020
Pada suatu hari di Rumah Sakit Jiwa Tampan tepatnya di Ruang Bougenville terdapat
seorang pasien berumur 21 tahun akan dirawat dengan diagosa gangguan persepsi sensori:
halusinasi (pendengaran). Beberapa menit kemudian, seorang menghampiri pasien tersebut yang
tampak gelisah, sendiri, dan histeris. Perawat pun langsung melakukan SP1 Pasien dimana salah
satunya membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.

SP1 Pasien:
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.

Perawat : “Selamat pagi, Ibu/Bapak. Saya Perawat dari Poltekkes Riau yang akan merawat
Ibu/Bapak. Perkenalkan nama saya Perawat (Nama Perawat) senang dipanggil Perawat
(Nama Panggilan). Nama Ibu/Bapak siapa? Senang di panggil apa?”
Pasien : “Nama saya (Nama Pasien) senang dipanggil (Nama Panggilan)”
Perawat : “Baiklah Ibu/Bapak (Nama Pasien). Bagaimana perasaannya hari ini? Apa ada
keluhannya hari ini?”
Pasien : “Saya takut. Dari tadi ada orang yang terus membisik-bisikan saya. Dia menyuruh
saya bunuh diri. Saya takut”
Perawat : “Tenang bu/pak, tenang. Dimana orangnya bu/pak, dimana?”
Pasien : “Saya tidak tau, tapi suara-suara itu terus saja datang!”
Perawat : “Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
Ibu/Bapak dengar, tetapi tidak tampak wujudnya?”
Pasien : “Iya, baiklah.”
Perawat : “Dimana kita duduk?”
Pasien : “Di sana, di ruang tamu saja!”
Perawat : “Diruang tamu? Baiklah bu/pak, ayo kita ke ruang tamu!”
Pasien : “Ayo, cepat.”
Perawat : “Kalau boleh tau kita bercakap-cakapnya berapa lama bu/pak?”
Pasien : “Tolong.. suara itu datang lagi. Ayo pak/bu tolong saya!”
Perawat : “Baiklah bu/pak bagaimana kalau 30 menit?”
Pasien : “Iya, ya. Ayo cepat!”
Perawat : “Baiklah bu/pak, apakah Ibu/Bapak (Nama Pasien) mendengar suara tanpa ada
wujudnya?”
Pasien : “Iya! Dari tadi suara itu terus mengganggu saya! Tolong saya!”
Perwat : “Kalau boleh tau, apa yang dikatakan suara itu?”
Pasien : “Mati Kamu, Mati! Begitu yang saya dengar. Saya jadi takut. Tolong saya!”
Perawat : “Ibu/Bapak (Nama Pasien)? Apakah suara itu terus-menerus terdengar atau sewaktu-
waktu?”
Pasien : “Suara itu sering datang mengganggu saya. Saya jadi takut. Mati Kamu, Mati!
Begitulah yang saya dengar!”
Perawat : “Kapan Ibu/Bapak (Nama Pasien) sering mendengar suara itu?”
Pasien : “Suara itu sering datang ketika saya lagi sendiri”
Perawat : “Biasanya berapa kali sehari Ibu/Bapak (Nama Pasien) mendengar suara-suara itu?”
Pasien : “Biasanya, sering. Lebih dari lima kali”
Perawat : “Lebih dari lima kali sehari ya? Kalau begitu, pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”
Pasien : “Iya. Suara-suara itu datang pas saya lagi sendiri, pas lagi sepi-sepinya suara itu juga
pasti datang!”
Perawat : “Apa yang Ibu/Bapak (Nama Pasien) rasakan pada saat mendengar suara itu?”
Pasien : “Saya takut, takut sekali!”
Perawat : “Apa yang Ibu/Bapak (Nama Pasien) lakukan saat mendengar suara itu?”
Pasien : “Saya teriak. “Tidak! Tidak! Saya Tidak Mau Mati!” Begitu saya bilang”
Perawat : “Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang?”
Pasien : “Tidak, suara-suara itu tetap saja saya dengar. Tolong saya, apa yang harus saya
lakukan, suara-suara itu terus saja datang!”
Perawat : “Baiklah bu, Ibu/Bapak (Nama Pasien) harus tenang sekarang ya! Bagaimana kalau
kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
Pasien : “Bagaimana caranya?”
Perawat : “Begini, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat
dengan teratur.”
Pasien : “Ada empat ya?”
Perawat : “Iya bu/pak. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya adalah saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu/Bapak (Nama Pasien)
bilang, “Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya tidak mau dengar, kamu suara palsu!”
sambil Ibu/Bapak (Nama Pasien) menutup kedua telinganya, begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Ibu/Bapak (Nama Pasien) peragakan!”
Pasien : “(sambil menutup kedua telinganya) “Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya tidak mau
dengar, kamu suara palsu!” Begitu ya?”
Perawat : “Iya bu/pak. Nah begitu… bagus! Coba lagi bu/pak!”
Pasien : “(sambil menutup kedua telinganya) “Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya tidak mau
dengar, kamu suara palsu!”
Perawat : “Iya bagus, Ibu/Bapak (Nama Pasien) sudah bisa!”
Pasien : “Yeeeey. Saya bisa!”
Perawat : “Nah, bu/pak, bagaimana perasaan Ibu/Bapak (Nama Pasien) setelah memeragakan
latihan tadi?”
Pasien : “Saya sudah lega. Dan saya sudah tidak takut lagi”
Perawat : “Baguslah kalau begitu bu/pak, nanti kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan
coba cara tersebut ya bu!”
Pasien : “Baiklah Pak!”
Perawat : “Baik bu/pak, kalau begitu saya permisi dulu. Sampai jumpa!”
Pasien : “Dadah!”

Anda mungkin juga menyukai