DISUSUN OLEH :
202003082
Nim : 202003082
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa,
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
proporsional. (Ida Untari, 2016)
2. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahap, yakni: Usia
pertengahan (middle age) ialah 45–59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75–90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di
atas 90 tahun.
3. Menurut Depkes RI (2003) dalam Maryam, dkk (2008). Klasifikasi pada lansia
yaitu:
1) Pralansia (prasenilis): seseorang dengan usia antara 45-59 tahun.
2) Lansia: seseorang dengan usia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi: seseorang yang berusia 70 tahun/lebih atau seseorang
dengan usia 60 tahun/lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial: seorang lanjut usia yang bisa melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang mendapatkan hasil barang/jasa.
5) Lansia tidak pontensial: lanjut usia yang ketergantungan terhadap bantuan
orang lain karena ketidakberdayaannya dalam mencari nafkah dalam
kehidupannya.
Perubahan Fisik
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi.
Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman
penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Pada sistem
pendengaran terjadi presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi. Pada sistem integumen (kulit) mengalami
atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kekeringan kulit disebabkan
atrofi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat
pada kulit dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan antara lain angin dan matahari, terutama sinar ultra violet
Perubahan Kognitif
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif
yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Daya ingat atau ingatan adalah
kemampuan untuk menerima, mencamkan, menyimpan dan menghadirkan
kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang.. Ingatan jangka
panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan
jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia
akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak
begitu menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV dan film.
Kemampuan pemahaman (comprehension) atau menangkap pengertian pada
lansia mengalami penurunan .Hal ini juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi
pendengarannya lansia yang mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap
lanjut usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam berkomunikasi
dilakukan kontak mata (saling memandang). Dengan kontak mata, mereka akan
dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat
diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat
dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga
mereka akan lebih tenang, lebih senang dan merasa dihormati.
Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja (performance) baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan performance yang membutuhkan
kecepatan dan waktu mengalami penurunan secara signifikan. (Azizah et al.,
2016)
Perubahan Spritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini dapat dilihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat universal,
intrinsik dan merupakan proses individual yang berkembang sepanjang rentang
kehidupan. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup
melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu
kematian. Harapan memungkinkan individu dengan keimanan, spiritual atau
religius untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai
kematian.
Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih
muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia
cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. Pada tahap
perkembangan usia lanjut merasakan atau sadar akan kematian (sense of
awareness of mortality).
Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialaminya oleh lansia antara lain pensiun,
terjadi perubahan kepribadian, perubahan dalam peran sosial di masyarakat,
penurunan fungsi dan potensi seksual. Pensiun sering dikatakan secara salah
dengan kepasifan atau pengasingan. Dalam kenyataannya pensiun adalah tahap
kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran yang
menyebabkan stres psikososial.
Usia wajib pensiun bervariasi, contohnya pegawai negeri sipil (PNS) pada
usia 65 tahun, sedangkan industri swasta hak pensiun biasanya antara usia 62
tahun dan 70 tahun, dan juga mungkin pensiun pada usia 55 tahun. Nilai
seseorang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas yang dikaitkan
dengan peran dalam pekerjaan. Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan
seseorang lansia pensiunan merasakan kekosongan, dan secara tiba-tiba
merasakan begitu banyak waktu luang yang ada di rumah disertai dengan
sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani. Meskipun pensiun karena alasan kesehatan,
masalah-masalah yang berputar di sekitar pensiun berkaitan erat dengan
pertimbangan atas jabatan dan keadaan keuangan.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
proporsional.
Sedangkan faktor lain yang juga berpengaruh pada proses penuaan adalah
faktor eksogen, seperti faktor organik, genetic, dan imunitas. faktor organik
adalah penurunan hormone pertumbuhan, penurunan hormone testosteron,
peningkatan prolaktin, penurunan melatonin, perubahan folicel stimulating
hormon dan luteinizing hormon. Kedua, faktor lingkungan dan gaya hidup.
Termasuk faktor lingkungan antara lain pencemaran lingkungan akibat kendaraan
bermotor , pabrik, bahan kimia , bising, kondisi lingkungan yang tidak bersih,
kebiasaan menggunaan obat dan jamu tanpa control, radiasi sinar matahari ,
makanan berbahan kimia, infeksi virus, bakteri, dan stress. Ketiga, faktor status
kesehatan.
Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara abnormal.(Andra Safery
Wijaya & Putri, 2013).
Tekanan
Tekanan Sistolik
Kategori Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal <130 Dan/atau <85
Tinggi-normal 130-139 Dan/atau 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 Dan/atau 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 Dan/atau 100-109
Hipertensi derajat III ≥180 Dan/atau ≥110
Keterangan tabel 2.1 klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun:
1. Kategori normal dapat diterima jika individu tersebut tidak mengonsumsi obat
2. Jika TD sistolik atau diastolik jatuh ke kategori yang berbeda, maka yang
dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. Misal: 160/92 diklasifikasikan
sebagai hipertensi derajat 2; 174/120 diklasifikasikan sebagai hipertensi derajat
3
3. Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik >140
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya. Ini merupkan jenis hipertensi yang paling
banyak yaitu sekitar 90–95% dari insidensi hipertensi secara keseluruhan.
Hipertensi primer ini sering tidak disertai dengan gejala dan biasanya gejala baru
muncul saat hipertensi sudah berat atau sudah menimbulkan komplikasi. Hal
inilah yang kemudian menyebabkan hipertensi dijuluki sebagai sillent killer.
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko di antaranya usia, jenis
kelamin, dan faktor herediter atau keturunan. Selain itu pola hidup yang tidak
sehat seperti mengonsumsi alkohol, merokok, kurang olahraga, makanan
berlemak dapat menjadi pemicu hipertensi.
Faktor lain yang dapat memicu hipertensi adalah perangsangan sistem saraf
simpatik. Berbagai kondisi yang menimbulkan stresor baik secara fisik maupun
psikologis dapat memicu aktivitas saraf simpatik. Efek yang ditimbulkan dari
perangsangan sistem saraf simpatik adalah vasokonstriksi pembuluh darah dan
peningkatan denyut jantung. Kedua hal ini akan menyebabkan peningkatan
resistensi perifer pembuluh darah sistemik sehingga sehingga memicu
peningkatan tekanan darah. Selain itu perangsangan sistem saraf simpatik memicu
aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron yang berperan dalam meningkatkan
tekanan darah
2. Hipertensi Sekunder
Pada tahap awal perkembangan hipertensi tidak ada manifestasi yang dicatat
oleh klien atau praktisi kesehatan. Pada akhirnya tekanan darah akan naik dan jika
keadaan ini tidak “terdeteksi” selama pemeriksaan rutin, klien tetap tidak sadar
bahwa tekanan darahnya naik, jika kondisi ini tetap dibiarkan dan tidak
terdiagnosis , tekanan darah akan terus naik dan manifestasi klinis akan menjadi
jelas dan klien akan mengeluh sakit kepala terus menerus, kelelahan, pusing,
berdebar-debar, sesak, pandangan kabur atau penglihatan ganda, dan mimisan.
(Black & Hwaks, 2014)
Corwin (2000) dalam (Andra Safery Wijaya & Putri, 2013) menyebutkan
bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :
1. Retinopati Hipertensif
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita hipertensi ini adalah
penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensif. Penyakit jantung
koroner terkait dengan berbagai gejala yang muncul akibat terganggunya suplai
darah ke otot jantung sehingga menimbulkan kerusakan, mulai dari iskemia,
cedera, hingga kematian otot jantung tersebut.
3. Hipertensi Serebrovaskular
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling penting penyakit stroke
baik karena perdarahan maupun emboli. Risiko stroke akan semakin bertambah
dengan. semakin tingginya tekanan darah. Tingginya regangan pada dinding
pembuluh darah akan menyebabkan luka mikroskopik yang dapat menjadi pemicu
terbentuknya trombus pada area tersebut. Trombus yang terbentuk. menyebabkan
penyempitan pada lumen pembuluh darah sehingga menurunkan aliran darah
serebral.Demikian pula ketika trombus terlepas dan ikut bersama aliran darah,
maka ia akan menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah dengan diameter yang
lebih kecil. Penurunan aliran darah ini akan menyebabkan iskemia hingga
kematian sel-sel otak. Kondisi seperti ini dikenal dengan stroke non-hemoragik.
Selain itu, luka akibat regangan pada dinding pembuluh darah atau luka
bekas dari trombus yang terlepas menyebabkan kelemahan pada lokasi dinding
pembuluh darah tersebut. Akibatnya daerah tersebut mudah mengalami aneurisma
atau ruptur, sehingga menimbulkan perdarahan di area otak. Perdarahan di otak
yang menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak disebut stroke hemoragik.
4. Ensefalopati Hipertensi
1) Riwayat Keluarga
2) Usia
3) Jenis Kelamin
4) Etnis
1) Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes
menurut beberapa studi penelitian terkini.Diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. Oleh
karena itu hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun
diabetesnya terkontrol dengan baik. Ketika seorang klien diabetes didiagnosis
dengan hipertensi, keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut harus benar-
benar individual dan agresif.
2) Stres
3) Obesitas
Obesitas, terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk "apel”), dengan
meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Orang dengan kelebihan berat badan tetapi
mempunyai kelebihan paling banyak di pantat, pinggul, dan paha (tubuh
berbentuk “pear”) berada pada risiko jauh lebih sedikit untuk pengembangan
hipertensi sekunder daripada peningkatan berat badan saja. Kombinasi obesitas
dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan risiko hipertensi.
4) Nutrisi
Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan
hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi
akan sensit terhadap garam dan kelebihan dan garam dan kelebihan garam
mungkin menjadi penyebab pencentus hipertensi pada individu ini :Diet tinggi
garam mungkin menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan,
yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan
natrium juga menstimulasi mekanisme vasopresor di dalam sistem saraf pusat
(SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium,
dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan Obat
1.3.1 Definisi
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekhawatiran mengalami kegagalan
g. Disfungsi sistem keluarga.
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
k. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dll)
l. Kurang terpapar informasi (PPNI, 2016)
1.3.3 Tingkatan Kecemasan
individu.
1.3.1.2 Ansietas sedang, memungkinkan individu untuk fokus pada hal yang
tidak perhatian yang selektif, namun dapat berfokus pada lebih banyak
Individu cenderung lebih berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik
serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ini ditunjukkan untuk
dan teror. Hal yang rinci disini terpecah dari proporsinya, karena
mengalami hilang kendali. Individu yang mengalami panik ini tidak dapat
Adaptif Maladaptif
Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan
lingkungan.
Cemas ringan
Ketegangan ringan, pengindraan lebih tajam dan menyiapkan diri
untuk bertindak
Cemas sedang
Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi
menyempit dan tidak mampu memutuskan pada faktor/peristiwa yang
penting baginya.
Cemas berat
Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang kecil,
tidak memikirkan yang luas, tidak mampu membuat kaitan dan tidak
mampu menyelesaikan masalah
Panik
Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berpikir
tidak teratur, perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif (Azizah, Imam, &
Amar, 2016).
1.3.1.4.1.1.1.1 Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup
seseorang sehari-hari
yang ada dilingkungan. Sumber koping tersebut yag berupa modal ekonomi,
1) Identitas Klien
Pengkajian meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan klien, umur, alamat,
pekerjaan, suku bangsa, diagnosa medis.
c. Pria lebih akan lebih mudah terkenan hipertensi akibat pola hidup, merokok,
minum alkohol, tekanan pekerjaan. Sedangkan wanita yang sudah di atas 60
tahun resiko terkenan hipertensi lebih besar diakibatkan oleh hormon
ekstrogen yang menurun.
d. Pekerjaan : dari pekerjaan yang berat akan menimbulkan stres. Saat dilanda
stres produksi hormon adrenalin akan meningkat sehingga jantung memompa
darah lebih cepat, akibatnya tekanan darah akan meningkat.
e. Suku bangsa : Keyakinan dan nilai nilai budaya memengaruhi cara individu
dalam mengatasi nyeri.
2) Keluhan Utama
Yang perluh dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita peyakit yang
sama karena faktor genetik/keturunan.
5) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, berat badan, tinggi badan dan tanda
tanda vital.
Kaji adanya Pembesaran kelenjar gondok & limfe, nyeri tekan, kaku pada
leher.
g. Thorax
Kaji kesimetrisan bentuk dada, ada atau tidaknya retraksi dada, benjolan
patologis, keadaan mammae. Kaji ada dan tidaknya suara nafas tambahan,
dan nyeri tekan.
h. Abdomen
Kaji adanya nyeri tekan pada abdomen, adanya pembesaran hati / limfa ,
adanya suara bising usus.
i. Ekstermitas
j. Genetalia
k. Integumen
Kaji adanya sianosis, edema, turgor kulit, makula, papula, vesikula, pustula,
bula, nodul, sikatriks,nevi.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Subjektif :
Mengeluh nyeri
2) Objektif :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misalnya waspada , posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
3) Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : -
2) Objektif :
(1)Tekanan darah meningkat
(2)Pola napas berubah
(3)Nafsu makan berubah
(4)Proses berpikir terganggu
(5)Menarik diri
(6)Berfokus pada diri sendiri
(7)Diaphoresis
BAB 3Intoleransi Aktivitas (D.0056)
yang tidak jelas dan spesisfik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
a) Penyebab:
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (tempramen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
b) Gejala dan Tanda Mayor:
1) Subjektif:
(1) Merasa bingung
(2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
(3) Sulit berkonsentrasi
2) Objektif:
(1) Tampak gelisah
(2) Tampak tegang
(3) Sulit tidur
c) Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif:
(1) Mengeluh pusing
(2) Anoreksia
(3) Palpitasi
(4) Merasa tidak berdaya
2) Objektif:
(1)Frekuensi napas meningkat
(2)Frekuensi nadi meningkat
(3)Tekanan darah meningkat
(4)Diaforesis
(5)Tremor
(6)Muka tampak pucat
(7)Suara bergetar
(8)Kontak mata buruk
(9)Sering berkemih
(10) Berorientasi pada masa lalu
BAB 6Defisist pengetahuan (D.0111)
2) Keteratasan kognitif
3) Gangguan fungsi kognitif
4) Kekeliruan mengikuti anjuran
5) Kurang terpapar informasi
6) Kurang minat dalam belajar
7) Kurang mampu mengingat
8) Ketidaktahuan menemukan dumber informasi
b) Data Mayor :
1) Data subjektif :
Menanyakan masalah yang dihadapi
2) Data objektif:
a. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
b. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
c) Data Minor :
Data subjektif : -
Data objektif :
1. Pengkajian
a) Data biografi : nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit.
c) Riwayat kesehatan :
Pada pengkajian diperlukan untuk dikaji menurut (Ade Herman Surya Direja,
2011) :
gejala fisiologis.
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
d) Tampak gelisah
e) Tampak tegang
f) Sulit tidur
g. Pengkajian Aktivitas Sehari-hari
pertanyaan (tanggal berapa hari ini, hari apa sekarang, apa nama
tempat ini) yang berkaitan dengan intelektual lansia diisi dengan cara
depression scale (GDS) nilai satu poin untuk setiap respon yang
cocok dengan jawaban ya atau tidak dan respon yang tidak sesuai
2. Diagnosa Keperawatan
yang dialaminya baik yang bersifat aktual ataupun risiko, yang bertujuan untuk
terpapar informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
2. Terapeutik
3.Edukasi
4. Kolaborasi
Ade Herman Surya Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Medika.
Andra Safery Wijaya, & Putri, Y. M. (2013). Kmb1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep (pertama). Nuha Medika.
Asikin, M., Nuralamsyah, M., & Susaldi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah
Sistim Kardiovaskular (R. Astikawati & E. K. Dewi (eds.)). Penerbit
Erlangga. www.erlangga.co.id
Azizah, L. ma’rifatul, Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa teori dan aplikasi praktik klinik (pertama). indomedia
pustaka.
Black, joyce m, & Hwaks, jane hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Salemba Medika.
Ida Untari. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik terapi tertawa & senam
cegah pikun (wuri praptiani (ed.)). penerbit buku kedokteran EGC.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika.
PPNI, tim pokja S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DEWAN PENGURUS PUSAT.
PPNI, tim pokja S. D. (2018a). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DEWAN PENGURUS
PUSAT.
PPNI, tim pokja S. D. (2018b). Standart Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. DEWAN PENGURUS PUSAT.
Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, esti dwi, Sukrillah,
ulfah agus, Riyadi, S., & Kuswati, A. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik
(putri christian (ed.)). cv andi offset.
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal - Bedah : Diagnosis Nanda-1 2015-2017 intervensi Nic Hasil Noc.
Buku Kedokteran EGC.