Dosen Pembimbing :
Di susun oleh :
Erna Dwi Rakhmawati (202003099)
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan Keperawatan ini diajikan oleh :
Telah diperiksa dan sisetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan dasar.
Mojokerto, 2020
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1. Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya,terbentuklah
karbon dioksida,energy,dan air. Akan tetapi,penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel (Guyton & Hall, 2007).
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis
menurut hirarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan.
Oksigen sangat berperan dalam proses metabolism tubuh. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal
tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam
proses pemenuhan kebutuhan adalah sistem pernafasan,persyarafan,dan
kardiovaskuler (Somantri, 2008).
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml
(4,5- 51). Udara yang diperoses dalam paru-paru hanya sekitar 10% (kurang
lebih 500 ml),yaitu yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi)
pada pernafasan biasa (Brunner & Suddarth, 2010).
2. Etiologi
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan,
emosi, gaya hidup dan status kesehatan (Somantri, 2008).
a. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke
kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.
Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan
oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,
2
pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah
sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh
ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun,
sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang
berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter
diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini
menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan
demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang.
Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya,
sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami
kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi
udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara,
konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala,
pusing, batuk dan merasa tercekik.
b. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin
tinggi.
c. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
d. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh
darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
e. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung
4
3. Patofisiologi
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi
lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa
jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi
tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang
mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-
kamar pada jantung, aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard
terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup dalam
memenuhi kebutuhan oksigen organ (Yeni, 2013).
Selain itu, perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien
mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan suatu kondisi
ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida
normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi
terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun,
maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan
yang tidak adekuat pada tingkat jaringan (Guyton & Hall, 2007).
5
4. Phatway
- Hiperventilasi - Kerusakan neuromuscular
- Hipoventilasi - Kerusakan musculoskeletal
- Deformitas tulang dan dinding dada - Obesitas
- Nyeri - Posisi tubuh
- Cemas - Imaturitas neurologis
- Penurunan energi/kelelahan kelelahan otot pernafasan dan adanya
Perubahan membran kapiler-alveoli
5. Manifestasi Klinis
a. Suara napas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernapasan
c. Batuk disertai dahak
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin
6
g. Penurunan ekspansi paru
h. Takhipnea
(Guyton & Hall, 2007)
B. ISPA
1. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,
ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi
yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan
2. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
3. Klasifikasi ISPA
1) Pneumonia Berat
lebih.
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
2) Pneumonia Sedang
3) Bukan Pneumonia
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
a. ISPA ringan
b. ISPA sedang
mengorok.
c. ISPA berat
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah
satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang
biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak
tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar
kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah
nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung
zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen
5. Faktor resiko
a. Faktor Demografi
1) Jenis kelamin
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
anaknya.
3) Pendidikan
b. Faktor Biologis
1) Status gizi
memperbanyak
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang
2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a) Bahan bangunan
pernapasan.
b) Ventilasi
yang
penyakit)
c) Cahaya
c. Faktor Polusi
(Lamsidi, 2003) :
1) Cerobong asap
2) Kebiasaan merokok
lainnya.
2008).
penerangan alamiah
1) Batuk
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak
diraba.
sebagai berikut:
berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per
menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara
digunakan arloji.
campak.
waktu bernafas.
gelisah.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
tujuan
a. Pemeriksaan
tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
b. Klasifikasi ISPA
sebagai berikut :
c. Pengobatan
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
d. Perawatan di rumah
2) Mengatasi batuk
3) Pemberian makanan
diteruskan.
4) Pemberian minuman
5) Lain-lain
kesehatan.
8. Pencegahan ISPA
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga
b. Imunisasi
C. Ventilasi
1. Pengertian
2. Fungsi Ventilasi
a. Ventilasi alam.
b. Ventilasi buatan
conditioner).
4. Syarat Ventilasi
dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah <
pengaruh bagi penghuninya. Luas ventilasi rumah yang < 10% dari
Selain itu, luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
mengakibatkan terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan
yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap
baik, jumlah kejadian ISPA pada balita lebih banyak jika ventilasi
akibatnya kuman yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi
berbagai penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan
organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa,
serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu
proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan
sputum adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus
cenderung berkumpul waktu tidur (Wartonah, 2016).
10. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan Asma diarahkan terhadap gejalagejala yang timbul saat
serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan pemeliharaan
keehatan optimal yang umum. Tujuan utama dari berbagai macam pengobatan
adalah pasien segera mengalami relaksasi bronkus. Terapi awal, yaitu:
1) Memberikan oksigen pernasal
2) Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau
terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang
setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenergik
dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg
dalam larutan dekstrose 5%
3) Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon
segera atau dalam serangan sangat berat25
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk
didalamnya golongan beta adrenergik dan anti kolinergik.
b. Keperawatan
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a) Pembersihan jalan nafas
b) Latihan batuk efektif
c) Suctioning
d) Jalan nafas buatan
2) Pola Nafas Tidak Efektif
a) Atur posisi pasien (semi fowler)
b) Pemberian oksigen
c) Teknik bernafas dan relaksasi
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Data klinik, meliputi : TTV, KU
b) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
1) Mata
Konjungtiva pucat (karena anemia)
Konjungitva sianosis ( karena hipoksemia)
Konjungtiva terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau
endokarditis)
2) Kulit
3)
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer).
Sianosis secara umum (hipoksemia)
Penurunan turgor (dehidrasi)
Edema
Edema periorbital
4) Jari dan kuku
Sianosis
Clubbing finger
5) Mulut dan bibir
Membran mukosa sianosis
Bernapas dengan mengerutkan mulut.
6) Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan
kesimetrisan.
7) Vena Leher
Adanya distensi/ bendungan.
8) Dada
(a) Inspeksi
Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya,
pasien harus duduk.
Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau
belakang.
Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta
gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis)
Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada.
Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau
pernapasan diafragma serta penggunaan otot bantu
pernapasan.
Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang
panjang menandakan adanya obstruksi jalan napas seperti
pada pasien Chronic Airflow Limitation (CAL)/ Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
Kaji konfigurasi dada.
Kelainan bentuk dada:
Barrel chest : Akibat overinflation paru pada pasien
emfisema.
Funnel chest : Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu
depresi bagian bawah sternum.
Pigeon chest : Akibat ketidaktepatan sternum yang
mengakibatkan peningkatan diameter AP.
Kofiskoliosis : Missal pada pasien osteoporosis dan
kelainan musculoskeletal.
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan
pergerakan dinding dada mengindikasikan adanya penyakit
paru/ pleura.
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama
inpsirasi yang mengindikasikan adanya obstruksi jalan
napas.
(b) Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui tactil premitus (vibrasi).
(c) Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi
yaitu:
Suara perkusi normal:
Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru
normal, umumnya bergaung dan bernada rendah.
Dullness : dihasilkan di atas jantung atau paru.
Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara perkusi abnormal:
Hiperesonan : lebih rendah dari resonan seperti paru
abnormal yang berisi udara.
Flatness : nada lebih tinggi dari dullness seperti
perkusi pada paha, bagian jaringan lainnya.
(d) Auskultasi
Suara napas normal
Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa, keras,
nyaring, dan hembusan lembut.
Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara napas
bronchial dengan vesikuler.
Vesikuler terdengar lembut, halus, sperti hembusan angin
sepoi – sepoi.
Jenis suara tambahan
Wheezing : suara nyaring, musical, terus – menerus akibat
jalan napas yang menyempit.
Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum.
Pleural friction rub : suara kasar, berciut, dan seperti
gessekan akibat inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
Crakles :
o Fine cracles : suara meletup akibat melewati daerah
alveoli, seperti suara rambut digesekkan.
o Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di jalan
saluran napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.
(Brunner & Suddarth, 2010)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kapiler
3. Perencanaan Keperawatan
4. Evaluasi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan (00031)
Mempunyai jalan nafas yang paten
Mengeluarkan sekresi secara efektif
Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi (00032)
Ekspansi dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu
Bunyi napas tambahan tidak ada
Napas pendek tidak ada
Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kapiler (00030)
Ventilasi tidak bermasalah
Status neurologic dalam rentang yang diharapkan
Tdak ada dypneu
Tidak gelisah dan sianosis
Tidak ada keletihan
Hasil GDA dalam batas normal
End tidal CO2 dalam rentang normal
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Iman. (2008). KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta:
EGC
Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC