Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI KURANG DARI KEBUTUHAN

PADA ‘’Tn. F’’ DENGAN DIAGNOSA ‘’CA Paru’’

Dosen Pengampu : Ucik Indrawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Nama : Miftah Nur Azizah

NIM : 191210011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
1. Pengertian
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-
menerus. (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen kedalam sistem (kimia atau
fisika) tubuh menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan
menghembuskan udara untuk mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Gangguan Oksigenasi atau Gangguan Kebutuhan Oksigen adalah adanya gangguan
penambahan oksigen ke dalam tubuh yang mampu mempengaruhi proses metabolism.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena jika kebutuhan oksigen dalam tubuh
berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal itu berlangsung
lama akan menimbulkan kematian. System yang berperan dalam proses pemenuhan
kebutuhan adalah system pernapaan, persarafan, dan kardiovaskuler
2. Klasifikasi
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen :
1. Hipoksemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri
(PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-100 mmHg,
SaO,95%)
2. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan
kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen pada tingkat seluler
3. Gagal nafas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen karna
pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen.
3. Etiologi
1. Faktor fisiologis
a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran napas
bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.
2. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh
seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan.
a) Bayi premature :yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b) Bayi dan toodler : adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c) Anak usia sekolah dan pertengahan : risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor perilaku
a) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosklerosis.
b) Latihan fisik
c) Merokok : nikotin yang ada dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
d) Penyalahgunaan substansi kecemasan : menyebabkan intake nutrisi Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
5. Faktor lingkungan
a) Tempat kerja
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017).

A. Bakteri Myobakterium
tuberculosis, dengan ukuran
panjang 1-4 µm
B. dan tebal 1,3-0,6 µm,
termasuk golongan bakteri
aerob gram positif serta
C. tahan asam atau basil
tahan asam.
D. Bakteri Myobakterium
tuberculosis, dengan ukuran
panjang 1-4 µm
E. dan tebal 1,3-0,6 µm,
termasuk golongan bakteri
aerob gram positif serta
F. tahan asam atau basil
tahan asam Faktor fisiologisMenurunnya kapasitas O2 seperti pada
anemia. 2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran napas
bagian atas. 3) Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu. 4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu
hamil, luka. 5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru. b. Faktor
perkembangan 1) Bayi prematur 2) Bayi dan toodler 3) Anak usia sekolah dan pertengahan 4)
Dewasa tua c. Faktor prilaku 1) Nutrisi 2) Latihan fisik 3) Merokok 4) Penyalahgunaan
substansi kecemasan 8 d. Faktor lingkungan 1) Tempat kerja 2) Suhu lingkungan 3)
Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017).
4. Faktor Resiko
1. Gangguan jantung
Meliputi : ketidakseimbangan jantung (ketidakseimbangan konduksi), kerusakan fungsi
valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
2. Kapasitas darah untuk membawa oksigen ( Ade Sutrimo;2015)

5. Patofisiologi
Perjalanan gangguan kebutuhan oksigenasi jantung diawali dengan adanya Dispneau yang
disebabkan oleh berbagai etiologi yang menyebabkan fungsi pernafasan terganggu.
Terganggunya fungsi pernafasan menyebabkan terganggunya ventilasi pernafasan, perubahan
volume sekucup, dan obstruksi jalan nafas. Terganggunya ventilasi pernafasan dapat
menyebabkan hipoventilasi/hiperventilasi, jika tubuh lebih banyak mengeluarkan karbon
dioksida dari pada penghirupnya (hiperventilasi/nafas berlebih) dapat menyebabkan takipneau
(nafas cepat dan dangkal)/bradipneau (nafas melambat/dibawah normal) yang dapat
menyebabkan pola nafas tidak efektif. Terganggunya fungsi pernafasan juga dapat
menyebabkan perubahan volume sekuncup. Sehingga difusi pertukaran O2 dan Co2 di
alveolus terganggu sehingga dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas. Selain
terganggunya ventilasi pernafasan dan perubahan volume sekucup, terganggunya fungsi
pernafasan juga menyebabkan obstuksi jalan nafas sehingga terjadi pengeluaran mucus yang
banyak yang pada akhirnya terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas

6. Pathway
Adanya dispneau yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi Pernafasan Terganggu

Ventilasi Pernafasan Obstruksi jalan nafas Perubahan Volume sekuncup

Hipoventilasi/ Pengeluaran Mukus Terganggunya Difusi per-


Hiperventilasi yang banyak tukaran O2 dan CO2 di paru”

Takipneau/ Bersihan Jalan Gangguan Pertukaran Gas


Bradipneau Nafas tidak Efektif

Pola Nafas
Tidak Efektif

7. Manifestasi Klinis
1) Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi.
2) Penurunan ventilasi permenit
3) Penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas
4) Pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung)
5) Frekuensi nafas berkurang
6) Nafas dengan bibir
7) Dispneau
8) Nafas pendek
8. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG : menghasilkan rekaman grafik aktifitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls
dan posisi listrik jantung
2) Pemeriksaan stress latihan, digunakan untuk mengevaluasi respon jantung terhadap stress
fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respon miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menetukan keadekuatan aliran darah coroner.
3) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi;pemeriksaan fungsi
paru, analisis gas darah (AGD)
9. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Oksigenasi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), Pemberian oksigen atau terapi oksigen dapat
dilakukan melalui metode berikut ini :
a) Sistem Aliran Rendah
- Nasal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 24-44%.
- Sungkup muka sederhana (simple mask), diberikan kontinu atau selang-seling 5-
10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40- 60%.
- Sungkup muka dengan kantong rebreathing, Aliran oksigen 8- 12 liter/menit,
dengan konsentrasi 60- 80%
- Sungkup muka dengan kantong non-rebreathing, Pemberian oksigen dengan
aliran 10-12 liter/menit, konsentrasi oksigen 80-100%.
b) Sistem Aliran Tinggi
ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2-15
liter/menit.
10. Komplikasi
Menurut Francis (2016) terdapat banyak masalah yang berhubungan dengan terapi oksigen,
walaupun demikian yang paling sering adalah :
1) Retensi karbondioksida
2) Asidosis respiratorik (Guyton & Hall 2016)
3) Penurunan dorongan hipoksik untuk bernapas (Smith, 2015)
4) Kekeringan mukosa dan disfungsi mukosiliar (Bourke, 2014)
5) Dehidrasi akibat sekresi respirasi dan retensi sputum (Pilkington, 2015)
6) Atelektasis (Kolaps paru) : karena konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi dapat
menurunkan produksi surfaktan (suatu substansi yang menstabilkan membran alveolar
dan menurunkan tegangan permukaan) (Jevon & Ewens 2010).
7) Toksisitas oksigen khusunya cenderung terjadi setelah berespirasi selama lebih dari 48
jam pada campuran gas yang mengandung oksigen konsentrasi tinggi. (Bateman &
Leech 2009).
8) Resiko kebakaran.
11. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, golongan darah, no register, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan
 Pemeriksaan fisik Dada
1) Inspeksi : terdapat tarikan dinding dada saat inspirasi (bernapas) atau
penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas pasien tidak teratur.
2) Palpasi : vokal premitus pasien menurun terutama untuk selain itu juga
ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
3) Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak tergantung pada jumlah
cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka pada
pemeriksaam eksrusi diafragma akan didapatkan penurunan kemampuan
pengembangan diafragma.
4) Auskultasi : Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang, dan
biasanya ada suara nafas tambahan seperti wheezing, ronchi, crackels.
 Pemeriksaan Fisik Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk abdomen pasien simetris, warna kulit normal, perhatikan
elastisitas kulit biasanya jelek karena kekurangan cairan, pasien tidak
menggunakan tipe pernapasan abdomen.
2) Auskultasi Bising usus pasien biasanya normal.
3) Pada perkusi abdomen terdengar bunyi yang normal yaitu timpani.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien CA Paru adalah terjadinya
peningkatan produksi sputum, sesak napas, kesulitan dalam bernapas, adanya nyeri
dada, batuk, hemoptisis, wheezing, stridor .
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya saat dilakukan pengkajian pada pasien dengan CA Paru pasien mengeluh
sesak napas, nyeri dada, batuk, tampak sulit bernapas, klien mengeluh ada darah yang
keluar jika batuk, klien mengeluh ada sekret disaluran napasnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pasien pernah mempunyai riwayat batuk-batuk lama sejak 4 bulan yang
lalu, pasien pernah berobat tetapi tidak 1teratur, pasien memiliki kebiasaan merokok
sejak umur 16 tahun, pasien kadang-kadang menghabiskan 5 bungkus rokok sehari.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama seperti pasien, dan penyakit keturunan lainnya seperti Diabetes
Melitus, Hipertensi, dll.
6. Riwayat Spiritual Dan Psikososial
1) Pola konsep diri Ideal diri
Biasanya pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarganya.
2) Harga diri
Biasanya pasien merasa pasrah dengan penyakit yang dideritanya
3) Gambaran diri
Biasanya pasien mengatakan penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan
Yang Maha Esa
4) Pola koping
Biasanya pasien tampak lemas, gelisah, dan pasrah dengan penyakitnya
5) Pola kognitif
Daya fikir dan daya ingat pasien biasanya baik, dan pasien memahami
penyakitnya
6) Pola interaksi
Selama interaksi biasanya pasien menunjukkan sikap kooperatif dan perilaku
bersahabat baik dengan perawat.
7) Ketaatan klien klien beribadah
Biasanya pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia rajin beribadah
kemesjid, sedangkan setelah di rumah sakit pasien mengatakan ibadah sholatnya
sering tertinggal.
7. Aktivitas Sehari-Hari
1) Nutrisi dan Metabolisme
Biasanya pasien dengan TB Paru akan mengalami penurunan nafsu makan, akibat
sesak nafas, dan penekanan pada struktur abdomen.
2) Pola Aktivitas dan Latihan
Biasanya pada pasien dengan TB Paru saat beraktivitas klien mengeluh sesak
napas, dan untuk memenuhi kebutuhan ADLnya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarga.
3) Istirahat dan Tidur
Biasanya pasien mengatakan sebelum sakit ia tidur 6-8 jam perhari, kualitas tidur
nyenyak. Selama dirumah sakit pasien tidur siang 1-2 jam perhari, dan tidur
malam 3-4 jam perhari. Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan sering
terbangun dimalam hari karena sesak dan batuk
4) Gerak dan keseimbangan
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
6) Personal hygiene
7) Kebutuhan rasa aman dan nyaman

b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.d akumulasi secret berlebih pada broncus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang
3. Ansietas b.d kurangnya informasi
c. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Bersihan Jalan nafas tidak  Bersihan Jalan Nafas  Manajemen Jalan Nafas
efektif b.d akumulasi secret Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor bunyi nafas
berlebih pada broncus keperawatan selama 3X24 tambahan ( mis.
jam diharapkan pasien Gurgling, mengi,
memenuhi Kriteria Hasil : wheezing, ronkhi
1. Produksi sputum kering)
2. Wheezing 2. Monitor sputum
3. Mengi (jumlah, warna, aroma)
3. Posisikan semi fowler/
fowler
4. Berikan minuman
hangat
5. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
6. Ajarkan tehnik batuk
efektif
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekoektoran, mukolitik,
jika perlu

2. Ketidakefektifan pola napas  Status Nutrisi  Manajemen Pola Nafas


b/d obstruksi bronkus,
Setelah dilakukan tindakan 1. memonitor kecepatan
deformitas dinding dada,
keletihan otot pernapasan keperawatan selama 3X24 aliran oksigen
jam diharapkan pasien 2. memonitor kefektifan
memenuhi Kriteria Hasil : pemberian terapi
1. Pernafasan cuping oksigen
hidung menurun 3. memonitor tanda-tanda
2. Tekanan ekspirasi dan hipoventilasi
inspirasi normal 4. memonitor intergritas
3. Frekuensi nafas cukup mukosa hidung akibat
membaik pemasangan oksigen
4. Kedalaman nafas
sedang

3 Nyeri akut b/d cidera  Status Nyeri  Manajemen nyeri


(karsinoma), penekanan saraf Setelah dilakukan tindakan 1. melakukan identifikasi
oleh tumor paru keperawatan selama 3X24 faktor pencetus nyeri
jam diharapkan pasien dan pereda nyeri
memenuhi Kriteria Hasil: 2. memonitor kualitas
1. Kontrol nyeri nyeri seperti nyeri
2. Mobilitas fisik terasa tajam atau
3. Status kenyamanan ditimpa beban berat
4. Pola tidur 3. monitor lokasi nyeri
5. Tingkat nyeri dan penyebaran nyeri
4. monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
5. memonitor durasi dan
frekuemsi nyeri

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah sebuah tindakan atau proses gagasan yang sudah disusun dengan
begitu cermat dan detail. Implementasi ini umumnya tuntas sesudah di anggap permanen.
Di dalam implementasi biasanya dilakukan tindakan dari intervensi yang telah
dibuat/ditegakan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah sebuah kegiatan atau
program dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil mencapai tujuan atau tidak.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir dengan apa yang seharusnya
dicapai. Setelah dilakukan Rencana keperawatan kondisi pasien sudan membaik dari pada
sebelumnya. Tetapi rencana tersebut harus dilanjutkan dengan baik lagi sampai kondisi
pasien benar-benar sembuh total.

Anda mungkin juga menyukai