Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. F DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

OLEH :

NAMA : VIRNA ANGELA SOARES

NIM : 181111039

KELAS : KEPERAWATAN VIII/A

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Teori


Konsep Dasar Oksigenasi
1.1.1. Definisi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam
keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam)
atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang
adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan
dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran
sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.
1.1.2. Fisiologi Oksigen
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian :
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan
pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume
rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor :
1. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Luasnya permukaan paru-paru.
2. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
3. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana
O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O²
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
pulmonalis.
4. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
1.1.3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy, kelelahan,
kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan
kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot
pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
1.1.4. Faktor Predisposisi
a. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
5. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
4. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dan permukaan laut.
1.1.5. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
1.1.6. Manifestasi Klinis
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
1.1.7. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA,
2013).
1.1.8. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
1. Konjungtiva pucat (karena anemia)
2. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
b. Kulit
1. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2. Penurunan turgor (dehidrasi)
3. Edema
4. Edema periorbital
c. Jari dan kuku
1. Sianosis
2. Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
1. Membrane mukosa sianosis
2. Bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
1. Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
1. Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1. Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3. Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan
4. Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5. Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6. Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1. Pernapasan normal (eupnea)
2. Pernapasan cepat (tacypnea)
3. Pernapasan lambat (bradypnea)
1.1.9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu :
a) Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
b) Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c) Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d) Pemeriksaan sinar X dad
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan proses-proses abnormal.
e) Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
f) Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g) Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h) CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
1.1.10. Masalah Kebutuhan Oksigenasi
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1. Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit
karena paru-paru terjadi emboli.
2. Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang
terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi
jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru.
4. Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan O2.
6. Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7. Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri
8. Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi,
serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
1.1.11. Penatalaksanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1. Pembersihan jalan nafas
2. Latihan batuk efektif
3. Suctioning
4. Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1. Atur posisi pasien (semi fowler)
2. Pemberian oksigen
3. Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1. Atur posisi pasien (posisi fowler)
2. Pemberian oksigen
3. Suctioning
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1. Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b) Pasien mengeluh batuk tertahan
c) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d) Pasien merasa ada suara nafas tambahan
2. Data Objektif
a) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
b) Terdapat bunyi nafas tambahan
c) Pasien tampak bernafas dengan mulut
d) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
e) Pasien tampak susah untuk batuk
b. Pola nafas tidak efektif
1. Data Subjektif
a) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
b) Pasien mengatakan berat saat bernafas
2. Data Objektif
a) Irama nafas pasien tidak teratur
b) Orthopnea
c) Pernafasan disritmik
d) Letargi
c. Gangguan pertukaran gas
1. Data Subjektif
a) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b) Pasien mengeluh susah tidur
c) Pasien merasa lelah
d) Pasien merasa gelisah
2. Data Objektif
a) Pasien tampak pucat
b) Pasien tampak gelisah
c) Perubahan pada nadi
d) Pasien tampak lelah
1.2.2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai dengan
batuk produktif
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan bradipnea
c. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru
1.2.3. Rencana Keperawatan

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA HASIL

1 Setelah dilakukan - Auskultasi dada untuk - Pernafasan rochi, wheezing


tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan menunjukkan tertahannya
selama 3 x 24 jam adanya secret. secret obstruksi jalan nafas
diharapkan bersihan - Berikan air minum hangat - Membantu mengencerkan
jalan napas efektif - Beri posisi yang nyaman secret
sesuai dengan kriteria : seperti posisi semi fowler - Memudahkan pasien untuk
- Menunjukkan jalan - Sarankan keluarga agar tidak bernafas
nafas bersih memakaikan pakaian ketat - Pakaian yang ketat
- Suara nafas normal kepada pasien menyulitkan pasien untuk
tanpa suara tambahan - Kolaborasi penggunaan bernafas
- Tidak ada nebulizer. - Kelembapan mempermudah
penggunaan otot pengeluaran dan mencegah
bantu nafas pembentukan mucus tebal
- Mampu melakukan pada bronkus dan membantu
perbaikan bersihan pernafasan.
jalan nafas.
2 Setelah dilakukan - Kaji frekuensi pernafasan - Mengetahui frekuensi
tindakan keperawatan pasien. pernafasan pasien
selama 3 X 24 jam - Tinggikan kepala dan bantu - Duduk tinggi memungkinkan
diharapkan pola napas mengubah posisi. ekpansi paru dan
efektif dengan kriteria : - Ajarkan teknik bernafas dan memudahkan pernafasan
- Menunjukkkan pola relaksasi yang benar - HE dapat memberikan
nafas efektif dengan - Kolaborasikan dalam pengetahuan pada pasien
frekuensi nafas 16-20 pemberian obat. tentang teknik bernafas
kali/menit dan irama - Pengobatan mempercepat
teratur penyembuhan dan
- Mampu menunjukkan memperbaiki pola nafas.
perilaku peningkatan
fungsi paru.
3 Setelah dilakukan - Auskultasi dada untuk - Weezing atau mengiindikasi
tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan akumulasi
selama 3 X 24 jam adanya secret. sekret/ketidakmampuan
diharapkan pertukaran - Beri posisi yang nyaman membersihkan jalan napas 
gas dapat seperti posisi semi fowler sehingga otot aksesori
dipertahankan dengan - Anjurkan untuk bedrest, digunakan dan kerja
kriteria : batasi dan bantu aktivitas pernapasan meningkat.
- Menunjukkan sesuai kebutuhan - Memudahkan pasien untuk
perbaikan ventilasi - Ajarkan teknik bernafas dan  bernafas
dan oksigenasi relaksasi yang benar. - Mengurangi konsumsi
jaringan - Kolaborasikan terapi oksigen oksigen pada periode
- Tidak ada sianosis respirasi.
- HE dapat memberikan
          pengetahuan pada pasien
tentang teknik bernafas
- Memaksimalkan sediaan
oksigen khususnya ventilasi
menurun
1.2.4. Implementasi
Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan.
a. Mandiri : aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif : tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif : tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.
1.2.5. Evaluasi
a. Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam
1. Menunjukkan jalan nafas paten
2. Tidak ada suara nafas tambahan
3. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
b. Dx 2 :
1. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas
yang normal
2. Tidak ada sianosis
c. Dx 3 :
1. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
2. Tidak ada gejala distres pernafasan
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta


2. Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
3. Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta:EGC
4. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
5. Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai