Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

DI RAJAWALI 5A RSUP KARIADI


SEMARANG

Oleh :
M. Yusuf Ainul Rizal
1908058

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2019
1. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya
oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan
hematologi (Wartonah, Tarwoto 2006).

2. Penyebab
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan
dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-
alveoli.
1. Faktor Predisposisi
a. FaktorFisiologi
1) Menurun nya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
b. FaktorPerkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantungdan paru-paru.
5) Dewasa tua :adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteries klerosis, elasticitas menurun, ekspansi parumenurun.
c. FaktorPerilaku
1) Nutrisi :misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterio klerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok :nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4) Substansi abuse (alcohol danobat-obatan) :menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. FaktorLingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.

3. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri
atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis
dapat mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi
atau proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps
dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak
dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla
oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2,
dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan
bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler


paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:

a. Luasnya permukaan paru.

b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan


interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2,
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk
dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke


jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi,
akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian
menjadi HC03 berada pada darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:

a. Kardiac output

Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per
menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output
( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi
jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung
mengkompensasi dengan menambahkan rata- rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen.

b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya


latihan menyebabkan peningkatan transport O2 (20 x kondisi normal),
meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum pada seorang kekurangan oksigen meliputi:
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea
5. Patofisiologi
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem
vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu
disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan
kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan
sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner
tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi
merupakan suatu kondisiventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler.
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka
PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat pada tingkat jaringan (Brunner &Suddarth, 2002).
6. Pathway
Virus bakteri jamur aspirasi

Masuk saluran pernafasan bagian atas

Bronkus, broncholus

Reaksi peradangan pada broncus dan alveoli

Secresi mucus Stimulasi kemoreseptor Fibrosis dan Bercak-bercak


Meningkat hipotalamus pelebaran menyebar di seluruh
Permukaan
Akumulasi secret Set point bertanbah Atelektasis bronkus

Obstruksi jalan napas Respon menggigil Gangguan disfusi

Gangguan ventilasi O2 & CO2

Peningkatan frekuensi Reaksi peningkatan


Pernapasan panas tubuh Gangguan
Pertukaran Gas

Merangsang RAS
Hipertermi

REM menurun Merangsang sel-sel epitel


Pasien terjaga untuk memproduksi mukus

Gangguan Pola Tidur


Evaporasi meningkat Mukus kental

Distensi abdomen
Bersihkan Jalan
Defisit Volume Cairan Napas tidak Efektif

Muntah

Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan
pertukaran gas secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri : Untuk memberikan informasi tentang difusi gas
melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri : Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada : Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan
proses-proses abnormal.
5. Bronkoskopi : Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi : Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi : Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
8. CT-scan : Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

8. Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigen melalui nasal kanul
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya
berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan  oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu  klien untuk
melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.
Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Indikasi
a. Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
2. Pemberian oksigen melalui masker oksigen
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya
berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi
wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing
dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali.
Macam bentuk masker:
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit. 
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik,
saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada
simple face mask. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang
fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2  yang tinggi
(Kusyati E, 2006)
9. Komplikasai
Pemberian O2 bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat
menimbulkan efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membuka alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik
tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada
klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu
relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi
dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu
(Perry P. 2006).

10. Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi keperawatan.
a. Keletihan : Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa
ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea : Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas.
Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit dan tidak
nyaman.
c. Batuk : Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba dan
dapat didengar.
d. Mengi : Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan
nafas yng sempit.
e. Nyeri : Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri ini paling sering
terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium, merupakan akibat
inflamasi kantong perikardium, biasanya tidak menyebar dan dapat terjadi saat
inspirasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang
meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
- Warna membran mukosa
- Penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Keadekuatan sirkulasi sistemik
- Pola pernapasan
- Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
- Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ?
- Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan
- Taktil fremitus
Getaran meningkat terjadi pneumonia, penumpukan secret, atelek tasis yang
belum total, infark atau fibrosis paru. Sedangkan getaran menurun
mengakibatkan pleural effusion, pneumothorak, penebalan pleura,
emphysema atau sumbatan bronchus.
c. Perkusi
Macamsuaraketukan:
- Sonor : Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
- Redup :Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan) :
tumor, atalektasis, cairan.
- Hipersonor :Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan
suarasonor. Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru, pneumothorak,
emphysema paru.
- Tympani :Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang tertutup.
Suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul gendang. Kalau
terdengar di dinding thorak artinya tidak normal. Normalnya terdengar
dibawah diaphragm kiri dimana terletak lambung dan usus besar.
- Teknik perkusi
 Jari tengah diletakkan di dinding thorak
 Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal jari
tengah yang berada di dinding thorak
 Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah mengetuk
segera diangkat.
 Bandingkan kiri dan kanan.
 Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.
d. Auskultasi
Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam mendeteksi bunyi
S1 dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi
juga digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta
abdomen, dan arteri femoral.
- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
disepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu
daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.

11. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan (Lingkungan,
obstruksi jalan napas dan fisiologis)
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan (Hiperventilasi, ansietas, nyeri
dll)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan (Perubahan frekuensi jantung,
perubahan afterload dll)
12. Intervensi
No
Diagnos Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
a
I Setelah dilakukan tindakan - Kaji Tanda-tanda vital terutama
keperawatan selama 3x24 jam frekuensi pernafasan
diharapakan Jalan nafas pasien - Observasi karakteristik batuk,
efektif dengan bunyi nafas bantu tindakan untuk
bersih dan jelas. memperbaiki keefektifan upaya
Kriteria Hasil: batuk.
- TTV normal - Berikan posisi yang nyaman buat
- Jalan napas besih tidak ada pasien, misalnya posisi semi
sputum fowler
- Pasien tidak gelisah - Kolaborasi terapi Nebulizer untuk
mengencerkan dahak
II Setelah dilakukan asuhan - Kaji TTV, dan adanya sianosis
keperawatan selama 3 x 24 jam - Kaji peningkatan kegelisahan,
diharapkan pola napas klien ansietas dan tersengal-sengal
normal dengan kriteria hasil: - Monitor pola pernafasan
- Sesak nafas berkurang (Bradipnea, takipnea,
sampai dengan hilang hiperventilasi): kecepatan, irama,
- Ekspirasi dada simetris kedalaman, dan usaha respirasi
- Tidak ada penggunaan otot - Jaga kepatenan jalan nafas:
bantu pernafasan, tidak ada suction, batuk efektif
nafas pendek - Ajarkan teknik relaksasi kpd klien
- Bunyi nafas tambahan tidak dan keluarga.
ada (wheezing, ronchi, ....) - Kolaborasi Tim medis : untuk
- Tidak ada nyeri dan cemas program terapi, pemberian
- TTV dalam batas normal oksigen, obat bronkhodilator, obat
nyeri cairan, nebulizer, tindakan/
pemeriksaan medis, pemasangan
alat bantu nafas,, dan fisioterapi

III Setelah dilakukan Asuhan - Kaji tekanan darah, sianosis,status


keperawatan selama 3 x 24 jam pernafasan dan status mental
diharapkan tidak terjadi - Monitor denyut jantung, irama
penuruna curah jantung dengan dan nadi
kriteria hasil: - Monitor status mental: gelisah,
- Gambaran ECG normal cemas
- Tidak sianosis - Monitor tanda kelebihan cairan,
- Nilai AGD normal (PaO2: asupan cairan, haluaran urine
70-110 mmHg, PaCO2: 36- - Atur posisi tidur sesuai kondisi
44 mmHg, pH art.: 7,36- klien.
7,44, HCO3: 22-26 mmol/l ) - Berikan informasi meliputi
- BJ urine normal :1,010–,025 pembatasan aktifitas, perubahan
mg/l diet kepada klien dan keluarga.
- Urine output normal (30 - Kolaborasi : medis (untuk
cc/jam) pemberian terapi antiaritmia,
- TTV dalam batas normal; nitrogliserin, vasodilator, anti
koagulan, terapi cairan &
oksigenasi), sosial pastoral, ahli
gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. 2002. KeperawatanMedikalBedah. Jakarta :EGC


Kusyati E. 2006. Keterampilan dan prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta:
EGC.
Nanda International .2013. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC
Perry P. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.Edisi 4.
Jakarta: EGC
Tarwonto danWartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan AsuhanKeperaweatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai