Oleh :
M. Yusuf Ainul Rizal
1908058
2. Penyebab
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan
dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-
alveoli.
1. Faktor Predisposisi
a. FaktorFisiologi
1) Menurun nya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
b. FaktorPerkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantungdan paru-paru.
5) Dewasa tua :adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteries klerosis, elasticitas menurun, ekspansi parumenurun.
c. FaktorPerilaku
1) Nutrisi :misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterio klerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok :nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4) Substansi abuse (alcohol danobat-obatan) :menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. FaktorLingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
3. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri
atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis
dapat mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi
atau proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps
dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak
dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla
oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2,
dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan
bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
a. Kardiac output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per
menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output
( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi
jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung
mengkompensasi dengan menambahkan rata- rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum pada seorang kekurangan oksigen meliputi:
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea
5. Patofisiologi
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem
vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu
disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan
kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan
sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner
tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi
merupakan suatu kondisiventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler.
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka
PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat pada tingkat jaringan (Brunner &Suddarth, 2002).
6. Pathway
Virus bakteri jamur aspirasi
Bronkus, broncholus
Merangsang RAS
Hipertermi
Distensi abdomen
Bersihkan Jalan
Defisit Volume Cairan Napas tidak Efektif
Muntah
8. Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigen melalui nasal kanul
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya
berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk
melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.
Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Indikasi
a. Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
2. Pemberian oksigen melalui masker oksigen
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya
berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi
wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing
dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali.
Macam bentuk masker:
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik,
saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada
simple face mask. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang
fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi
(Kusyati E, 2006)
9. Komplikasai
Pemberian O2 bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat
menimbulkan efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membuka alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik
tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada
klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu
relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi
dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu
(Perry P. 2006).
10. Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi keperawatan.
a. Keletihan : Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa
ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea : Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas.
Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit dan tidak
nyaman.
c. Batuk : Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba dan
dapat didengar.
d. Mengi : Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan
nafas yng sempit.
e. Nyeri : Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri ini paling sering
terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium, merupakan akibat
inflamasi kantong perikardium, biasanya tidak menyebar dan dapat terjadi saat
inspirasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang
meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
- Warna membran mukosa
- Penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Keadekuatan sirkulasi sistemik
- Pola pernapasan
- Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
- Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ?
- Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan
- Taktil fremitus
Getaran meningkat terjadi pneumonia, penumpukan secret, atelek tasis yang
belum total, infark atau fibrosis paru. Sedangkan getaran menurun
mengakibatkan pleural effusion, pneumothorak, penebalan pleura,
emphysema atau sumbatan bronchus.
c. Perkusi
Macamsuaraketukan:
- Sonor : Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
- Redup :Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan) :
tumor, atalektasis, cairan.
- Hipersonor :Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan
suarasonor. Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru, pneumothorak,
emphysema paru.
- Tympani :Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang tertutup.
Suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul gendang. Kalau
terdengar di dinding thorak artinya tidak normal. Normalnya terdengar
dibawah diaphragm kiri dimana terletak lambung dan usus besar.
- Teknik perkusi
Jari tengah diletakkan di dinding thorak
Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal jari
tengah yang berada di dinding thorak
Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah mengetuk
segera diangkat.
Bandingkan kiri dan kanan.
Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.
d. Auskultasi
Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam mendeteksi bunyi
S1 dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi
juga digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta
abdomen, dan arteri femoral.
- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
disepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu
daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.