OKSIGENASI
Disusun Oleh:
Nim : C2016053
TAHUN 2018/2019
1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel. oksigenasi adalah salah satu komponen
gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas (Wahid Iqbal
M,2007).
Pada terapi oksigen yang diberikan konsentrasinya harus lebih tinggi
dari pada atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21% pemberian oksigen
dapat dilakukan dengan memasang kanula nasal, berguna untuk memberikan
kira-kira 24+44 % oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit. Kanula
nasal mudah dipasang dan tidak menggangu kemampuan klien untuk makan
atau berbicara. Kanula nasal juga relatif nyaman karena kemungkinan
kebebasan pergerakan atau toleransi dengan baik oleh pasien (Arjani,2009).
B. KARAKTERISTIK
Menurut NANDA (2013) :
1. Penggunaan otot nafas tambahan.
2. Pernafasam
3. Dipsnea
4. Nafas dengan mulut
5. Frekuensi nafas kurang
6. Penurunan kapasitas vital
2
2. Faktor Perkembangan
a. Resiko infeksi saluran pernafasan akut.
b. Diit yang tidak sehat dan kurang aktivitas
c. Ekspansi paru menurun
3. Faktor Perilaku
a. Nutrsi :misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru.
b. Exercise :akan meningkatkan kebutuhan O2.
c. Merokok :nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.
d. Alkohol :mengakibatkan depresi pusat pernafasan.
e. Kecemasan :menyebabkan metabolism meningkat.
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat
D. TAHAPAN-TAHAPAN
3
2. Hipoventilasi
Terjadi karna ventilasi alveolus tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaan atelectasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan
gejalanya pada kedaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, diorientasi ,ketidakseimbangan elektrolit.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2
yang di inspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat di sebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan
gangguan ventilasi, menurunnya perufi jaringan seperti pada syok,
berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda-tanda
hipoksia adalah kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
kosentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis , sesak
nafas.
F. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk
dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi
maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan
direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth,
2002).
4
Terjadi Penonjolan Sistolik Atau Diskinesia
Peningkatan Kebutuhan Iskemia
O2 Miokard
Perubahan Perfusi
Infark Miokard Meluas Jaringan
Nyeri Akut
5
nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas (NANDA, 2013).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran
gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-
proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dan kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
I. Masalah Kebutuhan Oksigen
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.
6
b. Perubahan Pola Nafas
i. Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi
lebih dari 24x/ menit karena paru-paru terjadi emboli.
ii. Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat
abnormal, ± 10x/ menit.
iii. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi
metabolisme yang terlalu tinggi dengan pernafasan
lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah
peningkatan O2 dalam paru-paru.
iv. Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan
dangkal.
v. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk
mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta tidak
cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan O2.
vi. Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
vii. Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam
posisi duduk atau berdiri.
viii. Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi
karena penyempitan pada saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara
efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan
akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan
gas baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
i. Pembersihan jalan nafas
ii. Latihan batuk efektif
iii. Suctioning
iv. Jalan nafas buatan
7
b. Pola Nafas Tidak Efektif
i. Atur posisi pasien ( semi fowler )
ii. Pemberian oksigen
iii. Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
i. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
ii. Pemberian oksigen
iii. Suctioning
1. Pengkajian
Fokus Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah keperawatan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
- Pernah mengalami batuk dengan sputum.
- Pernah mengalami nyeri dada.
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di
atas.
2) Riwayat penyakit pernapasan
- apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan
lain-lain ?
- bagaimana frekuensi setiap kejadian?
3) Riwayat kardiovaskuler
- pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal
ventrikel kanan,dll) atau peredaran darah.
4) Gaya hidup
- merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
- konjungtiva pucat (karena anemia)
- konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
8
- konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
2) Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema.
- Edema periorbital.
3) Jari dan kuku
- Sianosis
- Clubbing finger.
4) Mulut dan bibir
- membrane mukosa sianosis
- bernapas dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung
- pernapasan dengan cuping hidung.
6) Vena leher
- adanya distensi / bendungan.
7) Dada
- retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
- pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernapasan)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Sara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing,
friction rub/pleural friction)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
8) Pola pernapasan
- pernapasan normal(eupnea)
- pernapasan cepat (tacypnea)
- pernapasan lambat (bradypnea)
9
c. Analisa Data
i. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a) Data Subjektif
Pasien mengeluh sesak saat bernafas
Pasien mengeluh batuk tertahan
Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
Pasien merasa ada suara nafas tambahan
b) Data Objektif
Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
Terdapat bunyi nafas tambahan
Pasien tampak bernafas dengan mulut
Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
Pasien tampak susah untuk batuk
ii. Pola nafas tidak efektif
a) Data Subjektif
Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
Pasien mengatakan berat saat bernafas
b) Data Objektif
Irama nafas pasien tidak teratur
Orthopnea
Pernafasan disritmik
Letargi
iii. Gangguan pernafasan gas
a) Data Subjektif
Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
Pasien mengeluh susah tidur
Pasien merasa lelah
Pasien merasa gelisah
b) Data Objektif
Pasien tampak pucat
Pasien tampak gelisah
Perubahan pada nadi
Pasien tampak lelah
10
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
1) Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau
influenza.
2) Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
3) Sumbatan jalan nafas karena benda asing
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
1) Lemahnya otot pernafasan
2) Penurunan ekspansi paru
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
1) Perubahan suplai oksigen
2) Adanya penumpukan cairan dalam paru
3) Edema paru
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa yang diangkat:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai
dengan batuk produktif
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan bradipnea
c. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru
11
NO TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
DX HASIL
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas 1. Pernafasan rochi, wheezing menunjukkan
keperawatan selama … x 24 jam dan adanya secret. tertahannya secret obstruksi jalan nafas.
diharapkan bersihan jalan napas 2. Berikan air minum hangat 2. Membantu mengencerkan secret
efektif sesuai dengan kriteria: 3. Beri posisi yang nyaman seperti posisi 3. Memudahkan pasien untuk bernafas
Menunjukkan jalan nafas bersih semi fowler
Suara nafas normal tanpa suara 4. Sarankan keluarga agar tidak memakaikan 4. Pakaian yang ketat menyulitkan pasien untuk
tambahan pakaian ketat kepada pasien bernafas
Tidak ada penggunaan otot 5. Kolaborasi penggunaan nebulizer 5. Kelembapan mempermudah pengeluaran dan
bantu nafas mencegah pembentukan mucus tebal pada
4. Mampu melakukan bronkus dan membantu pernafasan
perbaikan bersihan jalan nafas
12
16-20 kali/menit dan irama 2. Tinggikan 2. Duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru
teratur kepala dan dan memudahkan pernafasan
o Mampu menunjukkan perilaku bantu
peningkatan fungsi paru mengubah
posisi. 3. HE dapat memberikan pengetahuan pada
pasien tentang teknik bernafas
4. Kolaborasi
kan dalam
pemberian
obat
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas 1. Weezing atau mengiindikasi akumulasi
keperawatan selama ….X 24 jam dan adanya secret. sekret/ketidakmampuan membersihkan
13
diharapkan pertukaran gas dapat jalan napas sehingga otot aksesori
dipertahankan dengan kriteria : digunakan dan kerja pernapasan
o Menunjukkan perbaikan meningkat.
ventilasi dan oksigenasi 2. Beri posisi yang nyaman seperti posisi 2. Memudahkan pasien untuk bernafas
jaringan semi fowler
o Tidak ada sianosis 3. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu 3. Mengurangi konsumsi oksigen pada
aktivitas sesuai kebutuhan periode respirasi.
4. Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi 4. Dapat memberikan pengetahuan pada
yang benar. pasien tentang teknik bernafas.
5. Kolaborasikan terapi oksigen 5. Memaksimalkan sediaan oksigen
khususnya ventilasi menurun
14
5. Implementasi Keperawatan
Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan
yang berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan atas
keputusan bersama.
6. Evaluasi Keperawatan
a. Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam
1) Menunjukkan jalan nafas paten
2) Tidak ada suara nafas tambahan
3) Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
b. Dx 2:
1) Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas yang
normal
2) Tidak ada sianosis
c. Dx 3:
1) Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
2) Tidak ada gejala distres pernafasan
15
DAFTAR PUSTAKA
16