Disusun Oleh :
Maria M.L Lengkong
(18061119)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Teori
1.1 Definisi Oksigenasi
1.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi (Anatomi & Fisiologi)
1.3 Proses Oksigenasi
1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi kebutuhan Oksigenasi
1.5 Masalah Kebutuhan Oksigen
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigan
bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya
oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi
yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen,
seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan
pentingnya oksigen.
Rumusan masalah
1.sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi?
2. Bagaimana terjadinya proses oksigenasi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi?
4. Seperti apa jenis pernapasan dan pengukuran paru?
Tujuan
1. Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
2. Mengetahui terjadinya proses oksigenasi
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
4. Mengetahui jenis pernapasan dan pengukuran paru
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR TEORI
A. DEFINISI OKSIGENASI
2. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan
esofagus. yang terletak di belakang hidung (nasofaring) di belakang mulut (orofaring) dan
dibelakang laring (laringofaring).
3. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang
rawan yang diikat bersama ligament dan membran yang terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
4. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses
menelan.
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trachea, bronchus, dan bronkhiolus, dan paru-
paru. Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
1. Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima. Trakea memiliki panjang ± 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran
tak lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir dan epithelium bersilia
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2. Bronkus
Bronkus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga
lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan Bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.
3. Bronkhiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus, yaitu anak cabang dari batang
tenggorok yang terdapat dalam rongga tenggorokan kita dan akan memanjang sampai ke
paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang
menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2.
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada ujung
bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil yang dinamakan alveolus.
fungsi dari bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang kita hirup
agar mencapai paru-paru.
4. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O dan CO Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu
membentuk satu lembar akan seluas 70 m2 Terdiri atas 3 tipe:
1.Sel-sel alveolar tipe I: adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
2.Sel-sel alveolar tipe II: adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
3.Sel-sel alveolar tipe III: adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
5. Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak di dalam rongga torak
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang
diselaputi oleh pleura yaitu pleura parfetalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan
pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri dari dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan
pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk kerucut, dengan bagian puncak di sebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastik, berpori dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida.
Anatomi Paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.
C. PROSES OKSIGENASI
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan
air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap akrivitas sel.Udara masuk secara berurutan, yaitu :
Rongga hidung – faring – laring –trakea – bronkus – bronkiolus- alveolus.
Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
Adanya kondisi jalan napas yang baik.
Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
Difusi
Merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke
alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Luasnya permukaan paru-paru
Tebal membran respirasi/permeabilitas (epitel alveoli dan interstisial).
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
Afinitas gas
Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%),
dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
Kardiak output
Kondisi pembuluh darah
Latihan (exercise )
Hematokrit
Eritrosit dan kadar Hb
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Saraf Otonom
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi
kemampuan untuk dilartasi dan kontriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik
oleh simpatis maupun parasimpatisketika terdjadi rangsangan. Ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkodilatasi, Parasimpatis mengeluarkan esetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokonstirksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor
kolinergik.
4. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena
usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
5. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor
alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan
(status nutrisi), seperti orang obesitas dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan paru,
kemudian perilaku aktivitas, seperti perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembuluh darah dan lain-lain.
E. GANGGUAN / MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi pasien untuk duduk atau telentang
Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu
melalui hidung dengan mulut tertutup
Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul
dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup
Catat respon pada pasien yang terjadi
Cuci tangan anda
Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret
atau benda asing.
Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan
pernapasan diafragma
Setelah itu minta pasien menaahan napas selama ± 2 detik
Batukkan pasien 2 kali dengan mulut terbuka
Minta pasien melakukan Tarik napas dengan ringan
Istirahat
Catat respons yang terjadi pada pasien
Cuci tangan anda
Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui
tiga cara yaitu, : melalui kanula, nasal, dan masker.
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Cek flowmeter dan humidifier
Hidupkan tabung oksigen
Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien
Berikan oksigen melalui kanula atau masker
Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu
berikan lubrikan dan masukkan
Catat pemberian dan lakukan observasi pada pasien
Cuci tangan anda
Gambar, pemberian oksigen
Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
1. Postural drainage
merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan
sekret di saluran pernafasan. Tindakan postural drainase diikuti dengan
tindakan clapping (penepukan) dan vibrating (vibrasi/getaran).
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
Miringkan pasien kekiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian paru-paru kiri)
Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal
(untuk membersihkan bagian lobus tengah)
Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
Observasi tanda vital selama prosedur
Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction
Lakukan hingga lender bersih
Catat respon yang terjadi pada pasien
Cuci tangan
Untuk posisi ini, pasien berbaring tengkurap di tempat tidur datar atau meja. Dua bantal harus
ditempatkan di bawah pinggul.Pengasuh Perkusi dan bergetar atas bagian bawah tulang
belikat, di kedua sisi kanan dan kiri tulang belakang, menghindari perkusi langsung atau
getaran selama tulang belakang itu sendiri.
2. Clapping (penepukan)
Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan
pada daerah tersebut yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien
secara bergantian hingga ada rangsangan batuk
Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum
pada pot sputum
Lakukan hingga lendir bersih
Catat respon yang terjadi pada pasien
Cuci tangan
3. Vibrating (menggetarkan)
Suatu tindakan yang diberikan kepada penderita dengan jalan latihan bernapas, menggetarkan
daerah dinding dada
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan
meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan
diatas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-
lahan.hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan
sputum
Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di
pot sputum
Lakukan hingga lendir bersih
Catat respon yang terjadi pada pasien
Cuci tangan
Gambar clapping dan vibrating
Pengisapan lendir
Pengisapan lender (suction) merupakan tindakan perawatan yang dilakukan pada yang
tidak mampu mengeluarkan secret dan lendir secara mandiri dengan mnggunakan alat
penghisap.
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan diaksanakan
Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
Gunakan sarung tangan
Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
Hidupkan mesin penghisap
Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkna kateter pengisap ke dalam kom
berisi akuades atau NaC1 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
Bilas kateter dengan akuades atau NaC1 0,9%
Lakukan hingga lendir bersih
Catat respon yang terjadi
Cuci tangan
2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Keadaan umum:
a. Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
b. Tampak sakit ringan: bed rest ,terpasang infus
c. Tampak sakit sedang: bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis
d. Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
Kesadaran:
a. Kuantitatif:
1) Motorik:
a) Menurut perintah
b) Gerakan lokal
c) Fleksi motorik
d) Fleksi abnormal
e) Ekstensi abnormal
f) Tidak bereaksi
2) Verbal
Verbal dewasa:
a) Orientasi baik(5)
b) Bingung/apatis(4)
c) Kata-kata tidak jelas(3)
d) Bunyi tapi tidak elas(2)
e) Tidak bersuara(1)
Verbal anak:
a) Kata bermakna, senyum, ikut objek(5)
b) Menangis tapi bisa diredakan(4)
c) Teriritasi secara persisten(3)
d) Gelisah, teragitasi(2)
e) Diam saja(1)
3) Mata:
a) Membuka secara spontan(4)
b) Rangsangan terhadap suara/dipanggil(3)
c) Rangsangan terhadap nyeri(2)
d) Tidak bereaksi(1)
b. Kualitatif:
1) Compos mentis: Pasien sadar penuh
2) Apatis: Pasien acuh tak acuh
3) Somnolen: Pasien cenderung mengantuk walaupun sedang diajak bicara
4) Soporocoma: Dengan sedikit rangsangan masih bisa berespon (reflek kornea)
5) Coma: Tidak ada respon sama sekali
c. Tanda-tanda vital:
a. Suhu: Dapat diukur per axila, oral, dan rektal.
1) Normal: 36°C-37°C
2) Hipotermia: 34°C-35°C
3) Pyrexia: 39°C-40°C
4) Hiperpirexia: 41°C-42°C
b. Nadi: Dapat diukur pada arteri (radialis, temporalis, brankialis, femoralis, dan karotis).
Iramanya (kuat, lemah, cepat, tidak teratur, frekuensi, volume?
1) Normal: 60-100X/menit
2) Tachicardi: > 100X/menit
3) Bradicardi: <60X/menit
c. Pernapasan: Cepat, irama, jenis (dada, perut), frekuensi? Normal (12-21X/menit),
kusmaul (cepat dalam), chignus stroke (cepat dangkal, hilang, tachypneu (>21X/menit)
d. Tekanan darah: Dapat dilakuan dengan psisi duduk atau baring?
1) Optimal: <120/<80
2) Normal: 120–129/80–84
3) High Normal: 130–139/85–89
4) Hipertensi: Grade I (ringan)è140–159/90–99, Grade II (sedang)è160–179/100–109,
Grade III (berat)è180 – 209/100 – 119, Grade IV (sangat berat)è>210/>120
e. Status gizi: tinggi badan, berat badan, berat badan normal, berat badan ideal?
f. Pemeriksaan sistemik (Head to toe):
a. Kulit, rambut, dan kuku:
1) Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2) Inspeksi rambut lihat penyebaran/distribusi
3) Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
4) Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b. Kepala:
1) Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung kondisi pasien). Bila pasien
menggunakan alat bantu lepaskan
2) Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
3) Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis
kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan
nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c. Mata:
1) Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2) Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang
orbital.
3) Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan
warna, edema, dan lesi.
4) Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan
menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5) Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan,
ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6) Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7) Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8) Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan
pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9) Uji reflek kornea dengan menyentuh aplikator kapas steril ke arah kornea (nervus
trigeminnalis).
10) Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
11) Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan menggerakkan jari pemeriksa
secara perlahan (nervus okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen)
12) Tes buta warna dengan isihara.
d. Hidung:
1) Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau
lesi, dan cairan yang keluar.
2) Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri, massa
dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3) Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien
bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien
membau (nervus olfaktorius).
4) Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang.
Dengan bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e. Telinga:
1) Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2) Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3) Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak.Tekan tragus kedalam dan
tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4) Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5) Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun telinga
ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan
peradangan.
6) Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala (tes
Webber, Rinne, Swabacch).(nervus auditorius).
f. Mulut dan faring:
1) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2) Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup lidah. Inpeksi
keberihan jumlah, dan adanya caries.
3) Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa, lesi, gerakan
lidah (nervus hipoglosus)
4) Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6) Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus
glosofaringeal).
7) Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g. Leher:
1) Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan parut
atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2) Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3) Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid
pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4) Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5) Palpasi kelenjar tiroid
h. Thorak dan tulang belakang:
1) Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2) Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3) Palpasi adanya krepitus pada kosta
4) Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i. Paru posterior:
1) Posisi pasien duduk/berdiri/berbaring jika memungkinkan. Inspeksi kesimetrisan paru.
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis 3-4 jari dari pundak sampai dengan
torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
4) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler, bronkhovesikuler,
bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j. Paru lateral:
1) Inspeksi kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3) Perkusi dari puncak paru ke bawah, catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
4) Auskultasi buyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler, bronkhovesikuler,
bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
k. Paru anterior:
1) Minta pasien posisi supine/duduk. Inspeksi kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3) Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus
xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan
torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler,
bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
l. Jantung dan pembuluh darah:
1) Posisi tidur pasien supine/duduk. Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2) Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan
pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5
kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut apkal).
3) Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4) Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi
jantung tambahan.
5) Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
m. Abdomen:
1) Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung, kebersihan
umbilikus)
2) Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3) Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4) Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5) Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6) Mengukur lingkar perut
n. Genitourinari:
1) Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche
(khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2) Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan,
ciran, bau.
3) Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau, pertumbuhan
rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
4) Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
o. Ekstremitas:
1) Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2) Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3) Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4) Kaji kemampuan pergerakan sendi
5) Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6) Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
p. Neurologi:
1) Tes keseimbangan (tes Ronberg)
2) Uji fungsi saraf sensorik
Pemeriksaan penunjang
Tanggal, jenis, hasil/kesimpulan.
Terapi
Terapi yang didapat: tanggal, nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
Analisa data
Komponen:
a. Tanggal/jam
b. Data fokus
c. Problem
d. Etiologi
e. Tanda tangan
Tabel:
Tanggal/jam Data focus Problem Etiologi Tanda tangan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pengertian
Nanda: Keperawatan klinik tentang respon individu dan masyarakat tentang masalah
aktual/potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai kewenangan keperawatan.
Diagnosa keperawatan: Suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi.
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah:
A.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot
pernapasan, defornitas dinding dada.
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi=> mengetahui
status kesehatan klien
2) Monitor kemampuan aktivitas klien=> mengetahui kemampuan klien
3) Anjurkan untuk bed rest=> mempercepat pemulihan kondisi
4) Beri posisi semi fowler=> memenuhi kebutuhan oksigen
5) Bantu aktivitas klien secara bertahap=> mengurangi beban kerja klien
6) Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet=> mempercepat pemulihan kondisi
7) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen=> mencukupi kebutuhan oksigen
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas, sekresi di
bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di jalan napas.
Intervensi:
1) Kaji fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, irama, jenis=> mengetahui pola napas klien
2) Beri posisi semi fowler=> memenuhi kebutuhan oksigen
3) Ajarkan teknik batuk efektif=> mengeluarkan sekret yang tertahan
5) Anjurkan minum air hangat=> mengurangi sekret
6) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen=> mencukupi kebutuhan oksigen
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Definisi
Penyusunan rencana intervensi/strategi keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menganggulangi masalah keperawatan sehingga kebutuhan pasien terpenuhi.
B. Tujuan
a. Sebagai alat komunikasi
b. Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan
c. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai
c. Langkah-langkah dalam perencanaan
a. Menentukan prioritas menentukan tujuan dan kriteria hasil
d. Menentukan intervensi keperawatan
e. Dokumentasi
d. Penentuan tujuan dan kriteria hasil
Hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan.
Prinsip penulisan tujuan:
S: Spesifik
M: Measurable (dapat diukur)
A: Achievable (dapat dicapai)
R: Reasonable (dapat dipertanggungjawabklan)
T: Time (ada batasan waktu)
Komponen rencana tindakan keperawatan
1) Waktu/ tanggal/jam
2) Kata kerja/kalimat instruksi
3) Area 5 W + 1 H
4) Elemen waktu (frekuensi)
5) Tanda tangan
Tipe intervensi keperawatan
1) Tindakan diagnostik/observasi: Tindakan monitor
2) Tindakan terapeutik: Tindakan mandiri perawat yang digunakan untuk mengatasi
masalah pasien
3) Pendidikan kesehatan: Diajarkan perawatan di rumah
4) Tindakan kolaborasi: Tindakan kerja sama dengan fisioterapi, ahli gizi, laboratorium,
dan dokter.
e. Tabel:
Tanggal/jam No DP Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Tanda tangan
D. INTERVENSI
A. Definisi
Merupakan langkah ke-4 dalam proses keperawatan
Merupakan pelaksanaan rencana intervensi/tindakan keperawatan yang sudah dibuat
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun.
b. Tujuan
Membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan melaksanakan rencana yang
sudah dibuat
Komponen
1) Tanggal/waktu
2) Tindakan/prosedur yang dilakukan
3) Respon pasien
4) Tanda tangan
Tahap-tahap
1) Persiapan: pastikan order, analisa kemampuan perawat, ketahui komplikasi dan
tindakan, menentukan dan mempersiapkan alat, dan ciptakan lingkungan yang kondusif.
2) Pelaksanaan
3) Dokumentasi
Hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan keperawatan:
W: Wash your hand (cuci tangan
I: Identify the patient (identifikasi pasien)
P: Provide for safety and privacy (memberikan keamanan)
A: Asses the problem (menanyakan masalah)
T: Tell/teach (transfer ilmu)
Jenis tindakan keperawatan
1) Independent (mandiri)
2) Interdependent (kolaborasi)
3) Dependent (tergantung)
E. EVALUASI
A. Definisi
Tindakan intelektual untuk menilai seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanan sudah berhasil dicapai dan menilai keberhasilan proses keperawatan dengan
criteria hasil yang sudah ditentukan.
B. Tujuan
Untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan:
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan jika masalah pasien sudah selesai.
2) Memodifikasi jika masalah pasien belum selesai teratasi.
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan.
Macam-macam evaluasi
1) Evaluasi formatif: Berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan.
2) Evaluasi sumatif: Berfokus pada perubahan perilaku/status kesehatan klien pada akhir
tindakan keperawatan (berdasarkan S: data subjektif, O: data objektif, A: keputusan/hasil
analisa dari S dan O dengan kriteria hasil, P: planing).
3. Tabel implementasi dan evaluasi:
Tgl/jam No.D Implementasi Respo Tgl/jam No.D Evaluasi TTD
P n P
S:
O:
A:
P:
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem pernapasan berperan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas yaitu, hidung,
faring, laring, epiglottis. Dan saluran pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru yang merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Proses
pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi, difusi dan
transpor. Dimana tahapan-tahapan itu mempunyai prosedur-prosedur tersendiri dalam
mempraktekkanya. Selain itu, ada juga cara untuk dapat mengatasi masalah kebutuhan
oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan batuk efektif, pemberian oksigen, dan
fisioterapi dada.
1. Saran
Semoga apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan sungguh-
sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah makalah tentang kebutuhan dasar
oksigenasi ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca ,kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA