Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN DASAR 1

(Askep Kebutuhan Oksigenasi)

Disusun Oleh :
Maria M.L Lengkong
(18061119)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
      1. Konsep Dasar Teori
      1.1 Definisi Oksigenasi
      1.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi (Anatomi & Fisiologi)
     1.3 Proses Oksigenasi
     1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi kebutuhan Oksigenasi
     1.5 Masalah Kebutuhan Oksigen

1.6 Tindakan untuk mengatasi masalah kebutuhan Oksigenasi

    2. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Oksigen


    2.1 Pengkajian Keperawatan
    2.2 Diagnosa Keperawatan
    2.3 Perencanaan Keperawatan
    2.4 Pelaksanaan ( Tindakan ) Keperawatan
   2.5 Evaluasi Keperawatan
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia
dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya adalah
kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigan
bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya
oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi
yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen,
seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan
pentingnya oksigen.

Rumusan masalah
1.sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi?
2. Bagaimana terjadinya proses oksigenasi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi?
4. Seperti apa jenis pernapasan dan pengukuran paru?
Tujuan
1. Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
2. Mengetahui terjadinya proses oksigenasi
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
4. Mengetahui jenis pernapasan dan pengukuran paru
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR TEORI
A. DEFINISI OKSIGENASI

Oksigenasi adalah proses penambahan O  ke dalam sistem (kimia atau


fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan
air. Akan tetapi penambahan CO  yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O  ruangan setiap kali bernapas dasar paling vital dalam
kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel
tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi tubu, salah satunya
adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan
kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.).

B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN OKSIGENASI


Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Sistem pernapasan
berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi sistem terdiri atas saluran pernapasan
bagian atas, dan saluran pernapasan bagian bawah.
A. Saluran Pernapasan Bagian Atas
1. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada hidung terdapat
nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang mengandung kelenjar sebaseus dan
ditutupi rambut yang kasar. bagian ini bermuara ke rongga hidung, sebagai bagian hidung
lainnya, yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara yang
masuk melalui hidung akan disaring oleh rarmbut yang ada di dalam vestibulum (bagian
rongga hidung) kemudian dihangatkan dan dilembabkan.

2. Faring

Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan
esofagus. yang terletak di belakang hidung (nasofaring) di belakang mulut (orofaring) dan
dibelakang laring (laringofaring).
3. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang
rawan yang diikat bersama ligament dan membran yang terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.

4. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses
menelan.

B. Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trachea, bronchus, dan bronkhiolus, dan paru-
paru. Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.

1. Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima. Trakea memiliki panjang ± 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran
tak lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir dan epithelium bersilia
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2. Bronkus
Bronkus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga
lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan Bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.

3. Bronkhiolus

Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus, yaitu anak cabang dari batang
tenggorok yang terdapat dalam rongga tenggorokan kita dan akan memanjang sampai ke
paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang
menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2.

Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada ujung
bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil yang dinamakan alveolus.
fungsi dari bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang kita hirup
agar mencapai paru-paru.
4. Alveoli

Merupakan tempat pertukaran O  dan CO Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu
membentuk satu lembar akan seluas 70 m2 Terdiri atas 3 tipe:
1.Sel-sel alveolar tipe I: adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
2.Sel-sel alveolar tipe II: adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
3.Sel-sel alveolar tipe III: adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
5. Paru-paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak di dalam rongga torak
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang
diselaputi oleh pleura yaitu pleura parfetalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan
pleura yang berisi cairan surfaktan.

Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri dari dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan
pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk kerucut, dengan bagian puncak di sebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastik, berpori dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida.

Anatomi Paru

Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu  :

1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.

2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.

C. PROSES OKSIGENASI
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan
air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap akrivitas sel.Udara masuk secara berurutan, yaitu :
Rongga hidung – faring – laring –trakea – bronkus – bronkiolus- alveolus.
Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu :

 Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.  Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
 Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
 Adanya kondisi jalan napas yang baik.
 Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
 Difusi
Merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke
alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Luasnya permukaan paru-paru
 Tebal membran respirasi/permeabilitas (epitel alveoli dan interstisial).
 Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
 Afinitas gas
 Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%),
dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :

 Kardiak output
 Kondisi pembuluh darah
 Latihan (exercise )
 Hematokrit
 Eritrosit dan kadar Hb
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Saraf Otonom
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi
kemampuan untuk dilartasi dan kontriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik
oleh simpatis maupun parasimpatisketika terdjadi rangsangan. Ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkodilatasi, Parasimpatis mengeluarkan esetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokonstirksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor
kolinergik.

2. Hormonal dan Obat


Semua hormon termasuk devirat katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan.
Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropine,
ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2) dapat
mempersempit saluran napas (bronkokontriksi) seperti obat yang tergolong beta bloker
nonselektif.

3. Alergi pada saluran napas


Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang,
serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.

4. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena
usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.

5. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor
alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan
(status nutrisi), seperti orang obesitas dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan paru,
kemudian perilaku aktivitas, seperti perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembuluh darah dan lain-lain.                    
 
E. GANGGUAN / MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Hipoksia tidak kuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang


didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi
jaringan seperti pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda
tanda Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
2. Perubahan pola pernapasan
3. Takipnea adalah frekuensi pernapasan teratur namun cepat secara tidak merata (> 24/
menit)
4. Branipnea adalah frekuensi pernapasan teratur namun lambat secara tiak normal ( kurang
dari 12 /menit)
5. Hiperventilasi merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru
agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan,
infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-
tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi,
disorientasi, tinnitus.
6. Kussmaul adalah pernapasan cepat secara tidak normal dan frekuensi meningkat, misalnya
dalam keadaan asidosis metabolik
7. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2
tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan
atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
8. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat saat bernafas.
9. Ortopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini
sering di temukan pada seseorang yang mengalami kongestik paru.
10. Cheyne stokes merupakan frekuensi dan kedalaman pernapasan tidak teratur, di tandai
dengan periode apnea dan hiperventilasi yang berubah-ubah.
11. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal.
12. Biot merupakan pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga napas di ikuti
periode apnea yang tidak teratur.
13. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluranpertanyaan.
14. Pertukaran gas merupakan proses pengambilan gas oksigen dari lingkungan dan
pengeluaran karbon dioksida dari dalam tubuh makhluk hidup. Bernafas merupakan salah
satu ciri utama makhluk hidup. Proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida
berlangsung secara difusi. Oksigen akan menuju semua sel dalam semua jaringan melalui
alat-alat pernafasan.

F. TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI


Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi
stress.

Prosedur Kerja :

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi pasien untuk duduk atau telentang
 Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu
melalui hidung dengan mulut tertutup
 Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul
dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup
 Catat respon pada pasien yang terjadi
 Cuci tangan anda
Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret
atau benda asing.

Prosedur Kerja :

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
 Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan
pernapasan diafragma
 Setelah itu minta pasien menaahan napas selama ± 2 detik
 Batukkan pasien 2 kali dengan mulut terbuka
 Minta pasien melakukan Tarik napas dengan ringan
 Istirahat
 Catat respons yang terjadi pada pasien
 Cuci tangan anda
Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui
tiga cara yaitu, : melalui kanula, nasal, dan masker.

Tujuan pemberian oksigen adalah :

 Memenuhi kebutuhan oksigen


 Mencegah terjadinya hipoksia
 Membantu kelancaran metabolisme
 Sebagai tindakan pengobatan
 Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
Persiapan Alat dan Bahan :

 Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier


 Nasal kateter, kanula, atau masker
 Vaselin,/lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur Kerja :

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Cek flowmeter dan humidifier
 Hidupkan tabung oksigen
 Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien
 Berikan oksigen melalui kanula atau masker
 Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu
berikan lubrikan dan masukkan
 Catat pemberian dan lakukan observasi pada pasien
 Cuci tangan anda
Gambar, pemberian oksigen

Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Tujuan fisioterapi dada adalah :

 Meningkatkan efisiensi pola pernafasan


 Membersihkan jalan nafas
Persiapan Mat dan Bahan :

 Pot sputum berisi desinfektan


 Kertas tisu
 Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
 Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja fisioterapi dada antara lain sebagai berikut :

1. Postural drainage
merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan
sekret di saluran pernafasan. Tindakan postural drainase diikuti dengan
tindakan clapping (penepukan) dan vibrating (vibrasi/getaran).
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
 Miringkan pasien kekiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
 Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian paru-paru kiri)
 Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal
(untuk membersihkan bagian lobus tengah)
 Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
 Observasi tanda vital selama prosedur
 Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction
 Lakukan hingga lender bersih
 Catat respon yang terjadi pada pasien
 Cuci tangan
Untuk posisi ini, pasien berbaring tengkurap di tempat tidur datar atau meja. Dua bantal harus
ditempatkan di bawah pinggul.Pengasuh Perkusi dan bergetar atas bagian bawah tulang
belikat, di kedua sisi kanan dan kiri tulang belakang, menghindari perkusi langsung atau
getaran selama tulang belakang itu sendiri.

2. Clapping (penepukan)
Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan
pada daerah tersebut yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
 Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
 Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien
secara bergantian hingga ada rangsangan batuk
 Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum
pada pot sputum
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi  pada pasien
 Cuci tangan
3. Vibrating (menggetarkan)
Suatu tindakan yang diberikan kepada penderita dengan jalan latihan bernapas, menggetarkan
daerah dinding dada

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
 Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
 Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan
meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan
diatas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-
lahan.hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan
sputum
 Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di
pot sputum
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi pada pasien
 Cuci tangan
Gambar clapping dan vibrating
Pengisapan lendir
Pengisapan lender (suction) merupakan tindakan perawatan yang dilakukan pada yang
tidak mampu mengeluarkan secret dan lendir secara mandiri dengan mnggunakan alat
penghisap.

Tujuan pengisapan lendir :

 Membersihkan jalan nafas


 Memenuhi kebutuhan oksigen
Persiapan Mat dan Bahan :

 Mat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan


 Kateter pengisap lendir
 Pinset steril
 Dua kom berisi laturan akuades/NaC1 0,9% dan larutan desinfektan
 Kasa steril
 Kertas tisu
Prosedur Kerja :

 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan diaksanakan
 Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
 Gunakan sarung tangan
 Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
 Hidupkan mesin penghisap
 Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkna kateter pengisap ke dalam kom
berisi akuades atau NaC1 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
 Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
 Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
 Bilas kateter dengan akuades atau NaC1 0,9%
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan
2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Keadaan umum:
a.       Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
b.      Tampak sakit ringan: bed rest ,terpasang infus
c.       Tampak sakit sedang: bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis
d.      Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
Kesadaran:
a.       Kuantitatif:
1)      Motorik:
a)      Menurut perintah
b)      Gerakan lokal
c)      Fleksi motorik
d)      Fleksi abnormal
e)      Ekstensi abnormal
f)        Tidak bereaksi
2)      Verbal
Verbal dewasa:
a)      Orientasi baik(5)
b)      Bingung/apatis(4)
c)      Kata-kata tidak jelas(3)
d)      Bunyi tapi tidak elas(2)
e)      Tidak bersuara(1)
Verbal anak:
a)      Kata bermakna, senyum, ikut objek(5)
b)      Menangis tapi bisa diredakan(4)
c)      Teriritasi secara persisten(3)
d)      Gelisah, teragitasi(2)
e)      Diam saja(1)
3)      Mata:
a)      Membuka secara spontan(4)
b)      Rangsangan terhadap suara/dipanggil(3)
c)      Rangsangan terhadap nyeri(2)
d)      Tidak bereaksi(1)
b.      Kualitatif:
1)      Compos mentis: Pasien sadar penuh
2)      Apatis: Pasien acuh tak acuh
3)      Somnolen: Pasien cenderung mengantuk walaupun sedang diajak bicara
4)      Soporocoma: Dengan sedikit rangsangan masih bisa berespon (reflek kornea)
5)      Coma: Tidak ada respon sama sekali
c.       Tanda-tanda vital:
a.       Suhu: Dapat diukur per axila, oral, dan rektal.
1)      Normal: 36°C-37°C
2)      Hipotermia: 34°C-35°C
3)      Pyrexia: 39°C-40°C
4)      Hiperpirexia: 41°C-42°C
b.      Nadi: Dapat diukur pada arteri (radialis, temporalis, brankialis, femoralis, dan karotis).
Iramanya (kuat, lemah, cepat, tidak teratur, frekuensi, volume?
1)      Normal: 60-100X/menit
2)      Tachicardi:  > 100X/menit
3)      Bradicardi: <60X/menit
c.       Pernapasan: Cepat, irama, jenis (dada, perut), frekuensi? Normal (12-21X/menit),
kusmaul (cepat dalam), chignus stroke (cepat dangkal, hilang, tachypneu (>21X/menit)
d.      Tekanan darah: Dapat dilakuan dengan psisi duduk atau baring?
1)      Optimal:  <120/<80
2)      Normal: 120–129/80–84
3)      High Normal: 130–139/85–89
4)      Hipertensi: Grade I (ringan)è140–159/90–99, Grade II (sedang)è160–179/100–109,
Grade III (berat)è180 – 209/100 – 119, Grade IV (sangat berat)è>210/>120
e.        Status gizi: tinggi badan, berat badan, berat badan normal, berat badan ideal?
f.      Pemeriksaan sistemik (Head to toe):
a.       Kulit, rambut, dan kuku:
1)      Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2)      Inspeksi rambut lihat penyebaran/distribusi
3)      Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
4)      Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b.      Kepala:
1)      Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung kondisi pasien). Bila pasien
menggunakan alat bantu lepaskan
2)      Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
3)      Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis
kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan
nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c.       Mata:
1)      Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2)      Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang
orbital.
3)      Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan
warna, edema, dan lesi.
4)      Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan
menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5)      Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan,
ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6)      Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7)      Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8)      Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan
pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9)      Uji reflek kornea dengan menyentuh aplikator kapas steril ke arah kornea (nervus
trigeminnalis).
10)  Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
11)  Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan menggerakkan jari pemeriksa
secara perlahan (nervus okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen)
12)  Tes buta warna dengan isihara.
d.      Hidung:
1)      Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau
lesi, dan cairan yang keluar.
2)      Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri, massa
dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3)      Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien
bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien
membau (nervus olfaktorius).
4)      Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang.
Dengan bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e.       Telinga:
1)      Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2)      Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3)      Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak.Tekan tragus kedalam dan
tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4)      Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5)      Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun telinga
ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan
peradangan.
6)      Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala (tes
Webber, Rinne, Swabacch).(nervus auditorius).
f.        Mulut dan faring:
1)      Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2)      Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup lidah. Inpeksi
keberihan jumlah, dan adanya caries.
3)      Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa, lesi, gerakan
lidah (nervus hipoglosus)
4)      Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5)      Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6)      Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus
glosofaringeal).
7)      Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.       Leher:
1)      Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan parut
atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2)      Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3)      Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid
pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4)      Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5)      Palpasi kelenjar tiroid
h.       Thorak dan tulang belakang:
1)      Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2)      Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3)      Palpasi adanya krepitus pada kosta
4)      Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i.         Paru posterior:
1)      Posisi pasien duduk/berdiri/berbaring jika memungkinkan. Inspeksi kesimetrisan paru.
2)      Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3)      Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis 3-4 jari dari pundak sampai dengan
torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
4)      Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler, bronkhovesikuler,
bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j.        Paru lateral:
1)      Inspeksi kesimetrisan paru
2)      Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3)      Perkusi dari puncak paru ke bawah, catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
4)      Auskultasi buyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler, bronkhovesikuler,
bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
k.      Paru anterior:
1)      Minta pasien posisi supine/duduk. Inspeksi kesimetrisan paru
2)      Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3)      Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus
xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4)      Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan
torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5)      Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler,
bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
l.         Jantung dan pembuluh darah:
1)      Posisi tidur pasien supine/duduk. Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2)      Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan
pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5
kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut apkal).
3)      Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4)      Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi
jantung tambahan.
5)      Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
m.     Abdomen:
1)      Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung, kebersihan
umbilikus)
2)      Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3)      Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4)      Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5)      Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6)      Mengukur lingkar perut
n.       Genitourinari:
1)      Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche
(khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2)      Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan,
ciran, bau.
3)      Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau, pertumbuhan
rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
4)      Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
o.      Ekstremitas:
1)      Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2)      Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3)      Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4)      Kaji kemampuan pergerakan sendi
5)      Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6)      Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
p.      Neurologi:
1)      Tes keseimbangan (tes Ronberg)
2)      Uji fungsi saraf sensorik
Pemeriksaan penunjang
Tanggal, jenis, hasil/kesimpulan.
Terapi
Terapi yang didapat: tanggal, nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
Analisa data
Komponen:
a.       Tanggal/jam
b.      Data fokus
c.       Problem
d.      Etiologi
e.       Tanda tangan
Tabel:
Tanggal/jam Data focus Problem Etiologi Tanda tangan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pengertian
Nanda: Keperawatan klinik tentang respon individu dan masyarakat tentang masalah
aktual/potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai kewenangan keperawatan.
Diagnosa keperawatan: Suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi.
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah:
A.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot
pernapasan, defornitas dinding dada.
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi=> mengetahui
status kesehatan klien
2) Monitor kemampuan aktivitas klien=> mengetahui kemampuan klien
3)      Anjurkan untuk bed rest=> mempercepat pemulihan kondisi
4)      Beri posisi semi fowler=> memenuhi kebutuhan oksigen
5)      Bantu aktivitas klien secara bertahap=> mengurangi beban kerja klien
6)      Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet=> mempercepat pemulihan kondisi
7)      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen=> mencukupi kebutuhan oksigen
b.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas, sekresi di
bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di jalan napas.
Intervensi:
1)      Kaji fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, irama, jenis=> mengetahui pola napas klien
2)      Beri posisi semi fowler=> memenuhi kebutuhan oksigen
3)      Ajarkan teknik batuk efektif=> mengeluarkan sekret yang tertahan
5)      Anjurkan minum air hangat=> mengurangi sekret
6)      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen=> mencukupi kebutuhan oksigen
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Definisi
Penyusunan rencana intervensi/strategi keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menganggulangi masalah keperawatan sehingga kebutuhan pasien terpenuhi.
B. Tujuan
a.       Sebagai alat komunikasi
b.      Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan
c.       Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai
c.       Langkah-langkah dalam perencanaan
a.       Menentukan prioritas menentukan tujuan dan kriteria hasil
d.      Menentukan intervensi keperawatan
e.       Dokumentasi
d.      Penentuan tujuan dan kriteria hasil
Hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan.
Prinsip penulisan tujuan:
S: Spesifik
M: Measurable (dapat diukur)
A: Achievable (dapat dicapai)
R: Reasonable (dapat dipertanggungjawabklan)
T: Time (ada batasan waktu)
Komponen rencana tindakan keperawatan
1)      Waktu/ tanggal/jam
2)      Kata kerja/kalimat instruksi
3)      Area 5 W + 1 H
4)      Elemen waktu (frekuensi)
5)      Tanda tangan
Tipe intervensi keperawatan
1)      Tindakan diagnostik/observasi: Tindakan monitor
2)      Tindakan terapeutik: Tindakan mandiri perawat yang digunakan untuk mengatasi
masalah pasien
3)      Pendidikan kesehatan: Diajarkan perawatan di rumah
4)      Tindakan kolaborasi: Tindakan kerja sama dengan fisioterapi, ahli gizi, laboratorium,
dan dokter.
e.       Tabel:
Tanggal/jam No DP Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Tanda tangan
D. INTERVENSI
A. Definisi
Merupakan langkah ke-4 dalam proses keperawatan
Merupakan pelaksanaan rencana intervensi/tindakan keperawatan yang sudah dibuat
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun.
b.      Tujuan
Membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan melaksanakan rencana yang
sudah dibuat
Komponen
1)      Tanggal/waktu
2)      Tindakan/prosedur yang dilakukan
3)      Respon pasien
4)      Tanda tangan
Tahap-tahap
1)      Persiapan: pastikan order, analisa kemampuan perawat, ketahui komplikasi dan
tindakan, menentukan dan mempersiapkan alat, dan ciptakan lingkungan yang kondusif.
2)      Pelaksanaan
3)      Dokumentasi
Hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan keperawatan:
W: Wash your hand (cuci tangan
I: Identify the patient (identifikasi pasien)
P: Provide for safety and privacy (memberikan keamanan)
A: Asses the problem (menanyakan masalah)
T: Tell/teach (transfer ilmu)
Jenis tindakan keperawatan
1)      Independent (mandiri)
2)      Interdependent (kolaborasi)
3)      Dependent (tergantung)
E. EVALUASI
A. Definisi
Tindakan intelektual untuk menilai seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanan sudah berhasil dicapai dan menilai keberhasilan proses keperawatan dengan
criteria hasil yang sudah ditentukan.
B. Tujuan
Untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan:
1)      Mengakhiri rencana tindakan keperawatan jika masalah pasien sudah selesai.
2)      Memodifikasi jika masalah pasien belum selesai teratasi.
3)      Meneruskan rencana tindakan keperawatan.
Macam-macam evaluasi
1)      Evaluasi formatif: Berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan.
2)      Evaluasi sumatif: Berfokus pada perubahan perilaku/status kesehatan klien pada akhir
tindakan keperawatan (berdasarkan S: data subjektif, O: data objektif, A: keputusan/hasil
analisa dari S dan O dengan kriteria hasil, P: planing).
3.      Tabel implementasi dan evaluasi:
Tgl/jam No.D Implementasi Respo Tgl/jam No.D Evaluasi TTD
P n P
S:
O:
A:
P:

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem pernapasan berperan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas yaitu, hidung,
faring, laring, epiglottis. Dan saluran pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru yang merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Proses
pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi, difusi dan
transpor. Dimana tahapan-tahapan itu mempunyai prosedur-prosedur tersendiri dalam
mempraktekkanya. Selain itu, ada juga cara untuk dapat mengatasi masalah kebutuhan
oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan batuk efektif, pemberian oksigen, dan
fisioterapi dada.

1. Saran
Semoga apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan sungguh-
sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah makalah tentang kebutuhan dasar
oksigenasi ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca ,kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Jakarta: EGC


NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Prima Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori & Aplikasi dalam
prakte, Jakarta: EGC
Willkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Kozier Fundamental of Nursing
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan, Edisi 3,
Jakarta: Salemba Medika.
Carperito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, Jakarta: EGC
Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai