Oleh
MEIDA OLIVIA
891221030
Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusikan keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan (Tamsuri, 2004). Ginjal merupakan organ yang paling
bertanggung jawab untuk mekanisme retensi dan ekskresi cairan dan elektrolit dari tubuh
manusia yang sehat. Mekanisme lain seperti hormonal dari hormone antidiuretic,
aldosterone dan hormone paratiroid juga factor speerti stress fisiologis juga memegang
peranan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit manusia, Balci et
al., (2013) ; Patrisia, Ineke dkk (2020).
B. ETIOLOGI
Secara umum, factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh,
perkembangan tubuh, metabolism yang metabolism yang diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur
Temperatur lingkungan panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang
dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses
ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stress
Stress dapat menimbulkan paningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini
dapat meningkatkan produksi ADH dan proses ini dapat meningkatkan produksi
ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto & Wartonah, 2010)
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak. Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara
sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
1. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
m erupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,
bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun
sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
3. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang diatur elalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
C. GANGGUAN VOLUME CAIRAN
1. Hypovolemia
Defisit volume cairan tubuh mencangkup hypovolemia yaitu kondisi terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit atau dehidrasi dimana terjadi kehilangan cairan tanpa
kehilangan elektrolit, hall, (2015); yoost and Crawford, (2015); Patrisia, Ineke dkk
(2020).. Terdapat beberapa penyebab terjadinya deficit volume cairan. Pertama
adalah kehilangan cairan melalui traktus gastrointestinal yang menyebabkan klien
muntah atau diare yang berlebihan. Kondisi lainnya adalah kondisi diuresis
berlebihan yang membuat tubuh kehilangan cairan dan natrium dalam tubuh.
Keringat berlebihan, penyakit diabetes insipidus penyakit yang mengenai organ
ginjal dan diabetes ketoasidosis juga menjadi penyebab kondisi deficit volume cairan
tubuh, potter et al (2016) ; Patrisia, Ineke dkk (2020). Serta penurunan masukkan dan
perdarahan.
Patofisologi :
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan ,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium,
atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapatterjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
2. Hypervolemia
Kelebihan volume cairan tubuh muncul kerika asupan cairan melampaui haluaran.
Keleihan cairan berjenis isotonic dan hipotonik bergantung dari perubahan serum
osmolaritas. Tingkat keparahan kondisi kelebihan cairan tubuh ini dapat dikaji dari
peningkatan berat badan tubuh total. Kategori ringan jika terdapat 2% kenaikan berat
badan total, kategori sedang jika terdapat 5% kenaikan berat badan total dan kategori
berat jika terdapat 8% kenaikan berat badan total dari berat normal klien sebelumnya.
Cairan yang terperangkap di ruang interstisial tidak dpaat digunakan untuk
kebutuhan di dalam sel ataupun di dalam ruang intravascular, Yoost and Crawford,
(2015).
Beberapa kondisi penyakit dapat menyebabkan terjadinya elebihan volume cairan
tubuh :
a. Penyakit jantung
Ketika jantung sudah tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh dengan
efektif, maka dapat etrjadi aliran balik menuju jantung dan memicu kelebihan
cairan tubuh.
b. Mengkonsumsi obat steroid
Mengkonsumsi obat steroid dalam jangka waktu lama akan mengalami efek
samping yaitu kelebihan deficit volume cairan tubuh.
c. Kelainan ginjal
Ginjal memegang peranan penting dalam melakukan filtrasi dan bertanggung
jawab untuk mengeluarkan zat sisa hasil metabolism tubuh sehingga ketika
ginjal mengalami disfungsi maka tubuh dapat mengalami kondisi kelebihan
volume cairan tubuh. Yoost and Crawford (2015); Potter et al., (2016)
d. Kondisi lainnya seperti sirosis, luka bakar dan pola memakan makanan dengan
kadar garam yang tinggi. Konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi
maka memicu peningkatan kadar natrium dalam darah selanjutnya menarik
cairan lebih banyak masuk ke intravascular, Burton and Ludwig, (2014); potter
et al, (2016).
Patofosiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hamper
selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis
pada proses regulasi keseimbangan cairan.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload,
penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik
koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker berhubungan dengan kerusakan
arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis
Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan
flaksiditas.
4) Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan
masalah ginjal.
5) Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat dan
peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar
ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau
saat kadar hormon paratiroid menurun.
D. PATHWAY
2) Diagnosa keperawatan
a) Hipovolemia
b) Resiko Hipovolemia
c) Hipervolemia
No Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
1 Hipovolemia SLKI Manajemen hypovolemia
Penyebab : Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
Kehilangan cairan aktif jam maka status cairan membaik, dengan Periksa tanda dan gejala
Kegagalan mekanisme regulasi kriteria hasil : hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
Peningkatan permiabelitas Kekuatan nadi meningkat meningkat, nadi terba lemah, tekanan
kapiler Turgor kulit meningkat darah menurun, tekanan nadi
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Rasional : untuk mengganti
cairan yang keluar
Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Rasional : agar tidak pusing
Membrane mukosa kering Kolaborasi
Volume urin menurun Kolaborasi pemberian cairan IV
Hematocrit meningkat isotonis (mis. NaCl, RL)
Minor Rasional : mengganti cairan
Subjektif yang telah keluar
Objektif 0,4%)
Terapeutik
Pertahankan jalan nafas paten
Rasional : memudahkan pasien dalam
mendapatkan suplay oksigen yang
adekuat
Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
Rasional : membebaskan jalan
napas
Lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada perdarahan eksternal
Rasional : untuk mengurangi dan
menghentikan perdarahan.
Berikan posisi syok
(modified tredelenberg)
Rasional : mempertahankan
suplay oksigen ke otak agar
adekuat
Pasang jalur IV berukuran besar (mis.
14 atau 16)
Rasional : supaya akses cairan dapat
terpenuhi dengan lancar
Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
Ambil sampel darah
Rasional : memeriksa kadar komponen
dalam darah
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
Kolaborasi pemberian transfuse darah,
jika perlu
Rasional : Untuk mengganti cairan yang
hilang
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
Kolaborasi pemberiancairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, plasmanate
Kolaborasi pemberian produk darah
Rasional : Untuk mengganti cairan yang
hilang
Pemantauan cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
Monitor kadar albumin dan protein
total
Monitor hasil pemeriksaan urine
Monitor intake dan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan
cairan
Rasional : tujuan monitor dan
identifikasi adalah untuk
mendapatkan data kondisi status
kesehatan pasien dan
menetapkan langkah selanjutnya
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Rasional : agar pemantauan dapat
dilakukan secara tepat
Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional : supaya perkembangan
pasien dapat dipertanggung
jawabkan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Rasional : supaya pasien
dapat mengerti dan
memahami
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Rasional : mencegah terjadinya
kesalahan informasi
3 Hipervolemia SLKI Manajemen hypervolemia
Penyebab Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
Gangguan mekanisme regulasi jam maka keseimbangan cairan meningkat, Periksa tanda dan gejala hypervolemia
Kelebihan asupan cairan dengan kriteria hasil : Identifikasi penyebab hypervolemia
Kelebihan asupan natrium Asupan cairan meningkat Monitor status hemodinamik
Gangguan aliran balik vena Haluaran urine meningkat Monitor intake dan output cairan
Efek agen farmakologis Kelembaban membrane Monitor tanda hemokonsentrasi
Gejala dan tanda mayor mukosa meningkat Monitor tanda peningkatan
Subjektif Edema menurun tekanan onkotik plasma
Ortopnea Dehidrasi menurun Monitor kecepatan infus secara ketat
Dyspnea Tekanan darah membaik Monitor efek samping
Paroxysmal nocturnal dyspnea Denyut nadi membaik diuretic
Objektif Membrane mukosa membaik Rasional : tujuan monitor adalah
Edema anasarka dan/atau edema Berat badan membaik untuk mendapatkan data kondisi
perifer status kesehatan pasien dan
Berat badan meningkat dalam menetapkan langkah selanjutnya
waktu sinngkat Timbang berat badan setiap hari
JVP atau CVP pada waktu yang sama
Reflek hepatojugular positif Rasiona
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic
Rasional : untuk mengurangu dan
mengeluarkan cairan yang berlebih
dalam tubuh
Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat diuretic
Rasional : agar kadar elektrolit
dalam tubuh seimbang
Kolaborasi pemberian CRRT,
bila perlu
Rasional : mengatur keseimbangan
cairan pasien dan membantu kerja
ginjal
Pemantauan cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
Monitor kadar albumin dan protein
total
Monitor hasil pemeriksaan urine
Monitor intake dan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Rasional: tujuan monitor adalah
untuk mendapatkan data kondisi
status kesehatan pasien dan
menetapkan langkah selanjutnya
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Rasional : agar pemantauan dapat
dilakukan secara tepat
Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional : supaya perkembangan
pasien dapat dipertanggung
jawabkan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Rasional : supaya pasien
dapat mengerti dan
memahami
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Rasional : mencegah terjadinya
kesalahan informasi
DAFTAR PUSTAKA
Patrisia, Inneke, dkk. (2020). Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Dasar Manusia. Medan :
Yayasan Kita Menulis
Potter dan Perry. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC