Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Oleh
MEIDA OLIVIA
891221030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK
TAHUN 2022
A. PENGERTIAN
Cairan tubuh merupakan bagian yang penting dari tubuh. Keberadaanya di dalam
tubuh tidak hanya terdiri dari air tetapi juga elektrolit dalam jumlah tertentu. Kondisi
kehilangan cairan atau kelebihan volume cairan memiliki dampak negatif bagi hemostatis
tubuh. Cairan tubuh mengelilingi sel di seluruh tubuh dan cairan juga berada dalam sel.
Cairan tubuh mengandung elektrolit seperti natrium dan kalium serta memiliki derajat
keasamaan. Cairan, elektrolit dan keseimbangan asam basa dalam tubuh diperlukan untuk
mempertahankan kesehatan dan fungsi seluruh system tubuh, Yoost and Crawford (2015)
; Patrisia, Ineke dkk (2020).
Dalam kondisi fisiologis, 60% tubuh kita terbentuk dari air dengan total cairan
kira-kira 42 liter dalam manusia dewasa dengan berat badan 70 kg. volume cairan tubuh
ini terdistribusi dalam 3 bagian utama yaitu 2/3 bagian dalam bagian intraseluler atau
kurang lebih 28 liter dan 1/3 bagian berada di dalam bagian ekstraseluler. Bagian
ekstraseluer selanjutnya terbagi dalam bagian intravaskuler sejumlah 3 liter dan bagian
interstisial sejumlah 11 liter. Volume total cairan tubuh neonatus mencapai 70-80% dari
berat tubuh sedangkan volume total cairan dalam tubuh wanita mencapai 50% dari berat
tubuh karena wanita memiliki sejumlah lemak dalam tubuh, Maher And Machnab
(2018) ; Patrisia, Ineke dkk (2020).
Cairan tubuh total didistribusikan terutama di antara dua kompartemen ; cairan
ekstraseluler dan cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler dibagi menjadi cairan
interstisial dan plasma dara. Ada lagi kompartemen kecil cairan disebut cairan
transeluler. Kompartemen ini mencangkup cairan di ruang sinovial, peritoneal,
perikardial dan intraokular serta cairan serebrospinal; biasaya dianggap sebagai cairan
ekstraseluler yang terspesialisasi, meskipun dalam beberapa kasus, komposisinya dapat
sangat berbeda dari plasma atau cairan interstisial. Pertukaran air dan zat terlaut ionic
antara komparteen vascular dan interstisial terjadi di tingkat kapiler dan berlangsung
cepat (kesetimbangan difusi). Pertukaran dikendalikan oleh kesimbangan antara gaya
yang mendukung filtrasi (tekanan hidrostik kapiler dan tekanan onkotik jaringan) dan
gaya yang cenderung menahan cairan di dalam ruang vascular (tekanan onkotik plasma
dan tekanan hidrostik), Potter et al (2016) ; Patrisia, Ineke dkk (2020).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan kunci utama dalam
mepertahankan homeostatis tubuh dan memegang peranan penting dalam melindungi
fungsi seluler, perfusi jaringan keseimbangan asam basa. Keseimbangan cairan dan
elektrolit harus dipertahankan dalam setiap pengelolaan kondisi klien. ketidakseimbangan
elektrolit harus dipertimbangkan sebagai kombinasi dari kondisi penyakit yang
berhubungan dan pemeriksaan yang dilakukan harus bertujuan untuk mengklarifikasi
keadaan untuk mencapai pengobatan yang sukse dan efektif. Kondisi ketidakseimbangan
elektrolit yang paling sering adalah kondisi kelebihan dan kekurangan natrium, kalium,
kalsium dan magnesium, Balci et al, (2003) ; Patrisia, Ineke dkk (2020).
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari pelarut dan zat
tertentu (zat pelarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada didalam larutan. Regulasi elektrolit terdiri
dari kation dan anion :
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
- Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrogen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekskresikan
b. Potassium (K+) :
- Kation berlebih di ruang intraseluler.
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
c. Calcium (Ca++) :
- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam
tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan trombin.
2. Anion
a. Chloride (Cl-) :
- Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
- Membantu proses keseimbangan natrium.
- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
-
b. Bicarbonat (HCO3 ) :
- Bagian dari bicarbonat buffer system.
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk menurunkan PH.
- Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
- 2-
c. Fosfat ( H2PO4 dan HPO4 ) :
- Bagian dari fosfat buffer system.
- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
- Bersama denganion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan
tulang.
- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusikan keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan (Tamsuri, 2004). Ginjal merupakan organ yang paling
bertanggung jawab untuk mekanisme retensi dan ekskresi cairan dan elektrolit dari tubuh
manusia yang sehat. Mekanisme lain seperti hormonal dari hormone antidiuretic,
aldosterone dan hormone paratiroid juga factor speerti stress fisiologis juga memegang
peranan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit manusia, Balci et
al., (2013) ; Patrisia, Ineke dkk (2020).

Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam 4 proses transport:


1. Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi
rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur larutan.
2. Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi
ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur cairan
keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan ginjal untuk memfilter
180 liter/hari.
3. Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi
membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari konsentrasi
1 ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
4. Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area berkonsentrasi
menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati semua membran
bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.

B. ETIOLOGI
Secara umum, factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh,
perkembangan tubuh, metabolism yang metabolism yang diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur
Temperatur lingkungan panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang
dapat kehilangan  NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,  proses
ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stress
Stress dapat menimbulkan paningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini
dapat meningkatkan produksi ADH dan proses ini dapat meningkatkan produksi
ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto & Wartonah, 2010)
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak. Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara
sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:

1. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
m erupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,
bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun
sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
3. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang diatur elalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
C. GANGGUAN VOLUME CAIRAN
1. Hypovolemia
Defisit volume cairan tubuh mencangkup hypovolemia yaitu kondisi terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit atau dehidrasi dimana terjadi kehilangan cairan tanpa
kehilangan elektrolit, hall, (2015); yoost and Crawford, (2015); Patrisia, Ineke dkk
(2020).. Terdapat beberapa penyebab terjadinya deficit volume cairan. Pertama
adalah kehilangan cairan melalui traktus gastrointestinal yang menyebabkan klien
muntah atau diare yang berlebihan. Kondisi lainnya adalah kondisi diuresis
berlebihan yang membuat tubuh kehilangan cairan dan natrium dalam tubuh.
Keringat berlebihan, penyakit diabetes insipidus penyakit yang mengenai organ
ginjal dan diabetes ketoasidosis juga menjadi penyebab kondisi deficit volume cairan
tubuh, potter et al (2016) ; Patrisia, Ineke dkk (2020). Serta penurunan masukkan dan
perdarahan.
Patofisologi :
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan ,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium,
atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapatterjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

Tanda dan gejala :


a. Hipotensi
b. Takipneu dan taikardia
c. Pulsasi nadi melemah
d. Fatigue atau kelelahan
e. Rasa kehausan
f. Membrane mukosa yang kering
g. Oliguria
h. Penurunan turgor kulit
i. Penurunan pengisian kapiler
j. Diaphoresis
k. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan pada beberapa jenis
pemeriksaan. Penurunan volume cairan intravascular menyebabkan kondisi
peningkatan konsentrasi zat dalam darah seperti peningkatan hematocrit,
peningkatan osmolaritas darah, peningkatan kadar natrium, peningkatan kadar
nitrogen urea darah (BUN). BUN meningkat saat klien mengalami kerusakan
ginjal dan juga saat klien mengalami dehidrasi.
l. Pemeriksaan urine menunjukkan peningkatan berat jenis urine. Semakin sedikit
jumlah urine maka konsentrasi akan meningkat, Hall, (2015);Potter et al, (2016).
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.

2. Hypervolemia
Kelebihan volume cairan tubuh muncul kerika asupan cairan melampaui haluaran.
Keleihan cairan berjenis isotonic dan hipotonik bergantung dari perubahan serum
osmolaritas. Tingkat keparahan kondisi kelebihan cairan tubuh ini dapat dikaji dari
peningkatan berat badan tubuh total. Kategori ringan jika terdapat 2% kenaikan berat
badan total, kategori sedang jika terdapat 5% kenaikan berat badan total dan kategori
berat jika terdapat 8% kenaikan berat badan total dari berat normal klien sebelumnya.
Cairan yang terperangkap di ruang interstisial tidak dpaat digunakan untuk
kebutuhan di dalam sel ataupun di dalam ruang intravascular, Yoost and Crawford,
(2015).
Beberapa kondisi penyakit dapat menyebabkan terjadinya elebihan volume cairan
tubuh :
a. Penyakit jantung
Ketika jantung sudah tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh dengan
efektif, maka dapat etrjadi aliran balik menuju jantung dan memicu kelebihan
cairan tubuh.
b. Mengkonsumsi obat steroid
Mengkonsumsi obat steroid dalam jangka waktu lama akan mengalami efek
samping yaitu kelebihan deficit volume cairan tubuh.
c. Kelainan ginjal
Ginjal memegang peranan penting dalam melakukan filtrasi dan bertanggung
jawab untuk mengeluarkan zat sisa hasil metabolism tubuh sehingga ketika
ginjal mengalami disfungsi maka tubuh dapat mengalami kondisi kelebihan
volume cairan tubuh. Yoost and Crawford (2015); Potter et al., (2016)
d. Kondisi lainnya seperti sirosis, luka bakar dan pola memakan makanan dengan
kadar garam yang tinggi. Konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi
maka memicu peningkatan kadar natrium dalam darah selanjutnya menarik
cairan lebih banyak masuk ke intravascular, Burton and Ludwig, (2014); potter
et al, (2016).

Patofosiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hamper
selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis
pada proses regulasi keseimbangan cairan.

Tanda dan gejala :


a. Hipertensi
b. Takipneu dan Takikardia
c. Pulsasi nadi yang tidak teratur / seperti melompat-lompat
d. Edema
e. Asites
f. Dyspnea mungkin terjadi disertai dengan suara Crackles
g. Peningkatan tekanan vena jugularis
h. Pada pemeriksaan laboratorium akan terjadi kondisi penurunan karena
kelebihan cairan mengkondisikan situasi pengenceran. Temuan yang mungkin
didapatkan adalah penuruan hematocrit, penurunan hemoglobin, penurunan
osmolaritas darah dan penurunan berat jenis urine, Hall (2015); Potter et al,
(2016).

Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload,
penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik
koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker berhubungan dengan kerusakan
arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis

Sedangkan gangguan lainya meliputi Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :

1) Hyponatremia dan hypernatremia


Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi
perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan
sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat
mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.
2) Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel sehingga
potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel maka
terjadi gangguan (perubahan) Ph plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu
kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun
ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi
impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
3) Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila berlangsung
lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha
memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari tulang.

Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan
flaksiditas.
4) Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan
masalah ginjal.
5) Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat dan
peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar
ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau
saat kadar hormon paratiroid menurun.
D. PATHWAY

Cairan dan elektroit

usia iklim diet stress Kondisi sakit

Difusi, filtrasi, transport aktif, osmosis

hipovolemia hipervolemia Gangguan keseimbangan elektrolit: Gangguan keseimbangan


asam basa:
-hiponatremia&hypernatremia
MK: kekurangan MK: kelebihan -asidosis respiratorik
volume cairan volume cairan -hipokalemia&hyperkalemia
-asidosis metabolic
-hipokalsemia&hyperkalsemia
-alkalosis respiratorik
-hipokloremia&hyperkloremia
-alkalosis metabolik
-hipofosfatemia&hiperfosfatemia

MK: risiko ketidakseimbangan MK: gangguan pertukaran gas


elektrolit
Ketidakefektifan pola napas
E. PENATALAKSAAN
1) Penatalaksanaan medis
- Terapi cairan IV
- Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap
- Terapi obat-obatan
- Transfusi darah (jika diperlukan)
2) Penatalaksanaan keperawatan
- Menghitung tetesan infus
- Rehidrasi oral.
- Menghitung keseimbangan cairan.IWL = (15 x BB ) : 24 jam = .... cc/jam

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN LABORATORIUM


1. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
karbonat.  
2. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, haemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
- Ht Naik: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
- Ht turun: adanya perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik
- Hb naik: adanya hemokonsentrasi
- Hb turun: adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik
3. pH dan jenis berat urine  
Berat jenis menunjukkan menunjukkan kemampuan kemampuan ginjal untuk
mengatur mengatur konsentrasi konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-
8 dan berat j dan berat jenisnya 1,003-1,030.
G. KONSEP DASAR ASUHAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a) Riwayat Keperawatan
 Intake dan output cairan dan makanan (oral, parentral).
 Tanda umum masalah elektrolit.
 Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
 Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
 Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.
 Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
 Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
b) Pengukuran klinik
 Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan :
±2% : ringan
±5% : sedang
± 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
 Keadaan umum
- Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
- Tingkat kesadaran.
 Pengukuran pemasukan cairan
- Cairan oral : NGT dan oral.
- Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV.
- Makanan yang cenderung mengandung air.
- Irigasi kateter atau NGT.
 Pengukuran pengeluaran cairan
- Urine : volume, kejernihan/ kepekatan.
- Feses : jumlah dan konsistensi.
- Muntah.
- Tube drainage.
- IWL.
 Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar ± 200 CC.
a) Pemeriksaan Fisik
 Integument: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa
 Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, haemoglobin dan
bunyi jantung.
 Mata: cekung, air mata kering
 Neurology: reflex, gangguan   motoric dan sensorik, tingkat kesadaran
 Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, lidah, mulut, muntah-muntah, dan
bising usus.
 Berat badan: menurun atau tidak
 Leher: adanya pembesaran limfa atau tidak
d) Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jenis urine, dan analisis gas
darah.

2) Diagnosa keperawatan
a) Hipovolemia
b) Resiko Hipovolemia
c) Hipervolemia
No Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
1 Hipovolemia SLKI Manajemen hypovolemia
Penyebab : Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
 Kehilangan cairan aktif jam maka status cairan membaik, dengan  Periksa tanda dan gejala
 Kegagalan mekanisme regulasi kriteria hasil : hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
 Peningkatan permiabelitas  Kekuatan nadi meningkat meningkat, nadi terba lemah, tekanan
kapiler  Turgor kulit meningkat darah menurun, tekanan nadi

 Kekurangan intake cairan  Ortopnea menurun menyempit, turgor kulit menurun,

 Evaporasi  Dyspnea menurun membrane mukosa kering, volume

 Frekuensi nadi membaik urin menurun, hematocrit meningkat,


haus, lemah)
 Tekanan darah membaik
 Monitor intake dan output cairan
 Tekanan nadi membaik
Rasional : tujuan monitor adalah untuk
 Membrane mukosa membaik
mendapatkan data kondisi status
 Kadar hb membaik
kesehatan pasien dan menetapkan
 Kadar ht membaik
langkah selanjutnya
 Intake cairan membaik
Gejala dan tanda Terapeutik
Mayor  Hitung kebutuhan cairan
Subjektif (tidak tersedia) Rasional : supaya cairan yang diberikan
Objektif sesuai kebutuhan
 Frekuensi nadi meningkat  Berikan posisi mified tredelenburg
 Nadi teraba lemah Rasional : melancarkan darah ke otak
 Tekanan darah menurun  Berikan asupan cairan oral
 Tekanan darah menyempit Rasional : supaya cairan
 Turgor kulit menurun yang keluar dapat
digantikan dengan cepat

Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Rasional : untuk mengganti
cairan yang keluar
 Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Rasional : agar tidak pusing
 Membrane mukosa kering Kolaborasi
 Volume urin menurun  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Hematocrit meningkat isotonis (mis. NaCl, RL)
Minor Rasional : mengganti cairan
Subjektif yang telah keluar

 Merasa lemah  Kolaborasi pemberiancairan IV

 Mengeluh haus hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl

Objektif 0,4%)

 Pengisian vena menurun Rasional : mempertahankan


keseimbangan cairan dan elektrolit
 Status mental berubah
dalam tubuh
 Suhu tubuh meningkat
 Kolaborasi pemberian cairan koloid
 Konsentrasi urine meningkat
(mis. Albumin, plasmanate
 Berat badan turun tiba-tiba
 Kolaborasi pemberian produk darah
Rasional : mengganti komponen darah
Kondisi klinis terkait
yang hilang akibat perdarahan
 Penyakit adison
 Trauma (pendarahan)
Manajemen syok hypovolemia
 Luka bakar
Observasi
 AIDS
 Monitor status
 Penyakit crohn
kardiopulmogonal (frekuensi dan
 Muntah kekuatan nadi, frekuensi nafas,
 Diare TD, MAP)
 Colitis ulseratif  Monitor status oksigenasi (oksimetri
 Hipoalbuminemia nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan
haluaran, turgor kulit, CRT)
 Periksa tingkat kesadarajndan respon
pupil
 Periksa seluruh permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS (deformity/
deformitas, open wound/luka terbuka,
tenderness/nyeri tekan,
swelling/bengkak
Rasional : tujuan monitor dan
memeriksa pasien adalah untuk
mendapatkan data kondisi status
kesehatan pasien dan menetapkan
langkah selanjutnya

Terapeutik
 Pertahankan jalan nafas paten
Rasional : memudahkan pasien dalam
mendapatkan suplay oksigen yang
adekuat
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
Rasional : membebaskan jalan
napas
 Lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada perdarahan eksternal
Rasional : untuk mengurangi dan
menghentikan perdarahan.
 Berikan posisi syok
(modified tredelenberg)
Rasional : mempertahankan
suplay oksigen ke otak agar
adekuat
 Pasang jalur IV berukuran besar (mis.
14 atau 16)
Rasional : supaya akses cairan dapat
terpenuhi dengan lancar
 Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
 Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
 Ambil sampel darah
Rasional : memeriksa kadar komponen
dalam darah

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
 Kolaborasi pemberian transfuse darah,
jika perlu
Rasional : Untuk mengganti cairan yang
hilang

2 Risiko hypovolemia SLKI Manajemen hypovolemia


Faktor risiko Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
 Kehilangan cairan secara aktif jam maka status cairan membaik, dengan  Periksa tanda dan gejala
 Gangguan absorbs cairan kriteria hasil : hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
 Usia lanjut  Kekuatan nadi meningkat meningkat, nadi terba lemah, tekanan
 Kelebihan berat badan  Turgor kulit meningkat darah menurun, tekanan nadi
 Status hipermetabolik  Ortopnea menurun menyempit, turgor kulit menurun,

 Kegagalan mekanisme regulasi  Dyspnea menurun membrane mukosa kering, volume

 Evaporasi  Frekuensi nadi membaik urin menurun, hematocrit meningkat,


haus, lemah)
 Kekurangan intake cairan  Tekanan darah membaik
 Monitor intake dan output cairan
 Efek agen farmakologis  Tekanan nadi membaik
Rasional : tujuan monitor adalah
Kondisi klinis terkait  Membrane mukosa membaik
untuk mendapatkan data kondisi
 Penyakit Addison  Kadar hb membaik
status kesehatan pasien dan
 Trauma/perdarahan  Kadar ht membaik
menetapkan langkah selanjutnya
 Luka bakar  Intake cairan membaik
 AIDS
Terapeutik
 Penyait Crohn Muntah
 Hitung kebutuhan cairan
 Diare
Rasional : supaya cairan yang diberikan
 Colitis ulseratif
sesuai kebutuhan
 Berikan posisi mified tredelenburg
Rasional : melancarkan darah ke otak
 Berikan asupan cairan oral
Rasional : supaya cairan
yang keluar dapat
digantikan dengan cepat
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Rasional : untuk mengganti
cairan yang keluar
 Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Rasional : agar tidak pusing

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberiancairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, plasmanate
 Kolaborasi pemberian produk darah
Rasional : Untuk mengganti cairan yang
hilang
Pemantauan cairan
Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan urine
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
 Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan
cairan
Rasional : tujuan monitor dan
identifikasi adalah untuk
mendapatkan data kondisi status
kesehatan pasien dan
menetapkan langkah selanjutnya
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Rasional : agar pemantauan dapat
dilakukan secara tepat
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional : supaya perkembangan
pasien dapat dipertanggung
jawabkan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Rasional : supaya pasien
dapat mengerti dan
memahami
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Rasional : mencegah terjadinya
kesalahan informasi
3 Hipervolemia SLKI Manajemen hypervolemia
Penyebab Setelah diberikan intervensi selama …x…. Observasi
 Gangguan mekanisme regulasi jam maka keseimbangan cairan meningkat,  Periksa tanda dan gejala hypervolemia
 Kelebihan asupan cairan dengan kriteria hasil :  Identifikasi penyebab hypervolemia
 Kelebihan asupan natrium  Asupan cairan meningkat  Monitor status hemodinamik
 Gangguan aliran balik vena  Haluaran urine meningkat  Monitor intake dan output cairan
 Efek agen farmakologis  Kelembaban membrane  Monitor tanda hemokonsentrasi
Gejala dan tanda mayor mukosa meningkat  Monitor tanda peningkatan
Subjektif  Edema menurun tekanan onkotik plasma
 Ortopnea  Dehidrasi menurun  Monitor kecepatan infus secara ketat
 Dyspnea  Tekanan darah membaik  Monitor efek samping
 Paroxysmal nocturnal dyspnea  Denyut nadi membaik diuretic
Objektif  Membrane mukosa membaik Rasional : tujuan monitor adalah
 Edema anasarka dan/atau edema  Berat badan membaik untuk mendapatkan data kondisi
perifer status kesehatan pasien dan
 Berat badan meningkat dalam menetapkan langkah selanjutnya
waktu sinngkat  Timbang berat badan setiap hari
 JVP atau CVP pada waktu yang sama
 Reflek hepatojugular positif Rasiona

 Gejala dan Tanda Minor


Terapeutik
 Batasi asupan cairan dan garam
Subjektif (tidak tersedia) Rasional : supaya keseimbangan cairan
Objektif dan elektrolit kembali normal
 Distensi vena jugularis  Tinggikan kepala tempat tidur 30-
 Terdengar suara nafas tambahan 40o edukasi
 Hepaotomegali Rasional : mempertahankan
 Kadar Hb/Ht turun kenyamanan, meningkatkan ekspansi

 Oliguria paru dan memaksimalkan oksigenasi

 Intake lebih banyak dari output pasien

 Kongesti paru  Anjurkan melapor jika haluaran

Kondisi klinis terkait urine<0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam

 Penyakit ginjal Rasional : supaya segera mendapatkan


tindakan yang tepat
 Hipoalbuminemia
 Anjurkan melapor jika BB
 GJK
bertambah>1 kg dalam sehari
 Kelainan hormone
Rasional : agar BB pasien tetap
 Penyakit hati
terpantau
 Penyakit vena perifer
 Ajarkan cara mengukur dan mencatat
 imobilitas
asupan dan haluaran cairan
Rasional : agar terpantau asupan dan
haluaran cairan
 Ajarkan cara membatasi cairan
Rasional : mengurangi cairan yang
masuk

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretic
Rasional : untuk mengurangu dan
mengeluarkan cairan yang berlebih
dalam tubuh
 Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat diuretic
Rasional : agar kadar elektrolit
dalam tubuh seimbang
 Kolaborasi pemberian CRRT,
bila perlu
Rasional : mengatur keseimbangan
cairan pasien dan membantu kerja
ginjal

Pemantauan cairan
Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan urine
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
 Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Rasional: tujuan monitor adalah
untuk mendapatkan data kondisi
status kesehatan pasien dan
menetapkan langkah selanjutnya

Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Rasional : agar pemantauan dapat
dilakukan secara tepat
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional : supaya perkembangan
pasien dapat dipertanggung
jawabkan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Rasional : supaya pasien
dapat mengerti dan
memahami
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Rasional : mencegah terjadinya
kesalahan informasi
DAFTAR PUSTAKA

Nengah, Wiani .(2020). LP Cairan dan Elektrolit (https://www.scribd.com/ document


/455168259/169-LP-CAIRAN-DAN-ELEKTROLIT-SDKI diakses tanggal 17 September
2022)

Patrisia, Inneke, dkk. (2020). Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Dasar Manusia. Medan :
Yayasan Kita Menulis

Potter dan Perry. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

Anda mungkin juga menyukai