W
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG PENYAKIT DALAM
RSUD PEMANGKAT
Oleh
ELLY IRMAYANTI
891221018
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Ny. W (P)
Tempat / tgl lahir : Sambas, 29 Agustus 1975
Golongan Darah :A
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Pelimpaan, Kec. Jawai
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus
Tanggal : 10 Oktober 2022
b. Riwayat Kecelakaan
Tidak ada
Pernah di rawat
a. Penyakit : tidak ada
b. Waktu :-
c. Riwayat Operasi :-
b. Tanda (objektif)
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati : Pasien tampak kurang baik, terlihat
berjalan secara berhati-hati dan tampak lemah.
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi) : tidak ada
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah: ( ) tidak, ( √ ) ya, jelaskan : klien tampak lemah karena pusing
dan tidak nafsu makan
b) Tampak Kerapian berpakaian : tampak rapi
4) Pengkajian neuromuskuler
5) Masa/tonus: normal
Kekuatan otot:
44444444
44444444
5. Istirahat
a. Gejala (subjektif)
1) Kebiasaan tidur : tidak ada, lama tidur : 8 jam
2) Masalah berhubungan dengan tidur
a) Insomnia : ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b) Kurang puas/segar setelah bangun tidur: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
c) Lain-lain, sebutkan…………………………………………………………….
b. Tanda (objektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
2) Mata merah: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Sering menguap: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Kurang konsentrasi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
6. Sirkulasi
a. Gejala (subjektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung : riwayat hipertensi
2) Riwayat edema kaki: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Flebitis, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Rasa kesemutan/ kebas : jarang
5) Palpitasi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b. Tanda (objektif)
1) Tekanan darah : 180 / 80 mmHg
2) Mean Arteri Pressure/ tekanan arteri rata-rata 88 mmHg
𝑇𝐷𝑆+(2 𝑥 𝑇𝐷𝐷)
MAP= 3
3) Nadi/pulsasi
a) Karotis..............................x/menit
b) Femoralis.............................x/menit
c) Popliteal..............................x/menit
d) ( √ ) Radialis: 88 x/menit
e) brachialis..............................x/menit
f) Dorsal pedis.............................x/menit
4) Isi denyutan nadi: ( ) 1+, ( ) 2+, ( √ ) 3+, ( ) 4+.
5) Bunyi jantung: ( √ ) lup dup, ( ) mur-mur, ( ) gallop, frekuensi: 105 bpm
Irama: ( √ ) regular, ( ) irregular, kualitas : baik
Friksi gesek: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
6) Ekstremitas, suhu: ( √ ) hangat, ( ) dingin, warna ekstremitas: pucat
7) Tanda homan: tidak dikaji
8) Pengisian kapiler (CRT): > 3 detik
9) Varises: tidak ada phlebitis: tidak ada
10) Warna membrane mukosa: kemerahan bibir: pucat
11) Konjungtiva: anemis sklera : non ikterik
12) Punggung kuku: pucat
7. Eliminasi
a. Gejala (subjektif)
1) Pola BAB: frekuensi BAB: 1 x/hari konsistensi: semi padat
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal:
terpasang kolostomi/ileostomy): tidak ada
3) Kesulitan BAB konstipasi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
4) Diare: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
5) Penggunaan laksatif: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
6) Waktu BAB terakhir: pagi ini
7) Riwayat perdarahan: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
8) Hemoroid: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
9) Riwayat inkontinensia alvi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
10) Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
11) Riwayat penggunaan diuretik: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
12) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
13) Kesulitan BAK: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
b. Tanda (objektif)
1) Inspeksi abdomen : abdomen normal, tidak ada asites, kemerahan ataupun memar
2) Auskultasi bising usus : ada, 10 x/menit
Bunyi abnormal ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
3) Perkusi abdomen
a) ( √ ) Bunyi timpani
b) Kembung
c) Bunyi abnormal
Jelaskan : perkusi normal
4) Palpasi abdomen
a) Nyeri tekan: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
b) Nyeri lepas: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
c) Konsistensi ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
d) Massa: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
5) Pola BAB:
a) Konsistensi : semi padat
b) Warna : kuning kecoklatan
c) Abnormal: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
d) Terpasang colostomy atau ileostomy : ( √ ) tidak ada, ( ) ada
6) Pola BAK:
a) Frekuensi: 4-6 x/hari retensi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
b) Distensi kandung kemih: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
c) Karakteristik urin: kuning
d) Jumlah: tidak dihitung bau : khas amonia
8. Neurosensori
a. Gejala (subjektif)
1) Adanya nyeri, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
a) Paliative/Provokatif, jelaskan ………………………………………………
b) Quality & Quantity …………………………………………………………
c) Region ………………………………………………………………………
d) Severity (pilih yang digunakan)
(1) Verbal description scale
e) Time, ………………………………………………………………
2) Rasa ingin pingsan/pusing, ( ) tidak ada, ( √ ) ada, jelaskan : rasa seperti
melayang dan kepala terasa berat
3) Sakit kepala, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
4) Kebas/kesemutan ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
5) Kejang ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
6) Mata, keluhan penurunan penglihatan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
7) Pendengaran, keluhan penurunan penglihatan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
8) Epistaksis, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b. Tanda (Objektif)
1) Status mental
2) Kesadaran: ( √ ) composmentis, apatis, somnolen, spoor, koma
3) Skala koma glasgow (gcs): respon membuka mata (e) : 4 Respon motorik (m) : 6
respon verbal : 5
4) Adakah gangguan orientasi (disorientasi), waktu, tempat, ( √ ) tidak ada
gangguan orientasi
5) Persepsi sensori:
a) Ilusi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
b) Halusinasi ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
c) Delusi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
d) Afek, ( √ ) sesuai, datar, tumpul, labil, tidak sesuai, lain-lain
e) Memori: ( √ ) tidak ada gangguan, gangguan daya ingat jangka panjang,
gangguan daya ingat jangka menengah, gangguan daya ingat jangka pendek,
Konfabulasi, Lain-lain, jelaskan……………………………
f) Alat bantu penglihatan/pendengaran : ( √ ) tidak ada
g) Reaksi pupil terhadap cahaya: kanan / kiri : normal
h) Ukuran pupil: kanan 2 Cm, kiri 2 Cm
i) Fascial drop : ( √ ) tidak ada, ada
j) Postur
k) Reflek babinski, ( √ ) bisep, ( √ ) triseb, ( √ ) baroresptor, ( √ ) patella,
lain-lain, jelaskan : reflek pasien baik
l) Penampilan umum tampak kesakitan: ( √ ) tidak ada ( ) ada, menjaga area
sakit, Respon emosional : tidak penyempitan focus : tidak
9. Kemananan
a. Gejala (subjektif)
1) Alergi: (catatan agen dan reaksi spesifik)
a) Obat-obatan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
b) Makanan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
c) Faktor lingkungan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
2) Riwayat penyakit hubungan seksual: ( √ ) tidak ada ( ) ada
3) Riwayat tranfusi darah ( √ ) tidak ada ( ) ada
4) Kerusakan penglihatan, pendengaran: ( √ ) tidak ada ( ) ada
5) Riwayat cedera, ( √ ) tidak ada ( ) ada
6) Riwayat kejang ( √ ) tidak ada ( ) ada
b. Tanda (objektif)
1) Suhu tubuh 37,5 0C
2) Diaphoresis, ( √ ) tidak ada ( ) ada
3) Integritas jaringan : baik
4) Jaringan parut ( √ ) tidak ada ( ) ada
5) Adanya luka ( √ ) tidak ada ( ) ada
a) Luas luka: panjang ……. cm, lebar …… cm, kedalaman…………
b) Drainase purulent, tidak ada, ada, jelaskan …………………………
c) Peningkatan nyeri pada luka, tidak ada, ada
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain : ( √ ) tidak ada ( ) ada
7) Faktor resiko: terpasang alat invasive ( √ ) tidak ada ( ) ada
8) Gangguan keseimbangan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
9) Kekuatanotot :
44444444
44444444
10) Tonus otot : normal
11) Paralisis, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b. Tanda (objektif)
1) Status emosional: ( √ )tenang, gelisah, marah, takut, mudah
tersinggung
2) Respon fisiologi yang terobservasi: perubahan tanda vital: ekspresi wajah,
( √ ) tidak ada, ( ) ada
12. Interaksi sosial
a. Gejala (subjektif)
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh : istri
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah : istri
3) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saudara, pasangan, (
√ ) tidak ada, ( ) ada
4) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehata, klien lain: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b. Tanda (objektif)
1) Kemampuan berbicara: ( √ ) jelas, ( ) tidak jelas
2) Tidak dapat dimengerti, ( ) ya, ( √ ) tidak
3) Afasia ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Pola bicara tidak biasa/kerusakan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
5) Penggunaan alat bantu bicara, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
6) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
7) Komunikasi nonverbal/verbal dengan keluarga/orang lain : tidak ada
8) Perilaku menarik diri: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b. Tanda (objektif)
1) Perubahan perilaku, menolak pengobatan ( √ ) tidak ada, ( ) ada …
2) Berhenti menjalankan aktivitas agama: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Menunjukan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan ( √ ) tidak ada, ( ) ada
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium:
Tanggal 2 / 10/ 2022 (darah lengkap)
GDS : 420 mg/dl
2. Diit
Rendah garam
ANALISIS DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis mual muntah.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer.
3. Risiko cedera b.d penurunan sensori (tidak mampumelihat).
INTERVENSI KEPERAWATAN
EVALUASI
No Tanda
Waktu Evaluasi
Diagnosa Tangan
S:
1 10-10-2022
a. Klien mengatakan tidak nafsu makan
b. Klien mengatakan perut terasa mual
dan ingin muntah
13.00 O:
a. Klien masih tampak lemas
b. Klien makan ½ porsi
c. BB klien masih 58 kg
S:
2 10-10-2022
a. Klien mengatakan badannya
lemas, kepala masih pusing
b. Klien mengatakan kesemutan
13.00 kakinya berkurang
O:
a. Klien tampak lemas
b. Kesadaran composmentis : GCS 4-5-6,
CRT 3 detik
c. TTV :
1) TD : 160/70 mmHg
2) Suhu : 37⁰C
3) Nadi : 80 x/mnt
4) RR : 18 x/mnt
5) GDS : 201 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
S:
3 10-10-2022
Klien mengatakan penglihatannya mulai
membaik
O:
13.00 a. Klien masih tampak gelisah
b. Klien tidak cedera
c. Klien tampak tenang dan nyaman
S:
3 11-10-2022
Klien mengatakan penglihatannya baik
O:
a. Klien sudah tidak tampak gelisah
13.00
b. Klien tampak lebih tenang dan nyaman
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
NurseLine Journal
Vol. 3 No. 2 Nopember 2018 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-
464X
ABSTRACT
ABSTRAK
Kata Kunci: Diabetes mellitus merupakan penyakit yang membutuhkan manajemen diri yang baik.
edukasi nutrisi dia- Ketidakpatuhan dalam diet dan pola makan menyebabkan ketidakstabilan kadar
betes glukosa darah. Edukasi nutrisi metode kalender dapat meningkatkan pengetahuan dan
metode kalender kemampuan mengkonsumsi makanan sesuai dengan jumlah, jam dan jenis dengan
kadar glukosa pengaturan pola makan yang tercatat di kalender diet. Tujuan dari penelitian ini adalah
darah untuk mengetahui pengaruh edukasi nutrisi dengan metode kalender terhadap kadar
glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Pakis Kabupaten Malang.
Rancangan penelitian ini menggunakan pre eksperimental design one group pre test-
post test dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan
didapatkan sampel 21 or- ang. Kadar glukosa darah diukur sebelum dan setelah
dilakukan edukasi nutrisi metode kalender. Kepatuhan penggunaan metode kalender
dilihat dengan lembar observasi. Analisa statistik gula darah pre test dan post test
dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,007 (p<0,05). Hasil dari analisa 16
responden menunjukkan hasil penurunan kadar glukosa darah dan 5 responden yang
mengalami peningkatan kadar glukosa darah setelah diberikan intervensi. Berdasarkan
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar
73 NurseLine Journal Vol. 3 No. 2 Nopember 2018: 72-80
glukosa darah sebelum dan sesudah diberikan edukasi nutrisi dengan metode kalender.
Perbedaan kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh pengontrolan responden yang
sesuai dengan metode kalender yang diajarkan, tetapi dapat dipengaruhi obat
antidiabetes dan olahraga. Perlu ditambahkan kelompok kontrol untuk mengetahui
secara objektif pengaruh edukasi nutrisi dengan metode kalender.
kelebihan sesuai dengan kondisi masing-masing pekerjaan, lama DM, jenis obat, tinggi badan, berat
responden dalam menjalani kepatuhan terhadap badan, indeks massa tubuh, berat badan ideal dan
konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kebutuhan kalori), distribusi kadar glukosa darah
mengetahui pengaruh edukasi nutrisi dengan pre test dan post test, dan distribusi pola kesuaian
metode kalender terhadap kadar gula darah pada diet pre test, follow up dan post test responden.
pasien dia- betes mellitus tipe 2. Data bivariat yaitu analisa perbedaan kadar glukosa
darah sewaktu pre test-post test dan analisa pola
METODE kesuaian diet pre test-post test dengan uji-t jika
distribusi data normal jika tidak normal dengan uji
Desain penelitian yang digunakan dalam Wilcoxon. Analisa pola kesuaian diet pre test,
penelitian ini adalah pre eksperimental design, follow up dan post test dengan uji Friedman. Data
dengan one group pre test-post test design yaitu disajikan dalam bentuk tabel.
dengan cara melakukan pre test terlebih dahulu
sebelum diberikan intervensi, kemudian setelah HASIL
diberi intervensi diberikan post test. Pilihan
desain ini untuk mengurangi drop out (DO) Analisa Data Univariat
responden selama proses intervensi. Penelitian ini Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
juga dilakukan follow up untuk mengetahui besar responden berjenis kelamin perempuan
ketepatan dalam intervensi metode kalender. (81,0%) dengan usia rata- rata 57 tahun, sebagian
Sample penelitian ini adalah penderita DM besar usia pertengahan atau middle age
tipe 2 yang ada dikontrol rutin di Puskesmas Pakis (57,0%). Latar belakang pendidikan responden
Kabupaten Malang yang diambil dengan cara non- sebagian besar adalah tamat SD (52,0%) dan tidak
probability dengan teknik purposive sampling sekolah (23,8%), sebagian besar responden tidak
dengan jumlah 21 sampel dengan menggunakan bekerja atau bekerja sebagai ibu rumah tangga
rumus Slovin. Kriteria inklusi sample bisa baca tulis, (57,1%). Rata-rata responden memiliki riwayat
usia 40-60 tahun, tercatat di Puskesmas, dan diabetes 2,76 tahun dengan jenis obat yang
bersedia menjadi responden. digunakan paling banyak adalah glibenklamid
Alat pengukuran kadar glukosa darah (57,1%). Sebagian besar status gizi responden
berupa strip analisis glukosa, lancet, alkohol swab, obese I (33,3%) dan overweight (23,8%), dengan
sampel darah dan glukometer dengan merk dagang rata-rata TB (152,48 cm), BB (62,29 kg), dan BBI
Gluco- Dr (yang sudah dikalibrasi) untuk (48,8 kg).
pengukuran kadar glukosa darah sewaktu Sebagian besar responden melakukan aktifitas
berdasarkan Standart Operasional Prosedur sedang (95,2%) dengan rata-rata kebutuhan kalori
(SOP). Lembar observasi kepatuhan dalam yang dibutuhkan adalah 1260,76 Kkal.
menjalankan diet metode kalender. GlucoDr Auto Pada tabel 2 Rata-rata glukosa darah
Test Strips AGS-25 merupakan strip untuk responden sebelum diberikan edukasi nutrisi
mengukur kadar glukosa dalam darah. Test strip metode kalender 268,76, setelah diberikan edukasi
kompatibel pada alat GlucoDr Auto Blood Glucose nutrisi metode kalender 223,149. Sehingga
Monitor AGM4000 yang diproduksi oleh Korea terdapat penurunan nilai rata-rata kadar glukosa
Selatan pada tahun 2016, dengan spesifikasi bahan darah responden sebelum dan setelah diberikan
penghantar menggunakan emas dan menggunakan edukasi nutrisi dengan metode kalender, tetapi
tehnik pengukuran elektrokimia menjadikan masih belum dalam batas normal (<200 mg/dL).
GlucoDr terakurat dalam jajaran alat pengukur Pada tabel 3 glukosa darah responden
diabetes. Pemberian edukasi dilakukan oleh sebelum diberikan edukasi nutrisi dengan metode
peneliti dengan terlebih dahulu modul dikonsulkan kalender adalah tinggi atau tidak normal (66,7%).
kepada Ahli Gizi Puskesmas yang dilakukan Setelah diberikan edukasi nutrisi dengan metode
selama 5 kali pertemun selama 3 minggu. kalender lebih banyak responden yang glukosa
Pengukuran GDS dilakukan sebelum intervensi, darahnya normal (57,1%).
pertemun ketiga dan setelah intervensi yang Pada tabel 4 rata-rata kesesuaian diet 3J
terakhir. Penelitian ini juga mempertimbangkan (jumlah, jenis dan jam) makan responden sebelum
etik penelitian dengan cara mengajukan ethical diberikan intervensi adalah 3,38, saat dilakukan
clearance di Komisi Etik Fakultas Kedokteran fol- low up 3,90 dan saat dilakukan post test 4,17.
Universitas Brawijaya Malang.
Data univariat terdiri dari karakteristik Analisa Data Bivariat
responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, Pada tabel 5 dari 21 responden, 16a
75 NurseLine Journal Vol. 3 No. 2 Nopember 2018: 72-80
Karakeristik Responden n %
Tabel 2. Distribusi kadar glukosa darah sewaktu pre test dan post test
n Mean SD
(responden menunjukkan hasil penurunan kadar (tidak ada responden yang lebih buruk pola
glukosa darah) dan 5b (responden yang mengalami dietnya). Hasil analisa statistik dengan uji
peningkatan kadar glukosa darah setelah diberikan Wilcoxon menunujukkan bahwa nilai p-value
intervensi). Hasil analisa statistik dengan uji 0,000 (p<0,05).
Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,007 (p<0,05). Pada tabel 7 menunujukkan bahwa analisa
Pada tabel 6 dari hasil 21a (semua statistik dengan uji Friedman test diperoleh nilai p-
responden menunjukkan perubahan dalam pola value 0,000 (p<0,05), terdapat perubahan
dietnya), 0b kesesuaian diet pre test, follow-up, dan post test.
Influence Of Nutrition Education With Calendar Method 76
Tabel 3. Distribusi perubahan kadar glukosa darah pre test dan post test
Variabel Kategori n %
Tabel 4. Distribusi kesesuaian pola diet pre test, follow up dan post test
n Mean SD
Pre test 21 3,38 0,80
Follow-up 21 3,90 0,44
Post tes 21 4,17 0,53
Tabel 5. Analisa perbedaan kadar glukosa darah sewaktu pre test dan post test
Tabel 6. Analisa perbedaan pola kesesuaian diet pre test dan post test
Tabel 7. Analisa perbedaan pola kesesuaian diet dengan metode kalender pre test, follow-up, dan post test
Tabel 8. Analisa hubungan kadar glukosa darah dengan pola kesesuaian diet dengan metode kalender
r hitung p-value
Hubungan kadar glukosa 0,689 0,001
darah dengan pola
kesesuaian diet
77 NurseLine Journal Vol. 3 No. 2 Nopember 2018: 72-80
Pada tabel 8 menunujukkan bahwa analisa menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap
statistik dengan uji korelasi Person p-value 0,001 HbA1c (Tan et al., 2011). Tujuan menjalankan
(p<0,05), artinya terdapat hubungan yang perilaku kepatuhan terhadap diet adalah
signifikan antara kadar glukosa darah dengan pola membiasakan diri untuk makan tepat waktu agar
kesesuaian diet dengan menggunakan metode tidak terjadi perubahan pada kadar glukosa darah.
kalender. Nilai r hitung >r tabel yaitu 0,689 > Dukungan dari anggota keluarga merupakan faktor
0,433 menunjukkan hubungan yang positif dan penting dalam menjalankan pogram kepatuhan diet
kuat antara kadar glukosa darah dengan pola diabetes Keluarga berperan mengurangi
kesesuaian diet. Semakin baik pola dietnya maka ketidakpedulian pasien dalam menghadapi penyakit
kadar glukosa darahnya juga akan semakin baik dan ketidaktaatan yang disebabkan oleh godaan
dan terkontrol. dari luar (Pratiwi & Endang, 2013).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
PEMBAHASAN yang dilakukan oleh Sutiawati (2013) yaitu adanya
suatu efek positif terhadap pengetahuan, frekuensi
Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pre dan pemantauan glukosa darah secara mandiri,
Test Dan Post Test kebiasaan diet yang self-reported, serta kontrol
Hasil kadar glukosa darah pre test dan post glukosa dengan dilakukan follow up dapat
test pada tabel 2 diperoleh nilai rata-rata glukosa meningkatkan kontrol glukosa secara efektif.
darah responden pada saat pre test 268,76 dan rata- Edukasi yang melibatkan kolaborasi dengan pasien
rata glukosa post test 223,149. Penurunan rata-rata mempunyai dampak lebih efektif dalam
kadar glukosa darah responden bisa dipengaruhi meningkatkan pengendalian glukosa darah pasien
oleh pengontrolan pola makan responden yang dan penurunan berat badan.
sesuai dengan jumlah, jenis dan jam makan atau Faktor yang juga berperan penting
responden melaksanakan diet sesuai dengan terhadap penurunan kadar glukosa darah bukan
metode kalender yang sudah diedukasikan. Pola hanya pengontrolan pola makan. Penggunaan obat
makan atau asupan makan adalah faktor yang juga dapat menurunkan kadar glukosa darah pasien
paling utama berhubungan dengan peningkatan dia- betes mellitus tipe 2 karena dapat membantu
atau penurunan kadar glukosa darah. kerja insulin. Olahraga juga dapat berpengaruh
Hasil analisa statistik pada tabel 5 dari 21 terhadap perubhan kadar glukosa darah. Hasil
responden, 16 responden (76,2%) menunjukkan penelitian yang dilakukan Utomo (2011)
hasil penurunan kadar gula darah dan 5 responden menyebutkan bahwa responden yang melakukan
(23,8%) mengalami peningkatan kadar glukosa olahraga secara teratur memiliki hubungan yang
darah setelah diberikan intervensi. Penerapan signifikan terhadap keberhasilan pengelolaan DM
intervensi edukasi nutrisi dengan metode kalender tipe 2. Olahraga secara teratur (3-4 kali seminggu
ini dapat mengkontrol pola makan responden selama kurang lebih 30 menit) dapat meningkatkan
karena sudah terjadwal sesuai dengan menu yang sensitivitas reseptor di jaringan perifer terhadap
disepakati sebelumnya, sehingga gula darah insulin, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa
responden juga dapat terkontrol. Kadar glukosa dalam darah.
darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
ketepatan dan kepatuhan responden dalam Pola Kesesuaian Diet Dengan Metode Kalender
menerapkan diet dengan metode kalender, (Pre Test, Post Test Dan Pre Test, Follow Up
konsumsi obat anti diabetes secara teratur karena Dan Post Test)
seluruh responden dalam penelitian ini Hasil analisa statistik pada tabel 6 tentang
mengkonsumsi obat anti diabetes (OAD), dan kesesuaian diet pre test dan post test dari 21
didukung dengan olahraga ringan seperti: senam responden, semua responden menunjukkan
kaki diabetes, serta adanya fol- low up untuk perubahan dalam pola dietnya (100%) dan tidak
melihat pola dan kebiasaan makan setelah ada responden yang lebih buruk pola dietnya (0%).
diberikan edukasi nutrisi metode kalender. Penelitian ini menunjukkan perubahan dalam pola
Hasil peneltian ini sama dengan penelitian dietnya, karena setelah dilakukan edukasi nutrisi
yang berjudul Dietary Compliance and its dengan metode kalender ada peningkatan terhadap
Asociation with Glycemic Control among Poorly pola makannya (jumlah, jenis dan jam makannya).
Controlled Type 2 Diabetic Outpatients in Hospi- Hasil penelitian lain yang mendukung
tal University Sains Malaysia menunjukkan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet oleh Farudin (2011) yang menyatakan bahwa
dengan kontrol glikemik yang diukur dengan FBS pendidikan kesehatan dengan menggunakan media
(fasting blood sugar), akan tetapi tidak
cetak dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan dapat
Influence Of Nutrition Education With Calendar Method 78
menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe obat karena dalam penelitian ini semua responden
2. Hasil penelitian Philips (dalam Rusimah, 2010) menggunakan terapi obat anti diabetes (OAD),
yang melaporkan bahwa pasien DM tipe 2 yang diberikannya edukasi tentang manajemen diabetes
diberi penyuluhan terpadu selama dua tahun dengan menggunakan metode kalender, adanya
ternyata menunjukkan adanya peningkatan skor aktifitas olahraga dalam penelitian ini, serta
pengetahuan (58%) dan perbaikan kadar gula darah dilakukannya monitoring kadar glukosa darah
(34%) dibanding sebelum dilakukan penyuluhan. selama penelitian setiap satu minggu.
Kepatuhan terhadap terapi diet sangat Edukasi nutrisi dengan metode kalender
penting karena terapi diet salah satu pilar dari dapat berpengaruh terhadap perubaan kadar
penatalaksanaan diabetes mellitus. Budiyani (2010) glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di
mengatakan bahwa mengontrol kepatuhan pola Puskesmas Pakis Kabupaten Malang. Hasil
makan pada pasien diabetes memang merupakan penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati (2010)
tantangan yang sulit. Kepatuhan bisa dipengaruhi menyebutkan bahwa terdapat pengaruh edukasi
oleh beberapa faktor, yaitu masalah kejiwaan terhadap terkontrolnya kadar glukosa dalam darah.
seperti gangguan makan dan gangguan afektif, Husain (2010) juga melakukan penelitian
konflik dalam keluarga, stress, defisit pengetahuan, menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan
dan kemampuan dalam pengambilan koping. yang diberikan edukasi tentang nutrisi terdapat
Edukasi kepada keluarga juga merupakan faktor perbedaan yang bermakna antara kadar GDP (gula
penting dalam menjaga kepatuhan pasien darah puasa) sebelum diberikan edukasi dan
(Imayama, 2011). setelah diberikan edukasi. Kelompok kontrol dalam
Tabel 7 menunujukkan hasil yang penelitiannya tidak menunjukkan hasil yang
signifikan, yaitu terdapat perubahan kesesuaian diet signifikan terhadap perubahan kadar glukosa
pre test, follow-up, dan post test. Kesesuaaian diet puasa.
yang ditekankan dalam penelitian ini adalah Hasil penelitian yang memperkuat
jumlah, jenis, dan jam makan. Banyaknya penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
pertemuan yang dilakukan dan adanya kunjungan Rahman (2014) yang meyebutkan bahwa
berulang dapat meningkatkan kepatuhan pasien terkontrolnya kadar gula darah bergantung pada
dalam menjalankan terapi dietnya. 4 pilar penting pengelolaan diabetes melitus
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yaitu, pemberian pendidikan kesehatan, manajemen
Mona (2012) yang menyatakan bahwa frekuensi diet, Latihan fisik (excercise), obat-obatan, dan
pemberian edukasi gizi terbanyak 2-4x (50.0%) pemeriksaan kadar gula darah. Salah satu pilar
terdapat kepatuhan diet sebagian besar cukup patuh yang sangat penting adalah manajemen diet. Selain
(61.8%), terdapat perubahan kadar gula darah manajemen nutrisi, pasien yang menderita diabetes
sewaktu sebagian besar >200 mg/dl (73.5%). melitus harus secara rutin melakukan pemeriksaan
Frekuensi pemberian edukasi gizi ada kadar gula darah karena pasien diabetes mellitus
hubungannya dengan kepatuhan diet penderita memiliki kecenderungan ketidakstabilan kadar
diabetes mellitus tipe 2 dan kepatuhan diet dengan glukosa darah. Keterbatasan penelitian yang
kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. dialami adalah kehadiran dalam setiap pertemuan,
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sehingga harus didatangi ke rumah untuk intervensi
yang dilakukan oleh Sasongko (2014) menyatakan pada pertemuan yang ditinggalkan, serta
bahwa terdapat perbedaan rata- rata kadar glukosa kurangnya melibatkan anggota keluarga dalam
darah 2 jam PP (post pandrial) yang bermakna pendampingan terhadap penderita DM selama di
sebelum dan sesudah konseling gizi. rumah.
responden menunjukan perubahan dalam pola Notoatmojo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.
diaetnya menjadi lebih baik dan tidak ada yang Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
lebih buruk pola dietnya. Perubahan kesesuaian
diet pre test, follow up, dan post test terdapat
perbedaan yang signifkan.
Hubungan antara diet menggunakan
metode kalender dengan kadar glukosa darah
sewaktu terdapat hubungan yang signifikan.
Peneliti selanjutnya ada satu kelompok lagi
yang tidak diberikan perlakuan, perlu pemakaian
food model atau gambar model bahan makanan
pada saat melakukan intervensi dan penelitian
berlangsung dan ditambahkan catatan food recall
24 jam karena untuk mengidentifikasi pola makan
dan jenis makanan yang dikonsumsi responden
penelitian, sehingga bisa mendukung data
penelitian.
KEPUSTAKAAN
https://www.youtube.com/watch?v=baOcrlEdyAU
SOP TRANSFUSI DARAH
Pengertian : Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien yang
memerlukan darah dengan memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan set tranfusi.
Tujuan :
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau
perdarahan).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia berat.
3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya, faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Persiapan Alat
1. Kateter besar (18G atau 19G)
2. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
3. Set infuse darah dengan filter
4. Produk darah yang tepat
5. Sarung tangan sekali pakai
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah
9. Stetoskop
10. Thermometer
11. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda tangani
Prosedur
1. Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit kepala, gatal-gatal atau
ruam dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
6. Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang
7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian
infuse darah selesai
8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
9. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
10. Ukur tanda vital dasar klien
11. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse secara perlahan
diawali dengan pengisian filter didalam selang
12. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah
bersama klien.
13. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,
selanjutnya ukur setiap jam.
14. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan
pompa infuse.
15. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.
LOGBOOK KEGIATAN HARIAN