Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

W
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG PENYAKIT DALAM
RSUD PEMANGKAT

Disusun untuk memenuhi tugas praktik profesi


Keperawatan Medikal Bedah
Minggu ke-2

Oleh
ELLY IRMAYANTI
891221018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK
TAHUN 2022
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Elly Irmayanti


NIM : 891221018
Tempat Praktik : RSUD Pemangkat
Tanggal : 10 Oktober 2022

A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Ny. W (P)
Tempat / tgl lahir : Sambas, 29 Agustus 1975
Golongan Darah :A
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Pelimpaan, Kec. Jawai
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus
Tanggal : 10 Oktober 2022

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Tn. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Hubungan dgn pasien : Anak
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Pelimpaan, Kec. Jawai
A. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien datang ke puskemas dengan mengatakan keluhan nafsu makan berkurang,
lemas, mual dan ingin muntah. Kepala terasa pusing, kesemutan pada kaki, jika
tersandung benda terkadang tidak terasa sakit. Pasien mengatakan penglihatan
terganggu, pandangan kabur dan seperti berputar-putar serta gelisah
b. Faktor Pencetus
Pasien mengatakan cepat merasa lapar namun tidak ada nafsu makan
c. Lama keluhan : berlangsung sepanjang hari
d. Timbul keluhan : ( √ )Bertahap , ( ) Mendadak
e. Faktor yang memperberat keluhan : umur dan hipertensi

2. Status kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang) : riwayat hipertensi

b. Riwayat Kecelakaan
Tidak ada

Pernah di rawat
a. Penyakit : tidak ada
b. Waktu :-
c. Riwayat Operasi :-

B. Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik


1. Persepsi pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi tentang kesehatan diri
Pasien mengatakan bahwa penyakitnya sangat berpengaruh terhadap pekerjaannya yang
memang mengharuskan untuk beraktivitas fisik.
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit, pencegahan, dan
perawatannya.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebisasan diit yang adekuat, diit tidak adekuat?
Tidak ada
2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi?
Tidak ada
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan?
a) Yang dilakukan bila sakit?
Minum obat Pereda nyeri atau pergi berobat
b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit?
Puskesmas
c) Kebiasaan hidup (konsumsi jamu/rokok/kopi/kebiasaan
olahraga) Kebiasaan merokok : Ya,
: Berapa bungkus/ hari : 1 bungkus
: Lama merokok 45 tahun
Kebiasaan minum alkhol : Tidak pernah
Kebiasaan olahraga : Tidak pernah
Konsumsi Jamu : Ya,

No Obat/jamu yang biasa Dosis Keterangan


dikonsumsi
1. Amlodipin 5 mg 1 x 1 (jika kepala dan
tengkuk mulai berat)
2. Paracetamol 500 mg Saat pusing

d. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan


1) Penghasilan
Tidak tetap , kisaran Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 1.500.000,-
2) Asuransi/jaminan kesehatan yang digunakan saat ini
BPJS
3) Keadaan lingkungan tempat tinggal
Pasien bermukim didaerah jarang penduduk

2. Nutrisi, Cairan & Metabolik


a. Gejala subjektif
1) Diit biasa (tipe): tidak dikaji jumlah makan per hari : 2 x/hari
2) Pola diit: tidak ada makan terakhir: nasi lengkap
3) Nafsu/selera makan: ada Mual: ( ) tidak ada, (√ ) ada
Waktu setelah makan
4) Muntah: ( ) tidak ada, (√ ) ada, jumlah : tidak dikaji
5) Nyeri ulu hati: (√) tidak ada, ( ) ada,
6) Alergi makanan: (√) tidak ada, ( ) ada, sebutkan ……………………………
7) Masalah mengunyak/menelan: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
8) Keluhan demam: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
9) Pola minum/cairan: jumlah minum lebih dari 8 gelas
sehari Cairan yang biasa diminum : air putih dan kopi
10) Penurunan bb dalam 6 bulan terakhir: ( ) tidak ada, (√ ) ada, jelaskan : sebelum
sakit BB Pasien 62 kg dan setelah sakit BB pasien 58 kg
b. Tanda Objektif
1) Suhu tubuh: 37, 50C, Diaphoresis: ( √ ) tidak ada, ( ) ada, jelaskan
…………………………………………………………………………………...
2) Berat badan: 58 kg, tinggi badan: 168 Cm, Turgor kulit: kurang elastis dan
keriput, tonus otot: baik
3) Edema: ( √ ) tidak ada, ( ) ada, lokasi dan karakteristik …………
4) Acites: ( √ ) tidak ada, ( ) ada, jelaskan ……………………………….
5) Integritas kulit perut : baik Lingkar abdomen: 98 cm
6) Distensi vena jugularis: ( √ ) tidak ada, ( ) ada, jelaskan …………………
7) Hernia/masa: ( √ ) tidak ada, ( ) ada, lokasi dan karakteristik………………
8) Bau mulut/halitosis: ( √ ) tidak ada, ( ) ada ………………………
9) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah: tampak bersih di sekitar
area mulut

3. Pernapasan, aktivitas dan latihan pernapasan


a. Gejala (Subjektif)
1) Dispnea: (√ ) tidak ada, ( ) ada,
2) Yang meningkatkan/mengurangi sesak : -
3) Pemajanan terhadap udara berbahaya: -
4) Penggunaan alat bantu: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b. Data Objektif
1) Pernapasan: frekwensi 18 x/menit, kedalaman ( √ ) tidak ada, ( ) ada
2) Penggunaan alat bantu nafas: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Nafas cuping hidung ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Otot bantu napas ( √ ) tidak ada, ( ) ada
5) Batuk: -
6) Fremitus: normal bunyi nafas: vesikuler
7) Egofoni: tidak ada sianosis: tidak ada

4. Aktivitas termasuk kebersihan diri) dan latihan


a. Gejala (Subjektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan : petani karet dan beternak ayam
2) Kesulitan/keluhan dalam aktivitas : jika terlalu lelah bekerja
a) Pergerakan tubuh : normal
b) Kemampuan merubah posisi ( √ ) mandiri, ( ) perlu bantuan, jelaskan
Perawatan diri (mandi, berpakaian, bersolek, makan, dll) ( ) mandiri, (√ )
perlu bantuan, pasien dibantu keluarga jika ingin mandi maupun ke
kamar mandi / wc
3) Toileting (BAB/BAK): ( ) mandiri, (√ ) perlu bantuan, pasien butuh bantuan
untuk berjalan ke WC
4) Keluhan sesak nafas setelah beraktivitas: (√ ) tidak ada ( ) ada, jelaskan pasien
akan sesak napas jika beraktivitas berat
5) Mudah merasa kelelahan: (√ ) tidak ada ( ) ada, jelaskan : pasien lebih cepat
merasa lelah setelah melakukann aktivitas
6) Toleransi terhadap aktivitas: ( ) baik, ( √ ) kurang, jelaskan : pasien hanya dapat
melakukann aktivitas ringan namun tidak untuk bekerja / aktivitas yang
memerlukan banyak energi

b. Tanda (objektif)
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati : Pasien tampak kurang baik, terlihat
berjalan secara berhati-hati dan tampak lemah.
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi) : tidak ada
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah: ( ) tidak, ( √ ) ya, jelaskan : klien tampak lemah karena pusing
dan tidak nafsu makan
b) Tampak Kerapian berpakaian : tampak rapi
4) Pengkajian neuromuskuler
5) Masa/tonus: normal
Kekuatan otot:
44444444
44444444

Rentang gerak: normal


Deformitas: tidak ada
6) Bau badan : tidak ada bau mulut : tidak ada
7) Kondisi kulit kepala : bersih
8) Kebersihan kuku : bersih

5. Istirahat
a. Gejala (subjektif)
1) Kebiasaan tidur : tidak ada, lama tidur : 8 jam
2) Masalah berhubungan dengan tidur
a) Insomnia : ( √ ) tidak ada, ( ) ada
b) Kurang puas/segar setelah bangun tidur: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
c) Lain-lain, sebutkan…………………………………………………………….

b. Tanda (objektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
2) Mata merah: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Sering menguap: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Kurang konsentrasi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
6. Sirkulasi
a. Gejala (subjektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung : riwayat hipertensi
2) Riwayat edema kaki: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Flebitis, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Rasa kesemutan/ kebas : jarang
5) Palpitasi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada

b. Tanda (objektif)
1) Tekanan darah : 180 / 80 mmHg
2) Mean Arteri Pressure/ tekanan arteri rata-rata 88 mmHg
𝑇𝐷𝑆+(2 𝑥 𝑇𝐷𝐷)
MAP= 3
3) Nadi/pulsasi
a)  Karotis..............................x/menit
b)  Femoralis.............................x/menit
c)  Popliteal..............................x/menit
d) ( √ ) Radialis: 88 x/menit
e)  brachialis..............................x/menit
f)  Dorsal pedis.............................x/menit
4) Isi denyutan nadi: ( ) 1+, ( ) 2+, ( √ ) 3+, ( ) 4+.
5) Bunyi jantung: ( √ ) lup dup, ( ) mur-mur, ( ) gallop, frekuensi: 105 bpm
Irama: ( √ ) regular, ( ) irregular, kualitas : baik
Friksi gesek: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
6) Ekstremitas, suhu: ( √ ) hangat, ( ) dingin, warna ekstremitas: pucat
7) Tanda homan: tidak dikaji
8) Pengisian kapiler (CRT): > 3 detik
9) Varises: tidak ada phlebitis: tidak ada
10) Warna membrane mukosa: kemerahan bibir: pucat
11) Konjungtiva: anemis sklera : non ikterik
12) Punggung kuku: pucat

7. Eliminasi
a. Gejala (subjektif)
1) Pola BAB: frekuensi BAB: 1 x/hari konsistensi: semi padat
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal:
terpasang kolostomi/ileostomy): tidak ada
3) Kesulitan BAB konstipasi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
4) Diare: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
5) Penggunaan laksatif: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
6) Waktu BAB terakhir: pagi ini
7) Riwayat perdarahan: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
8) Hemoroid: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
9) Riwayat inkontinensia alvi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
10) Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
11) Riwayat penggunaan diuretik: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
12) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
13) Kesulitan BAK: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,

b. Tanda (objektif)
1) Inspeksi abdomen : abdomen normal, tidak ada asites, kemerahan ataupun memar
2) Auskultasi bising usus : ada, 10 x/menit
Bunyi abnormal ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
3) Perkusi abdomen
a) ( √ ) Bunyi timpani
b)  Kembung
c)  Bunyi abnormal
Jelaskan : perkusi normal
4) Palpasi abdomen
a) Nyeri tekan: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
b) Nyeri lepas: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
c) Konsistensi ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
d) Massa: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
5) Pola BAB:
a) Konsistensi : semi padat
b) Warna : kuning kecoklatan
c) Abnormal: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
d) Terpasang colostomy atau ileostomy : ( √ ) tidak ada, ( ) ada

6) Pola BAK:
a) Frekuensi: 4-6 x/hari retensi: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
b) Distensi kandung kemih: ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
c) Karakteristik urin: kuning
d) Jumlah: tidak dihitung bau : khas amonia

8. Neurosensori
a. Gejala (subjektif)
1) Adanya nyeri, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
a) Paliative/Provokatif, jelaskan ………………………………………………
b) Quality & Quantity …………………………………………………………
c) Region ………………………………………………………………………
d) Severity (pilih yang digunakan)
(1)  Verbal description scale

(2)  Numeric rating scale

(3)  Wong backer face scale

e) Time, ………………………………………………………………
2) Rasa ingin pingsan/pusing, ( ) tidak ada, ( √ ) ada, jelaskan : rasa seperti
melayang dan kepala terasa berat
3) Sakit kepala, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
4) Kebas/kesemutan ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
5) Kejang ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
6) Mata, keluhan penurunan penglihatan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
7) Pendengaran, keluhan penurunan penglihatan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
8) Epistaksis, ( √ ) tidak ada, ( ) ada

b. Tanda (Objektif)
1) Status mental
2) Kesadaran: ( √ ) composmentis,  apatis,  somnolen,  spoor,  koma
3) Skala koma glasgow (gcs): respon membuka mata (e) : 4 Respon motorik (m) : 6
respon verbal : 5
4) Adakah gangguan orientasi (disorientasi),  waktu,  tempat, ( √ ) tidak ada
gangguan orientasi
5) Persepsi sensori:
a) Ilusi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
b) Halusinasi ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
c) Delusi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada,
d) Afek, ( √ ) sesuai,  datar,  tumpul,  labil,  tidak sesuai,  lain-lain
e) Memori: ( √ ) tidak ada gangguan,  gangguan daya ingat jangka panjang, 
gangguan daya ingat jangka menengah,  gangguan daya ingat jangka pendek,
 Konfabulasi,  Lain-lain, jelaskan……………………………
f) Alat bantu penglihatan/pendengaran : ( √ ) tidak ada
g) Reaksi pupil terhadap cahaya: kanan / kiri : normal
h) Ukuran pupil: kanan 2 Cm, kiri 2 Cm
i) Fascial drop : ( √ ) tidak ada,  ada
j) Postur
k) Reflek  babinski, ( √ ) bisep, ( √ ) triseb, ( √ ) baroresptor, ( √ ) patella, 
lain-lain, jelaskan : reflek pasien baik
l) Penampilan umum tampak kesakitan: ( √ ) tidak ada ( ) ada, menjaga area
sakit, Respon emosional : tidak penyempitan focus : tidak

9. Kemananan
a. Gejala (subjektif)
1) Alergi: (catatan agen dan reaksi spesifik)
a) Obat-obatan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
b) Makanan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
c) Faktor lingkungan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
2) Riwayat penyakit hubungan seksual: ( √ ) tidak ada ( ) ada
3) Riwayat tranfusi darah ( √ ) tidak ada ( ) ada
4) Kerusakan penglihatan, pendengaran: ( √ ) tidak ada ( ) ada
5) Riwayat cedera, ( √ ) tidak ada ( ) ada
6) Riwayat kejang ( √ ) tidak ada ( ) ada

b. Tanda (objektif)
1) Suhu tubuh 37,5 0C
2) Diaphoresis, ( √ ) tidak ada ( ) ada
3) Integritas jaringan : baik
4) Jaringan parut ( √ ) tidak ada ( ) ada
5) Adanya luka ( √ ) tidak ada ( ) ada
a) Luas luka: panjang ……. cm, lebar …… cm, kedalaman…………
b) Drainase purulent,  tidak ada,  ada, jelaskan …………………………
c) Peningkatan nyeri pada luka,  tidak ada,  ada
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain : ( √ ) tidak ada ( ) ada
7) Faktor resiko: terpasang alat invasive ( √ ) tidak ada ( ) ada
8) Gangguan keseimbangan, ( √ ) tidak ada ( ) ada
9) Kekuatanotot :
44444444
44444444
10) Tonus otot : normal
11) Paralisis, ( √ ) tidak ada, ( ) ada

10. Seksual & Reproduksi


a. Gejala (subjektif)
1) Pemahaman terhadap fungsi seksual : tidak dikaji
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi (fertilitas, libido, ereksi,
menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi atau kondisi sakit) : tidak
ada
3) Permasalahan selama aktivitas seksual ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Pengkajian pada laki-laki:
a) Raba pada penis : tidak dikaji
b) Gangguan prostat : tidak dikaji

11. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping


a. Gejala (subjektif)
1) Faktor stress
Pasien khawatir jika lama-lama sakit tidak ada yang mengurus ayam-ayamnya
2) Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan
Pasien mengatakan selalu meminta pendapat
istrinya
3) Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah (misalnya memecahkan
masalah, mencari pertolongan/berbicara dengan orang lain, makan, tidur, minum
obat- obatan, marah, diam, dll)
Pasien mengatakan ia akan bercerita kepada istrinya jika mempunyai masalah
4) Upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang.
Pasien berobat ke rumah sakit dan berdo’a supaya bisa cepat sembuh
5) Perasaan cemas/takut: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
6) Perasaan ketidakberdayaan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
7) Perasaan keputusasaan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
8) Konsep diri
a) Citra diri: -
b) Ideal diri: -
c) Harga diri: -
d) Ada/tidak perasaan akan perubahan identitas: tidak ada
e) Konflik dalam peran: tidak ada

b. Tanda (objektif)
1) Status emosional: ( √ )tenang,  gelisah,  marah,  takut,  mudah
tersinggung
2) Respon fisiologi yang terobservasi: perubahan tanda vital: ekspresi wajah,
( √ ) tidak ada, ( ) ada
12. Interaksi sosial
a. Gejala (subjektif)
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh : istri
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah : istri
3) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saudara, pasangan, (
√ ) tidak ada, ( ) ada
4) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehata, klien lain: ( √ ) tidak ada, ( ) ada

b. Tanda (objektif)
1) Kemampuan berbicara: ( √ ) jelas, ( ) tidak jelas
2) Tidak dapat dimengerti, ( ) ya, ( √ ) tidak
3) Afasia ( √ ) tidak ada, ( ) ada
4) Pola bicara tidak biasa/kerusakan, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
5) Penggunaan alat bantu bicara, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
6) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi, ( √ ) tidak ada, ( ) ada
7) Komunikasi nonverbal/verbal dengan keluarga/orang lain : tidak ada
8) Perilaku menarik diri: ( √ ) tidak ada, ( ) ada

13. Pola nilai kepercayaan dan spiritual


a. Gejala (subjektif)
1) Sumber kekuatan bagi pasien : Allah dan istri
2) Perasaan menyalahkan tuhan: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaannya : sholat,
lima waktu
4) Masalah berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat : tidak bisa sholat
seperti biasanya karena pusing
5) Pemecahan oleh pasien : sholat di tempat tidur
6) Adakah keyakinan/kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan
dengan kesehatan ( √ ) tidak ada, ( ) ada
7) Pertengtangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang dijalani: ( √
) tidak ada, ( ) ada

b. Tanda (objektif)
1) Perubahan perilaku, menolak pengobatan ( √ ) tidak ada, ( ) ada …
2) Berhenti menjalankan aktivitas agama: ( √ ) tidak ada, ( ) ada
3) Menunjukan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan ( √ ) tidak ada, ( ) ada

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium:
Tanggal 2 / 10/ 2022 (darah lengkap)
GDS : 420 mg/dl

2. Pemeriksaan radiologi : tidak ada

D. Obat-obatan dan diit


1. Obat-obatan, tanggal 2/10/2022
No Nama obat Dosis Cara Deskripsi
1. Ceftriaxone 2 x 1 gram IV -
2. Novorapid 8 iu sc
3. Ranitidin 2 x 1 amp IV -
4. Dexamethasone 2 x 1 amp IV -
5. Curcuma 3 x 1 tab Oral -
6. Amlodipine 1 x 10 mg Oral -
7. Candesartan 1 x 16 mg Oral -
8. IVFD NaCl 0,9% 10 tpm Iv -

2. Diit
Rendah garam
ANALISIS DATA

No Symptom Etiology Problem


DS :
1. Ketidakseimbangan Faktor biologis atau
a. Klien mengatakan nafsu
nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
makannya menurun
kebutuhan tubuh mengabsorpsi
b. Klien mengatakan lemas, mual
makanan
dan ingin muntah.
DO :
a. Klien terlihat lemas
b. Berat badan menurun :
BB sebelum sakit : 62kg
BB setelah sakit : 58kg
DS :
2. Ketidakefektifan Penurunan sirkulasi
a. Klien mengatakan kepalanya
perfusi jaringan darah ke perifer
pusing
perifer
b. Klien mengatakan kesemutan pada
kaki, jika tersandung benda
terkadang tidak terasa sakit.
DO :
a. Klien tampak lemas
b. TTV :
- TD : 180/80 mmHg
- Suhu : 37,5⁰C
- Nadi : 88x/mnt
- Pernafasan : 18x/mnt
- GDS : 420 mg/dl
DS :
3. Resiko Cedera Penurunan Sensori
a. Klien mengatakan penglihatan
(penglihatan)
terganggu
b. Pandangan kabur dan seperti
berputar-putar
c. Klien mengatakan gelisah
DO :
a. Pandangan klien kabur
b. Klien tampak gelisah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis mual muntah.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer.
3. Risiko cedera b.d penurunan sensori (tidak mampumelihat).

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan : Nursing treatment :
1. Ketidakseimbangan
Setelah diberikan intervensi a. Tentukan program diet
nutrisi : kurang dari
selama 3x24 jam nutrisi dan pola makan klien
kebutuhan tubuh
kembali seimbang sesuai dan bandingkan dengan
b.d faktor biologis
dengan kebutuhan tubuh. makanan yang dapat
mual muntah.
Kriteria hasil : dihabiskan klien.
a. Klien dapat mecerna b. Berikan makanan cair
jumlah kaloriatau nutrisi yang mengandung zat
yang tepat, makanan rendah gula
b. Berat badan stabil atau (nutrient) dan elektrolit
adanya penambahan : 0,5 - dengan segera jika klien
1 kg sudah dapat
c. Mendemontrasikan berat mentoleransinya melalui
badan stabil atau oral,
penambahan kearah rentang c. Timbang berat badan
biasanya. setiap hari atau sesuai
dengan indikasi,
d. Berikan makanan dalam
porsi yang sedikit tapi
sering membantu
menjaga pemasukan
dan rangsangan mual
muntah.
Collaboration :
Kolaborasi dengan ahli diet
Ketidakefektifan Tujuan : a. Monitor tekanan darah,
2.
perfusi jaringan Setelah diberikan intervensi pernafasan, nadi, dan
perifer b.d selama 3x24 jam diharapkan suhu dengan tepat.
penurunan sirkulasi klien tidak menunjukkan b. Sediakan tempat tidur

gangguan perfusi jaringan berketinggian rendah

perifer. yang sesuai dan

Kriteria hasil : posisi nyaman


c. Bantu klien dengan
Tanda-tanda vital dalam rentang
ambulasi, sesuai
normal
kebutuhan.
a. TD : 90/60 – 140-90 mmHg
d. Monitor warna kulit,
b. Nadi : 60-100 x/mnt
suhu dan kelembaban.
c. RR : 16-24 x/mnt
e. Monitor sianosis sentral
d. GDS < 200 mg/dl
dan perifer.
f. Kolaborasi dengan
dokter tentang
pemberian terapi.
g. Kolaborasi melakukan
pemeriksaan gula
darah dengan
menggunakan “finger
stick”,
h. Kolaborasi pemberian
pengobatan insulin
Risiko cedera Tujuan : Nursing treatment :
3.
b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi penglihatan
sensori (tidak keperawatan 3x24 jam klien
mampu melihat). diharapapkan cedera tidak b. Orientasikan untuk

terjadi, pasien merasa aman. pemakaian


Kriteria hasil : alat bantu
a. Cedera tidak terjadi penglihatan ex
b. Pasien merasa aman :
beraktifitas Kacamata
c. Bantu klien dalam
ambulasi atau
perubahan posisi.
d. Atur posisi klien dengan
bedyang rendah.
e. Menjauhkan alat-alat
yang dapat menghalangi
aktivitas klien.
f. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
IMPLEMENTASI
No.
Waktu Implementasi Ttd
Diagnosa
- Menentukan program diet dan pola makan klien dan
1. 10-10-2022
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
08.00 klien
- Memberikan makanan cair yang mengandung zat
makanan rendah gula (nutrient) dan elektrolit dengan
segera jika klien sudah dapat mentoleransinya melalui
oral
- Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan
indikasi
- Memberikan makanan dalam porsi yang sedikit tapi
sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan
mual muntah
- Berkolaborasi dengan ahli diet

10-10-2022 - Memonitor tekanan darah, pernafasan, nadi, dan


2.
suhu dengan tepat.
09.00
- Menyediakan tempat tidur berketinggian rendah yang
sesuai dan posisi nyaman
- Membantu klien dengan ambulasi, sesuai kebutuhan
- Memonitor warna kulit, suhu dan kelembaban
- Memonitor sianosis sentral dan perifer
- Berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian
terapi
- Berkolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah
dengan menggunakan “finger stick”
- Berkolaborasi pemberian pengobatan insulin
- Mengobservasi penglihatan klien
10-10-2022
3.
- Mengorientasikan untuk pemakaian alat bantu
10.00
penglihatan ex : Kacamata
- Membantu klien dalam ambulasi atau perubahan
posisi
- Mengatur posisi klien dengan bed yang rendah
- Menjauhkan alat-alat yang dapat menghalangi
aktivitas klien
- Menciptakan lingkungan yang nyaman

- Menentukan program diet dan pola makan klien dan


1. 11-10-2022
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
09.00 klien
- Memberikan makanan cair yang mengandung zat
makanan rendah gula (nutrient) dan elektrolit dengan
segera jika klien sudah dapat mentoleransinya melalui
oral
- Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan
indikasi
- Memberikan makanan dalam porsi yang sedikit tapi
sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan
mual muntah
- Berkolaborasi dengan ahli diet

11-10-2022 - Memonitor tekanan darah, pernafasan, nadi, dan


2.
suhu dengan tepat
10.00
- Menyediakan tempat tidur berketinggian rendah yang
sesuai dan posisi nyaman
- Membantu klien dengan ambulasi, sesuai kebutuhan
- Memonitor warna kulit, suhu dan kelembaban
- Memonitor sianosis sentral dan perifer
- Berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian
terapi
- Berkolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah
dengan menggunakan “finger stick”
- Berkolaborasi pemberian pengobatan insulin
- Mengobservasi penglihatan klien
3. 11-10-2022
- Mengorientasikan untuk pemakaian alat bantu
11.00 penglihatan ex : Kacamata
- Membantu klien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
- Mengatur posisi klien dengan bed yang rendah
- Menjauhkan alat-alat yang dapat menghalangi
aktivitas klien
- Menciptakan lingkungan yang nyaman

EVALUASI
No Tanda
Waktu Evaluasi
Diagnosa Tangan
S:
1 10-10-2022
a. Klien mengatakan tidak nafsu makan
b. Klien mengatakan perut terasa mual
dan ingin muntah
13.00 O:
a. Klien masih tampak lemas
b. Klien makan ½ porsi
c. BB klien masih 58 kg

A : Ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi

S:
2 10-10-2022
a. Klien mengatakan badannya
lemas, kepala masih pusing
b. Klien mengatakan kesemutan
13.00 kakinya berkurang
O:
a. Klien tampak lemas
b. Kesadaran composmentis : GCS 4-5-6,
CRT 3 detik
c. TTV :
1) TD : 160/70 mmHg
2) Suhu : 37⁰C
3) Nadi : 80 x/mnt
4) RR : 18 x/mnt
5) GDS : 201 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
S:
3 10-10-2022
Klien mengatakan penglihatannya mulai
membaik
O:
13.00 a. Klien masih tampak gelisah
b. Klien tidak cedera
c. Klien tampak tenang dan nyaman

A: Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
S:
1 11-10-2022
a. Klien mengatakan badannya segar
b. Klien mengatakan nafsu makan meningkat
dan mual muntahnya hilang
13.00 O:
a. Klien tampak segar
b. Makanan klien habis
c. BB naik 0,5 kg dari 58 menjadi 58,5 kg

A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi


P : Intervensi dihentikan
S:
2 11-10-2022
Pasien mengatakan pusing dan kesemutannya
sudah hilang
O:
13.00
a. Keadaan umum : baik
b. TTV :
1) TD : 120/70 mmHg
2) Suhu : 36⁰C
3) Nadi : 80 x/mnt
4) RR : 20 x/mnt
5) Gula Darah Sewaktu (GDS) : 140 mg/dl
c. CRT klien <2 detik
d. Infus sudah tidak terpasang
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

S:
3 11-10-2022
Klien mengatakan penglihatannya baik
O:
a. Klien sudah tidak tampak gelisah
13.00
b. Klien tampak lebih tenang dan nyaman
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
NurseLine Journal
Vol. 3 No. 2 Nopember 2018 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-
464X

INFLUENCE OF NUTRITION EDUCATION WITH CALENDAR METHOD IN DIABETIC


PATIENTS' BLOOD GLUCOSE

Setyoadi1*, Heri Kristianto2, Siti Nur Afifah3


1,2,3
Departemen Keperawatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang
*e-mail: setyoadimalang@gmail.com

ABSTRACT

Keywords: Diabetes mellitus is a disease that required good self-management. Noncompliance


nutrition educa- in diet and meal plans cause to instability of blood glucose levels. Nutrition educa-
tion diabetes tion calendar method can improve knowledge and ability to consume food that
calendar method matches the number, hours and types with dietary adjustments listed in the calendar
blood glucose diet. This study aimed to determine the effect of nutrition education calendar method
on blood glucose levels of patients with type 2 diabetes mellitus in Community Health
Center Pakis Malang. Pre-experimental design one group pretest-posttest with pur-
posive sampling was conducted in this study and sample obtained as many as 21
people. Blood glucose levels were measured before and after the nutrition educa-
tion calendar methods. Compliance in using calendar method with the observation
sheet. Statistical analysis values obtained by Wilcoxon, p-value of 0.007 (p <0.05).
The results of the analysis, 16 respondents showed a decrease in blood glucose
levels and 5 respondents experienced an increase in blood glucose levels after
given intervention. It can be concluded that there are differences between blood
glucose levels before and after nutrition education calendar method. Diferences in
blood glucose levels can be influenced by controlling diet respondent in accor-
dance with the calendar method in education, but also antidiabetic drugs, and
sports. Should be added to the control group to determine objectively the effect of
nutrition education with the calendar method.

ABSTRAK

Kata Kunci: Diabetes mellitus merupakan penyakit yang membutuhkan manajemen diri yang baik.
edukasi nutrisi dia- Ketidakpatuhan dalam diet dan pola makan menyebabkan ketidakstabilan kadar
betes glukosa darah. Edukasi nutrisi metode kalender dapat meningkatkan pengetahuan dan
metode kalender kemampuan mengkonsumsi makanan sesuai dengan jumlah, jam dan jenis dengan
kadar glukosa pengaturan pola makan yang tercatat di kalender diet. Tujuan dari penelitian ini adalah
darah untuk mengetahui pengaruh edukasi nutrisi dengan metode kalender terhadap kadar
glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Pakis Kabupaten Malang.
Rancangan penelitian ini menggunakan pre eksperimental design one group pre test-
post test dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan
didapatkan sampel 21 or- ang. Kadar glukosa darah diukur sebelum dan setelah
dilakukan edukasi nutrisi metode kalender. Kepatuhan penggunaan metode kalender
dilihat dengan lembar observasi. Analisa statistik gula darah pre test dan post test
dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,007 (p<0,05). Hasil dari analisa 16
responden menunjukkan hasil penurunan kadar glukosa darah dan 5 responden yang
mengalami peningkatan kadar glukosa darah setelah diberikan intervensi. Berdasarkan
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar
73 NurseLine Journal Vol. 3 No. 2 Nopember 2018: 72-80

glukosa darah sebelum dan sesudah diberikan edukasi nutrisi dengan metode kalender.
Perbedaan kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh pengontrolan responden yang
sesuai dengan metode kalender yang diajarkan, tetapi dapat dipengaruhi obat
antidiabetes dan olahraga. Perlu ditambahkan kelompok kontrol untuk mengetahui
secara objektif pengaruh edukasi nutrisi dengan metode kalender.

PENDAHULUAN (Notoatmodjo, 2005).


Pasien DMT2 pada umumnya mencoba
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu untuk mematuhi diet tapi mereka tidak selalu
gejala klinis yang ditandai dengan peningkatan berhasil. Salah satu alasan mereka gagal dalam
glukosa darah plasma (hiperglikemia) (Ferri, 2015). mematuhi adalah penerimaan mereka terhadap sikap
Diabe- tes melitus tipe 2 (DMT2) adalah bentuk diri mereka seperti keengganan atau keadaan emosi
dominan dari diabetes di seluruh dunia, jumlahnya mereka (Apriliska & Farissa, 2012). Pengaturan
sekitar 90% dari kasus secara global (John, 2011). makan dan pengendalian kadar gula darah bisa
DMT2 ditandai dengan resistensi terhadap aksi dilakukan melalui pendidikan kesehatan yaitu
insulin dan ketidakmampuan untuk memproduksi edukasi nutrisi (nutrition education) berupa
insulin yang cukup (Walker et.al., 2014). penyuluhan dan edukasi nutrisi (Karyadi, 2002).
DMT2 diperkirakan mencapai prevalensi Edukasi nutrisi merupakan usaha di bidang
glo- bal sekitar 9% pada orang dewasa yang kesehatan untuk membantu individu, kelompok atau
berusia lebih dari 18 tahun pada tahun 2014. Lebih masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan
dari 80% kematian DM terjadi pada berpenghasilan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan yang
rendah dan negara menengah. Jumlah pasien DM sehat dan bergizi sesuai dengan kebutuhan tubuh
di dunia pada tahun 2000 sebanyak 171 juta jiwa (Widhayanti, 2009).
dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030 Metode dalam edukasi nutrisi berdasarkan
menjadi 366 juta jiwa serta menjadi 7 penyebab teknik komunikasinya ada metode penyuluhan
kematian di dunia (WHO, 2012). Departemen langsung dengan cara konseling dan metode
Kesehatan RI tahun 2009 menyatakan bahwa penyuluhan tidak langsung dengan cara membaca
hampir 80% prevalensi DM adalah DMT2 dan leaflet, poster atau brosur (Stang & Story, 2005).
Indonesia merupakan negara urutan keempat Kelemahan konseling adalah solusi yang
dengan prevalensi penyakit DM tertinggi di bawah ditawarkan konselor tidak selalu sesuai dengan
China, Amerika Serikat, dan India (Simatupang, keinginan klien, klien bersifat pasif, kurang
Maria, Karel & Agnes, 2013). inisiatif dan lebih banyak menjadi pendengar
Laporan hasil data dari puskesmas karena didominasikan oleh konselor (Yulia, 2012).
Kecamatan Pakis tahun 2015 terdapat ± 126 orang kelemahan dari leaflet adalah tidak cocok untuk
yang menderita DMT2. Data di puskesmas sasaran individu per individu karena akan menjadi
pembantu di setiap desa rata-rata yang mengalami percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara
diabetes berjumlah ±20 orang dan rata-rata pada aktif, perlu proses penggandaan yang banyak, tidak
golongan usia 45 - 69 tahun. Hasil dari pengamatan tahan lama dan mudah hilang (Setiana, 2013).
yang dialkukan di posyandu lansia rata-rata dari Metode konseling terstruktur dan SMS gateway
masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pada penderita DM terhadap
Pakis masih banyak yang belum mengerti kepatuhan pengendalian kadar gula darah
bagaimana manajemen dari dia- betes terutama pola menunjukkan hasil yang signifikan (p-value
makan yang terkontrol sesuai dengan jumlah, jenis 0,000), tetapi kelemahannya adalah ketepatan
dan jam makan. jumlah kalori yang harus dikonsumsi belum bisa
DM merupakan penyakit yang dikontrol dengan tepat (Sucipto & Fadilah, 2017)
membutuhkan manajemen diri yang baik. Terdapat Metode baru yang bisa diaplikasikan
lima pilar manajemen diabetes yaitu melalui dalam konseling adalah dengan metode kalender,
edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, yang merupakan suatu kebutuhan setiap orang
intervensi farmakologis, dan kontrol glukosa darah untuk melihat tanggal, hari dan bulan yang
(Perkeni, 2011). Lima pi- lar manajemen tersebut, biasanya tertempel di dinding rumah dan tidak
para pasien lebih kesulitan dalam mematuhi diet mudah hilang. Solusi yang ditawarkan adalah
dibandingkan dengan manajemen diabetes lain, perubahan perilaku secara terencana pada diri
karena mematuhi diet berarti mengubah gaya hidup. individu, kelompok atau masyarakat untuk
Pasien diabetes perlu ditekankan pentingnya mengkontrol pola makannya setiap hari karena
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, sudah terjadwal pada kalender berapa jenis, jumlah
jenis dan jumlah makanan dan jam makannya. Metode ini memiliki
Influence Of Nutrition Education With Calendar Method 74

kelebihan sesuai dengan kondisi masing-masing pekerjaan, lama DM, jenis obat, tinggi badan, berat
responden dalam menjalani kepatuhan terhadap badan, indeks massa tubuh, berat badan ideal dan
konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kebutuhan kalori), distribusi kadar glukosa darah
mengetahui pengaruh edukasi nutrisi dengan pre test dan post test, dan distribusi pola kesuaian
metode kalender terhadap kadar gula darah pada diet pre test, follow up dan post test responden.
pasien dia- betes mellitus tipe 2. Data bivariat yaitu analisa perbedaan kadar glukosa
darah sewaktu pre test-post test dan analisa pola
METODE kesuaian diet pre test-post test dengan uji-t jika
distribusi data normal jika tidak normal dengan uji
Desain penelitian yang digunakan dalam Wilcoxon. Analisa pola kesuaian diet pre test,
penelitian ini adalah pre eksperimental design, follow up dan post test dengan uji Friedman. Data
dengan one group pre test-post test design yaitu disajikan dalam bentuk tabel.
dengan cara melakukan pre test terlebih dahulu
sebelum diberikan intervensi, kemudian setelah HASIL
diberi intervensi diberikan post test. Pilihan
desain ini untuk mengurangi drop out (DO) Analisa Data Univariat
responden selama proses intervensi. Penelitian ini Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
juga dilakukan follow up untuk mengetahui besar responden berjenis kelamin perempuan
ketepatan dalam intervensi metode kalender. (81,0%) dengan usia rata- rata 57 tahun, sebagian
Sample penelitian ini adalah penderita DM besar usia pertengahan atau middle age
tipe 2 yang ada dikontrol rutin di Puskesmas Pakis (57,0%). Latar belakang pendidikan responden
Kabupaten Malang yang diambil dengan cara non- sebagian besar adalah tamat SD (52,0%) dan tidak
probability dengan teknik purposive sampling sekolah (23,8%), sebagian besar responden tidak
dengan jumlah 21 sampel dengan menggunakan bekerja atau bekerja sebagai ibu rumah tangga
rumus Slovin. Kriteria inklusi sample bisa baca tulis, (57,1%). Rata-rata responden memiliki riwayat
usia 40-60 tahun, tercatat di Puskesmas, dan diabetes 2,76 tahun dengan jenis obat yang
bersedia menjadi responden. digunakan paling banyak adalah glibenklamid
Alat pengukuran kadar glukosa darah (57,1%). Sebagian besar status gizi responden
berupa strip analisis glukosa, lancet, alkohol swab, obese I (33,3%) dan overweight (23,8%), dengan
sampel darah dan glukometer dengan merk dagang rata-rata TB (152,48 cm), BB (62,29 kg), dan BBI
Gluco- Dr (yang sudah dikalibrasi) untuk (48,8 kg).
pengukuran kadar glukosa darah sewaktu Sebagian besar responden melakukan aktifitas
berdasarkan Standart Operasional Prosedur sedang (95,2%) dengan rata-rata kebutuhan kalori
(SOP). Lembar observasi kepatuhan dalam yang dibutuhkan adalah 1260,76 Kkal.
menjalankan diet metode kalender. GlucoDr Auto Pada tabel 2 Rata-rata glukosa darah
Test Strips AGS-25 merupakan strip untuk responden sebelum diberikan edukasi nutrisi
mengukur kadar glukosa dalam darah. Test strip metode kalender 268,76, setelah diberikan edukasi
kompatibel pada alat GlucoDr Auto Blood Glucose nutrisi metode kalender 223,149. Sehingga
Monitor AGM4000 yang diproduksi oleh Korea terdapat penurunan nilai rata-rata kadar glukosa
Selatan pada tahun 2016, dengan spesifikasi bahan darah responden sebelum dan setelah diberikan
penghantar menggunakan emas dan menggunakan edukasi nutrisi dengan metode kalender, tetapi
tehnik pengukuran elektrokimia menjadikan masih belum dalam batas normal (<200 mg/dL).
GlucoDr terakurat dalam jajaran alat pengukur Pada tabel 3 glukosa darah responden
diabetes. Pemberian edukasi dilakukan oleh sebelum diberikan edukasi nutrisi dengan metode
peneliti dengan terlebih dahulu modul dikonsulkan kalender adalah tinggi atau tidak normal (66,7%).
kepada Ahli Gizi Puskesmas yang dilakukan Setelah diberikan edukasi nutrisi dengan metode
selama 5 kali pertemun selama 3 minggu. kalender lebih banyak responden yang glukosa
Pengukuran GDS dilakukan sebelum intervensi, darahnya normal (57,1%).
pertemun ketiga dan setelah intervensi yang Pada tabel 4 rata-rata kesesuaian diet 3J
terakhir. Penelitian ini juga mempertimbangkan (jumlah, jenis dan jam) makan responden sebelum
etik penelitian dengan cara mengajukan ethical diberikan intervensi adalah 3,38, saat dilakukan
clearance di Komisi Etik Fakultas Kedokteran fol- low up 3,90 dan saat dilakukan post test 4,17.
Universitas Brawijaya Malang.
Data univariat terdiri dari karakteristik Analisa Data Bivariat
responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, Pada tabel 5 dari 21 responden, 16a
75 NurseLine Journal Vol. 3 No. 2 Nopember 2018: 72-80

Tabel 1. Data demografi responden diabetes mellitus

Karakeristik Responden n %

Usia 57,10 ± 9,476


Kategori usia:
Middle age (40-59) 12 57,1
Lansia (60-74) 9 42,9
Jenis Kelamin:
Laki-laki 4 19,0
Perempuan 17 81,0
Pendidikan:
Tidak Sekolah 5 23,8
SD 11 52,0
SMP 2 9,5
SMA 3 14,3
Pekerjaan:
Tidak bekerja/IRT 12 57,1
Swasta 7 33,3
Pensiunan 2 9,5
Lama DM 2,76 ± 1,34
Jenis Obat:
Metformin 2 9,5
Glibenklamid 12 57,1
Glimipirid 1 4,8
Kombinasi 6 28,6
Tinggi Badan 152,48 ± 7,31
Berat Badan 62,29 ± 10,35
IMT 26,80 ± 4,18
Status IMT:
Normal 5 23,8
Overweight 6 28,6
Obese I 7 33,3
Obese II 3 14,3
BBI 48,80 ± 5,64
Kebutuhan Kalori 1260,76 ± 281,90
Status ADL:
Sedang 20 95,2
Berat 1 4,8

Tabel 2. Distribusi kadar glukosa darah sewaktu pre test dan post test

n Mean SD

Pre tes 21 268,76 115,65


Post tes 21 223,149 107,08

(responden menunjukkan hasil penurunan kadar (tidak ada responden yang lebih buruk pola
glukosa darah) dan 5b (responden yang mengalami dietnya). Hasil analisa statistik dengan uji
peningkatan kadar glukosa darah setelah diberikan Wilcoxon menunujukkan bahwa nilai p-value
intervensi). Hasil analisa statistik dengan uji 0,000 (p<0,05).
Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,007 (p<0,05). Pada tabel 7 menunujukkan bahwa analisa
Pada tabel 6 dari hasil 21a (semua statistik dengan uji Friedman test diperoleh nilai p-
responden menunjukkan perubahan dalam pola value 0,000 (p<0,05), terdapat perubahan
dietnya), 0b kesesuaian diet pre test, follow-up, dan post test.
Influence Of Nutrition Education With Calendar Method 76

Tabel 3. Distribusi perubahan kadar glukosa darah pre test dan post test

Variabel Kategori n %

Glukosa darah pre test Normal (<200) 7 33,3


Tinggi (>200) 14 66,7
Glukosa darah post test Normal (<200) 12 57,1
Tinggi (>200) 9 42,9

Tabel 4. Distribusi kesesuaian pola diet pre test, follow up dan post test

n Mean SD
Pre test 21 3,38 0,80
Follow-up 21 3,90 0,44
Post tes 21 4,17 0,53

Tabel 5. Analisa perbedaan kadar glukosa darah sewaktu pre test dan post test

Glukosa Darah Mean Rank p-value


Perubahan glukosa darah Negative rank 16a 12,06 0,007
sewaktu pre test dan Positive rank 5b 7,60
post test Ties 0c
Total 21

Tabel 6. Analisa perbedaan pola kesesuaian diet pre test dan post test

Glukosa Darah Mean Rank p-value


Perubahan pola diet Negative rank 21a 11,00 0,000
pre test dan post test Positive rank 0b 0,000
Ties 0c
Total 21

Tabel 7. Analisa perbedaan pola kesesuaian diet dengan metode kalender pre test, follow-up, dan post test

Mean ± SD Mean Rank p-value


Pola pre test 3,38 ± 0,80 2,10 0,000
Pola follow up 3,90 ± 0,44 2,90
Pola post test 0,79 ± 0,70 1,00

Tabel 8. Analisa hubungan kadar glukosa darah dengan pola kesesuaian diet dengan metode kalender

r hitung p-value
Hubungan kadar glukosa 0,689 0,001
darah dengan pola
kesesuaian diet
77 NurseLine Journal Vol. 3 No. 2 Nopember 2018: 72-80

Pada tabel 8 menunujukkan bahwa analisa menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap
statistik dengan uji korelasi Person p-value 0,001 HbA1c (Tan et al., 2011). Tujuan menjalankan
(p<0,05), artinya terdapat hubungan yang perilaku kepatuhan terhadap diet adalah
signifikan antara kadar glukosa darah dengan pola membiasakan diri untuk makan tepat waktu agar
kesesuaian diet dengan menggunakan metode tidak terjadi perubahan pada kadar glukosa darah.
kalender. Nilai r hitung >r tabel yaitu 0,689 > Dukungan dari anggota keluarga merupakan faktor
0,433 menunjukkan hubungan yang positif dan penting dalam menjalankan pogram kepatuhan diet
kuat antara kadar glukosa darah dengan pola diabetes Keluarga berperan mengurangi
kesesuaian diet. Semakin baik pola dietnya maka ketidakpedulian pasien dalam menghadapi penyakit
kadar glukosa darahnya juga akan semakin baik dan ketidaktaatan yang disebabkan oleh godaan
dan terkontrol. dari luar (Pratiwi & Endang, 2013).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
PEMBAHASAN yang dilakukan oleh Sutiawati (2013) yaitu adanya
suatu efek positif terhadap pengetahuan, frekuensi
Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pre dan pemantauan glukosa darah secara mandiri,
Test Dan Post Test kebiasaan diet yang self-reported, serta kontrol
Hasil kadar glukosa darah pre test dan post glukosa dengan dilakukan follow up dapat
test pada tabel 2 diperoleh nilai rata-rata glukosa meningkatkan kontrol glukosa secara efektif.
darah responden pada saat pre test 268,76 dan rata- Edukasi yang melibatkan kolaborasi dengan pasien
rata glukosa post test 223,149. Penurunan rata-rata mempunyai dampak lebih efektif dalam
kadar glukosa darah responden bisa dipengaruhi meningkatkan pengendalian glukosa darah pasien
oleh pengontrolan pola makan responden yang dan penurunan berat badan.
sesuai dengan jumlah, jenis dan jam makan atau Faktor yang juga berperan penting
responden melaksanakan diet sesuai dengan terhadap penurunan kadar glukosa darah bukan
metode kalender yang sudah diedukasikan. Pola hanya pengontrolan pola makan. Penggunaan obat
makan atau asupan makan adalah faktor yang juga dapat menurunkan kadar glukosa darah pasien
paling utama berhubungan dengan peningkatan dia- betes mellitus tipe 2 karena dapat membantu
atau penurunan kadar glukosa darah. kerja insulin. Olahraga juga dapat berpengaruh
Hasil analisa statistik pada tabel 5 dari 21 terhadap perubhan kadar glukosa darah. Hasil
responden, 16 responden (76,2%) menunjukkan penelitian yang dilakukan Utomo (2011)
hasil penurunan kadar gula darah dan 5 responden menyebutkan bahwa responden yang melakukan
(23,8%) mengalami peningkatan kadar glukosa olahraga secara teratur memiliki hubungan yang
darah setelah diberikan intervensi. Penerapan signifikan terhadap keberhasilan pengelolaan DM
intervensi edukasi nutrisi dengan metode kalender tipe 2. Olahraga secara teratur (3-4 kali seminggu
ini dapat mengkontrol pola makan responden selama kurang lebih 30 menit) dapat meningkatkan
karena sudah terjadwal sesuai dengan menu yang sensitivitas reseptor di jaringan perifer terhadap
disepakati sebelumnya, sehingga gula darah insulin, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa
responden juga dapat terkontrol. Kadar glukosa dalam darah.
darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
ketepatan dan kepatuhan responden dalam Pola Kesesuaian Diet Dengan Metode Kalender
menerapkan diet dengan metode kalender, (Pre Test, Post Test Dan Pre Test, Follow Up
konsumsi obat anti diabetes secara teratur karena Dan Post Test)
seluruh responden dalam penelitian ini Hasil analisa statistik pada tabel 6 tentang
mengkonsumsi obat anti diabetes (OAD), dan kesesuaian diet pre test dan post test dari 21
didukung dengan olahraga ringan seperti: senam responden, semua responden menunjukkan
kaki diabetes, serta adanya fol- low up untuk perubahan dalam pola dietnya (100%) dan tidak
melihat pola dan kebiasaan makan setelah ada responden yang lebih buruk pola dietnya (0%).
diberikan edukasi nutrisi metode kalender. Penelitian ini menunjukkan perubahan dalam pola
Hasil peneltian ini sama dengan penelitian dietnya, karena setelah dilakukan edukasi nutrisi
yang berjudul Dietary Compliance and its dengan metode kalender ada peningkatan terhadap
Asociation with Glycemic Control among Poorly pola makannya (jumlah, jenis dan jam makannya).
Controlled Type 2 Diabetic Outpatients in Hospi- Hasil penelitian lain yang mendukung
tal University Sains Malaysia menunjukkan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet oleh Farudin (2011) yang menyatakan bahwa
dengan kontrol glikemik yang diukur dengan FBS pendidikan kesehatan dengan menggunakan media
(fasting blood sugar), akan tetapi tidak
cetak dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan dapat
Influence Of Nutrition Education With Calendar Method 78

menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe obat karena dalam penelitian ini semua responden
2. Hasil penelitian Philips (dalam Rusimah, 2010) menggunakan terapi obat anti diabetes (OAD),
yang melaporkan bahwa pasien DM tipe 2 yang diberikannya edukasi tentang manajemen diabetes
diberi penyuluhan terpadu selama dua tahun dengan menggunakan metode kalender, adanya
ternyata menunjukkan adanya peningkatan skor aktifitas olahraga dalam penelitian ini, serta
pengetahuan (58%) dan perbaikan kadar gula darah dilakukannya monitoring kadar glukosa darah
(34%) dibanding sebelum dilakukan penyuluhan. selama penelitian setiap satu minggu.
Kepatuhan terhadap terapi diet sangat Edukasi nutrisi dengan metode kalender
penting karena terapi diet salah satu pilar dari dapat berpengaruh terhadap perubaan kadar
penatalaksanaan diabetes mellitus. Budiyani (2010) glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di
mengatakan bahwa mengontrol kepatuhan pola Puskesmas Pakis Kabupaten Malang. Hasil
makan pada pasien diabetes memang merupakan penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati (2010)
tantangan yang sulit. Kepatuhan bisa dipengaruhi menyebutkan bahwa terdapat pengaruh edukasi
oleh beberapa faktor, yaitu masalah kejiwaan terhadap terkontrolnya kadar glukosa dalam darah.
seperti gangguan makan dan gangguan afektif, Husain (2010) juga melakukan penelitian
konflik dalam keluarga, stress, defisit pengetahuan, menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan
dan kemampuan dalam pengambilan koping. yang diberikan edukasi tentang nutrisi terdapat
Edukasi kepada keluarga juga merupakan faktor perbedaan yang bermakna antara kadar GDP (gula
penting dalam menjaga kepatuhan pasien darah puasa) sebelum diberikan edukasi dan
(Imayama, 2011). setelah diberikan edukasi. Kelompok kontrol dalam
Tabel 7 menunujukkan hasil yang penelitiannya tidak menunjukkan hasil yang
signifikan, yaitu terdapat perubahan kesesuaian diet signifikan terhadap perubahan kadar glukosa
pre test, follow-up, dan post test. Kesesuaaian diet puasa.
yang ditekankan dalam penelitian ini adalah Hasil penelitian yang memperkuat
jumlah, jenis, dan jam makan. Banyaknya penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
pertemuan yang dilakukan dan adanya kunjungan Rahman (2014) yang meyebutkan bahwa
berulang dapat meningkatkan kepatuhan pasien terkontrolnya kadar gula darah bergantung pada
dalam menjalankan terapi dietnya. 4 pilar penting pengelolaan diabetes melitus
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yaitu, pemberian pendidikan kesehatan, manajemen
Mona (2012) yang menyatakan bahwa frekuensi diet, Latihan fisik (excercise), obat-obatan, dan
pemberian edukasi gizi terbanyak 2-4x (50.0%) pemeriksaan kadar gula darah. Salah satu pilar
terdapat kepatuhan diet sebagian besar cukup patuh yang sangat penting adalah manajemen diet. Selain
(61.8%), terdapat perubahan kadar gula darah manajemen nutrisi, pasien yang menderita diabetes
sewaktu sebagian besar >200 mg/dl (73.5%). melitus harus secara rutin melakukan pemeriksaan
Frekuensi pemberian edukasi gizi ada kadar gula darah karena pasien diabetes mellitus
hubungannya dengan kepatuhan diet penderita memiliki kecenderungan ketidakstabilan kadar
diabetes mellitus tipe 2 dan kepatuhan diet dengan glukosa darah. Keterbatasan penelitian yang
kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. dialami adalah kehadiran dalam setiap pertemuan,
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sehingga harus didatangi ke rumah untuk intervensi
yang dilakukan oleh Sasongko (2014) menyatakan pada pertemuan yang ditinggalkan, serta
bahwa terdapat perbedaan rata- rata kadar glukosa kurangnya melibatkan anggota keluarga dalam
darah 2 jam PP (post pandrial) yang bermakna pendampingan terhadap penderita DM selama di
sebelum dan sesudah konseling gizi. rumah.

Hubungan Kadar Glukosa Darah Sewaktu SIMPULAN


Dengan Pola Kesesuaian Diet Dengan Metode
Kalender Kadar glukosa darah sebelum dan setelah
Hasil analisa statistik pada tabel 8 diberikan edukasi nutrisi dengan metode kalender
menunujukkan hubungan yang signifikan antara terdapat perubahan yang signifikan dengan hasil 16
kadar gula darah dengan skor kesesuaian diet responden mengalami penurunan kadar glukosa
diabetes dengan menggunakan metode kalender. darah dan 5 responden yang mengalami
Perubahan kadar glukosa darah dalam penelitian peningkatan kadar glukosa darah setelah diberikan
ini dapat dipengaruhi oleh penerapan 5 pilar intervensi.
manajemen dia- betes, yaitu faktor kepatuhan Pola kesesuaian diet sebelum dan setelah
dalam menjalankan terapi diet dengan metode diberikan edukasi nutrisi dengan metode kalender
kalender, kepatuhan minum terdapat perubahan yang signifikan dengan hasil 21
79 NurseLine Journal Vol. 3 No. 2 Nopember 2018: 72-80

responden menunjukan perubahan dalam pola Notoatmojo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.
diaetnya menjadi lebih baik dan tidak ada yang Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
lebih buruk pola dietnya. Perubahan kesesuaian
diet pre test, follow up, dan post test terdapat
perbedaan yang signifkan.
Hubungan antara diet menggunakan
metode kalender dengan kadar glukosa darah
sewaktu terdapat hubungan yang signifikan.
Peneliti selanjutnya ada satu kelompok lagi
yang tidak diberikan perlakuan, perlu pemakaian
food model atau gambar model bahan makanan
pada saat melakukan intervensi dan penelitian
berlangsung dan ditambahkan catatan food recall
24 jam karena untuk mengidentifikasi pola makan
dan jenis makanan yang dikonsumsi responden
penelitian, sehingga bisa mendukung data
penelitian.

KEPUSTAKAAN

Apriliska, PS., & Farissa, F. 2012. "Effect Of Use


Of Diet Diary To Blood Glucose Level Of
Patients With Diabetes Mellitus (Dm)
Type 2 At Berbah Health Center District
Of Sleman ". Online. diakses tanggal 13
April 2015.
Budiyani, K., & Sri, MM. 2010. Pelatihan
Manajemen Diri Untuk Meningkatkan
Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. Thesis: Magister Sains
Psikologi UGM.
Farudin, A. 2011. Perbedaan Efek Konseling Gizi
dengan Media Leaflet dan Booklet
terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan
Energi dan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Tesis: Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ferri, FF. 2015. Ferri's Clinical Advisor 2015.
Diabe- tes Mellitus Elsevier Inc Husain
(2010)
Imayama, I., Ronald, C.P., Kerry, S.C. & Jeffrey
A.J. 2011. Determinants of Quality of Life
in Adults with Type 1 and Type 2
Diabetes. Health and Quality of Life
Outcomes. Online.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
22182307, diakeses tanggal 21 Maret
2016John, 2011
Mona, E. 2012. Hubungan Frekuensi Pemberian
Konsultasi Gizi dengan Kepatuhan Diit
Serta Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes Mel- litus Tipe II Rawat Jalan di
RS Tugurejo Semarang. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni).
2011. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di
In- donesia. Jakarta: PERKENI
Pratiwi, Y.B., & Endang, N.W. 2013. Hubungan
Antara Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diit Pada Pasien Diabetes
Mel- litus Tipe 2 Rawat Jalan Di Rsud
Dr.Soediran Mangun Sumarso. Online.
http://
publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/handle/
123456789/2992, diakses tanggal 21
Maret 2016.
Rahman, & Uci, M. 2014. Hubungan Kepatuhan
Dalam Menjalankan Diet Dengan
Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas
Glo- bal Limboto. Skripsi. Jurusan
Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuIlmu
kesehatan dan Keolahragaan, Universitas
Negeri Gorontalo.
Sasongko, A. 2014. Hubungan Antara Lama Sakit
dengan Status Antropometri Pasien DM
Tipe 2 Rawat Jalan RSU dr. Saiful
Anwar Malang. Skripsi: Fakultas
Kedokteran Uni- versitas Brawijaya
Malang.
Simatupang, M., Karel, P., & Agnes, L. (2013).
Hubungan antara Penyakit Arteri Perifer
dengan factor Resiko Kardiovaskular
pada Pasien DM tipe 2. Jurnal e-Clinic
(eCi), Vol- ume 1, Nomer 1, Maret 2013,
hlm. 7-12
Stang, LJ., dan Story M. 2005. Guidelines for
Ado- lescent Nutrition Services.
http://
www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.sht
m, diakses tanggal 2 November
2015Sutiawati (2010)
Sucipto, A. Fadilah, F. 2017. Model Konseling
Terstruktur Dan Sms Gateway Dalam
Meningkatkan Kepatuhan Pengendalian
Gula Darah Dan Hba1c Pada Pasien Dia-
betes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan
Respati Yogyakarta, 4 (2), Mei 2017,
163-
170
Sutiawati, M. 2013. Pengaruh Edukasi Gizi
Terhadap Pengetahuan, Pola Makan Dan
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Rsud Lanto' Dg Pasewang
Jenepont. Skripsi: Program Studi Ilmu
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tian et al. 2006. Birth Weigh and Risk of Type 2
Diabetes, Abdominal Obesity and
Hyperten- sion Among Chinese Adults.
Eur Journal Endokrinol. Vol.4, No.6: 1-7.
Influence Of Nutrition Education With Calendar Method 80

Utomo, AYS. 2011. Hubungan Antara 4 Pilar


Pengelolaan Diabetes Melitus dengan
Keberhasilan Pengelolaan Diabetes
Melitus Tipe 2. Skripsi: Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universi- tas Diponegoro.
Walker, B.R. 2014 . Davidson's Principles and
Prac- tice of Medicine. Twenty-Second
Edition. Elsevier.
WHO. 2012. Diabetes, WHO Media centre.
Online. WHO
http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs312/en/, diakses tanggal 13
April 2015.
Widhayati, RE. 2009. Efek Pendidikan Gizi
Terhadap Perubahan Konsumsi Energi
Dan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja
Kelebihan Berat Badan. Tesis. Program
Pascasarjana Uni- versitas Diponegoro.
Semarang : 37.
LINK VIDEO

https://www.youtube.com/watch?v=baOcrlEdyAU
SOP TRANSFUSI DARAH

Pengertian : Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien yang
memerlukan darah dengan memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan set tranfusi.
Tujuan :
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau
perdarahan).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia berat.
3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya, faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).

Persiapan Alat
1. Kateter besar (18G atau 19G)
2. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
3. Set infuse darah dengan filter
4. Produk darah yang tepat
5. Sarung tangan sekali pakai
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah
9. Stetoskop
10. Thermometer
11. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda tangani

Prosedur
1. Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit kepala, gatal-gatal atau
ruam dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
6. Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang
7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian
infuse darah selesai
8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
9. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
10. Ukur tanda vital dasar klien
11. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse secara perlahan
diawali dengan pengisian filter didalam selang
12. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah
bersama klien.
13. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,
selanjutnya ukur setiap jam.
14. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan
pompa infuse.
15. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.
LOGBOOK KEGIATAN HARIAN

NAMA : ELLY IRMAYANTI


NIM : 891221018
Ruangan : Daring Stase KMB Minggu 2

NO Hari/tanggal Waktu Kegiatan Paraf


1. Senin, 10-10- 07.00 s/d 13.00 - Berdoa’a
2022 - Pre conference
-Melakukan kontrak minguan dengan
dosen
-Briefing tentang tugas dan kegiatan
mahasiswa
-Membuat laporan pendahuluan dan
mengirimkan kepada dosen
-Melakukan pengkajian, merumuskan
diagnosa, melakukan implementasi dan
evaluasi kepada ny. W
- Post conference

2. Selasa, 11-10- 07.00 s/d 13.00 - Berdoa’a


2022 - Pre conference
-Melakukan melakukan implementasi
dan evaluasi kepada ny. W
- Post conference

3. Rabu, 12-10- 07.00 s/d 13.00 - Berdoa’a


2022 - Pre conference
-Melakukan pengkajian dan melakukan
implementasi kepada ny. W
-Menemukan dan video tutorial tentang
perawatan sirkulasi
- Post conference

4. Kamis, 13-10- 07.00 s/d 13.00 - Berdoa’a


2022 - Pre conference
-Menemukan dan video tutorial tentang
manajemen nutrisi
- Post conference

5. Jum’at, 14-10- 07.00 s/d 13.00 - Berdo’a


2022 - Pre conference
-Mengoreksi kembali tugas yang
dikerjakan
- post conference
6. Sabtu, 15-10- 07.00 s/d 13.00 - Berdo’a
2022 -Mengirim dokumen lengkap dari tugas
mingguan

Anda mungkin juga menyukai